Hukum Internasional.docx

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya masyarakat internasional ditunjukkan adanya hubungan yang terdapat antara anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat. Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia. Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi, kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara dan perubahan ketiga ialah Perkembangan golongan yaitu timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya perkembangan yang 1

description

tentnag hukum internasional

Transcript of Hukum Internasional.docx

Page 1: Hukum Internasional.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya masyarakat internasional ditunjukkan adanya hubungan yang terdapat antara anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat.

Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia. Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi, kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara dan perubahan ketiga ialah Perkembangan golongan yaitu timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional yang mempunyai eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya perkembangan yang memberikan kompetensi hukum kepada para individu. Kedua gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai terlaksananya suatu masyarakat internasional dalam arti yang benar dan efektif berdasarkan asas kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat antar negara sehingga dengan demikian terjelma Hukum Internasional sebagai hukum. koordinasi, timbul suatu komplek kaedah yang lebih memperlihatkan ciri-ciri hukum subordinasi.1

B. Identifikasi dan Rumusan masalah

Dalam penulisan makalah ini tentulah kami memiliki beberapa perumusan masalah guna meminimalisir keraguan atau pelebaran masalah. Perumusan masalah ini, yakni sebagai berikut :

1 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, P.T.Alumni, Bandung, 2003, hal 20.

1

Page 2: Hukum Internasional.docx

1. Apa hakekat dan dasar berlakunya Hukum Internasional sebagai sumber material Hukum Internasional?

2. Mengapa Masyarakat Internasional dijadikan sebagai landasan sosiologis Hukum Internasional?

3. Mengapa kesatuan asas hukum dijadikan sebagai landasan material bagi Hukum Internasional?

4. Apa hakekat dan fungsi kedaulatan Negara dalam Masyarakat Internasional ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah yang kami buat ini yakni, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hakekat dan dasar berlakunya Hukum Internasional sebagai sumber material Hukum Internasional.

2. Untuk mengetahui Masyarakat Internasional sebagai landasan Sosiologis Hukum Internasional.

3. Untuk mengetahui kesatuan asas hukum sebagai landasan material bagi Hukum Internasional.

4. Untuk mengetahui hakekat dan fungsi kedaulatan Negara dalam Masyarakat Internasional.

D. Manfaat Penulisan

Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, penulisan makalah ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pengembangan ilmu hukum. Selain itu dapat memperluas pandangan ilmiah mengenai hukum internasional.

2. Sebagai referensi bagi hukum mengenai masyarakat dan hukum internasional khususnya di bidang hukum internasional.

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode yuridis normatif yang berbentuk studi pustaka. Yaitu tekhnik pengambilan data yang didasarkan pada sumber-sumber sekunder.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis ini adalah :Bab I : pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi danrumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan

2

Page 3: Hukum Internasional.docx

Bab II : tinjauan pustaka, yang terdiri dari : pengertian hukum internasional, teori-teori dasar hukum nternasional.Bab III : pembahasan, yang terdiri dari : hakekat dan dasar berlakunya hukum internasional sebagai sumber material hukum inernasional, masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis hukum internasional, kesatuan asas hukum sebagai landasan sosiologis hukum internasional, hakekat dan fungsi kedaulatan Negara dalam masyaraakat internasional.Bab IV : penutupan, yang terdiri dari : kesimpulan.DAFTAR PUSATAKA

3

Page 4: Hukum Internasional.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Hukum Internasional

Prof.Dr.Mochtar Kusumaatmadja :

Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara antara :

1. Negara dengan negara2. Negara dengan subyek hokum lain bukan Negara atau subyek hokum bukan

Negara satu sama lain.

Lassa Oppenheim :

Hukum nasional atau hukum internasional adalah nama dari suatu badan ketentuan atau peraturan kebiasaan yang dianggap mengikat Negara hukum begi Negara-negara beradab dalam perhubungannya stau sama lain.

J.L.Brierly :

Hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional dapat didefinisikan sebagai badan hukum dan prinsip-prinsp yang mengikat Negara beradab dalam hubungan Negara yang stu dengan Negara yang lain.

