pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH BERMAIN PERAN PROSOSIAL TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI ANAK PADA SISWA SD NEGERI 1 PRAMBANAN Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Disusun Oleh: Diah Tri Novita G 0104016 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

Page 1: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH BERMAIN PERAN PROSOSIAL TERHADAP

PENINGKATAN KONSEP DIRI ANAK PADA SISWA SD

NEGERI 1 PRAMBANAN

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Disusun Oleh:

Diah Tri Novita

G 0104016

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ii

Page 3: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

iii

Page 4: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya

bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, April 2011

Diah Tri Novita

Page 5: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti terdapat kemudahan.

(Q.S. Al Inshyroh : 5)

Jangan takut dengan kesalahan, kebijaksanaan biasanya lahir dari kesalahan.

(Paul Galvin)

Bukan masalah-masalah yang mengganggu pikiran tetapi cara memandang masalah tersebut.

Semua bergantung pada cara memandang sesuatu.

(Epictetus)

Page 6: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh hormat serta cinta, kasih, dan sayang, karya sederhana ini kupersembahkan

kepada :

1. Ibu dan Bapak, serta keluarga tercinta.

2. Staf pengajar Program Studi Psikologi UNS.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

karya ini.

4. Almamaterku.

Page 7: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan

nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Pengaruh Bermain Peran Prososial Terhadap Peningkatan Konsep

Diri Pada Siswa SD Negeri 1 Prambanan sebagai syarat mendapatkan gelar

sarjana Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulis menyadari akan kekurangan, kelemahan, dan hambatan yang

penulis hadapi, sehingga tanpa dorongan, bantuan, bimbingan, serta doa dari

beberapa pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, oleh karena itu

penulis menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu Dra. Tuti Hardjajani, M.Si selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, bimbingan, serta masukan yang bermanfaat bagi

kelancaran skripsi penulis.

4. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., selaku pembimbing II, yang dengan

sabar memberikan bimbingan, arahan, masukan, serta memberi semangat,

dan motivasi untuk terus berusaha hingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

5. Ibu Dra. Macmuroh, M.S., selaku dosen pembimbing akademik dan penguji

I, yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis untuk terus

berjuang menyelesaikan skripsi dan memberi masukan yang sangat

bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak H. Arista Adi Nugroho, S.Psi, M.M selaku penguji II, dan memberi

masukan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

Page 8: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

viii

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu dan

pengalaman kepada penulis.

8. Seluruh staf tata usaha dan perpustakaan Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, yang telah membantu kelancaran

studi penulis.

9. Kepala Sekolah beserta seluruh pengajar dan staf tata usaha SD Negeri 1

Prambanan Klaten yang bersedia memberikan ijin serta membantu penulis

dalam melakukan penelitian.

10. Adik-adik siswa kelas V SD Negeri 1 Prambanan Klaten yang telah

membantu dalam proses pengumpulan data.

11. Keluarga tercinta yang telah memberikan nasihat, pengertian, kesabaran,

semangat, motivasi, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi, serta kasih sayang, dan doa yang selalu dipanjatkan

demi kesuksesan penulis.

12. Orang-orang terdekat dan sahabat-sahabatku yang telah menemaniku,

memberi semangat, dukungan, bantuan, serta atas doanya, semoga kita tetap

dapat saling membantu dalam kebaikan.

13. Teman-teman Psikologi terutama angkatan 2004, terima kasih atas bantuan,

semangat, dan dukungannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan karena adanya keterbatasan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik kepada kita semua.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 9: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................

MOTTO ........................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ABSTRAK ...................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................

A. Konsep Diri ..................................................................................

1. Pengertian Konsep Diri ..........................................................

2. Perkembangan Konsep Diri ....................................................

3. Jenis-Jenis Konsep Diri .........................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiii

xiv

xv

1

1

11

11

13

13

13

15

18

Page 10: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

x

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ...................

5. Aspek-Aspek Konsep Diri ......................................................

B. Bermain Peran Prososial ...............................................................

1. Pengertian Bermain Peran ………………………………….

2. Tahap-Tahap Bermain Peran ……………………………….

3. Macam-macam Bermain Peran …………………………….

4. Pengertian Perilaku Prososial ……..…………………..........

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial ........

6. Pengertian Bermain Peran Prososial ………….…….………

7. Aspek-Aspek Bermain Peran Prososial ..................................

C. Pengaruh Bermain Peran Prososial Terhadap Peningkatan

Konsep Diri pada Anak ................................................................

D. Kerangka Pemikiran ......... ...........................................................

E. Hipotesis .......................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................

A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................................

C. Subjek Penelitian ..........................................................................

D. Rancangan Penelitian ...................................................................

E. Alat Pengumpul Data .....................................................................

F. Validitas dan Reliabilitas Data ......................................................

G. Metode Analisis Data ...................................................................

19

22

24

24

28

31

34

35

39

40

42

46

47

48

48

48

49

50

51

58

60

Page 11: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

xi

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................

A. Persiapan Penelitian .....................................................................

1. Orientasi Kancah Penelitian ....................................................

2. Persiapan Alat Ukur ................................................................

3. Pelaksanaan Uji-coba ..............................................................

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala ........................................

5. Penomoran Baru Alat Ukur Penelitian ....................................

B. Pelaksanaan Eksperimen ..............................................................

1. Penentuan Subjek Penelitian ...................................................

2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................

C. Hasil Analisis Data .......................................................................

1. Hasil Pretest dan Posttest .......................................................

2. Hasil Statistik Deskriptif .......................................................

3. Uji Normalitas ........................................................................

4. Uji Linieritas ..........................................................................

5. Uji Homogenitas ……………………………………………

6. Uji Hipotesis ………………………………………………...

D. Pembahasan ..................................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................

B. Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

LAMPIRAN .................................................................................................

61

61

61

62

62

63

64

65

65

67

74

74

75

77

79

79

80

81

88

88

89

90

94

Page 12: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue-print Skala Sikap Konsep Diri pada Anak ..............................

Tabel 2. Pembagian Peran dan Karakter Peran ............................................

Tabel 3. Pedoman Pengamatan ....................................................................

Tabel 4. Distribusi Aitem Sahih dan Aitem Gugur Skala Konsep Diri pada

Anak Setelah Uji Coba ...................................................................

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Konsep Diri pada Anak Setelah Uji Coba

Tabel 6. Data Hasil Pengukuran ....................................................................

Tabel 7. Kriteria Kategori Skala Sikap Konsep Diri pada Anak dan

Distribusi Skor Subjek ...................................................................

Tabel 8. Hasil Pengamatan ...........................................................................

Tabel 9. Hasil Laporan Subjek dalam Pemeranan ………….……….…….

Tabel 10. Hasil Pretest dan Posttest ...............................................................

Tabel 11. Tabel Deskriptif Statistik ..............................................................

Tabel 12. Data Hipotetik dan Data Empirik ...................................................

Tabel 13. Kategorisasi Subjek Penelitian ......................................................

Tabel 14. Uji Normalitas berdasarkan rasio Skewness dan Kurtosis ..............

Tabel 15. Uji Normalitas menggunakan rumus Shapiro WiIlk ......................

Tabel 16. Uji Linieritas ...................................................................................

Tabel 17. Uji Homogenitas ............................................................................

Tabel 18. Uji Hipotesis ..................................................................................

52

55

56

64

65

66

66

70

71

75

75

76

76

78

78

79

80

80

Page 13: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Modul Bermain Peran Prososial ...............................................

Lampiran B. Alat Ukur Uji Coba .................................................................

Lampiran C. Tabulasi Hasil Uji Coba ..........................................................

Lampiran D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .........................................

Lampiran E. Alat Ukur Penelitian ................................................................

Lampiran F. Tabulasi Data Hasil Penelitian .................................................

Lampiran G. Hasil Uji Normalitas, Linieritas dan Homogenitas ..................

Lampiran H. Hasil Uji Hipotesis ........……………....……………………...

Lampiran I. Surat Penelitian ........……………………….....

Lampiran J. Hasil Dokumentasi ……………………………………….......

95

103

108

113

117

122

129

137

139

142

Page 14: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ……………………………………………….. 40

Page 15: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

xv

ABSTRAK

Pengaruh Bermain Peran Prososial Terhadap Peningkatan Konsep Diri

Anak Pada Siswa SD Negeri 1 Prambanan

Diah Tri Novita

Universitas Negeri Sebelas Maret

Konsep diri anak akan berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri yang positif sangat penting dalam perkembangan individu. Konsep diri positif membantu anak menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Respon positif dari orang lain dan penerimaan sosial dapat meningkatkan konsep diri positif. Hal tersebut dapat diperoleh dengan melakukan tindakan prososial dalam interkasi sosial. Perilaku prososial dapat ditanamkan pada anak dengan cara bermain peran prososial agar anak juga dapat merasakan langsung respon positif dan penerimaan sosial yang dapat meningkatkan konsep diri anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep diri anak pada siswa SD Negeri 1 Prambanan. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan randomize pretest-posttest one group design. Skor konsep diri anak akan dibandingkan sebelum dan sesudah perlakuan berupa bermain peran prososial. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive non-random sampling. Subjek penelitian merupakan siswa berusia 10-11 tahun dan memiliki skor konsep diri sedang hingga sangat rendah. Pemilihan subjek tersebut berdasarkan kriteria yang sesuai dalam penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD berjumlah 16 anak.

Alat pengumpul data menggunakan modifikasi skala konsep diri anak PHCS (Piers-Harris Children Self-Concept scale) dengan menambahkan aspek konsep diri menurut Berzonsky. Skala sikap konsep diri yang digunakan terdiri dari 52 aitem pernyataan yang harus diisi sesuai dengan kondisi subjek. Analisis data menggunakan teknik analisis Paired Sample T-Test dengan bantuan program statistik SPSS 16. Hasil perhitungan Paired Sample T- Test menunjukkan, T hitung = 2,446 > T tabel = 2,15 dan p < 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat peningkatan skor konsep diri yang signifikan sesudah pemberian perlakuan berupa bermain peran prososial dibandingkan sebelum pemberian perlakuan. Hasil analisis deskrptif juga menunjukkan peningkatan mean sesudah perlakuan sebesar 29,63 dibanding sebelum perlakuan yang menunjukkan sebesar 25,19 memberikan gambaran bahwa pemberian perlakuan berupa bermain peran prososial tersebut memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsep diri pada anak. Peningkatan skor konsep diri masing-masing subjek dan rata-rata seluruh subjek menunjukkan bahwa bermain peran prososial mampu meningkatkan konsep diri pada anak. Kata kunci : Bermain peran Prososial, Konsep Diri

Page 16: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

xvi

ABSTRACT

The Influence of Prosocial Role Play On Increasing Children’s Self Concept

In SD Negeri 1 Prambanan Student

Diah Tri Novita

Sebelas Maret University

Children’s self concept is formed by individual through interactions with environment. Positive children’s self-concept have significant influence for children development. It makes children more confidence and independent in their social life. Positive response from others and social acceptance can increase positive self concept. It can happen when they do some prosocial behavior in their interactions. Children can learn prosocial behavior through prosocial role play. Prosocial role play may make the children experience positive response and social acceptance so they can increase their self concept. The main focus of this study is to examine the influence of prosocial role play to increasing children’s self concept on SD Negeri 1 Prambanan. This study used quasi experiment with randomize pretest-posttest one group design. Score of child self concept before roleplay is compared with score after roleplay. Subject selection used purposive non-random sampling technique. Subject was 10-11 years old students and had medium until very low score of children’s self concept scale. That subject selection based on criteria that required for this study. Sixteen children from Five grade elementary school is selected as subject.

The modification of children self concept scale was used to measure children self concept. The children’s self concept scale was modified from PHCS (Piers-Harris Children’s Self-Concept scale) and added some aspect of self concept from Berzonsky. Self concept scale that was used in this study consisted from 52 item statements that must did properly with subject condition. Data analysis of this study uses Paired Sample T-Test with SPSS 16 statistic programme. The result of analysis with Paired Sample T- Test revealed significant differences between pretest and posttest of children’s self concept through prosocial role play, T (2,15) = 2,446 and p < 0,05. From descriptive analysis revealed that mean increase after the prosocial role play (M = 29,63) than before the prosocial role play (M = 25,19) also gives description that prosocial role play has significant influence to the increase of children’s self concept. Increasing of children’s self concept each subject and mean for all subject revealed that prosocial role play could increases children’s self concept. Keywords : prosocial role play, self concept

Page 17: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah sumber daya manusia menjadi salah satu permasalahan penting

bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masalah sumber daya manusia tidak

bisa lepas dari bidang pendidikan yang secara umum diidentikkan dengan

pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah.

Pendidikan seolah menjadi syarat mutlak sebuah kesuksesan. Hampir

setiap orang menggantungkan harapan kepada pendidikan untuk melahirkan

generasi yang menguasai beragam ilmu dan pengetahuan. Generasi yang mampu

memanfaatkan potensi diri dan setiap peluang hingga menjadi manusia yang

sukses dalam setiap hal. Namun pada kenyataannya, terkadang seseorang berhasil

mencapai jenjang pendidikan yang tinggi tetapi kurang berhasil dalam kehidupan,

atau sebaliknya. Tidak jarang seseorang suskes dalam kehidupan, tetapi

pencapaian akademiknya biasa saja. Fenomena ketidakkonsistenan antara

pendidikan dan keberhasilan kehidupan tersebut memunculkan pertanyaan

bagiamana sistem pendidikan yang sangat kompetitif ternyata dapat melahirkan

generasi yang tangguh secara keilmuan tetapi rapuh atau gagal dalam kehidupan.

Menurut Aikesari (www.aikesari.multiply.com), salah satu kemungkinan

penyebabnya adalah ketika anak didik dihadapkan kepada beban pendidikan yang

terlalu banyak dan ekspetasi yang terlalu tinggi dikarenakan lingkungan yang

sangat kompetitif, sistem pendidikan dan lingkungan tidak memberikan ruang

Page 18: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang cukup untuk mengembangkan konsep diri anak didik secara matang dan

positif. Menurut Meggert (dalam Kenny et. al., 2009), konsep diri pada anak

berhubungan dengan cara pandang tentang diri anak tersebut yang berkaitan

dengan atribut dan kemampuannya.

Di setiap jenjang pendidikan, anak sudah datang dengan berbagai konsep

diri, baik yang positif maupun yang negatif. Sekolah memang memiliki resiko

untuk menerima anak-anak dengan berbagai konsep diri tersebut. Di sekolah

sering dijumpai istilah anak bermasalah, berperilaku sulit, nakal dan lain

sebagainya. Sekolah justru yang sering memunculkan label-label tersebut tetapi

tidak berusaha memahami kondisi-kondisi yang sebenarnya anak alami. Sebagai

contoh, jika ada anak yang sering tidak mengerjakan PR, anak itu akan dimarahi

habis-habisan. Hal baik jika guru dapat menahan diri dan tidak lepas kendali

dalam pemilihan kata-katanya. Namun, jika kata-kata yang diucapkan tidak pantas

misal dasar pemalas, dasar anak bodoh dan diucapkan berkali-kali dalam jangka

waktu tertentu, problem kemalasan mengerjakan PR mungkin malah akan

semakin parah.

Banyak guru mengeluh bahwa anak yang sudah mendapatkan penanganan

kedisiplinan tidak semakin membaik tapi justru semakin memburuk. Bukan

menurut, tetapi malah semakin melawan. Hal ini dapat terjadi karena penanganan

kedisiplinan yang diterapkan guru tersebut justru memperkuat konsep diri anak

yang sudah buruk. Pengalaman hidup yang dialami anak-anak di dalam kelas

bersama sang guru akan sangat bermakna bagi mereka. Karena itu sangat fatal

apabila guru-guru berpikir bahwa tugas mereka hanya mengajar dalam bidang

Page 19: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

akademis. Guru juga harus bepikir bahwa guru memiliki peran yang sangat

penting dalam membangun konsep diri anak.

Prestasi akademis berhubungan dengan konsep diri anak, sehingga upaya

untuk mengajar anak akan sulit dilakukan tanpa pembinaan konsep diri. Anak

yang memiiki konsep diri yang baik biasanya belajar dengan mudah karena

senang menerima tantangan untuk melakukan sesuatu yang baru dan memperoleh

keterampilan yang baru. Sikap mental “aku bisa”, membuat pembelajaran menjadi

lebih mudah. Sebagai orang tua atau guru, kita harus punya komitmen untuk

membantu anak merasa nyaman dengan dirinya. Jika anak merasa bahwa anda

percaya akan kemampuannya untuk menjadi sukses, dan ia juga percaya, tidak

akan terbayangkan apa yang bisa dicapai olehnya.

