HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL...
Transcript of HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL...
i
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU
PROSOSIAL SISWA KELAS XII MA AL ASROR
GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Progam studi Bimbingan dan Konseling
oleh
Muh Miftachur Rizaq
1301414057
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kunci kebahagiaan hidup adalah bersabar ketika diuji dan bersyukur ketika
diberi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Almamater jurusan Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
v
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial Siswa MA Al Asror
Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2018/2019”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bimbingan dan
Konseling.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terimakasih dan rasa hormat
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons. Ketua Jurusan Bimbingan dan
Konseling yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan untuk
menyelesaikan skripsi.
4. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons. Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran serta masukan kepada penulis
selama proses penyususan skripsi.
5. Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan motivasi
dan ilmu kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
vi
6. Kepala Sekolah, guru BK dan siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati
yang berkenan membantu pelaksanaan penelitian
7. Orangtua saya bapak Adi Sutikno, Ibu Solikhatun serta adik saya Avifatul
Mustaghfiroh yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang
kepada peneliti
8. Andina Feliyana Sari, Fatihatus Sa’adah, dan Wida yang telah
memberikan bantuan dan inspirasi kepada peneliti
9. Teman-teman di perkuliahan dan di organisasi yang selalu memberikan
semangat kepada peneliti
10. Seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta
memberikan kontribusi bagi bimbingan dan konseling.
Semarang, 7 Januari 2019
Muh Miftachur Rizaq
1301414057
vii
ABSTRAK
Rizaq, Muh Miftachur. 2018. Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial
Siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019.
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons.
Kata Kunci: Religiusitas, Prososial
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena siswa kelas XII MA Al
Asror Gunungpati Semarang. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
siswa dan guru BK diperoleh hasil bahwa ada siswa yang memiliki prososial
rendah padahal siswa tersebut memiliki religiusitas yang tinggi, misalnya siswa
tidak mau menolong teman yang sedang membutuhkan bantuan, tidak mau
bekerjasama dan suka pilih-pilih teman serta tidak mau berbagi uang atau
makanan kepada teman yang kesusahan. Rendahnya perilaku prososial harusnya
diimbangi dengan rendahnya religiusitas namun berdasarkan wawancara dengan
salah satu teman siswa, menunjukkan bahwa religiusitas siswa tinggi dikarenakan
siswa rajin sholat jamaah, membaca Al-Qur’an serta mengikuti kegiatan
keagamaan di sekolah. Maka berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin
mengetahui sebenarnya ada hubungan antara religusitas dengan perilaku prososial
siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati atau tidak.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dalam
penelitian ini terapat dua variabel yaitu religiusitas sebagai variabel bebas dan
prososial sebagai variabel terikat. Dalam menentukan sampel, peneliti
menggunakan studi populasi yaitu mengambil keseluruhan populasi yang dalam
penelitian ini berjumlah 99 siswa. Alat pengumpul data menggunakan skala
religiusitas dan skala prososial. Validistas uji dengan mengunakan rumus product
moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha dan untuk menganalisis data
menggunakan analisis deskriptif dan korelasi product moment.
Berdasarkan analisis data dapat dijelaskan bahwa religiusitas dalam
kategori tinggi yaitu sebesar 96% dan prososial dalam kategori tinggi sebesar 80%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 memperoleh hasil sebesar
0,600 > nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,195 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
religiusitas dengan perilaku prososial siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati
Semarang tahun ajaran 2018/2019.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PENGESAHAN........................................................... ...................................... . ii
PERNYATAAN................................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... iv
PRAKATA......................................................................................................... v
ABSTRAK......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan Skripsi.......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 10
A. Penelitian Terdahulu.... .................................................................................. 10
B. Perilaku Prososial.............................................................................. ............. 13
C. Religiusitas.................................................................................................... 23
D. Kerangka Berpikir.......................................................................................... 33
E. Hipotesis........................................................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 36
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 36
B. Variabel Penelitian ........................................................................................ 37
C. Hubungan Antar Variabel............................................................................... 38
ix
D. Definisi Oprasional........................................................................................ 38
E. Populasi dan Sampel...................................................................................... 40
F. Metode dan Alat Pengumpul Data............................................................... 42
G. Prosedur. Penyusunan Instrumen Penelitian............................................... 43
H. Validitas dan Reabilitas.............................................................................. 44
I. Teknik Analisis Data................................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 54
A. Hasil Penelitian......................................................................................... 54
1. Gambaran Religiusitas Siswa................................................................... 54
2. Gambaran Prososial Siswa........................................................................ 65
3. Hubungan Religiusitas dengan Prososial Siswa....................................... 77
B. Pembahasan.............................................................................................. 79
1. Gambaran Religiusitas............................................................................ 80
2. Gambaran Prososial.................................................................................. 82
3. Hubungan Religiusitas dengan Prososial Siswa...................................... 84
4. Keterbatasan Penelitian............................................................................ 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 87
A. Kesimpulan.............................................................................................. 87
B. Saran........................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Populasi siswa kelas XII MA Al Asror........................................ 40
Tabel 3.2 Kategori jawaban dan skoring skala psikologis............................. 43
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Skala Religiusitas......................................... 48
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Prososial............................................. 48
Tabel 3.5 Teknik Analisis Data...................................................................... 50
Tabel 3.6 Penggolongan Kriteria Berdasarkan Mean Teoritis......................... 51
Tabel 3.7 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi....................... 53
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Religiusitas....................................................... 55
Tabel 4.2 Gambaran Umum Religiusitas......................................................... 55
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Religiusitas Aspek Keyakinan.......................... 57
Tabel 4.4 Gambaran Religiusitas Aspek Keyakinan......................................... 57
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Religiusitas Aspek Praktik Agama................... 59
Tabel 4.6 Gambaran Religiusitas Apek Praktik Agama.................................. 59
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Religiusitas Aspek Pengalaman beragama........ 60
