HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT...
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BASIC LIFE
SUPPORT (BLS) DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PELAKSANAAN
PRIMARY SURVEY DI RSUD DR.SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
KABUPATEN WONOGIRI
Aziz Nur Fathoni1)
, Wahyu Rima A., S.Kep.,Ns.M.Kep2)
Ariyani, S.Kep.,Ns,M.Kes3)
1 Mahasiswa Program Studi STIKes Kusuma Husada Surakarta
2 Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Kejadian gawat darurat banyak terjadi setiap harinya, sehingga perlu mengetahui
perilaku perawat dalam membeikan pelaksanaan primary survey terkait tentang
pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan perawat tentang Basic Life Support (BLS) dengan perilaku perawat dalam
pelaksanaan Primary Survey di IGD.
Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD dr soediran mangun sumarso kabupaten
wonogiri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan
descriptif corelational. Tehnik pengamilan sample dalam penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh sebanyak 20 orang responden.
Hasil penelitian menunnjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat 75%
dikategorikan baik dan 25% dikaegorikan cukup. Untuk perilaku perawat dalam
pelaksanaan primary survey 80% di kategorikan terampil dan 20% di kategorikan kurang
terampil, uji statistic ini menggunakan uji Fisher yaitu uji alternatif Chi Square dengan
spss 18. Nila p value= 0,053 (p value <0,05) sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho
diterima yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang
basic life suport dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey.
Tingkat pengetahuan perawat tentang basic life suport tidak berhubungan dengan
perilaku perawat dalam pelaksanaan primary survey. Sehingga rumah sakit secara umum
dan instalasi gawat darurat pada khususnya diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan
atau tindakan dalam keperawatan dan memberikan pelatihan kembali pada perawat agar
seluruh perawat memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.
THE CORRELATION BETWEEN NURSES’ LEVEL OF KNOWLEDGE ON
BASIC LIFE SUPPORT (BLS) AND THEIR BEHAVIOR IN THE
IMPLEMENTATION OF PRIMARY SURVEY AT
dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO LOCAL GENERAL HOSPITAL OF
WONOGIRI REGENCY
ABSTRACT
The number of emergency incidences is large every day so that it is necessary to
find out the nurses’ behavior in the implementation of primary survey related to their
knowledge. The objective of this research is to investigate correlation between the nurses’
level of knowledge on basic life support (BLS) and their behavior in the implementation
of Primary Survey (PS) at the emergency installation.
This research used the quantitative research method with the descriptive
correlational design. It was conducted at the emergency installation of dr Soediran
Mangun Sumarso of Wonogiri regency. The samples of the research were taken by means
of the saturation sampling technique. They consisted of 20 respondents. The data of the
research were analyzed by using the statistical analysis of Fisher’s Chi Square alternative
test with the computer program of SPSS 18.
The result of the research shows that 75% of the nurses have a good knowledge
category, and the rest, 25%, have a fair knowledge category. In term of behavior during
the implementation of PS, 80% of the nurses have a skilled behavior category, and the
rest, 20%, have less skilled behavior category. The value of p is 0.053 which is smaller
than 0.05. This indicates that Ho is verified, meaning that there is not any correlation
between the nurses’ level of knowledge on BLS and their behavior in the implementation
of PS.
The nurses’ level of knowledge on BLS does not have any correlation to their
behavior in the implementation of PS. Therefore, hospitals in general and emergency
installations in particular are expected to improve the nursing skills of their nurses and to
carry out training for their nursing so that all of them have a good knowledge level.
Keywords: Basic Life Support (BLS), nurses’ behavior, and Primary Survey (PS).
PENDAHULUAN.
Keperawatan gawat darurat
merupakan pelayanan keperawatan
yang komperhensif di berikan kepada
pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan.
Sebagai seorang spesialis perawat
gawat darurat harus menghubungkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk
menangani respon pasien pada
resusitasi, syok, trauma dan
kegawatan yang mengancam jiwa
lainnya, dan salah satu tempat untuk
pasien gawat darurat adalah di
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
(Krisanty et al 2009).
Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah instalasi untuk
menangani kasus-kasus gawat
darurat, seperti panas dan muntah-
muntah, diare berat kecelakaan,
keracunan, korban bencana alam
yang membutuhkan penanganan
segera untuk menyelamatkan nyawa
dan menghindari kecacatan
(Wicaksana 2008)
American Health Association
(AHA 2010) mengatakan Basic Life
Suport (BLS) adalah tindakan
pertolongan pertama yang dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa
seseorang yang mengalami kondisi
gawat, termasuk yang mengalami
serangan jantung/ henti jantung dan
henti nafas. Seseorang yang
mengalami henti napas ataupun henti
jantung belum tentu ia mengalami
kematian, mereka masih dapat
ditolong. Dengan melakukan
tindakan pertolongan pertama berupa
Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan
pemeriksaan primary survey.
Primary Survey adalah
mengatur pendekatan ke klien
sehingga klien segera dapat
diidentifikasi dan tertanggulangi
dengan efektif. Pemeriksaan primary
survey berdasarkan standar A-B-C
dan D-E, dengan airway (A: jalan
nafas), breathing (B: penafasan),
circulation (C: sirkulasi), disability
(D: ketidak mampuan), dan exposure
(E: penerapan) (Krisanty et al 2009).
Berdasarkan AHA 2010, RJP
dilakukan dengan urutan C-A-B
dimana penangan sirkulasi menjadi
fokus utama. Pengetahuan primary
survey didapatkan perawat melalui
pendidikan formal keperawatan
sebagai salah satu bagian dari
kurikulum pendidikan keperawatan
dari jenjang SPK, Diploma III
Keperawatan, Diploma IV
Keperawatan, maupun S1
Keperawatan. Selain melalui
pendidikan formal, pengetahuan dan
kompetensi BLS juga dapat
diperoleh melalui pelatihan-pelatihan
BLS, diantaranya adalah pelatihan
Penanganan Penderita Gawat Darurat
(PPGD), Basic Cardio Life Support
(BCLS), Basic Trauma Life Support
(BTLS), dan sebagainya.
Penelitian Iswanto (2009)
Menunjukkan bawa masih kurangnya
tingkat pengetahuan perawat tentang
BLS dan mempengaruhi penanganan
pada pasien yang memerlukan
tindakan yang cepat. Hasil ini
menunjukkan bahwa pentingnya
pelatihan gawat darurat untuk
perawat, agar skill perawat menjadi
lebih baik.
Hasil penelitian Lontoh dkk
(2013) menunjukkan adanya
pengaruh pada pelatihan teori
bantuan hidup dasar pada siswa-siswi
SMA tentang RJP. Sebagian besar
mengalami peningkatan pengetahuan
dari sebelum di berikan pelatihan dan
sesudah di berikan peatihan. Hasil
penelitian oleh Muzaki (2012)
menunjukkan tidak adanya pengaruh
pada pelatihan basic life support
terhadap pelaksanaan primary survey
pada perawat IGD RSUD Dr.
Moewardi.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilaksanakan peneliti di IGD
RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri didapatkan data
bahwa sudah banyak perawat yang
telah mendapatkan pelatihan BLS,
berupa pelatihan BTCLS dan PPGD.
Dalam SOP primary survey di IGD
masih menggunakan cara A-B-C
untuk menangani pasien yang
mengalami keadaan gawat darurat.
Berdasarkan data yang di dapat pada
Rekam Medik pasien yang datang ke
IGD pada tahun 2012 berjumlah
12955 pasien dan tahun 2013 dari
januari-november berjumlah 13630
pasien yang rata-rata tiap harinya
berjumlah 41 pasien dan berdasarkan
laporan di IGD pasien yang
membutuhkan primary survey rata-
rata setiap minggunya berjumlah 6
orang.
Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan
Perawat Tentang Basic Life Support
(BLS) Dengan Perilaku Perawat
Dalam Pelaksanaan Primary Survey
di IGD RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri.
METODOLOGI PENELITIAN.