Anak biasanya juga membandingkan dirinya dengan orang-orang di

sekitarnya. Dari lingkungan keluarga, anak akan membandingkan dirinya dengan

orang tuanya atau saudaranya. Misal, anak merasa tidak sepintar ayahnya atau

anak merasa tidak pandai menggambar seperti kakaknya. Beberapa anak mungkin

belum menyadari bahwa kemampuan anak berbeda dengan kemampuan remaja

atau orang dewasa.

Di sekolah, anak sering dibandingkan dengan anak lain di kelasnya bukan

bagaimana dibandingkan dengan anak tersebut ditahun sebelumnya. Hal ini dapat

membuat anak merasa peningkatan yang terjadi pada dirinya tidak merubah

pandangan seseorang tentang dirinya. Orang lain akan selalu menganggap anak

tersebut tetap dibawah rata-rata anak lain di kelasnya. Dengan sistem sekolah

dimana guru yang mengajar berbeda setiap tahunnya, guru akan sulit untuk

Page 20: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

mengetahui peningkatan anak setiap tahun. Guru yang tidak mengetahui

peningkatan anak setiap tahun sulit untuk membantu anak menghargai

peningkatan dan menggunakannya sebagai dasar pembentukan self esteem dan

motivasi.

Orang tua dan guru perlu mengetahui bagaimana seharusnya sikap mereka

agar dapat membantu anak meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya

sendiri. Contoh kasus, seorang anak usia 9 tahun selalu menonton kartun di

televisi sebelum berangkat ke sekolah. Pada suatu hari karena asik menonton

televisi iaa terburu-buru berangkat ke sekolah. Saat mengecek tasnya ia baru ingat

bahwa ada pr yang belum dikerjakan. Tiba-tiba mukanya merah dan melemparkan

tasnya ke lantai. Biasanya pada kondisi tersebut orang tua kan menenangkan anak

dan menasehati agar lain kali dia tidak menonton televisi saat berangkat ke

sekolah namun menggunakan waktunya untuk mengecek kembali tas sekolah dan

pelajarannya. Dan respon yang sering kita dapat dari anak jika orang tua

melakukan hal seperti itu adalah ia akan marah atau malah berteriak pada orang

tua. Tujuan orang tua sebenarnya ingin anak menyadari kesalahannya namun cara

tersebut secara tidak langsung malah membuat anak semakin merasa dirinya

bersalah dan menimbulkan penilaian yang buruk pada dirinya sendiri. Cara yang

paling tepat mungkin adalah dengan membuat aturan baru untuk mengatasi

masalah tersebut bukan menyalahkan anak. Mungkin dengan orang tua mengecek

perlengkapan sekolah anak sebelum berangkat sekolah atau membantu anak

menjelaskan pada gurunya.

Page 21: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Menurut Barnes (2000), kata-kata yang bersifat sebagai dorongan dapat

berpengaruh lebih baik terhadap penilaian anak pada dirinya sendiri. Kata-kata

yang bersifat dorongan akan membuat anak percaya pada apa yang mereka

mampu dan miliki. Sebagai contoh, kalimat “kamu bisa melakukannya” akan

lebih baik daripada kalimat “kamu kadang ceroboh,jadi hati-hati”, atau “kamu

melakukannya dengan bagus” akan lebih baik dari “kamu bisa melakukan lebih

baik”.

Seorang anak sering mendengar cerita mengenai diri mereka dari

keluarganya. Cerita tersebut mungkin mengenai masalah mereka di sekolah,

kegagalan, kemampuan mereka. Dari cerita tersebut dapat menggambarkan

apakah anak itu pintar atau bodoh, rajin atau malas, cantik atau biasa saja, populer

atau tidak. Tanpa disadari cerita ini akan mempengaruhi penilaian orang lain dan

diri sendiri. Atau kadang orang tua mrasa perlu mengatakan pada anaknya tentang

permassalahan yang dibicarakan guru pada orang tua pada anaknya. Padahal ini

dapat semakin meyakinkan anak tentang penilaian yang kurang baik tentang

dirinya.

Menurut Rogers (1977), banyak bukti menunjukkan bahwa perilaku anak

dalam berbagai konteks yang spesifik lebih banyak ditentukan oleh bagaimana

cara mereka memandang diri mereka sendiri. Konsep diri memiliki peran yang

sangat penting dalam perkembangan anak. Konsep diri akan menjadi dasar

pembentukan karakter individu. Mengerti tentang konsep diri anak dapat

membantu orang tua atau guru dalam mengambil tindakan untuk memberikan

intervensi awal yang spesifik sesuai dengan tahap perkembangan. Hal ini penting

Page 22: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

untuk meningkatkan perkembangan kemampuan anak dan mencegah munculnya

perilaku menyimpang dalam tahap-tahap perkembangan (Spencer, 1991 dalam

Kenny et. al., 2009).

Konsep diri yang sehat pada anak dapat menjadi dasar yang sangat baik

bagi perkembangan anak, demikian juga sebaliknya konsep diri yang buruk dapat

menghambat perkembangan anak. Konsep diri pada anak membentuk inti yang

tetap yang menyatukan perilaku-perilaku dan mencegah kekacauan sifat-sifat.

Konsep diri yang kuat membantu anak percaya diri dan mandiri. Dalam

menghadapi permasalahan hidup yang kompleks, mereka merasa lebih kuat dan

memandang dunia lebih bersahabat dan tidak mengancam. Menurut Rogers

(1977), konsep diri yang sehat membantu anak memiliki kemampuan untuk

menghadapi lingkungannya. Konsep diri akan terus berkembang walaupun tahap-

tahap perkembangan telah tercapai. Konsep diri anak dapat berkembang kearah

negatif maupun positif (Calhoun & Acocella, 1990).

Menurut Rini (www.e-psikologi.com), individu dikatakan mempunyai

konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak

berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak

menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Menurut Tim

Familia (2006) apabila seseorang mempunyai gambaran yang negatif tentang

dirinya, maka akan muncul evaluasi negatif pula tentang dirinya. Keyakinan

seseorang bahwa ia pasti gagal mungkin disebabkan ia memandang dirinya tidak

kompeten atau bahkan bodoh. Pandangan ini selanjutnya dapat mempengaruhi

cara belajar dan mengerjakan tugas. Kemungkinan besar ia pun akan gagal seperti

Page 23: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

keyakinannya. Jika berhasil, orang yang memiliki konsep diri negatif akan

mengatakan bahwa keberhasilannya karena suatu kebetulan atau nasib baik.

Sebaliknya apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka

akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri. Penghargaan

terhadap diri yang merupakan evaluasi tehadap diri sendiri akan menentukan

sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya.

Jadi, apabila ia memiliki konsep diri yang positif, segala perilakunya akan selalu

tertuju pada keberhasilan. Anak yang memiliki konsep diri positif, jika

menghadapi kegagalan akan bersikap lebih positif. Oleh karena itu, anak yang

memiliki konsep diri positif biasanya juga lebih optimis dan realistis.

Menurut beberapa ahli, konsep diri dikembangkan melalui interaksinya

dengan orang lain maupun peniruan. Apabila sejak kecil ia diterima, disayangi

dan selalu dihargai, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif.

Sementara itu pengalaman sosial yang buruk seperti ditolak, dicela, akan

membentuk konsep diri yang negatif. Demikian halnya perilaku orang-orang yang

dianggap penting bagi anak maupun tokoh-tokoh idola anak akan mempengaruhi

konsep dirinya. Dengan bertambahnya usia seorang anak, maka konsep diri akan

terus berkembang melalui interaksinya dengan orang lain selain orang tuanya

terutama melalui perbandingan sosial dengan teman sebayanya (Tim Familia,

2006). Anak yang mengalami umpan balik negatif dari anak yang lain dapat

mempengaruhi konsep dirinya (Kenny et. al., 2009).

Agar anak lebih mudah diterima dalam lingkungannya, anak melakukan

tindakan-tindakan yang sesuai dengan norma-norma sosial. Individu dalam suatu

Page 24: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

masyarakat biasanya melakukan hal-hal yang dapat diterima dalam budaya

masyarakat tersebut (Twenge, et. al., 2007). Sebagai contoh, anak yang masuk

dalam lingkungan yang baru akan lebih mudah diterima dalam lingkungan

tersebut jika anak tersebut baik terhadap anak lain, suka menolong, tidak suka

berbohong, dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku yang lebih berorientasi pada

orang lain disebut dengan perilaku prososial.

Menurut Twenge, et. al., (2007) perilaku prososial merupakan perilaku

yang ditunjukkan untuk lebih menguntungkan orang lain dibanding

menguntungkan diri sendiri dan biasanya memiliki resiko untuk diri sendiri.

Sebagian besar kebudayaan mendorong dan bahkan mensyaratkan perilaku

prososial karena hal ini vital dalam sistem interaksi sosial. Empati dan perilaku

prososial yang rendah dapat mengarahkan pada penolakan sosial. Menurut

Eisenberg & Fabes (dalam Retnaningsih, 2005), perilaku prososial dapat

berfungsi untuk meningkatkan kualitas sosial dan hubungan antar individu. Brian

& Test (dalam Hakam, 2008) memandang perilaku prososial sebagai kegiatan

individu untuk berbagi atau berkorban yang diperkirakan akan mendapat

reinforcement positif karena tidak mendapatkan hasil sosial atau materi yang

nyata. Perilaku prososial juga menimbulkan perasaan positif seperti berharga

karena dirinya berguna bagi orang lain, perasaan kompeten serta dapat terhindar

dari perasaan bersalah apabila tidak menolong (Baurn, Fisher & Singer, 1985

dalam Retnaningsih, 2005).

Perilaku prososial dapat dipengaruhi oleh faktor situasional dan faktor

personal. Faktor-faktor situasional meliputi kehadiran orang lain, pengorbanan

Page 25: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya

norma-norma sosial, serta hubungan antara calon penolong dengan si korban.

Faktor personal yang mendorong perilaku prososial antara lain empati yang

tinggi, harga diri yang tinggi, kebutuhan akan persetujuan orang lain yang rendah,

penghindaran tanggung jawab yang rendah, lokus kendali internal serta adanya

keyakinan dalam diri individu bahwa dunia adalah adil dan dapat diprediksi

bahwa perilaku yang baik akan memperoleh ganjaran sedang perilaku jahat akan

memperoleh hukuman (Dayakisni & Hudaniah, 2003).

Menurut Yosef (www.kabarindonesia.com) terdapat satu hal yang perlu

diketahui oleh orang tua dan pendidik seputar menumbuhkan perilaku prososial

anak yaitu membawa anak pada pengalaman nyata (real-life experiences) melalui

bemain peran. Menurut Zuhaerini (dalam Sadali, 2000) bermain peran digunakan

apabila materi yang akan diajarkan dimaksudkan untuk :

a. Menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut orang banyak dan

berdasarkan pertimbangan lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan,

karena akan lebih jelas dan dihayati oleh anak. Anak akan mengalami kesulitan

jika membayangkan orang yang terlalu banyak jika hanya diceritakan.

b. Melatih anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial

psikologis. Permasalahan yang diangkat dalam bermain peran biasanya

merupakan permasalahan sosial yang juga melibatkan kondisi psikologis

individu yang terlibat dalam masalah tersebut.

c. Melatih anak agar mereka dapat berinteraksi dan memberi kemungkinan bagi

pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Bermain peran melibatkan

Page 26: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

banyak orang sehingga dengan bermain peran anak-anak dapat melatih interkasi

mereka dengan orang lain.

Roberta M. Berns (dalam Yosef, 2008) mengungkapkan bahwa melalui

kesempatan bermain peran prososial seolah anak ditempatkan pada pengalaman

yang nyata akan meningkatkan perilaku prososial anak. Memberi kesempatan

pada anak untuk bermain peran sebagai seseorang yang membutuhkan bantuan

dapat membuat seorang anak merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang yang

butuh pertolongan. Dan saat memberi kesempatan pada anak untuk bermain peran

sebagai penolong, anak belajar untuk bagaimana caranya menolong.

Pengajar atau orang tua dapat menerapkan bermain peran seperti halnya

program bantuan kelompok dan mediasi untuk meningkatkan perasaan konsep diri

anak. Program-program tersebut dapat meningkatkan perasaan siswa tentang diri

mereka (Edmondson & White, 1998 dalam Kenny et. al., 2009). Dengan

menggunakan metode bermain peran perilaku prososial khususnya diharapkan

dapat meningkatkan konsep diri anak. Metode bermain peran yang lebih efektif

mengajarkan hal baru pada seorang anak menjadi media agar anak menilai dirinya

sendiri secara positif.

Berdasarkan latar belakang di atas, baik-buruknya perilaku anak dapat

ditentukan oleh konsep diri anak tersebut. Konsep diri anak dapat berkembang

kearah yang positif jika anak tersebut memperoleh reinforcement positif dan

penerimaan sosial dari lingkungan. Reinforcement positif dan penerimaan sosial

dapat diperoleh salah satunya dengan melakukan tindakan prososial dalam

interkasi dengan lingkungan. Penting kiranya bagi pendidik atau orang tua untuk

Page 27: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mendidik perilaku prososial pada anak. Mendidik perilaku prososial pada anak

dapat dilakukan dengan cara bermain peran. Bermain peran dapat membawa anak

dalam pengalaman nyata. Maka dari itu, penulis mengambil judul penelitian:

”Pengaruh Bermain Peran Prososial Terhadap Peningkatan Konsep Diri Pada

Anak”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah

penelitian sebagai berikut: adakah pengaruh bermain peran prososial terhadap

peningkatan konsep diri anak.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian:

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan secara positif bermain

peran prososial terhadap konsep diri pada anak.

2. Manfaat Penelitian:

Apabila terbukti, penelitian ini diharapkan bermanfaat secara :

a. Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

mengenai perilaku prososial dan konsep diri dalam pengembangan ilmu

psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan ataupun

studi psikologi pada umumnya.

Page 28: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Praktis:

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Bagi anak, menjadi salah satu sarana belajar dalam memahami perilaku

prososial dan peningkatan konsep diri sehingga dapat mengembangkan

konsep diri positif .

2. Bagi orang tua, pendidik dan masyarakat dapat memberikan wawasan

tentang perilaku prososial dan konsep diri pada anak, sehingga dapat

membantu mengarahkan dan meningkatkan perilaku prososial serta

konsep diri positif anak.

3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai acuan untuk peneliti

selanjutnya, khususnya mengenai pengaruh bermain peran prososial

terhadap konsep diri pada anak, dan dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

Page 29: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Burns (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan individu

terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan mencakup pendapatnya tentang diri

sendiri, pendapatnya tentang gambaran dirinya dimata orang lain dan

pendapatnya tentang hal-hal yang dapat dicapainya. Mead (dalam Burns, 1993)

mengemukakan bahwa konsep diri merupakan suatu objek yang timbul di

dalam interaksi sosial sebagai suatu hal perkembangan dari perhatian individu

mengenai bagaimana orang-orang lain (significant others) bereaksi terhadap

dirinya.

Hurlock (1997) berpendapat bahwa konsep diri adalah gambaran yang

dimiliki individu tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari

keyakinan yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri sehingga apa yang

diyakini individu tentang dirinya akan mempengaruhi perilakunya. Jika

individu meyakini bahwa dirinya tidak mampu maka perilakunya akan

menunjukkan ketidakmampuannnya tersebut. Hal yang hampir sama juga

disampaikan Calhoun & Acocella (1990) bahwa konsep diri adalah gambaran

mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri,

pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.

Page 30: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Hamalik (dalam Suyanto & Abdurrahim, 2006) menyatakan bahwa

konsep diri adalah konsepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsepsi diri

tersebut merupakan perangkat karakteristik pada diri yang dapat diamati fisik,

misalnya tinggi dan berat badan; dari segi segi sifat-sifat kepribadian, misalnya

pendiam, senang ngobrol, terbuka, pemalu dan sebagainya. Pernyataan,

ungkapan, pendapat seseorang individu terhadap dirinya sendiri merupakan

deskripsi yang menggambarkan keadaan diri pribadi.

Menurut Purwanti, dkk. (2000) konsep diri adalah sebuah struktur

mental yang merupakan sebuah totalitas dari persepsi realistik, pengharapan

dan penilaian seseorang tehadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral etika,

keluarga, sosial, seksualitas dan dirinya secara keseluruhan. Struktur tersebut

terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran dan identitas

dalam hubungan interkasi simbolis antara diri dengan berbagai kelompok

lingkungan asuh selama hidupnya. Mowen (dalam Sjabadyni & Alfarini, 2001)

menyatakan bahwa konsep diri merupakan cerminan totalitas pemikiran dan

perasaan individu yang merujuk pada dirinya sendiri sebagai sebuah objek.