J.G. Strake :

Hukum internasional merupakan himpunan kaidah hukum yang terdiri dari prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tigkah laku yang harus ditaati oleh Negara-negara dalam hubungan antara merekayang juga meliputi :

1. Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan organisai internasional dan hubungannya dengan organisai internasional lainnya serta Negara dan individu.

2. Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan individu dan subyek-subyek hukum internasional bukan Negara.

Rebecca M Wallace :

Hukum Internasional merupakan peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan lainnya.

4

Page 5: Hukum Internasional.docx

Hugo de Groot :

Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara Negara dengan Negara, Negara dengan subjek hukum internasional lainnya yang bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.

Wirjono Prodjodikoro :

Hukum Internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antar berbagai bangsa di berbagai Negara.2

B. Teori-Teori Dasar Hukum Internasional

Teori Hukum Alami

Ajaran hukum alam mempunyai pengaruh yang besar atas hukum internasional sejak permulaan pertumbuhannya. Ajaran ini yang mula-mula mempunyai ciri-ciri keagamaan yang kuat, untuk pertama kalinya dilepaskan dan hubungannya dengan keagamaan itu oleh Hugo Grotius. Hukum alam diartikan sebagai hukum ideal yang berdasarkan atas hakekat manusia sebagai makhluk yang berakal atau kesatuan kaedah-kaedah yang diilhamkan alam pada akal manusia

Menurut penganut-penganut ajaran hukum alam ini hukum internasional itu mengikat karena hukum internasional itu tidak lain dari pada “hukum alam” yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa. Dengan lain perkataan negara-negara itu terikat atau tunduk pada hukum internasional dalam hubungan antara mereka satu sama lain karena hukum internasional itu merupakan bagian dan pada hukum yang lebih tinggi yaitu “hukum alam”.

Teori Kehendak Negara

Aliran ini mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Menurut mereka pada dasarnya negaralah yang merupakan sumber segala hukum dan hukum internasional itu mengikat karena negara-negara itu atas kemauan sendiri mau tunduk pada hukum internasional. Aliran ini menyadarkan teori mereka pada falsafah Hegel yang dahulu mempunyai pengaruh yang luas di Jerman. Salah seorang yang paling terkemuka dan aliran ini adalah George Jellineck yang terkenal dengan “Selbst-limitation-theonie”-nya. Seorang pemuka lain dan aliran ini adalah Zorn yang berpendapat bahwa hukum internasional itu tidaklah lain dan pada hukum tata negara

2 http://edifitrianudin.blogspot.com/2012/03/definisi-hukum-internasional-oleh-para.html

5

Page 6: Hukum Internasional.docx

yang mengatur hubungan luar suatu negara. Hukurn Internasional bukan suatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat diluar kemauan negara

Kelemahan teori-teori ini adalah bahwa mereka tidak dapat menerangkan dengan rnemuaskan bagaimana caranya hukum internasional yang tergantung pada kehendak negara-negara dapat mengikat negara-negara itu. Teiepel berusaha untuk membuktikan bahwa hukum internasional itu mengikat bagi negara-negara, bukan karena kehendak mereka satu persatu untuk terikat melainkan karena adanya suatu kehendak bersama, yang lebih tinggi dan kehendak masing-masing negara, untuk tunduk pada hukum internasional. Triepel mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional pada kehendak negara tetapi membantah kemungkinan suatu negara melepaskan dirinya dari ikatan itu dengan suatu tindakan sepihak. 3

Teori Madzhab Weina

Suatu norma hukumlah yang merupakan dasar terakhir dari pada kekuatan mengikat dan pada hukum internasional. Demikianlah pendirian suatu aliran yang terkenal dengan nama Madzhab Weina. Menurut madzhab ini kekuatan-kekuatan mengikat suatu kaedah hukum internasional didasarkan suatu kaedah yang lebih tinggi yang pada gilirannya didasarkan pula pada suatu kaedah yang lebih tinggi lagi dan demikian seterusnya. Pada puncaknya kaedah-kaedah hukum dimana terdapat kaedah dasar yang tidak dapat lagi dikembalikan pada suatu kaedah yang lebih tinggi, melainkan harus diterima adanya sebagai suatu hypothese asal yang tidak dapat diterangkan secara hukum.

