Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

28
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Akan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultasi yang standarnya telah ditetapkan oleh IAPI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk memenuhi SPAP. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya, bahwa KAP dan seluruh stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP kompeten secara profesional, objektif dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu KAP harus memiliki Sistem Pengendalian Mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian 9

description

Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

Transcript of Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

Page 1: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pemahaman Akan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik

Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus diterapkan oleh setiap

KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultasi yang standarnya

telah ditetapkan oleh IAPI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dalam

perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk memenuhi SPAP. Dalam

pemenuhan tanggung jawab tersebut KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya

dalam menentukan hubungan profesionalnya, bahwa KAP dan seluruh stafnya akan

independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Akuntan Publik;

dan bahwa staf KAP kompeten secara profesional, objektif dan akan menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu KAP harus

memiliki Sistem Pengendalian Mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang

kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP.

Menurut PSPM No 01, SPM Seksi 100 (SPAP:16000.1-2) adalah sebagai berikut:

“Sistem Pengendalian Mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP. Sistem Pengendalian Mutu harus komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan dan sifat praktik KAP. Sistem Pengendalian Mutu memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Perbedaan kinerja antar staf dan pemahaman persyaratan profesional, dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP yang kemudian mempengaruhi efektivitas sistem tersebut. Sistem Pengendalian Mutu KAP harus dapat memberi keyakinan memadai bahwa bagian dari perikatan suatu KAP yang dilaksanakan oleh kantor cabang, kantor afiliasi atau kantor koresponden telah dilaksanakan sesuai dengan SPAP.”

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang “Akuntan Publik”

pasal 18 ayat (2) huruf d, mengatur tentang Sistem Pengendalian Mutu (SPM) bagi

9

Page 2: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

Kantor Akuntan Publik (KAP). Pasal 18 ayat (2) huruf d adalah sebagaimana berikut:

“Kantor Akuntan Publik (KAP) harus memiliki dan melampirkan Rancangan Sistem Pengendalian Mutu (RSPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekurang-kurangnya mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.”

SPM dalam SPAP semula diatur dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) nomor

20, tentang “Sistem Pengendalian Mutu Untuk Suatu Kantor Akuntan Publik” (SPAP,

seksi 001.24) yang kemudian diganti dengan “Pernyataan Sistem Pengendalian Mutu

No. 01”.

Menurut Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) per 31 Maret 2011, SPM dan KAP

merupakan perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian yang mencakup:

Independensi, Penugasan Personel, Konsultasi, Supervisi, Pemekerjaan (Hiring),

Pengembangan Profesional, Promosi (Advancement), Penerimaan dan Keberlanjutan

Klien dan Inspeksi.

Salah satu dasar penetapan SPM pada KAP di Indonesia adalah teori tentang Quality

Control dalam kutipan buku Whittington, Pany (2012:47) berikut:

“A CPA firm should establish adequate quality control policies and procedures to provide reasonable assurance that it follows professional standards on every engagement.”

Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) Element of

Quality Control sebagai berikut:

1. Independence, Integrity and Objectivity;2. Personnel Management;3. Acceptance and Continuance of Clients and Engagements;4. Engagements Performance;5. Monitoring.

10

Page 3: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.2 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu pada KAP

Menurut PSPM No. 1 (SPAP:2011), KAP wajib mempertimbangkan setiap unsur

pengendalian mutu, sejauh diterapkan dalam prakteknya dalam menetapkan kebijakan

dan prosedur pengendalian mutunya. Untuk memenuhi ketentuan tersebut KAP wajib

membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai:

a. Independensi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada setiap lapis

organisasi, semua staf profesional mempertahankan Independensi sebagaimana

diatur dalam Aturan Etika Akuntan Publik secara rinci. Aturan Etika No. 1,

Integritas, Objectivitas dan Independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang

berlaku untuk Akuntan Publik.

b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan

akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan

keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat

dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang

ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung

terhadap personel tersebut semakin tidak diperlukan.

c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan

memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang

memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan (judgement) yang

memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain

ukuran KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang

dimiliki oleh staf pelaksana perikatan.