Menurut Fitriasih & Pudjono (2003) konsep diri merupakan semua

perasaan dan pemikiran seseorang tentang dirinya sendiri, meliputi

kemampuan, karakater diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri,

serta gambaran pribadi remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan

penilaian sosial. Konsep diri juga merupakan bagian penting dari kepribadian

seseorang, yaitu sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah

laku.

Page 31: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Secara spesifik Rogers (1977) menyatakan bahwa konsep diri pada

anak meliputi semua kesan dan keyakinan pada diri sendiri. Konsep diri pada

anak membentuk inti yang tetap yang menyatukan perilaku-perilaku dan

mencegah kekacauan sifat-sifat. Konsep diri akan terus berkembang walaupun

tahap-tahap perkembangan telah tercapai. Definisi lain menurut Santrock

(1999), konsep diri merupakan hasil evaluasi spesifik tentang diri sendiri.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa konsep diri

merupakan kumpulan persepsi individu mengenai diri mereka sendiri yang

dapat berpengaruh terhadap perilaku individu.

2. Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri yang dimilik manusia tidak terbentuk secara instan

melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Konsep diri berasal

dan berkembang sejalan pertumbuhannya, terutama akibat dari hubungan

individu dengan individu lainnya (Centi, 1993). Ketika individu lahir, individu

tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan-harapan

yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri

(Calhoun & Acocella, 1990). Namun seiring dengan berjalannya waktu individu

mulai bisa membedakan antara dirinya, orang lain dan benda-benda sekitarnya

dan pada akhirnya individu ulai mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan

serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri (Calhoun & Acocella,

1990).

Menurut Willey (dalam Calhoun & Acocella, 1990), dalam

perkembangan konsep diri yang digunakan sebagai sumber pokok informasi

Page 32: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

adalah ineraksi individu dengan orang lain. Baldwin dan Holmes (dalam

Calhoun & Acocella, 1990) juga mengatakan bahwa konsep diri adalah hasil

belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain.

Menurut Fabes & Martin (1999), Pada usia 2 tahun, sebagian besar

anak-anak menganali dirinya sebagai individu, mereka dapat menyebutkan

nama mereka sendiri, mengenali diri mereka sendiri di cermin, membedakan

dan menyebutkan diri mereka sendiri pada sebuah foto yang di dalamnya

terdapat anak-anak lain yang usia dan jenis kelamin yang sama.

Perkembangan penting dalam pembentukan konsep diri terjadi selama

masa kanak-kanak awal bersamaan dengan perkembangan kesadaran anak-anak

pada karakteristik yang mereka miliki. Anak-anak usia 3 tahun mengambarkan

dirinya secara global, berdasarkan sifat-sifat eksternal seperti saya cepat

dibanding dengan ciri-ciri psikologis seperti saya lembut. Kecenderungan

global ini membentuk anak-anak untuk berfikir bahwa jika mereka baik dalam

hal tertentu, ia juga baik dalam hal lain. Artinya definisi diri digeneralisasikan

dalam konteks-konteks lain. Pada anak-anak usia 4 tahun, penilaian anak-anak

lebih spesifik dan terdeferensiasi. Mereka menganggap bahwa jika mereka baik

dalam suatu keahlian tapi idak begitu baik pada keahlian lain. Atau mereka

menganggap bahwa mereka dapat melakukan sesuatu dengan baik pada suatu

situasi tapi tidak pada situasi lain.

Anak-anak sering mendeskripsikan diri mereka pada semua atau tidak

pada satupun kebiasaan, kurang bisa mengakui bahwa sifat-sifat dapat terjadi

secara bersama-sama. Anak usia 3-5 tahun mendeskripsikan diri mereka baik

Page 33: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

atau buruk, tapi tidak diantara baik atau buruk. Anak-anak percaya bahwa

mereka tidak bisa merasakan senang dan sedih secara bersamaan. Antara usia 6-

8 tahun, anak-anak mulai menganggap bahwa dua sifat atau perasaan dapat

terjadi secara bersama-sama, namun hanya secara berurutan, jika pada mulanya

menagalami suatu hal, diikuti hal yang lain.

Pada usia 8 tahun, anak-anak menganggap bahwa dua sifat yang

berlawanan pada diri mereka dapat terjadi secara bersamaan. Pada usia ini anak-

anak juga dapat beranggapan bahwa mereka merasa pada satu hal dan merasa

berlawanan pada hal yang lain. Contoh: saya pandai dalam matematika, tapi

bodoh dalam bahasa.

Selama masa kanak-kanak awal, kehidupan sosial dan emosional anak-

anak berkembang menjadi lebih kompleks mencakup sekumpulan orang,

situasi-situasi dan lingkungan yang lebih luas. Kumpulan situasi dan partner

interaktif yang beragam ini menyediakan banyak kesempatan untuk

mempelajari interaksi sosial , tentang emosi mereka sendiri dan orang lain.

Konsep diri merupakan keyakinan individu tentang sifat-sifat dan kemampuan

yang dimilikinya (Coopersmith dalam Fabes & Martin, 1999). Hal yang

mendasari konsep atas diri adalah pengakuan bahwa setiap individu berbeda

satu dengan yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa individu

tidak lahir dengan konsep diri. Konsep diri terbentuk seiring dengan

pertumbuhan manusia melalui proses belajar. Sumber informasi dalam

perkembangan konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain, yaitu

Page 34: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

orang tua, kawan sebaya serta masyarakat. Proses belajar yang dilakukan

individu dalam pembentukan konsep dirinya diperoleh dengan melihat reaksi-

reaksi orang lain terhadap perbuatan yang telah dilakukan, melakukan

perbandingan dirinya dengan orang lain, memenuhi harapan-harapan orang lain

atas peran yang dimainkannya serta melakukan identifikasi terhadap orang yang

dikaguminya.

3. Jenis-jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya

konsep diri terbagi dua, yaitu :

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif lebih diwujudkan sebagai penerimaan diri bukan

sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif

bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif

adalah individu yang tahu betul tentang dirinya sendiri, dapat memahami

dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang

dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat

menerima keberadaan orang lain. Individu yang memilki konsep diri

positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu

tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu

menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup

adalah suatu proses penemuan.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individuu

yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan

Page 35: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta

mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.

b. Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua

tipe, yaitu :

1. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur,

tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri. Individu tersebut

benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau

apa yang dapat dihargai dalam kehidupannya.

2. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini

bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,

sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya

penyimpangan dari seperangkat hukum dalam pikirannya yang

dipandang sebagi cara hidup yang paling tepat.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua

tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak mengerti siapa dirinya dan

tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua

adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri

diantarnya usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan penghayatan terhadap kondisi

tersebut, perlakuan & sikap orang lain di sekitarnya, pengalaman bermakna

yang diperoleh dalam berhubungan dengan orang lain dan pengaruh dari figur-

Page 36: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

figur yang bermakna dalam kehidupannya (Burns & Fitts dalam Zebua &

Nurdjyadi, 2001).

Menurut Stuart & Sudeen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) ada

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-

faktor tersebut terdiri dari :

a. Teori perkembangan menyatakan bahwa konsep diri berkembang secara

bertahap sejak lahir melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa,

pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan

hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri

sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang

nyata.

b. Significant Other atau orang yang terpenting atau yang terdekat. Konsep diri

dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain. Belajar

mengenal diri sendiri dengan bercermin pada orang lain yaitu dengan

mengintrepetasi diri dari pandangan orang lain terhadap diri sendiri.

c. Self Perception (persepsi diri sendiri), yaitu persepsi dan penilaian individu

terhadap diri sendiri serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan

situasi tertentu.

Rogers (1977) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri adalah :

a. Orang lain

Konsep diri anak pada mulanya berkembang berawal dari kelompok

terdekat mereka, seperti keluarga, teman sebaya dan lingkungan rumah.

Page 37: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Mereka memperoleh umpan balik dari orang-orang terdekat yang

mengekspresikan penerimaan dan penolakan mereka yang selalu

bersesuaian dengan rasa penerimaan atau penolakan diri mereka. Kondisi

keluarga merupakan faktor terpenting karena dalam keluarga anak pertama

kali mendiferensiasikan dirinya sendiri.

b. Usia

Pada masa anak, individu merasa kurang penting dibanding orang dewasa.

Anak hidup dalam dunia yang didesain dan dijalankan orang yang lebih

tua. Pada pertengahan masa kanak-kanak, konsep diri mungkin

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan,

kegagalan di sekolah dan perlakuan-perlakuan yang kurang bijaksana

dalam interaksi sosialnya.

c. Jenis kelamin.

Setiap kepribadian terdapat percampuran antara maskuliniti dan feminiti,

hanya saja proporsinya akan lebih besar sesuai dengan jenis kelaminnya.

Keyakinan-keyakinan dari masyarakat bahwa anak laki-laki lebih kuat,

lebih pintar, bekerja lebih baik sedangkan anak perempuan merupakan

pribadi yang hangat, bersahabat dan tergantung mempengaruhi konsep diri

pada anak. Anak laki-laki memiliki konsep diri yang lebih kuat dibanding

anak perempuan.

d. Ras

Ras akan mempengaruhi citra diri seseorang. Berdasarkan citra diri

tersebut orang membuat penilaian tentang dirinya. Ras juga berkaitan

Page 38: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dengan budaya, maka dari itu budaya di lingkugan anak tinggal

mempengaruhi cara pandang mereka.

Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi konsep diri antara lain usia, jenis kelamin, kondisi fisik

serta penghayatan terhadap kondisi tersebut (self perception), perlakuan dan

sikap orang lain di sekitarnya (significant other), pengalaman bermakna yang

diperoleh dalam berhubungan dengan orang lain dan pengaruh dari figur-figur

yang bermakna dalam kehidupannya.

5. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Berzonsky (dalam Fitriasih & Pudjono, 2003) bahwa aspek

dari konsep diri antara lain:

a. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu

kasat mata yang dimilikinya seperti tubuh, uang, barang, dan sebagainya.

b. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang dimainkan individu dan

sejauh mana penilaian individu terhadap kinerja perannya tersebut.

c. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah

dalam kehidupan individu dan memandang nilai etika moral dirinya seperti

kejujuran, tanggung jawab atas kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta

kesesuaian perilakunya dengan norma-norma masyarakat yang ada.

d. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu

terhadap dirinya sendiri.

Page 39: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Hurlock (1997) menyampaikan ada tiga aspek konsep diri yaitu :

a. Fisik, merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu yang

dimilikinya yaitu yang bersifat fisik dan penampilan individual secara

keseluruhan.

b. Psikologis, meliputi perasaan, pikiran dan sikap individu terhadap dirinya.

c. Sosial, yaitu hubungan diantara dua atau lebih individu yang mencakup

kebiasaan, karakteristik, ciri dan perasaan sosial yang diperoleh dalam satu

konteks sosial.

Menurut Calhoun & Acocella (1990), aspek konsep diri meliputi :

a. Pengetahuan atau apa yang individu ketahui tentang diri sendiri misalnya

usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, dan lain sebaginya.

b. Harapan atau pandangan tentang kemungkinan menjadi apa di masa

mendatang. Dengan kata lain, individu mempunyai pengharapan bagi

dirinya sendiri. Pengharapan ini merupakan diri ideal.

c. Penilaian dimana setiap individu berkedudukan sebagai penilai tentang

dirinya sendiri setiap hari, mengukur apakah dirinya bertentangan dengan

pengharapan bagi diri sendiri dan standar bagi diri sendiri.

Konsep diri biasanya terdiri dari komponen atau dimensi yang

bermacam-macam, yang paling umum adalah fisik, akademik, dan sosial

(Huitt, 2004 dalam Kenny et, al., 2009). Hal serupa juga dinyatakan oleh

Piers-Harris (1969 dalam Nolte, 1981) bahwa konsep diri anak meliputi aspek

fisik, sosial dan akademik. Konsep diri fisik mengacu pada atribut-atribut fisik

individu (seperti apa individu tersebut) dan kemampuan fisik individu. Konsep

Page 40: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

diri akademik mengacu pada sebaik apa individu di sekolah. Sedangkan

konsep diri sosial mengacu pada sebaik apa individu berhubungan dengan

kelompok mereka dan orang lain.

Dari uraian di atas, secara umum aspek-aspek dari konsep diri

meliputi aspek fisik, aspek sosial, aspek moral, aspek psikis dan aspek

akademik.

B. Bermain Peran Prososial

1. Pengertian Bermain Peran

Bermain peran merupakan salah satu bentuk psikodrama (J.L. Moreno,

1953 dalam Pfeiffer & Ballew, 1988). Tujuan psikodrama ini adalah

memberikan klien pemahaman dalam hubungan mereka dengan orang lain

dengan cara melibatkan klien untuk memainkan peran-peran orang lain.

Menurut Pfeiffer & Ballew (1988), bermain peran merupakan interaksi spontan

manusia yang melibatkan perilaku yang realistik berdasarkan kondisi tiruan

atau imajinasi. Peran yang telah diperankan kemudian di diskusikan dan

tindakan-tindakan yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan lagi.

Bermain peran biasanya digunakan untuk beberapa tujuan antara lain :

a. Untuk mempraktekkan perilaku dalam suatu persiapan untuk suatu peran

baru atau mengantisipasi situasi masalah.

b. Untuk memeriksa suatu situasi masalah atau kejadian masa lalu untuk

mempelajari bagaimana hal tersebut dapat ditangani lebih baik.

Page 41: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Untuk menciptakan pemahaman dalam motivasi dan peran orang lain atau

dirinya sendiri.

Nilai-nilai yang dapat diperoleh partisipan dalam bermain peran antara

lain :

a. Menuntut individu untuk berfikir atau menentukan keputusan.

b. Dapat mempraktekkan suatu perilaku dalam kepura-puraan dan mendapat

umpan balik dari orang lain.

c. Memperjelas fakta bahwa hubungan antar manusia yang baik membutuhkan

suatu ketrampilan.

d. Mengajarkan perubahan sikap secara efektif dengan menempatkan

seseorang dalam peran tertentu.

e. Melatih seseorang untuk lebih peduli dan sensitif terhadap perasaan orang

lain.

f. Mengembangkan apresiasi yang lebih dalam pada saat bermain peran serta

dalam menentukan perilaku dalam situasi sosial.

g. Mampu membuat individu menemukan kesalahan personalnya.

h. Melatih kontrol perasaan dan emosi.

Menurut Sadali (2000) ada empat asumsi bahwa bermain peran dapat

mengajarkan hal baru pada anak, yaitu:

a. Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan

pengalaman dengan menekankan dimensi “di sini dan kini” (here and now)

sebagai isi pengajaran. Model ini dipercaya adalah mungkin sekelompok

anak menciptakan analogi-analogi mengenai situasi-situasi kehidupan

Page 42: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

nyata. Terhadap analogi-analogi tersebut yang diwujudkan dalam bermain

peran para siswa dapat menampilkan respon-respon emosional secara khas

dan sejati sambil belajar dari respon-respon orang lain.

b. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada anak untuk

mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tidak dapat mereka kenali

tanpa bercermin kepada orang lain.

c. Model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf

kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.

Pemecahan tidak selamanya datang dari orang tertentu melainkan dapat

saja muncul dari reaksi orang lain terhadap masalah yang tengah

diperankan.

d. Model mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi

berupa sikap-sikap, nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan

dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara

spontan dan analisisnya. Dengan cara itu individu dapat menguji sejauh

mana sikap-sikapnya relevan dengan sikap orang lain apakah sikap itu

perlu dipertahankan atau diubah.

Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi,

imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk

perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak. Bermain peran dipandang

sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan

ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan

kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan

Page 43: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kognisi. Bermain peran memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa

depan dan menciptakan kembali masa lalu (Amirudin, 2008).

Hurlock (1978) mengungkapakan bahwa bermain peran atau “permainan

pura-pura” adalah bentuk permainan aktif dimana anak melalui perilaku dan

bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu

mempunyai atribut yang lain daripada yang sebenarnya. Jenis bermain ini dapat

bersifat reproduktif atau produktif. Dalam permainan drama reproduktif, anak

berusaha memproduksi situasi yang telah diamatinya dalam kehidupan

sebenarnya atau media massa dalam permainannya. Sebaliknya, dalam

permainan drama produktif, anak menggunakan situasi, tindakan dan bicara

dari situasi kehidupan nyata ke dalam bentuk yang baru dan berbeda.

