Hukum perdata internasional 2

30
Awal Perkembangan Masa Pertumbuhan Asas Personal Pertumbuhan Asas Teritorial Pertumbuhan Statuta di Italia Pertumbuhan Statuta di Perancis Pertumbuhan Statuta di Belanda 06/07/22 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 1 SEJARAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

description

Hukum perdata internasional 2

Transcript of Hukum perdata internasional 2

Page 1: Hukum perdata internasional 2

Awal PerkembanganMasa Pertumbuhan Asas PersonalPertumbuhan Asas TeritorialPertumbuhan Statuta di ItaliaPertumbuhan Statuta di PerancisPertumbuhan Statuta di Belanda

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 1

SEJARAH HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Page 2: Hukum perdata internasional 2

MASA KEKAISARAN ROMAWI(Abad ke-2 SM s/d Abad ke-6

SM)

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 2

Masa Kekaisaran Romawi dapat dianggap sebagai awal perkembangan HPI. Pada masa ini pola hubungan internasional dalam wujud sederhana sudah mulai tampak dengan adanya hubungan-hubungan antara :a.Warga (cives) Romawi dengan penduduk propinsi-propinsi atau Municipia (untuk wilayah di Italia, kecuali Roma) yang menjadi bagian dari wilayah kekaisaran karena pendudukan. Penduduk asli propinsi-propinsi ini dianggap sebagai orang asing, dan ditundukkan pada hukum mereka sendiri.b.Penduduk propinsi atau orang asing yang berhubungan satu sama lain di wilayah kekaisaran Romawi, sehingga masing-masing pihak dapat dianggap sebagai subjek hukum dari beberapa yurisdiksi yang berbeda.

Page 3: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 3

Untuk menyelesaikan sengketa dalam hubungan-hubungan tersebut, dibentuk peradilan khusus yang disebut Praetor Peregrinis.

Ius Civile telah disesuaikan untuk kebutuhan pergaulan “antar bangsa”, yang kemudian berkembang menjadi Ius Gentium.Ius Privatuum, mengatur persoalan-persoalan hukum orang-perorangan. Ius Privatuum inilah yang menjadi cikal bakal HPI yang berkembang dalam tradisi Eropa Kontinental.

Ius Publicum, mengatur persoalan-persoalan kewenangan negara sebagai kekuasaan publik. Ius Publicum berkembang menjadi sekumpulan asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan antara Kekaisaran Romawi dengan negara-negara lain (cikal bakal Hukum Internasional Publik).

Page 4: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 4

Prinsip HPI pada masa ini dilandasi asas teritorial. Asas-asas HPI yang tumbuh dan berkembang pada masa ini dan menjadi asas-asas penting HPI modern :

Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)Perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak (immovable) tunduk pada hukum dari tempat benda itu berada / terletak.

Asas Lex DomiciliHak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap.

Asas Lex Loci ContractusTerhadap perjanjian-perjanjian berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian.

Page 5: Hukum perdata internasional 2

MASA PERTUMBUHAN ASAS PERSONAL HPI(Abad ke-6 s/d Abad ke-10)

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 5

Akhir abad ke-6 Kekaisaran Romawi ditaklukkan oleh bangsa barbar bekas jajahan Romawi.

Wilayah bekas Romawi diduduki oleh pelbagai suku bangsa yang dibedakan secara genealogis dan bukan teritorial.Dalam menyelesaikan sengketa antar suku bangsa, ditetapkan terlebih dahulu sistem-sistem hukum adat mana yang relevan dengan perkara, kemudian baru dipilih hukum mana yang harus diberlakukan.Tumbuh beberapa prinsip HPI yang dibuat atas dasar asas Genealogis :

Page 6: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 6

a. Asas umum yang menetapkan bahwa dalam setiap proses penyelesaian hukum, maka hukum yang digunakan adalah hukum dari pihak tergugat;

b. Penetapan kemampuan untuk membuat perjanjian bagi seseorang harus dilakukan berdasarkan hukum personal dari masing-masing pihak;

c. Proses pewarisan harus dilangsungkan berdasarkan hukum personal dari pihak pewaris;

d. Peralihan hak atas benda harus dilaksanakan sesuai dengan hukum dari pihak transferor;

e. Penyelesaian perkara tentang Perbuatan Melawan Hukum harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak pelaku perbuatan yang melanggar hukum;

f. Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum dari pihak suami.

