Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa...

166
Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : Widya Umami 1111101000091 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa...

Page 1: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik

Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh :

Widya Umami

1111101000091

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency
Page 3: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, September 2015

Widya Umami, NIM : 1111101000091

Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap

Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

xvii + 154 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 4 lampiran

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Kunci untuk menyelenggarakan

pendidikan adalah proses kegiatan belajar. Puncak kegiatan proses belajar disebut

sebagai prestasi belajar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada

kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat didapatkan bahwa prestasi

belajar siswa masih kurang baik sebab masih ada siswa yang memiliki nilai

dibawah rata-rata kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar,

IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015 dengan menggunakan desain

studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 anak yang

diambil secara acak. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan

menggunakan kuesioner, lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ),

timbangan digital¸ microtoice, serta data sekunder dari nilai rapor dan arsip

sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk mendeskripsikan masing-masing

variabel, bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar siswa

kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tidak baik, yaitu sebanyak

64 siswa (80%). Berdasarkan hasil bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan

antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

jenis kelamin, dan uang saku dengan prestasi belajar. Sedangkan terdapat

hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua,

dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah

dengan prestasi belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu

sebaiknya pihak sekolah memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin serta

mengadakan program mengonsumsi sayur dan buah setiap pekannya agar gizi

siswa semakin terpenuhi.

Kata kunci: prestasi belajar, pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua,

konsumsi makanan

Daftar bacaan: 148 (1990-2015)

Page 4: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

iii

JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, September 2015

Widya Umami, NIM: 1111101000091

Relations Pattern of Parenting, IMT/U, and Student Characteristics of the

Learning Achievement in Class V and VI Students of Islamic Elementary

School 1 Ciputat 2015

xvi + 154 pages + 28 table + 2 charts + 4 attachments

ABSTRACT

Education is one of the most important factors in improving the quality of

human resources in a nation. The key to implement the education is processes of

learning activity. The culmination of the process learning activity is called as a

learning achievement. Based on preliminary studies which have conducted in

class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat found that student learning

achievement is not too good because there are some students who have grades

below the average of class.

This study aims to determine relations pattern of parenting, IMT/U, and

student characteristics of the learning achievement in class V and VI students of

Islamic Elementary School I Ciputat 2015 using cross sectional study

design.Number of samples in this study were 80 children were taken randomly.

The research data obtained from primary data using questionnaires, Food

Frequency Questionnaire (FFQ), digital weigher, microtoise, and secondary data

from report grades and school records. Data was analyzed by univariate to

describe each variable, bivariate with chi square test.

The results showed that the majority of learning achievement of students

in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat is not good, that is 64

students (80%). Based on the results of the bivariate,there is no significant

relationship between students' perception of school facilities, mother education,

mother occupation, gender, and pocket money with learning achievement.

However, there is a significant relationship between the pattern of parenting,

nutritional status, parents income, and consumption of meal with student learning

achievement.

From the results which are obtained, the advice could be given, that is the

school should has attention to the nutritional status of students by holding

weighing and height measurements regularly and conduct programs to consume

fruits and vegetables every weekso that the student nutritions can be more

fulfilled.

Keywords: learning achievement, pattern of parenting, IMT/U, parents income,

consumption of meal

References: 148 (1990-2015)

Page 5: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

iv

Page 6: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

v

Page 7: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

vi

Page 8: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Widya Umami

NIM : 1111101000091

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 31 Mei 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Asri 11 Blok K No.8 RT 04 RW 029 TBA

Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu

Bekasi Timur

Telepon : 087809042341

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN

1997-1999 : TK As-Salam

1999-2005 : SDN Margahayu VII

2005-2008 : SMPN 2 Bekasi

2008-2011 : Madrasah Aliyah Negeri 2 Bekasi

2011-sekarang : Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 9: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan

karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan

judul “Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap

Prestasi Belajar pada SiswaKelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat

Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis tidak

lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan serta kakak-kakak

(Fika dan Elsa) yang selalu memberikan semangat bagi penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Arif Sumantri SKM., M. Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM,M.Kes,Ph.D, selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing I dalam

penyusunan skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M. MA selaku pembimbing II yang telah

sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi

ini.

Page 10: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

ix

6. Kepala sekolah Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat yang telah

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Madarasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat, serta para guru dan staf yang ikut membantu

demi kelancaran penelitian.

7. Teman-teman Peminatan Gizi khususnya angkatan 2011 yang selalu

memberikan semangat bagi penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan

dan kekurangan dari segi isi maupun bahasanya. Semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak serta kritik dan saran diperlukan untuk

kesempurnaan proposal penelitian ini.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Page 11: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................... Error! Bookmark not defined.

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

I. Tujuan Umum ..................................................................................... 8

II. Tujuan Khusus .................................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

I. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................. 10

II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat ..................................... 10

III. Bagi Orangtua Siswa ........................................................................ 11

1.6 Ruang Lingkup ................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12

2.1 Prestasi Belajar ................................................................................. 12

2.1.1 Definisi Prestasi Belajar .................................................................... 12

2.1.2 Jenis – jenis Belajar .......................................................................... 13

2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar ....................................... 15

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar .............. 19

2.2.1 Faktor Internal ................................................................................... 19

2.2.1.1 Motivasi ............................................................................................ 19

2.2.1.2 Kesiapan ............................................................................................ 21

2.2.1.3 Karakteristik Siswa ........................................................................... 22

a. Usia Anak ......................................................................................... 22

b. Jenis kelamin ..................................................................................... 24

c. Uang saku ......................................................................................... 24

2.2.1.4 IMT/U ............................................................................................... 25

2.2.1.5 Intelegensi ......................................................................................... 27

Page 12: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xi

2.2.2 Faktor Eksternal ................................................................................ 29

2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua ................................................................... 29

a. Pendidikan Ibu .................................................................................. 29

b. Pekerjaan Ibu .................................................................................... 31

c. Pendapatan Orang Tua ...................................................................... 32

2.2.2.2 Pola Asuh Belajar ............................................................................. 33

2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah........................................ 35

2.2.2.4 Konsumsi Makanan .......................................................................... 36

a. Kelompok Makanan Sumber Karbohidrat .......................................... 38

b. Makanan Hewani................................................................................. 38

c. Makanan Nabati .................................................................................. 41

d. Sayur.................................................................................................... 42

e. Buah .................................................................................................... 43

2.3 Kerangka Teori ................................................................................. 45

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS .......................................................................................................... 47

3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 47

3.2 Hipotesis ........................................................................................... 52

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 53

2.1 Desain Penelitian .............................................................................. 53

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 53

2.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 53

2.3.1 Populasi ............................................................................................. 53

2.3.2 Sampel .............................................................................................. 54

2.3.3 Besar Sampel .................................................................................... 54

2.3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 55

2.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 56

2.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 57

2.5.1 Jenis Data .......................................................................................... 57

2.5.2 Alur Pengumpulan Data .................................................................... 57

2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar ................................................................... 57

2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar ............................................................... 57

2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar ......................... 58

2.5.2.4 Variabel IMT/U ................................................................................ 59

2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu ................................................................... 59

2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu ...................................................................... 60

Page 13: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xii

2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua ....................................................... 60

2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin ..................................................................... 60

2.5.2.9 Variabel Uang Saku .......................................................................... 60

2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan ............................................................ 61

2.6 Manajemen Data ............................................................................... 61

1. Editing Data ........................................................................................ 61

2. Coding Data ........................................................................................ 61

3. Data Structure and Data File.............................................................. 63

4. Entry Data ........................................................................................... 63

5. Cleaning Data ..................................................................................... 63

2.7 Analisis Data ..................................................................................... 63

BAB V HASIL ...................................................................................................... 65

5.1 Analisis Univariat ............................................................................. 65

5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar ................................................................. 65

5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar ............................................................. 66

5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar ........................ 67

5.1.4 Distribusi IMT/U .............................................................................. 67

5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu ................................................................. 68

5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu .................................................................... 68

5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua ....................................................... 69

5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin ................................................................... 69

5.1.9 Distribusi Uang Saku ........................................................................ 70

5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan .......................................................... 70

5.2 Analisis Bivariat ............................................................................... 73

5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ..................... 73

5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi

Belajar ............................................................................................... 74

5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ....................................... 75

5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar .......................... 75

5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................ 76

5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................ 77

5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar ........................... 77

5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ................................. 78

5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi

Belajar ............................................................................................... 78

5.2.10 Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar ..... 79

Page 14: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xiii

5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar ...... 80

5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar ........................ 80

5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar ......................... 81

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 82

6.1 Keterbatasan Peneliti ........................................................................ 82

6.2 Prestasi Belajar ................................................................................. 82

6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa

terhadap Prestasi Belajar ................................................................... 85

6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ..................... 85

6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi

Belajar ............................................................................................... 89

6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ....................................... 91

6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar .......................... 94

6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................ 96

6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................ 97

6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar ............................ 99

6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ............................... 100

6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar ................ 102

6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat ....................................... 103

6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani ........................................................... 105

6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati ............................................................. 106

6.3.9.4 Konsumsi Sayur .............................................................................. 107

6.3.9.5 Konsumsi Buah ............................................................................... 108

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 110

7.1 Simpulan ......................................................................................... 110

7.2 Saran .............................................................................................

Daftar Pustaka .................................................................................................... 114

Page 15: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 49

Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 66

Tabel 5.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 67

Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 67

Tabel 5.4 Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015 ................................................................................... 68

Tabel 5.5 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 68

Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 69

Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 69

Tabel 5.8 DistribusiJenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 70

Tabel 5.9 Distribusi Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 70

Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 71

Tabel 5.11Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 71

Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 72

Tabel 5.13Distribusi Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 72

Tabel 5.14Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 73

Tabel 5.15Distribusi Prestasi Belajar menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V

dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................... 73

Page 16: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xv

Tabel 5.16Distribusi Prestasi Belajar menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas

Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun

2015 ........................................................................................................... 74

Tabel 5.17Distribusi Prestasi Belajar menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 75

Tabel 5.18Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 75

Tabel 5.19Distribusi Prestasi Belajar menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 76

Tabel 5.20Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas

V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................. 77

Tabel 5.21Distribusi Prestasi Belajar menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 77

Tabel 5.22Distribusi Prestasi Belajar menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 78

Tabel 5.23Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Sumber

Karbohidrat Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015 ................................................................................... 78

Tabel 5.24Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa

Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........ 79

Tabel 5.25Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa

Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........ 80

Tabel 5.26DistribusiPrestasi Belajar menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 80

Tabel 5.27Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 81

Page 17: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik

Siswa terhadap Prestasi Belajar .......................................................................... 46

2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik

Siswa terhadap Prestasi Belajar .......................................................................... 48

Page 18: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Hasil Analisis SPSS

2. Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

3. Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

4. Lampiran 4 : Daftar Siswa

Page 19: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat pada aspek

pendidikan, seperti yang dikatakan Ali (2009) bahwa upaya menuju bangsa

Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi tidak dapat dilepaskan

keterkaitannya dengan program pendidikan. Program pendidikan yang dapat

menghasilkan sumber daya manusia pembangunan harus diagendakan

secara tepat dan menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional.

Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi muda yang

berkualitas pula. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas perlu

diberikan pendidikan khususnya pendidikan formal yaitu ditingkat sekolah

dasar. Sekolah dasar dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar,

yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan

dasar atau landasan pendidikan yang paling utama serta sebagai persiapan

anak untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya.

Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk

Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa

Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial). Keberhasilan mutu pendidikan dilihat dari naik atau

tidaknya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar

yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan

yang telah ditetapkan (Olivia, 2011). Ada dua cara melakukan penilaian

Page 20: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

2

prestasi belajar, penilaian acuan norma (PAN) yaitu pendekatan penilaian

yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya

dan penilaian acuan patokan (PAP) yaitu penilaian yang membandingkan

hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan. Ridwan

(2008) mengatakan prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang

dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang

diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Namun, prestasi belajar anak Sekolah Dasar dapat dikatakan masih

rendah. Data dari Kementerian Pendidikan tahun ajaran 2011/2012 tentang

prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar di 33 Provinsi se-Indonesia,

tercatat ada 824.635 siswa yang mengulang yakni sebanyak 767.134 siswa

yang berasal dari sekolah negeri dan 57.501 siswa yang berasal dari sekolah

swasta. Dengan kata lain, jumlah siswa sekolah negeri yang mengulang

lebih banyak daripada siswa dari sekolah swasta. Sedangkan, Provinsi

Banten berada pada peringkat ke sembilan dari 33 Provinsi yang ada di

Indonesia dengan jumlah siswa yang mengulang sebanyak 29.802 siswa.

Keberhasilan prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.Faktor-faktor internal antara

lainmotivasi,kesiapan, intelegensi, dan lain sebagainya. Faktor ekternal atau

faktor yang berasal dari luar diri antara lain pola asuh belajar, keadaan

ekonomi keluarga, fasilitas belajar, dan lain-lain (Slameto, 2013).Selain itu,

Maulanaputri (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan prestasi belajar antara lain karakteristik orang tua (pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan), karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang

Page 21: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

3

saku, dan status gizi), serta konsumsi makanan. Berdasarkan uraian tersebut,

maka diharapkan bagi para orang tua untuk memperhatikan berbagai faktor

tersebut agar mencapai prestasi belajar yang optimal.

Jadi, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan prestasi belajar

yaitu status gizi. Status gizi dapat berhubungan dengan prestasi belajar

karena status gizi dapat berhubungan dengan konsentrasi belajar anak.

Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan

kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga

seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang

lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan

berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap

pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik (Khomsan, 2004).

Keadaan status gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia cukup

memperihatinkan. Data status gizi menurut IMT/U pada anak usia 6-12

tahun menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kekurusan sebesar

12,2 % terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6 % kurus. Prevalensi

kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Sulawesi Utara yaitu 7,5 % dan

paling tinggi di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,2 % (Kemenkes,

2010).Data Riskesdas menunjukkan bahwa terdapat anak usia sekolah dasar

yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas

prevalensi nasional (7,6%) salah satunya berada di wilayah provinsi Banten

yaitu sebesar 9,5%. Selain itu, penelitian Anzarkusuma dkk (2014)

menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Rajeg

Page 22: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

4

Kabupaten Tangerang menurut IMT/U sebanyak 11,3% anak tergolong

sangat kurus dan 6,5% termasuk kurus.

Status gizi baik dapat dipenuhi dengan cara mencukupi asupan

makanan baik makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan

nabati, sayur dan buah, dan lain-lain. Kementerian Kesehatan (2014)

mengatakan bahwa penyebab langsung terjadinya kasus gizi kurang dan gizi

buruk salah satunya adalah kurangnya konsumsi makanan. Namun pada

kenyataannya konsumsi makanan di Indonesia masih rendah. Pada tahun

2009, konsumsi energi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005.

Konsumsi energi masyarakat Indonesia masih di bawah anjuran sekitar 96,4

persen (Ariani, 2010). Kualitas protein dari makanan hewani rata-rata hanya

sekitar 25 persen. Idealnya, pangsa protein hewani minimal 50 persen dari

total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya manusia yang

baik dan mampu bersaing di era globalisasi (Rachman dkk, 2008). Menurut

Riskedas (2010), prevalensi penduduk di Provinsi Banten yang

mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) berdasarkan

AKG sebesar 34,2% sedangkan konsumsi protein di bawah minimal (<80%)

sebesar 31,6%. Selain itu, prevalensi anak usia 7-12 tahun yang

mengonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal masing-

masing 37,7% dan 28,4%.

Data dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten (2013) menunjukkan

bahwa rata-rata hasil Ujian Nasional siswa sekolah dasar Kota Tangerang

Selatan berada pada peringkat ketiga dari delapan Kabupaten/Kota se

Provinsi Banten. Depag (2005) dalam Abdurrahim (2011) menyatakan

Page 23: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

5

bahwa secara nasional hasil belajar siswa Madrasah lebih rendah dari

sekolah umum. Merujuk data dari Kemendikbud (2011) dan pernyataan

Depag (2005) yang menunjukkan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa

sekolah negeri dan swasta, maka peneliti melakukan studi pendahuluan di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al

Syukro Universal.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari

tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa

prestasi belajar siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat

masih kurang. Pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di

bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,

42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan

untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas

yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika,

47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Berbeda dengan gambaran prestasi

belajar di sekolah lain yakni Sekolah Dasar Islam Al Syukro,persentase

siswa kelas V yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelaspada mata

pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS masing-masing

sebesar39%, 39%, 42%, dan 42% dan untuk kelas VI masing-masing

sebesar 39%, 56%, 26%, dan 34%.

Dari studi pendahuluan tersebut, dapat diperoleh prestasi belajar

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang sehingga dapat

dikatakan sebagai suatu masalah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul hubungan pola asuh belajar, IMT/U,

Page 24: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

6

dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. Prestasi belajar yang

kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat lebih banyak

dibandingkan dengan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro

Universal.Oleh karena itu, peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri I

Ciputat sebagai lokasi penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar masih kurang, hal ini dapat

dilihat dari data nasional yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang

mengulang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui

bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I

Ciputat masih kurang, pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki

nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS.

Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah

rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59%

untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Keberhasilan

prestasi belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan

pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar

pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun

2015”.

Page 25: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

7

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

2. Bagaimana distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?

3. Bagaimana distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah kelas V

dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?

4. Bagaimana distribusi IMT/U siswa kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

5. Bagaimana distribusi karakteristik orangtuasiswa (pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

6. Bagaimana distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang

saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun

2015?

7. Bagaimana distribusi konsumsi makanansiswa (makanansumber

karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)kelas

V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

8. Apakah ada hubungan antara pola asuh belajar dengan prestasi belajar

pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015?

9. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah

dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri I Ciputat tahun 2015?

Page 26: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

8

10. Apakah ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada

siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015?

11. Apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua siswa

(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan

prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri

I Ciputat tahun 2015?

12. Apakah ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang

saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

13. Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan siswa

(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,

sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?

1.4 Tujuan Penelitian

I. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola

asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi

belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I

Ciputat tahun 2015.

II. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

Page 27: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

9

2. Diketahuinya distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

3. Diketahuinya distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolahkelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

4. Diketahuinya distribusi IMT/Usiswa kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

5. Diketahuinya distribusi karakteristik orangtua siswa (pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

6. Diketahuinya distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang

saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

7. Diketahuinya distribusi konsumsi makanan siswa (makanansumber

karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)

kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

8. Diketahuinya hubungan pola asuh belajar siswa dengan prestasi

belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I

Ciputat tahun 2015.

9. Diketahuinya hubungan persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolahdengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

Page 28: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

10

10. Diketahuinya hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada

siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

11. Diketahuinya hubungan antara karakteristik orangtua siswa

(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan

prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri I Ciputat tahun 2015.

12. Diketahuinya hubungan karakteristik siswa (jenis kelamin, uang

saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

13. Diketahuinya hubungan antara konsumsi makanansiswa

(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,

sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

I. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah wawasan terkait hubungan pola asuh belajar,

IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada

siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun

2015 serta sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat

Diperolehnya informasi tentang prestasi belajar dan hubungan

pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi

Page 29: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

11

belajar serta dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya.

III. Bagi Orangtua Siswa

Dapat memberikan informasi kepada para orang tua agar lebih

memperhatikan prestasi belajar anak dengan memberikan asupan

makan gizi seimbangkarena kebutuhan gizi siswa semakin terpenuhi.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar,

IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V

dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015. Variabel dependen

penelitian ini adalah prestasi belajar sedangkan variabel independennya

yaitu pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitassekolah, IMT/U,

karakteristik orangtua, karakteristik siswa, konsumsi makanansumber

karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. Penelitian dilakukan di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada bulan Januari sampai dengan

Agustustahun 2015. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa sekolah

dasar kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alat ukur

pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner,Food Frequency

Questionnaire (FFQ) kualitatif, timbangan digital dan mikrotoiceuntuk

menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan. Penelitian ini

dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross

sectional study dengan uji analisis yaitu uji chi square.

Page 30: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

12

Page 31: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Definisi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2013), belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian

pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan

tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang

diharapkan dari siswa (Hawadi, 2001).

Sedangkan menurut Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil

belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap

tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).

Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah

dengan melakukan tes prestasi belajar, dari tes tersebut akan didapatkan

nilai yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok nilai, antara lain

(Sundari, 2008) :

1. Rendah, jika nilai 0-5

2. Sedang, jika nilai 6-7

3. Tinggi, jika nilai 8-10

Page 32: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

13

2.1.2 Jenis – jenis Belajar

Menurut Slameto (2013), belajar dibedakan ke dalam beberapa jenis

antara lain :

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan

pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya

mempelajarisajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain

silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran

menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai

lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau

belajar global.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan

pola-pola tinglah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku

yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.

c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih

beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai

pedoman dalam bertingkah laku.

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran pada jenis belajar ini dipelajari secara keseluruhan

berulang sampai pelajar menguasainya,

e. Belajar insidental (incidental learning)

Page 33: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

14

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada

individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut

insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada

individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah

siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur

dengan jalan memberikan penguat (reinforcement)atas dasar tingkat-

tingkat kebutuhan.

g. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.

h. Belajar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat

tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Dalam

penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu

dalam bentuk belajar insidental.

i. Belajar mental (mental learning)

Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata

terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada

bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas

terlihat pada tugas-tugas sifatnya motoris. Ada yang mengartikan

Page 34: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

15

belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari

tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain

dan lain-lain.

j. Belajar produktif (productive learning)

R. berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar

dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur

kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi

ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu

mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi ke

situasi yang lain.

k. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui

latihan dan ingatan.

2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar

Pengukuran adalah prosedur penetapan angka-angka dengan cara yang

sistematik untuk menyatakan karakteristik atau atribut individu.

Karakteristik atau atribut ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi,

yaitu kemampuan mengendalikan emosi yang ikut menentukan kesuksesan

seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (Rasyid dkk, 2009).

Cara paling baik untuk mengukur prestasi anak adalah dengan

membandingkan prestasi anak saat ini dengan prestasi sebelumnya. Dengan

demikian, anak bisa melihat kemajuan yang dicapai. Dalam hal ini anak

Page 35: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

16

berkompetisi dengan dirinya sendiri. Dalam upaya mencapai prestasi yang

lebih baik dimasa depan, anak belajar menetapkan target pribadi dan

tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai target itu (Gunawan, 2005).

Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi salah satunya dengan cara

melakukan penilaian. Seperti yang diungkapkan oleh Rasyid dkk (2009),

bahwa evaluasi merupakan suatu proses penetapan nilai tentang kinerja dan

hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penilaian.

Sedangkan penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang

digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran

yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses

penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar

siswa. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa

dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri(Djaali, H & Pudji,

2008).

Ada 2 jenis penilaian belajar yang dapat digunakan yaitu Penilaian

Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Arikunto (1992)

dalam Fathur (2004):

1. PAN (Penilaian Acuan Norma)

PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa

terhadap hasil dalam kelompoknya. Patokan pembanding diambil dari

kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung,

yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian

ataupun patokan yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran kelompok. PAN

pada dasarmya mempergunakan kurve normal dan hasil-hasil

Page 36: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

17

perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan

mengikutsertakan hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang

ada di dalam kurve normal yang dipakai untuk membandingkan atau

menfsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa ialah angka rata-

rata (mean) dan angkasimpangan baku (standard deviation), patokan ini

bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau ke bawah sesuai dengan besarnya

dua kenyataan yang diperoleh di dalam kurve itu. Dengan kata lain, patokan

itu dapat berubah-ubah dari kurve normal yang satu ke kurve normal yang

lain.

Jika nilai siswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan

menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi

bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada

umumnya merosot, patokannya bergeser ke bawah (diturunkan). Dengan

denikian, angka yang sama pada kurve yang berbeda akan mempunyai arti

berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua

kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai

yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan

mempunyai arti umum yang berbeda pula.

Rumus yang digunakan pada Penilaian Acuan Norma (PAN) yakni

sebagai berikut Livingstone and Zeiky (1982):

Membuat rata-rata (mean):

Page 37: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

18

Membuat simpangan baku:

Hasil penilaian berupa kurva normal:

Nilai Skor

A Lebih besar sama dengan dari (skor rata-rata + 1,5 simpangan baku

B (Skor rata-rata + 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 1,5

simpangan baku)

C (Skor rata-rata - 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 0,5

simpangan baku)

D (Skor rata-rata - 1,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata - 0,5

simpangan baku)

E Lebih kecil sama dengan (skor rata-rata – 1,5 simpangan baku)

2. PAP (Penilaian Acuan Patokan)

PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil

belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum penilaian dilakukan terlebih

dahulu harus dipakai patokan yang akan dipakai untuk membandingkan

angka-angka hasil pengukuran sehingga hasil penilaian mempunyai arti

tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari di dalam sekelompok

hasil penilaian sebagaimana yang dilakukan pada PAN. Patokan yang telah

disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut Tingkat Penguasaan

Minimum. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ini

dinilai lulus dan bagi yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan

belajarnya sehingga mencapai batas lulus itu. Kekurangan dalam

penggunaan PAP adalah sulitnya menetapkan patoka yang benar-benar

tuntas.

Page 38: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

19

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar dibagi

menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara

lain motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, dan uang

saku), IMT/U, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal yaitu

karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua),

pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, dan konsumsi

makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah.

2.2.1 Faktor Internal

2.2.1.1 Motivasi

Motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Motivasi

adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau

kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Irianto,

2005). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau apa motif yang

dimiliki siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan

melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif dapat

ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-

latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipngaruhi oleh

keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat

sangat perlu di dalam belajar dan di dalam membentuk motif yang kuat

tersebut dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-

kebiasaan serta pengaruh lingkungan yang kuat (Slameto, 2013).

Page 39: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

20

Motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu eksternal

dan internal. Motivasi ekternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri.

Sedangkan, motivasi internal adalah motivasi dari dalam diri sendiri

(Irianto, 2005). Menurut Habsari (2005), motivasi dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu :

1. Motivasi intrinsik, yaitu bentuk dorongan belajar yang datangnya dari

dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi

intrinsik umumnya terkait dengan adanya bakat dan faktor intelegensi

dalam diri siswa. Anak yang berbakat dibidang matematika akan

mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini tanpa

perlu dimotivasi orang lain.meski dorongan ini berasal dari dalam diri

anak tetapi setiap anak memiliki kualitas dorongan yang berbeda.

Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan intelegensi yang berbeda.

2. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar

diri seseorang. Misal, anak belajar dengan tekun karena hadiah yang

dijanjikan orang tua. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan

belajar untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat,

pujian dan nasehat guru, orang tua, saudara dan orang yang dicintai.

Siswa membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam menghadapi

setiap tugas sebagai pelajar. Motivasi belajar berpengaruh pada tingkat

keberhasilan (Habsari, 2005). Berdasarkan penelitian Hamdu dan Lisa

(2011) yang dilakukan di empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara

Kecamatan Tawang Tasikmalaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan

motivasi belajar dengan prestasi belajar. Uji hipotesis diperoleh besarnya

Page 40: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

21

koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf

signifikan 1%. Besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600-0,800

dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi.

Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun, dan

memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi

dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam

upaya pembelajaran di sekolah.

2.2.1.2 Kesiapan

Kesiapan fisik dan mental penting untuk belajar. Kesiapan fisik

dihubungkan dengan tingkat perkembangan dan status kesehatan fisik,

sedangkan kesiapan mental mengacu pada kemampuan kognitif untuk

memahami, mengasimilasi, dan menerapkan (Yuningsih dan Yasmin, 2009).

Persiapan mental berkaitan dengan sikap psikis dan emosi. Mental siswa

yang terganggu seperti pertentangan yang dialami dalam diri, situasi

kekecewaan, frustasi, kesedihan yang dirasakan akan berdampak buruk

terhadap hasil belajar siswa (Krishnawati dan Yeni, 2010).Menurut Slameto

(2013), kesiapan fisik dan mental perlu diperhatikan dalam proses belajar

karena jika siswa sudah memiliki kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih

baik.

Kesiapan mental yakni bagaimana pandangan siswa terhadap mata

pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran

tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh siswa melalui orang tua, guru,

Page 41: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

22

ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan siswa untuk

memperhatikan pelajaran matematika saja, maka akan membuat anak pada

akhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng) pelajaran

lainnya (Sumiatin dkk, 2010). Menurut penelitian Darso (2010), dapat

diketahui bahwa ada pengaruh antara kesiapan mental belajar siswa

terhadap prestasi belajar. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu koefisien

untuk variabel kesiapan belajar siswa memiliki hubungan yang erat pada

taraf signifikansi α = 0,05.

2.2.1.3 Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain

yaitu usia anak, jenis kelamin, dan uang saku. Berikut penjelasan dari

masing-masing karakteristik tersebut.

a. Usia Anak

Ada dua pengertian mengenai usia yaitu usia kronologis dan usia

biologis. Usia kronologis adalah usia menurut kalender, sedangkan usia

biologis ditentukan oleh kondisi otak (IKAPI, 2008). Sesuai ketentuan

badan kesehatan dunia (WHO), batasan usia anak sekolah adalah 6 sampai

12 tahun. Pada usia tersebut, anak sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang cukup penting. Effendy (1997), membagi anak usia

sekolah menjadi tiga kelompok, yakni :

1. Pra remaja (usia 7-12 tahun)

2. Remaja (13-21 tahun)

3. Dewasa muda (19-21 tahun)

Page 42: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

23

Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut, pada usia

tersebut anak sangat memerlukan kecukupan gizi (Muaris, 2010). Hal ini

disebabkan di usia ini aktivitas anak semakin meningkat sehingga seringkali

anak mengalami kurang gizi.

Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah

ketidakcukupan konsumsi makanan dan hal tersebut biasanya disebabkan

oleh dua hal. Pertama, anak melupakan waktu makan selama di sekolah

maupun setelah berada di rumah. Kedua, biasanya anak sekolah seringkali

mengonsumsi makanan berupa jajanan yang secara gizi umumnya

berkualitas rendah. Jika kondisi ini tidak segera ditanggulangi akan

berdampak pada penurunan prestasi belajar anak (Nadesul, 2007).

Dalam hal belajar, anak usia sekolah adalah orang-orang yang tekun.

Mereka berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan mereka, baik

di dalam maupun di luar kelas. Orang tua dapat membantu anak usia

sekolah dengan memberi dukungan dan dorongan dalam tugas sekolah

mereka. Lewat prestasi mereka, anak-anak usia sekolah mengembangkan

rasa percaya diri yang sehat (Lighter, 1999).

Usia anak dapat mempengaruhi prestasi anak, dimana usia anak

terutama usia 6-8 tahun masih dalam tahap pengenalan tentang proses

belajar dan ia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya.

Anak usia 6-8 tahun masih suka bermain, namun ia menghendaki prestasi

yang baik. Pada usia ini anak biasanya lebih mengandalkan intelegensinya,

dimana intelegensi juga mempengaruhi prestasi belajar. Usia anak sangat

berperan dalam kematangan dan pembentukan intelegensi. Semakin

Page 43: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

24

bertambahnya usia anak intelegensinya akan semakin matang (Maghfuroh,

2014).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis

seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan

wanita, misalnya struktur genetik, (kromosom seks), hormon seks, organ

kelamin interna dan genitalia eksterna (Henderson dan Kathleen, 2001).

Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda ini dapat dilihat dari identitas

jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam

tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh

sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan

kapasitas intelektual masing-masing (Ekawati dan Shinta, 2011).

Menurut Bastable (2002), mengemukakan bahwa anak perempuan

memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di

tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena kinerja skolastik anak

perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi dibandingkan dengan kinerja

anak laki-laki.

c. Uang saku

Orang tua yang memberikan uang saku pada anak biasanya bertujuan

agar anak belajar bagaimana mengelola uang misalnya dengan menabung.

Namun, seringkali anak menghabiskan uang sakunya dengan membeli

jajanan makanan yang tinggi glukosa tetapi rendah nilai gizinya. Graha

(2007) mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi jajanan makanan seperti

Page 44: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

25

permen dan makanan manis lainnya yang mengandung banyak glukosa

buatan akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar.

Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya

yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan

olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia

berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan

mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut

Utomo (2005), siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi

karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang,

atau malah tak bergizi sama sekali.

Berdasarkan penelitian Astuti (2012), dapat diketahui bahwa

penggunaan uang saku berpengaruh positif baik secara simultan maupun

parsial terhadap prestasi belajar. Umardami (2011) mengkategorikan tiga

kategori uang saku anak sekolah antara lain rendah (< Rp 2.000), sedang (

Rp 2.000-Rp 5.000), dan tinggi (> Rp5.000).

2.2.1.4 IMT/U

IMT/U adalah salah satu indeks antropometri untuk menilai status gizi

secara langsung pada anak usia 5-18 tahun. Kemenkes (2010) membagi

IMT/U menjadi lima kategori, antara lain :

Page 45: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

26

Tabel 2.1

Status Gizi Berdasarkan IMT/U

Kategori IMT/U

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD s/d -2 SD

Normal -2 SD s/d 1 SD

Gemuk >1 SD s/d 2 SD

Obesitas >2 SD

Terdapat dua jenis status gizi, yaitu gizi normal dan gizi salah

(malnutrisi). Malnutrisi adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh diet

yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Manutrisi merupakan kategori

penyakit yang mencakup: kekurangan gizi (undernutrition), obesitas dan

berat badan lebih (overweight), serta kekurangan nutrien mikro

(micronutrients deficiency, yang dikenal juga dengan “hidden hunger”)

(Ardika, 2014).

