HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare...

39
HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG DILAKUKAN IBU PADA BALITA TERHADAP PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh: ARSHY DUANNA 08C10104072 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR 2013

Transcript of HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare...

Page 1: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANGDILAKUKAN IBU PADA BALITA TERHADAP PENYAKIT

DIARE DI PUSKESMAS MEUREUBOKABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh:ARSHY DUANNA

08C10104072

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR2013

Page 2: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia sebagai “Negara Tropis” merupakan kawasan endemic

berbagai penyakit menular, seperti malaria, TBC, Filariasis, Diare dan

sebagainya (Achmadi, 2005). Salah satu penyakit menular yang endemis

adalah diare yang merupakan penyakit saluran pencernaan. Diare adalah

sindroma klinik yang penyebabnya berbeda-beda dan berhubungan dengan

sering buang air besar, kehilangan cairan, muntah dan demam. Keadaan ini

merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit maupun

intoksikasi bahan kimia (Benenson, 1990).

Diare termasuk penyakit pembunuh anak-anak nomor tiga teratas di

Negara berkembang dan diperkirakan sekitar tiga juta anak meninggal setiap

tahun karena diare. Secara epidemiologis, penyakit diare dapat terjadi pada

semua orang dan tidak terbatas pada kelompok umur, gender maupun social

(Depkes RI, 2000).

Di Negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan

ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih

menjadi masalah kesehatan. Tingginya kejadian diare di Negara Barat ini oleh

karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan

bakteri salmonella spp, campylobacter jejuni, staphylococcus aureus, bacillus

Page 3: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

2

cereus, clostridium perfringens dan enterohemorrhagic Escherichia coli

(EHEC).

Di Negara maju diperkirakan insiden diare 0,5-2 episode/orang/tahun

sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk

sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi

setiap tahunnya. Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO,

2000), di Bangladesh selama kurun waktu 10 tahun (1974-1984) angka

kejadian diare berkisar 1,93%-4,2%, dan di Thailand dari seluruh pasien rawat

jalan anak di rumah sakit ditemukan 20% merupakan penderita diare. Di

Negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta

penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali

setiap tahunnya.

Hasil survey Depkes RI tahun 2000 memperlihatkan angka kesakitan

diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus

diare muncul pada dua tahun pertama usia anak dan proposi tertinggi terjadi

pada kelompok usia 6-11 bulan saat dimulainya pemberian makanan

pendamping ASI atau makanan sapihan “case fatality rate-nya saat KLB

mencapai 1,6%.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004

angka kematian akibat diare di Indonesia mencapai 23 orang per 100 ribu

penduduk untuk dewasa dan 75 per 100 ribu balita. Angka kejadian itu

termaksud masih cukup tinggi dibandingkan Negara lain.

Hasil survey Depkes RI, pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian

diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000, dan frekwensi 1-2

Page 4: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

3

kali per tahun pada anak-anak berusia dibawah 5 tahun. Pada 2001, angka

kematian rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 per 100.000 penduduk,

sedangkan angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di

bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000 orang. Sementara kematian anak berusia

dibawah tiga tahun akibat diare dengan CFR 19%.

Di Indonesia angka insiden diare selama kurun waktu 4 tahun dari

tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 mempunyai kecendrungan menurun

dari 21,9 per 1000 pada tahun 2000 menjadi 10,6 per 1000 pada tahun 2003.

Namun dalam kurun waktu dua tahun berakhir terjadi peningkatan hampir 2

kali lipat yakni 6,7 per 1000 pada tahun 2003 menjadi 10,6 per 1000 pada

tahun 2003 (Depkes RI, 2004).

Kondisi kejadian diare pada balita di Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam pada tahun 2004 sebanyak 32.466 balita, untuk tahun 2005

berjumlah 37.801 balita, yang berarti terjadi peningkatan sebesar 16,43% pada

tahun 2006 kejadian diare pada balita berjumlah 36.960 balita. Bila

dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 2,2% (Dinkes

NAD, 2007). Namun demikian penurunan ini tidak dapat disimpulkan insiden

diare menurun, tetapi karena cakupan penerimaan laporan juga menurun. Dari

seluruh kejadian diare pada balita di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun

2006 yang berjumlah 36.960 balita, 18%.

Di Aceh Barat Jumlah pasien diare untuk semua golongan umur yang

dilaporkan pada periode tahun 2010 mencapai 7.342 sedikit menurun bila

dibandingkan tahun 2011 yang jumlah kunjungannya mencapai 3.667. pada

tahun 2012 jumlah penderita diare yang berobat di Puskesmas yang ada di

Page 5: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

4

Aceh Barat sebanyak 177 pasien dengan total kunjungan 3.136. Pada lokasi

penelitian jumlah kunjungan pasien diare Tahun 2012 di Puskesmas Meurebo

berjumlah 2867 kunjungan pasien, 477 diantaranya berusia dibawah 5 tahun.