11

Page 4: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

d. Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan

memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review

yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara

lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan serta lingkup

konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk

menetapkan prosedur supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara

individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas

perikatan tersebut.

e. Pemekerjaan (Hiring), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf

profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka

melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya mutu pekerjaan KAP tergantung

kepada integritas, kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan

melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu program pemekerjaan KAP

menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP.

f. Pengembangan profesional, yang memberikan keyakinan memadai bahwa

personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka

memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan

pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan

memadai kepada personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan

untuk kemajuan karir mereka di KAP.

g. Promosi (advancement), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua

personel terseleksi untuk promosi, memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan

untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan

12

Page 5: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel terseleksi untuk

promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada karakter, intelejensi,

pertimbangan (judgement) dan motivasi.

h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien, yang memberikan keyakinan memadai

bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan

hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya

keharusan bagi KAP untuk menetapkan prosedur dengan tujuan tersebut, tidak

berarti KAP bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien dan tidak

juga berarti bahwa KAP berkewajiban kepada siapapun, kecuali kepada dirinya

sendiri, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun,

dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati (prudence), KAP

disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya.

i. Inspeksi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang

berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu seperti tersebut pada butir a

sampai dengan butir h, telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi dapat

dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan

manajemen KAP. Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung

kepada pengendalian yang ditetapkan oleh KAP dan penetapan tanggung jawab di

KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.

II.3 Kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik dalam

Standar Profesional Akuntan Publik

Penjelasan lebih mendalam terkait PSPM No.1 (SPAP:2011) sebagaimana telah

13

Page 6: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

ditetapkan oleh IAPI dalam SPAP, mencakup struktur organisasi, kebijakan dan

prosedur yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian

perikatan profesional.

Kebijakan atas Sistem Pengendalian Mutu KAP dalam SPAP adalah sebagaimana

berikut:

a. Independensi

a. Semua personel, pada setiap tingkat organisasi diwajibkan untuk mematuhi

ketentuan independensi sebagaimana diatur oleh Ikatan Akuntan Publik

Indonesia.

b. Manager Audit diwajibkan untuk mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur

mengenai independensi kepada seluruh supervisor audit, senior auditor dan

junior auditor. Termasuk kepada asisten staf yang berstatus pegawai magang.

c. KAP akan melakukan pemantauan atas kepatuhan seluruh personel terhadap

kebijakan dan prosedur mengenai independensi.

b. Penugasan Personel

a. KAP akan memberikan penjelasan tentang pendekatan yang digunakan dalam

penugasan personel, termasuk perencanaan kebutuhan secara keseluruhan untuk

mencapai keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan

pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan.

b. KAP akan menunjuk satu personel yang akan bertanggung jawab (person in

charge) dalam penugasan personel.

c. KAP akan meyusun skedul pelaksanaan dan kebutuhan personel untuk kegiatan

audit atas klien-klien yang sudah melakukan perikatan audit.

14

Page 7: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

c. Konsultasi

a. KAP akan mengidentifikasi masalah dan situasi khusus yang mengharuskan

personel untuk berkonsultasi dan mendorong personel untuk berkonsultasi

dengan atau menggunakan sumber atau pihak yang berwenang mengenai

masalah yang kompleks dan tidak biasa.

b. Senior auditor, supervisor, manajer audit, harus melakukan konsultasi secara

berjenjang, manajer harus berkonsultasi kepada partner dalam hal terdapat

masalah yang kompleks dan tidak biasa.

c. Kegiatan konsultasi atas masalah-masalah yang dikonsultasikan baik

menyangkut penerapan standar audit, maupun standar akuntansi keuangan dan

hasil konsultasi harus didokumentasikan dalam working papers dan disimpan

terpisah dari current working papers.

d. Supervisi

a. Perencanaan perikatan audit harus dilakukan minimal oleh tingkat manajer.