Permainan drama reproduktif biasanya mendahului permainan drama produktif.

Menurut Hadi (2008) pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini,

meliputi: kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu

kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi

hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan

mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat

mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi

pemecahan masalah. Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran

yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan

hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang

menyangkut kehidupan peserta didik. Menurut Komara (2009) bermain peran

Page 44: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-

langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi.

Goodwin & Coates (1976) berpendapat bahwa bermain peran merupakan

metode yang didasarkan pada fakta bahwa individu belajar dengan melihat

orang lain, mencoba bertingkah laku seperti yang dilakukan orang lain dan

menerima umpan balik dari tindakan tersebut. Bermain peran merupakan salah

satu teknik untuk mengajarkan perilaku baru.

Menurut Erikson (dalam Amirudin, 2008) terdapat dua jenis bermain

peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro

dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain

berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang sedang berjual beli.

Sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh

untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran

sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah rumah tangga.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain peran

merupakan interaksi spontan manusia yang melibatkan perilaku yang realistik

berdasarkan kondisi tiruan atau imajinasi yang telah dirancang dengan tujuan

dan melalui tahapan tertentu.

2. Tahap-tahap Bermain Peran

Menurut Shaftel (dalam Komara, 2008) tahapan bermain peran meliputi :

a. Menghangatkan suasana dan memotivasi pemeran.

Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta terhadap

masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan

Page 45: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan

mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.

Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta agar tertarik

pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan

paling menentukan keberhasilan.

b. Memilih peran.

Tahap ini peserta dan pengamat mendeskripsikan berbagai watak atau

karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa

yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta diberi kesempatan

secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para peserta tidak menyambut

tawaran tersebut, pengamat dapat menunjuk salah seorang peserta yang

pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.

c. Menyusun tahap-tahap peran.

Pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan

dimainkan.

d. Menyiapkan pengamat.

Sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita

yang akan dimainkan agar semua peserta turut mengalami dan menghayati

peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

e. Tahap pemeranan.

Pada tahap ini para peserta mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan

peran masing-masing. Mereka berusaha memainkan setiap peran seperti

benar-benar dialaminya.

Page 46: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

f. Diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I.

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam

bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan

melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta akan segera terpancing untuk

diskusi. Diskusi mungkin dimulai dengan tafsiran mengenai baik tidaknya

peran yang dimainkan selanjutnya mengarah pada analisis terhadap peran

yang ditampilkan, apakah cukup tepat untuk memecahkan masalah yang

sedang dihadapi.

g. Pemeranan ulang.

Pemeranan ulang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai

alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut.

Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya

pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran

lainnya.

h. Diskusi dan evaluasi tahap II.

Diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya

dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan

masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.

i. Membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.

Pada tahap ini para peserta saling mengemukakan pengalaman hidupnya

dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua

pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

Page 47: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Menurut Sadali (2000), untuk dapat mengatur sejauh mana bermain

peran memberikan manfaat kepada pemeranan dan pengamatnya ditentukan

oleh tiga hal, yakni kualitas pemeranan, analisis yang dilakukan melalui diskusi

setelah pemeranan dan persepsi siswa terhadap peran yang akan ditampilkan

dibandingkan dengan situasi nyata dalam kehidupan.

Dari uraian diatas, maka tahap bermain peran terdiri dari tahap

pemanasan, pemilihan peran, persiapan, pemmeranan, diskusi dan evaluasi

tahap I, pemeranan ulang, diskusi dan evaluasi tahap II, serta berbagi

pengalaman dan pengambilan keputusan.

3. Macam-macam Desain Bermain Peran

Menurut Forrester (2000), bermain peran secara garis besar memiliki tiga

macam teknik, yaitu :

a. Teks naskah penuh, teknik bermain peran yang menggunakan teks naskah

dari awal hingga akhir. Partisipan hanya memainkan peran sesuai teks

naskah yang diberikan. Penyelesaian dari masalah yang menjadi fokus

dalam bermain peran telah ditentukan. Partispan tidak diberikan

kesempatan untuk menampilkan respon berdasarkan keinginan dan

pemahamannya.

b. Teks naskah sebagian, dimana bermain peran dilakukan dari awal hingga

pertengahan berdasarkan teks naskah, namun pada bagian penyelesaiannya

partisipan diberikan kebebasan untuk berekspresi dalam penyelesaian

peran tersebut. Hal ini akan memberikan berbagai macam alternatif

pemecahan masalah.

Page 48: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Improvisasi, pada teknik ini partisipan hanya diberikan gambaran

mengenai kasus yang terjadi dan diminta untuk melakukan bermain peran

sesuai dengan yang diinginkan. Kelebihan dari teknik ini data yang

diperoleh lebih lengkap, sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam

kontrol agar tetap fokus pada masalah.

Menurut Pfeiffer & Ballew (1988) Rancangan bermain peran

dipengaruhi oleh pemilihan masalah dalam bermain peran, situasi dan peran

yang akan dimainkan serta struktur bermain peran. Rancangan bermain peran

berdasarkan keterlibatan aktif pesertanya meliputi bermain peran multiple-

group dan single-group. Dalam rancangan multiple-group beberapa kelompok

atau pasangan dibentuk. Kelompok-kelompok tersebut kemudian berpura-pura

dalam bermain peran yang sama (biasanya di ruangan yang sama). Sedangkan

dalam rancangan single-group hanya ada satu kelompok yang bermain peran

dihadapan peserta lain.

Rancangan bermain peran berdasarkan struktur situasionalnya meliputi

bermain peran langsung, penyelesaian naskah (skit completion), dramatisasi

kasus dan bermain peran berdasarkan suatu naskah. Rancangan langsung

dilakukan jika masalah yang akan diangkat dalam bermain peran diperoleh pada

saat berinteraksi langsung dengan individu. Rancangan penyelesaian naskah

dilakukan dengan menentukan masalah kemudian peserta melakukan bermain

peran secara spontan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Rancangan

dramatisasi kasus merupakan rancangan bermain peran berdasarkan

pengalaman individu. Sedangkan rancangan berdasarkan naskah, masalah dan

Page 49: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

penyelesaian dalam bermain peran tersebut telah dtentukan, tidak ada

spontanitas dari peserta.

Rancangan bermain peran berdasarkan pemeranan antara lain pemutaran

peran (role reversal), peran ganda (doubling ), pembagian peran (tag teams),

mirroring, kursi kosong (empty chair), monodrama (self-role play). Pemutaran

peran (role reversal), jika setiap peserta dapat memainkan peran secara

bergantian. Peran ganda merupakan pemeranan yang dilakukan dengan karakter

yang berbeda pada satu peran yang sama. Pada pembagian peran, setiap peserta

menjalankan peran masing-masing dan tidak ada pertukaran. Mirroring, jika

pemeranan dilakukan secara bergantian namun setelah pergantian, peserta

menirukan apa yang dilakukan peserta sebelumnya dalam peran tersebut.

Pemeranan dengan kursi kosong merupakan pemeranan dimana peserta

menganggap kursi kosong sebagai lawan bicaranya, sehingga peserta bebas

berekspresi. Sedangkan monodrama merupakan pemeranan yang hanya

dilakukan sendiri, satu orang melakukan berbagai peran yang berbeda-beda.

Rancangan bermain peran juga dapat berdasarkan pada penekanan

nonverbal dalam bermain peran. Ada rancangan bermain peran yang

memberikan penekanan hanya pada nonverbal saja atau verbal saja namun

adapula yang memberikan penekanan pada keduanya.

Suatu rancangan bermain peran merupakan kombinasi dari semua

rancangan tersebut. Setiap rancanagan bermain peran yang akan digunakan

didasarkan pada keterlibatan peserta, struktur situasional, pemeranan dan

penekanan nonverbal.

Page 50: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

4. Pengertian Perilaku Prososial

Menurut Baron & Byrne (2005), tingkah laku prososial adalah suatu

tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan

suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut dan

mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Tindakan

prososial nampaknya selalu melibatkan perpaduan dan setidaknya sedikit

pengorbanan pribadi untuk memberikan pertolongan dan pada saat yang sama

memperoleh sejumlah kepuasan pribadi karena melakukannya. Hal ini hampir

sama dengan definisi yang disampaikan oleh Twenge et. al. (2007) bahwa

perilaku prososial merupakan perilaku yang lebih menguntungkan orang lain

dibanding dirinya sendiri dan biasanya melibatkan suatu resiko yang harus

diterima bagi dirinya sendiri, meskipun kadang merugikan diri sendiri dan

tidak rasional.

Menurut Sears, dkk (1985) perilaku prososial mencakup kategori yang

lebih luas, meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan

untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.

Rushton (dalam Sears, dkk., 1985) menambahkan bahwa perilaku prososial

berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau

tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh

kepentingan diri sendiri.

Dayakisni & Hudaniah (2003) menyatakan bahwa perilaku prososial

adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi

penerima, baik dalam bentuk materi, fisik maupun psikologis tapi tidak

Page 51: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Perilaku prososial menurut

William (dalam Syafriman & Wirawan, 2000) adalah tingkah laku seseorang

yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa

sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera

atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian ini menekankan pada

maksud untuk menciptakan kesejahteraan fisik maupun psikis.

Dari pengertian-pengertian di atas, dengan kata lain perilaku prososial

merupakan tingkah laku seseorang yang bertujuan untuk membuat orang lain

sejahtera dalam bentuk materi, fisik maupun psikologis tanpa harus

menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan

tersebut.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Menurut Sears, dkk. (1985) faktor penentu perilaku prososial yang

spesifik antara lain :

a. Karakteristik situasi.

Perilaku prososial dapat dipengaruhi faktor-faktor situasional seperti

kehadiran orang lain (bystander effect), sifat lingkungan fisik seperti cuaca,

ukuran kota dan derajat kebisingan serta tekanan keterbatasan waktu.

b. Karakteristik penolong.

Karakteristik penolong yang mempengaruhi perilaku prososial antara lain

suasana hati, rasa bersalah, distress diri dan rasa empatik. Distress diri

adalah reaksi pribadi seperti perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak

berdaya, atau perasaan apapun yang dialami terhadap penderitaan orang

Page 52: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

lain, sedangkan rasa empatik adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap

orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung

merasakan penderitaan orang lain. Kaitan antara kepribadian dan pemberian

bantuan tergantung pada sifat tertentu yang dibahas dan jenis bantuan

tertentu yang dibutuhkan.

c. Karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.

Seseorang cenderung menolong orang yang disukai dan anggap pantas

untuk ditolong.

Menurut Staub (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) terdapat beberapa

faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial yaitu :

a. Self Gain, yaitu harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari

kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapat pengakuan, pujian atau takut

dikucilkan.

b. Personal Values and Performs, yaitu adanya nilai-nilai dan norma sosial

yang diinternalisaikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan

sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan

prososial seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta

adanya norma timbal balik.

c. Emphaty, kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau

pengalaman orang lain. Prasyarat untuk melakukan empati, individu harus

memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.

Selain faktor-faktor tersebut, para ahli mengelompokkan faktor yang

mempengaruhi perilaku prososial menjadi faktor situasional dan faktor personal

Page 53: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(Dayakisni & Hudaniah, 2003). Faktor-faktor situasional yang berpengaruh

dalam perilaku prososial antara lain kehadiran orang lain, pengorbanan yang

harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, adanya

norma-norma sosial, serta hubungan antara calon penolong dengan si korban.

Faktor personal yang mendorong perilaku prososial antara lain empati yang

tinggi, harga diri yang tinggi, kebutuhan akan persetujuan orang lain yang

rendah, penghindaran tanggung jawab yang rendah, lokus kendali internal serta

adanya keyakinan dalam diri individu bahwa dunia adalah adil dan dapat

diprediksi bahwa perilaku yang baik akan memperoleh ganjaran sedang

perilaku jahat akan memperoleh hukuman.

Di lain pihak Eisenberg & Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003)

menemukan bahwa anak yang lebih ekspresif khususnya pada perasaan yang

positif lebih cenderung prososial dan spontan dalam melakukan tindakan

prososial baik di kelas ataupun di lain situasi. Demikian juga sosiabilitas dan

kesukaan berteman juga ditemukan berkorelasi dengan tindakan prososial.

Baron & Byrne (2003) menyatakan bahwa terdapat faktor situasional

maupun faktor personal yang mendukung atau menghambat tingkah laku

menolong. Faktor-faktor situasional tersebut antara lain :

a. Daya tarik

Daya tarik korban (fisik maupun kemiripan dengan penolong) cenderung

meningkatkan kemungkian terjadinya respon prososial apabila individu

tersebut membutukan pertolongan.

Page 54: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Atribusi

Individu cenderung dapat menahan perilaku prososial jika kondisi korban

diatribusikan sebagai akibat dari kesalahannya sendiri.

c. Model-model prososial

Model-model prososial dapat diperoleh dari model sosial yang kuat dari

bystander lain, maupun model-model dalam media.

Faktor-faktor yang termasuk sebagai faktor personal antara lain :

a. Keadaan emosional bystander.

Individu yang berada dalam kondisi emosional yang buruk dapat menjadi

kurang prososial karena merasa kondisinya tidak lebih baik dari orang lain.

b. Empati.

Empati merupakan kemampuan individu untuk dapat merasakan perasaan

atau pengalaman orang lain.

c. Faktor kepribadian lain seperti kebutuhan akan persetujuan, kepercayaan

interpersonal, rasa kenyamanan, motivasi prestasi, kemampuan sosial dan

keadaan emosional serta machiavellianis atau orang-orang yang

dikarakteristikkan oleh ketidakpercayaan, sinisme, egosentris dan

kecenderungan untuk memanipulasi orang lain. Penelitian pada anak

menunjukkan bahwa kecenderungan prososial dapat menjadi bagian dari

skema diri dan kemudian diaplikasikan pada situasi spesifik dimana

pertolongan dibutuhkan.

Dari uraian-uraian di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku prososial terdiri dari faktor situasional dan faktor

Page 55: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

personal. Faktor situasional antara lain kehadiran orang lain (bystander effect),

sifat lingkungan fisik seperti cuaca, ukuran kota dan derajat kebisingan,

lingkungan sosial, serta model-model prososial. Sedangkan yang termasuk

faktor personal umumnya berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang.

6. Pengertian Bermain Peran Prososial

Bermain peran merupakan salah satu bentuk psikodrama yang diarahkan

pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan

antar manusia melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah,

analisis, pemeranan, dan diskusi (Hadi, 2008). Bermain peran didasarkan pada

fakta bahwa individu belajar dengan melihat orang lain, mencoba bertingkah

laku seperti yang dilakukan orang lain dan menerima umpan balik dari

tindakan tersebut. Menurut Chelser & Fox (dalam Sadali, 2000) proses bermain

peran menyediakan contoh nyata dari perilaku manusia yang berperan sebagai

sarana bagi peserta untuk mengeksplorasi perasaan mereka, menghasilkan

pemahaman pada sikap, penilaian dan persepsi mereka, mengembangkan sikap

dan keahlian memecahkan masalah serta mengeksplorasi bahan yang dipelajari

dalam cara yang bervariasi.

Menurut Moreno (dalam Pfeiffer & Ballew, 1988), bermain peran

sebagai suatu kesempatan bagi individu untuk mengatasi hambatan-hambatan

dan batasan-batasan dari lingkungan serta ketakutan-ketakutan terhadap

kritikan, hukuman atau ejekan. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut

merupakan hal yang cukup penting dalam menimbulkan kreativitas serta

spontanitas yang penting dalam perubahan dan pembelajaran. Bermain peran

Page 56: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

menyediakan kesempatan untuk benar-benar merasakan suatu situasi, termasuk

sisi yang berlainan. Kesempatan untuk merasakan dan mengalami perasaan

serta perilaku baru membantu membuat stabil konsep baru yang diinginkan.

Pengertian perilaku prososial sendiri adalah tingkah laku seseorang

yang bertujuan untuk membuat orang lain sejahtera dalam bentuk materi, fisik

maupun psikologis tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada

orang yang melakukan tindakan tersebut Menurut Staub (1978 dalam

Retnaningsih, 2005), perilaku prososial adalah segala perilaku yang

menguntungkan orang lain atau memiliki konsekuensi sosial yang positif.

Twenge et. al., (2007) juga mengungkapkan bahwa perilaku prososial

merupakan perilaku yang ditunjukkan untuk lebih menguntungkan orang lain

dibanding menguntungkan diri sendiri. Hal ini biasanya memiliki resiko dan

beban untuk diri sendiri.