Tabel 4.8 Gambaran Religiusitas Apek Pengalaman beragama........................ 61
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Religiusitas Aspek Pengetahuan agama............ 62
Tabel 4.10 Gambaran Religiusitas Apek Pengalaman Pengetahuan agama.... 62
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Religiusitas Aspek Pengamalan agama........... 64
Tabel 4.12 Gambaran Religiusitas Apek Pengamalan agama.......................... 64
Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Prososial........................................................... 66
Tabel 4.14 Gambaran Umum Prososial............................................................. 66
Tabel 4.15 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Berbagi................................... 68
Tabel 4.16 Gambaran Prososial Aspek Berbagi................................................ 68
Tabel 4.17 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Kerjasama.............................. 69
Tabel 4.18 Gambaran Prososial Aspek Kerjasama............................................ 70
Tabel 4.19 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Menyumbang......................... 71
xi
Tabel 4.20 Gambaran Prososial Aspek Menyumbang....................................... 71
Tabel 4.21 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Menolong............................... 73
Tabel 4.22 Gambaran Prososial Aspek Menolong............................................. 73
Tabel 4.23 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Kejujuran.............................. 74
Tabel 4.24 Gambaran Prososial Aspek Kejujuran............................................ 75
Tabel 4.25 Statistik Deskriptif Prososial Aspek Kedermawanan...................... 76
Tabel 4.26 Gambaran Prososial Aspek Kedermawanan................................... 76
Tabel 4.27 Hasil Korelasi Product Moment....................................................... 78
Tabel 4.28 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi......................................... 79
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..................................................................... 34
Gambar 3.1 Hubungan antar variabel......................................................... 38
Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Religiusitas.................................. 56
Gambar 4.2 Diagram Gambaran Religiusitas Aspek Keyakinan.................. 58
Gambar 4.3 Diagram Gambaran Religiusitas Aspek Praktik Agama.......... 60
Gambar 4.4 Diagram Gambaran Religiusitas Aspek Pengalaman agama..... 61
Gambar 4.5 Diagram Gambaran Religiusitas Aspek Pengetahuan agama.. 63
Gambar 4.6 Diagram Gambaran Religiusitas Aspek Pengamalan agama..... 65
Gambar 4.7 Diagram Gambaran Umum Prososial....................................... 67
Gambar 4.8 Diagram Gambaran Prososial Aspek Berbagi............................ 69
Gambar 4.9 Diagram Gambaran Prososial Aspek Kerjasama....................... 70
Gambar 4.10 Diagram Gambaran Prososial Aspek Menyumbang................ 72
Gambar 4.11 Diagram Gambaran Prososial Aspek Menolong.................... 74
Gambar 4.12 Diagram Gambaran Prososial Aspek Kejujuran..................... 75
Gambar 4.13 Diagram Gambaran Prososial Aspek Kedermawanan.............. 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Hasil Wawancara......................................................... 92
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Religiusitas sebelum Try Out...... 97
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Prososial sebelum Try Out.......... 99
Lampiran 4 Instrumen Religiusitas sebelum Try Out.................... 101
Lampiran 5 Instrumen Prososial sebelum Tryout.......................... 105
Lampiran 6 Hasil Tabulasi Try Out Religiusitas........................... 110
Lampiran 7 Hasil Tabulasi Try Out Prososial............................... 114
Lampiran 8 Hasil Validitas dan Reliabilitas Religiusitas............... 118
Lampiran 9 Hasil Validitas dan Reliabilitas Prososial ................. 120
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Religiusitas............................... 122
Lampiran 11 Kisi-kisi Instrumen Prososial.................................... 124
Lampiran 12 Instrumen Religiusitas.............................................. 125
Lampiran 13 Instrumen Prososial.................................................. 129
Lampiran 14 Tabulasi Skala Religiusitas...................................... 133
Lampiran 15 Tabulasi Per Indikator Skala Religiusitas................ 141
Lampiran 16 Tabulasi Skala Prososial........................................... 152
Lampiran 17 Tabulasi Per Indikator Skala Prososial.................... 163
Lampiran 18 Hasil Analisis Deskriptif......................................... 174
Lampiran 19 Nilai Hasil Hipotetik Skala Religiusitas................... 176
Lampiran 20 Nilai Hasil Hipotetik Skala Prososial....................... 180
Lampiran 21 Hasil Uji Asumsi Klasik........................................... 185
Lampiran 22 Hasil Korelasi Product Moment............................... 189
Lampiran 23 Dokumentasi............................................................ 190
Lampiran 24 Surat Bukti Telah Melakukan Observasi................. 191
Lampiran 25 Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian.................. 192
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia lahir di dunia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia tidak akan terlepas oleh bantuan orang lain. Hal tersebut berlaku
sejak manusia lahir sampai meninggal. Sederhananya ketika masih balita,
seseorang tidak akan terlepas dari bantuan seorang ibu ataupun anggota keluarga
yang lainnya untuk membantu melatih berbicara maupun berjalan, begitu pula
ketika beranjak remaja dan dewasa, seseorang juga akan membutuhkan bantuan
orang lain dalam membantu perkembangannya misalnya ketika menjadi siswa ada
teman yang tidak memiliki buku pelajaran karena tidak mampu membeli lalu
siswa tersebut berusaha untuk meminjamkan bukunya. Maka dalam hal ini setiap
manusia penting memiliki perilaku saling menolong dan peduli terhadap sesama.
Perilaku menolong dan peduli terhadap sesama inilah yang disebut sebagai
perilaku Prososial. Seperti yang disampaikan oleh Baron & Byne (2005:92)
Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang
lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung kepada orang yang
melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi
yang menolong.
Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku prososial memang sangat penting
dimiliki oleh setiap individu, termasuk pada siswa sekolah menengah atas, karena
pada saat itu siswa sedang mengalami masa perkembangan sebagai seorang
2
remaja. Menurut Yusuf (2005:26) Masa remaja adalah masa yang banyak
menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan
yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat. Dalam masa ini
mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya
teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut
merasakan suka dan dukanya. Lalu tugas perkembangan remaja yang berkaitan
dengan hubungan sosial menurut Havighurs (dalam Yusuf, 2006:74) menjelaskan
tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut: (1) Mencapai hubungan
yang lebih matang dengan teman sebaya, (2) Mencapai peran sosial sebagai pria
dan wanita. Maka berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku
prososial siswa dapat mendukung perkembangan siswa yang sedang dalam masa
remaja .Apabila siswa perilaku prososial siswa tinggi maka perkembangannya
akan menjadi optimal, begitu sebaliknya jika perilaku prososial siswa rendah
maka perkembangannya menjadi kurang optimal.
Menurut Eisenberg dan Mussen (dalam Dayaksini & Hudaniah,2009:175)
menjelaskan tentang bentuk-bentuk perilaku prososial yang diantaranya sebagai
berikut tindakan berbagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang
(donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), dermawan (generosity), serta
mempertimbangkan hak orang lain. Sehingga dari penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam
melakukan tindakan prososial baik dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
3
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi manusia saat ini
disibukan dengan kepentingan diri sendiri atau dengan kata lain berperilaku
individualis. Sehingga manusia tidak bisa berperilaku prososial karena tidak mau
menolong dan tidak peduli dengan kondisi yang sedang dialami oleh orang lain.
Contohnya yang terjadi dalam lingkungan masyarakat desa sekarang ini ketika
ada seseorang yang sedang menjemur pakaian disamping rumah lalu ditinggal
pergi oleh seseorang tersebut dan kemudian beberapa jam kemudian ternyata
hujan turun dan tidak ada tetangga yang membantu mengambil jemuran tersebut
padahal tetangga itu mengetahui kalau pemilik pakaian tersebut sedang pergi.