Pelaksanaan perencanaan perikatan harus mengacu kepada prosedur yang

ditetapkan

b. Senior auditor, supervisor, manajer audit, partner melakukan supervisi secara

berjenjang untuk mempertahankan standar mutu KAP dan kualitas kertas kerja

(working papers) dan laporan audit atau perikatan lainnya.

e. Pemekerjaan (Hiring)

a. KAP akan menyusun perencanaan kebutuhan personel, penetapan tujuan

pemeriksaan dan penetapan kualifikasi personel yang terlibat dalam kegiatan

15

Page 8: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

pemekerjaan.

b. KAP akan memberikan informasi kepada pelamar kerja tentang kualifikasi

auditor yaitu: kualifikasi untuk junior auditor minimum DIII akuntansi, senior

auditor S1 akuntansi. Sedangkan untuk supervisor audit dan manajer audit

minimal adalah mereka yang telah memiliki gelar akuntan dan memiliki nomor

register negara untuk akuntan.

c. KAP akan melakukan program orientasi bagi personel yang baru diterima.

f. Pengembangan Profesional

a. KAP akan menyediakan bagi personel mengenai perkembangan terkini dalam

standar profesional dan materi mengenai kebijakan dan prosedur teknis KAP.

b. KAP akan memberikan dorongan bagi personel untuk terlibat dalam

pengembangan diri, serta mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan melalui

seminar, lokakarya dan lainnya.

g. Promosi

a. KAP hanya akan memberikan promosi kepada mereka yang telah memenuhi

kualifikasi yang disyaratkan atas berbagai tingkatan tanggung jawab.

b. Promosi dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan evaluasi kinerja personel.

h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien

a. Pada setiap akhir periode tertentu, KAP akan melakukan evaluasi terhadap klien

untuk menentukan apakah hubungan perikatan dimasa mendatang perlu

diteruskan atau tidak

b. KAP akan melakukan evaluasi atas calon klien sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan untuk memberikan persetujuan atau menolak calon klien.

16

Page 9: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.4 Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang “Akuntan

Publik”, pasal 1 ayat (1) adalah sebagai berikut:

“Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.”

Sedangkan dalam pasal 1 ayat (5) adalah sebagai berikut:

“Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang.”

II.5 Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu

II.5.1 Jenis-Jenis Review Mutu Pada KAP

Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik mensyaratkan setiap Kantor

Akuntan Publik (tanpa memandang ukurannya), untuk memiliki Sistem Pengendalian

Mutu atas praktik akuntansi dan auditnya. Seksi tersebut mengidentifikasi sembilan

unsur pengendalian mutu dan menyatakan bahwa KAP harus mempertimbangkan

setiap unsur tersebut, sejauh dimungkinkan penerapannya dalam praktiknya, dalam

menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.

Review Sistem Pengendalian Mutu, dapat berbentuk On-Site Quality Review atau

Off-Site Quality Review. Beberapa pengaturan tentang pelaksanaan review yang

dikutip dari Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu yang bersumber dari

PSPM No. 3, SPM Seksi 300 (SPAP:2011), adalah sebagai berikut:

1. On Site Quality Review

On-Site Quality Review dimaksudkan untuk menyediakan dasar memadai bagi pelaksana review untuk menyatakan pendapat apakah selama tahun yang di-review:

17

Page 10: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

a. Sistem Pengendalian Mutu untuk praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review telah memenuhi tujuan standar pengendalian mutu yang ditetapkan oleh IAPI;

b. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP yang di-review telah dipatuhi sehingga memberikan keyakinan memadai bagi KAP bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar profesional.”

Review harus mencakup studi dan evaluasi tentang dampak kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP terhadap praktik akuntansi dan audit selama periode satu tahun. Tim pe-review perlu memperoleh pemahaman umum atas kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP dengan memperhatikan sembilan unsur pengendalian mutu. Pada umumnya pemahaman ini diperoleh dengan cara membaca tanggapan KAP atas kuesioner yang dikembangkan oleh IAPI. Pe-review juga harus melakukan pengujian kepatuhan yang semestinya berkaitan dengan fungsi yang luas.

