Interpretasi Radiografik Kelainan Jaringan Gigi & Kelainan Periapikal
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN...
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR
PENDERITA ASMA DI RSUD KARANGANYAR
Sri Satiti Budayani1, S. Dwi Sulisetyawati
2, Ika Subekti Wulandari
3
Stikes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Kecemasan dapat terjadi akibat suatu kelainan medis salah satunya adalah asma
bronkhial. Pada keadaan sakit dan dirawat dirumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya
sering kali terjadi dua hal yang berlawanan, disatu sisi individu yang sakit mengalami
peningkatan kebutuhan tidur. Sementara disisi yang lain pola tidur seseorang yang masuk
dan dirawat dirumah sakit dapat dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola
tidur sebagai akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur penderita asma di RSUD Kabupaten Karanganyar.
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental
dengan metode korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah semua penderita asma yang rawat inap di RSUD Karanganyar
pada bulan Pebruari - April 2015. Cara pengambilan sample dilakukan secara total
sampling, didapatkan 38 responden, Data yang didapatkan kemudian diolah
menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.
Sebagian besar tingkat kecemasan pada seluruh responden adalah normal
sebanyak 63,2% dan 31,6% seluruh responden dengan kualitas tidur buruk. Hasil analisis
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur dengan
p value 0,000 dengan koefesien korelasi 0,889 sehingga hubungan tersebut sangat kuat.
Kata Kunci : kecemasan, kualitas tidur, asma
Daftar Pustaka : 26 (2005 – 2012)
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit paru dengan
ciri khas yakni saluran nafas sangat
mudah bereaksi terhadap berbagai
rangsangan atau pencetus dengan
manifestasi berupa serangan asma.
(GINA, 2006).
Stres dapat mengantarkan
seseorang pada tingkat kecemasan
sehingga memicu dilepaskannya histamin
dan leukotrien, yang menyebabkan
penyempitan saluran napas dimana
ditandai dengan sakit tenggorokan dan
sesak napas, yang pada gilirannya bisa
memicu serangan asma (Sudhita, 2005).
Pada keadaan sakit dan dirawat
dirumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya sering kali terjadi dua hal yang
berlawanan, disatu sisi individu yang
sakit mengalami peningkatan kebutuhan
tidur. Sementara disisi yang lain pola
tidur seseorang yang masuk dan dirawat
dirumah sakit dapat dengan mudah
berubah atau mengalami gangguan pola
tidur sebagai akibat kecemasan yang
kondisi sakitnya atau rutinitas rumah sakit
(Potter&Perry, 2010)
Kurang tidur yang berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik dan
psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan
menyebabkan muka pucat, mata sembab,
badan lemas, dan daya tahan tubuh
menurun sehingga mudah terserang
penyakit. Sedangkan dari segi psikis,
kurang tidur akan menyebabkan
timbulnya perubahan suasana kejiwaan,
sehingga penderita akan menjadi lesu,
lamban menghadapi rangsangan, dan sulit
berkonsentrasi (Endang, 2007).
Banyak faktor yang mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas tidur, salah
satu diantaranya adalah kecemasan
(Chayatin & Mubarak, 2007). Kecemasan
sering kali mengganggu tidur. Seseorang
yang pikirannya dipenuhi dengan masalah
pribadi dan merasa sulit untuk rileks saat
akan memulai tidur. Kecemasan
meningkatkan kadar norepinefrin dalam
darah melalui stimulasi sistem saraf
simpatis. Perubahan kimia ini
menyebabkan kurangnya waktu tidur
tahap IV NREM dan tidur REM serta
lebih banyak perubahan dalam tahap tidur
lain dan lebih sering terbangun (Kozier
et.al. 2010).
Berdasarkan data di Catatan Medis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar, data penderita asma pada
tahun 2013 adalah 172 penderita,
sedangkan pada tahun 2014 adalah 196
penderita. Sedangkan pada bulan
November tahun 2014 terdapat 18 pasien
asma. Dari hasil studi pendahuluan
peneliti menemukan bahwa sebagian
besar penderita asma cenderung memiliki
masalah gangguan kualitas tidur. Kualitas
tidur tersebut mereka ungkapkan bahwa
mereka sering terbangun ketika sesak
nafas terjadi. Keadaan tersebut
menimbulkan rasa cemas dengan kondisi
penyakit saat ini. Dengan kualitas tidur
yang tidak terpenuhi secara optimal
pasien merasa kecapekan dan kondisi
badan terasa lemas sehingga istirahat
pasien tidak maksimal.