Jumlah total balita pada tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Meurebo

berjumlah 1092 balita.

Tingginya kasus diare dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan

perilaku masyarakat karena penyakit diare merupakan salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000). Selain itu faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya diare dapat berupa lingkungan, gizi, kependudukan,

pendidikan, social ekonomi, dan faktor perilaku (www.dinkes-dki.go.id).

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pemerintah telah

mendirikan rumah sakit dan puskesmas. Dalam system manajemen, kesehatan

puskesmas adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Puskesmas merupakan pelaksana pelayanan kesehatan dasar.

Untuk hal tersebut tersebut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, puskesmas harus dapat menetapkan program,

mepertahankan jangkauan dan pemerataan serta meningkatkan mutu

pelayanan (Depkes RI, 1999).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nielsen di Pakistan tahun 2001

didapatkan bahwa persepsi ibu yang keliru tentang penyebab terjadinya diare.

Menurut ibu terjadinya diare pada balita disebabkan oleh terlalu banyaknya

mengkonsumsi cairan, tidak seimbangnya antara dietnya makanan panas dan

dingin, ASI ibu yang buruk, pemberian makanan pada bayi berusia lebih dari

6 bulan, dan juga terjadi diare bila bayangan melewati anak (Nielsen, 2001).

Page 6: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

5

Penelitian yang dilakukan oleh litbang Dinkes RI tahun 2001 pada 86

ibu balita tentang perilaku ibu mengobati anaknya yang menderita daire

adalah pernah mengobati sendiri sebasar 46,6%, berobat ke dukun/tabib

sebesar 0,9%, sedangkan yang berobat ketenaga kesehatan sebesar 52,5%.

Dari keseluruha ibu yang membawa anaknya yang berobat kepelayanan

kesehatan, 29% dibawa ke puskesmas dan pustu, praktek petugas kesehatan

16,7% dan praktek dokter 6,8%.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah apakah

ada hubungan upaya pengobatan dan pencegahan yang dilakukan ibu pada

balita terhadap penyakit diare di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh

Barat.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan upaya pengobatan dan

pencegahan yang dilakukan ibu pada balita terhadap penyakit diare di

Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan upaya pengobatan yang dilakukan

ibu pada balita terhadap penyakit diare di Puskesmas Meureubo

Kabupaten Aceh Barat.

Page 7: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

6

2. Untuk mengetahui hubungan upaya pencegahan yang dilakukan

ibu pada balita terhadap penyakit diare di Puskesmas Meureubo

Kabupaten Aceh Barat.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi baru tentang hubungan upaya

pengobatan dan pencegahan yang dilakukan ibu pada balita terhadap

penyakit diare di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat yang

dapat digunakan sebagai dasar penelitian dimasa yang akan datang.

1.4.2. Manfaat Aplikatif

Maanfaat bagi tenaga kesehatan, pemerintah/pengambil

keputusan dapat member informasi tentang hubungan upaya

pengobatan dan pencegahan yang dilakukan ibu terhadap balita

terhadap penyakit diare di Puskesmas Meureubo kabupaten Aceh

Barat yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan dalam menentukan kebijakan untuk pencegahan dan

penanganan kejadian diare.

Page 8: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

2.1.1. Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme

termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa.

(Amirudin 2008) Diare ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih

dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.

Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3

tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume

lebih dari 200 g/24 jam disebut diare. (Behrman dkk, 2003)

Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare

dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi, dapat

disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut

yang berlangsung selama 3 – 7 hari. (Subijanto dkk, 2005)

Disamping itu ada juga klasifikasi yang lain berdasarkan organ yang terkena

infeksi yaitu:

a. Diare infeksi eksternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit).

b. Diare infeksi parental atau diare karena infeksi diluar usus (otitis,

media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin dan lainnya).

(Suharyono, 2008).

Page 9: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

8

Departemen Kesehatan (2000), mengklasifikasikan jenis diare enjadi 4

kelompok yaitu:

1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari).

2. Disentri: yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3. Diare persisten: yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus.

4. Diare dengan masalah lain, anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan

gizi atau penyakit lainnya.

2.1.2. Etiologi

Penyebab diare dapat berupa:

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan makaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak, memiputi:

1) Infeksi bakteri vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

2) Infeksi virus seperti Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,

Polimyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, dan lain-lain

3) Infeksi parasit sperti cacing, protozoa, dan jamur.

b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan amakanan seperti

otitis media kaut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,

Page 10: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

9

dan sebagainya. Keadaaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi, karbohidrat, monosakarida. Pada anak bayi dan anak yang

terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Ngastiyah, 2005).