Siswa dengan SDM yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang

cerdas, produktif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya.

Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat

gizi agar status gizi siswa normal. Apabila siswa kekurangan gizi akan

mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi

pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain

sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi

pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah (Masdewi dkk, 2011).

Penelitian Sa’adah dkk (2014) yang dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Guguk malintang Kota Padangpanjang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Pada uji analisis chi

Page 46: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

27

square, didapatkan p = 0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan p =

0,005 (p < 0,05) untuk status gizi stunting. Selain itu, penelitian Legi (2012)

yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan

Malalayang Manado juga menunjukkan adanya hubungan antara status gizi

dengan prestasi belajar siswa dengan nilai p=0,00, nilai tersebut lebih kecil

dari α 0,05.

Status gizi yang baik dapat terjadi apabila siswa mengonsumsi

makanan yang bergizi. Menurut Anwar (2008) dalam Legi (2012)

mengatakan bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak,

apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan

keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme

dalam otak, akibatnya otak tidak mampu berfungsi normal. Pada keadaan

yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan

badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa

yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan

dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini

berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang

menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih

rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.

2.2.1.5 Intelegensi

Setiap manusia hidup mempunyai kemampuan intelegensi.

Kemampuan intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara kognitif

yang mempengaruhi kemampuan seseorang menggunakan logika, misalnya

kemampuan menghitung dan menggunakan teknologi. Setiap orang ketika

Page 47: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

28

melakukan aktivitas selalu melibatkan intelegensi, walaupun proporsi

penggunaan intelegensinya berbeda-beda antara satu pekerjaan dan

pekerjaan lainnya (Hutapea dkk, 2008). Menurut Gardner (1993) dalam

Nofrianto (2008), kriteria intelegensi meliputi suatu kemampuan seseorang,

baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian yang menunjukkan

kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan dan kesulitan

yang ditemukan dalam hidupnya.

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang

mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk

mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Namun, intelegensi

bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar

seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian

banyak faktor sebab seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa

mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain

yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan,

waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar (Hakim, 2005).

Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Slameto (2013) bahwa

intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi

yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan

lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah.

Walaupun demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi

belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar

adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang

Page 48: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

29

mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu faktor diantara faktor

yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif

terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.Penelitian Budiarta

dkk (2014) yang dilakukan di Desa Pengeragoan Kecamatan Perkutatan,

hasil analisis diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi

signifikan terhadap prestasi belajar yakni Fhitung=6537,38> Ftabel=4,03.

Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual

berkontribusi sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar.

2.2.2 Faktor Eksternal

2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua

Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki

elemen-elemen tersebut (Supranto, 2000). Oleh karena itu, dapat dikatakan

karakteristik orang tua adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki

orang tua siswa. Karakteristik orang tua yang akan dibahas dalam penelitian

kali ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua.

a. Pendidikan Ibu

Definisi pendidikan dalam UU No, 20 tahun 2003 adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga

antara lain pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs), pendidikan menengah

Page 49: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

30

(SMA/SMK), dan pendidikan tinggi (D3/S1) (Syafaruddin,

2012).Sednagkan menurut Arikunto kategori pendidikan dibagi menjadi dua

yaitu pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs) dan pendidikan tinggi

(SMA/MA-Perguruan Tinggi)

Pendidikan orang tua mempengaruhi kebiasan makan anak.Kebiasaan

makan merupakan cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih,

mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada

latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Salah satu yang bisa

menentukan seseorang dalam memilih makanan yang bergizi adalah tingkat

pendidikan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Masdewi,

dkk(2011) bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi tentu saja akan

berdampak pula pada baiknya tingkat pengetahuan tentang kebutuhan

makan yang baik dan bergizi. Dengan mengonsumsi makanan bergizi maka

akan meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar anak.

Selain berkaitan dengan pemilihan makanan anak, ibu yang memiliki

tingkat pendidikan lebih tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan

yang tinggi pula. Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh terhadap

tindakan ibu dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada anaknya

untuk belajar sehingga tidak selalu bergantung terhadap guru di sekolah.

Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan anaknya secara materil, tetapi

orang tua juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan kepada anaknya sejak

usia wajib belajar untuk menjadi garis penerus dan memiliki pendidikan

yang lebih tinggi daripada pendidikan yang dimiliki oleh orang tua (Reskia

dkk, 2014).Berdasarkan penelitian Reskia (2014) yang dilakukan di SDN

Page 50: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

31

Inpres 1 Birobuli, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil uji koefisien

korelasi didapatkan r hitung > rtabel (0,627>0,404).

b. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan orang tua terutama ibu terkait dengan tersedianya waktu

dalam mengasuh anak. Anak yang mempunyai orang tua yang bekerja

cenderung lebih sedikit mendapat pengasuhan dari orang tuanya. Padahal,

pengasuhan anak yang diberikan secara maksimal pada anak akan

berdampak pada kecerdasan emosional anak. Anak yang memiliki

kecerdasan emosional tinggi cenderung aktif di berbagai aktivitas dan

memiliki prestasi belajar yang baik (Arisandi dan Melly, 2007).

Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar yaitu diantaranya

keadaan keluarga salah satunya adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja

mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk bersama anaknya dan

komunikasi atau interaksi antara orang tua dan anak pun berkurang. Berbeda

dengan ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi

dengan anak dan dapat memberikan bimbingan dengan baik kepada anak

dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya (Maghfuroh,

2014).

Penelitian Maghfuroh (2014) menemukan bahwa ibu yang bekerja

cenderung memberikan lebih sedikit waktu untuk anaknya dalam

membimbing dan mengarahkan belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak

bekerja. Selain itu, penelitian Puspitasari (2008) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh belajar

Page 51: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

32

yang secara tidak langsung berhubungan dengan prestasi belajar dengan

nilai P value sebesar 0,041.

c. Pendapatan Orang Tua

Prestasi belajar siswa didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi

baik dicapai salah satunya dipengaruhi oleh perilaku makan yang baik.

Perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh penghasilan orang tua.

Pendapatan orang tua yang tinggi secara otomatis membuat daya beli

keluarga juga menjadi tinggi sehingga kebutuhan akan makanan yang baik

dan bergizi dapat terpenuhi (Masdewi dkk, 2011). Surat Keputusan (SK)

Banten menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banten sebesar Rp

2.710.000.

Selain dapat memenuhi kebutuhan makanan, semakin tinggi

pendapatan atau keadaan ekonomi keluarga semakin baik fasilitas belajar di

rumah dan secara positif mempengaruhi pola asuh belajar siswa. Dengan

kata lain, semakin tinggi keluarga menginvestasikan sumberdaya keluarga

dalam bentuk mengalokasikan keadaan ekonomi keluarga ke dalam fasilitas

belajar anak, maka akan semakin baik pola asuh belajar yang dilakukan oleh

orang tua kepada anaknya. Pola asuh belajar yang baik ini diindikasikan

oleh keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan pengawasan belajar

anaknya. Apabila pola asuh baik diberikan kepada anak akan berdampak

pada kenaikan prestasi belajarnya (Puspitawati, 2010).

Berdasarkan penelitian Widjdati (2013) yang dilakukan di MTs

Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mragen Kabupaten Demak, menunjukkan

bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua dalam hal ini penghasilan

Page 52: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

33

atau pendapatan terhadap prestasi belajar. Uji hipotesis memperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%) menggambarkan adanya

pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi dalam hal ini

penghasilan terhadap prestasi belajar.

2.2.2.2 Pola Asuh Belajar

Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pencapaian hasil belajar seorang siswa di sekolah. Pola asuh belajar siswa

diberikan kepada keluarga terdekat, yakni orangtua. Pola asuh belajar

memegang peranan penting dalam perkembangan belajar anak dan sangat

besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi anak di

sekolah. Pola asuh orangtua yang baik mampu meningkatkan prestasi

belajar anak (Maghfuroh, 2014). Pada penelitian ini, pola asuh belajar

meliputi cara orangtua dalam menentukan waktu belajar anak, memberikan

motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di

rumah.

Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga,

yaitu bagaimana orangtua membentuk perilaku generasi berikut sesuai

dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat

(Hardiwinoto dan Setiabudhi, 2002). Sedangkan pola asuh belajar adalah

praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu

yang diberikan orangtua dalam membimbing, mengarahkan, serta

mengawasi kegiatan belajar anak (Puspitasari, 2008). Setiap orangtua,

biasanya memiliki pola asuh belajar terhadap anak yang berbeda-beda. Pola

asuh ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pola asuh

Page 53: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

34

juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan

menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat (Fathi, 2008).

Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurang/tidak

memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar

anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan

dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu

belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak

memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana

kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-

lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang

tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga

mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal

tersebut mengakibatkan hasil/nilai yang diharapkan tidak memuaskan

bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya (Slameto, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh (2014) di SDN 1 Kabalan

Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi

Square dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi

0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar

anak.

Page 54: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

35

2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap FasilitasSekolah

Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka

memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Faslilitas belajar yang

memadai dalam proses belajar mengajar akan mendukung siswa dalam

mencapat hasil belajar yang optimal. Rejeki dkk (2013) melakukan

penelitian pada anak SD kelas IV se-Kecamatan Kutowinangun dan dari

hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh antara fasilitas

belajar di sekolah terhadap hasil belajar. Rata-rata skor hasil belajar siswa

dengan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap (80,58) lebih besar daripada

rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang

tidak lengkap (69,375).

Penelitian Pakpahan (2012) menyatakan ada pengaruh yang positif

dan signifikan antara persepsi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar.

Sama halnya dengan pendapat Slameto (2013) mengatakan bahwa alat

pelajaran atau fasilitas sekolah yang lengkap dan tepat akan memperlancar

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah

menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih

giat dan lebih maju. Namun, kenyataannya saat ini dengan meningkatnya

jumlah pelajar yang masuk sekolah maka semakin meningkat pula alat-alat

yang dibutuhkan untuk membantu lancarnya proses belajar siswa seperti

buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.

Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun

kualitasnya.

Page 55: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

36

2.2.2.4 Konsumsi Makanan

Definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan

sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau

minuman (Saparinto dan Diana, 2006). Sedangkan definisi makanan

menurut Soekarto dalam Rosyidi (2006) adalah produk pangan yang siap

hidang atau yang langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan

dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak. Selain itu

menurut Nasution (2003) makanan merupakan kebutuhan manusia yang

paling mendasar karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta melakukan berbagai aktivitas.

Konsumsi makanan yang cukup khususnya pada anak-anak akan

mempengaruhi keadaan gizi yang kemudian berdampak pada prestasi

belajar. Namun, saat ini masih terdapat anak-anak yang konsumsi

makanannya masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Syafitri dkk

(2009) yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi sehari siswa di

Lawanggintung 01 Kota Bogor berkisar antara 585-2372 kkal/hari. Rata-rata

konsumsi energi sebesar 1595 kkal/hari. Tingkat kecukupan energi siswa

rata-rata sebesar 87,0%.

Berdasarkan penelitian Maulanaputri (2011) yang dilakukan di

sekolah yang mempunyai kelas akselerasi maupun reguler, menunjukkan

bahwa konsumsi makanan yakni konsumsi makanan sumber karbohidrat,

Page 56: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

37

makanan hewani, makanan nabati, susu, sayur dan buah pada kelas

akselerasi lebih tinggi baik dari segi frekuensi maupun jumlah rata-rata

konsumsi per satu kali makan. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi

makanan yang lebih tinggi akan mempengaruhi keadaan siswa dan secara

tidak langsung akan berdampak pada prestasi belajar yang lebih baik.

Konsumsi makanan atau perilaku makan sangat berpengaruh terhadap

status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan

meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik

(Masdewi dkk, 2011). Berdasarkan penelitian Juliasih dan Sri (2013) dapat

diketahui bahwa terdapat pengaruh antara konsumsi makanan terhadap

status gizi dengan perolehan nilai signifikan sebesar 0,043 (P value < 0,05).

Konsumsi makanan yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah

konsumsi makanan sumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,

sayur dan buah.

Pola konsumsi makanan yang baik akan meningkatkan konsentrasi

belajar dan kemudian akan meningkatkan prestasi belajar. Pola konsumsi

makanan yang baik salah satunya adalah kebiasaan melakukan sarapan.

Penelitian Lestari (2012) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

signifikan antara pola makan khususnya makan pagi dengan kemampuan

konsentrasi belajar (p=0,011). Selain itu, penelitian Tusala dkk (2013) yang

dilakukan di SD GMIT Kefamemnanu 4 juga menunjukkan bahwa ada

hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi siswa

dengan nilai p=0,001. Konsumsi makanan yang akan dibahas pada

Page 57: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

38

penelitian ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati,

sayur, dan buah.

a. Kelompok MakananSumber Karbohidrat

Makanan sumber karbohidrat adalah makanan yang dikonsumsi dalam

jumlah paling banyak dibandingkan jenis makanan lain dan mengandung zat

tepung sebagai sumber tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari hari.

Bahan makanan sumber karbohidratyang sering dikonsumsi penduduk

Indonesia adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis

umbi-umbian seperti talas, gayong, dan kentang (Hayati, 2009). Karbohidrat

merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu, harus

tersedia setiap saat apabila diperlukan oleh tubuh (Devi, 2010). Karbohidrat

digunakan dalam bentuk gula, bersama dengan oksigen menghasilkan energi

dalam satuan kalori. Untuk satu gram karbohidrat dihasilkan sebesar 4 kkal

(kilo kalori).

Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi memberi

rasa manis pada makanan (IKAPI, 2010). Jumlah karbohidrat yang

dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi.

Berdasarkan distribusi energi, karbohidrat harus menyumbang sebanyak 50-

65 persen energi total (Devi, 2010). Sedangkan menurut Pedoman Umum

Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi karbohidrat 50-60 persen dari total

konsumsi energi atau 3-4 kali dalam sehari (Kemenkes, 2014).

b. Makanan Hewani

Secara umum, bahan makanan dapat digolongkan menjadi dua

golongan besar, yaitu bahan makanan hewani dan bahan makanan

Page 58: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

39

nabati.Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau

berasal dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan

bahan dasar asal hewan. konsumsi makanan yang mengandung protein

hewani dan nabati dianjurkan sebanyak 2-4 porsi dalam sehari (Kemenkes,

2014).

Makanan hewani adalah sumber gizi yang dapat diandalkan untuk

mendukung perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi makanan hewani yang

cukup merupakan syarat penting untuk terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh

sehari-hari. Makanan hewani mempunyai keunikan yang menyebabkan

kelompok makanan ini tergolong sebagai makanan bermutu tinggi.

Keunikan tersebut adalah makanan hewani mengandung asam amino

esensial yang lengkap, kaya vitamin B12 dan vitamin A, mengandung zat

besi heme yang mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang

tinggi.Menurut anjuran FAO, konsumsi protein hewani yang ideal bagi

penduduk Indonesia adalah 15 g/kapita/hari (Rukmana, 2001). Khomsan

(2004) mengatakan bahwa angka kecukupan protein asal ternak yang

dianjurkan adalah sekitar 4,5 g/kapita/hari, sementara rata-rata protein total

adalah 50 g/kapita/hari. Sedangkan menurut Hardinsyah dkk (2012)

mengatakan bahwa proporsi anjuran protein hewani sebesar 25%.

Meskipun angka kecukupan protein asal ternak hanya 4,5 g dan

kelihatannya kecil, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat

memenuhi angka tersebut. Diperkirakan rata-rata penduduk Indonesia baru

dapat mengonsumsi 70% dari angka kecukupan protein hewani. Upaya-

upaya untuk meningkatkan konsumsi makanan hewani biasanya terkendala

Page 59: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

40

oleh alasan ekonomi. Harga produk ternak relatif mahal sehingga beban

masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi semakin berat (Khomsan,

2004). Adapun yang termasuk dalam jenis-jenis makanan hewani adalah

(Mayasari, 2007):

1. Susu, yaitu produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan

ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu

mengandung mineral kalsium sangat bermanfaat untuk mencegah

osteoporosis (kerapuhan tulang). Membiasakan minum susu sejak usia

anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan

tulang. Produk susu yang sering berada dipasaran seperti susu bubuk,

susu formula, dan susu kental manis termasuk susu steril yang bebas

dari bakteri (Khomsan, 2004).

2. Ikan, dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau,

ikan rawa-rawa, ikan yang dipelihara di tambak, dilaut dan

sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil-hasil perikanan

lainnya yaitu kerang, teripang, telur ikan dan lain-lain.

3. Daging, yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak

(mamalia dan unggas). Daging unggas sering disebut white meat.

