Identifikasi Gigi Berdasarkan Umur, Kebiasaan, Dan Pekerjaan
HUBUNGAN UMUR, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN …
Transcript of HUBUNGAN UMUR, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN …
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
HUBUNGAN UMUR, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEKERASAN PADA ANAK
Ati Nurwita*1, Alvie Fitriyah2 1, 2Prodi Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
Jalan Terusan Jenderal Sudirman Kota Cimahi
ABSTRAK
Jumlah kekerasan terhadap anak setiap tahun cenderung meningkat sejak tahun 2011 sebanyak
2.178 kasus hingga tahun 2015 sebanyak 6.006 kasus.Salah satu faktor yang mendorong terhadap
kekerasan pada anak adalah disfungsi keluarga. Orang tua yang memperlakukan kekerasan pada
anak, berdalih bahwa ini merupakan cara mendidik anak-anak. Kondisi ini terjadi karena
pengetahuan dan pemahaman tentang kekerasan pada anak.Pengetahuan seseirang dapat
dipengaruhi oleh karaktersitik, siantaranya umur, pendidikan dan status pekerjaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, pendidikan dan pekerjaan dengan pengetahuan ibu
terhadap kekerasan pada anak. Penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan rancangan cross
sectional. Jumlah sampel 73 responden dengan teknik total sampling.Instrumen penelitian
menggunakan lembar ceklis dan kuesioner. Data yang terkumpul dilakukan analisis bivariat. Hasil
penelitian didapatkan umur tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang kekerasan pada
anak (p= 0,161), sedangkan pendidikan (p= 0,003) dan pekerjaan (p=0,005) berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang kekerasan pada anak. Salah satu upaya pencegahan kekerasan pada anak
adalah dengan peningkatan pengetahuan orang tua terhadap kekerasan pada anak, informasi dan
edukasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat.
Kata kunci: Umur, pendidikan, pekerjaan, kekerasan pada anak
ABSTRACT
The cases of violence children from years to years always increase. At 2011 is 2.178 cases until
2015 the cases is 6006. One of the contributing factors to violence children is family dysfunction.
Parents who make violence of the child, argue that this is a way of educating children. This
condition because knowledge and understanding of violence children is deficient. Knowledge can
be influenced by characteristics, such as age, education and employment status. This studied aims
to analysis the relationship between age, education and employment of mother's with knowledge of
violence in children. The analytic design was cross sectional. Number of respondents were
73 respondents with total sampling. Bivariate analysis show that age of mother nothing
relation with knowledge of violence children (p value =0,161) while the education (p value
=0,003) and employment status (p value =0,005) of the mothers is relationship with
knowledge of violence children. The efforts to prevent violence in children is increase the
knowledge of parents about violence, one of way is delivery information and education to
the community about violence children . Keywords:Age, Education, Employment, Violence children
A. PENDAHULUAN
Anak adalah titipan Tuhan yang
dianugerahkan pada orang tua. Karakteristik
dan kepribadian anak sangat bergantung pada
pola asuh dan pendidikan yang diberikan oleh
lingkungan terdekatnya. Lingkungan yang
terdekat bagi anak adalah orang tua dan
keluarga (Soejiningsih, 2006)
Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua
periode, yaitu awal dan akhir. Masa kanak-
kanak awal sekitar umur 2-6 tahun dan akhir
masa sekitar umur 6-12 tahun. Usia 6-12
tahun merupakan masa tersulit bagi orangtua
karena hampir sebagian anak banyak
mengalami perkembangan kepribadian yang
menuntut kebebasan (Pieter dan Lubis, 2010).
Pada masa ini peran orang tua sangatlah
diperlukan, baik sebagai pendidik, pendorong
dan pengawas. Peran orang tua dapat
memengaruhi nilai-nilai arah pembentukan
dan perilaku anak. Salah satu contoh adalah
orang tua yang konservatif cenderung akan
memperlakukan anaknya dengan ketat dan
otoriter (Soejiningsih, 2006).