Page 7: Hukum perdata internasional 2

Eropa Utara Eropa Selatan

Feodalistik Pusat Perdagangan

Tuan Tanh hak asing Kota Otonom Hukum Lokal

HPI tidak Berkembang Asas Teritorial

Asas PERSONAL GENEALOGIS semakin sulit untuk dipertahankan akibat terjadinya transformasi struktur masyarakat yang semakin condong ke arah masyarakat yang teritorialistik di seluruh wilayah Eropa. 2 Kawasan Eropa yang sangat mencolok proses transformasinya sebagaimana bagan di atas

PERTUMBUHAN ASAS TERITORIAL(Abad ke-11 s/d Abad ke -12)

04/13/237 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 8: Hukum perdata internasional 2

PERTUMBUHAN TEORI STATUTA(Abad ke-13 s/d abad ke-15)

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 8

Semakin meningkatnya intensitas perdagangan antar kota di Italia menyebabkan asas teritorial perlu ditinjau kembali.

Mis : Seorang warga Bologna yang berada di Florence, dan mengadakan perjanjian di Florence. Karena berdasarkan prinsip teritorial, selama ia berada di kota Florence ia harus tunduk pada kewenangan hukum di kota Florence.

Pemasalahannya :-Sejauh mana putusan hukum atau hakim Florence memiliki daya berlaku di Bologna ?- Sejauh mana perjanjian jual beli tersebut dapat dilaksanakan di Bologna ?

Page 9: Hukum perdata internasional 2

PERKEMBANGAN STATUTA ITALIA

Perdagangan Sistem Hukum Lokal

Ahli hukum Tafsir Baru (abad 14 s/d ke-15) kaidah yg adil, wajar ilmiah

Gagasan Accursius (Dasar Statuta)

“Bila seseorang yang berasa dari kota tertentu di Italia, digugat di sebuah kota lain, maka ia tidak dapat dituntut berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena ia bukan subjek hukum dari kota lain itu”.

Post Glossators

04/13/239 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 10: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 10

Gagasan Accursius menarik perhatian Bartolus de Sassoferato (Bapak HPI). Bartolus mencetuskan Teori Statuta, yang dianggap sebagai teori pertama yang

mendekati persoalan-persoalan hukum perselisihan secara metodik dan sistematik. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok :

STATUTA PERSONALIA: Statuta-statuta yang berkenaan dengan kedudukan hukum atau status personal orang.

Objek pengaturan : orang dalam persoalan-persoalan hukum yang menyangkut pribadi dan keluarga.

Lingkup berlaku : ekstra-teritorial, berlaku juga di luar wilayah.

Statuta personalia hanya berlaku terhadap warga kota yang berkediaman tetap di wilayah kota yang bersangkutan, namun statuta ini akan tetap melekat dan berlaku atas mereka, diamana pun mereka berada.

STATUTA REALIA: Statuta-statuta yang berkenaan dengan status benda.

Objek pengaturan : benda dan status hukum dari benda.Lingkup berlaku : prinsip territorial, hanya berlaku di dalam wilayah kota kekuasaan penguasa.

Statuta ini akan tetap berlaku terhadap siapa saja (warga kota ataupuan pendatang / orang asing) yang berada dalam teritorial yang bersangkutan

Page 11: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 11

STATUTA MIXTA : Statuta-statutayang berkenaan dengan

perbuatan-perbuatan hukum.

Ojek pengaturan : perbuatan-perbuatan hukum oleh subjek hukum

atau perbuatan perbuatan hukum

terhadap benda-benda.

Lingkup berlaku : prinsip teritorial, berlaku atas semua perbuatan hukum yang terjadi atau dilangsungkan dalam wilayah pengusaan kota.

Page 12: Hukum perdata internasional 2

PENGGUNAAN TEORI STATUTA DALAM HPI

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 12

Pembedaan ke dalam statuta Personalia, Realia, dan Mixta tidak lagi dilihat sebagai hukum yang mengatur suatu kota akan tetapi sebagai kategori untuk mengkualifikasikan pokok perkara yang sedang dihadapi dan kemudian digunakan sebagai titik tolak untuk menentukan lex cause.

Dalam menentukan Lex Cause, maka bila perkara dikualifikasikan sebagai perkara tentang:

Status benda, maka lex causenya adalah hukum dari tempat dimana benda terletak / berada (lex situs).