Sedangkan, daging yang lain seperti daging sapi, domba, dan kambing

dimasukkan ke dalam kelompok red meat. Di negara-negara Barat, red

meat semakin diwaspadai karena kandungan lemak jenuhnya tinggi.

Lemak jenuh ini berpotensi menjadi kolesterol di dalam tubuh.

Sementara itu, white meat dianggap lebih sehat karena kolesterol dan

lemak jenuhnya lebih rendah, terutama bila dimasak dengan

Page 60: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

41

membuang kulitnya terlebih dahulu. Pada umumnya, daging

mengandung protein 18-20% sehingga diantara berbagai produk

hewani asal ternak daging memiliki kandungan protein tertinggi.

Daging juga dikenal sebagai sumber zat besi heme yang mudah

diserap oleh tubuh (Khomsan, 2004).

4. Telur, yaitu produk utama dari pemeliharaan ayam petelur, atau

produk sampingan pemeliharaan unggas pedaging. Kandungan protein

telur adalah 12%, jauh lebih tinggi dibandingkan susu yang hanya

mempunyai kandungan protein sebesar 3%. Secara relatif, telur ayam

ras mempunyai kadar protein yang hampir sama dengan telur ayam

kampung, namun komposisi asam aminonya lebih baik pada telur

ayam kampung. Kandungan gizi pada telur sebenarnya berpusat pada

kuning telurnya yang tinggi akan kadar protein, lemak, kalsium,

fosfor, besi, dan vitamin A. Selain itu, kolesterol juga tinggi pada

bagian kuning telur (Khomsan, 2004).

5. Produk-produk olahan dari bahan makanan tersebut di atas.

c. Makanan Nabati

Bahan makanan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari

tanaman atau produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal

tanaman. Kemenkes (2014) menganjurkan konsumsi makanan yang

mengandung protein nabati sebanyak 2-4 kali dalam sehari.

Kebutuhan protein bagi manusia di dalam makanan sehari-hari dapat

dipenuhi dari bahan makanan nabati dan hewani. Bahan makananyang

termasuk makanan nabati dapat berupa daun, bunga, akar, batang, umbi,

Page 61: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

42

buah, biji atau bagian-bagian tanaman lainnya serta kacang-kacangan dan

hasil olahannya berupa tahu, tempe, dan oncom. Anjuran sumber protein

nabati sama seperti protein hewani menurut PUGS yakni 2-4kali

(Ramayulis, 2014).

Konsumsi protein nabati bisa menggantikan kebutuhan dari protein

nabati, hanya saja porsinya menjadi lebih besar. Perlu diketahui bahwa tidak

semua protein nabati bernilai biologis tinggi seperti misalnya pada kacang-

kacangan. Kacang-kacangan sebagai sumber protein juga mengandung zat

penghambat penyerapan zat gizi, untuk itu perlu memprioritaskan konsumsi

protein nabati yang bernilai biologis tinggi misalnya tempe. Jika kita

mengonsumsi kacang-kacangan atau tahu, disarankan untuk meningkatkan

konsumsi buah sebagai sumber vitamin C untuk membantu meningkatkan

penyerapan zat mineral zat besi dan kalsium yang terkandung dalam

kacang-kacangan (Ramayulis, 2014).

d. Sayur

Dalam sayuran yang berwarna hijau terkandung vitamin dan serat.

Dinyatakan pula bahwa lutein, suatu pigmen berwarna kuning yang terdapat

pada sayuran berdaun hijau dapat menjaga karotid kitatetap bersih. Pada

penelitian yang dilakukan terhadap 480 pria dan wanita yang belum pernah

memiliki penyakit jantung, terbukti bahwa orang yang tingkat lutein nya

tinggi, memiliki ketebalan arteri lebih dibanding mereka yang tingkat lutein

nya rendah. Penemuan tersebut menjelaskan mengapa buah dan sayuran

sangat cocok untuk diet dan juga untuk melindungi kesehatan

kardiovaskular (Arisandi dkk, 2011).

Page 62: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

43

Zat gizi lain yang terkandung di dalam hampir semua jenis sayuran

adalah antioksidan, antioksidan adalah senyawa aktif yang ada di dalam

mineral, vitamin, karotenoid, dan pilofenol. Perannya melawan radikal

bebas akan membantu mencegah tubuh terserang penyakit degeneratif

seperti kanker, jantung koroner, dan penuaan dini. Jika dilihat dari piramida

makanan (Kemenkes, 2014), konsumsi sayuran yang dianjurkan bagi orang

Indonesia adalah 3-4 porsi sehari. Satu porsi sayuran setara dengan satu

gelas sayuran dalam keadaan matang. Bahkan dalam buku The Miracle of

Enzim, Prof. Hiromi menyarankan untuk mengonsumsi sayuran sebanyak

85% dari konsumsi sehari-hari (Rizki, 2013).

e. Buah

Buah merupakan bahan makanan yang mengandung banyak vitamin

dan mineral yang diperlukan tubuh. Sangat banyak manfaat buah bagi

kesehatan tubuh terutama bagi anak-anak yang masih dalam proses

pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi yang cukup. Para ahli memberikan

anjuran dalam hal mengonsumsi buah yakni sebagai berikut (Waluyo,

2010):

1. Makanlah paling sedikit lima porsi buah-buahan setiap hari

2. Pilih bermacam-macam buah, bervariasi setiap harinya

3. Pilih buah yang masih segar, bukan yang dijual secara kalengan

4. Selain dikonsumsi dalam menu makanan sehari-hari, buah dapat

dikonsumsi dalam bentuk minuman jus

5. Untuk mendapatkan antioksidan sebanyak-banyaknya pilih buah yang

berwarna terang

Page 63: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

44

Ukuran porsi buah dalam tumpeng gizi seimbang lebih sedikit dari

sayuran, yaitu 3-4 porsi untuk sayur dan 2-3 porsi untuk buah. Besar porsi

untuk jenis sayur adalah 100 g sedangkan besar porsi buah berbeda. Anjuran

konsumsi buah adalah dalam keadaan utuh atau jus buah tanpa disaring dan

tanpa ditambah gula serta susu kental manis. Buah juga dapat dicampurkan

dalam pengolahan makanan selingan.

Page 64: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

45

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan kesimpulan

dari beberapa tinjauan pustaka yang ada, bahwa faktor-faktor yang

berhubungan dengan prestasi belajar terdiri dari faktor internalyaitu

motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang saku),

IMT/U, dan intelegensi. Sedangkanfaktor eksternal yaitu pola asuh

belajar,persepsi terhadap fasilitas sekolah, karakteristik orangtua

(pendidikanibu, pekerjaanibu, dan pendapatan orangtua), dan konsumsi

makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah).

Salah satu bagian dari gizi adalah status gizi, dimana status gizi

sangatberpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, yang

mana perkembangan otak sangat mempengaruhi prestasi seorang anak.

Masalah gizi kurang pada anak berpengaruh negatif terhadap perkembangan

fisik, mental, produktifitas pencapaian hasil pendidikan dan fungsi

pertahanan tubuh terhambat. Anak yang mengalami gizi kurang ini akan

lesu sehingga menurunkan daya konsentrasi dan tidak bersemangat dalam

mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi anak menjadi minim dan

tidak dapat mengikuti perkembangan (Jumarni dkk, 2012).

Kerangka teori dapat dilihat dalam bagan 2.1 sebagai berikut.

Page 65: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

46

Bagan 2.1

Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar

Motivasi

Kesiapan

Pola asuh belajar

Persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah

Prestasi belajar

IMT/U Intelegensi

Karakteristik orangtua

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Pendapatan orangtua

Karakteristik siswa

Usia

Jenis kelamin

Konsumsi makanan

Makanan sumber

karbohidrat

Makanan hewani

Makanan nabati

Sayur dan buah

Adaptasi Slameto (2013), Pahlevi (2012) dan Sorhaindo (2008)

Faktor internal

Uang saku

Faktor eksternal

Page 66: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

47

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan penyederhanaan dari kerangka teori. Variabel

dependen dalam penelitian kali ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel

independennya yaitu yakni pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah,

IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan

orangtua), karakteristik siswa (jenis kelamin dan uang saku), serta konsumsi makanan

(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah).

Pada penelitian ini variabel usia, kesiapan mental, motivasi dan intelegensi tidak

diteliti. Usia responden dalam penelitian ini dalam kategori yang sama atau homogen,

sedangkan untuk variabel kesiapan mental dan intelegensi tidak diteliti karena

keterbatasan peneliti. Intelegensi diukur menggunakan tes khusus yang tidak dikuasai

peneliti.Variabel motivasi juga tidak diteliti sebab motivasi siswa dapat diukur melalui

observasi langsung secara hati-hati dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena

itu, kerangka konsep yang dipilih peneliti adalah sebagai berikut.

Page 67: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

48

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar

Prestasi belajar

Faktor eksternal

1. Karakteristik orangtua

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu

Pendapatan orangtua

2. Pola asuh belajar

3. Persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah

Faktor internal

1. Karakteristik siswa

Jenis kelamin

Uang saku

2. Konsumsi makanan

Makanan sumber karbohidrat

Makanan hewani

Makanan nabati

Sayur

Buah

3. IMT/U

Page 68: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

49

Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Konsumsi Makanan Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Variabel Dependen

Prestasi

belajar

Nilai rata-rata ± SD siswa pada

pelajaran Bahasa Indonesia, IPA,

IPS, dan Matematika.

Menelaah data

sekunder

Data sekunder dari

pihak sekolah

1. Kurang, jika nilai ≤ 73

2. Baik, jika nilai 74-79

3. Sangat baik, jika nilai ≥ 80

Ordinal

Variabel Independen

Pola asuh

belajar

Cara orang tua mendidik siswa

dalam hal menentukan waktu

belajar siswa, memberikan

motivasi, mengevaluasi hasil

ujian, dan memberikan fasilitas

belajar di rumah.

Diisi sendiri oleh

responden

Kuesioner 1. Tidak baik, jika skor < 66,7 %

2. Baik, jika skor ≥ 66,7%

Ordinal

Persepsi siswa

terhadap

fasilitas

sekolah

Persepsi siswa terhadap keadaan

alat-alat yang disediakan sekolah

untuk mendukung kegiatan

belajar mengajar

Diisi sendiri oleh

responden

Kuesioner 1. Tidak baik, jika skor < 60%

2. Baik, jika skor ≥ 60%

Ordinal

IMT/U Indeks massa tubuh yang

didapatkan berdasarkan IMT/U

Pengukuran

antropometri

Timbangan digital dan

microtoice

1. Malnutrisi

2. Normal

Ordinal

Page 69: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

50

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Pendidikan

ibu

Jenjang pendidikan formal

terakhir ibu siswa

Menelaah data

sekunder

Data sekunder dari

pihak sekolah

1. Pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs)

2. Pendidikan tinggi (SMA/MA-

Perguruan Tinggi) (Arikunto, 2005)

Ordinal

Pekerjaan ibu Kegiatan ibu siswa sehari-hari Menelaah data

sekunder

Data sekunder dari

pihak sekolah

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

Ordinal

Pendapatan

orangtua

Jumlah uang yang diterima orang

tua siswa selama satu bulan

bekerja

Diisi sendiri oleh

orangtua responden

Kuesioner 1. Rendah (<Rp 2.710.000)

2. Tinggi (≥ Rp 2.710.000) (SK Banten,

2015)

Ordinal

Jenis kelamin Status gender yang dibedakan

berdasarkan penampilan

Diisi sendiri oleh

responden

Kuesioner 1. Laki laki

2. Perempuan

Nominal

Uang saku Jumlah uang yang dihabiskan

siswa dalam satu hari untuk

membeli makanan

Diisi sendiri oleh

responden

Kuesioner 1. Rendah, jika < mean

2. Tinggi, jika ≥ mean

Ordinal

Konsumsi

makanansumb

er karbohidrat

Jumlah frekuensi kelompok

makanansumber karbohidratyang

dimakan dalam sehari

Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi kelompok

makanan sumber karbohidrat< 3 atau >

4 kali sehari

2. Baik, jika konsumsi kelompok

makanansumber karbohidrat3-4 kali

sehari (Kemenkes, 2014)

Ordinal

Page 70: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

51

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Konsumsi

makanan

hewani

Jumlah frekuensi makanan

hewani yang dimakan dalam

sehari

Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi makanan

hewani < 2 atau > 4 kali sehari

2. Baik, jika konsumsi makanan hewani

2-4 kali sehari(Kemenkes, 2014)

Ordinal

Konsumsi

makanan

nabati

Jumlah frekuensi makanan nabati

yang dimakan dalam sehari

Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi makanan

nabati < 2 atau > 4 kali sehari

2. Baik, jika konsumsi makanan nabati 2-

4 kali sehari (Kemenkes, 2014)

Ordinal

Konsumsi

sayur

Jumlah frekuensi sayur yang

dimakan dalam sehari

Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi sayur < 3

atau > 4 kali sehari

2. Baik, jika konsumsi sayur 3-4kali

sehari (Kemenkes, 2014)

Ordinal

Konsumsi

buah

Jumlah frekuensi buah yang

dimakan dalam sehari

Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi buah < 2

atau > 3 kali sehari

2. Baik, jika buah 2-3 kali

sehari(Kemenkes, 2014)

Ordinal

Page 71: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

52

3.2 Hipotesis

1. Ada hubungan antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar

pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

2. Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolahdengan

prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri

I Ciputat tahun 2015.

3. Ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas

V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.

4. Ada hubungan antara karakteristik orangtua (pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, dan pendapatan orangtua)siswa dengan prestasi belajar

pada siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

5. Ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku)

dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri I Ciputat tahun 2015.

6. Ada hubungan antara konsumsi makanan (makanansumber

karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)

dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri I Ciputat tahun 2015.

Page 72: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

53

BAB IV

METODE PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional study, yaitu mempelajari variabel dependen (prestasi belajar) dan

variabel independen antara lain pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua siswa (pendidikanibu, pekerjaanibu, dan

pendapatanorangtua), karakteritik siswa (jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi

makanan(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur

dan buah). Penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui

hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi

belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun

2015.

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada

bulan Januari sampai dengan Agustus 2015.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VIdi Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat.

Page 73: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

54

2.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas V dan VI di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alasan pemilihan sampel yaitu siswakelas V dan VI

yakni karena pada usia tersebut siswa sudah cukup besar dan mampu mengingat

apa saja makanan yang dimakannya dalam sehari ketika pengambilan data

konsumsi makanan.

2.3.3 Besar Sampel

Variabel P1 P2 P prestasi belajar baik Sumber Sampel

Pola asuh belajar 0 % 60 % 94% Wandini (2008) 11

Persepsi siswa terhadap

fasilitas sekolah 76,5 % 35,6 % 81% Wandini (2008)

29

IMT/U 63,3 % 25 % 69% Jumarni dkk

(2012)

33

Jenis kelamin 21,4 % 8,3 % 85% Puspitasari

(2008)

33

Uang saku 7,8 % 1,6 % 34% Faizah (2012) 14

Pendidikan ibu 33,9 % 67,9 % 50% Septiani (2012) 44

Pekerjaan ibu 17,8 % 11,8 % 50% Puspitasari

(2008)

54

Pendapatan orang tua 36,8 % 2,63 % 18% Darmadi (2006) 11

Konsumsi makanan 34,1 % 18,8 % 41% Saniarto (2013) 73

Rumus menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus uji hipotesis beda dua proporsi Lemeshow dalam WHO (1991), yaitu

sebagai berikut :

( √ ( ) √ ( ) ( )2

( )2

Keterangan :

n = besar sampel

Page 74: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

55

Z -α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α

pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1,96

Z = nilai Z pada kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 80% = 0,84

P = proporsi rata – rata = (P1-P )/2

P = proporsi siswa dengan konsumsi makan baik (34,1%) yang prestasi

belajarnya baik

P = proporsi siswa dengan konsumsi makan tidak baik(18,8%) yang

prestasi belajarnya baik

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple

random sampling.Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan jumlah

sampelminimal adalah 77siswa.Pada penelitian ini, sampel yang digunakan

sebanyak 80 siswa.

2.3.4 Teknik Pengumpulan Data

Langkah pertama teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

peneliti meminta data absensi siswa kepada pihak sekolah untuk dijadikan

kerangka sampel. Kerangka sampel tersebut kemudian dijadikan alat

pengumpulan data dengan cara mengurutkan nama siswa sesuai abjad,

memisahkan satu per satu nama dari absen dan melakukan random sampai

beberapa kali sesuai jumlah sampel yang diinginkan. Berikut skema teknik

pengumpulan data.

n = 73

Page 75: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

56

Gambar 4.1

Gambar Teknik Pengambilan Sampel

2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data

(Muninjaya, 2003). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai jenis kelamin, uang

saku, pola asuh belajar, dan pendapatan orangtua. Sedangkan instrumen yang

digunakan dalam mengumpulkan data persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah

yaitu kuesioner dan wawancara informal, IMT/U menggunakan microtoiseuntuk

mengukur tinggi badan dan timbangan digital untuk mengukur berat badan, serta

datafrekuensi konsumsi makanan(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati,

sayur, dan buah) dikumpulkan dengan menggunakan lembar Food Frequency

Questionnaire(FFQ) kualitatif.Selain itu, untuk variabel prestasi belajar,

pekerjaan, dan pendidikan ibu menggunakan data sekunder yang tersedia di

sekolah.