Tabel 1. Jumlah Kasus Kekerasan Anak di
Indonesia
Tahun Jumlah Kasus
2011 2178 kasus
2012 3512 kasus
2013 4311 kasus
2014 5066 kasus
2015 6.006 kasus
Sumber: KPAI, 2016 dalam Nurwita (2017)
Dampak yang terjadi dari pola asuh
yang konservatif adalah kekerasan pada anak,
baik disadari atau tidak dilakukan oleh
lingkungan terdekatnya. Komisi Nasional
Perlindungan Anak (KPAI) (2006)
menyebutkan disfungsi keluarga merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kekerasan pada anak. Seperti kasus
yang terjadi di Bogor, Jawa Barat 2015 lalu,
sepasang suami istri yang beprofesi sebagai
dosen teknik di salah satu Sekolah Tinggi di
Bogor melakukan penelantaran pada kelima
anaknya. Hasil laporan kepolisian
mengatakan, selain tidak melakukan
kewajibannya sebagai orang tua, mereka juga
positif mengkonsumsi narkoba.
Kasus tersebut membuktikan bahwa
kondisi disfungsi keluarga menyebabkan
kekerasan pada anak dalam bentuk
penelantaran. Kondisi ini berdampak sangat
merugikan pada perkembangan
psikologisanak.
Berikut merupakan jumlah kasus
kekerasan yang terjadi pada anak di
Indonesia:
Dari pemantauan KPAI tersebut
terlihat jumlah kekerasan terhadap anak setiap
tahun cenderung meningkat sejak tahun 2011
hingga 2015.Kasus kekerasan pada anak dapat
berupa sexual abuse, phisical abuse,
emotional abuse dan child neglect (Solihin,
2004).
Berikut laporan kasus kekerasan pada
anak yang tersebar di 9 Kecamatan Kabupaten
Bandung Barat tahun 2014 hingga bulan
November 2016 :
Tabel 2.Kasus Kekerasan yang Terjadi
pada Anak di Kabupaten
Bandung Barat
Kecamatan
2015 2016
Jumlah
Kasus
%
Kasus
Jumlah
kasus
%
kasus
Batujajar 1 5.56 1 5.27
Cihampelas 2 11.11 1 5.27
Cililin 2 11.11 1 5.27
Cipatat 1 5.56 2 10.5
Cisarua 3 16.67 3 15.79
Lembang 2 11.11 1 5.27
Ngamprah 2 11.11 4 21.05
Padalarang 4 22.22 3 15.79
Parongpong 1 5.56 3 15.79
Total 18 100 19 100
Sumber: POLRES Cimahi, 2016 dalam Nurwita
(2017)
Dari data tersebut angka kejadian
kekerasan pada anak terbesar di tahun 2016
terjadi di Kecamatan Ngamprah dengan
kenaikan presentase 9,94% dari tahun
sebelumnya (2015). Berdasarkandata dari
Kepolisian Resort Kota Cimahi, kejadian
kekerasan yang terjadi di lingkungan keluarga
berada di Kp.Cidahu RW.01 Kec.Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat.
Hasil penelitian Putri dan Santoso
(2012) menyebutkan bahwa orang tua
mengerti bahwa tindakan secara verbal dapat
menjadi perilaku kekerasan, meskipun
demikian kekerasan verbal pada anak tetap
terjadi. Orang tua berpendapat bahwa dampak
dari kekerasan verbal tidak terlalu berat jika
dibandingkan dengan kekerasan fisik.
Kondisi ini sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan orang tua. Perilaku
kekerasan yang dilakukan orang tua pada
anaknya banyak terjadi karena alasan dalam
rangka mendidik anaknya (Auliana, 2013).