Perilaku prososial memiliki peranan yang cukup penting. Individu

dalam masyarakat biasanya melakukan hal-hal yang dapat diakui dalam budaya

masyarakat tersebut. Sebagian besar kebudayaan mendorong dan bahkan

mensyaratkan perilaku prososial karena perilaku prososial vital dalam sistem

kebudayaan tersebut (Twenge et, al., 2007). Rutter Giller dan Hugell (1998

dalam Retnaningsih, 2005), mengungkapkan bahwa mengembangkan perilaku

prososial pada dasarnya dapat mencegah perilaku anti sosial. Perilaku prososial

mencakup tindakan-tindakan seperti berbagi, bekerja sama, berderma,

menolong, berkata jujur, mempercayai orang lain serta mempertimbangkan hak

dan kesejahteraan orang lain.

Page 57: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Dari kedua pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa bermain

peran prososial adalah salah satu teknik mengajarkan perilaku prososial dengan

membawa anak dalam pengalaman nyata yang diperoleh dari peragaan,serta

langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan dan diskusi. Dalam

bermain peran prososial ini, anak diharapkan dapat menggunakan situasi,

tindakan dan bicara dari situasi kehidupan nyata yang menuntut tindakan

prososial seperti menolong, berbagi dan bekerja sama dalam bentuk

“permainan pura-pura”.

7. Aspek-Aspek Bermain Peran Prososial

Bermain peran prososial disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku

prososial. Menurut Eisenberg & Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003)

aspek-aspek perilaku prososial adalah :

a. sharing atau berbagi, suatu tindakan yang ditujukan untuk berbagi

dengan orang lain, baik materi, perhatian dan fikiran maupun

kesempatan dengan orang lain.

b. cooperative atau kerjasama, suatu bentuk tindakan yang ditujukan

untuk saling bekerjasama guna mencapai tujuan bersama.

c. donating atau menyumbang, kesediaan untuk memberikan secara

sukarela sebagian miliknya kepada orang yang membutuhkan.

d. helping atau menolong, suatu bentuk tindakan yang ditujukan untuk

membantu orang lain.

e. honesty atau kejujuran, yaitu tindakan mengakui kesalahan dan

menunjukkan kebenaran.

Page 58: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

f. generosity atau kedermawanan, yaitu memberikan sebagian harta yang

dimiliki guna membantu orang lain.

g. mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, yaitu

memberikan sesuatu kepada orang lain dari apa yang menjadi haknya

atau seharusnya didapatkan dari apa yang menjadi haknya.

Menurut Twenge et al. (2007) aspek-aspek perilaku prososial antara lain :

a. Mendonasikan uang, merupakan tindakan prososial yang bertujuan

membantu orang lain dengan memberikan sebagian uang yang dimiliki.

b. Menolong dengan sukarela, yaitu memberikan bantuan tanpa

mengharapkan imbalan materi.

c. Bekerjasama, adalah kegiatan bersama untuk mencapai tujuan bersama.

d. Mempercayai orang lain, yaitu tidak memiliki prasangka buruk dalam

berinteraksi dengan orang lain karena telah memiliki kepercayaan pada

orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa aspek-

aspek perilaku prososial terdiri dari berbagi, kerjasama, menyumbang,

menolong, jujur, mempercayai orang lain, serta mempertimbangkan hak dan

kesejahteraan orang lain.

C. Pengaruh Bermain Peran Prososial Terhadap Peningkatan Konsep

Diri pada Anak

Wrightsman & Deaux (dalam Basti, 2007) mendefinisikan perilaku

prososial sebagai tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang

Page 59: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ditujukan bagi kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis

dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih banyak memberi keuntungan

pada orang lain daripada dirinya sendiri. Dengan kata lain perilaku prososial

merupakan perilaku yang dapat memberikan keuntungan bagi orang lain. Oleh

karena itu, perilaku prososial dapat meningkatkan kualitas hubungan dalam

interaksi sosial. Jika individu melakukan tindakan prososial, maka individu

tersebut akan cenderung disukai dan memperoleh respon yang positif dari orang

lain.Individu yang memiliki kualitas hubungan sosial yang baik akan memperoleh

penerimaan dari orang-orang sekelilingnya.

Selain itu, individu yang melakukan perilaku prososial dapat merasakan

perasaan-perasaan positif alam dirinya, Perasaan positif tersebut antara lain

perasaan berharga karena dirinya berguna bagi orang lain, perasaan kompeten

serta dapat terhindar dari perasaan bersalah jika tidak menolong, serta perasaan

diterima atau diakui dari lingkungannya. Respon dan perasaan positif tersebut

dapat mengembangkan konsep diri yang positif pada individu yang

memperolehnya.

Orang dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali

(Wicklund dan Frey, 1980 dalam Calhoun & Acocella, 1990). Konsep diri yang

positif bersifat stabil dan bervariasi. Orang dengan konsep diri positif dapat

memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang

dirinya sendiri. Dia dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya. Hal ini

tidak berarti bahwa ia tidak pernah kecewa terhadap dirnya sendiri atau bahwa ia

gagal mengenali kesalahannya sebagai suatu kesalahan. Namun, dia merasa tidak

Page 60: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perlu meminta maaf untuk eksistensinya. Dan dengan menerima dirinya sendiri,

dia juga dapat menerima orang lain.

Konsep diri merupakan cara pandang diri manusia dalam melakukan

penilaian pada dirinya sendiri. Maka dari itu, konsep diri berkaitan erat dengan

motivasi diri bahkan berpengaruh terhadap performance seseorang (Puspasari,

2007). Individu yang memiliki gambaran yang positif tentang dirinya akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diyakini tentang dirinya. Konsep diri pada

anak berkaitan dengan cara pandang mereka pada atribut-atribut dan kemampuan-

kemampuan mereka. Atribut dalam hal ini dapat berkaitan dengan kondisi fisik

dan psikologis yang dimilikinya. Sedangkan kemampuan berkaitan dengan

kemampuan mereka dalam bidang akademis.

Anak yang telah memiliki konsep diri yang positif dapat melakukan tugas

sekolahnya dengan baik karena anak tersebut memiliki kesan bahwa dirinya

memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Anak yang memiliki

konsep diri yang negatif cenderung mengalami kesulitan dalam berinterkasi sosial

dan berprestasi.

Pentingnya konsep diri pada tahap perkembangan anak mendorong

pendidik dan orang tua agar anak memperoleh respon dan perasaan positif dari

orang di sekelilingnya. Oleh karena itu, pendidik dan orang tua dapat mendidik

anak untuk melakukan tindakan prososial. Nancy Eisenberg (dalam Borba, 2008)

mengungkapkan bahwa salah satu praktik terbaik membangun psikis dan moral

anak adalah menunjukan akibat yang ditimbulkan perilaku anak terhadap orang

lain atau menunjukan bagaimana perasaan si korban. Dengan melakukan hal

Page 61: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tersebut pendidik atau orang tua dapat mendorong perkembangan moral dan

perilaku prososial anak. Hal ini bahkan sangat efektif bagi anak yang masih kecil.

Salah satu caranya adalah menggunakan metode bermain peran peran prososial.

Perilaku prososial yang dapat diajarkan melalui bermain peran antara lain

perilaku menolong, berbagi dan bekerja sama. Melalui bermain peran, anak-anak

dibawa dalam pengalaman nyata. Saat memberi kesempatan pada anak untuk

bermain peran sebagai seseorang yang membutuhkan bantuan, mereka bisa

merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang yang butuh pertolongan ketika

memberi kesempatan pada anak untuk bermain peran sebagai penolong, anak

belajar untuk bagaimana caranya menolong.

Manusia berfikir, bertindak dan merasakan pada saat yang sama, namun

mungkin ketiga prosesnya tidak kongruen. Cara yang paling efektif untuk

mengkomunikasikan atau mengajari seseorang adalah dengan mencapai totalitas

ketiganya. Jadi diperlukan praktek. Bermain peran memberikan alternatif

kesempatan untuk mempraktekkan keahlian seseorang dalam berinteraksi pada

setting yang menyerupai kehidupan sehari-hari, untuk bereksperimen dan

mencoba perilaku-perilaku baru tanpa resiko seperti saat mencobanya dalam

kehidupan nyata. Pengulangan dan penguatan pemahaman, perasaan dan keahlian

suatu perilaku baru merupakan bagian dari bermain peran (Pfeiffer & Ballew,

1988).

Partisipan dalam bermain peran terlibat dalam perilaku yang aktual,

konfrontasi masalah dan orang lain. Mereka memperoleh informasi tentang efek

dari perilaku mereka dan tentang bagaimana mereka dapat melakukan tindakan

Page 62: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yang berbeda. Sehingga mereka dapat menghubungkan umpan balik dengan

bagaimana tindakan aktual mereka dalam situasi yang spesifik. Hal ini dapat

menimbulkan motivasi untuk memikirkan kembali serta bereksperimen dengan

perilaku baru.

Karena bermain peran merupakan teknik yang aktif, partisipan dalam

bermain peran memperoleh banyak pemahaman saat tidak ada pemisah antara

pikiran, perkataan dan tindakan. Bermain peran menyediakan kesempatan untuk

benar-benar merasakan suatu situasi, termasuk sisi yang berlainan. Hal ini

membuat hal yang dipelajari menjadi lebih terinternalisasi.

Dari hasil pengalaman bermain peran prososial diharapkan dapat

meningkatkan perilaku prososial anak. Dari peningkatan perilaku prososial

tersebut anak akan memperoleh respon positif berupa penerimaan dari orang lain

dan perasaan positif berupa perasaan berharga dan diakui sehingga anak dapat

mengembangkan konsep diri positif.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.

Kerangka Pemikiran

Bermain Peran

Prososial

Penerimaan sosial dan Perasaan

Positif

Konsep Diri

Negatif

Konsep Diri

Positif

Page 63: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Keterangan :

Anak yang pada awalnya memiliki konsep diri negatif diberikan perlakuan

bermain peran prososial. Dari kesempatan bermain peran prososial tersebut

diharapkan dapat memperoleh perasaan positif dan penerimaan sosial. Perasaan

positif dan penerimaan sosial ini dapat diharapkan dapat meningkatkan konsep

diri positif pada anak.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan hipotesis yang

akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu: Ada pengaruh bermain peran

prososial terhadap peningkatan konsep diri pada anak.

Page 64: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variable-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas : Bermain peran prososial

Variabel Tergantung : Konsep diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Konsep diri adalah kumpulan persepsi individu mengenai diri mereka sendiri

yang dapat berpengaruh terhadap perilaku individu. Konsep diri dalam

penelitian ini diukur menggunakan skala sikap yang dimodifikasi dari Piers-

Harris Children’s Self-Concept Scale (PHCS) agar sesuai dengan kondisi subjek

penelitian yang digunakan. PHCS merupakan skala sikap yang mengukur

konstruk umum konsep diri anak berdasarkan aspek fisik, sosial. akademik

(Nolte, 1981), moral dan psikologis (Berzonsky dalam Fitriasih dan Pudjono,

2003). Skor yang tinggi menunjukkan konsep diri positif dan skor yang rendah

merupakan perwujudan konsep diri yang negatif.

2. Bermain peran prososial merupakan suatu metode yang bertujuan untuk

mengembangkan ketrampilan prososial. Metode ini berupa peragaan pada

situasi yang telah direncanakan dan dapat menstimuli respon prososial seperti

menolong, berbagi, bekerjasama secara spontan pada anak (Pfeiffer & Ballew,

1988). Bermain peran dilakukan berdasarkan petunjuk dalam modul yang telah

Page 65: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

disusun. Hasil bermain peran diperoleh dari hasil diskusi dan evaluasi semua

kelompok setelah tahap pemeranan.

C. Subjek Penelitian

Menurut Seniati,dkk., (2005) subjek penelitian terkait dengan sampel,

yaitu kelompok kecil dari populasi yang akan digunakan dalam penelitian.

Menurut pendapat Nolte (1981) dan Rogers (1977) bahwa anak mulai

mengembangkan konsep diri yang lebih mantap dan kompleks pada usia 10 tahun.

Sedangkan anak-anak dibawah usia tersebut memiliki konsep diri yang hanya

terbatas pada identitas diri dan kondisi fisik (Tim Familia, 2006).

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 1 Prambanan.

Siswa kelas V ini usianya rata-rata 10 tahun. Seluruh siswa kelas V di SD Negeri

1 Prambanan ada 40 anak. Untuk memperoleh sampel atau subjek penelitian maka

sampling atau cara pengambilan sampel atau subjek yang digunakan adalah

purposive non-random sampling, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan

tujuan penelitian (Seniati,dkk., 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan konsep diri setelah bermain peran prososial. Oleh karena

itu, subjek penelitiannya adalah anak yang memiliki skor konsep diri yang rendah

dan sangat rendah.

Subjek diperoleh dengan memberikan 40 siswa kelas V SD Negeri 1

Prambanan skala sikap untuk menentukan skor konsep diri seluruh siswa tersebut.

Dari hasil skoring, diperoleh 16 siswa yang skornya termasuk dalam kategori

rendah dan sangat rendah. Ke enam belas siswa inilah yang menjadi subjek

Page 66: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

penelitian dan dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 8

siswa. Pembagian kelompok ini disesuaikan dengan peran yang akan dimainkan

dalam bermain peran prososial.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental yaitu

mengembangkan rancangan untuk mempelajari korelasi sebab akibat dengan

melakukan intervensi atau perlakuan kepada subjek penelitian. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah randomize pretest-posttest one group

design. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama

dilakukan pengukuran terhadap variabel tergantungnya, lalu diberikan perlakuan,

kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (Seniati,dkk., 2005).

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Keterangan :

Pretest : Pengukuran konsep diri anak menggunakan skala konsep diri

sebelum anak diberikan perlakuan.

Treatment : Perlakuan berupa bermain peran prososial.

Posttest : Pengukuran konsep diri anak menggunakan skala konsep diri yang

sama setelah anak diberikan perlakuan.

Hasil perbandingan skor pre test dan post test yang diperoleh dari skor skala sikap

konsep diri yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar menganalisa pengaruh

bermain peran prososial tehadap konsep diri pada anak.

Page 67: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

E. Alat Pengumpul Data

1. Skala Konsep Diri Anak

Skala konsep diri anak dalam penelitian ini merupakan skala sikap yang

dimodifikasi dari PHCS(Piers-Harris Children’s Self-Concept Scale) dengan

menambahkan aspek moral dan psikologis (Berzonsky dalam Fitriasih dan

Pudjono, 2003). PHCS terdiri dari 80 pernyataan langsung dengan format

respon dikotomi “Ya-Tidak”. Aspek-aspek yang diungkap meliputi aspek fisik,

sosial dan akademik. Terdapat 43 aitem favourable dan 37 aitem unfavourable.

Skor dari PHCS berkisar dari 0-80. Konsistensi internal tes ini berkisar antara

0,78 hingga 0,93. Skor reliabilitas berdasarkan tes re-tes berkisar antara 0,71

hingga 0,74 (Piers, 1969 dalam Nolte, 1981). Penambahan aspek bertujuan

untuk memperoleh gambaran konsep diri secara global.

Page 68: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 1. Blue print Skala Sikap Konsep Diri Pada Anak

Aspek

Konsep Diri Indikator Perilaku Nomor Aitem f %

Aspek Fisik Kondisi dan kemampuan fisik

F 15, 29, 41, 54, 55, 79

8 10

UF 8, 47 Aspek Sosial a. Hubungan

interpersonal. F 33, 49, 51, 57,

60, 69 23 28,75

UF 1, 71 b. Perasaan sosial F 32, 38, 42, 58

UF 3, 7, 11, 77 c. Kinerja peran F 30, 48, 62, 63,

72 UF 46, 65

Aspek Akademik

Prestasi dan kemampuan akademik

F 5, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 67, 70.

14 17,5

UF 26, 31, 45, 66, Aspek Moral a. Tanggung jawab F 9, 17, 27, 80 16 20

UF 13, 34, 61, 75, 59

b. Kesesuaian dengan norma

F 12, 35 UF 14, 22, 25, 56,

78 Aspek

Psikologis a. Pikiran terhadap

diri sendiri F 36, 76 19 23,75

UF 40, 43, 64 b. Perasaan terhadap

diri sendiri F 2, 39, 52

UF 4, 6, 10, 37, 50, 74

c. Sikap terhadap diri sendiri

F 44, 68, UF 20, 28, 29

Total 80 100

2. Bermain Peran Prososial

Bermain peran prososial merupakan suatu metode yang bertujuan

untuk mengembangkan ketrampilan prososial. Metode ini berupa peragaan pada

situasi yang telah direncanakan dan dapat menstimuli respon prososial seperti

menolong, berbagi, bekerjasama secara spontan pada anak (Pfeiffer & Ballew,

1988).