Pengambilan absen siswa kelas V dan VI

Mengurutkan nama siswa sesuai abjad

Memisahkan satu per satu nama dari absen

Melakukan random sesuai jumlah sampel

Page 76: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

57

2.5 Pengumpulan Data

2.5.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

sekunder.Pengumpulan data primer dilakukan untuk variabel pola asuh

belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, IMT/U, pendapatan orangtua,

jenis kelamin, uang saku,dan konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat,

hewani, nabati, sayur, dan buah). Sedangkan pengumpulan data sekunder yakni

data prestasi belajar, pendidikan dan pekerjaan ibu diperoleh dari data yang

tersedia di sekolah. Sebelum melakukan pengumpulan data primer, peneliti

melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu pada populasi yang berbeda.

2.5.2 Alur Pengumpulan Data

2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar

Instrumen yang digunakan untuk variabel prestasi belajar yaitu nilai rapor

responden satu semester. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan

data sekunder tentang nilai rapor siswa yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang

didapatkan adalah data mengenai hasil belajar siswa per satu semester.

2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar

Instrumen yang digunakan untuk variabel pola asuh belajar yaitu data

primer berupa kuesioner yang terletak pada bagian faktor eksternal. Cara ukur

pada variabel ini yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden.

Kuesioner pola asuh belajar sebelumnya pernah digunakan oleh Puspitasari

(2008) yang terdiri dari 20 item pertanyaan. Hasil ukur yang didapatkan adalah

pola asuh belajar yang diberikan kepada responden.

Page 77: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

58

Kuesioner Pola Asuh Belajar

Pertanyaan r hitung r tabel

Validitas (r

hitung > r

Tabel)

Cronbach

α

Reliabilitas

(cronbach α>

r tabel)

1 0.509 0,361 Valid

0,711 Reliabel

2 0,399 0,361 Valid

3 0,371 0,361 Valid

4 0,448 0,361 Valid

5 0,439 0,361 Valid

6 0,362 0,361 Valid

7 0,612 0,361 Valid

8 0,511 0,361 Valid

9 0,625 0,361 Valid

10 0,448 0,361 Valid

11 0,411 0,361 Valid

12 0,369 0,361 Valid

13 0,369 0,361 Valid

14 0,502 0,361 Valid

15 0,432 0,361 Valid

16 0,366 0,361 Valid

17 0,425 0,361 Valid

18 0,412 0,361 Valid

19 0,364 0,361 Valid

20 0,366 0,361 Valid

2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar

Instrumen yang digunakan untuk variabel persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah yaitu skala likert yang terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa

dengan skor jawaban 1-5 dan wawancara informal. Cara ukur pada variabel ini

yaitu pengisian angket dan wawancara responden. Hasil ukur yang didapatkan

Page 78: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

59

adalah persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah yang dibedakan persepsi baik dan

persepsi tidak baik.

Angket Persepsi Fasilitas Belajar

Pertanyaan r

hitung

r

tabel

Validitas (r

hitung > r

Tabel)

Cronbach

α

Reliabilitas

(cronbach

α> r tabel)

1 0.635 0,444 Valid

0,768 Reliabel

2 0,604 0,444 Valid

3 0,535 0,444 Valid

4 0,473 0,444 Valid

5 0,498 0,444 Valid

6 0,683 0,444 Valid

7 0,632 0,444 Valid

2.5.2.4 Variabel IMT/U

Instrumen yang digunakan untuk variabel IMT/U yaitu timbangan digital

dan microtoise. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengukuran antropometri berupa

berat badan dan tinggi badan pada masing-masing responden. Hasil ukur yang

didapatkan adalah IMT/U siswa.

2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu

Instrumen yang digunakan untuk variabel pendidikan ibu yaitu data

sekunder yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan

pengambilan data sekunder mengenai pendidikan ibu yang terdapat di sekolah.

Hasil ukur yang didapatkan adalah jenjang pendidikan terakhir ibu siswa.

Page 79: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

60

2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu

Instrumen yang digunakan untuk variabel pekerjaan ibu yaitu data sekunder

yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan

data sekunder mengenai pekerjaan ibu yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang

didapatkan adalah pekerjaan ibu siswa.

2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua

Instrumen yang digunakan untuk variabel pendapatan orang tua yaitu data

primerberupa kuesioner. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengisian

kuesionerterhadap masing-masing responden yang sebelumnya kuesioner tersebut

dibawa pulang untuk ditanyakan kepada orangtua masing-masing. Hasil ukur

yang didapatkan adalah tingkat pendapatan orang tua dalam sebulan.

2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin

Instrumen yang digunakan untuk variabel jenis kelamin yaitu kuesioner

yang terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini

yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang

didapatkan adalah jenis kelamin siswa yang dibedakan laki-laki dan perempuan.

2.5.2.9 Variabel Uang Saku

Instrumen yang digunakan untuk variabel uang saku yaitu kuesioner yang

terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini yaitu

pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang didapatkan

adalah jumlah uang saku siswa dalam sehari yang digunakan siswa untuk

membeli makanan.

Page 80: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

61

2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan

Instrumen yang digunakan untuk variabel konsumsi makanan yaitu lembar

Food Frequency Questionnaire(FFQ)kualitatifyang bersumber dari Supariasa dkk

(2012). Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan melakukan wawancara langsung

tentang frekuensi konsumsi makanansumber karbohidrat, makanan hewani,

makanan nabati, serta sayur dan buah dalam sehari ataupun semingguterakhir

pada masing-masing responden. Wawancara dilakukan untuk mengetahui

frekuensi konsumsi makananresponden. Hasil ukur yang didapatkan adalah data

konsumsi makanansumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah siswa.

2.6 Manajemen Data

Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan manajemen data sehingga

menjadi sumber yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.

manajemen data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program

komputer.Langkah-langkah manajemen data yakni sebagai berikut :

1. Editing Data

Proses ini yaitu memeriksa atau mengecek kesalahan dalam mengisi

kuesioner dan memastikan data yang diperoleh telah lengkap atau belum.

2. Coding Data

Setelah proses editing kemudian melakukan pengkodean pada jawaban

dari setiap pertanyaan terhadap setiap variabel sebelum diolah

menggunakan komputer, pengkodean berfungsi untuk memudahkan dalam

mnganalisa data. Pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 81: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

62

a. Prestasi belajar, diberi kode 1 =kurang jika nilai ≤ 73, 2 = baik jika nilai

74-79, 3 = sangat baik jika nilai ≥ 80.

b. Pola asuh belajar, diberi kode 1 = tidak baik, jika skor < 66,7%, 2 = baik,

jika skor ≥ 66,7%.

c. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, diberi kode 1 = tidak baik jika

skor < 60%, 2 = baik jika skor ≥ 60%.

d. IMT/U, diberi kode 1 = malnutrisi, 2 = normal.

e. Pendidikan ibu, diberi kode 1 = pendidikan rendah (SD/MI - SMP/MTs),

2 = pendidikan tinggi (SMA/MA - Perguruan Tinggi).

f. Pekerjaan ibu, diberi kode 1 = bekerja, 2 = tidak bekerja.

g. Pendapatan orangtua, diberi kode 1 = rendah (< Rp 2.710.000), dan 2 =

tinggi (≥ Rp 2.710.000).

h. Jenis kelamin, kode 1 = laki-laki dan 2 = perempuan.

i. Uang saku, kode 1 = rendah, jika <mean, 2 = tinggi, jika ≥ mean.

j. Konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat, diberi kode 1 = tidak

baik, jika konsumsi makanansumber karbohidrat< 3 atau >4 kali sehari, 2

= baik, jika konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat 3-4 kali

sehari.

k. Konsumsi makanan hewani, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi

makanan hewani < 2 atau > 4 kali sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi

makanan hewani 2-4 kali sehari.

l. Konsumsi makanan nabati, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi

makanan nabati < 2 atau > 4kali dalam sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi

makanan nabati 2-4kali dalam sehari.

Page 82: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

63

m. Konsumsi sayur, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi sayur < 3 atau

> 4 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi sayur 3-4 kali sehari.

n. Konsumsi buah, diberi kode 1 =tidak baik, jika konsumsi buah < 2 atau >

3 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi buah 2-3kali sehari.

3. Data Structure and Data File

Membuat struktur data dan file data yaitu membuat template sesuai

dengan format kuesioner.

4. Entry Data

Proses ini adalah memasukkan data dari kuesioner ke perangkat lunak

komputer agar data dapat diolah.

5. Cleaning Data

Proses terakhir dilakukan pengecekan kembali dan memeriksa

kesalahan pada data yang sudah dimasukkan ke dalam perangkat lunak agar

sesuai dengan data kuesioner yang telah dikumpulkan.

2.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat

dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan rangkaian statistik untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan semua variabel, baik variabel dependen yaitu prestasi belajar

maupun variabel independen yaknipola asuh belajar,persepsi siswa terhadap

fasilitas sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

pendapatan orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan

Page 83: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

64

konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan

buah).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berfungsi untuk melihat kemungkinan adanya hubungan

yang bermakna antara variabel dependen yaitu prestasi belajar dan variabel

independen yaitu pola asuh belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan

orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi makanan

(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Analisis bivariat

ini menggunakan uji chi square :

X2 = ∑

( )

DF = (k-1)(b-1)

Keterangan :

X2 = chi square

O = nilai observasi

E = nilai ekspektasi

K = jumlah kolom

B = jumlah baris

Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan rumus tersebut. Peneliti

mengolah data penelitian menggunakan perangkat lunak. Pada uji chi square akan

diperoleh nilai p, tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar 0,05. Penelitian

antara variabel dependen dan variabel independen dikatakan bermakna bila nilai p

≤ 0,05. Sebaliknya, penelitian antara variabel dependen dan variabel independen

dikatakan tidak bermakna bila nilai p > 0,05.

Page 84: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

65

BAB V

HASIL

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, prestasi belajar diperoleh dari perhitungan rata-rata dan

simpangan baku. Berikut perhitungan prestasi belajar dilihat dari rata-rata dan

simpangan baku:

Membuat rata-rata (mean):

Membuat simpangan baku:

Hasil penilaian berupa kurva normal:

Nilai Skor

A (sangat kurang baik) < 68

B (kurang baik) 68 - 73

C (cukup baik) 74–79

D (baik) 80 – 85

E (sangat baik) ≥ 86

Page 85: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

66

Berdasarkan perhitungan di atas, prestasi belajar sangat kurang baik apabila

nilai < 86, kurang baik jika 68-73, cukup baik jika 74-79, baik jika 80-85, dan

sangat baik jika ≥ 86. Namun, karena alasan statistik makan prestasi belajar dibagi

menjadi tiga kategori yaitu kurang, baik, dan sangat baik. Prestasi belajar

dikatakan kurang jika nilai ≤ 73, baik jika nilai 74-79, dan sangat baik jika nilai ≥

80. Distribusi prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1

Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Prestasi belajar Frekuensi Persentase (%)

Kurang 42 52,5

Baik 22 27,5

Sangat baik 16 20,0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 42siswa atau 52,5%.

5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar

Pada penelitian ini, pola asuh belajar siswa dibagi menjadi dua, yakni tidak

baik dan baik. Pola asuh belajar tidak baik jika skor < 66,7% dan baik jika skor ≥

66,7%. Skor pola asuh belajar didapatkan dari 20 item pernyataan menggunakan

instrumen skala likert 1-5 yang kemudian jawabannya dijumlahkan. Distribusi

pola asuh belajar dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Page 86: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

67

Tabel 5.2

Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Pola asuh belajar Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 19 23.8

Baik 61 76.2

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki pola asuh belajar yang baik yakni sebanyak 61 siswa atau 76,2%.

5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar

Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dibagi menjadi dua, yaitu tidak

baik dan baik. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah tidak baik jika skor < 60%

dan baik jika skor ≥ 60%. Skor persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah

didapatkan dari 7 item pernyataan menggunakan instrumen skala likert yang

kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Distribusi persepsi siswa terhadap

fasilitas sekolah dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Persepsi siswa terhadap

fasilitas sekolah Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 29 36,2

Baik 51 63,8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki

persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%.

5.1.4 Distribusi IMT/U

Pada penelitian ini, kategori IMT/U dibagi menjadi dua, yaitu malnutrisi

dan normal. DistribusiIMT/U dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

Page 87: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

68

Tabel 5.4

Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat

Tahun 2015

IMT/U Frekuensi Persentase (%)

Malnutrisi 34 42,5

Normal 46 57,5

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki

IMT/U normal yaitu sebanyak 46 siswa atau 57,5%.

5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dalam penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

pendidikan rendah (SD/SMP/SMA) dan pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana,

Magister, Doktor, dan Spesialis). Distribusi pendidikan ibu dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5

Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Pendidikan ibu Frekuensi Persentase (%)

Rendah 15 18,8

Tinggi 65 81,2

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa

memiliki pendidikan tinggi sebanyak 65 siswa atau 81,2%.

5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu

Variabel pekerjaan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tidak

bekerja dan bekerja. Distribusi pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.

Page 88: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

69

Tabel 5.6

Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Pekerjaan ibu Frekuensi Persentase (%)

Bekerja 21 26,2

Tidak bekerja 59 73,8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.6 di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59 siswa atau 73,8%.

5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua

Pada penelitian ini, pendapatan orangtua dibagi menjadi dua kelompok,

yakni rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah jika pendapatan orangtua siswa <

Rp 2.710.000 dan tinggi jika ≥ Rp 2.710.000. Distribusi pendapatan orangtua

dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri

1 Ciputat Tahun 2015

Pendapatan orangtua Frekuensi Persentase (%)

Rendah 37 46,2

Tinggi 43 53,8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki

orangtua dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%.

5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin

Jenis kelamin dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.

Distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.

Page 89: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

70

Tabel 5.8

Distribusi Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 42 52,5

Perempuan 38 47,5

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui lebih banyak siswa yang berjenis

kelamin laki-laki yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%.

5.1.9 Distribusi Uang Saku

Variabel uang saku pada penelitian ini adalah jumlah uang saku sehari yang

dihabiskan siswa dalam membeli makanan. Uang saku dikatakan rendah jika <

mean dan tinggi jika ≥ mean. Distribusi uang saku dapat dilihat pada tabel 5.9

berikut.

Tabel 5.9

DistribusiUang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat

Tahun 2015

Uang saku Frekuensi Persentase (%)

Rendah 21 26,2

Tinggi 59 73,8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki uang saku yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,8%.

5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan

a. Konsumsi makanan sumber karbohidrat

Variabel konsumsi makanan sumber karbohidratdibagi menjadi dua

kelompok yaitu tidak baik dan baik. Konsumsi tidak baik jika < 3 atau > 4 kali

sehari dan baik jika konsumsi makanan sumber karbohidrat 3-4 kali sehari.

Page 90: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

71

Distribusi konsumsi makanan sumber karbohidrat dapat dilihat pada tabel 5.10

berikut.

Tabel 5.10

Distribusi Konsumsi MakananSumber KarbohidratSiswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi makanan

sumber karbohidrat Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 63 78,8

Baik 17 21,2

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrattidak baik yaitu sebanyak 63

siswa atau 78,8%. Sebanyak 57 siswa atau 71,3% memiliki konsumsi makanan

sumber karbohidrat berlebih, sedangkan 6 siswa atau 7,5% memiliki konsumsi

makanan sumber karbohidratkurang.

b. Konsumsi makanan hewani

Konsumsi makanan hewani dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak baik

dan baik. Konsumsi makanan hewani tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari dan

baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan hewani dapat dilihat pada

tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11

Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi makanan hewani Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 64 80,0

Baik 16 20,0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik yakni sebanyak 64 siswa atau

80,0%.

Page 91: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

72

c. Konsumsi makanan nabati

Pada penelitian ini, konsumsi makanan nabati dibagi menjadi dua, yakni

tidak baik dan baik. Konsumsi dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari

dan baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan nabati dapat dilihat

pada tabel 5.12 berikut.

Tabel 5.12

Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah

Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi makanan

nabati Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 60 75,0

Baik 20 25,0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.12 di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan

konsumsi makanan nabati tidak baik lebih banyak yakni 60 siswa atau 75,0%.

d. Konsumsi sayur

Konsumsi sayur pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak

baik dan baik. Konsumsi sayur dikatakan tidak baik jika konsumsi sayur < 3 atau

> 4 kali sehari dan baik jika 3-4 kali sehari. Distribusi konsumsi sayur dapat

dilihat pada tabel 5.13 berikut.