Notoadmojo (2012) mengemukakan
bahwa pengetahuan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik orang tua. Karakteristik yang ada
dalam pola mendidik anak adalah pendidikan,
umur, pengalaman, kondisi sosial ekonomi
dan pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
melakuakan penelitian tentang “Hubungan
Umur, Pekerjaan dan Pendidikan Ibu dengan
Pengetahuan tentang Kekerasan Pada Anak.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional (Sugiono,
2011)Populasi pada penelitian ini adalah ibu
yang memiliki anak usia 6-12 tahun Di
Kampung Cidahu Kecamatan Ngamprah
Bandung Barat, pada bulan Pebruari 2017 yaitu
sebanyak 73 responden. Teknik pengambilan
sampel total sampling.7
Data yang dikumpulkan adalah data
primer dengan menggunakan lembar ceklist dan
kuesioner. Alat ukur kuesioner yang digunakan
telah dilakukan uji validas dan reliabilitas.
Analisis data dilakukan bivariat. dengan
uji chi square. Dasar pengambilan hipotesis
penelitian berdasarkan tingkat signifikansi
(nilai p), yaitu :Jika p ≤ 0,05 maka Hipotesis
penelitian (Ho) ditolak dan jika p > 0,05 maka
Hipotesis Penelitian (Ho) diterima (Dahlan,
2012).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan
analisis bivariat didapat hasil sebagai berikut
Tabel 3. Hubungan Umur Ibu dengan Pengetahuan Tentang Kekerasan Pada Anak
Pengetahuan Total
p Value Kurang Cukup Baik
n % n % n % n %
Umur
Kurang 20
tahun
5 6,8 1 1,4 0 0 6 8,2
0,161 20-30 tahun 9 12,4 16 21,9 4 5,5 29 39,7
Lebih 30
tahun
12 16,4 21 28,8 5 6,8 38 52,1
Total 26 35,6 38 52,1 9 12,3 73 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil
bahwa umur kurang dari 20 tahun hampir
seluruh responden (83.3%) berpengatahuan
kurang, pada kelompok umur 20-30 tahun
sebagian besar (55,2 %) berpengetahuan cukup
dan umur lebih dari 30 tahun sebagian besar
berpengetahuan cukup (55,3 %). Hasil uji
bivariat didapatkan nilai p=0,161(p< α). Hal ini
berarti H0 gagal ditolak yang berarti tidak
terdapat hubungan umur ibu dengan
pengetahuan tentang kekerasan pada anak.
Notoatmodjo (2012) bahwa umur
adalah lamanya hidup seseorang dari sejak lahir
yang dinyatakan dengan tahun, dimana semakin
bertambah umur seseorang maka akan semakin
baik pula pengetahuan dan informasi yang
diperoleh. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang maka akan
lebih matang dan berfikir logis. Semakin
bertambah umur seseorang maka semakin
bijaksana dan banyak pengalaman/ hal yang
telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki
pengetahuan.
Berbeda dengan hasil penelitian yang
didapat bahwa dari hasil analisis statistik tidak
didapatkan tidak terdapat hubungan antara
umur dengan pengetahuan ibu tentang
kekerasan terhadap anak. Pada reponden yang
diteliti umur lebih dari 30 tahun didapatkan
pengetahuan yang masih kurang. Hal ini
dikarenakan umur bukan satu-satunya
karakteristik yang memengaruhi pengetahuan.
Hal ini bisa dipengaruhi juga oleh faktor lain
seperti pendidikan, pekerjaan, atau dalam
penelitian ini yaitu kejadian disfungsi keluarga.
Berbeda halnya dengan hasil
penelitianyang dilakukan oleh Dewi (2009)
yang melihat tingkat pengetahuan ibu tentang
kekerasan pada anak di Desa Jampangkulon
berdasarkan karakteristik dari 38 responden
yang berusia lebih dari 30 tahun, sebanyak 12
responden (31,6%) masih memiliki
pengetahuan kurang.
Lingkungan dan karakteristik yang lain
dapat memengaruhi perbedaan hasil ini.