Page 69: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Teknik bermain peran prososial dalam penelitian ini dilakukan oleh

beberapa kelompok (multiple-group) yang setiap kelompoknya terdiri dari

beberapa subjek. Setiap subjek memainkan peran yang berbeda (tag teams).

Sumber permasalahan yang akan diselesaikan dalam bermain peran ini telah

diatur kemudian anak-anak melakukan bermain peran secara spontan untuk

menyelesaikan masalah tersebut (skit completion) atau teks naskah sebagian.

Bermain peran dilakukan berdasarkan modul yang disusun berdasarkan

Pfeiffer & Ballew (1988) dan tahap-tahap bermain peran menurut Shaftel

(dalam Komara, 2008), meliputi :

a. Tahap persiapan bermain peran.

Tahap persiapan ini meliputi :

1. Alat dan bahan dalam bermain peran dipersiapkan oleh fasilitator.

Alat dan bahan yang digunakan antara lain :

a. Lembar instruksi umum dan deskripsi karakter peran yang akan

dimainkan.

b. Properti yang digunakan dalam bermain peran, misalnya buku,

meja, kursi, dan lain-lain.

c. Kamera sebagai alat dokumentasi.

d. Stopwatch.

2. Pembentukan kelompok,

Pada tahap ini, dari sejumlah subjek yang telah memenuhi syarat

dibagi dalam kelompok-kelompok. Pembagian kelompok tersebut

berdasarkan jumlah peran yang akan dimainkan.

Page 70: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

3. Mencairkan suasana dalam kelompok

Bermain peran merupakan permainan pura-pura, partisipan dituntut

untuk memainkan perannya seperti apa yang akan mereka lakukan

dalam kehidupan nyata. Agar tercipta suasana yang lebih santai,

dilakukan ice breaking dengan cara membiarkan partisipan melakukan

tanya jawab dengan partisipan lain atau dengan fasilitator kurang lebih

selama 10 menit..

4. Pemberian instruksi umum bermain peran.

Sebelum melakukan bermain peran prososial, subjek di haruskan

membaca instruksi umum yang diberikan oleh fasilitator. Instruksi

umum berisikan uraian kasus yang menjadi fokus masalah dalam

bermain peran prososial ini dan karakter peran yang akan dimainkan.

Subjek diberikan waktu untuk membaca dan memahami instruksi

tersebut.

Instruksi umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak dapat

hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Hal ini terjadi

dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari,

terdapat berbagai macam karakter individu.

Saat ini, kalian akan memerankan beberapa karakter yang

menghadapi suatu situasi. Kalian merupakan siswa-siswa kelas lima

sekolah dasar. Pada suatu ketika, ada dua orang anak yang meminta

Page 71: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

uang pada seorang anak dengan cara memaksa. Beberapa di antara

kalian melihat hal tersebut. Kejadian ini terjadi saat jam istirahat.

Lakukan apa yang ingin kalian lakukan jika benar-benar menghadapi

situasi tersebut.

Berikut tabel peran dan karakter yang akan dimainkan :

Tabel 2 Pembagian peran dan karakter peran

Peran Karakter Ari Siswa yang memiliki kebiasaan

menganggu temannya. Kiki Siswa yang sering meminta milik orang

lain secara paksa. Nana Siswa yang pendiam. Lucky Siswa yang senang berkelompok dengan

beberapa orang teman saja. Mala Siswa yang senang berkelompok dengan

beberapa orang teman saja. Rosi Siswa yang tidak terlalu peduli dengan

urusan orang lain. Odi Siswa yang ceria, memiliki banyak teman

Andri Siswa yang pendiam

5. Pemilihan peran.

Partisipan yang telah membaca instruksi umum, selanjutnya diberikan

waktu untuk menentukan masing-masing pemeran untuk setiap peran

yang telah ditentukan. Ada beberapa cara dalam pemilihan peran,

peran yang dimainkan subjek dapat ditentukan dengan penunjukkan

langsung oleh fasilitator, undian, atau subjek diperkenankan untuk

memilih peran yang ingin dimainkannya. Subjek yang telah memilih

peran mendapatkan teks naskah dari fasilitator sesuai dengan peran

Page 72: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang dimainkan. Subjek tidak diperkenankan melihat teks naskah

milik pemeran lain.

b. Tahap pelaksanaan bermain peran

Bermain peran dilakukan berdasarkan instruksi umum dan dengan

menyelesaikan naskah yang telah diberikan fasilitator sesuai dengan sikap

yang ingin ditunjukkan subjek ketika menghadapi masalah tersebut.. Para

partisipan bebas melakukan tindakan berdasarkan situasi tersebut. Bermain

peran akan dilaksanakan setelah partisipan membaca instruksi umum dalam

batas waktu yang ditentukan. Selama partisipan bermain peran, fasilitator

juga melakukan pengamatan berdasarkan pedoman pengamatan pada

partisipan dan hasil bermain peran.

Tabel 3 Pedoman pengamatan

Reaksi yang mungkin terjadi Kelompok 1

Kelompok 2

a. Tidak menghiraukan kejadian tersebut.

b. Menolong dengan membela Nana dan menasehati Ari dan Kiki.

c. Menolong dengan mengajak teman lain.

d. Melaporkan pada guru. e. Tidak melakukan apapun saat

Nana dipaksa, tapi menghibur dan memberikan sebagian uang jajan kepada setelah Ari dan Kiki pergi.

Hasil : a. Ari dan Kiki melepaskan Nana b. Uang Nana tetap dirampas

Page 73: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c. Tahap pengumpulan data.

Setelah bermain peran dilakukan, partisipan diminta untuk melaporkan

apa yang mereka lakukan dalam bermain peran tersebut. Dalam tahap ini,

fasilitator akan mencatat informasi tambahan yang diperoleh dari laporan

partisipan. Informasi ini berkaitan dengan pandangan partisipan terhadap

peran yang telah mereka mainkan. Catatan pengamat saat partisipan bermain

peran dan catatan berdasarkan laporan partisipan ini akan digunakan dalam

tahap diskusi.

d. Tahap diskusi.

Tahap diskusi dilakukan berdasarkan pedoman diskusi yang telah

disusun. Hal ini bertujuan agar diskusi tetap terarah pada perilaku prososial

yang menjadi dasar dalam bermain peran ini. Pedoman diskusi dalam

bermain peran prososial ini antara lain :

1. Apa yang kalian lakukan jika hal itu terjadi?

2. Mengapa kalian melakukan hal tersebut?

3. Bagaimana perasaan kalian setelah melakukan hal tersebut?

4. Bagaimana tanggapan orang lain terhadap tindakan kalian tersebut?

5. Apakah yang terjadi jika kalian membantu orang dalam situasi tersebut?

Apa pula yang terjadi jika kalian tidak membantu?

6. Apa yang kalian rasakan jika kalian dapat membantu, berbagi dengan

orang lain yang sedang mengalami hal yang kurang menyenangkan, atau

bekerja sama dalam hal yang baik? Bagaimana tanggapan orang-orang

disekitar anda jika kalian melakukan hal tersebut?

Page 74: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

7. Apa yang kalian rasakan jika tidak dapat melakukan hal tersebut?

Bagaimana tanggapan orang lain?

Dalam tahap diskusi ini, pertanyaan dapat dikembangkan dari

pedoman pertanyaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang

lebih lengkap dalam penelitian ini.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang mempunyai peran

penting dalam menentukan baik atau tidaknya hasil penelitian. Oleh karena itu

alat ukur harus memenuhi syarat valid dan reliabel.

Pengukuran validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan rumus

korelasi Product Moment dari Pearson. Teknik ini bertujuan untuk menguji

apakah tiap aitem atau butir pernyataan benar-benar mampu mengungkap faktor

yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat ukur dalam mengukur

suatu faktor (Azwar, 1999). Nilai korelasi yang diperoleh (nilai korelasi per aitem

dengan total aitem yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per

individu) lalu dibandingkan dengan nilai tabel korelasi (r) Product Moment untuk

mengetahui apakah nilai korelasi yang diperoleh signifikan atau tidak. Jika indeks

nilai yang dipeoleh dari perhitungan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari

nilai tabel korelasi maka aitem itu dinyatakan valid demikian juga sebaliknya.

Rumus yang digunakan dalam mencari validitas aitem adalah korelasi

Product Moment dari Karl Pearson (1857-1936) yang dikutip dari Azwar (1999)

sebagai berikut :

Page 75: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

( )( )

( ) ( )ïþ

ïýü

ïî

ïíì SU

-SUïþ

ïýü

ïî

ïíì SC

-SC

SUSC-SCU

=

nn

nrxy2

22

2

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara aitem dengan skor total

SX : jumlah nilai tiap-tiap aitem

SY : jumlah nilai total aitem

SXY : jumlah perkalian skor aitem dengan skor total aitem

n : jumlah subjek yang diteliti

Suatu alat ukur dikatakan reliabel bila alat ukur tersebut mampu

memberikan hasil pengukuran yang konsisten menurut subjek ukurnya atau dapat

juga sebagai konsistensi atau stabilitas yang merupakan indikasi sejauh mana

pengukuran itu dapat memberikan hasil sama jika dilakukan ulang (Azwar,2008).

Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan

Formula Alpha (Azwar, 1995). Adapun rumusnya sebagai berikut:

÷÷ø

öççè

æ-

-= å

xs

js

kk

2

2

11

a

Keterangan:

α = Koefisien reliabilitas Alpha

k = Banyaknya belahan

s2j = Varians skor belahan

s2x = Varians skor total

Page 76: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Penghitungan validitas dan reliabilitas dibantu dengan komputasi

program statistik SPSS 16. Validitas suatu alat ukur dapat dilihat dari hasil output

SPSS 16 dengan fasilitas korelasi Product Moment. Sedangkan, reliabilitas alat

ukur dapat dilihat dari hasil output SPSS 16 dengan fasilitas Cronbach Alpha.

Suatu konstruk atau variabel semakin reliabel jika nilai Cronbach Alpha semakin

mendekati angka 1 (Azwar, 2007).

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired sample

correlated data t-test (Seniati, dkk., 2005) karena penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan hasil skor konsep diri sebelum dan setelah mendapat perlakuan

berupa pemberian bermain peran prososial. Penghitungan dilakukan dengan

bantuan komputasi program statistik SPSS 16. Rumus paired sample correlated

data t-test tersebut adalah :

( )

( )1

2

2

21

-

-

=åå

-

nnn

DD

MMt

Keterangan :

D : perbedaan skor untuk setiap pasangan

M1 : rata-rata skor kelompok pre-test

M2 : rata-rata skor kelompok post-test

n : jumlah pasangan.

Page 77: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan menentukan lokasi yang akan

dijadikan tempat penelitian. Lokasi penelitian adalah SD Negeri 1 Prambanan,

yang beralamat di Jl. Jogja-Solo Km 17, Prambanan, Klaten. Sekolah dasar ini

terletak di tempat yang cukup strategis. Bangunan SD Negeri 1 Prambanan

terletak di tepi jalan raya.

SD Negeri 1 Prambanan memiliki 6 ruangan kelas, ruang kepala

sekolah, ruang guru, 2 ruang ekstrakurikuler, ruang pepustakaan. Jumlah siswa

tiap kelas berbeda, namun rata-rata tiap kelas terdapat 35 siswa. Subjek

penelitian adalah siswa-siswa kelas V yang telah diklasifikasikan menurut

karakteristik tertentu. Keseluruhan jumlah siswa kelas V adalah 40 siswa yang

terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Usia siswa kelas V

antara 11-12 tahun.

Seperti pada sekolah dasar pada umumnya, di setiap kelas diampu oleh

seorang guru wali kelas yang mengajarkan sebagian besar mata pelajaran,

kecuali pelajaran tertentu seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani, dan

Seni Suara Daerah. Jumlah keseluruhan pengajar di SD Negeri 1 Prambanan

adalah 10 orang.

Page 78: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

SD Negeri 1 Prambanan merupakan salah satu sekolah dasar negeri

yang memiliki beberapa prestasi di wilayah kecamatan Prambanan. Prestasi

tersebut dari bidang akademis, kesenian maupun olahraga.

2. Persiapan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur utama berupa skala sikap konsep

diri. Diperlukan persiapan yang matang agar alat ukur tersebut layak dan siap

untuk digunakan. Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini telah

melalui prosedur validitas alat ukur melalui pengujian validitas isi. Validitas

isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara butir-butir aitem dalam alat

ukur dengan blue-print yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu validitas

isi juga melihat kesesuaian aitem-aitem dengan indikator perilaku yang hendak

diungkap. Validitas isi ini dilakukan secara rasional oleh professional

judgement, yaitu pembimbing.

3. Pelaksanaan Uji Coba

Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba

untuk mengetahui nilai validitas tiap aitem dan reliabilitas skala tersebut. Uji

coba terhadap aitem skala psikologi ini bertujuan unuk mengetahui apakah

kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana

yang diinginkan oleh peneliti, dan sebagai salah satu cara praktis untuk

memperoleh data dari respnden yang akan digunakan untuk penskalaan atau

untuk evaluasi kualitas aitem secara statistik (Azwar, 2007).

Skala konsep diri yang terdiri dari 80 aitem pernyataan diujicobakan

pada kelompok responden yang mempunyai karakteristik setara dengan

Page 79: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

responden penelitian (Azwar, 2007). Uji coba dilakukan dengan mengambil

kelompok responden berjumlah 40 siswa SD kelas V sesuai dengan kriteria

yang sudah ditetapkan. Setelah skala terkumpul dan memenuhi syarat,

dilakukan skoring yang kemudian dilakukan analisis validitas dan reliabiitas

menggunakan program SPSS 16.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala

Setelah uji coba dilakukan, selanjutnya data yang diperoleh

ditabulasikan dan dianalisis untuk mengetahui validitas serta reliabilitas alat

ukur. Validitas pada skala konsep diri pada anak dapat diketahui dari 80 aitem

yang diujicobakan, diperoleh indeks korelasi aitem berkisar antar -0,005

sampai dengan 0,656. Ada 28 aitem dinyatakan tidak valid karena r hitung < r

tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 40 dengan nilai kritis 0,312.

Selanjutnya dari analisis korelasi aitem total yang telah dikoreksi,

diperoleh 52 aitem yang sahih dengan indeks korelasi aitem berkisar antara

0,332 sampai dengan 0,656. Reliabilitasi skala ditunjukkan dengan koefisien

Alpha sebesar 0,928. Dengan demikian, skala konsep diri pada anak ini

dianggap cukup andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem

yang gugur dan sahih dapat dilihat pada tabel di bawah ini ;

Page 80: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 4 Distribusi aitem sahih dan aitem gugur skala konsep diri pada anak setelah uji

coba

Aspek Konsep Diri

Indikator Perilaku Nomor Aitem yang sahih

Nomer aitem yang gugur

Aspek Fisik Kondisi dan kemampuan fisik

F 15, 29, 41, 54, 55

79

UF 8 47 Aspek Sosial a. Hubungan

interpersonal. F 33, 49, 57,

60, 69 51

UF 1 71 b. Perasaan sosial F 38, 42, 58 32

UF 77 3, 7, 11 c. Kinerja peran F 30, 48, 62,

72 63

UF 65 46 Aspek

Akademik Prestasi dan kemampuan akademik

F 5, 16, 19, 21, 24, 67

18, 23, 70,

UF 26, 53, 66 31, 45 Aspek Moral a. Tanggung jawab F 9, 17, 80 27

UF 13, 34, 61, 75, 59

b. Kesesuaian dengan norma

F 12, 35 UF 22, 25, 78 14, 56

Aspek Psikologis

a. Pikiran terhadap diri sendiri

F 36 76 UF 40 43, 64

b. Perasaan terhadap diri sendiri

F 52 2, 39 UF 50, 74 4, 6, 10, 37

c. Sikap terhadap diri sendiri

F 68 UF 20, 28, 29 44

Total 52 28

5. Penomoran Baru Alat Ukur Penelitian

Setelah dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas, maka langkah

selanjutnya adalah menyusun alat ukur untuk penelitian. Aitem yang telah

gugur tidak dipakai lagi dalam alat ukur untuk penelitian dan aitem yang sahih

disusun dengan nomer urut yang baru, kemudian digunakan lagi untuk

Page 81: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pelaksanaan penelitin. Aitem skala konsep diri pada anak setelah uji coba

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5 Distribusi aitem skala konsep diri pada anak setelah uji coba

Aspek Konsep Diri

Indikator Perilaku Nomor Aitem f %

Aspek Fisik Kondisi dan kemampuan fisik

F 7, 18, 26, 33, 34, 47

6 11,5

UF 3 Aspek Sosial a. Hubungan

interpersonal. F 20, 29, 36, 38,

45 15 28,9

UF 48 b. Perasaan sosial F 24, 27, 36

UF 50 c. Kinerja peran F 30, 31, 40, 17

UF 41 Aspek

Akademik Prestasi dan kemampuan akademik

F 4, 8, 10, 11, 14, 43

9 17,3

UF 16, 32, 4 2 Aspek Moral a. Tanggung jawab F 2, 9, 52 13 25

UF 6, 21, 39, 49, 37

b. Kesesuaian dengan norma

F 5, 22 UF 13, 15, 19

Aspek Psikologis

a. Pikiran terhadap diri sendiri

F 23 9 17,3 UF 25

b. Perasaan terhadap diri sendiri

F 28 UF 1, 30,

c. Sikap terhadap diri sendiri

F 44 UF 12, 46, 29

Total 52 100

B. Pelaksanaan Eksperimen

1. Penentuan Subjek Penelitian

Setelah memperoleh alat ukur yang cukup valid dan reliabel, peneliti

mulai memberikan alat ukur tersebut untuk diisi oleh siswa kelas V SD Negeri

1 Prambanan. Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui subjek yang memiliki

Page 82: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

tingkat konsep diri yang masuk dalam kategorisasi rendah dan sangat rendah.