Tabel 5.13

DistribusiKonsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Konsumsi sayur Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 59 73,8

Baik 21 26,2

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.13 di atas, sebagian besar siswa yaitu 59 siswa atau

73,8% memiliki konsumsi sayur tidak baik.

Page 92: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

73

e. Konsumsi buah

Variabel konsumsi buah dibagi menjadi dua kelompok, yakni tidak baik dan

baik. Konsumsi buah siswa dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 3 kali dalam

sehari dan baik jika 2-3 kali dalam sehari. Distribusi konsumsi sayur siswa kelas

V dan VI dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14

Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1

Ciputat Tahun 2015

Konsumsi buah Frekuensi Persentase (%)

Tidak baik 58 72,5

Baik 22 27,5

Total 80 100

Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa siswa yang mempunyai konsumsi

buah tidak baik lebih banyak yakni 58 siswa atau 72,5%

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar

Distribusi prestasi belajar siswa menurut pola asuh belajar dapat dilihat pada

tabel 5.15 berikut.

Tabel 5.15

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Pola asuh

belajar

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,009 Tidak baik 5 26,3 6 31,6 8 42,1 19 100

Baik 37 60,7 16 26,2 8 13,1 61 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Page 93: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

74

Hasil penelitian antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar

menunjukkan bahwa ada sebanyak 8 (42,1%) siswa dengan pola asuh belajar tidak

baik memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan siswa dengan pola asuh

belajar yang baik, ada 8 siswa (13,1%) yang memiliki prestasi belajar sangat baik.

Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,009, artinya pada α 5% ada

hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pola asuh belajar siswa.

5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi

Belajar

Distribusi prestasi belajar siswa menurut persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16

DistribusiPrestasi Belajar Menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas

V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Persepsi siswa

terhadap

fasilitas

sekolah

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,830 Tidak baik 14 48,3 9 31,0 6 20,7 29 100

Baik 28 54,9 13 25,5 10 19,6 51 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah

dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (20,7%) siswa dengan

persepsi tidak baik mempunyai prestasi belajar yang sangat baik. Sementara siswa

dengan persepsi baik yang mempunyai prestasi belajar sangat baik sebanyak 10

(19,6%) siswa. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,830,

artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar

dengan persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah.

Page 94: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

75

5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.17

Distribusi Prestasi Belajar Menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

IMT/U

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,022 Malnutrisi 20 58,8 12 35,3 2 5,9 34 100

Normal 22 47,8 10 21,7 14 30,4 46 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat2siswa (5,9%) dengan

IMT/Umalnutrisi yang memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan pada

siswa dengan IMT/U normal yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak

14 siswa (30,4%). Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,022, artinya

pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar.

5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.18

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Pendidikan ibu

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,840

Pendidikan

rendah 7 46,7 5 33,3 3 20,0 15 100

Pendidikan

tinggi 35 53,8 17 26,2 13 20,0 65 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendidikan ibu rendah

yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 3 (20,0%) siswa, sedangkan siswa

dengan pendidikan ibu tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 13

(20,0%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh P valuesebesar

Page 95: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

76

0,840artinya pada α % tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar

dengan pendidikan ibu.

5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.19

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Pekerjaan ibu

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,873 Bekerja 12 57,1 5 23,8 4 19,0 21 100

Tidak bekerja 30 50,8 17 28,8 12 20,3 59 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar

diketahui bahwa siswa dengan ibu yang bekerja yang prestasi belajarnya sangat

baik sebanyak 4siswa (19%), sedangkan siswa dengan ibu tidak bekerja yang

prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 siswa (20,3%). Dari hasil statistik

didapatkan bahwa siswa yang prestasi belajarnya kurang jumlahnya banyak pada

ibu yang tidak bekerja. Hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan karena ibu yang

bekerja dan tidak bekerja sama-sama tidak memberikan bimbingan belajar kepada

siswa atau waktu yang diberikan untuk memberi bimbingan belajar antara ibu

yang bekerja dan tidak bekerja tidak jauh berbeda. Berdasarkan perhitungan

statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,873, artinya pada α 5 % tidak ada

hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pekerjaan ibu.

Page 96: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

77

5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.20

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Pendapatan

orangtua

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,006 Rendah 25 67,6 10 27,0 2 5,4 37 100

Tinggi 17 39,5 12 27,9 14 32,6 43 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendapatan orangtua

rendah yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak 2 (5,4%), sedangkan

siswa dengan pendapatan orangtua tinggi sebanyak 14 (32,6%). Berdasarkan hasil

perhitungan statistik didapatkan P valuesebesar 0,006, artinya pada α 5 % ada

hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pendapatan orangtua

siswa.

5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.21

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Jenis kelamin

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,156 Laki-laki 21 50,0 15 35,7 6 14,3 42 100

Perempuan 21 55,3 7 18,4 10 26,3 38 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang prestasi

belajarnya sangat baik yaitu sebanyak 6 (14,3%), sedangkan siswa siswa

perempuan sebanyak 10 (26,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik

Page 97: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

78

didapatkan P value sebesar 0,156, artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang

signifikan antara prestasi belajar dengan jenis kelamin.

5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.22

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Uang skau

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,873 Rendah 12 57,1 5 23,8 4 19,0 21 100

Tinggi 30 50,8 17 28,8 12 20,3 59 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan uang saku rendah yang

prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 4 (19,0%) siswa. Sedangkan siswa

dengan uang saku tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12

(20,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar

0,873, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku

dengan prestasi belajar siswa.

5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.23

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Sumber KarbohidratSiswa

Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi

makanan

sumber

karbohidrat

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,000 Tidak baik 38 60,3 20 31,7 5 7,9 63 100

Baik 4 23,5 2 11,8 11 64,7 17 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan sumber karbohidrat

dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 5 (7,9%) siswa dengan

Page 98: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

79

konsumsi makanan sumber karbohidrat tidak baik yang prestasi belajarnya sangat

baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat baik yang

prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 11 (64,7%) siswaHasil uji statistik

diperoleh P valuesebesar 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat

siswa.

5.2.10 Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.24

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi

makanan

hewani

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,000 Tidak baik 39 60,9 19 29,7 6 9,4 64 100

Baik 3 18,8 3 18,8 10 62,5 16 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan hewani dengan prestasi

belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (9,4%) siswa dengan konsumsi makanan

tidak baik yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan

konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 10

(62,5%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, maka dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan

konsumsi makanan hewani siswa.

Page 99: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

80

5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.25

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan

VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi

makanan

nabati

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,000 Tidak baik 38 63,3 18 30,0 4 6,7 60 100

Baik 4 20,0 4 20,0 12 60,0 20 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,7%) siswa dengan

konsumsi makanan nabati tidak baik memiliki prestasi sangat baik. Sedangkan

siswa dengan konsumsi makanan nabati baik yang prestasi belajarnya sangat baik

sebanyak 12 (60,0%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, artinya

pada α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi

belajar dengan konsumsi makanan nabati siswa.

5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.26

DistribusiPrestasi Belajar Menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi

sayur

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,000 Tidak baik 37 62,7 18 30,5 4 6,8 59 100

Baik 5 23,8 4 19,0 12 57,1 21 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil analisis hubungan antara konsumsi sayur dengan prestasi belajar

diperoleh bahwa ada sebanyak 4 (6,8%) siswa dengan konsumsi sayur tidak baik

yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi sayur

baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (57,1%).Hasil uji

Page 100: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

81

statistikdiperoleh P value sebesar 0,000, artinya pada α 5% ada hubungan yang

signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi sayur siswa.

5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.27

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015

Konsumsi buah

Prestasi belajar Total P value

Kurang Baik Sangat baik

n % n % n % n %

0,000 Tidak baik 36 62,1 18 31,0 4 6,9 58 100

Baik 6 27,3 4 18,2 12 54,5 22 100

Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,9%) siswa dengan

konsumsi buah tidak baik memiliki prestasi belajar sangatbaik. Sedangkan siswa

dengan konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12

(54,5%). Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar 0,000,

artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan

konsumsi buah siswa.

Page 101: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

82

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Peneliti

1. Pada penelitian ini, prestasi belajar yang diteliti adalah prestasi belajar

akademik sehingga tidak bisa melihat hubungan dengan prestasi non

akademik siswa.

2. Lokasi penelitian hanya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat sehingga

tidak dapat digeneralisasi dengan sekolah lain karena memiliki karakter

pendidikan yang berbeda.

6.2 Prestasi Belajar

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Pendidikan adalah segala daya

upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan

potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak manusia, serta memiliki

keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara

(Rini, 2013). Kunci terselenggaranya pendidikan adalah dengan adanya proses

kegiatan belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Page 102: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

83

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2013).

Puncak kegiatan proses belajar disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang

dikatakan oleh Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang

dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah

ditetapkan. Menurut Ridwan (2008) prestasi akademik merupakan tingkat

kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi

yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi akademik siswa biasanya

dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu, orang lain atau siswa sendiri

akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai

(Suryabrata, 2006). Dengan kata lain, prestasi akademik merupakan bentuk lain

untuk menilai penguasaan siswa dalam proses belajar yang dituangkan dalam di

dalam nilai rapor.

Pada penelitian ini, prestasi belajar dilihat dari nilai rapor semester genap

yang diambil dari nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA, dan IPS yang kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata

kelas. Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk SD

dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa Indonesia, Matematika,

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Arikunto

(1992) dalam Fathur (2004) mengatakan bahwa ada dua indikator penilaian yaitu

penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian

acuan norma (PAN) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil

pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang

dalam kelompoknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilai

Page 103: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

84

rata-rata siswa masih di bawah nilai rata-rata kelas, sebanyak 48 siswa atau 60%

memiliki prestasi belajar tidak baik dan sebanyak 32 siswa atau 40% memiliki

prestasi belajar baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maghfuroh (2014) yang

menunjukkan bahwa hampir setengah siswa (48,6%) memiliki prestasi belajar

kurang dan ada 3 siswa (8,6%) memiliki prestasi belajar amat kurang. Berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Legi (2012) yang menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar yang baik. Perbedaan

tersebut dikarenakan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelas serta

penelitian sebelumnya dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri sehingga

mempunyai karakteristik yang berbeda.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan

belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Thursan, 2000). Faktor

internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri seperti status

gizi. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang

bersangkutan, seperti pola asuh belajar siswa, fasilitas sekolah, karakteristik

orangtua, dan konsumsi makanan.

Jadi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu adanya kegiatan belajar

sebagai aktivitas usaha mengembangkan potensi peserta didik. Hasil kegiatan

belajar dapat dilihat dari prestasi belajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa peneliti menyarankan kepada pihak orangtua maupun

sekolah untukmengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

agar dapat dilakukan intervensi sehingga siswa memenuhi standar prestasi yang

Page 104: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

85

ditetapkan oleh sekolah.Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi

akademik, maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi

non akademik.

6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap

Prestasi Belajar

6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang

baik yaitu sebanyak 61 siswa atau 76,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan

prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati

dkk (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pola

asuh belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelititan Rahmawati (2014)

menemukan bahwa pola asuh belajar memegang peranan penting dalam

perkembangan belajar siswa dan sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi

rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Pola asuh belajar yang

baik mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pitriyanti (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan

penelitian Pitriyanti (2011) dilakukan pada siswa Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB) sedangkan penelitian ini pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri.

Perbedaan pola asuh belajar secara tidak langsung akan mempengaruhi

kebiasaan-kebiasaan siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Orangtua yang

membiasakan anak untuk selalu belajar di rumah akan berpengaruh terhadap hasil

Page 105: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

86

belajar siswa di sekolah. Kebiasaan belajar berhubungan positif dengan prestasi

belajar, yaitu semakin baik kebiasaan belajar siswa maka akan semakin baik nilai

prestasi belajarnya. Nurhidayah (2008) juga mengatakan bahwa orangtua yang

membimbing siswa mengerjakan pekerjaan rumah, membacakan buku-buku

tertentu kepada mereka dan memainkan permainan yang berhubungan dengan

pendidikan cenderung memiliki siswa yang lebih berprestasi di sekolah.

Pola asuh belajar yang baik akan berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Slameto (2013) bahwa cara

orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Sebaliknya, pola asuh belajar yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan

anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan

sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya

dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi

alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau

tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar,

dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

Menurut Hardiwinoto dan Setiaabudhi (2002), pola asuh adalah pola

pengasuhan siswa yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga

membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik

dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh belajar dalam penelitian ini

meliputi menentukan waktu belajar siswa, memberikan motivasi kepada siswa,

mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah.

Agar anak dapat belajar dengan efektif, orangtua sebaiknya membuat jadwal

yang baik sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2010) antara lain

Page 106: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

87

memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, belajar, makan, mandi,

olahraga, bermain, dan lain-lain. Selain itu, Slameto (2010) juga mengatakan

sebaiknya orangtua juga memperhatikan dan menentukan waktu-waktu yang

tersedia setiap hari, merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara

menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari,

memperhatikan waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan

hasil terbaik, serta berhemat dengan waktu yang artinya setiap siswa jangan ragu-

ragu untuk memulai pekerjaan termasuk belajar.

Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga kebutuhan

terpenuhi. Motivasi bisa berasal dari dalam diri dan dari luar individu salah

satunya berasal dari orangtua (Sumiatin, 2010). Dalam mendukung prestasi

belajar yang baik, perlu adanya motivasi atau dorongan dari orangtua. Astuti dkk

(2013) mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memberikan motivasi siswa

adalah dengan menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman dan tenang untuk

menarik minat siswa agar dapat belajar dengan baik, sehingga memudahkan siswa

dalam belajar. Untuk dapat membuat siswa dapat berminat dalam belajarnya maka

orangtua bersama-sama dengan sekolah harus memberikan nasihat serta dorongan

untuk belajar.

Kegiatan mengevaluasi hasil belajar siswa penting dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Mardapi

(2000) menyatakan tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua. Pertama,

untuk mengetahui perkembangan yang dialami siswa setelah mereka mengikuti

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kedua, yaitu untuk mengukur

dan menilai efektivitas mengajar dan berbagai metode mengajar yang telah

Page 107: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

88

diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang

dilaksanakan oleh siswa.

Aspek lain yang perlu diperhatikan agar prestasi belajar anak optimal yakni

menyediakan fasilitas belajar di rumah. Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat

digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran.

Aunurrahman (2011) dalam Rejeki dkk (2011) menyatakan bahwa sarana dan

prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika

siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan

menjadi lebih giat dan lebih maju (Slameto, 2010). Kurang lengkapnya buku-buku

yang diperlukan menyebabkan siswa malas belajar serta menghalanginya untuk

belajar lebih baik, karena siswa tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh

apabila buku-buku yang diperlukan sebagai alat penunjang tidak lengkap atau

tidak ada. Alat tulis seperti pensil, pena, buku tulis, dan lainnya wajib dimiliki

oleh siswa untuk menunjang kelancaran belajar itu sendiri (Nasution dkk, 2005).

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa siswa dengan pola asuh belajar

baik prestasi belajarnya juga baik, dan sebaliknya siswa dengan pola asuh tidak

baik prestasi belajarnya tidak baik. Oleh karena itu, diharapkan bagi orangtua

siswa untuk mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus

memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta

melengkapi fasilitas belajar anak.

Page 108: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

89

6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi

Belajar

Pada penelitian ini persepsi yang ingin dilihat adalah persepsi siswa

terhadap fasilitas sekolah. Instrumen yang digunakan adalahskala likert yang

terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa dengan skor jawaban 1-5.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki

persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%. Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara persepsi siswa terhadap fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa.

Persepsi adalah pandangan orang tentang kenyataan. Persepsi merupakan

suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak

manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan

lingkungannya. Hubungan dilakukan yaitu dengan inderanya, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman (Slameto, 2010). Berdasarkan

observasi, fasilitas belajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dapat

dikatakan lengkap dilihat dari tersedianya ruang kelas, ruang olahraga,

perpustakaan, meja belajar, dan lain sebagainya. Sebagaimana Febriani (2013)

menyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran antara lain ruang

belajar/kelas, tempat berolahraga, meja belajar, perpustakaan, laboratorium,

komputer, tempat buku-buku pelajaran dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas

belajar di sekolah.

Page 109: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

90

Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa

walaupun fasilitas sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat termasuk

lengkap akan tetapi pemanfaatan beberapa fasilitas sekolah ada yang tidak sesuai

dengan fungsinya. Seperti fasilitas laboratorium komputer yang jarang digunakan

dan perpustakaan yang beralih fungsi sebagai pengganti ruang belajar mengajar.