Berdasarkan hasil analisa peneliti pada
responden yang berusia >30 tahun dan memiliki
pengetahuan kurang dan cukup sebagian besar
menempuh pendidikan hanya sampai tingkat
menengah yaitu 51, 5%. Sebagaimana
pendidikan, pekerjaan juga mendukung tingkat
pengetahuan. Sebagian besar yaitu 60%
responden sebagaimana yang dimaksud tidak
memiliki pekerjaan dan memungkinkan
kurangnya informasi yang didapat
dibandingkan dengan ibu yang bekerja
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
Tabel 4. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Tentang Kekerasan Pada Anak
Pengetahuan Total
p Value Kurang Cukup Baik
n % n % n % n %
Pendidikan
SD 10 13,7 10 13,7 1 1,4 21 28,8
0,005 SMP 10 13,7 11 15,1 1 1,4 22 30,1
SMA 6 8,2 14 19,2 3 4,1 29 31,5
Perguruan
Tinggi
0 0 3 4,1 4 5,5 7 9,6
Total 26 35,6 38 52,1 9 12,3 73 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil bahwa
pendidikan SD hampir setengah responden
(47.6%) berpengatahuan kurang dan cukup,
pendidikan SMP setengahnya (50%)
berpengetahuan cukup, pendidikan SMA
hampir setengah responden (48, 3%)
berpengetahuan cukup dan pendidikam
Perguruan Tinggi sebagian besar
berpengetahuan baik (57,1 %) .Hasil uji bivariat
didapatkan nilai p=0,005 (p< α). Hal ini berarti
H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan
pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang
kekerasan pada anak.
Responden yang menempuh tingkat
pendidikan hingga Perguruan Tinggi memiliki
pengetahuan yang lebih baik dari pada
responden yang menempuh pendidikan hingga
tingkat dasar atau menengah. Hal ini sesuai
dengan teori oleh Notoatmodjo (2010) bahwa
tingkat pendidikan dapat mendukung atau
memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,
dan taraf pendidikan yang rendah selalu
bergandengan informasi dan pengetahuan
terbatas, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin tinggi pula tingkat
pemahaman seseorang terhadap informasi yang
didapat dan pengetahuannya pun akan semakin
tinggi.
Pendidikan seseorang dapat menjadi
modal sesorang untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya. Dengan pendidikan,
seseorang akan mendapatkan pola pikir yang
berbeda dalam pengasuhan anak, sehingga
kondisi kekerasan pada anak dapat dihindari
(Andayani, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa
sebagian besar responden di Kp.Cidahu RW.01
kec.Ngamprah Kab.Bandung Barat menempuh
pendidikan hingga tingkat menengah, dan
didapatkan hasil yang berhubungan antara
pendidikan dengan pengetahuan ibu terhadap
kekerasan pada anak. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang telah disampaikan oleh
Notoatmodjo (2012) bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi
pula tingkat pemahaman seseorang terhadap
informasi yang di dapat dan pengetahuannya
pun akan semakin tinggi.
Hal yang berbeda ditemukan pada
penelitian Putri (2012) mengenai kekerasan
verbal pada anak, semua orang tua yang
menjadi partisipan mengerti tindakan secara
verbal dapat menjadi perilaku kekerasan.
Namun orang tua tetap melakukannya dengan
anggapan tindakan tersebut tidak terlalu berat
dibandingkan kekerasan fisik.
Berdasarkan hasil penelitan, teori dan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berhubungan pengetahuan orang
tua, namun dengan pengetahuan yang baik
belum tentu dapat menghindarkan orang tua
pada perilaku kekerasan pada anak.
Halyang
Tabel 5. Hubungan Status PekerjaanIbu dengan Pengetahuan Tentang Kekerasan Pada
Anak
Pengetahuan Total
p Value Kurang Cukup Baik
n % n % n % n %
Pekerjaan
Bekerja 2 2,7 18 24,7 4 5,5 24 32,9
0,003
Tidak
Bekerja
24 32,9 20 27,4 5 6,8 49 67,1
Total 26 35,6 38 52,1 9 12,3 73 100
Sumber: Data Primer, 2017.