Penelitian ini di lakukan di
IGD RSUD dr Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri pada
tanggal 5 Februari 2014 sampai 14
Februari 2014. Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan jenis rancangan
discriptif corelation yaitu penelitian
untuk mengetahui tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih, tanpa
melakukan erubahan tambahan, atau
manipulasi terhadap data yang
memang sudah ada. Penelitian ini
menggunakan Pendekatan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada
satu saat.
Hipotesis yang diambil dalam
penelitian ini yaitu H0 artinya tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan
BLS dengan pelaksanaan primary
survey, Ha ada hubungan tingkat
pengetahuan BLS dengan
pelaksanaan primary survey.
Tehnik pengumpulan data
menggunakan dua kuesioner yang
pertama kuesioner tentang tingkat
pengetahuan perawat tentang Basic
Life Suport (BLS) yang berjumlah 25
soal. Yang kedua kuesioner tentang
perilaku perawat dalam pelaksanaan
Primary Survey yang berjumlah 21
soal. Tehnik analisis dan interprestasi
menggunakan Sofware Statictical
Product and Service Solution (SPSS)
versi 18 for windows, dengan
menggunakan uji Fisher.
POPULASI DAN SAMPLE
Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh perawat yang bekerja
dan pernah melakukan pelatihan
basic life suport (BLS) di ruang IGD
RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri sebnyak 20
orang. Pengambilan samle pada
penelitian ini adalah semua perawat
di ruang IGD RSUD dr.Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri dengan menggunakan
tehnik sampling jenuh yaitu dengan
mengambil semua anggota populasi
menjadi sampel. Istilah lain sampling
jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi di jadikan sampel
(Hidayat 2007).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN.
1. Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Basic Life Suport (BLS)
Distribusi Frekuensi tentang
tingkat pengetahuan perawat
tentang basic life suport (BLS)
dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat IGD 2014
Kategori Tingkat Pengetahuan BLS Frekuensi Persentase (%)
Baik 15 75%
Cukup 5 25%
Kurang 0 0%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 1
diperoleh hasil bahwa sebagian
besar responden memiliki tengkat
pengetahuan tentang basic life
suport (BLS) dengan kategoria
baik terdapat 15 orang (75%) dan
kriteria cukup terdapat 5 orang
(25%) sedangkan kriteria kurang
0 orang (0%) .
Dari 20 responden yang
telah diuji ada 15 perawat (75%)
dengan tingkat pengetahuan
tentang basic life suport
dikategorikan baik, sedangkan 5
perawat (25%) dengan tingkat
pengetahuan dikategorikan cukup.
Hal itu sesuai menurut
Notoatmodjo (2003) yang dikutip
oleh Wawan & Dewi (2011),
pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan
terhadap suatu obyek. Sedangkan
menurut (Wawan & Dewi, 2011)
Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan,
dimana bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula
pengetahuannya.
Hasil ini sesua dengan
kenyataan yang di peroleh
peneliti, sebagian besar perawat
IGD tingkat pendidikannya adalah
D3 dan mereka semua juga telah
melaksanakan pelatihan gawat
darurat PPGD dan BTCLS, dan
sebagian besar perawat IGD
mempuyai tingkat pengetahuan
tentang BLS yang baik. Tingginya
tingkat pendidikan akan
mempengaruhai pengetahuan
seseorang.
2. Perilaku Perawat Dalam
Pelaksanaan Primary Survey
Distribusi responden tentang
perilaku perawat dalam
pelaksanaan primary survey dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pelaksanaan Primary Survey
Perawat IGD 2014
Perilaku Pelaksanaan Primary Survey Frekuensi Persentase (%)
Terampil 18 90%
Tidak Terampil 2 10%
Jumlah 20 100%
Pada tabel 2 di peroleh hasil
yakni 18 orang (90%) dikatakan
terampil dalam pelaksanaan
primary survey sedangkan untuk
kriteria tidak terampil hanya
terdapat 2 orang (10%).