Hal tersebut yang menyebabkan meskipun sebagian persepsi siswa terhadap

fasilitas sekolah baiklebih banyak yang prestasi belajarnya tidak baik. Selain itu,

kuesioner juga menjadi keterbatasan penelitian.Berikut kutipan dari hasil

wawancara tentang pemanfaatan fasilitas sekolah :

“Jarang ke lab komputer kak, terus kalau ada pelajaran komputer guru

komputernya suruh masing-masing kelompok harus bawa laptop. Kalau

perpusnya suka dijadiin kelas..”

Fasilitas belajar di sekolah merupakan aspek penting dalam kegiatan belajar.

Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2013) bahwa alat pelajaran erat

hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh

guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang

diajarkan. Fasilitas belajar yang lengkap dan memadai akan memperlancar

penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah

menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat

dan lebih maju. Mengusahakan fasilitas belajar yang baik dan lengkap perlu agar

guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran

dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

Namun, selain fasilitas belajar yang baik ada faktor lain yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikatakan Wanhari

Page 110: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

91

(2010) bahwa sarana atau fasilitas belajar yang baik saja tidak cukup untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa umumnya tertarik untuk belajar

hanya pada saat itu saja, tapi setelah pembelajaran di kelas dengan sarana yang

baik dan menarik usai, siswa akan kembali kurang termotivasi. Oleh karena itu,

guru juga perlu mengembangkan metode mengajar yang membuat siswa aktif.

Metode yang dikembangkan juga harus mempertimbangkan keadaan siswa.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2014)

bahwa ada pengaruh antara persepsi fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.

Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik sampel, penelitian Wiyono (2014)

dilakukan pada siswa SMP.

Berdasarkan hasil penelitian tidak ada perbedaan prestasi belajar antara

siswa yang memiliki persepsi baik terhadap fasilitas sekolah maupun persepsi

tidak baik terhadap fasilitas sekolah. Persepsi bisa bersifat subjektif tergantung

pengalaman dari masing-masing siswa sehingga apabila siswa mempunyai

pandangan negatif terhadap sesuatu akan berdampak pada persepsi yang

dihasilkan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya

untuk meneliti faktor-faktor eksternal lain yang berhubungan dengan prestasi

belajar.

6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar

Status gizi langsung dapat diukur dengan melihat berat badan dan tinggi

badan siswa (Creasoft, 2010).Pada penelitian ini, status gizi ditentukan dengan

menggunakan indeks antropometri IMT/U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa mempunyai IMT/U normal sebanyak 46 siswa atau (57,5%).

Page 111: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

92

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiana (2009)

yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berstatus status gizi normal

(94,4%) dan sisanya berstatus gizi lebih (2,25%), kurang (2,25%), dan buruk

(1,1%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT/U

dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nadharatunna’im dan Afrida (2014) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar. Hal yang sama juga

dikemukakan pada hasil penelitian Udu (2014) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara IMT/U dengan prestasi siswa. Berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Annas (2011) dan penelitian Agustini dkk

(2013) bahwa tidak terbukti secara signifikan adanya hubungan antara IMT/U

dengan prestasi belajar siswa. Hal ini karena subyek penelitian Annas (2011)

dilakukan pada siswa MTs, sedangkan pada penelitian Agustini dkk (2013)

dilakukan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri sehingga terdapat perbedaan

karakteristik sampel penelitian.

Status gizi merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Siswa yang kekurangan gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi

belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas

siswa di sekolah antara lain sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan

pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah

(Masdewi dkk, 2011). Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi

menyebabkan pertumbuhan badan terganggu sehingga badan lebih kecil

dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan

Page 112: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

93

terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak.

Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang

menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih

rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.

Selain itu, pada penelitian ini siswa dengan IMT/U normal memiliki prestasi

belajar baik lebih banyak dibandingkan siswa dengan IMT/Umalnutrisi. Status

gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan

tingkat kecerdasan yang baik pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk

menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, dan

tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak di sekolah juga kurang

(Devi, 2012). Selain itu menurut Khomsan (2004), status gizi akan mempengaruhi

tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap

pelajaran di sekolah, sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan

memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik

pula di sekolahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang

akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap

pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik.

Sedangkan untuk siswa yang memiliki status gizi lebih juga dapat

menurunkan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan siswa dengan gizi lebih akan

mengalami masalah sosial dan psikologis. Siswa dengan gizi lebih bahkan

obesitas berat lebih banyak absen di sekolah karena merasa malu atau jelek. Selain

itu, anak dengan gizi lebih juga memiliki masalah konkret seperti keseimbangan

tubuh yang kurang, tidak lincah, mudah terjatuh, mudah mengantuk, sulit

berkonsentrasi sehingga prestasi belajar kurang baik (Adriana, 2006).

Page 113: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

94

Hasil penelitian menunjukkan siswa dengan IMT/U normal prestasi

belajarnya baik, dan sebaliknya siswa dengan IMT/U malnutrisi prestasi

belajarnya tidak baik.Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya

untuk memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan kegiatan

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin agar status

gizi siswa dapat dipantau.

6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa

memiliki pendidikan menengah yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wulandari (2014) diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan

antara tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan

perbedaan karakteristik sampel yaitu penelitian Wulandari (2014) dilakukan pada

Sekolah Dasar Negeri dan subjek penelitian tersebut hanya pada siswa kelas V.

Ibu memiliki peran yang lebih besar dalam prestasi belajar siswa di

bandingkan dengan ayah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Indriani (2008),

untuk mewujudkan pendidikan yang baik dalam keluarga maka ibu mempunyai

peranan yang lebih dari pada ayah. Dapat dipahami bahwa dari kecil seorang

siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi dengan ibu

dalam kehidupan sehari-hari. Kesempatan ini adalah peluang terbesar bagi

seorang ibu untuk membimbing siswa dengan pola asuh yang sesuai untuk

diterapkan dalam keluarganya serta upaya ibu untuk mencerdaskan siswa

Page 114: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

95

sehingga berdampak positif bagi perkembangan siswa yang pada akhirnya dapat

berprestasi di sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui hubungan

pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa.

Menurut Zahara (1995) dalam Reskia dkk (2014), keberhasilan pendidikan

seorang siswa terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah bagaimana cara ibu

mengarahkan cara belajar siswa. Cara ibu membimbing dan mengarahkan siswa

dalam belajar sangat penting sebab ibu merupakan pusat pendidikan pertama dan

utama bagi seorang siswa. Ibu merupakan proses penentu dalam keberhasilan

belajar. Pendidikan yang diberikan ibu merupakan dasar dan sangat menentukan

perkembangan siswa selanjutnya (Reskia dkk, 2014). Oleh karena itu, keterkaitan

ibu dalam mendidik siswa sangatlah penting dan ibu pun seharusnya memiliki

pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mendidik siswa secara optimal.

Namun, belum tentu ibu dengan pendidikan tinggi memberikan bimbingan

belajar kepada siswa. Widjdati (2013) mengatakan bahwa walaupun kedudukan

sosial ibu (pendidikan ibu) tinggi, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan

pendidikan anaknya hal itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial

siswa. Pernyataan tersebut dapat dipahami karena kedudukan sosial ibu yang

tinggi adapula yang kurang memperhatikan pendidikan siswa karena kesibukan

sehingga menomorduakan siswa tersebut. Sementara ada ibu yang pendidikannya

rendah tetapi sangat mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi

siswa agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya.

Pendidikan ibu yang tinggi belum tentu membimbing siswa belajar sehingga

prestasi belajar pada siswa dengan ibu pendidikan tinggi maupun dasar atau

Page 115: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

96

menengah sama. Hal ini karena keberhasilan prestasi belajar anak belum pada

tingkat pendidikan ibu namun pada kesadaran dalam mementingkan pendidikan

anaknya. Oleh karena itu, diharapkan ibu lebih memprioritaskan pendidikan siswa

di rumah.

6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, pekerjaan ibu menggunakan instrumen kuesioner yang

diisi oleh masing-masing ibu responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59

siswa atau 73,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan prestasi belajar antara siswa yang memiliki ibu dengan tidak bekerja

sebanyak 23 siswa (39%) maupun siswa dengan ibu yang bekerja baik itu sebagai

buruh (0%), wiraswasta/swasta sebanyak 6 siswa (42,9%) atau PNS/TNI/POLRI

sebanyak 3 siswa (60%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar siswa.

Diketahui pula perbandingan rasio antara siswa yang prestasi belajar tidak baik

ataupun baik jumlahnya sama, baik itu pada ibu yang tidak bekerja maupun yang

bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Saniarto (2013) yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan

prestasi belajar.

Alasan ditelitinya pekerjaan ibu karena berkaitan dengan cara ibu

membimbing siswa dalam belajar. Sementara pada penelitian Purwindarini dkk

(2014) menemukan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki

pengaruh sangat kecil untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Page 116: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

97

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan tidak selalu menjadikan siswa mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan cara ibu mengasuh dengan

kehangatan dan emosi positif dapat berdampak baik dalam perkembangan

intelektual anak.

Ibu yang bekerja tetap bisa meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini

dikarenakan seorang ibu yang bekerja bukan penghalang untuk memberikan

bimbingan dan motivasi kepada anaknya untuk belajar. Sebagaimana yang

dikatakan Rezky (2010), ibu yang bekerja dan ingin meniti karier tetap bisa

memberi perhatiannya kepada siswa dan tetap bisa melaksanakan fungsinya

sebagai ibu dengan baik dengan cara menekankan kualitas untuk memberikan

perhatian dan kasih sayang, bukan pada kuantitasnya. Begitu pula sebaliknya, ibu

yang tidak bekerja belum tentu memberikan waktu bimbingan untuk belajar

kepada anaknya.

Prestasi belajar pada siswa yang ibunya bekerja maupun tidak bekerja tidak

jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena ibu yang bekerja maupun

tidak bekerja sama-sama berpeluang untuk tidak memberikan bimbingan belajar

kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada ibu untuk memberikan jadwal

rutin dalam memberikan bimbingan agar meningkatkan prestasi belajar siswa.

6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki orangtua

dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%. Hasil analisis

bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar

dengan pendapatan orangtua siswa. Sejalan dengan penelitian Widjdati (2013)

Page 117: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

98

yang menunjukkan bahwa pendapatan orangtua memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi belajar dengan P value 0,000. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2013) di Sekolah Dasar Negeri

23 Pontianak yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara pendapatan orangtua terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan

sampel pada penelitian Ardi (2013) terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Selain itu,

terdapat perbedaan karakteristik responden penelitian, yang mana penelitian

tersebut dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri.

Abdulsyani (2007) mengatakan status sosial ekonomi adalah salah satunya

berhubungan dengan pendapatan. Gerungan (1991) dalam Widjdati (2013)

mengemukakan bahwa status sosial ekonomi orangtua tentulah mempunyai

peranan terhadap perkembangan siswa, bahwa dengan adanya perekonomian yang

cukup, lingkungan material yang dihadapi siswa di dalam keluarganya lebih luas,

akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai

macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alat-alatnya.

Sama halnya pendapat yang dikatakan Florence (2008) dalam Saniarto (2013)

bahwa orangtua dengan pendapatan yang tinggi berhubungan dengan prestasi

siswa yang tinggi pula. Sedangkan pendapatan orangtua yang rendah berkaitan

dengan kurangnyapenyediaan fasilitas belajar di rumah, pengetahuan tentang gizi,

daya beli makanan sehat dan bergizi seimbang yang berakibat pada rendahnya

kualitas makanan yang dimakan siswa dan prestasi belajar siswa.

Status ekonomi orangtua merupakan faktor pendukung keberhasilan proses

belajar, sebab menurut Widjdati (2013) dengan keadaan ekonomi orangtua yang

cukup, siswa akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah,

Page 118: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

99

karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat

terpenuhi oleh orangtuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi orangtua

rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran dalam di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari

proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orangtuanya. Selain itu, Fitriani (2010)

menyatakan bahwa kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah,

kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi.

Kurangnya penekanan mengenai pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi

motivasi belajar anak. Anak akan cenderung memiliki motivasi belajar rendah

karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di

rumah tidak terpenuhi oleh orangtuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki

semangat dalam belajar.

Dari hasil penelitian,pendapatan orangtua yang tinggi maka prestasi belajar

siswa baik, dan sebaliknya pendapatan orangtua yang rendah maka prestasi belajar

siswa tidak baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendapatan keluarga

dalam mengoptimalkan prestasi belajar anak.

6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa siswa laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sulistiana dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh gender terhadap prestasi belajar.

Page 119: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

100

Berbeda dengan pendapat Friedman (2008) dalam Muthoharoh dkk (2014),

siswa laki-laki mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam prestasi akademik

sedangkan siswa perempuan lebih mahir dalam mengerjakan tugas-tugas

membaca dan menulis. Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang

emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah, komunikatif, mudah bergaul,

dan lemah dalam ilmu matematika, subjektif, pasif, dan mudah dipengaruhi.

Sedangkan laki-laki dideskripsikan sebagai makhluk yang rasional, mandiri,

agresif, dominan, berorientasi pada prestasi, dan aktif.

Menurut Gallagher dalam Muthoharoh dkk (2014) menyatakan bahwa

meskipun laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam perkembangan

fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada bukti yang

berhubungan antara perbedaan fisik dengan kemampuan intelektual. Prestasi

akademik tidak dapat dijelaskan melalui perbedaan biologis. Faktor sosial dan

kultural merupakan alasan utama yang menyebabkan terdapat perbedaan gender

dalam prestasi akademik. Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas terhadap

mata pelajaran, persepsi terhadap mata pelajaran khusus, gaya penampilan laki-

laki dan perempuan serta perlakuan guru.

Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa

laki-laki dan siswa perempuan. Siswa perempuan bisa memiliki prestasi belajar

baik tergantung pada kebiasaan belajar siswa tersebut.

6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, variabel uang saku menggunakan instrumen berupa

kuesioner yang diisi pada masing-masing responden. Uang saku pada penelitian

Page 120: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

101

ini adalah uang yang dihabiskan siswa untuk membeli makanan dalam sehari,

dengan kata lain uang saku tersebut berkaitan dengan asupan jajan siswa. Uang

saku dikatakan tinggi jika ≥ Rp 10.000 dan rendah jika < Rp 10.000. Berdasarkan

hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki uang saku

yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,80%. Hasil analisis bivariat

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan

prestasi belajar siswa yang memiliki P value sebesar 1,000.Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Napsiah (2012), hasil penelitian diperoleh ada pengaruh

positif yang signifikan antara uang saku terhadap prestasi belajar. Hal ini

dikarenakan karakteristik subjek penelitian Napsiah (2012) terdiri dari siswa

SMPIT. Selain itu, uang saku yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya

uang saku yang dihabiskan untuk membeli makanan dalam sehari namun uang

saku yang dimaksud adalah uang yang digunakan untuk mendukung proses

belajar siswa seperti transportasi ke sekolah.

Pemberian uang saku pada siswa dapat mempengaruhi kebiasaan jajan siswa

di sekolah. Siswa yang memiliki uang saku tinggi akan meningkatkan frekuensi

siswa untuk jajan dibandingkan pada siswa dengan uang saku rendah. Hal ini

sejalan dengan pendapat Anzarkusuma dkk (2014) bahwa uang saku yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi frekuensi jajan siswa. Frekuensi jajan siwa yang

tinggi menyebabkan anak lebih suka jajan daripada belajar di rumah.

Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa yang

dimakan dan frekuensinya (Anzarkusuma dkk, 2014). Penelitian Sulistyanto

(2005) dalam Febriani (2013) yang dilakukan di dua sekolah dasar pun

menemukan bahwa asupan jajan siswa berkontribusi terhadap asupan makanan

Page 121: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

102

siswa sehari-hari. Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang

berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan

olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya

seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan mencolok sehingga

disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo (2005), siswa yang

senang jajan akan terancam kekurangan gizi karena komposisi zat gizi dalam

makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali.

Namun walaupun hasil penelitian uang saku siswa sebagian besar tinggi,

siswa juga banyak yang membawa bekal makanan dari rumah. Membawa bekal

dari rumah lebih baik karena lebih aman dan mempunyai nilai gizi dibandingkan

dengan jajan. Menurut Nuraini (2007) membawa bekal yang dimasak sendiri lebih

terjamin keamanannya dibanding anak jajan langsung di sekolah.

Jadi, tidak terlihat adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan

uang saku tinggi maupun siswa dengan uang saku rendah. Uang saku yang tinggi

dapat menyebabkan anak lebih menyukai jajan dibandingkan dengan belajar

sehingga siswa dengan uang saku rendah juga dapat memiliki prestasi belajar

yang baik. Untuk mencegah anak kekurangan gizi akibat konsumsi makanan

jajanan yang tidak mengandung zat gizi, diharapkan kepada orangtua untuk

membawa bekal sehat untuk siswa dan tidak lupa melengkapinya dengan sayur

dan buah.