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil bahwa ibu
yang bekerja sebagian besar responden (75%)
berpengatahuan cukup dan ibu yang tidak
bekerja hampir setengah responden (49%)
berpengetahuan kurang.Hasil uji bivariat
didapatkan nilai p=0,003 (p< α). Hal ini berarti
H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan status
pekerjaan ibu dengan pengetahuan tentang
kekerasan pada anak.
Menurut hasil wawancara peneliti pada
kader setempat, ada beberapa hal yang menjadi
penyebab pengetahuan kurang pada ibu yang
tidak bekerja yaitu karena kurangnya minat
responden untuk menghadiri penyuluhan
kesehatan atau penyuluhan lainnya. Sehingga
penyuluhan tersebut tidak merata kepada semua
masyarakat khususnya ibu. Dan faktor lainnya
yaitu banyak waktu yang terbuang hanya untuk
mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci,
mengurus anak-anak, dan lain-lain. Sehingga
dengan keadaan seperti ini lah pengetahuan ibu
yang tidak bekerja akan sulit untuk
ditingkatkan. Dibandingkan dengan ibu yang
bekerja, akses untuk mendapatkan informasi
lebih mudah dari bertukar pikiran dengan teman
kerja dan penyuluhan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Pieter, H.Z dan Lubis,
N.L. (2010), bahwa pekerjaan merupakan salah
satu faktor internal yang dapat mempengaruhi
pengetahuan. Pekerjaan sangat berpengaruh
terhadap kualitas hidup dan kelanjutan siklus
hidup seseorang. Orang tua yang bekerja
cenderung memiliki pergaulan dan pengetahuan
yang luas dibandingkan dengan orang tua yang
tidak bekerja.
Andayani (2002) dari hasil penelitiannya
menyampaikan bahwa faktor ekonomi menjadi
pencetus terjadinya perlakukan salah terhadap
anak. Hal ini selaras dengan penelitian Nurwita
(2017) menyebutkan bahwa status ekonomi
keluarga berhubungan dengan sikap ibu tentang
kekerasan pada anak. Dengan ibu yang bekerja
membantu perekonomian keluarga sehingga
dengan kondisi ini selain pengetahuan ibu baik
terhadap kekerasan pada anak juga dapat
mendukung sikap ibu dalam upaya mencegah
kekerasan pada anak.
Notatmodjo (2012) menyebutkan
lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari
hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
berfikir seseorang.
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ibu yang bekerja lebih
banyak mendapatkan informasi dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja
dapat dengan mudah bersosialisasi dan bertukar
pikiran untuk mendapatkan informasi
dibandingkan dengan ibu yang diam di rumah.
Menurut Soekanto (2012) dalam lingkungan,
seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
Maka jika seorang ibu ada pada lingkungan
yang baik, cara berfikir ibu dalam hal mengurus
anak pula akan baik, sehingga meminimalisir
kekerasan yang mungkin terjadi pada anak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis, karakteristik ibu
pendidikan dan status pekerjaan berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang kekerasan
pada anak. Sedangkan umur ibu tidak
berhubungan dengan pengetahuan ibu
tentang kekerasan pada anak.
SARAN
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan
kajian dengan menggabungkan penelitian
kuantatif dan kualitatif sehingga dapat
diketahui secara rinci faktor-faktor yang
memengaruhi pengetahuan ibu terhadap
kekerasan pada anak.
Selain itu pengendalian responden penelitian
dengan menerapkan kriteria inklusi dan
ekslusi dapat mengurangi faktor-faktor lain
yang memengaruhi pengetahuan.
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
DAFTAR PUSTAKA
Aulina, C.N., 2013. Penanaman Disiplin Pada
Usia Dini. Pedagogia., 1(2), 36-49.