Ajaran madzhab Weina ini mengembalikan segala sesuatunya kepada suatu kaedah dasar, memang dapat menerangkan secara logis dari mana kaedah-kaedah hukum internasional itu memperoleh kekuatan mengikatnya akan tetapi ajaran ini tidak dapat menerangkan mengapa kaedah dasar itu sendiri mengikat. Dengan demikian maka seluruh sistem yang logis tadi menjadi tergantung-gantung di awang-awang jadinya. Sebab tak mungkin persoalan kekuatan mengikat hukum internasional itu disandarkan atas suatu hypothese. Dengan pengakuan bahwa persoalan kaedah dasar merupakan suatu pensoalan di luar hukum (metayunidis) yang tidak dapat diterangkan, maka persoalan mengapa hukum internasional itu mengikat dikembalikan kepada nilai-nilai kehidupan manusia diluar hukum yakni rasa keadilan dan moral.

 

3 Strake.J.G., Pengantar Hukum Internasinal Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hal 24.

6

Page 7: Hukum Internasional.docx

Teori Aliran Madzhab Perancis

Madzahab Perancis dengan pemuka-pemukanya terutama Fauchile, scelle dan Duguit mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional seperti juga segala hukum pada faktor-faktor biologis, sosial dan sejarah kehidupan manusia yang mereka namakan fakta-fakta kemasyarakatan yang menjadi dasar. Menurut mereka persoalannya dapat dikembalikan pada sifat alami manusia sebagai makhluk sosial, hasratnya untuk berabung dengan manusia lain dan kebutuhannya akan solidaritas. Kebutuhan dan naluri sosial manusia sebagai orang seorang menurut mereka juga dimiliki oleh bangsa-bangsa. Jadi dasar kekuatan mengikat hukum (internasional) terdapat dalam kenyataan sosial bahwa mengikatnya hukum itu perlu mutlak bagi dapat terpenuhinya kebutuhan manusia (bangsa) untuk hidup bermasyarakat.4

Teori Positivisme

Pada teori ini kekuatan mengikatnya hukum internasional pada kehendak negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Hukum internasional itu sendiri berasal dan kemauan negara dan berlaku karena disetujui oleh negara. Kelemahan dari teori ini adalah tidak dapat menjelaskan jika ada negara yang tidak setuju apakah hukurn internasional tidak lagi mengikat, tidak dapat menjelaskan jika ada negara baru tetapi langsung terikat oleh hukum internasional, tidak dapat menjelaskan mengapa ada hukum kebiasaan, kemauan negara hanya Facon De Parler (perumpamaan), berlakunya hukum internasional tergantung dan society of state. Sedangkan kelebihannya Praktek-praktek negara dan hanya peraturan-peraturan yang benar-benar ditaati yang menjadi hukum internasional.5

.

BAB III

4 Mochtar kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op.Cit,, hal 52-53.5 Strake.J.G., Op.Cit., hal 25.

7

Page 8: Hukum Internasional.docx

PEMBAHASAN

A. Hakekat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional sebagai Sumber Material Hukum Intrnasional

John Austin menyatakan bahwa : ‘’ every law or rule (taken with the largest signification which can be given to the term properly) is a command….’’ Menurut dia hukum internasional itu itu bukan hukum dalam arti yang sebenarnya (properly so called). Ia menempatkannya segolongan dengan ‘’the laws set by fashion’’ sebagai ‘’rules of positive morality’’. Tetapi akan adanya hukum adat di Indonesia sebagai suatu system hukum yang tersendiri untuk menginsafi kelirunya pikiran Austin mengenai hakikat hukum. Adanya badan legislative, badan kehakiman dan polisi merupakan cirri yang jelas dari suatu system hukum positif yang efektif, akan tetapi ini tidak berarti bahwa tanpa lembaga-lembaga ini tidak terdapat hukum.