Dari 40 siswa yang telah mengisi skala konsep diri pada anak, diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 6 Data hasil pengukuran

Subjek Skor Subjek Skor 1 14 21 36 2 39 22 35 3 25 23 40 4 37 24 29 5 35 25 27 6 35 26 32 7 28 27 34 8 31 28 33 9 48 29 31 10 21 30 37 11 22 31 44 12 23 32 29 13 20 33 39 14 30 34 33 15 40 35 10 16 41 36 50 17 42 37 52 18 42 38 52 19 31 39 52 20 40 40 52

Gambaran subjek dalam 6 kategorisasi, maka kategorisasi serta distribusi

skor subjek dapat dilihat seperti pada tabel berikut:

Tabel 7 Kriteria Kategori Skala Sikap Konsep Diri Pada Anak dan Distribusi Skor

Subjek

Variabel Kategorisasi Komposisi Kategori Skor Jumlah Prosentase

Konsep diri pada anak

Sangat rendah 0≤ X < 11 1 2,5% Rendah 11 ≤ X < 22 3 7,5% Sedang 22≤ X < 33 12 30% Tinggi 33 ≤ X < 44 17 42,5% Sangat tinggi 44 ≤ X < 55 7 17,5%

Page 83: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas diketahui bahwa 16 siswa yang

memiliki konsep diri yang rendah. Siswa tersebut yang selanjutnya menjadi

subjek penelitian dan mendapat perlakuan bermain peran prososial.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Sesuai dengan desain randomize pretest-posttest one group design,

penelitian ini akan melalui tiga tahapan, yaitu, pretest, perlakuan dan posttest.

Pretest merupakan tahap pengumpulan data menggunakan skala sikap konsep

diri sebelum subjek mendapat perlakuan. Untuk menghemat waktu, dalam

penelitian ini data pretest diperoleh dari data pemilihan subjek karena skala

sikap yang digunakan sama. Jadi skor 16 subjek yang masuk dalam kategori

rendah dan sangat rendah digunakan sebagai data pretest.

Setelah dua minggu berselang dari pemberian pretest, subjek

diberikan perlakuan berupa bermain peran prososial. Bermain peran prososial

ini dilakukan berdasarkan modul yang telah disusun. Dalam perlakuan ini

peneliti berperan sebagai fasilitator sekaligus pengamat dalam setiap

kelompok. Tugas peneliti sebagai fasilitator antara lain memimpin setiap

kelompok, memberikan instruksi umum, memimpin diskusi dan menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam bermain peran. Sedangkan

sebagai pengamat bertugas melakukan pengamatan selama bermain peran

berlangsung dan mencatat hasil pengamatan tersebut.

Dalam pemberian perlakuan ini subjek melalui beberapa tahapan antara

lain :

Page 84: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

a. Tahap persiapan

Subjek dibagi dalam dua kelompok. Pengelompokan ini berdasarkan

jumlah peran yanng akan dimainkan. Dalam penelitian ini jumlah peran yang

akan dimainkan adalah 8 peran, sehingga tiap kelompok terdiri dari 8 subjek.

Anggota kelompok ditentukan oleh fasilitator secara acak.

Dalam masing-masing kelompok, sebelum mulai bermain peran

fasilitator mengarahkan subjek untuk menciptakan suasana yang lebih santai

dengan melakukan ice breaking. Pada tahap ini, partisipan dan fasilitator

melakukan interaksi sehingga kondisi lebih akrab antar partisipan maupun

dengan fasilitator. Hal ini bertujuan agar partisipan dapat bermain peran

prososial dengan baik dan tidak malu-malu atau kaku.

Setelah semua partisipan terlihat mulai nyaman, fasilitator

memberikan subjek lembar instruksi umum. Semua partisipan diharuskan

membaca instruksi umum. Setelah membaca instruksi umum dan

menanyakan hal-hal yang kurang jelas pada fasilitator, subjek memilih peran

yang ingin mereka mainkan. Fasilitator membantu menentukan peran yang

dimainkan saat ada dua subjek yang menginginkan peran tersebut. Dalam hal

ini fasilitator juga meminta pendapat pada subjek lain agar peran yang

diberikan lebih tepat. Subjek yang telah mendapat peran mendapat teks

naskah sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Subjek dilarang membaca

teks naskah peran orang lain atau memberikan informasi mengenai teks

naskah peran yang dimainkan kepada subjek lain. Subjek membaca peran

yang akan dimainkan. Ketika mereka telah siap bermain peran mereka akan

Page 85: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

memberikan tanda kepada fasilitator. Subjek menempatkan diri pada posisi

yang sesuai dengan peran mereka. Fasilitator membaca panduan dan instruksi

umum di depan subjek penelitian.

b. Tahap pelaksanaan

Setiap kelompok diberikan waktu 25-30 menit. Subjek bermain peran

tanpa interupsi dari fasilitator. Dua menit sebelum waktu habis, fasilitator

akan memberikan tanda dengan memukul meja.

Selama proses bermain peran, fasilitator membawa pedoman observasi

dan mencatat reaksi dari subjek. Fasilitator akan mengamati beberapa

kemungkinan, yaitu : tidak menghiraukan peristiwa tersebut, langsung

memberikan bantuan, memberikan bantuan bersama-sama orang lain,

melaporkan pada guru, dua anak yang bersifat antagonis dapat menyadari

kesalahannya, anak yang berperan sebagai korban bisa mengatasi masalah

tersebut.

c. Tahap pengumpulan data

Setelah subjek selesai bermain peran, pengamat memperoleh hasil

pengamatan sebagai berikut :

Page 86: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 8 Hasil Pengamatan

Reaksi yang mungkin terjadi Kelompok 1

Kelompok 2

1. Tidak menghiraukan kejadian tersebut.

√ √

2. Menolong dengan membela Nana dan menasehati Ari dan Kiki.

√ √

3. Menolong dengan mengajak teman lain.

4. Melaporkan pada guru. - - 5. Tidak melakukan apapun saat

Nana dipaksa, tapi menghibur dan memberikan sebagian uang jajan kepada setelah Ari dan Kiki pergi.

Hasil : 1. Ari dan Kiki melepaskan Nana √ 2. Uang Nana tetap dirampas √

Selain tabel hasil pengamatan tersebut, pengamat juga memberikan

tambahan catatan berdasarkan laporan subjek mengenai peran yang telah

dilakukan.

Page 87: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 9 Hasil Laporan Subjek dalam Pemeranan

Peran Laporan Pemeranan Kelompok 1 Kelompok 2

Kiki Subjek sedikit merasa lebih kuat dan lebih hebat jika ada orang lain yang takut.

Subjek merasa berkuasa dan ditakuti di lingkungan di sekolah tersebut..

Ari Subjek berani jika ada teman.

Subjek senang bisa berteman dengan orang yang bekuasa.

Nana Subjek membela diri dan berusaha mempertahankan miliknya.

Berusaha mempertahankan tapi saat digertak lagi, subjek memilih diam.

Lucky Subjek tidak suka dengan Kiki dan Ari. Tapi karena tidak berani menghadapi sendiri, subjek mencari teman untuk menghentikan situasi tersebut.

Subjek tidak menghiraukan karena merasa tidak akrab dengan Nana dan tidak mau menambah masalah.

Mala Subjek menolong karena ada orang lain yang menolong, sehingga subjek berani menolong.

Subjek tidak mau menolong karena melihat orang lain tidak menolong.

Rosi Subjek tidak menolong karena merasa masih banyak orang lain yang melihat sehingga ada kemungkinan Nana akan ditolong orang lain.

Subjek merasa kasihan namun tidak berani sehingga lebih memilih untuk membantuu dengan cara yang lain.

Odi Subjek menolong Nana karena kasihan dan menganggap perbuatan Kiki dan Ari tidak baik.

Subjek segera membantu karena tidak suka perbuatan Kiki dan Ari.

Andri Subjek sebenarnya kasihan, tapi takut pada Kiki dan Ari.

Subjek segera pergi menjauh karena tidak berani dan takut jika dirinya juga dimintai uang secara paksa jika mendekat.

Page 88: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Berdasarkan kedua hasil pengumpulan data tersebut dapat

diketahui bahwa subjek telah melakukan perannya dengan baik, subjek

mampu melakukan dengan spontan. Hasil bermain peran pada kedua

kelompok berbeda. Pada kelompok pertama menunjukkan hasil masalah

dapat terselesaikan dengan cukup baik, karena situasi dimana terjadi

pemerasan tidak terjadi. Hal ini karena sebagian besar subjek melakukan

tindakan prososial yaitu menolong dan bekerjasama untuk menolong. Subjek

melakukan tersebut karena kasihan, merasa perbuatan tersebut tidak baik

maupun hanya meniru subjek lain yang juga menolong. Namun ada juga

subjek yang tidak melakukan tindakan prososial. Hal ini karena subjek

merasa masih banyak subjek lain yang bisa menolong atau karena tidak

punya keberanian yang cukup.

Sedangkan kelompok dua, hasilnya menunjukkan pemerasan tetap

terjadi. Subjek lain tidak mampu mencegah perbuatan tersebut meskipun

sudah berusaha. Ada subjek yang melakukan tindakan prososial karena

merasa tidak suka dengan perbuatan seperti itu, sedangkan ada yang memilih

melakukan tindakan prososial tapi dengan cara yang tidak terlalu merugikan

dirinya. Beberapa subjek yang tidak melakukan tindakan prososial karena

merasa kurang dekat dengan subjek yang menerima perlakuan buruk tersebut

dan tidak mau terlibat masalah orang lain.

e. Tahap diskusi.

Hasil yang diperoleh pada tahap pengumpulan data selanjutnya dapat

digunakan pada tahap diskusi. Pada tahap diskusi, pengamat menanyakan

Page 89: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

beberapa pertanyaan utama berdasarkan pedoman diskusi. Dari pertanyaan dan

jawaban selama diskusi dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek akan

menolong dengan alasan merasa kasihan. Dalam hal ini rasa kasihan merupakan

salah satu ekspresi emosi empati, dan perbuatan tersebut dapat merugikan orang

lain. Sedangkan subjek yang tidak mau menolong berpendapat bahwa subjek

tidak terlalu mengenal dan karena merasa ada orang lain yang dapat membantu.

Subjek yang akan menolong dengan bantuan orang lain jika situasi tersebut

terjadi merasa dirinya tidak mampu mengatasi masalah tersebut sendiri

sehingga membutuhkan bantuan orang lain.

Mengenai bagaimana perasaan mereka, subjek merasa kasihan terhadap

orang yang mendapat perlakuan seperti itu. Subjek akan merasa senang jika

dapat menolong namun sebagian subjek juga tidak ingin merugikan dirinya

sendiri. Bagi subjek juga ada merasa bersalah atau menyesal jika tidak

menolong.

Selain senang bisa membantu orang lain, subjek berpendapat bahwa jika

subjek dapat membantu orang lain, orang lain juga akan senang pada subjek dan

mereka akan bersikap baik pada subjek. Subjek menjadi lebih mudah

berinteraksi dan mempunyai banyak teman.

Dengan berakhirnya tahap diskusi, pengamat akan membantu subjek

untu memahami mengenai pentingnya tindakan prososial, seperti menolong,

berbagi, bekerja sama dalam hal baik dan lain-lain. Tindakan prososial juga

dapat membuat perasaan seseorang lebih baik, dan penerimaan positif dari

orang lain.

Page 90: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Ketika perlakuan berupa bermain peran dan tahapan-tahapannya selesai

dilakukan, subjek akan diminta untuk mengisi skala sikap konsep diri. Skala

yang digunakan sama dengan skala yang digunakan sebelum subjek

memperoleh perlakuan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh skor konsep diri

subjek setelah mendapat perlakuan. Skor postest ini akan digunakan untuk

membandingkan dengan skor pretest sehingga dapat diketahui pengaruh

pemberian bermain peran terhadap konsep diri sebelum dan sesudah bermain

peran. Setelah memperoleh data posttest maka dapat dilakukan analisis data

menggunakan Uji T berpasangan (paired sample T test).

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Pretest dan Posttest

Dari skala sikap konsep diri yang telah diselesaikan subjek penelitian

sebelum dan sesudah perlakuan, skornya adalah sebagai berikut :

Page 91: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 10 Hasil pretest dan posttest

No. Subjek Pretest Posttest 1 32 47 2 32 33 3 28 24 4 29 23 5 27 36 6 20 35 7 29 26 8 25 27 9 31 24 10 31 30 11 23 37 12 21 27 13 22 26 14 10 20 15 30 37 16 14 22

Dari 16 subjek penelitian, semuanya dapat mengikuti pretest, perlakuan

dan posttest sehingga tidak ada subjek penelitian yang gugur dikarenakan tidak

mengikuti salah satu tahap dalam rangkaian penelitian ini.

2. Hasil Statistik Deskriptif

Tabel 11 Tabel deskriptif statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

pretest 16 10.00 32.00 25.2500 6.52687 42.600

posttest 16 20.00 47.00 29.6250 7.25603 52.650

Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat beberapa gambaran sebagai

berikut ;

a. Nilai rata-rata konsep diri 16 subjek penelitian sebelum perlakuan sebesar

25,25, sedangkan sesudah perlakuan sebesar 29,63. Dapat disimpulkan

Page 92: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

bahwa terjadi peningkatan rata-rata pada pengukuran konsep diri pada

subjek penelitian.

b. Nilai terendah dari 16 subjek penelitian sebelum perlakuan adalah 10 dan

nilai tertingginya adalah 32, sedangkan nilai terendah setelah perlakuan

adalah 20 dan nilai tertingginya adalah 47.

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas dapat dilakukan

kategorisasi responden dengan melihat data hipotetik dan data empirik sebagai

berikut :

Tabel 12 Data Hipotetik dan Data Empirik

N

Data Hipotetik M

SD

Data Empirik M

SD Skor

min. Skor max.

Skor min.

Skor max.

Pretest 16 10 32 25,25 6,53 0 52 26,02 16,52 posttest 16 24 47 29,63 7,26 0 52 26,02 16,52

Tabel 13 Kategorisasi Subjek Penelitian

Skor Kategorisasi Subjek Rerata Empirik Frek. %

Pretest X< 28 Rendah 2 12,5 % 26,02 18≤ X < 35 Sedang 14 87,5 %

35 ≤ X Tinggi 0 0 % Posttest X< 28 Rendah 0 0 % 26,02

18≤ X < 35 Sedang 11 68,75 % 35 ≤ X Tinggi 5 31,25 %

Dari tabel kategorisasi responden tersebut konsep diri pada pretest

termasuk dalam kategori rendah sebanyak 12,5 %, sedang sebanyak 87,5 %,

tinggi sebanyak 0% sedangkan pada posttest subjek yang termasuk dalam

kategori rendah sebanyak 0 %, sedang 68,75 % dan tinggi sebanyak 31,25 %.