Peristiwa tentang berkurangnya perilaku prososial tidak hanya terjadi di
lingkungan masyarakat namun juga terjadi di lingkungan sekolah. Seperti yang
terjadi di MA Al Asror Gunungpati menurut penuturan salah seorang guru yang
saya wawancarai, siswa yang melihat temannya jatuh di depan kelas namun siswa
tersebut tidak membantunya melainkan menertawakannya. Sehingga tidak
menguntungkan temannya tersebut tapi lebih merugikan karena sudah tidak
mendapatkan pertolongan tapi malah ditertawakan.
Perilaku prososial dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
agama atau religiusitas. Menurut Batson dan Brown (dalam Farhah, 2011:4)
berpendapat bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk membantu orang lain, dibanding dengan orang yang tidak mengenal
agama. Seseorang yang memiliki kedekatan dengan Tuhan dan memahami ajaran-
ajarannya cenderung akan melakukan perbuatan menolong karena dalam agama
islam khususnya perilaku menolong merupakan perbuatan akhlaqul kharimah.
4
Seperti yang terdapat di QS.Al-Maidah:2) sudah dijelaskan bahwa “Dan tolong
menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa,dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Menurut Fetzer (dalam Farhah,2009:16) religiusitas yaitu seberapa kuat
individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari hari (daily
sprititual experience), mengalami kebermaknaan hidup dengan beragama
(religion meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value),
meyakini ajaran agamanya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktik
beragama (beribadah) secara mandiri (private religious practice), mendapat
dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah
keberagamaan (spiritual history), komitmen beragama (commitment), mengikuti
organisasi keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan
agamanya (believe).
Individu yang sejak kecil sudah diberikan ilmu tentang agama dan ketika
di sekolahan juga diberikan ilmu agama secara terus menerus cenderung akan
mencapai kematangan beragama atau religiusitas yang tinggi. Menurut Yusuf
(2005:145) kriteria kematangan dalam hidup beragama adalah sebagai berikut: (a)
Memiliki kesadaran bahwa setiap perilakunya tidak terlepas dari pengawasan
Allah, (b) Mengamalkan ibadah ritual secara ikhlas dan mampu mengambil
hikmah dari ibadah tersebut dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, (c)
Memiliki pemahaman dan penerimaan secara positif akan kehidupan yang
ditetapkan oleh Allah, (d) senantiasa menegakkan “amar ma’ruf nahi munkar”, (e)
5
Bersabar saat mendapat musibah, (f) Menjalin ukhuwah islamiyah (tali
persaudaraan dengan sesama umat muslim).
Berdasarkan teori di atas berarti semakin tinggi tingkat religiusitas
seseorang semakin tinggi juga seseorang untuk melakukan perilaku prososial,
namun berbeda hal nya dengan siswa yang terdapat di MA Al Asror Gunungpati
Semarang, siswa tersebut bisa dikatakan memiliki religiusitas yang tinggi karena
dia ketika di sekolah selalu menyempatkan untuk sholat dhuha , membaca Al-
Quran setiap hari, yasinan, tahlilan, sholat dhuhur berjamaah dan tidak berjabatan
tangan dengan lawan jenis. Terlebih di MA (Madrasah Aliyah) dia juga
mendapatkan mata pelajaran tentang agama yang lebih mendalam dibandingkan
dengan mata pelajaran agama di SMA atau SMK seperti Aqidah, Akhlaq, SKI,
Fiqih, Qur’an dan Hadist. Sehingga tentunya ilmunya lebih banyak daripada siswa
yang lain, Namun dengan keilmuan dan kerajinan dalam beribadah yang dia
miliki tidak diimbangi dengan perbuatan atau amalan yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari contohnya menolong temannya. Pernah suatu ketika
menurut guru BK, ketika beliau lewat didepannya membawa buku dan buku
tersebut jatuh di depannya, siswa tersebut tidak berusaha membantu
mengambilkannya tapi malah diam saja. Lalu menurut salah seorang teman
kelasnya pernah merasakan kekecawaan terhadap siswa tersebut karena ketika dia
lupa membawa uang saku lalu dia berusaha pinjam uang kepada siswa tersebut
tapi siswa tersebut tidak mau meminjami uang dengan alasan uangnya habis,
padahal dia mengetahui kalau uangnya masih sisa. Kemudian ketika ada
temannya yang ingin meminjam motornya dia selalu tidak boleh dengan alasan
6
mau dipakai sendiri dan ada juga siswa yang tidak membantu temannya yang
kesusahan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Permasalahan tentang perilaku prososial diatas penting untuk dibahas
karena perlu diketahui bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang masuk
dalam bidang sosial layanan Bimbingan dan Konseling, jika hubungan sosial
siswa bermasalah maka perkembangan siswa akan menjadi terganggu sehingga
konselor di sekolah perlu memberikan bantuan yang tepat dengan mengetahui dan
memahami terlebih dahulu hubungan religiusitas dengan perilaku prososial.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang ada tidaknya hubungan religiusitas dengan perilaku prososial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,maka
rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perilaku prososial siswa kelas XII MA Al Asror
Gunungpati Semarang?
2. Bagaimana gambaran religiusitas siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati
Semarang?
3. Apakah ada hubungan religiusitas dengan perilaku prososial siswa kelas XII
MA Al Asror Gunungpati Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
7
1. Untuk menganalisis gambaran perilaku prososial siswa kelas XII MA Al
Asror Gunungpati Semarang
2. Untuk menganalisis gambaran religiusitas siswa kelas XII MA Al Asror
Gunungpati Semarang
3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku
prososial siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati Semarang
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya
bagi konselor terkait hubungan antara religiusitas dengan perilaku
prososial.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi peneliti
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
dapat meningkatkan pemahaman tentang religiusitas dan perilaku
prososial sehingga dimasa mendatang dapat menjadi konselor profesional.
b. Bagi guru BK
Memberikan pemahaman dan gambaran mengenai religiusitas dan
perilaku prososial dam diharapkan guru BK dapat memberikan layanan
8
bimbingan konseling yang tepat sesuai permasalahan yang dialami oleh
siswa.
c. Bagi siswa
siswa mendapatkan layanan bimbingan yang memuaskan yang dapat
menyelesaikan permasalahannya.
d. Bagi sekolah
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memahami
religiusitas dan perilaku prososial siswa di sekolah. Selain itu juga bisa
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
E. Sistematika penulisan skripsi
Sistematika skripsi merupakan suatu bentuk gambaran dari penyusunan
skripsi yang bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari
skripsi. Secara garis besar skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir skripsi. Adapun penjelasan dari sistematika tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi ini terdiri dari judul, abstrak, halaman pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar penulisan skripsi.