Aliran yang mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas kehendak Negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional.menurut mereka pada dasarnya negaralah yang merupakan sumber segala hukum, dan hukum internasional itu mengikat karena Negara itu atas kemauan mereka sendiri mau tunduk pada hukum internasional. Salah seorang yang paling terkenal dalam aliran ini adalah George Jellineck yang terkenal, seorang pemuka lain dari aliran ini ialah Zorn yang berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak lain daripada hukum tata Negara yang mengatur hubungan luar suatu Negara. Segi dari teori kehendak, pada hakekatnya hendak mengembalikan kekuatan mengikatnya hukum internasional itu pada kehendak Negara untuk diikat oeh hukum internasional ialah bahwa teori-teori ini pada dasarnya memandang hukum internasional sebagai hukum perjanjian antara Negara-negara. Persetujuan Negara untuk  tunduk pada hkum internasional menghendaki adanya suatu hukum atau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu, dan berlaku lepas dari kehendak Negara (aliran obyektivis). Bukan kehendak Negara melainkan suatu norma hukumlah yang merupakan dasar terakhir kekuatan mengikat hukum internasional. Inilah suatu aliran yang terkenal dengan nama mazhab Wiena. Menurut mazhab ini kekuatan mengikat suatu kaidah hokum internasional didasarkan suatu kaidah yang lebih tinggi yang pada gilirannya didasarkan pula pada suatu kaidah yang lebih tinggi yang pada gilirannya didasarkan pula pada suatu kaidah yang lebih tinggi lagi dan demikian seterusnya.

Mazhab Perancis dengan para pemukanya antara lain terutama Fauchile, Scelle dan Duguit mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional seperti juga segala hukum pada factor biologis, social dan sejarah kehidupan manusia yang mereka namakan fakta kemasyarakatan (‘’fait social’’) yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya segala hukum, termasuk hukum internasional. Dasar kekuatan mengikat hukum (termasuk hukum internasional) terdapat dalam kenyataan social bahwa

8

Page 9: Hukum Internasional.docx

mengikatnya hukum itu mutlak perlu untuk dapat terpenuhinya kebutuhan manusia ( bangsa) untuk hidup bermasyarakat.6

B. Masyarakat Internaional sebagai Landasan Sosiologis Hukum Internasional

Masyarakat intenasional adalah suatu kompleksitas bersama, yang jalin-menjalin secara tetap dan terus-menerus antara sejumlah negara-negara yang berdaulat dan sederajat.

Masyarakat internasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan

dan persamaan derajat.3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti

seorang kaisar pada zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil

oper pengertian lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi.5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur

hubungan antar negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini.

6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk memaksakan ditaatinya ketentuan hukum Internasional.

7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih dari anggapan mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan.

Karena masyarakat internasional berlainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan bersama dari negara-negara yang merdeka dan sederajat, unsur pertama yang harus dibuktikan ialah adanya sejumlah negara di dunia ini.7

Adanya sejumlah besar negara didunia ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi dan jelas bagi setiap orang yang memperhatikan kehidupan sehari-hari. Jumlah negara didunia pada dewasa ini melebihi seratus negara. Akan tetapi, adanya sejumlah besar negara belum berarti adanya suatu masyarakat internasional. Pertama-tama harus dapat pula ditunjukan adanya hubungan yang tetap antara anggota masyarakat internasional, apabila Negara itu masing-masing hidup terpencil satu dari yang lainnya. Adanya hubungan yang tetap dan terus-menerus demikian, juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi.

Saling membutuhkan antar bangsa-bangsa diberbagai lapangan kehidupan yang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus-menerus antara

6 Mochtar kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op.Cit,, hal 46-53.7 http://nirmalawlintang.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional.html

9

Page 10: Hukum Internasional.docx

bangsa-bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan demikian.

Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Hubungan antara orang atau kelompok orang yang tergabung dalam ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang berlainan itu dapat merupakan hubungan taklangsung atau resmi yang dilakukan oleh para pejabat Negara yang mengadakan berbagai perundingan atas nama Negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian antarnegara.

Disamping hubungan antarnegara yang resmi demikian, orang dapat juga mengadakan hubungan langsung secara perseorangan atau gabungan dilapangan perniagaan, keagamaan, ilmu penegetahuan, olahraga atau perburuhan yang melintasi batas negara. Jadi, yang dinamakan masyarakat internasional itu pada hakikatnya ialah hubungan kehidupan antar manusia. Masyarakat internasional sebenarnya merupakan suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang jalin menjalin dengan erat.8

Tiga Tradisi Teori Dalam Masyarakat Internasional, berupa tiga kategori dasar yaitu realis, rasionalis, dan revolusionis.