Dalam perkembangan HPI, asas di atas hanya cocok untuk benda tidak bergerak (immovables). Sedang untuk benda-benda bergerak digunakan asas lain, yaitu Mobilia Sequntuur Personam, yaitu mengenai benda-benda bergerak maka hukum yang mengatur adalah hukum dari tempat pemilik benda bergerak tersebut.

Page 13: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 13

Status orang / badan hukum, maka lex cause yang harus digunakan adalah hukum dari tempat dimana orang atau subjek hukum itu berkediaman tetap (lex domicili) (atau berkewarganegaraan / Lex patriae).

Status perbuatan-perbuatan hukum, maka lex cause-nya adalah hukum dari tempat dimana perbuatan itu dijalankan (lex loci actus).

Contoh :A berasal dari kota Milan, berdasarkan statuta Milan melakukan

transaksi jual beli dengan B dari Venesia. Objek jual beli adalah sebidang tanah di kota Roma. Bila timbul perkara tentang status pemilikan tanah di Roma tersebut, bagaimana penyelesaiakn menurut teori statuta?

Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara realia, perkara ini harus diselesaikan berdasarkan hukum tanah Roma.

C adalah warga yang berkediaman tetap di kota Genoa. Di kota ini, C dianggap sebagai orang yang sudah mampu melakukan perbuatan hukum secara mandiri. Namun dimikian di kota Florence, karena kaidah-kaidah hukum yang berbeda, C dianggap belum mampu melakukan perbuatan hukum sendiri. Seandainya pekara ini dipersoalkan di Pengadilan Florence, maka bagaimana penyelesaian berdasarkan teori statuta ?

Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara Personalia, dan status personal C akan ditentukan berdasarkan hukum Genoa sebagai Lex Cause.

Page 14: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 14

D adalah warga kota Turin. Ketika ia berada di kota Pisa, ia telah melakukan perbuatan yang merugikan E, seorang warga Pisa, dan E kemudian menuntut ganti kerugian dari D di pengadilan Pisa. Apabila perkara diajukan di Pengadilan Pisa, maka bagaimana penyelesaiannya berdasarkan teori statuta ?

Perkara akan dikualifikasi sebagai perkara mixta, dan pengadilan Pisa akan menetapkan apakah D telah melakukan perbuatan melawan hukum dan E berhak atas ganti kerugian berdasarkan hukum Pisa sebagai hukum dari tempat dimana perbuatan dilaksanakan.

Page 15: Hukum perdata internasional 2

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 15

Kelemahan :Upaya untuk menetapkan dengan tegas perkara-perkara

apa yang harus diklasifikasikan ke dalam kaidah-kaidah realia, personalia atau mixta ternyata tidak selalu mudah dilaksanakan.

Mis.: Kemampuan hukum seseorang untuk mengalihkan hak milik atas tanah. Apakah Personalia atau Realia?

Perbuatan hukum yang sasarannya adalah benda tetap. Apakah Realia atau Mixta ?

Bartolus menjawab kritik semacam ini dengan menggunakan Penafsiran Gramatikal :

Suatu statuta adalah realia, bila rumusan statuta itu diawali dengan istilah benda terlebih dahulu, demikian pula suatu statuta adalah personalia, bila perumusannya diawali dengan penyebutan tentang orang dan subjek hukumnya terlebih dahulu.

Page 16: Hukum perdata internasional 2

PERKEMBANGAN TEORI STATUTA DI PRANCIS

(Abad ke-16)Kota-kota di Perancis secara de facto merupakan wilayah-wilayah yang berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan.

Kenyataan menunjukkan bahwa :

- Masing-masing propinsi memiliki sistem hukum lokalnya sendiri (Coutume). Statuta = hukum lokal provinsi-provinsi.

- Meningkatnya aktivitas perdagangan antar provinsi di Perancis mengakibatkan bertemunya kaidah-kaidah hukum pelbagai provinsi dalam konflik-konflik hukum antara provinsi.

04/13/2316 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 17: Hukum perdata internasional 2

TEORI STATUTA PERANCIS

Ingin memperluas ruang lingkup Statuta Personalia Bartolus dan memasukkan Perjanjian sebagai Statuta Personalia.

Memperluas ruang lingkup Statuta Realia, dan

memasukkan perjanjian-perjanjian dan perbuatan

melawan hukum lainnya ke dalam lingkup Statuta

Realia.