Etiologi diare, pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui,

akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui. Pada saat ini

telah dapat diindetifikasi tidak kurang dari jenis 25 jenis mikroorganisme yang

dapat menyebabkan diare pada bayi dan anak. Penyebab itu dapat digolongkan

lagi kedalam penyakit ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40-60%) sedangkan

virus lainya ialah virua Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,

Minirotavirus dan virus bulat kecil.

2.1.3. Gejala Diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,

terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolic.

Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan deficit air dan kseseimbangan serum

elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampai 1% dalam sehari

Page 11: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

10

merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan

apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto, 2002).

Gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam

sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panah, tidak nafsu

makan, dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat

mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba

menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

kelesuan. Selain itu, dapat pua mengalami sakit perut dan kejang perut, serta

gejala-gejala ain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan

sakit sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan

tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula

pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meninkat, nafsu makan berkurang, tinja

mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan

sesudah diare. Bila penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala

dehidrasi mulai Nampak, yaitu berat badan menurun, tugor berkuran, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak

kering.

2.2. Penanganan dan Pengobatan Diare

2.2.1. Mencegah Terjadinya Dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan

seperti air tajin , kuah sayur, atau air sup. (Depkes RI, 2005.)

Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

Page 12: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

11

a. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

b. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

c. Jangkauan pelayanan kesehatan

d. Tersedianya oralit

2.2.2. Menangani Dehidrasi

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam

terapi efektif diare akut. (Hiswani 2003) WHO mengatur pemberian rehidrasi oral

harus mengandung natrium 90 mEq/L, kalium klorida 20 mEq/L, dan glukosa 111

mEq/L. (Kliegman dkk, 2007) Gula dapat digunakan sebagai sumber kalori

dan juga sebagai bagian dari cairan rehidrasi. Akan tetapi ukuran gula yang

digunakan haruslah tepat, yaitu 5 gram per 200 ml air. Jika terlalu banyak gula

diberikan akan terjadi diare osmosis. Glukosa diperlukan dengan absorbsi 1

molekul NaCl memerlukan 1 mol glukosa, sehingga perbandingan antara gula

dan garam adalah 1 gram garam dan 5 gram gula dalam 200 cc air masak.

(Depkes n.d.) Sebelum melakukan rehidrasi oral, hal yang harus dilakukan adalah

menentukan derajat dehidrasi, agar penanganannya sesuai dengan keadaan klinis

anak. (WHO 2000).

a. Diare tanpa dehidrasi

Anak dengan diare tanpa dehidrasi dapat diberikan cairan lebih banyak

untuk mencegah dehidrasi. Anak harus tetap diberikan makanan sesuai

dengan umurnya dan menerima ASI. (WHO 2000)

Perawatan anak di rumah dengan diare tanpa dehidrasi.

1) Berikan cairan tambahan

Page 13: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

12

a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah

dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti

larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau

tidak ada cairan tersebut, dapat diberikan hanya air matang.

b) Jika anak menyusui ASI, maka harus tetap diberikan.

c) Jika anak mendapatkan/diberikan ASI eksklusif, berikan cairan

rehidrasi oral (CRO) atau air minum tambahan pada ASI. Setelah

diare berhenti, ASI ekslusif dapat diteruskan.

d) Jika sudah melewati masa ASI eksklusif, maka dapat berikan:

1. Cairan rehidrasi oral

2. Makanan yang banyak mengandung air (sup, bubur)

3. Air matang

4. Aturan untuk memberikan cairan tambahan untuk mencegah

dehidrasi

5. Anak < 2 tahun 50– 100 ml setiap setelah buang air besar.

6. Anak ≥ 2 tahun 100 – 200 ml setiap setelah buang air besar.

(Depkes RI, 2005)

2) Berikan suplemen zink

a) Dosis zink yang harus diberikan:

1. ≤ 6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari.

2. > 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari.

b) Cara memberikan suplemen zink

1. Pada bayi, larutkan tablet dalam sedikit air lalu campurkan pada

susu atau CRO.

Page 14: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

13

2. Anak yang lebih besar, tablet dapat langsung diminum atau

dilarutkan.

c) Suplemen zink diberikan selama 10-14 hari. (Depkes RI, 2005).

3) Anak tetap diberikan makanan

Kebiasaan penderita diare dipuasakan dapat memperburuk keadaan

penderita. Oleh karena itu, pemberian makanan pada penderita diare

harus tetap dilakukan. Jika anak masih menyusu maka selama anak

menderita diare menunjukkan bahwa 80% makanan masih dapat diserap

oleh dinding usus. Karana itu, pemberian makanan harus tetap dilakukan

walaupun ini berarti memperbanyak feses anak. Selain dapat

mempertahankan tingkat gizi anak, juga anak dapat sembuh lebih cepat.