Tujuan Penelitian
Menganalisis hubungan antara
tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
penderita asma
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini peneliti
harapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, meliputi : Rumah
Sakit sebagai informasi bagi institusi
pelayanan kesehatan tentang kecemasan
pada pasien asma yang mempengaruhi
pola tidur. Melalui penelitian ini peneliti
berharap dapat memperoleh informasi
tentang klien dan selanjutnya berdasarkan
informasi tersebut dapat pula
dikembangkan bentuk pelayanan
kesehatan dan meningkatkan mutu serta
standar asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien asma. Bagi Institusi
Pendidikan sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan pembelajaran khususnya
yang terkait dengan pengembangan
konsep asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
klien. Peneliti Selanjutnya, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
dasar pengembangan penelitian lebih
lanjut mengenai hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur
penderita asma. Serta bagi peneliti
memperoleh pengetahuan dan wawasan
mengenai hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur
penderita asma.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penulisan deskriptif korelasional yaitu
rancangan yang menggambarkan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Sampel yang digunakan 30 orang
responden dengan tehnik pengambilan
total sampling dengan kriteria inklusi
pasien asma anak dan pasien asma
dewasa dengan penyakit penyerta lainnya.
Tempat Penelitian di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar dimulai dari
Bulan Pebruari - April 2015.
Analisis bivariat adalah analisis
yang dilakukan terhadap kedua variabel
yang diduga berhubungan atau
berkolerasi. Yaitu untuk mengetahui
hubungan antara tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur penderita asma di
RSUD Kabupaten Karanganyar. Analisa
bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel dependen dan
independen.
Teknik analisa yang dilakukan
yaitu dengan Uji Spearman’s Rho.
Analisa ini bertujuan untuk menguji
perbedaan proporsi dua atau lebih
kelompok sampel, sehingga diketahui ada
atau tidaknya hubungan yang bermakna
secara statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia
Responden Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
No Karakteristik Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
1 Umur
a. 32-42th
b. 43-53th
20
18
53%
47%
Jumlah 38 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa dari 38 responden yang diteliti,
53% berusia antara 32-42 tahun
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin Responden Pasien Asma di
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar
No Karakteristik Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
25
13
66%
34%
Jumlah 38 100%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa 66% responden berjenis kelamin
laki-laki.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan
Responden Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
No Karakteristik Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
1 Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan
Tinggi
1
14
21
2
3%
37%
55%
5%
Jumlah 38 100%
Hasil observasi responden juga
menunjukkan 55% berpendidikan
Sekolah Menengah Atas dan 37%
berpendidikan terakhir Sekolah
Menengah Pertama.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status
Responden Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
No Karakteristik Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
1 Status
a. Menikah
b. Belum
Menikah
37
1
97%
3%
Jumlah 38 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat status
responden tentang pernikahan 97% status
sudah menikah
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecemasan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
No Kategori Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1 Ringan 24 63%
2 Sedang 14 27%
3 Berat 0 0%
Jumlah 38 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa dari 38 responden yang diteliti,
ternyata sebagian besar dari responden
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 24
orang (63%) termasuk kepada tingkat
kecemasan ringan.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kualitas
Tidur Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
No Kategori Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
1 Baik 26 68%
2 Buruk 12 32%
Jumlah 38 100%
Tabel diatas menunjukkan
frekuensi kualitas tidur responden 68%
dengan kualitas tidur baik, sedangkan
32% mempunyai kualitas tidur buruk.