1. Realis adalah doktrin yang disitu persaingan dan konflik antara negara “melekat” di dalam hubungan mereka. Kaum realis menekankan “elemen anarki politik kekeuasaan, dan peperangan” (Wight 1991: 15-24). Realisme memusatkan pada kenyataan apa itu dari pada yang ideal apa yang seharusnya. Dengan demikian, realisme menimbulkan penghindaran khayalan dan “penerimaan apa adanya terhadap sisi kehidupan yang tidak menyenangkan”. Oleh karena itu, kaum realis cenderung pesimis tentang sifat manusia: peradaban manusia dibagi menjadi “penjahat dan penipu”, kaum realis bertahan hidup dan berhasil dengan mengalahkan penjahat dan mengambil keuntungan dari mereka yang bodoh atau naïf. Hal itu menunjukan politik dunia tidak dapat maju tetapi pada dasarnya selalu tetap sama dari waktu ke waktu atau tempat ke tempat. Realisme pada sisi yang ekstrim adalah suatu penolakan bahwa masyarakat Internasional hidup;yang hidup adalah keadaan alami hobbesian. Satu- satunya masyarakat politik dan tentu saja, komunitas moral adalah negara. Tidak ada kewajiban internasional diluar atau diantara negara- negara.

2. Rasionalis adalah mereka para teoritisi yang yakin bahwa manusia selalu memakai akal pikiran, dapat mengenali hal yang benar untuk dilakukan, dan dapat belajar dari kesalahannya dan dari yang lainnya. (Wight 1991: 14- 24). Kaum rasionalis yakin bahwa masyarakat kiranya dapat diataur untuk hidup bersama sekalipun mereka tidak memiliki pemerintahan bersama, seperti dalam kondisi hubungan

8 Ibid., hal 12-13.

10

Page 11: Hukum Internasional.docx

internasional yang anarkis. Rasionalisme pada sisi yang ekstrim - jika mungkin sampai batas yang merupakan jiwa yang sederhana- adalah dunia sempurna tentang saling menghargai, perjanjian dan aturan hukum diantara negara- negara. Dalam hal ini rasionalisme menunjukkan ” Jalan tengah” dari politik Internasional, memisahkan kaum realis pesimis disatu sisi dari kaum revolusionis optimis di sisi lain.

3. Revolusionis adalah mereka para teoritisi yang menunjukkan dirinya dengan rasa kemanusiaan dan yakin pada “persatuan moral” dari masyarakat dunia diluar negara (Wight 1991: 8- 12). Mereka adalah para pemikir “Kosmopolitan” daripada pemikir state-centric, pemikir solidaris daripada pemikir prularis, dan teori internasionalnya memiliki karakter yang progresifyng bahkan karakter penganut dalam hal bertujuan mengubah dunia menjadi lebih baik. Perubah sosial revolusioner adalah tujuannya. Hal ini menimbulkan munculnya dunia ideal semacam itu, apakah dunia ideal di dasarkan pada agama revolusioner seperti Kristen, atau ideologi revolusioner, seperti liberalisme republikan atau Marxisme-Leninisme. Bagi revolusionis, sejarah bukan hanya potongan kejadian dan peristiwa. Melainkan sejarah memiliki tujuan, manusia memiliki takdir. Kaum revolusionis optimis mengenai sifat manusia: mereka percaya pada kesempurnaan manusia. Tujuan akhir sejarah Internasional adalah untuk memungkinkan manusia mencapai pemenuhan diri dan kebebasan. Bagi Kant, revolusi menimbulkan pembentukan system negara konstitusional-”republic” yang bersamaan dapat membangun perdamaian abadi. Bagi Marx revolusi menimbulkan penghancuran negara kappitalis, menggulingkan system kelas yang menjadi landasannya, dan membentuk masyarakat tanpa kelas. Ketika revolusi itu dicapai, manusia tidak hanya akan terbebas tetapi juga bersatu kembali, dan tidak ada tempat baik bagi negara maupun bagi hubungan Internasional. Revolusionisme pada sisi ekstrim adalah pernyataan bahwa satu-satunya masyarakat nyata di muka bumu adalah masyarakat dunia yang terdiri dari manusia, yaitu peradaban manusia.

Empat kunci yang ditekankan dalam teori masyarakat internasional.