(Hiswani 2003).

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan

sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mendapatkan ASI harus lebih

sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering

dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan anak. (Depkes RI, 2005)

4) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3

hari atau menderita sebagai berikut:

Page 15: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

14

a. Buang air besar cair lebih sering

b. Muntah berulang

c. Rasa haus yang nyata

d. Makan atau minum sedikit

e. Demam

f. Tinja berdarah (Depkes RI, 2005.) .

b. Diare dengan dehidrasi ringan – sedang

Pada umumnya, anak dengan dehidrasi ringan diberikan CRO.

1. Untuk 4 jam pertama, pemberian CRO yang sesuai berdasarkan

kilogram berat badan anak.

2. Menentukan jumlah CRO yang diberikan pada 4 jam pertama.

3. Jika anak kehausan dan ingin minum, maka berikan minum lebih

4. Memberikan CRO dengan cara yang baik dan benar. Untuk anak di

bawah 2 tahun berikan 1 sendok teh setiap 1-2 menit dan beberapa

teguk dari cangkir untuk anak yang lebih besar

5. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan pemberian

CRO perlahan-lahan (satu sendok makan setiap 2-3 menit).

6. Jika kelopak mata membengkak, hentikan CRO dan segera berikan air

minum atau ASI

7. Beri ASI jika anak menginginkannya

8. Memberikan suplemen zink dengan dosis sebagai berikut dan diberikan

selama 10-14 hari:

a) ≤ 6 bulan ½ tablet (10 mg) per hari

b) > 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari

Page 16: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

15

9. Lanjutkan pemberian makanan, karena nutrisi sangat penting dalam tata

laksana diare.

a) Dalam 4 jam pertama, jangan memberikan makanan kecuali ASI.

Menyusui ASI diberikan setiap selesai diare.

b) Setelah 4 jam, jika anak tetap dehidrasi ringan dan tetap berikan

CRO, berikan makanan setiap 3-4 jam.

c) Setiap anak antara 4-6 bulan seharusnya diberikan sedikit makanan.

d) Anak dianjurkan makan sebanyak 6 kali per hari. Beri makanan yang

sama setelah diare berhenti dan berikan makanan ekstra sehari dalam

2 minggu (Satriya 2008).

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk

bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh

(somnolen-koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi)

memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. (Depkes RI, 2005.).

2.2.3. Pemilihan jenis cairan parenteral

Cairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan

atau tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume

darahnya, serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. (Satriya 2008).

Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan

dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan

dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya

Page 17: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

16

rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia.

(Satriya 2008).

Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak

mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis

cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan

sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah

cairan rehidrasi oral dengan osmolalitas 210 – 268 mmol/1 dengan Na

berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan

kolera atau tanpa kolera.(Satriya 2008).

2.2.4. Mengobati Kausa Diare

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri “self limiting”. Antibiotika

hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya Cholera, Shigella,

karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali

pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena

bakteri mudah mengadakan translokasi ke dalam sirkulasi, atau pada anak/bayi

yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang

menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsis.

(Subijanto dkk, 2005).

1. Rumah Sakit

Fungsi rumah sakit selain yang diatas juga merupakan pusat pelayanan

rujukan medic spesialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama

menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative).

Page 18: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

17

Rumah sakit merupakan salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan

kesehatan. Menurut Wolpen dan Pena (Azwar, 1997), rumah sakit adalah

tempat orang sakit mencari dan menerima pelyanan kedokteran serta

tindakan, penelitian klinis untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai

tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Dari batasan tersebut

diatas, fungsi dan kegiatan rumah sakit saat ini mengalami berbagai

perkembangan. Jika dahulu fungsi rumah sakit hanya untuk menyembuhkan

orang sakit (nasocomium/hospital), mak pada saat ini telah berkembang

menjadi tempat pendidikan.

2. Puskesmas

Depkes RI (2000), mendefinisikan puskesmas sebagai suatu kesatuan

organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Salah satu kegiatan pokok puskesmas dalam upaya pengobatan

penyakit menular, termasuk diare adalah: mengumpulkan dan mngenalisa

data tentang penyakit diare, melaporkan kasus penyakit diare, menyelidiki

dilapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang masuk untuk

menemukan kasus-kasus baru, dan untuk mengetahui sumber-sumber

penularan, tindakan sesegera mungkin untuk mencegah perkembangan

penyakit secara luas, mengobati penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber

penularan penyakit, pemberian imunisasi, pemberantasan vector, serta

memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Effendy, 1998).