Perilaku didefinisikan
sebagai satu kecenderungan yang
ditunjukkan oleh seseorang
individu terhadap suatu perkara
atau benda atau peristiwa
(Robbins dikutip dalam Ilhaamie
& Ahmad 2008)
Dalam penelitian ini
sebagian besar perawat memiliki
perilaku dalam pelaksanaan
primary survey dalam katergori
terampil yaitu 18 orang (90%) dan
dengan kategori kurang terampil
terdapat 2 orang (10%). Perilaku
terbentuk dalam perkembangan
individu, karena faktor
pengalaman individu mempunyai
peranan yang sangat penting
dalam rangka pembentukan
perilaku individu yang
bersangkutan menurut Walgito
(2003).
Ketrampilan seseorang
dalam melakukan tindakan
dipengaruhi oleh perilaku dan
pengalaman individu itu sendiri.
Perilaku yang tanggap disertai
pengalaman yang mendalam akan
menentukan keberhasilan dalam
melakukan pertolongan pertama
pada pasien gawat darurat.
3. Hubugan Tingkat Pengetahuan
Dan Perilaku Perawat Dalam
Pelasanaan Primary Survey
Dalam penelitian ini uji
statistik yang digunakan adalah
teknik Uji Chi-Square. Berikut
hasil analisis yang telah diuji.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Chi Square Perawat IGD 2014
Perilaku
Terampil Tidak
Terapil
Total
Tingkat pengetahuan Baik 15 0 15
Cukup 3 2 5
Total 18 2 20
Pada tabel 4.7
menunnjukkan bahwa tingkat
pengetahuan perawat yang
berkategori baik terdapat 15
perawat dan perilaku
dikategorikan terampil dalam
pelaksanaan primary survey,
sedangkan tingkat pengetahan
cukup terdapat 5 perawat dengan
3 perawat perilaku dalam
pelaksanaan primary survey
dalam kategori terampil dan 2
perawat perilaku dalam
pelaksanaan primary survey
dalam kategori kurang terampil.
Karena nilai Expected
Countnya kurang dari 5 di tabel
b,c, dan d masing-masing 1,5; 4,5;
dan 0,5 jadi tidak layak di uji
dengan Chi Square harus
menggunakan uji alternatif yaitu
uji Fisher.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Fisher Perawat IGD 2014
Perilaku
Terampil
Tidak
Terampil Total P
n N
Pengetahuan Baik 15 0 15 0,053
Cukup 3 2 5
Kurang 0 0 0
Total 18 2 20
Tabel 4 pada uji fisher
menunnjukkan nila p= 0,053
karena nilai p < 0,005 maka Ho di
terima, sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat
pengetahuan perawat tentang
basic life suport dengan perilaku
perawat dalama pelaksanaan
primary survey.
Berdasarkan tabel 4.6
karena nilai Expected Countnya
kurang dari 5 di tabel b,c, dan d
masing-masing 1,5; 4,5; dan 0,5
jadi tidak layak diuji dengan Chi
Square harus menggunakan uji
alternatif yaitu uji Fisher. Tabel
4.7 pada uji fisher menunnjukkan
nila p= 0,053 karena nilai p <
0,005 sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat
pengetahuan perawat tentang
basic life suport dengan perilaku
perawat dalam pelaksanaan
primary survey pada pasien di
RSUD dr.Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri.
Tiak adanya hubungan ini di
karenakan pengkajian perilaku
perawat hanya melalui kuesioner
tanpa melalui observasi.
Pengkajian pengetahuan tidak
diketahui secara mendalam oleh
peneliti karena hanya di kaji
secara tertulis.
Berdasarkan pernyataan di
atas dapat diambil kesimpulan
bahwa dengan tingkat
pengetahuaan yang baik perawat
dapat mengaplikasikan atau
mempunyai perilaku yang
terampil dalam penanganan pada
pasien. Dalam penelitian ini
perawat dengan tingkat
pengetahuan yang cukup juga
memiliki perilaku yang terampil
dalam melakukan tindakan
primary survey.
Hasil penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian yang
di lakukan oleh Muzaki (2011)
yang mengatakan bahwa pelatihan
gawat darurat tidak ada hubungan
dengan pelaksanann primary
survey. Dalam penelitian tersebut
juga mengatakan bahwa
perbedaan pelatihan gawat darurat
yaitu PPGD dan BTCLS tidak
mempengaruhi kerja perawat atau
pelaksanaan primary survey.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Tingkat pengetahuan tentang
basic life suport (BLS) dengan
kategoria baik terdapat 15 orang
(75%) dan kriteria cukup terdapat 5
orang (25%) sedangkan kriteria
kurang 0 orang (0%).