9
Bab 2 Tinjauan Pustaka, pada bab ini terdiri dari penelitian terdahulu, teori yang
melandasi prososial serta religiusitas.
Bab 3 Metode Penelitian, pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, variabel
penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, metode dan alat pengumpul data,
penyusun instrumen, validitas dan reabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan,pada bab ini terdiri dari hasil penelitian,
pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
Bab 5 Penutup, bab ini terdiri dari simpulan hasil penelitian dan saran saran yang
diberikan berdasarkan hasil penelitian.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran lampiran
yang memuat kelengkapan perhitungan data.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian tentang Hubungan Kematangan Emosi dan Religiusitas
dengan Perilaku Prososial Perawat di Rumah Sakit
Hasil penelitian Tutik Dwi Haryati (2013) menunjukkan ada hubungan
positif antara kematangan emosi dan religiusitas dengan perilaku prososial. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan uji t,
diperoleh hasil untuk kematangan emosi dengan perilaku prososial sebesar t
=2,512 dengan sig (p) = 0,015 atau (<0,05), yang berarti ada hubungan positif
dan signifikan antara kematangan emosi dengan perilaku prososial. Berikutnya
untuk religiusitas dengan perilaku prososial diperoleh nilai t = 2,216 dengan sig
(p) = 0,031 atau (<0,05) , yang berarti ada hubungan positif dan signifikan
antara religiusitas dengan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit Bunda
Surabaya.
Berdasarkan penelitian diatas memperkuat bahwa religiusitas merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan religiusitas dengan perilaku prososial.
2. Penelitian tentang Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial
pada Siswa yang beragama Nasrani di SMA Negeri 2 Salatiga
11
Hasil Penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara religiusitas
dengan perilaku prososial pada siswa yang beragama nasrani. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil perhitungan uji hipotesis yang menunjukkan korelasi
sebesar 0,941 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01). Sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi religiusitas remaja semakin tinggi pula perilaku prososial
yang dimiliki.
3. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial pada Santri
Pesantren Modern di Kota Banda Aceh
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cut Putri Novita (2016)
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas dengan perilaku
prososial pada santri pesantren modern di kota Banda Aceh. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil analisis data menggunakan teknik korelasi pearson
menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,605 dengan nilai p = 0,00 (p <
0,05). Kemudian dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa tingkat
religiusitas santri yaitu 95,7 % dan tingkat perilaku prososial santri sebanyak
91,8%.
4. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial pada
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Kristen Satya Wacana
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi Ratna Sari Sinaga (2014)
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas dengan perilaku
prososial mahasiswa program studi bimbingan dan konseling. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil analisis data yang memperoleh hasil koefisien korelasi
12
antara religiusitas dengan perilaku prososial sebesar rxy=0,537 dengan
signifikansi p=0,000 < 0,05.
5. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial (Studi pada
Siswa SMKN 2 Malang)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laila (2007) menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara religiusitas dengan perilaku prososial siswa SMKN 2
Malang. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis data yang memperoleh
hasil koefisien korelasi antara religiusitas dengan perilaku prososial sebesar
rxy=0,528 dengan signifikansi p=0,000 < 0,05.
6. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku Prososial Siswa
SMAN dan MAN di Jepara
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma Dewi & indri Widya (2012)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan
perilaku prososial siswa SMAN dan MAN di Jepara. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil analisis data yang memperoleh hasil koefisien korelasi (r) sebesar
0,485: p=0,001 (p<0,001). Sumbangan efektif variabel religiusitas terhadap
intensi prososial sebesar 23,5 % yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2)
sebesar 0,235.
7. Religiusitas, Pola Asuh Otoriter, dan Perilaku Prososial Remaja di
Pondok Pesantren
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellyana & Noviekayati (2015)
menunjukkan ada hubungan antara religiusitas dan kecenderungan pola asuh
otoriter dengan perilaku prososial (Freg= 0,7758; p =0,001 <0,01) sedangkan
13
secara parsial ditemukan tidak ada hubungan antara religiusitas dengan
perilaku prososial (rparsial = 0,94; treg = 0,803 ; p = 0,425>0,05) serta ada
hubungan negatif antara kecederungan pola asuh otoriter dengan perilaku
prososial (rparsial = -0,395; treg = -3,644; p = 0,001<0,01).
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada penelitian
yang menyatakan ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial dan
ada juga penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan antara religiusitas
dengan perilaku prososial. Hal itu menjadikan peneliti tertarik untuk mencari
apakah sebenarnya ada hubungan religiusitas dengan perilaku prososial atau
tidak .
B. Perilaku Prososial
1. Pengertian Perilaku Prososial
Dayakisni & Hudaniah (2009:176) mendefinisikan “perilaku prososial
adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi bagi si
penerima ,baik yang dikutip oleh bentuk materi ,fisik maupun psikologis tetapi
tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya”. Selanjutnya menurut
Baron & Byrney (2005:92) mendefinisikan “perilaku prososial adalah suatu
tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan
suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan
mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi yang menolong”.
William (dalam Dayakisni & Hudaniah 2009:175) membatasi perilaku
prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk
14
mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik
menjadi lebih baik dalam arti secara material maupun psikologis.
Sears, dkk (2004:57), mendefinisikan bahwa tingkah laku prososial
merupakan tingkah laku yang menguntungkan orang lain. Menurut Sears,
tingkah laku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperhatikan motif si
penolong.
Menurut Eisenberg, dkk (dalam Farid, 2011:39), perilaku prososial
adalah kesediaan remaja secara sukarela peduli kepada orang lain untuk
bekerjasama, tolong menolong, berbagi dengan sesama, mempertimbangkan
hak-hak serta kesejahteraan orang lain.
Menurut Myers (dalam Sarwono, 2002:83), perilaku prososial merupakan
tingkah laku positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis
orang lain lebih baik yang dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan
imbalan dari orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial
adalah perilaku membantu orang lain yang dilakukan secara ikhlas dan sukarela
baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan serta tidak
mempertimbangkan motif-motif si penolong.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial
Eissenberg dan Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah,2009:175)
mengatakan dari bentuk-bentuk perilaku prososial adalah sebagai berikut:
15
a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk memberikan bantuan kepada
orang lain yang sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun
materil.
b. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan
orang lain demi tercapainya suatu tujuan cooperative dan biasanya saling
menguntungkan, saling memberi atau saling menolong dan menyenangkan.
c. Menyumbang (donating), yaitu kesediaan berderma secara sukarela
sebagian barang miliknya untuk orang yang membutuhkan dan dapat juga
ditunjukkan dengan perbuatan memberi sesuatu kepada orang yang
memerlukan.
d. Menolong (helping), kesediaan untuk berbuat kepada orang lain yang
sedang dalam kesulitan meliputi membagi dengan orang lain,
memberitahu, dan menawarkan bantuan terhadap orang lain yang mampu
menunjang kehidupan orang lain.
e. Kejujuran (honesty) ,kesediaan untuk berkata, bersikap apa adanya, serta
menunjukkan keadaan yang tulus hati.
f. Kedermawanan (generosity),kesediaan memberi secara sukarela untuk
orang lain yang membutuhkan.