Page 19: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

18

Upaya pengobatan yang dilakukan puskesmas yaitu melakukan

diagnose penyakit diare sedini mungkin meliputi: mengkaji riwayat penyakit,

mengadakan pemeriksaan fisik, mengadakan pemeriksaan laboratorium,

menegakkan diagnose diare. Setelah penentuan diagnose, maka dilakukan

tindakan pengobatan segera terhadap penderita diare. Melakukan upaya

rujukan bila dianggap perlu (Efendy, 1998).

Penanganan penderita diare dengan dehidrasi ringan atau sedang

dilakukan dengan pemberian oralit selama priode 3 (tiga) jam.

Kemudian ajarkan cara pemberian oralit kepada ibu yaitu:

a. Minuman sedikit-sedikit, tetapi sering

b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi

pemberian oralit

c. Lanjutkan pemberian ASI selama anak mau (Sudiharto, 2007).

3. Dokter praktek

Dokter praktek umum adalah kontrkator independen yang

memberikan serangkaian pelayanan medic yang menyeluruh selama

24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu kepada pasien praktik

mereka dan pasien diluar itu juga mengalami kedaruratan. Dokter

umum ini menetapkan target tertentu untuk imunisasi, sitologi dan

screening untuk usia lanjut dan juga menetapkan anggaran praktik.

4. Biaya

Perilaku seorang ibu dalam menangani anak balita yang sakit

banyak dipengaruhi oleh social diantaranya fasilitas kesehatan yang

diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak

Page 20: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

19

simpatik, judes, tidak responsive. Alasan lain adalah takut kepada

dokter, takut pergi kerumah sakit, dan takut akan biaya yang besar.

Katagori penggunaan pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga. Ini berarti bahwa sumber pendapatan keluarga

menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan

bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003).

5. Cara pemberian obat

Diare yang diinduksikan oleh virus dan bakteri biasanya hanya

membutuhkan diet cair bersih serta peningkatan asupan cairan. Terapi

anti mikroba dapat diindikasikan bila ada darah dalam tinja. Zat-zat

anti diare yang menurunkan mobilitas usus dikontra indikasikan pada

penyakit infeksi parasit dan beberapa infeksi bakteri, karena

menghambat pengeluaran organism. Diare yang diinduksikan oleh

obat atau toksin paling baik diterapikan dengan menghentikan zat

penyebab bila memungkinkan (Olson, 2004).

Ada 3 patokan bagi seorang ibu untuk mngobati daire yaitu:

menambahkan cairan, makanan bagi sianak terus diberikan, jika tidak

membaik maka anak harus segera dibawa kepetugas kesehatan

(Andrianto, 1995).

Pemberian obat yang dilakukan oleh keluarga untuk

penyembuhan penyakit, cara pemberiannya dilakukan dengan

petunjuk tenaga medis dan kebiasaan masyarakat dalam pemberian

obat jika yang dimakan obat tradisional, sedangkan pemberian

makanan pada anak balita bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang

Page 21: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

20

diperukan tubuh dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan

pengaturan faal tubuh. Disamping itu zat gizi yang berperan dalam

memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk melaksankan

kegiatan sehari-hari.

Pengasuhan merupakan serangkaian kegiatan yang intensif

dilakukanoleh orang tua dalam mengarahkan anak untuk memiliki

kecakapan hisup. Pengasuh harus memiliki ketrampilan dalam

memberikan rangsangan dan respon kepada anak apabila mengalami

kesulitan dalam hidupnya. Pengasuh harus merespon rangsangan yang

bersumber dari anak baik dalam makanan, kebersihan dan dalam

permainan anak (Sunarti, 2004).

2.3. Pencegahan Penyakit Diare

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

pencegahan tingkat pertama, yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan

khusus, pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan

yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga yang meliputi pencegahan terhadap

cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

2.3.1. Pencegahan primer

Pencegahan penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab

lingkungan dan faktor penjamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya

agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan

sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi

lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari penjamu maka dapat

dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi

Page 22: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

21

2.3.2. Pencegahan sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita

diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini

dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat

samping dan komplikasi.

2.3.3. Pencegahan tersier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita jangan sampai mengalami

kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare

diusahakan pengambilan fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada

tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat

samping dari diare (Nasry Noor, 1997).