Tabel 4.7 Analisa Hubungan Antara
Tingkat Kecemasan dengan Kualitas
Tidur Pada Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Daerah Karanganyar
Tingkat
Kecema
san
Kualitas Tidur
Baik Buruk Total
Coeffisi
ent
Corelati
on
f % F % f %
0,889
Ringan 24 100% 0 0% 24 63,2%
Sedang 2 14,3% 12 85,7% 14 36,8%
Berat 0
%
0% 0 0% 0 0%
Panik 0
%
0% 0 0% 0 0%
Total 26 68,4% 12 31,6% 38 100%
Dari tabel diatas diketahui bahwa
38 responden yang dilakukan penelitian
24 responden (63%) mempunyai tingkat
kecemasan ringan dengan kualitas tidur
baik. Sedangkan terdapat 2 responden
(14%) terjadi kecemasan sedang dengan
kualitas tidur baik dan 12 responen (85%)
mempunyai kecemasan sedang dengan
kualitas tidur buruk.
Besarnya nilai tingkat keeratan
hubungan antara tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur yaitu sebesar 0,889,
hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang sangat kuat antara tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur.
Pada penelitian ini untuk
mendapatkan hasil analisa hubungan
penulis menggunakan Spearman’s rho.
Dari hasil analisa data diketahui bahwa p-
value (0,00) < taraf kekeliruan (α =0,05).
Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang
berarti/bermakna antara tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur, taraf
sgnifikansi dari hasil analisa adalah 0,00
menunjukkan bahwa hasil yang
didapatkan untuk mengetahui hubungan
tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
sangat signifikan.
Tingkat Kecemasan Pasien Asma
Berdasarkan tingkat kecemasan
responden sebagian besar pasien
mengalami kecemasan dalam kategori
normal sebanyak 24 orang (63%), dan 14
orang (37%) mengalami kecemasan
ringan. Hal ini menunjukkan bahwa para
pasien yang dirawat inap di Ruang
Perawatan RSUD Karanganyar
mengalami kecemasan ringan, hal ini
dapat dikarenakan suasana ruang
perawatan, selain itu juga karena
memikirkan prognosis penyakit,
memikirkan biaya yang akan dihabiskan,
dan bertemu dengan kondisi lingkungan
yang baru, hal tersebut yang dialami
responden ketika menjalani rawat inap.
Kecemasan merupakan perasaan yang
tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran
akan penyakit yang sedang dialami saat
ini.
Kondisi tersebut sesuai dengan
(Capernito, 2000) yang menyatakan
kecemasan adalah respon individu
terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan atau mengurangi rasa
nyaman pasien misalnya pasien tersebut
sebelum sakit biasaya saat tidur terbiasa
mematikan lampu, sedangkan di rumah
sakit penerangan atau lampu masih
menyala, selain itu sesuai hasil yang saya
dapatkan kemarin di rumah sakit banyak
pasien yang mengeluh tidurnya terganggu
karena pasien lain yang sedang kesakitan.
Salah satu respon yang muncul dari
kecemasan adalah gangguan pola tidur
pada pasien yang sedang dirawat di
rumah sakit atau pusat pelayanan
kesehatan lainnya sehingga
mempengaruhi proses penyembuhan dan
pemulihan dari kondisi sakit, yang
selanjutnya dapat memperpanjang hari
dirawat.
Kecemasan yang sudah
mempengaruhi atau terwujud pada gejala-
gejala fisik, terutama pada fungsi saraf
maka akan terlihat gejala-gejala yang
akan ditimbulkan diantaranya tidak dapat
tidur, jantung berdebar-debar, keluar
keringat berlebih, sering mual, gemetar,
muka merah, dan sukar bernafas (Detiana,
2010). Pada kebanyakan responden hal
tersebut sangat mengganggu karena dari
awal mereka masuk rumah sakit karena
terjadi gangguan pernafasan, sehingga
kondisi yang tidak mendukung bisa
memperlambat atau malah kemungkinan
bisa memperparah penyakit yang
dideritanya.
Hal ini mirip dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fahmi 2015 yang
melakukan penelitian tentang tingkat
kecemasan dan depresi yang terjadi pada
penderita geographic tongue (penyakit
kelainan lidah) dimana hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat
kecemasan dan depresi terhadap
prevalensi geographic tongue. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa suatu penyakit
bisa menimbulkan tingkat kecemasan
terhadap pasien yang menderita.
Kualitas tidur pasien asma
Hasil dari analisa data
menunjukkan kualitas tidur responden 26
orang 68% menunjukkan kualitas tidur
baik. Sedangkan 12 responden 32%
menunjukkan kualitas tidur buruk.