Sedangkan menurut Mussen dkk (dalam Fuad Nasori ,2008:35) juga
menyebutkan lima macam yang termasuk perilaku prososial yaitu:
a. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban
fisik atau psikologis orang tersebut
16
b. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain
c. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama
d. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain
e. Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap
permasalahan orang lain
Sedangkan menurut Dayakisni & Hudaniah (2009:179) yang mendasari
terbentuknya perilaku prososial adalah sebagai berikut:
a. Self Gain
Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan
sesuatu, misalnya untuk mendapatkan pengakuan, pujian, atau takut
dikucilkan.
b. Personal Values and Norms
Adanya nilai nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu
selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai nilai serta norma tersebut
berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan
kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
c. Empathy
Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman
orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambil
alihan peran. Jadi prasyarat untuk mampu melakukan empati, individu
harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.
17
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk perilaku prososial yaitu (1) Berbagi, (2) Kerjasama, (3) Menyumbang, (4)
Menolong, (5) Kejujuran, (6) Kedermawanan.
3. Teori Motivasi Perilaku Prososial
Menurut Baron dan Byne (2005:116) ada empat teori utama yang mendasari
timbulnya perilaku prososial, yaitu:
a. Hipotesis Empatik-Altruisme
Teori ini menyatakan bahwa karena empati kita menolong orang yang
memerlukan hanya karena perasaan menjadi enak karena melakukannya.
Menurut Baron dan Kolega dalam Baron & Byne (2005), perasaan empati
yang kuat membuat seseorang mengesampingkan pertimbangan lain untuk
menolong seseorang dan bersedia terlibat dalam situasi yang tidak
menyenangkan bahkan berbahaya. Empati yang tinggi hanya menimbulkan
perilaku prososial karena tindakan tersebut membuat perasaan menjadi
enak, tetapi tidak berhasilnya usaha untuk menolong membuat perasaan
membuat perasaan menjadi enak.
b. Hipotesis Model Mengurangi Keadaan Negatif
Menurut teori ini, orang yang melakukan tindakan prososial terhadap
orang lain untuk mengurangi rasa negatif dan ketidaknyamanan emosional
mereka sendiri. Dengan kata lain,perilaku prososial dapat berperan sebagai
self-help untuk mengurangi perasaan negatif.
c. Hipotesis Kesenangan Empatik
18
Hipotesis kesenangan ini mendasarkan aktifitas menolong pada perasaan
positif dari pencapaian yang muncul ketika penolong mengetahui bahwa ia
mampu memberi pengaruh menguntungkan pada orang yang
membutuhkan.
d. Determinisme Genetik
Model determinisme geneitis melacak perilaku prososial ke dampak umum
seleksi alam. Terjadinya tindakan prososial meningkatka kemungkinan
diwariskannya gen seseorang kepada generasi berikutnya, sehingga
tindakan prososial tersebut menjadi bagian dari warisan biologis kita.
4. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Prososial
Menurut Sarlito (2002:46) ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
prososial, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor dari luar
1) Bystanders
Menurut penelitian psikologi sosial yang berpengaruh pada perilaku
menolong atau tidak menolong adalah adanya orang lain yang kebetulan
bersama kita di tempat kejadian. Semakin banyak orang lain semakin kecil
kemungkinan untuk menolong dan sebaliknya orang yang sendirian
cenderung menolong.
2) Menolong jika orang lain menolong
Sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori norma sosial, adanya
seseorang yang sedang menolong orang lain akan memicu kita untuk juga
ikut menolong.
19
3) Desakan Waktu
Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung untuk tidak
menolong, sedangkan orang yang santai lebih besar kemungkinan untuk
memberikan pertolongan pada orang yang memerlukannya.
4) Kemampuan yang dimiliki
Kalau orang merasa mampu, ia akan cenderung menolong,sedangkan
kalau merasa tidak mampu ia tidak menolong.
b. Faktor dari dalam
1) Perasaan
Perasaan dalam diri seseorang dapat mempengaruhi perilaku menolong
,kurang ada konsistensi dalam hal pengaruh perasaan yang negatif
terhadap perilaku menolong.
2) Faktor sifat
Guagono (dalam Sarlito, 2002:47) orang menolong karena pada diri
seseorang ada sifat menolong yang sudah tertanam dalam
kepribadiannya.
3) Agama
Menurut Gallup (dalam Sarlito, 2002:47) faktor agama ternyata juga dapat
mempengaruhi perilaku menolong, 12% dari orang Amerika Serikat
tergolong taat beragama dan diantara mereka 45% membantu dalam
pekerja-pekerja sosial, seperti membantu anak miskin, rumah sakit, panti
jompo, sementara kalangan yang tidak beragama presentase yang tidak
membantu hanya 22% saja.
20
4) Tahapan Moral
Menurut Boedihargo (dalam Sarlito, 2002:48) secara teoritis ada hubungan
antara tahapan perkembangan moral dan perilaku prososial, dalam hal ini
belum ditemukan bukti-bukti yang mendukung.
5) Jenis Kelamin
Menurut Goldberg (dalam Sarlito, 2002:48) dari pengalaman terhadap
lebih dari 6300 orang pejalan kaki di Batson dan Camvridge, Amerika
Serikat, ternyata 1,6% menyumbang kepada peminta-minta jalanan.
Diantara para penyumbang itu, laku-laki lebih banyak dari perempuan.