2.4. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Upaya Pengobatan (Depkes RI, 2005)- Kebiasaan dalam mengobati

diare- Tersedia cairan sari makanan

yang cocok- Jangkauan pelayanan kesehatan- Tersedianya oralit

Upaya Pencegahan (Nasry Noor,1997)

- Pencegahan Primer- Pencegahan Sekunder- Pencegahan Tersier

Penyakit diarepada balita

Page 23: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

22

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan upaya pengobatan dengan penyakit diare pada balita

2. Adanya hubungan upaya pencegahan dengan penyakit diare pada balita

Upaya Pengobatan

Upaya Pencegahan

Penyakit diarepada balita

Page 24: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross

Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan upaya pengobatan dan

pencegahan yang dilakukan ibu pada balita terhadap penyakit diare di Puskesmas

Meureubo Kabupaten Aceh Barat (Notoatmodjo, 2010).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Meureubo Kabupaten

Aceh Barat dan penelitian ini direncanakan pada bulan 19 September sampai 04

Oktober 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 1092 ibu-ibu yang

memiliki anak balita di yang terdiri dari 26 desa wilayah kerja Puskesmas

Meureubo Kabupaten Aceh Barat yaitu:

No Nama Desa1 Peunaga cut ujong2 Gunong kleng3 Peunaga Pasi4 Peunaga rayeuk5 Paya Peunaga6 Langung7 Meureubo

Page 25: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

24

8 Ujong Drien9 Pasi Pinang10 Ujong Tanjong11 Bukit Jaya12 Buloh13 Ranto panyang timur14 Ranto panyang barat15 Mesjid tuha16 Ujong tanoh darat17 Ranup dong18 Pasi mesjid19 Pulo teungoh20 Balee21 Sumber batu22 Pasi aceh baroh23 Pasi aceh tunong24 Reudeup25 Pucok redep26 Paya baro

3.3.2 Sampel

Cara pengambilan sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin :

n = 21 dN

N

Keterangan : N = Populasi

n = Sampel

d = Tingkat Kepercayaan (0,1)

n = 21.010921

1092

=92.101

1092

=92.11

1092

=91

Page 26: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

25

Jadi jumlah sampel sebanyak 91 responden, cara pengambilan sampel ini

menggunakan Cluster Sampling adalah sampel yang berkarakteristik dari populasi

yaitu ibu-ibu yang memiliki balita di wilayah kerja puskesmas Meureubo

Kebapaten Aceh Barat.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari

hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat

kesesuaian.

2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam

pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka.

3. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk

master tabel.

3.4.1. Jenis dan sumber data

1. Data primer

Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan

menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Meureubo Aceh Barat

yang berhubungan dengan data penyakit diare pada balita.

Page 27: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

26

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.5 Definisi OperasionalNo Variabel Keterangan Variabel Independen1 Pengobatan Definisi Penanganan pada penderita

diare dengan cara medisseperti memberikan obat-obatan dan ke pelayanankesehatan.

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur 1. Baik

2. Tidak baikSkala ukur Ordinal

2 Pencegahan Definisi Hal-hal yang dilakukan ibukepada balita agar terhindardari penyakit diare.

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur 1. Baik

2. Tidak baikSkala ukur OrdinalVariabel Dependen

5 Penyakit Diare PadaBalita

Definisi Penyakit yang yang diderita balita yangdisebabkan oleh infeksimikroorganisme.

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur 1. Tidak Diare

2. DiareSkala ukur Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

1. Pengobatan

Baik : jika responden menjawab ≥ 50% dari pertanyaan

Tidak baik : jika responden menjawab < 50% dari pertanyaan

2. Pencegahan

Page 28: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

27

Baik : jika responden menjawab ≥ 50% dari pertanyaan

Tidak baik : jika responden menjawab < 50% dari pertanyaan

3. Penyakit Diare pada balita

Baik : jika responden menjawab ≥ 50% dari pertanyaan

Tidak baik : jika responden menjawab < 50% dari pertanyaan

3.7. Tenik Analisa Data

3.7.1. Analisis Univariat

Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari

variabel-variabel yang diteliti.

3.7. 2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square (X2) (Budiarto,

2001).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

akan dihitung nilai odd ratio (OR).

Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :

a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”

b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya“Continuity Correction (a)”

Page 29: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

28

c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan

uji“Pearson Chi-Square”

d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya

digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisa stratifikasi pada

bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel

katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk

membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)

sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).

Page 30: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum

UPTD Puskesmas Meureubo berdiri pada tahun 1992 dan merupakan Unit

Pelaksanaan Tugas Dinas dengan sistem pelayanan rawat jalan yang beralamat di

jalan Datoek Janggoet Meuh Gampong Meuruebo Kecamatan Meureubo dengan

luas wilayah kerja 199,43 Ha.

Unit Pelayanan Puskesmas Induk dibantu dengan lima Puskesmas

pembantu, satu puskesmas pembantu daerah transmigrasi local SP VI dan enam

unit polindes atau poskesdes yang terdiri dari 71 tenaga kesehatan berbagai

disiplin ilmu dan 10 bidan PTT

Secara geografis, wilayah kerja UPTD Puskesmas Meureubo terbagi

dalam dua wilayah, yaitu: (1) wilayah pesisir terdiri dari 16 gampong, dan (2)

wilayah pegunungan sebanyak 11 gampong. Adapun batasan-batasan kerja

adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas

Peureume Kecamatan Kaway XVI Kab.Aceh Barat.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang

Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan raya.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Johan

Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kab.Aceh Barat.