Tidur merupakan suatu keadaan
tidak sadar (unconciuusness) tetapi dapat
dibangunkan dengan perangsangan
sensori yang sesuai (Martini, 2001).
Sedangkan Potter & Perry (2005)
mendefinisikan tidur sebagai perubahan
keadaan kesadaran yang terjadi secara
terus-menerus dan berulang untuk
menyimpan energi dan kesehatan.
Berdasarkan kejadian perubahan
pola tidur menunjukkan bahwa sebagian
responden merupakan pasien yang
memiliki perubahan pola tidur pada saat
menjalani rawat inap di Ruang Perawatan
Umum RSUD Karanganya. Potter &
Perry (2005) mengatakan bahwa
kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah
penting bagi kualitas hidup semua orang
dikarenakan pada kondisi mereka yang
sedang sakit membutuhkan istirahat yang
cukup dalam pemulihannya. Namun
demikian, tiap individu memiliki
kebutuhan yang berbeda dalam jumlah
tidur (Quantity of Sleep) dan kualitasnya
(Quality of Sleep).
Pada penelitian lain yang dilakukan
oleh Antara 2015 yang berjudul Korelasi
Kualitas Tidur dengan Nyeri Kepala
Primer pada Siswa-siswi Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Amlapura
Kabupaten Karangasem. Berdasarkan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kualitas tidur buruk akan meningkatkan
kemungkinan menderita nyeri kepala
primer. Sehingga kebutuhan tidur bisa
dipengaruhi oleh kondisi penyakit
penderita.
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Kualitas Tidur pada Pasien Asma di
Rumah Sakit Umum RSUD
Karanganyar
Berdasarkan pengujian statistik
dengan uji Spearman’s rho, dinyatakan
ada hubungan yang signifikan antara
tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
pada pasien asma yang dirawat inap yang
ditunjukan dengan nilai p Value sebesar
0,00 atau kurang dari 0,05, pada taraf
signifikan 95% sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara
tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada
pasien asma yang dirawat inap terbukti
atau diterima. Keeratan hubungan antara
kecemasan dan kualitas tidur bisa
ditunjukkan dengan nilai koefisien
korelasi dengan nilai 0,889 yang berarti
hubungan itu sangat kuat, hal ini sesuai
tabel standar korelasi versi De Vaus.
Secara keseluruhan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa para
pasien di RSUD Karanganyar memiliki
kecemasan yang ringan dan mengalami
perubahan kualitas tidur. Hal ini berarti
bahwa kecemasan seorang pasien akan
mempengaruhi kualitas tidurnya, pada
keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
sering kali terjadi dua hal yang
berlawanan, disatu sisi individu yang
sakit mengalami peningkatan kebutuhan
tidur (Taylor, 2001), sementara disisi
yang lain kualitas tidur seseorang yang
masuk dan dirawat di rumah sakit dapat
dengan mudah berubah atau mengalami
gangguan pola tidur sebagai akibat
kecemasan yang kondisi sakitnya atau
rutinitas rumah sakit. Terjadinya
gangguan pola tidur pada klien yang
dirawat inap di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dapat
disebabkan oleh dampak lingkungan
rumah sakit serta kecemasan yang
diakibatkan proses penyakit yang
dialaminya yang biasanya ditandai
dengan bertambahnya jumlah waktu
bangun, sering terbangun dan
berkurangnya tidur REM serta jam tidur
(Potter & Perry, 2005).
Penelitian serupa yang bisa
menunjukkan adanya hubungan antara
tingkat kecemasan dan kualitas tidur
adalah penelitian yang dilakukan oleh
Aristana Giri (2012) dengan judul
“Hubungan Antara Tingkat Kecemasan
dengan Pola Tidur pada Pasien Pertama
Kali Dirawat Inap di Ruang Perawatan
Umum RSUD Panembahan Senopati
Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kecemasan
dengan pola tidur pada pasien yang
pertama kali dirawat inap di Ruang
Perawatan Umum RSUD Panembahan
Senopati Bantul ditunjukan dengan nilai
p Value sebesar 0,049. Perbedaan
penelitian ini adalah sampel yang diambil
pasien rawat inap pertama kali dengan
jumlah 30 responden, sedangkan tempat
dan waktu juga berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat kecemasan responden paling
banyak memiliki kecemasan ringan
sebanyak 24 responden (73%).