Sedangkan menurut Baron & Byne (2005:101) faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku prososial yaitu:
a. Faktor Situasional
1) Daya tarik (Menolong mereka yang anda sukai)
Paling penting dalam hal ini adalah sejauh mana individu mengevaluasi
korban secara positif
2) Atribusi
Atribusi yang dibuat oleh individu mengenai apakah korban
bertanggungjawab atau tidak terhadap hal yang menimpanya
3) Model-model prososial
Pengalaman individu terhadap model-model prososial di masa sekarang
maupun masa depan
b. Faktor Motivasi
21
Orang-orang yang dapat dibedakan sesuai motivasi utama mereka dalam
situasi yang melibatkan pilihan moral, yaitu:
1) Kepentingan Pribadi (Self Interest)
Orang-orang yang memiliki motif ini sebagian motif utama tidak
dipusingkan oleh pertanyaan benar dan salah atau adil dan tidak adil,mereka
hanya melakukan yang terbaik bagi diri mereka sendiri
2) Integritas Moral
Bagi mereka yang termotivasi dengan integritas moral, pertimbangan akan
kebajikan dan keadilan sering kali membutuhkan sejumlah pengorbanan
self-interest untuk melakukan hal yang benar
3) Hiprokisi moral
Individu pada kategori ini didorong oleh interest tetapi juga
mempertimbangkan penampilan luar mereka. Kombinasi ini berarti bahwa
penting bagi mereka untuk terlihat peduli dalam melakukan hal yang benar,
sementara mereka sebenarnya tetap mengutamakan kepentingan-
kepentingan mereka pribadi
4) Faktor keadaan emosional
Secara kasar, kondisi hati yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya
tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati yang
tidak baik akan menghambat pertolongan. Terdapat banyak bukti yang
mendukung asumsi ini. Forgas (dalam Baron & Byne, 2005:103)
5) Empati
22
Banyak perbedaan pada minat seseorang untuk menolong bersumber pada
motif altruistik yang berdasarkan pada empati .Clary ,dkk (dalam Baron &
Byne, 2005:103)
Sedangkan Menurut Sears, dkk (2004:142) Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku prososial diantaranya adalah situasional,
karakteristik penolong dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.
Terdapat faktor situasional yang dapat meningkatkan atau menurunkan
kecenderungan orang untuk melakukan tindakan prososial. Faktor lain yang
mempengaruhi perilaku prososial adalah beberapa perbedaan individual dalam
usaha memahami mengapa ada orang yang lebih mudah menolong
dibandingkan orang yang lain diantaranya adalah: kepribadian, suasana hati,
distress dan rasa empatik .
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial
adalah perilaku membantu orang lain yang dilakukan secara ikhlas dan sukarela
baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan serta tidak
mempertimbangkan motif-motif si penolong. Kemudian indikator atau aspek-
aspek perilaku prososial diantaranya sebagai berikut. (1) Berbagi (sharing), yaitu
kesediaan untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang sedang mengalami
kesulitan, baik berupa moril maupun materil. (2) Kerjasama (cooperating), yaitu
kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan
cooperative dan biasanya saling menguntungkan, saling memberi atau saling
menolong dan menyenangkan. (3) Menyumbang (donating), yaitu kesediaan
berderma secara sukarela sebagian barang miliknya untuk orang yang
23
membutuhkan dan dapat juga ditunjukkan dengan perbuatan memberi sesuatu
kepada orang yang memerlukan. (4) Menolong (helping), kesediaan untuk berbuat
kepada orang lain yang sedang dalam kesulitan meliputi membagi dengan orang
lain, memberitahu orang lain, menawarkan bantuan terhadap orang lain yang
mampu menunjang kehidupan orang lain. (5) Kejujuran (honesty), kesediaan
untuk berkata, bersikap apa adanya, serta menunjukkan keadaan yang tulus hati.
(6) Kedermawanan (generosity), kesediaan memberi secara sukarela untuk orang
lain yang membutuhkan. Dalam mengukur perilaku prososial peneliti
menggunakan skala psikologis yaitu skala perilaku prososial.
C. RELIGIUSITAS
1. Pengertian Religiusitas
Religiusitas berasal dari kata religion yang berarti agama. Agama
berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegere,religare) dan agama. Al-Din
berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab yaitu
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari
bahasa latin kata religi atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.
Kemudian religare berarti mengingat. Adapun kata agama terdiri dari “a” artinya
tidak dan “gam” artinya tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-temurun.
Jalaludin (2012:12).
Selanjutnya,menurut Ancok dan Suroso (2009 : 76) religiusitas adalah
aktifitas beragama yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku
ritual (ibadah), tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan
24
dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktifitas yang tampak dan terjadi dalam hati
seseorang.
Sedangkan Glock dan Stark (dalam Ancok dan Suroso, 2009:76), agama
atau religion adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem
perilaku yang terlambangkan, yang semuanya berpusat pada persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).
Dari istilah religi munculah istilah keberagamaan atau religiusitas.
Menurut Fetzer (dalam Farhah, 2011:16) religiusitas adalah seberapa kuat
individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily
spiritual experience), mengalami kebermaknaan hidup dengan berama (religion
meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini
ajaran agamanya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktik beragama
(ibadah) secara menyendiri (private religous practice), menggunakan agama
sebagai coping (reliious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama
agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (spiritual histoty),
komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan keagamaan
(organizational religiusness), dan meyakini pilihan agamanya (religious
preference).
Menurut Nashori (dalam Reza, 2013:64) religiusitas adalah seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah,
dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut.
Menurut Jalaludin (dalam Elliyana Ilsan,2013:48) religiusitas adalah
konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur konatif, perasaan
25
terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku agama sebagai unsur kognitif,
sehingga aspek keberagamaan merupakan integrasi dari pengetahuan,perasaan dan
perilaku keagamaan dalam diri manusia.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
religiusitas adalah komitmen religius yang dapat dilihat melalui tingkah laku
individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman dimana individu
merasakan pengalaman-pengalaman religius dan memiliki pengetahuan mengenai
dasar keyakinan, tradisi-tradisi, dan kitab suci.
2. Dimensi-Dimensi Religiusitas
Menurut Fetzer (dalam Farhah :2011:16) dalam sebuah penelitian yang
berjudul Multidimensional Measurement of Religiousness, Spiritiuality for Use in
Health Research menjelaskan sebelas dimensi Religiusitas antara lain yaitu:
a. Daily Spiritual Experience merupakan dimensi yang memandang dampak
agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily
experience merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan
dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap
interaksinya dalam kehidupan tersebut, sehingga Daily Experience lebih
kepada pengalaman dibanding kognitif.
b. Meaning adalah mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai
pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari rasa koherensi
fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis.
Pencarian makna juga didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis agama.
26
c. Value adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti
mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan
sebagainya.
d. Belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa indonesia belief
disebut keimanan. Yaitu kebenaran yang diyakini dengan nilai dan
diamalkan dengan perbuatan.
e. Forgiveness adalah memaafkan, yaitu suatu tindakan memaafkan dan
bertujuan untuk memaafkan bagi orang yang melakukan kesalahan dan
berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebijakan
dan cinta.
f. Private Religious practice merupakan perilaku beragama meliputi
ibadah,mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan
religiusitasnya.
g. Religious support adalah aspek hubungan sosial antara individu dengan
pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut
dengan ukhuwah islamiyah.
h. Religious /Spiritual History seberapa jauh individu berpartisipasi untuk
agama dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi
perjalanan hidupnya.
i. Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,
komitmen serta berkontribusi kepada agamanya.
27
j. Organizational Religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa
jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat
dan beraktifitas di dalamnya.
k. Religious preference yaitu memandang sejauh mana individu membuat
pilihan dan memastikan agamanya .