On-Site Quality Review harus mencakup:a. Review beberapa perikatan pilihan, termasuk arsip kertas kerja (working

paper) dan laporan yang berkaitan dengan tahun fiskal yang berakhir pada tahun di-review, kecuali laporan yang lebih kini telah diterbitkan yang merupakan cross section memadai atas praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review.

b. Penyiapan laporan tertulis atas hasil review dan, jika ada, surat komentar.c. Jika ada, penyiapan tanggapan tertulis oleh KAP yang di-review atas surat

komentar yang berisi tindakan yang direncanakan akan diambil oleh KAP dengan memperhatikan rekomendasi pe-review.

d. Pertimbangan memadai atas rekomendasi yang dibuat oleh pe-review. Suatu evaluasi apakah tindakan koreksi yang akan dilaksanakan oleh KAP dan tindakan perbaikan, koreksi dan / atau pemantauan terhadap rencana tindakan KAP perlu dilaksanakan.

2. Off-Site Quality Review

Off-Site Quality Review bertujuan untuk menyediakan bagi pelaksana review dasar yang memadai untuk mengungkapkan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan dan laporan akuntan yang berkaitan dengan perikatan review dan kompilasi yang diajukan untuk di review tidak menyimpang dalam semua hal yang material dari persyaratan yang ditetapkan dalam standar profesional. Tujuan ini berbeda dengan tujuan On-Site Quality Review karena Off-Site Quality Review hanya dilakukan pada KAP yang melakukan perikatan review atau kompilasi tetapi tidak melakukan audit atas laporan keuangan historis atau prospektif. Laporan review akuntan hanya menyatakan keyakinan terbatas atas laporan keuangan dan laporan kompilasi akuntan menyatakan bahwa akuntan tidak memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas laporan keuangan historis atau prospektif.

18

Page 11: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.5.2 Lingkup Review

Menurut Standar Pengendalian Mutu No.3 (SPAP:2011), lingkup review akan

mencakup:

a. Praktik akuntansi dan audit KAPb. Diarahkan kepada aspek profesional praktik akuntansi dan audit KAP; tidak

perlu mencakup aspek bisnis praktik tersebut.

II.5.3 Studi dan Evaluasi tentang Pengendalian Mutu

Untuk membantu pe-review dalam menentukan apakah KAP yang di-review telah

mengadopsi kebijakan dan prosedur yang didesain dengan semestinya, lengkap dan

sesuai dengan ukuran dan jenis praktiknya.

II.5.4 Lingkup Pengujian Kepatuhan

Lingkup pengujian kepatuhan akan mencakup perikatan terpilih termasuk kertas

kerja dan laporan, untuk mengetahui kesesuaiannya dengan standar profesional dan

kepatuhannya dengan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP. Disamping

itu pe-review harus melakukan wawancara dengan personel profesional KAP dari

berbagai tingkat dan, jika ada, orang lain yang bertanggung jawab atas sebuah fungsi

atau aktivitas untuk memperkirakan pemahaman dan kepatuhan mereka terhadap

kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.

Pengumpulan bahan bukti lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan, sebagai contoh,

dengan me-review arsip administratif dan personel yang terpilih, arsip korespondensi

yang mendokumentasikan konsultasi atas pertanyaan teknis dan etis, arsip yang

membuktikan kepatuhan dengan persyaratan pendidikan profesional berkelanjutan

dan dengan mengunjungi perpustakaan KAP.

19

Page 12: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.5.5 Pemilihan Perikatan

Beberapa patokan yang perlu diperhatikan oleh pe-review dalam menentukan

pemilihan perikatan yang digunakan sebagai sampel untuk di-review adalah sebagai

berikut:

1. Jika dikombinasi dengan prosedur lain yang dilakukan, jumlah dan jenis perikatan

akuntansi dan audit yang dipilih oleh pe-review untuk di-review harus memadai

untuk menjamin pe-review mendapatkan keyakinan memadai untuk mengambil

keputusan berkenaan dengan apakah Sistem Pengendalian Mutu KAP yang di-

review memenuhi tujuan Standar Pengendalian Mutu yang ditetapkan oleh IAPI

dan dipatuhi sepanjang tahun yang di-review.