2. Sebanyak 12 pasien (32%)
mengalami kejadian perubahan
kualitas tidur buruk dan 26 pasien
(68%) tidak mengalami kejadian
perubahan kualitas tidur.
3. Hasil analisa menunjukkan terdapat
hubungan yang sangat kuat antara
tingkat kecemasan dengan kualitas
tidur pada pasien asma yang dirawat
inap di RSUD Karanganyar dengan
nilai koefisien korelasi mencapai
0,889 dengan signifikansi (p value)
0,000
Saran
1. Disarankan bagi pihak rumah sakit
untuk bisa menciptakan lingkungan
yang nyaman terutama memberi
batasan skat atau korden di ruang
pasien dan memberi batasan waktu
kunjung pasien agar pasien tidurnya
tidak terganggu.
2. Bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian serupa diharapkan
menggunakan jumlah sampel yang
lebih banyak sehingga bisa didapatkan
gambaran yang lebih baik dari hasil
analisa penelitiannya.
3. Bagi Peneliti dapat mengetahui secara
nyata tentang hasil penelitian yang
menunjukkan adanya hubungan antara
kecemasan dengan kualitas tidur pada
pasien asma..
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz.2006, Pengantar
Kebutuhan Dsara Manusia.
Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto,S.2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta.Rineka Cipta
Asmadi.2008. Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta.
Salemba Medika
Azizah, Lilik.M. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Edisi 8,
alih bahasa Ester M, EGC,
Jakarta
Depkes R.I (2009). Pedoman
pengendalian penyakit asma.
Djojodibroto, Darmanto. (2009).
Respirologi (Respiratory
Medicine). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
GINA (Global Initiative for
Asthma).(2006),. Pocket Guide
for Asthma Management
and Prevension In Children.
Ghufron M. Nur dan Wati S,
Rini.2012,Cara Tepat
Menghilangkan Kecemasan
Anda. Yogyakarta : Galang
Press
Hawari,D.2008. Manajemen Stress,
Cemas, dan Depresi. Jakarta. FKUI
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam.
(2006). Asma. Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Kozier, Barbara. 2008. Fundamentals of
Nursing: concepts, process, and
practice.New Jersey: Berman
Audrey
Lestari, Pemi L (2009). Riset. Perbedaan
kualitas tidur pekerja shif saat
menjalani shift pagi dengan
shift malam pada PT. Kobame
Propertindo. Universitas
Indonesia.
Maas, L. Meridean. 2011. Asuhan
Keperawatan Geriatrik :
Diagnosis NANDA, Kriteria
hasil NOC, & Intervensi NIC.
Jakarta : EGC
Maulida. 2011. Test Reliabilitas dan
Validitas Indeks Kualitas Tidur
Dari Pittsburg (PSQI) Versi
Bahasa Indonesia Pada Lansia
[Thesis]. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada
Notoatmodjo,S.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta
Ni Komang Ratih, 2012.Hubungan
Tingkat Kecemasan Terhadap
Koping Siswa SMUN 16 Dalam
Menghadapi Ujian Nasional,
Skripsi Sarjana Keperawatan,
(Depok: Perpustakaan UI)
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Potter & Perry.(2010).Fundamental of
Nursing.Mosby.st.Louis
Ramaiah, Savitri. 2006. Asma
Mengetahui Penyebab Gejala
dan Cara Penanggulangannya.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
Sundaru H, Sukamto. (2006) Asma
Bronkial , Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakulas
Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Suzanne M, Steven G. Normal Sleep,
Sleep Physiology, and Sleep
Deprivation. [Cited 2009Dec
20]
Said Az-zahroni, Musfir.(2005).
Konseling Terapi.Jakarta: Gema
Insani
Tim MGBK. Bahan Dasar Untuk
Pelayanan Konseling Pada
Satuan Pendidikan Menengah
Jilid I .( jakarta: PT.Grasindo,
2010)
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.