Menurut Glock & Stark (dalam Ancok & Suroso,2009:76) ada lima macam
dimensi keberagamaan, yaitu diantaranya:
a. Dimensi Keyakinan (ideologis)
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin doktrin tersebut.
b. Dimensi praktik agama (ritualistik)
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting,
yaitu:
1) Ritual, yaitu mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan
keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua
mengharapkan para pemeluk melaksanakan.
2) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan dan air, meski ada
perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat
formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga
28
mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi
personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.
c. Dimensi Pengalaman
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
mengandung pengharapn-pengharapn tertentu, meski tidak tepat jika
dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu
akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengani kenyataan
terakhir
d. Dimensi pengetahuan agama
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
e. Dimensi pengamalan atau konsekuensi
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan,
praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.
Sedangkan menurut Glock dan Stark (dalam Jalaludin, 2012:17) berpendapat
bahwa dimensi religiusitas terdiri dari:
a. Ideological involvement (keterlibatan ideologi), berkaitan dengan
tingkatan sejauh mana individu menerima hal-hal yang bersifat dogmatik
di dalam agama masing–masing
b. Ritual involvement (keterlibatan ritual), mencakup kewajiban ritual
individu dalam agamanya, mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-
hal yang harus dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap
29
agama yang dianutnya, misalnya: upacara-upacara, sembahyang, puasa,
haji dan lain-lain
c. Experiental involvement (keterlibatan pengalaman), berkaitan dengan
perasaan-perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami dan dirasakan.
Tingkah laku ini menunjukkan apakah seseorang mempunyai sesuatu
yang spektakuler yang merupakan keajaiban yang datangnya dari Tuhan,
maka hal ini akan nampak dalam tingkah lakunya, misalnya: merasa
dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya
dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan dan sebagainya.
d. Intellectual involvement (keterlibatan intelektual), mengacu pada
harapan bahwa orang-orang beragama paling tidak memiliki sejumlah
minimal pengetahuan mengenai dasar keyakinan, kitab suci dan
tradisi–tradisi serta sejauh mana seseorang tersebut tergerak hatinya
melakukan aktivitas untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
agamanya
e. Consequental involvement (keterlibatan konsekuensi), mengacu pada
identifikasi akibat – akibat keyakinan keagamaan, praktek pengalaman
dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Tingkah laku seseorang
konsekuen dengan ajaran agamanya dengan menjauhi apa yang dilarang
oleh agamanya.
Sedangkan menurut kementerian lingkungan hidup (dalam Irwan Gatot,
2015:17), dimensi dimensi religiusitas atau bisa disebut dengan aspek-aspek
religiusitas diantaranya yaitu :
30
a. Aspek Iman
Aspek iman yaitu menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan
Tuhan, Malaikat, Nabi,dan sebagainya. Dalam islam dikenal dengan
konsep rukun iman
b. Aspek Islam
Aspek islam yaitu menyangkut frekuensi, intensitas dalam beribadah yang
telah ditetapkan atau menjadi syari’at. Dalam islam ibadah dibagi menjadi
dua yaitu Madhah dan Ghairu Mahdah. Ibadah Mahdah adalah yang
menyangkut ritualistik dengan sang pencipta, seperti shalat, puasa, dan haji.
Sedang ghairu mahdah adalah ibadah sosial seperti zakat, shodaqoh atau
mu’amalah lainnya.
c. Aspek Ihsan
Aspek ihsan yaitu menyangkut pengalaman dan perasaan akan hadirnya
Allah SWT, selalu merasa diawasi sehingga takut berbuat maksiat
d. Aspek Ilmu
Aspek ilmu yaitu menyangkut pengetahuan seseorang mengenai agama
dalam hal ini islam itu sendiri. Seperti tentang riwayat hidup Rasulullah
saw, tarikh sahabat dan sebagainya
e. Aspek Amal
Aspek amal yaitu menyangkut tingkah laku atau sikap dalam kehidupan
dan bermasyarakat. Seperti tolong menolong, gotong-royong, bekerja
keras, membela yang lemah dan sebagainya.
31
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi
religiusitas diantaranya yaitu dimensi keyakinan, praktik agama, pengalaman,
pengetahuan agama, dan pengamalan.
3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan religiusitas
Menurut Thouless (dalam Nur Azizah, 2013:6), mengemukakan empat
kelompok faktor yang mempengaruhi perkembangan religiusitas yaitu
a. Faktor sosial, yaitu semua pengaruh sosial seperti pendidikan,pengajaran
dari orangtua, tradisi-tradisi dan tekanan-tekanan sosial
b. Faktor alami, yaitu meliputi moral yang berupa pengalaman-pengalaman
baik yang bersifat alami, seperti pengalaman konflik moral maupun
pengalaman emosional
c. Faktor kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul
karena adanya kematian
d. Faktor entelektual, yaitu yang menyangkut proses pemikiran verbal
terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama
Menurut Jalaludin (2012:21) menjelaskan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan religiusitas seseorang antara lain:
a. Faktor Internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri seseorang yang
mendorong seseorang untuk tunduk kepada Allah SWT
b. Faktor Eksternal faktor yang meliputi lingkungan masyarakat dan
keluarga, dimana keluarga adalah sebuah sistem kehidupan terkecil dan
merupakan tempat seorang anak pertama kali belajar mengenai berbagai
hal terutama tentang religiusitas
32
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
religiusitas adalah komitmen religius yang dapat dilihat melalui tingkah laku
individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman dimana individu
merasakan pengalaman-pengalaman religius dan memiliki pengetahuan mengenai
dasar keyakinan, tradisi-tradisi, dan kitab suci. Kemudian indikator atau aspek-
aspek religiusitas diantaranya yaitu (1) Dimensi Keyakinan (ideologis) dimensi ini
berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada
pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin doktrin tersebut. (2)
Dimensi praktik agama (ritualistik) yaitu dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan ,ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya. (3) Dimensi Pengalaman yaitu
dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung
pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa
seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai
pengetahuan subjektif dan langsung mengani kenyataan terakhir. (4) Dimensi
pengetahuan agama yaitu dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-
orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. (5)
Dimensi pengamalan atau konsekuensi yaitu dimensi ini mengacu pada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Lalu dalam mengukur perilaku
religiusitas ini peneliti menggunakan skala psikologis yaitu skala religiusitas.
D. Kerangka Berpikir
33
Siswa Madrasah Aliyah atau yang sering disebut dengan MA memiliki
keunikan tersendiri dibandingan dengan siswa Sekolah Menengah Atas atau SMA,
hal itu dikarenakan siswa MA mendapatkan ilmu agama yang lebih banyak
dibandingkan dengan SMA. Misalkan saja di MA siswa mendapat materi tentang
Fiqih, Aqidah, Akhlaq, Quran Hadist serta di dalam praktik agama sehari-hari
siswa melakukan ibadah sholat wajib dhuhur berjamaah dan sholat dhuha. Maka
dengan ini menunjukkan bahwa siswa siswa MA memiliki tingkat religiusitas
yang tinggi dibandingkan dengan siswa selain MA.