2. Perikatan yang dipilih untuk di-review harus menghasilkan cross section memadai

atas praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review. Namun jumlah review dan

kompilasi perikatan yang dipilih untuk di-review dapat sangat dibatasi secara

signifikan bila sebagian besar jam kerja akuntansi dan audit KAP dicurahkan

untuk perikatan audit. Juga perhatian yang lebih besar perlu diberikan kepada

perikatan audit yang memenuhi kriteria berikut ini:

a. Perikatan yang didalamnya terdapat kepentingan masyarakat umum

yang signifikan, seperti klien yang berhubungan dengan kepentingan

umum, lembaga keuangan dan pinjaman, pialang dan dealer di sekuritas

dan dana pensiun;

b. Perikatan dengan industri khusus yang lain;

c. Perikatan yang besar, kompleks dan berisiko tinggi atau klien audit awal

KAP yang di-review.

20

Page 13: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.5.6 Pertemuan Akhir (Exit Conference)

Sebelum menerbitkan laporannya dan, jika ada, surat komentar, pe-review wajib

mengkomunikasikan simpulan mereka kepada anggota senior KAP yang di-review

pada pertemuan akhir (Exit Conference). KAP yang di-review berhak untuk

mendapatkan informasi pada pertemuan akhir tentang segala hal yang dapat

mempengaruhi laporan dan tentang semua temuan dan rekomendasi signifikan yang

akan dimasukkan dalam surat komentar. Pertemuan akhir juga merupakan sarana

yang tepat untuk memberikan saran kepada KAP, yang tidak akan mempengaruhi

laporan atau surat komentar.

II.6 Persyaratan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Untuk dapat berpraktik sebagai Akuntan Publik, seseorang harus memenuhi syarat

dan kualifikasi sesuai dengan yang telah diatur oleh Undang-Undang.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang “Akuntan

Publik” pasal 6 ayat (1) adalah sebagai berikut:

“Untuk mendapatkan izin sebagai Akuntan Publik, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik yang sah;b. Berpengalaman praktik memberikan jasa asurans;c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);e. Tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan

Publik;f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri; dan

h. Tidak berada dalam pengampunan.

21

Page 14: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

Selain ketentuan diatas, ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

perizinan diatur dalam Peraturan Menteri (SK Menkeu, No. 423, pasal 3) sebagai

berikut:

a. Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAPI;

b. Memiliki pengalaman kerja dibidang audit umum atas laporan keuangan sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh pemimpin KAP tempat bekerja atau pejabat setingkat eselon 1 Instansi Pemerintah yang berwenang dibidang audit umum.

Disamping harus memiliki izin sebagai Akuntan Publik, untuk dapat berpraktik,

seorang Akuntan juga harus memiliki izin Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Menteri

Keuangan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (Direktur

Jenderal). Untuk mendapatkan izin usaha KAP, sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang “Akuntan Publik” pasal 18 ayat (2)

adalah sebagai berikut:

“Akuntan Publik yang akan bertindak sebagai pemimpin KAP harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Mempunya kantor atau tempat untuk menjalankan usaha yang berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan untuk KAP yang berbentuk usaha persekutuan perdata dan firma atau Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi untuk KAP yang berbentuk usaha perseorangan;

c. Mempunya paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di bidang akuntansi yang terdiri atas satu orang tenaga pemeriksa berpendidikan sarjana di bidang akuntansi dan satu orang berpendidikan diploma III (D-III) di bidang akuntansi;

d. Memiliki Rancangan Sistem Pengendalian Mutu (RSPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sekurang-kurangnya mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu;

e. Membuat surat pernyataan dengan bermeterai cukup bagi bentuk usaha perseorangan, dengan mencantumkan paling sedikit:

1. Alamat Akuntan Publik;2. Nama dan domisili kantor; dan3. Maksud dan tujuan pendirian kantor.

22

Page 15: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

f. Memiliki akta pendirian yang dibuat oleh dan dihadapan notaris bagi bentuk usaha persekutuan perdata, firma atau bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang paling sedikit mencantumkan:

1. Nama rekan;2. Alamat rekan;3. Bentuk usaha;4. Nama dan domisili usaha;5. Maksud dan tujuan pendirian kantor;6. Hak dan kewajiban sebagai Rekan; dan7. Penyelesaian sengketa dalam terjadi perselisihan di antara Rekan.”