Pusat perdagangan

Sistem Hukum Lokal Hukum Perselishan

Modifikasi Statuta Italia

Charles Dumouli

Betrand D Argentre

04/13/2317 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 18: Hukum perdata internasional 2

TEORI STATUTA BELANDA ABAD 17

04/13/23INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2 18

Kedaulatan Eksklusif Negara. Jadi statuta yang dimaksud adalah Hukum Suatu Negara yang berlaku di dalam teritorial suatu Negara.

Tokoh Statuta Belanda :a. Ulrik Huber (1636 – 1694)b. Jonannes Voet (1647 – 1714)

Page 19: Hukum perdata internasional 2

Pandangan Ulrik HuberUntuk menyelesaikan Perkara HPI, harus bertitik tolak pada 3 prinsip dasar :1.Hukum Negara hanya berlaku pada batas-batas teritorial negara itu.2.Semua orang yang secara tetap atau sementara berada dalam teritorial suatu negara berdaulat :

- Merupakan subjek hukum dari negara tersebut;- Tunduk serta terikat pada hukum negara tersebut

3.Namun demikian berdasarkan prinsip Sopan Santun Antara Negara (comitas gentium), hukum yang harus berlaku di negara asalnya tetap memiliki kekuatan berlaku dimana-mana, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara pemberi pengakuan.

04/13/2319 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 20: Hukum perdata internasional 2

Suatu perbuatan hukum yang dilakukan di suatu tempat tertentu :-Dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah menurut hukum setempat, harus diakui / dianggap sah juga di negara-negara lain, (termasuk di negara forum) meskipun hukum negara lain itu mengganggap perbuatan semacam itu batal; atau-Dianggap sebagai perbuatan melawan hukum menurut hukum setempat, akan dianggap batal di manapun juga termasuk di dalam wilayah negara forum.

KESIMPULAN :-Setiap negara memiliki kedaulatan, sehingga negara memiliki kewenangan penuh untuk menetapkan kaidah-kaidah HPI-nya; tetapi

-Dalam kenyataan, negara-negara itu tidak dapat bertindak secara bebas, dalam arti bahwa berdasarkan asas Comitas Gentium negara itu harus mengakui pelaksanaan suatu hak yang telah diperoleh secara sah di negara lain itu. 04/13/2320 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 21: Hukum perdata internasional 2

Pandangan Johannes Voet

Pemberlakuan hukum asing di suatu negara bukan merupakan kewajiban Hukum Internasional (Publik) atau karena sifat hubungan HPI-nya.Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan / pemberlakuan kaidah hukumnya di dalam wilayah hukum suatu negara lain.Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi sopan santun pergaulan antarnegara (Comitas Gentium).Namun demikian, asas Comitas Gentium ini harus ditaati oleh setiap negara, dan asas ini harus dianggap sebagai bagian dari sistem hukum nasional negara itu.Salah satu asas yang berkembang dari Statuta Belanda adalah asas Locus Regit Actum, yaitu “tempat dimana perbuatan dilakukan akan menentukan bentuk hukum dari perbuatan itu”.

04/13/2321 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 22: Hukum perdata internasional 2

TEORI HPI UNIVERSAL(Abad XIX)

Pencetus Teori HPI Universal adalah Freidrich Carl v. Savigny di Jerman, didahului oleh pemikir ahli hukum Jerman lain, C.G. von

Wachter.

04/13/2322 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 23: Hukum perdata internasional 2

Pandangan C.G. Von Wachter

Mengkritik Statuta Italia, karena dianggap menimbulkan ketidakpastian hukum, dan ia menolak sifat ekstrateritorial karena akan menyebabkan timbulkan kewajiban hukum di negara asing.

Asumsi Wachter :Hukum intern forum hanya dapat diterapkan pada kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu, dalam perkara-perkara HPI, forumlah yang harus menyediakan kaidah-kaidah HPI atau yang menentukan hukum apa yang harus berlaku.

04/13/2323 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 24: Hukum perdata internasional 2

Wachter berusaha meninggalkan klasifikasi ala teori Statuta, dan memusatkan perhatiannya pada penetapan hukum yang seharusnya berlaku terhadap hubungan hukum tertentu.Titik tolak penentuan hukum yang seharusnya diberlakukan adalah hukum dari tempat yang merupakan LEGAL SEAT (tempat kedudukan) dari dimulainya suatu hubungan hukum tertentu.Perkara HPI sebagai suatu hubungan hukum mulai ada sejak perkara itu diajukan di suatu forum tertentu.Karena itu forum pengadilan itulah yang harus dianggap sebagai tempat kedudukan hukum (LEGAL SEAT) perkara yang bersangkutan.Karena forum merupakan “LEGAL SEAT”, maka Lex Fori-lah yang harus diberlakukan sebagai hukum yang berwenang menentukan hukum apa yang dapat berlaku dalam perkara HPI.