Page 31: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

30

Berikut ini adalah karekteristik dari responden berdasarkan Umur,

Pendidikan dan Pekerjaan.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Balita Di PuskesmasMeureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Umur Frekuensi %1 22 1 1,12345678910111213141516171819

232425262728293031323334353637384145

541311021411871674231

5,54,414,31,111,02,21,14,41,11,18,87,717,67,74,42,23,31,1

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari total 91 Responden umur ibu yang

paling banyak adalah ibu berumur 35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (17,6%).

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita DiPuskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Pendidikan Frekuensi %1 PT 10 11,0234

SMASMPSD

50238

54,925,38,8

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Page 32: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

31

Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari total 91 Responden berdsarkan

pendidikan responden yang paling banyak tamatan dari SMA yaitu sebanyak 50

orang (54,9%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita DiPuskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Pekerjaan Frekuensi %1 Bekerja 22 24,22 Tidak Bekerja 69 75,8

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa dari total 91 Responden berdasarkan

pekerjan responden yang paling banyak adlh responden yang tidak bekerja yaitu

sebanyak 69 orang (75,8%).

4.1.2. Analisis Univariat

Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar

variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.

1. Pengobatan

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengobatan Yang DilakukanIbu Pada Balita Terhadap Penyakit Diare Di PuskesmasMeureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Pengobatan Frekuensi %1 Baik 57 62,62 Tidak Baik 34 37,4

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa pengobatan diare oleh ibu yang dilakukan

dengan baik sebanyak 62,6% sedangkan yang tidak baik 37,4%.

Page 33: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

32

2. Pencegahan

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Yang DilakukanIbu Pada Balita Terhadap Penyakit Diare Di PuskesmasMeureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Pencegahan Frekuensi %1 Baik 49 53,82 Tidak Baik 42 46,2

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa pencegahan diare oleh ibu yang dilakukan

dengan baik sebanyak 53,8% sedangkan yang tidak baik 46,2%.

3. Penyakit Diare Pada Balita

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Diare Pada Balita DiPuskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Penyakit Diare PadaBalita

Frekuensi %

1 Tidak Diare 56 61,52 Diare 35 38,5

Total 91 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa balita yang tidak mengalami diare

sebanyak 61,5% sedangkan yang mengalami diare sebanyak 38,5%.

4.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.

Page 34: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

33

a. Pengobatan Dengan Penyakit Diare Pada Balita

Tabel 4.4. Hubungan Pengobatan Dengan Penyakit Diare Di PuskesmasMeureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

Sumber: data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 57 responden yang pengobatannya

baik 75,4% tidak mengalami diare sedangkan dari 34 responden yang

pengobatannya tidak baik 61,8% mengalami diare. Dari hasil uji chi square di

dapat nilai P Value = 0,001 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya

hubungan yang signifikan antara pengobatan dengan penyakit diare di Puskesmas

Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Dilihat dari nilai OR 4,962 maka dapat diartikan bahwa pengobatan yang

baik memiliki peluang 5 kali tidak mengalami diare dari pada ibu dengan

pengobatan yang tidak baik.

b. Pencegahan Dengan Penyakit Diare Pada Balita

Tabel 4.5. Hubungan Pencegahan Dengan Penyakit Diare Di PuskesmasMeureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

Sumber: data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 49 responden yang pencegahannya

baik 77,6% tidak mengalami diare sedangkan dari 42 responden yang

PengobatanPenyakit Diare Pada

BalitaTotal

PTidak diare Diaren % n % n % OR

Baik 43 75,4 14 24,6 57 100 0,001 4,962Tidak baik 13 38,2 21 61,8 34 100 (1,982-12,421)Jumlah 56 61,5 35 38,5 91 100

PencegahanPenyakit Diare Pada

BalitaTotal

PTidak diare Diaren % n % n % OR

Baik 38 77,6 11 22,4 49 100 0,001 4,606Tidak baik 18 42,9 24 57,1 42 100 (1,858-11,416)Jumlah 56 61,5 35 38,5 91 100

Page 35: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

34

pencegahannya tidak baik 57,1% mengalami diare. Dari hasil uji chi square di

dapat nilai P Value = 0,001 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya

hubungan yang signifikan antara pencegahan dengan penyakit diare di Puskesmas

Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Dilihat dari nilai OR 4,606 maka dapat diartikan bahwa pencegahan yang

baik memiliki peluang 5 kali tidak mengalami diare dari pada ibu dengan

pencegahan yang tidak baik.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengobatan Dengan Penyakit Diare

Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula

pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meninkat, nafsu makan berkurang, tinja

mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan

sesudah diare. Bila penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala

dehidrasi mulai Nampak, yaitu berat badan menurun, tugor berkuran, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak

kering.