II.7 Aktivitas Kantor Akuntan Publik

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2012:32), Kantor Akuntan Publik umumnya menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya. Jasa-jasa ini dapat diperluas berupa:

“accounting and bookkeeping services, tax services and management consulting services. financial planning, business valuation, forensic accounting, internal auditing outsourcing and information technology advisory services.”

Bagi Kantor Akuntan Publik di Indonesia, jasa-jasa yang dapat diberikan mengacu

pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang “Akuntan Publik”

pasal 3 ayat (1) dan (3) yaitu sebagai berikut:

a. Akuntan publik memberikan jasa assurans, yang meliputi:1. Jasa audit atas informasi keuangan historis;2. Jasa review atas informasi keuangan historis;3. Jasa assurans lainnya.

b. Akuntan publik memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen, yang meliputi:

1. Jasa audit kinerja;2. Jasa internal audit;3. Jasa perpajakan;4. Jasa kompilasi laporan keuangan;5. Jasa pembukuan;6. Jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan; dan7. Jasa sistem teknologi informasi.

II.8 Standar Auditing

Berdasarkan SPAP (2011:001.8), standar auditing memiliki pengertian sebagai

23

Page 16: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

berikut:

“Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing.”.

PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh Akuntan

Publik dalam melaksanakan perikatan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Dewan) bersifat

mengikat dan wajib (mandatory) bagi anggota IAPI yang berpraktik sebagai Akuntan

Publik. Termasuk di dalam Pernyataan Standar Auditing adalah Interpretasi Pernyataan

Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh

Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau

keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA.

II.9 Kuesioner, Populasi, Sampel dan Skala Tipe Likert

Menurut Aritonang (1998:153), pengertian dari angket, populasi dan sampel adalah

sebagai berikut:

“Angket merupakan sehimpunan pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu objek yang diajukan kepada dan untuk memperoleh tanggapan dari responden. Sedangkan populasi adalah keseluruhan unsur yang menjadi subjek suatu penelitian atau disebut pula sebagai universe dan sampel adalah bagian dari populasi tersebut.”

Penerapan terhadap suatu Sistem Pengendalian Mutu dapat juga diindeks dengan

kekuatan jawab yang menuju ke setiap butir pertanyaan. Sugiyono (2003:87),

berpendapat bahwa:

“Format Skala tipe Likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir pertanyaan.”

24

Page 17: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

II.10 Variabel dan Unsur

II.10.1 Identifikasi Variabel dan Unsur

Variabel pengukuran dalam penelitian ini adalah 9 unsur dalam Sistem

Pengendalian Mutu yakni: independensi, penugasan personel, konsultasi, supervisi,

pemekerjaan (hiring), pengembangan profesional, promosi (advancement) dan

peneriman keberlanjutan klien, serta inspeksi.

II.10.2 Definisi Variabel dan Unsur

Variabel Independensi

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada setiap lapis

organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi.

Variabel Penugasan Personel

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan

dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian

teknis untuk penugasan tersebut sebagaimana diatur dalam Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik.

Variabel Konsultasi

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan

memperoleh informasi yang memadai sesuai dengan yang dibutuhkan dari orang

yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan (judgement)

yang memadai.

Variabel Supervisi

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan

memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP.

25

Page 18: Hubungan Standar Auditing dgn Standar Pengendalian Mutu

Variabel Pemekerjaan (Hiring)

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf

profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka

melakukan perikatan secara kompeten.

Variabel Pengembangan Profesional

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki

pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung

jawabnya.

Variabel Promosi (advancement)

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel yang

terdeteksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis

tanggung jawab yang lebih tinggi.

Variabel Peneriman dan Keberlanjutan Klien

suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dengan klien

akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang

manajemennya tidak memiliki integritas.

Variabel Inspeksi

suatu ukruan yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang

berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu telah diterapkan secara

efektif.

26