Perilaku perawat dalam
pelasanaan primary survey terdapat
18 orang (90%) dikatakan terampil
dan terdapat 2 orang (10%) untuk
kriteria tidak terampil.
Dari hasil analisis data dan
pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang basic life suport dengan
perilaku perawat pada pelaksanaan
primary survey di RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten
Wonogiri.
Untuk peneliti selanjutnya,
ntuk dapat menggali informasi yang
lebih dalam, maka peneliti
disarankan untuk mengunakan
metode penelitian dengan menambah
wawancara mendalam dan observasi
tentang perilaku, agar peneliti
mendapat gambaran yang lebih baik.
Untuk para profesi kesehatan
(perawat dan dokter), hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan
untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme dalam memberikan
pelayanan kepada pasien gawat
darurat dengan memperhatikan
faktor faktor yang berhubungan
dengan kemampuan pelaksanaan
primary survey.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, Hariza 2011, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Nuha Medika,
Yogyakarta.
American Heart Association (AHA), 2010,
Pediatric Basic Life Support:
Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care, diakes 16
desember 2013,
http://circ.ahajournals.org/
content/122/16_suppl_2/S298.
American Heart Association (AHA), 2010,
Adult Basic Life Support:
International Consensus on
Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular
Care Science With Treatment
Recommendations, diakses 10
desember 2013,
http://circ.ahajournals.org/
content/122/16_suppl_2/S298.
American Heart Association (AHA), 2010,
Adult Basic Life Support:
Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care, diakses 10
Desember 2013,
http://circ.ahajournals.org/content/1
22/18_ suppl_3/S685
Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian
suatu pendekatan prakik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S 2012, Metode Penelitian,
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Gobel Iswanto, 2009, Gambaran Tingkat
Pengetahuan Perawat Tentang
Penatalaksanaan Bantuan Hidup
Dasar Di RSUD Liunkendage
Tahuna Kabupaten Sangihe
Propinsi Sulawesi Utara, Ilmu
Keperawatan, Falkutas Kedokteran
Universitas Hasanudin, Makasar.
Hidayat, A 2007, Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data, Surabaya, Salemba Medika
Ilhaamie & Ahmad Wan SW 2008,
‘Pengaruh Perilaku dan Demografi
Ke Atas Produktiviti Kerja
Pensyarah Muslim : Kajian Di
Universiti Malaya’ <http://e-
journal.um.edu.my/filebank/publish
ed_article/2590/932.pdf> diakses
tanggal 6 Desember 2013
Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat,
Jakarta: Trans Info Media.
Mubarak, Wahit 2012, Promosi Kesehatan
Untuk Kebidanan, Salemba
Medika,Jakarta.
Muzaki, 2012, Hubungan Pelatihan Basic
Life Support Dengan Pelaksanaan
Primary Survey Pada Perawat di
GD RSUD Dr. Moewardi Di
Surakarta, S1 Keperawatan,
Universitas Sahid, Surakarta.
Notoadmodjo, 2003, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Promosi
Kesehatan : Teori dan Aplikasi
(Edisi Revisi 2010), Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2011, Kesehatan
Masyarakat : Ilmu dan Seni
(Edisi Revisi 2011), Rineka
Cipta, Jakarta
Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen, Edisi 2,
Salemba Medika, Jakarta
Nursalam, 2013, Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis, Edisi 3, Jakarta, Salemba
Medika
Poespodihardjo, Widodo Ari S 2010,
Beyond Borders Communication
Modernity and Histori, STIKOM
The London School Of Public
Relation, Jakarta.
Susilo R, 2011, Pendidikan kesehatan
dalam keperawatan, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Walgito Bimo,2003, Psikologi
Sosial,Yogyakarta: C.V ANDI
Offset.
Wawan, A & Dewi M 2011, Teori &
Pengukuran Pengetahuan,
Perilaku, dan Perilaku Manusia,
Nuha Medika, Yogyakarta