1. ditekankan pada pemikiran operatif terkemuka yang terlihat membentuk pemikiran, kebijakan dan aktifitas dari rakyat yang terlibat dalam hubungan internasional: warganegara khususnya.

2. ditekankan pada dialog antara pemikiran, nilai dan keyakinan terkemuka yang turut berperan dalam pelaksanaan kebijakan luar negri.

3. ditekankan pada dimensi sejarah dari hubungan internasioanal.4. ditekankan pada aspek hubungan internasional yang paling mendasar dan yang

paling singkat: aspek normative seperti yang terlihat dalam keterangan sejarah.9

9 http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/masyarakat-internasional/

11

Page 12: Hukum Internasional.docx

C. Kesatuan Asas Hukum sebagai Landasan Matterial bagi Hukum Internasional

Di atas telah diuarikan dua segi dari masyarakat internasional sebagai dasar sosiologis hukum internasional yaitu adanya sejumlah Negara-negara itu untuk mengadaka hubungan satu sama lain. Kebutuhan bangsa bangsa untu hidup berdampingan secara teratur ini merupakan suatu keharusan kenyatan sosial yang tidak dapat dielakkan. Alternatifnya pada zaman ini yang mengenal alat senjata pemusnah missal ialah kehancuran peradaban manusia. Hubunan yang teratur demikian itu tidak emata mata merupakan akibat dari fakta adanya sejumlah Negara dan kemajuan dalam berbagai perhubungan Negara .

Faktor pengikat yang nonmaterial ialah adanya asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa didunia ini, betapapun berlainan wujudnya hukum positif yang berlaku dimasing-masing negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum bangsa-bangsa.

Asas pokok hukum yang bersamaan inilah yang dalam ajaran mengenai sumber hukum formal dikenal dengan asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab merupakan penjelmaan hukum alami (natuurrecht). Adanya hukum alami yang mengharuskan bangsa-bangsa didunia ini hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahakan jenisnya (instinct for survival).10

D. Hakekat dan Fungsi Kedaulatan Negara dalam Masyarakat Internasional

Hakikat dan fungsi kedaulatan dalam masyarakat internasional perlu dijelaskan mengingat pentingnya peran negara dalam masyarakat dan hukum internasional dewasa ini. Kedaulatan merupakan kata yang sulit karena oaring memberikan arti yang berlainan padanya. Menuru sejarah, asal kata kedaulatan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah souvereignity berasla dari bahasa latin superanus berarti teratas. Negara dikatakan berdaulat karena kedaulatan merupakan suatu sifat hakiki negara. Bila dikatakan negara itu berdaulat, dimaksudkan bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi. Pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi inilah yang banyak menimbulkan salah paham.

Menurut asal katanya, kedaulatan memang berarti kekuasaan tertinggi. Negara berdaulat memang berarti bahwa negara itu tidak mengakui kekuasaan yang lebih tinggi daripada kekuasaannya sendiri. Dengan perkataan lain, Negara memiliki monopoli kekuasaan, suatu sifat khas organisasi masyarakat dan kenegaraan dewasa ini yang tidak lagi membenarkan orang perseorangan mengambil tindakan sendiri apabila ia dirugikan. Walaupun demikian, kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya. Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah negara

10 Ibid,, hal 14-15.

12

Page 13: Hukum Internasional.docx

itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya.

Bahwa kekuasaan suatu negara terbatas dan bahwa batas itu terdapat dalam kedaulatan negara lain merupakan konsekuensi yang logis dari paham kedaulatan sendiri dan mudah sekali dipahami apabila kita mau memikirkan persoalan ini secara konsekuen. Dilihat secara demikian, paham kedaulatan tidak usah bertentangan dengan adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing berdiri sendiri. Paham demikian juga tidak akan bertentangan dengan hukum internasional yang mengatur masyarakat itu.11

Dalam maknanya sebagai kekuasaan yang tertinggi, makna kedaulatan telah diakui sejak Aristoteles dan sarjana hukum Romawi. Pengertian ini sampai batas-batas tertentu masih dianut sampai abad pertengahan, dengan memahami kedaulatan sebagai wewenang tertinggi dari suatu kesatuan politik.