Andayani TR, Walgito B., 2002., Perlakuan
Salah terhadap Anak (Child Abuse) ditinjau
dari Nilai Anak dan Pendidikan Orangtua.
Sosiohumanika., 15(3), 621-639.
Dahlan MS, 2011., Statistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan., Salemba Medika,
Jakarta.
Hasanah U, Raharjo ST., 2016 Penanganan
Kekerasan Anak Berbasis Masyarakat. Sosial
Work Jurnal. 2016 [diunduh 10 April 2017]; 6
(1): 80-92.
KPAI. Data Kasus Anak Pemantauan Media
Online 2016.
Http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-
kasus-dari-media-online/data-kasus-anak-
pemantauan-media-online-2016.
Mutmainnah. Kekerasan Terhadap Anak.
Bandung: Nuasa Press; 2014
Notoatmodjo, 2012., .Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan,Rineka Cipta, Jakarta
Nurwita, A., Nurfitriani, E., Yuniarti, S.,
2017. Hubungan Status Ekonomi dan
Pandangan Posisi Anak Dengan Sikap Orang
Tua Terhadap Kekerasan Pada Anak. Jurnal
Kesehatan, 8(1), 955-960.
Pieter, H.Z dan Lubis, N.L. 2010. Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan, Kencana,
Jakarta.
Sastroasmoro S., 2014, Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis.,Sagung Seto,
Jakarta.
Soejiningsih., 2006.,Tumbuh Kembang Anak
dan remaja, EGC., Jakarta.
Soekanto., 2012, Sosiologi Sebagai
Pengantar. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Solihin L., 2004., Tindakan Kekerasan Pada
Anak dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan
Penabur., 3(3), 129-139.
Sugiyono., 2011., Metode Penelitian
Eksperimen. Dalam: Metode penelitian
kombinasi (Mixed Methode). Alfabeta,
Bandung.
Putri AM, Santoso A, 2012., Persepsi Orang
Tua Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak.
Jurnal Nursing Studies., 1(1), 22-29
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017
Aulina, C.N. Penanaman Disiplin Pada Usia Dini. Pedagogia. 2013 [diunduh 10 April 2017];
1(2): 36-49.
Andayani TR, Walgito B. Perlakuan Salah terhadap Anak (Child Abuse) ditinjau dari Nilai
Anak dan Pendidikan Orangtua. Sosiohumanika. 2002 [diunduh 10 April 2017]; 15(3): 621-639
Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika;2011
Hasanah U, Raharjo ST. Penanganan Kekerasan Anak Berbasis Masyarakat. Sosial Work
Jurnal. 2016 [diunduh 10 April 2017]; 6 (1): 80-92.
KPAI. Data Kasus Anak Pemantauan Media Online 2016. Http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-
data/data-kasus-dari-media-online/data-kasus-anak-pemantauan-media-online-2016.
Mutmainnah. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuasa Press; 2014
Nurwita, A., Nurfitriani, E., Yuniarti, S., 2017. Hubungan Status Ekonomi dan Pandangan
Posisi Anak Dengan Sikap Orang Tua Terhadap Kekerasan Pada Anak. Jurnal Kesehatan, 8(1),
955-960.
Pieter, H.Z dan Lubis, N.L. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan, Kencana, Jakarta.
Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta:Sagung Seto; 2014.
Soejiningsih. Tumbuh Kembang Anak dan remaja. Jakarta: EGC; 2006.
Soekanto. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada; 2012
Solihin L. Tindakan Kekerasan Pada Anak dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan Penabur. 2004.
[diunduh 12 April 2017]; 3(3): 129-139.
Sugiyono. Metode Penelitian Eksperimen. Dalam: Metode penelitian kombinasi (Mixed
Methode). Bandung: Alfabeta; 2011.
Putri AM, Santoso A. Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak. Jurnal
Nursing Studies. 2012 [diunduh 10 April 2017]; 1(1); 22-29
Commented [y1]: Pengulangan referensi
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12, No. 3 Desember 2017