Ada 3 patokan bagi seorang ibu untuk mngobati daire yaitu: menambahkan

cairan, makanan bagi sianak terus diberikan, jika tidak membaik maka anak harus

segera dibawa kepetugas kesehatan (Andrianto, 1995). Pemberian obat yang

dilakukan oleh keluarga untuk penyembuhan penyakit, cara pemberiannya

dilakukan dengan petunjuk tenaga medis dan kebiasaan masyarakat dalam

pemberian obat jika yang dimakan obat tradisional, sedangkan pemberian

makanan pada anak balita bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang diperukan

tubuh dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh.

Page 36: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

35

Pada penelitian yang peneliti lakukan di Puskesmas Meureubo dimana dari

57 responden yang pengobatannya baik 75,4% tidak mengalami diare sedangkan

dari 34 responden yang pengobatannya tidak baik 61,8% mengalami diare, ini

dapat diartikan bahwa semakin baik pengobatan ibu semakin kecil pula kejadian

diare pada balita begitu sebaliknya semakin tidak baik pengobatan diare oleh ibu

maka semakin banyak pula anak yang mengalami diare. Dapat disimpulkan upaya

pengobatan mempuanyai hubungan yang signifikan terhadap penyakit diare pada

balita.

4.2.2. Pencegahan Dengan Penyakit Diare

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme

termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa

(Amirudin 2008). Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara

umum yakni: pencegahan tingkat pertama, yang meliputi promosi kesehatan dan

pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini serta

pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga yang meliputi pencegahan

terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pencegahan memiliki hubungan

yang erat dengan terjadinya diare dimana diperkuat dengan hasil uji chi square di

dapat nilai P Value = 0,001 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya

hubungan yang signifikan antara pencegahan dengan penyakit diare di Puskesmas

Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Page 37: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari 57 responden yang pengobatannya baik 75,4% tidak mengalami

diare sedangkan dari 34 responden yang pengobatannya tidak baik 61,8%

mengalami diare.

2. Adanya hubungan antara pengobatan dengan penyakit diare pada balita

dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,001.

3. Dari 49 responden yang pencegahannya baik 77,6% tidak mengalami

diare sedangkan dari 42 responden yang pencegahannya tidak baik 57,1%

mengalami diare.

4. Adanya hubungan antara pencegahan dengan penyakit diare pada balita

dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,001.

5.2. Saran

1. Kepada Puskesmas Meureubo agar lebih meningkatkan lagi penyuluhan

terhadap penanganan dan pencegahan penyakit diare pada balita serta

meningkatkan kinerja pelayanan dalam mengangani penyakit diare khususnya

pada balita

2. Kepada orang tua agar lebih meningkatkan kesadarannya akan pentingnya

pencegahan diare serta mencari informasi-informasi tentang penanganan dan

pencegahan penyakit diare agar balita terhindar dari penyakit diare

Page 38: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi & Soleh, 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta. Jakarata

Amiruddin, R. 2007. Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare).Universitas Hasanuddin, Makasar

Andrianto, P., 1995. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut. EGC,Jakarta

Azwar, A., 1997. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok, Akodoma, Jakarta

Budiarto,E. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi kedua. EGC. Jakarta.

Depkes RI, 2000. Buku Pedoman Pelasanaan Pemberantasan Penyakit Diare,Ditjen Pmm & Plp, Jakarta.

________. Data survelens 2000-2003, ditjen dan PL, Jakarta.

________, 2005. Tatalaksana Penderita Diare, www.Depkes.go.id

Diktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan LingkunganPemukiman. Buku Ajar Diare. Depkes RI, 1999 3_11, 53-59, 71-80,Jakarta.

Effendy, N., 1998. Dasar-sadar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC.Jakarta

Hiswani 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan MasyarakatYang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan SanitasiLingkungan, USU. Medan.

Nasry Noor, N., 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. RienekaCipta. Jakarta

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, EGC. Jakarta

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rieneka Cipta.Jakarta.

_________., 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rieneka Cipta. Jakarta.

Olson, J. 2004. Belajar Mudah Farmokologi. EGC. Jakarta.

Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan PendekatanKeperawatan Transkultural. EGC. Jakarta.

Page 39: HUBUNGAN UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN YANG …repository.utu.ac.id/404/1/BAB I_V.pdf · diare pada semua usia mencapai 301 per 1000 penduduk. Kebanyakan kasus diare muncul pada

Suharyono, 2008, Diare Akut, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia. Jakarta

Sunarti, E., 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada Universitas Press.Yogyakarta

WHO, 2000. WHO Recommended Survelance Standars, Second Edition,Genewa.