Page 93: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data biasanya dilakukan sebelum data diolah

berdasarkan model penelitian. Uji normalitas pada suatu data sangat

diperlukan sebelum dilakukan analisis statistik parametrik. Uji normalitas

bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan

digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam

penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dalam

penelitian ini menggunakan nilai Skewness. Nilai Skewness digunakan untuk

mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai

kemiringin kurva. Berdasarkan rasio Skewness dan Kurtosis, jika rasio

kemiringan dan Kurtosis tidak melebihi 2 maka dapat disimpulkan bahwa data

berdidstribusi normal. Rasio kemiringan merupakan perbandingan antara nilai

kemiringan dengan standar erornya. Sedangkan rasio Kurtosis merupakan

perbandingan antara nilai kurtosis dengan standar erornya.

Page 94: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 14 Uji Normalitas berdasarkan rasio Skewness dan Kurtosis

Descriptives

Statistic Std. Error

nilai Mean 27.4375 1.26279

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 24.8620 Upper Bound 30.0130

5% Trimmed Mean 27.4444 Median 27.0000 Variance 51.028 Std. Deviation 7.14340 Minimum 10.00 Maximum 47.00 Range 37.00 Interquartile Range 8.75 Skewness .130 .414

Kurtosis 1.345 .809

Berdasarkan uji normalitas menggunakan SPSS 16 diperoleh rasio

Skewness (kemiringan) = 0,130/0,414 = 0,314 dan rasio Kurtosis =

1,345/0,809 = 1,662. Kedua rasio tersebut kurang dari 2 maka dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Tabel 15 Uji Normalitas menggunakan rumus Shapiro WiIlk

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

nilai .977 32 .711

Untuk uji Shapiro Wilk diperoleh nilai sig. = 0,711. Hal ini berarti

bahwa signifikansinya lebih besar daripada 0,05. Data terdistribusi normal. Dari

output normal Q-Q Plot (terlampir), pada gambar dapat dilihat bahwa sebagian

besar titik menyebar di sekitar garis, sehingga dapat dikatakan bahwa data

berdistribusi normal. Berdasarkan output bloxpot (terlampir), pada gambar

Page 95: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

terdapat garis hitam mendatar yang merupakan tanda median. Karena garis

tersebut berada di tengah bloxpot, maka data berdistribusi normal.

4. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan salah satu uji asumsi dasar pada pengolahan

data dalam penelitian. Asumsi linieritas adalah asumsi yang akan memastikan

apakah data yang kita miliki sesuai dengan garis linier atau tidak. Asumsi ini

dapat diketahui dengan mencari nilai deviation from linearity dari uji F linier.

Tabel 16 Uji Linieritas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Between Groups

(Combined) 669.250 12 55.771 1.388 .441

Linearity 153.806 1 153.806 3.829 .145

Deviation from Linearity 515.444 11 46.859 1.167 .508

Within Groups 120.500 3 40.167 Total 789.750 15

Hasil diatas menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini bertaraf

signifikansi (p) < 0,05 sehingga data tersebut linier.

5. Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada suatu data untuk mengetahui apakah sampel yang

dalam penelitian diperoleh dari populasi homogen ataukah tidak.

Page 96: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 17 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

nilai Based on Mean .304 1 30 .586

Based on Median .131 1 30 .720

Based on Median and with adjusted df .131 1 29.683 .720

Based on trimmed mean .290 1 30 .594

Berdasarkan tabel uji homogenitas di atas menunjkkan bahwa nilai

probabilitas mean 0,589 menunjukkan nilai di atas 0,05. demikian pula taraf

signifikansi median 0,720 yang berarti bahwa data bervarian homogen.

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji T Sampel

Berpasangan (Paired-Samples T Test). Prosedur ini digunakan untuk

membandingkan rata-rata dari dua variabel dalam satu grup data. Uji ini

dilakukan terhadap dua sampel dengan subjek yang sama tetapi mengalami

perlakuan yang berbeda atau berpasangan.

Tabel 18.1 Uji Hipotesis

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest 25.1875 16 6.47270 1.61817

posttest 29.6250 16 7.29269 1.82317

Berdasarkan tabel di atas untuk subjek sebanyak 16 subjek, diperoleh

rata-rata skor konsep diri sebelum perlakuan berupa bermain peran prososial

adalah 25,19 sedangkan rata-rata skor konsep diri sesudah perlakuan berupa

bermain peran prososial adalah 29,63. Kedua rata-rata tersebut menunjukkan

perbedaan yang cukup signifikan sehingga hipotesis diterima yang berarti

Page 97: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

terdapat perbedaan pada skor konsep diri subjek antara sebelum dan sesudah

adanya perlakuan berupa bermain peran prososial.

Tabel 18.2 Uji Hipotesis

Paired Samples Test

Pair 1

pretest - posttest

Paired Differences Mean -4.43750

Std. Deviation 7.25689

Std. Error Mean 1.81422

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -8.30443

Upper -.57057

t -2.446

df 15

Sig. (2-tailed) .027

Berdasarkan tabel nilai t hitung = 2,446 > t tabel = 2,15 sehingga

hipotesis diterima. Nilai Sig (2-tailed) = 0, 027 < 0,05 = 5% sehingga hipotesis

diterima. Berarti terdapat perbedaan pada konsep diri subjek sebelum dan

sesudah bermain peran prososial.

D. Pembahasan

Berdasar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

konsep diri setelah mendapat perlakuan berupa bermain peran prososial (sig. 2-

tailed 0,027 < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bermain peran prososial

dapat meningkatkan konsep diri pada anak. Hal ini membuktikan bahwa bermain

peran prososial memiliki pengaruh positif terhadap konsep diri pada siswa kelas V

Sekolah Dasar. Skor konsep diri anak meningkat setelah perlakuan berupa

bermain peran prososial.

Page 98: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Berdasarkan pengamatan saat subjek dalam penelitian ini melakukan

bermain peran dapat diketahui bahwa beberapa anak ternyata memutuskan untuk

tidak melakukan tindakan prososial. Setelah melalui tahap diskusi diketahui

bahwa hal ini dikarenakan beberapa alasan, antara lain merasa tidak mengenal

korban secara dekat, tidak mau mengambil resiko dengan terlibat orang lain,

merasa dirinya lemah sehingga tidak mampu menolong orang lain. Namun,

sebagian besar subjek segera melakukan tindakan prososial. Setelah ditanyakan

alasannya sebagian besar subjek menolong karena empati. Tindakan lain yang

dilakukan subjek selain menolong atau mebiarkannya saja adalah melihat situasi

terlebih dahulu. Dengan kata lain, jika terdapat orang lain yang dapat membantu

maka subjek tidak akan bertindak prososial. Sebaliknya jika tidak ada orang lain

lagi yang dapat membantu maka subjek baru akan melakukan tindakan prososial

(bystander effect).

Dalam tahap diskusi ini juga dapat diketahui bahwa subjek juga telah

memahami respon dan perasaaan positif dari diri sendiri maupun orang lain pada

saat mereka melakukan perilaku prososial serta perasaan dan respon negatif jika

tidak melakukan tindakan prososial. Sebagian besar subjek menyatakan bahwa

subjek measa senang setelah melakukan tindakan prososial dan orang lain juga

akan merasa senang jika subjek melakukan tindakan prososial. Sebaliknya subjek

akan merasa bersalah jika tidak melakukan tindakan prososial.

Untuk memberikan pemahaman arti pentingnya perilaku prososial dalam

kehidupan sehari-hari, subjek diberikan penjelasan mengenai situasi yang

dihadapi masing-masing peran, mencoba merasakan apa yang dirasakan jika hal

Page 99: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

tersebut terjadi pada subjek, bagaimana seharusnya yang dilakukan jika

menghadapi hal tersebut, serta apa yang mereka rasakan jika mereka lakukan atau

tidak melakukan hal tersebut dan bagaimana respon orang lain jika kita

melakukan atau tidak melakukan hal tersebut. Dengan penjelasan tersebut

diharapkan subjek memperoleh pemahaman baru mengenai perilaku prososial

dan pengaruhnya bagi orang lain maupun diri sendiri.

Pemahaman yang telah dimiliki individu tersebut dapat mengubah

pandangan subjek mengenai lingkungan sekitar dan dirinya sendiri. Perubahan

pandangan individu terhadap dirinya sendiri diharapkan dapat semakin baik

sehingga dapat meningkatkan konsep diri subjek ke arah yang lebih positif. Centi

(1993) menyatakan bahwa konsep diri adalah gagasn tentang diri sendiri yang

berisikan mengenai bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi,

bagaimana individu merasa tentang dirinya sendiri dan bagaimana individu

menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.

Penglihatan individu atas diri sendiri disebut gambaran diri (self image). Perasaan

individu atas dirinya sendiri (self evaluation). Harapan individu atas diri sendiri

menjadi cita-cita diri (self idea).

Pengharapan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan

bertindak dalam hidup. Apabila individu berpikir bahwa dirinya mampu, maka

individu tersebut cenderung sukses, dan apabila individu tersebut berpikir bahwa

dirinya akan gagal, maka sebenarnya dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal.

Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi

setiap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku

Page 100: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

individu (Calhoun & Acocella, 1990). Menurut Willey (dalam Calhoun &

Acocella, 1990), dalam perkembangan konsep diri yang digunakan sebagai

sumber pokok informasi adalah interaksi individu dengan orang lain. Yang

dimaksud orang lain menurut Calhoun dan Acocella (1990) adalah orang tua,

kawan sebaya dan masyarakat. Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal

dan yang paling kuat yang dialami oleh individu. Informasi yang diberikan orang

tua kepada anaknya lebih menancap daripada informasi yang diberikan oleh orang

lain dan berlangsung hingga dewasa. Kawan sebaya menempati posisi kedua

setelah orang tua dalam mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur dalam

kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan individu mengenai

dirinya sendiri. Sedangkan masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang ada

pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, ras dan lain-lain. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki oleh seorang individu.

Argy (dalam Hardy & Heyes, 1988) mengatakan bahwa perkembangan

konsep diri oleh beberapa faktor antara lain :

1. Reaksi dari orang lain.

Cooley (dalam Hardy & Heyes, 1988) membuktikan bahwa dengan

mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang

diberikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri.

2. Perbandingan dengan orang lain.

Konsep diri yang dimiliki individu sangat tergantung kepada bagaimana

cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain.

3. Peranan individu.

Page 101: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Setiap individu memainkan peran yang berbeda-beda dan pada setiap

peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan

cara-cara tertentu. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan

dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap konsep diri

seseorang. Menurut Kuhn (dalam Hardy & Hayes, 1988) sejalan dengan

pertumbuhannya individu akan menggabungkan lebih banyak peran ke

dalam konsep dirinya.

4. Identifikasi terhadap orang lain.

Jika seorang anak mengagumi orang dewasa, maka anak seringkali

mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut dengan cara meniru

beberapa nilai, keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi tersebut

menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah memiliki beberapa

sifat dari yang dikagumi.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Darminto (2004) bahwa konsep diri dapat ditingkatkan melalui respon positif

serta peneriman dari orang lain melalui interaksi sosial. Respon positif dan

penerimaan dari orang lain dapat membentuk gambaran positif seorang anak

mengenai dirinya. Gambaran positif tersebut dapat meningkatkan konsep diri anak

ke arah yang lebih positif.

Pada tahap tumbuh kembang anak terjadi proses belajar yang penting.

Anak mulai belajar mengenal diri dan lingkungannya. Dalam proses belajar

tersebut, anak akan lebih mudah memahami jika apa yang akan mereka pelajari

mereka praktekan secara langsung. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang

Page 102: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

mendalam (Sadali,2006). Salah satu metode belajar yang sesuai dengan prinsip

tersebut adalah metode bermain peran. Menurut Bergen (2002) bermain peran

melibatkan aspek afektif, kognitif dan konatif individu sehingga individu tersebut

lebih mudah mengerti dan memahami apa yang mereka hadapi dalam bermain

peran tersebut dan dapat menerapkan dalam kondisi sesungguhnya. Menurut

Forrester (2000), bermain peran telah digunakan sebagai alat assesmen oleh para

peneliti sejak awal 1940an. Keduanya merupakan alat asesmen yang memiliki

teknik yang kaya dan kompleks serta telah digunakan oleh para peneliti dalam

berbagai bidang kajian.

Bermain peran merupakan teknik yang dapat diterima secara sosial yang di

dasari oleh tradisi, insting dan fenomena dalam kehidupan manusia. Hal

terpenting dalam metode ini adalah konsep bermain (Forrester, 2000). Konsep

bermain dapat dipandang sebagai mediator antara alam pra sadar dan alam bawah

sadar manusia (Freud, 1965 dalam Forrester, 2000). Bandura (1981) dalam

Forrester, 2000) juga menyatakan bahwa melalui bermain individu dapat

memahami dunia.

Menurut Vidya dan Christi (2009), perilaku prososial pada anak dapat

ditanamkan pada anak-anak menggunakkan metode yang menggunakan

reinforcement, induksi dan kombinasi antara keduanya. Reinforcement dapat

dianalogikan dengan konsekuensi positif yang diterima dari suatu perilaku

sehingga dapat meningkatkan perilaku tersebut. Induksi aalah bentuk disiplin

dimana diberikan pengertian dan alasan untuk mengubah perilaku yang salah.

Bermain merupakan salah satu metode yang menerapkan kombinasi antara

Page 103: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

keduanya. Pada tahap diskusi, subjek akan memperoleh induksi dan pada tahap

akhir pemeranan, subjek juga dapat memperoleh reinforcement dari tindakannya.

Dalam memberikan pemahaman mengenai perilaku prososial anak akan

lebih mudah jika melalui bermain peran prososial. Anak dikondisikan dalam

situasi yang secara umum membutuhkan adanya tindakan prososial. Dalam

situasi tersebut anak bebas melakukan apa saja yang mereka anggap benar sesuai

keyakinan mereka. Setelah tahap pemeranan selesai, anak diajak berdiskusi

mengenai apa yang telah dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan. Dari

tahap diskusi tersebut anak diberikan pemahaman mengenai perilaku prososial

serta akibat dan respon yang diperoleh jika mereka melakukan tindakan

prososial.

Merujuk hasil penelitian tersebut, maka dengan melakukan bermain peran

prososial anak akan lebih memahami tentang perilaku prososial dan respon-respon

positif dari orang lain yang dapat dirasakan. Anak menjadi lebih mengerti

bagaimana sikap-sikap yang harus dilakukannya agar mendapat penerimaan sosial

dan respon positif dari orang lain. Hal ini dapat membuat anak merasa dirinya

berharga dan berguna, sehingga dapat mengembangkan penilaian positif terhadap

dirinya sendiri. Maka konsep diri anak dapat meningkat.

Page 104: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh bermain peran prososial terhadap

peningkatan konsep diri pada anak dapat disimpulkan :

1. Bermain peran prososial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

konsep diri pada anak. Angka hasil perbedaan pretest-posttest sebesar

0.027 pada taraf signifikansi (p) 0,05, nilai sig. 0,027 < 0,05 (t hitung =

2,446 > t tabel = 2,15). Hal ini menunjukkan bahwa nilai konsep diri

mengalami peningkatan setelah subjek diberi perlakuan berupa bermain

peran prososial.

2. Peningkatkan konsep diri pada anak dapat dilihat dari skor rata-rata konsep

diri sebelum dan sesudah perlakuan yang juga mengalami peningkatan.

Skor rata-rata konsep diri sebelum perlakuan adalah 25, 25 sedangkan skor

rata-rata sesudah perlakuan adalah 29,63. skor mengalami peningkatan

sebesar 4,38.

3. Peningkatan konsep diri pada anak juga dapat dilihat dari skor tertinggi

dan skor terendah yang mengalami peningkatan. Nilai terendah dari 16

subjek penelitian sebelum perlakuan adalah 10 dan nilai tertingginya

adalah 32, sedangkan nilai terendah setelah perlakuan adalah 20 dan nilai

tertingginya adalah 47.

Page 105: pengaruh bermain peran prososial terhadap peningkatan konsep ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi orang tua dan pendidik, perlu meningkatkan konsep diri anak. Hal ini

dikarenakan konsep diri memiliki peranan yang sangat penting dalam

perkembangan anak. Salah satu cara meningkatkan konsep diri dapat

dilakukan dengan bermain peran prososial. Memberikan pemahaman

terhadap anak tentang perilaku yang dapat diterima di masyarakat, akan

membantu anak mampu menilai dirinya secara lebih positif.

2. Bagi peneliti lain, dapat disarankan agar lebih banyak lagi dilakukan

penelitian mengenai pengaruh antara bermain peran prososial terhadap

peningkatan konsep diri pada anak. Penelitian ini masih dirasa kurang

dikarenakan jumlah subjek yang relatif sedikit dan waktu penelitian yang

relatif singkat.