Semula kedaulatan dihubungkan dengan kekuasaan gereja yang mutlak,sejalan dengan bergesernya pusat kekuasaan ke tangan penguasa sekuler, muncul beberapa teori baru tentang pemusatan kekuasaan tertinggi. Sebagai contoh Dante mnyatakan kekuasaan tertinggi harus dipusatkan pada kekaisaran Romawi Suci.

Perkembangan selanjutnya terjadi ketika para ahli ilmu politik memandang makna kedaulatan dari dua sudut, yaitu:

1. Sudut Intern Kedaulatan2. Sudut Ekstern Kedaulatan

Sudut Intern Kedaulatan

Kedaulatan dipandang sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu kesatuan politik, Jean Bodin adalah salah satu ahli ilmu politik kebangsaan Perancis yang memandang kedaulatan dalam hubungannya dengan negara, yaitu bahwa sebagai atribut dan ciri negara yang sekaligus sebagai pembeda negara dari persekutuan lainnya, menurut beliau hakikat negara terletak pada kedaulatannya. Sudut pandang intern ini sering disebut dengan paham monisme tentang kedaulatan, belakangan paham ini dikritik karena dianggap sebagai penghalang pertumbuhan hukum internasional yang bertujuan mengatur hubungan antar negara.

Sudut Ektern Kedaulatan

Kedaulatan dipandang dalam hubungannnya dengan aspek mengenai hubungan antar negara, sudut pandang ini dipopulerkan oleh Grotius, yang belakangan dikenal sebagai bapak hukum internasional.

11 Ibid., hal 16-17.

13

Page 14: Hukum Internasional.docx

Makna kedaulatan dalam konteks hubungan antar negara menjadi senakin penting setelah ditandatangani Konferensi Montevideo tahun 1933. menurut konferensi ini, sebagai subjek hukum Internasional, negara harus memiliki kualifikasi berikut:

1. Penduduk yang tetap2. Wilayah tertentu3. Pemerintah yangberdaulat4. Kemampuan mengadakan hubungan dengan Negara lain

Unsur ke 4 ini merupakan unsur yang khusus dalam hubungannya dengan negara sebagai subjek hukum internasional. Bagi sarjana hukum internasional unsur ini pula yang menjadi unsur konstitutif yang terpenting, pandangan ini berbeda dengan konsep ilmu politik, yang menganggap tiga unsur pertama sebagai unsur konstitutif suatu negara.

Dikaji dari sudut pandang hukum internasional, kedaulatan mewakili totalitas hak-hak negera dalam menjalankan  hubungan luar negeri dan menata urusan-urusan dalam negarinya (Davidson, 1994). Menurut sudut pandang ini, ciri utama  negara yang berdaulat adalah bahwa kemampuannya untuk melakukan sendiri pengawasan terhadap wilayahnya dan orang-orang yang berada di dalam wilayah itu, kecuali bila hal itu bertentangan dengan aturan-aturan hukum internasional.12

BAB IV

PENUTUP

12 http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ppkn4419/Materi3/Hakikat%20Kedaulatan.htm

14

Page 15: Hukum Internasional.docx

A. Kesimpulan

Suatu kumpulan bangsa untuk dapat benar-benar dikatakan suatu masyarakat Hukum Internasional harus ada unsur pengikat yaitu adanya asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini. Betapapun berlainan wujudnya hukum positif yang berlaku di tiap-tiap negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum bangsa-bangsa merupakan hukum alam (naturerech) yang mengharuskan bangsa-bangsa di dunia hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat.

B. Saran

Untuk ini kami menyarankan agar lebih banyak lagi membaca literatur-literatur tentang Hukum Internasional. Selain itu juga untuk mencari info atau bahan-bahan tentang Hukum Internasional bukan hanya dari buku saja tetapi kita dapat mengaksesnya di internet. Jika kita membaca dan memahami seluk beluk Hukum Internasional maka kita dapat mengerti dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia yang tertib hukum.

15

Page 16: Hukum Internasional.docx

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, P.T.Alumni, Bandung.

Starke, J.G., 1989, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ppkn4419/Materi3/Hakikat%20Kedaulatan.htm

http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/masyarakat-internasional/

http://nirmalawlintang.blogspot.com/2012/06/hukum-internasional.html

http://edifitrianudin.blogspot.com/2012/03/definisi-hukum-internasional-oleh-

para.html

16