Perilaku Prososial dipengaruhi oleh beberapa aspek dalam diri individu
baik secara internal maupun eksternal. Faktor yang mempengaruhi perilaku
prososial salah satunya adalah tingkat keberagamaan seseorang. Menurut Batson
dan Brown (2005) berpendapat bahwa orang yang beragama memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk membantu orang lain, dibanding orang
yang tidak mengenal agama. Individu yang aktif melaksanakan ibadah hampir
selalu melakukan tindakan menolong orang lain disebabkan individu tersebut
merasakan dorongan yang kuat untuk membantu orang yang membutuhkan.
Menurut Ancok dan Suroso (2009 : 76) religiusitas adalah aktifitas
beragama yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(ibadah), tapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat
dilihat oleh mata, tapi juga aktifitas yang tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
Religiusitas
a.Keyakinan
b.Praktik agama
c.Pengalaman
d.Pengetahuan agama
e.Pengamalan atau konsekuensi
Prososial
a.Berbagi
b.Kerjasama
c.Menyumbang
d.Menolong
e.Kejujuran
f.Kedermawanan
34
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
1. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.(Arikunto,2010:110), Berdasarkan landasan teori di atas, maka dalam
penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐻𝑎 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas
dengan perilaku prososial siswa kelas XI MA Al Asror
Gunungpati Semarang
𝐻0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas
dengan perilaku prososial siswa kelas XI MA Al Asror
Gunungpati Semarang
Siswa Kelas
XII MA Al
Asror
86
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terkait hubungan antara
religiusitas dengan perilaku prososial siswa MA Al Asror Gunungpati Semarang
tahun ajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut:
1. Gambaran religiusitas siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati
Semarang dalam kategori tinggi dengan presentase 96% serta rata-rata
skor 173,20. Tingkat religiusitas siswa dikatakan tinggi artinya siswa
sudah melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dengan menjalankan
perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah seperti misalnya
mampu meyakini rukun iman dan islam, menjalankan sholat lima waktu,
membaca Al-Qur’an, mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan, berperilaku
jujur serta beramal kepada orang yang membutuhkan.
2. Gambaran prososial siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati Semarang
dalam kategori tinggi dengan presentase 80% serta rata-rata skor 184,15.
Tingkat prososial siswa dikatakan tinggi artinya siswa mampu berbagi ide
dan pikiran kepada teman yang sedang mengalami masalah, mampu
bekerjasama dengan orang lain, rela menolong dengan ikhlas, mau
menyumbangkan uang kepada orang yang membutuhkan, serta bisa
berperilaku jujur.
3. Ada hubungan yang positif dan signifkan antara religiusitas dengan
perilaku prososial siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati Semarang.
87
Hal itu dapat diketahui dari hasil analisis uji korelasi product moment
diperoleh 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 0,600 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,195. Lalu signifikansinya yaitu 0,000 <
0,05 artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara religiusitas
dengan perilaku prososial siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati
Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan maka
saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Saran Teoritis
Manusia sebagai makhluk sosial diharapkan memiliki prososial yang
tinggi, cara meningkatkan prososial salah satunya dengan
meningkatkan pemahaman tentang agama, karena dalam beragama
mengajarkan bahwa tolong-menolong dalam kebaikan merupakan
perbuatan yang terpuji
2. Saran Praktis
a. Bagi Guru Bimbingan Konseling
Bagi guru BK diharapakan mampu memberikan treatment atau
layanan tentang prososial aspek kerjasama, karena berdasarkan
hasil penelitian masih ada 1% siswa yang mempunyai kerjasama
yang rendah walaupun secara umum prososialnya tinggi. Lalu
guru BK diharapkan mampu memberikan layanan konseling yang
dapat meningkatkan prososial siswa
b. Bagi sekolah
88
Sekolah perlu menekankan kepada siswa dan orangtua tentang
pentingnya perilaku prososial baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat, lalu orangtua juga diharapkan mampu melatih anak
untuk selalu berperilaku prososial
c. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya jika ingin mengadakan penelitian tentang
hubungan religiusitas dengan prososial siswa perlu melakukan
studi awal yang lebih akurat serta data lebih dianalisis secara
mendalam dengan menggunakan metode regresi
90
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. Suroso, FN.2005.Psikologi Islam.Yogyakarta:Pustaka Belajar
Arikunto.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka
Cipta
Azizah, N. (2010). Perilaku Moral danReligiusitas Siswa Berlatar Belakang
Pendidikan Umum dan Agama.Jurnal Psikologi. Vol. 33, No. 2, hal 1-16.
Azwar. 2010. Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta: Pustaka Belajar
Baron & Byne. 2005. Psikologi Sosial .Edisi:10. Jilid2. Terj. Juwita. Jakarta:
Erlangga
Dayakisni & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
Dewi,Indri Widya. 2007. Hubungan antara Religiusitas dengan Intensi Prososial
pada Siswa SMAN dan MAN. Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas
Muhaadiyah Surakarta
Djalali & Sabiq. 2012. Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku
Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan. Jurnal
Psikologi Indonesia.Vol.1,No.2,hal 53-65
Farhah. 2011. Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Prososial Mahasiswa
Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah
.Jakarta. Diakses pada 28 Maret 2018
Farid, M. (2011). Hubungan Penalaran Moral, Kecerdasan, Emosi,
Religiusitas, dan Pola Asuh Orangtua Otoritatif Dengan Perilaku
Prososial Remaja. Disertasi.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Haryati, Tutik D. 2013. Hubungan Kematangan Emosi, Religiusitas dan Perilaku
Prososial Perawat di Rumah Sakit. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2,No.
2, hal 162-167
Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nashori. 2008. Psikologi Sosial Islam. Bandung: PT Refika Aditama
Putri & Noviekayati. (2015). Religiusitas, Pola Asuh Otoriter dan Perilaku
Prososial Remaja di Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi.Vol. 4, No. 03,
hal 233 – 241
91
Putri Ellyana I.E.2013. Hubungan Religiusitas dan Kecenderungan Pola Asuh
Otoriter dengan Perilaku Prososial Remaja di Pondok Pesantren. Jurnal
Psikologi.Vol.12,No.2 hal.24-40
Safrilsyah, dkk. 2010. Religiusitas dalam Perspektif Islam. Jurnal Universiti Putra
Malaysia.Vol.12, No.2, hal.400-412
Sarwono, SW. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Sears, D. O, dkk.2004. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: CV. Alfabeta
Syamsu, Yusuf. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Rosda Karya Remaja