04/13/2324 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 25: Hukum perdata internasional 2

PANDANGAN F.C VON SAVIGNY

Menggunakan konsepsi “Legal Seat” dengan asumsi bahwa untuk setiap jenis hubungan hukum, dapat ditentukan Legal Seat / Tempat Kedudukan Hukum, dengan melihat pada hakikat hubungan itu.

Bila hendak menentukan aturan hukum yang seharusnya diberlakukan, Hakim wajib menentukan tempat kedudukan hukum / legal seat dari hubungan itu.Caranya : dengan melokalisasi tempat kedudukan hukum dan hubungan hukum itu dengan bantuan titik-titik taut.

Bila tempat kedudukan hukum dari suatu jenis hubungan hukum telah dapat ditentukan, maka Sistem Hukum dari Tempat itulah yang digunakan sebagai Lex Cause.

04/13/2325 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 26: Hukum perdata internasional 2

Setelah tempat kedudukan hukum itu dilokalisasi, maka dibentuklah asas hukum yang bersifat universal yang dapat digunakan untuk menentukan hukum yang berlaku.

Terpusatnya titik-titik taut pada suatu tempat tertentu akan menunjukkan bahwa tempat tersebutlah yang menjadi centre of gravity (pusat gaya berat).

Perlu disadari bahwa sebuah kaidah HPI berdasarkan pendekatan ini sebenarnya digunakan untuk menunjuk ke arah sistem hukum suatu negara yang akan menjadi Lex Cause, atau yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan hukum.

Lex Cause ini yang harus diberlakuan untuk menjawab semua legal issues dari perkara yang dihadapi. 04/13/2326 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 27: Hukum perdata internasional 2

CONTOH :

SARAH, merupakan seorang pengusaha berkewarganegaraan Inggris dan keturunan India. SARAH mengadakan perjanjian jual beli mobil dengan Beni, seorang pelajar berkewarganegaraan Indonesia yang sedang menjalankan studinya di Belanda. Perjanjian jual beli mobil tersebut dibuat di Indonesia dengan menggunakan bahasa Inggris. Setelah perjanjian ditandatangani, Sarah kemudian secara sepihak membatalkan perjanjian dan menjual mobil tersebut kepada orang lain. Beni yang tidak menerima perbuatan Sarah tersebut kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Indonesia.

STATUTA ITALIA :Perkara dikualifikasikan sebagai Statuta Mixta.Lex Cause : Indonesia (tempat perbuatan dilakukan)04/13/2327 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 28: Hukum perdata internasional 2

STATUTA PERANCIS (Dumolin) :Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Personalia.Lex Cause : Inggris (tempat kewarganegaraan

Sarah)

STATUTA PERANCIS (D’Argentre):Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Realia.Lex Cause : Indonesia HPI UNIVERSAL :Titik Taut :- Kewarganegaraan Tergugat (Ing)- Kewarganegaraan Penggugat (Ind)- Tempat Pembuatan Perjanjian (Ind)Legal Seat = Lex Cause = Indonesia

04/13/2328 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 29: Hukum perdata internasional 2

CONTOH :Acong merupakan warga negara Indonesia yang menikah dengan Windy, warga negara Inggris. Setelah menikah, Acong menjual tanahnya yang terletak di India kepada Windy. Perjanjian dibuat di Indonesia. 1 tahun kemudian, Acong hendak membatalkan perjanjian jual beli tersebut, karena berdasarkan hukum Indonesia perjanjian antara suami istri adalah dilarang. Acong mengajukan pembatalan di pengadilan India.

Statuta Belanda (Ulrik Hubert) :Perjanjian dianggap tidak sah, karena berdasarkan hukum Indonesia perjanjian tersebut adalah tidak sah (Commitas Gentium). 04/13/2329 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2

Page 30: Hukum perdata internasional 2

Bila perkara diajukan di Pengadilan Inggris, dan Hukum Inggris menyatakan perjanjian jual beli antara suami istri adalah sah, maka :

Perjanjian akan dianggap sebagai perjanjian yang sah, karena terdapat kepentingan subjek hukum Inggris sehingga commitas gentium tidak belaku.

04/13/2330 INTERNATIONAL PRIVAT LAW 2