6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar

Pada penelitian ini, konsumsi makanan yang diteliti meliputi konsumsi

makanan sumber karbohidrat, konsumsi makanan hewani, konsumsi makanan

Page 122: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

103

nabati, konsumsi sayur, dan konsumsi buah. Instrumen yang digunakan pada

pengambilan data konsumsi makanan adalah lembar FFQ kualitatif. Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi (2008), pola makan yang seharusnya

kita konsumsi dikenal dengan istilah B3 (bergizi, beragam, dan berimbang).

Istilah B3 yang dimaksud adalah konsumsi makanan yang berasal dari makanan

sumber karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah.

Menurut Masdewi dkk (2011) mengatakan konsumsi makanan atau perilaku

makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung

perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi

belajar menjadi lebih baik. Selain itu, Kasdu (2004) mengemukakan bahwa

perkembangan anak berkaitan dengan pertumbuhan otak, sedangkan faktor utama

yang mempengaruhinya adalah gizi atau nutrisi yang didapatnya. Jika ini

berlangsung dalam waktu yang lama, anak yang kekurangan gizi menyebabkan

tingkat intelektual mereka menurun 10-15 IQ point dengan risiko tidak mampu

mengadopsi ilmu pengetahuan. Anak yang kekurangan gizi dalam waktu yang

lama menyebabkan penurunan jumlah sel otak sebesar 15-20%.

6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi

makanan sumber karbohidrat yang tidak baik yaitu sebanyak 63 siswa (78,8%).

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi

makanan sumber karbohidrat dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Wardoyo dkk (2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan

antara asupan karbohidrat dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak

langsung mempengaruhi prestasi belajar.

Page 123: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

104

Hasil penelitian diketahui dari konsumsi makanan sumber karbohidrat yang

tidak baik, sebanyak 57 siswa (71,3%) memiliki konsumsi berlebih dan sebanyak

6 siswa (7,5%) memiliki konsumsi kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa

siswa lebih banyak yang memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat

berlebih dibandingkan dengan konsumsi kurang karena berdasarkan hasil

penelitian mengenai pendapatan orangtua, siswa dengan orangtua yang memilki

pendapatan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan yang rendah

sehingga cenderung tidak kesulitan dalam hal ketersediaan makanan. Hal ini

sebagaimana yang dinyatakan oleh Depkes RI (2008), faktor ekonomi keluarga

turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik dari

segi kualitas maupun jumlah makanan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya

beli makanan yang berperan untuk memperbaiki status gizi. Terpenuhinya

keanekaragaman bahan makanan dan kecukupan jumlahnya dapat berperan dalam

mencapai status gizi yang baik.

Pada penelitian ini, siswa yang memiliki konsumsi makanan sumber

karbohidrat yang tidak baik cenderung memiliki prestasi belajar yang tidak baik.

Makanan sumber karbohidrat dibutuhkan sebagai energi dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari. Siswa yang kurang memenuhi kecukupan zat gizi secara

tidak langsung berdampak pada aktivitas mereka dalam belajar. Kebutuhan zat

gizi siswa penting untuk diperhatikan sebab defisiensi gizi pada usia sekolah

dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan cepat lelah dan berakibat

meningkatnya angka absensi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar

sehingga menurunkan prestasi belajar (Masdewi dkk, 2011).

Page 124: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

105

6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi

makanan hewani tidak baik yaitu sebanyak 64 siswa (80%). Hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan

hewani dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution

(2003) yang menemukan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan hewani

dengan status gizi yang secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar.

Dari hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan

hewani tidak baik terdiri dari 60 siswa (75%) memilki konsumsi berlebih dan 4

siswa (5%) memiliki konsumsi kurang. Banyaknya siswa yang mengonsumsi

makanan hewani secara berlebih dikarenakan keadaan ekonomi keluarga siswa

yang tergolong baik sehingga walaupun makanan hewani merupakan jenis

makanan yang mahal tidak menjadikan faktor penghambat dalam pemenuhan

konsumsi makanan hewani. Santi dkk (2012) juga mengatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendapatan orangtua maka semakin baik status gizi siswa, uang

mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak mempunyai uang berarti

semakin baik makanan yang diperolehnya sehingga dapat dikatakan ada hubungan

yang kuat antara kemakmuran keluarga dengan ketersediaan makanan dan

keadaan gizi.

Makanan hewani mengandung zat gizi protein yang dibutuhkan oleh tubuh

untuk pertumbuhan khususnya pada siswa. Selain itu, protein juga berfungsi

sebagai nutrisi otak sehingga berdampak pada prestasi belajar. Dalam keadaan

normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber

energi. Dalam proses absorbsi, glukosa diabsorbsi secara aktif menggunakan alat

Page 125: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

106

angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses

pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan

otak mengalami kekurangan glukosa dan mempengaruhi daya konsentrasi serta

prestasi belajar.

6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi

makanan nabati tidak baik yaitu sebanyak 60 siswa (75%). Hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan

nabati dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardoyo dkk

(2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan protein

nabati dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak langsung mempengaruhi

prestasi belajar.

Walaupun kandungan gizi pada makanan nabati lebih rendah

dibandingkan dengan makanan hewani, namun pemenuhan kecukupan makanan

nabati tetap harus terpenuhi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Matayane dkk

(2014), sebaiknya setiap orang perlu mengonsumsi makanan sumber protein

dalam jumlah yang cukup baik itu hewani maupun nabati sebab kekurangan

protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan

tubuh menurun, lebih rentan terhadap penyakit, serta daya kreativitas dan daya

kerja menurun serta secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar.

Diketahui pula siswa yang memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik

mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang memiliki konsumsi makanan nabati baik. Dengan demikian, pemenuhan zat

gizi yang berasal dari makanan nabati merupakan faktor yang berdampak pada

Page 126: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

107

prestasi belajar. Kasdu (2004) mengatakan bahwa makanan nabati mengandung

zat gizi protein dan protein mengandung asam amino yang berfungsi dalam

tumbuh kembang otak. Asam amino dibutuhkan untuk pembentukan sarung

mielin dan untuk pembentukan neurotransmitter, yaitu senyawa kimia penghantar

impuls saraf (asam amino glisin, glutamat, dan tritopan). Biosintesis protein

dalam otak tergantung pada supan asam amino dalam makanan baik itu bahan

makanan hewani maupun nabati. Sumber protein nabati yang memiliki nilai

biologi tinggi adalah kedelai, termasuk bahan makanan dari olahan kedelai.

6.3.9.4 Konsumsi Sayur

Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur yang

tidak baik yaitu sebanyak 59 siswa (73,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi

belajar. Berbeda dengan penelitian Saniarto dkk (2013) yang menunjukkan tidak

terdapat hubungan antara pola makan sayur dengan prestasi belajar anak. Hal ini

disebabkan karena penelitian Saniarto dkk (2013) dilakukan pada anak stunting

sehingga terdapat perbedaan karakteristik sampel penelitian.

Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi oleh banyak siswa adalah sayuran

yang berwarna hijau seperti bayam, kacang panjang, kangkung, selada, dan

lainnya. Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi siswa tersebut selain mengandung

serat yang berlimpah juga banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan tubuh.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ayu (2015) bahwa sayuran hijau mempunyai

nutrisi yang paling lengkap dibandingkan dengan kelompok sayuran hijau lainnya.

Ellis (2010) mengatakan bahwa sayuran terutama yang berwarna hijau

mempunyai kandungan gizi yang luar biasa, seperti bayam yang mengandung zat

Page 127: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

108

besi dan asam folat dalam jumlah besar. Asam folat berfungsi sebagai makanan

otak dan diperlukan untuk pengeluaran tenaga dan pembentukan sel darah merah.

Fe juga sangat berperan penting di dalam meningkatkan kerja otak. Jika

kebutuhan zat besi dan senyawa folat kurang, maka metabolisme otak bisa

terganggu. Akibatnya, enzim-enzim yang dipakai untuk memperlancar kerja otak

juga berkurang.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki

konsumsi sayur tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi sayur baik.Sitompul (2014)

mengemukakan bahwa anak harus banyak mengonsumsi makanan yang

mengandung vitamin agar terhindar dari kekurangan gizi yang akan mengganggu

kecerdasan serta gangguan perilaku sosial. Sebagai contoh, anak yang kurang

mengonsumsi sayur akan mengalami defisiensi zat besi dan mengakibatkan

anemia serta berpengaruh terhadap prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh

Arisman (2006) bahwa faktor yang menyebabkan asupan zat besi tidak adekuat

dimana makanan yang berasal dari buah dan sayuran hijau tidak dikonsumsi

secara cukup. Almatsier (2002) mengemukakan bahwa defisiensi besi

berpengaruh luas terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.

6.3.9.5 Konsumsi Buah

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi

buah yang tidak baik yaitu sebanyak 58 siswa (72,5%). Berdasarkan analisis

bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi

belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aritonang dkk (2004) yang

Page 128: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

109

menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan yaitu

termasuk konsumsi buah dengan prestasi belajar.

Kecukupan konsumsi buah siswa sehari-hari tidak kalah pentingnya dengan

sayur, konsumsi buah yang cukup juga perlu untuk melengkapi kebutuhan gizi,

buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten atau

provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, fosfor, dan mineral lain) dalam

jumlah kecil. Selain itu, pada penelitian ini diketahui pula siswa yang memiliki

konsumsi buah tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi buah baik. Hal ini sesuai

dengan penelitian Sifusdottir et.al (2006) dalam Saniarto (2013) menemukan

bahwa mengonsumsi sayur dan buah cukup berkaitan dengan prestasi belajar yang

baik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumsi makanan siswa baik maka prestasi

belajarnya juga akan baik, dan sebaliknya. Untuk melengkapi kebutuhan gizi,

maka siswa perlu mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah yang banyak

mengandung vitamin dan mineral. Pada penelitian ini konsumsi makanan nabati,

sayur, dan buah siswa masih kurang, oleh karena itu diharapkan pihak sekolah

untuk mengadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah setiap

pekannya agar siswa terbiasa serta gizi siswa semakin terpenuhi. Orangtua siswa

bisa mendukung program sekolah dengan menyediakan bekal makanan sehat yang

menarik sehingga di sukai siswa dan tampilan bekal makanan tidak

membosankan.

Page 129: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

110

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Sebagian besar siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat memiliki

prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%.

2. Sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang baik, yaitu sebanyak

61 siswa atau 76,2%.

3. Sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di

sekolah, yaitu sebanyak 51 siswa atau 63,8%.

4. Sebagian besar siswa memiliki IMT/U normal, yaitu sebanyak 46 siswa atau

57,5%.

5. Distribusi karakteristik orangtua siswa

a. Sebagian besar ibu siswa memiliki pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 65

siswa atau 81,2%.

b. Sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59

siswa atau 73,8%.

c. Sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendapatan tinggi, yaitu

sebanyak 43 siswa atau 53,8%.

6. Distribusi karakteristik siswa

a. Sebagian besar siswa berjenis kelamin laki-laki, yakni sebanyak 42

siswa atau 52,5%.

Page 130: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

111

b. Sebagian besar siswa memiliki uang saku yang tinggi, yaitu sebanyak 59

siswa atau 73,8%.

7. Distribusi konsumsi makanan

a. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat

tidak baik, yaitu sebanyak 63 siswa atau 78,8%.

b. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik,

yaitu sebanyak 64 siswa atau 80,0%.

c. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik,

yaitu sebanyak 60 siswa atau 75,0%.

d. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur tidak baik, yaitu

sebanyak 59 siswa atau 73,8%.

e. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi buah tidak baik, yaitu sebanyak

58 siswa atau 72,5%.

8. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan

prestasi belajar.

9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas

sekolah dengan prestasi belajar.

10. Ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar.

11. Hubungan karakteristik orangtua siswa dengan prestasi belajar

a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

prestasi belajar.

b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi

belajar.

Page 131: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

112

c. Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua siswa dengan

prestasi belajar.

12. Hubungan karakteristik siswa dengan prestasi belajar

a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

prestasi belajar.

b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan prestasi

belajar.

13. Hubungan konsumsi makanan dengan prestasi belajar

a. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan sumber

karbohidrat dengan prestasi belajar.

b. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan hewani dengan

prestasi belajar.

c. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan nabati dengan

prestasi belajar.

d. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi

belajar.

e. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi

belajar.

7.2 Saran

1. Bagi Orangtua Siswa

Mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus

memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta

melengkapi fasilitas belajar anak. Selain itu, orangtua dapat mendukung program

sekolah yakni pekan konsumsi makanan nabati, sayur, dan buah dengan cara

Page 132: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

113

menyiapkan bekal makanan sehat yang menarik sehingga disukai siswa dan

tampilan bekal makanan tidak membosankan.

2. Bagi Sekolah

Sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya untuk memperhatikan status gizi

siswanya dengan mengadakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan secara rutin agar status gizi siswa dapat dipantau. Selain itu, perlu

juga diadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur,dan buah setiap

pekannya agar siswa terbiasa dalam mengonsumsi makanan nabati, sayur dan

buah serta gizi siswa semakin terpenuhi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya menambahkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi

belajar sebagai variabel penelitian selain faktor-faktor yang telah diteliti pada

penelitian ini. Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi akademik,

maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi non

akademik.

Page 133: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

114

Daftar Pustaka

Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Abdurrahim. (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk

Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) Di Madrasah Aliyah Kota Bima. Tesis. Depok:

Universitas Pendidikan Indonesia

Adika et al. (2014). Edisi VIII, Tahun I - Majalah Kesehatan Muslim. Yogyakarta:

Pustaka Muslim

Agustini, Creisye Cynthia et al. (2013). Hubungan antara Status Gizi dengan

Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing

Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Poltekkes Kemenkes Manado

Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta:

Grasindo

Almatsier, Sunita. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Ambarini, & Yekti Hartati Effendi. (2008). Menu Sehari-Hari untuk Sebulan

Golongan Darah B. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Andriana, Elga. (2010). Tanya Jawab Problema Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Kanisius

Anggota IKAPI. (2008). Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta: Gramedia

_____________. (2010). Health Secret of Pepino. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Annas, Mohamad. (2011). Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status

Gizi, dan Makan Pagi terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Media Ilmu

Keolahragaan Indonesia, Volume 1. Edisi 2

Anzarkusuma, et al. (2014). Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah

Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of Human

Nutrition, Vol. 1 No. 2 :135-148

Ardi, Sadam. (2013). Pengaruh Sosial Ekonomi Orangtua Siswa terhadap

Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur Kota

Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura

Ariani, Mewa. (2010). Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat

Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan. Jurnal Gizi Indon, 33(1): 20-

28

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Arisandi, Riza et al. (2007). Analisis Persepsi Anak Terhadap Gaya Pengasuhan

Orang tua, Kecerdasan Emosional, Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa

Kelas Xi Di Sma Negeri 3 Sukabumi

Page 134: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

115

Arisandi, Yohana et al. (2011). Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta:

Eska Medika

Arisman, M. B. (2006). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.

Jakarta: EGC

Aritonang, Evawany et al. (2004). Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya dengan

Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Pelajar SD di Daerah Endemik Gaki

Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera

Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Aryani, Dian et al. (2014). Perbedaan Konsumsi Cairan, Besaran Energi

Minuman, dan Berat Jenis Urine pada Murid Kelas 4-5 Sekolah Dasar

Negeri Sudimara 8 dan Sekolah Dasar Swasta Yadika 3 Ciledug. Artikel

Universitas Esa Unggul

Astuti, Dewi et al. (2013). Analisis Peran Orangtua dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Pontianak. Skripsi. Pontianak:

Universitas Pontianak

Atosokhi, Antonius et al. (2003). Relasi Dengan Sesama Character Building II.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Ayu, Nectaria. (2015). Green Smoothies: Super Healthy & Healing Drink.

Jakarta: Fmedia

Bastable, Susan B. (2002). Nurse as Education Principles of Teaching and

Learning. Jakarta: EGC

Budiarta, I Wayan et al. (2014). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan

Kecerdasan Inteektual dengan Prestasi Belajar IPA Kelas V Desa

Pengeragoan. E-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,

Vol. 2 No. 1

Chan, Levi Aditya. (2008). Panduan Wirausaha Roti Modern. Jakarta:

AgroMedia Pustaka

Chatib, Munif. (2009). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple

Intelligences Di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa

Darmadi, Hamid. (2006). Korelasi antara Status Sosial Ekonomi Orangtua

dengan Kualitas Pembelajaran di Sekolah. Jurnal STKIP Pontianak, Vol 25

No. 1

Darso. (2010). Kesiapan Belajar Siswa dan Interaksi Belajar Mengajar terhadap

Prestasi Belajar. Artikel Invotec, Volume VII No. 2

Depdiknas. (2008). Rancangan Penelitian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas

Devi, Nirmala. (2010). Nutrition and Food: Gizi untuk Keluarga. Jakarta: Buku

Kompas

Disnakertrans Banten. SK Gubernur Penetapan Upah Minimum Banten Tahun

2015

Djaali, H et al. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Page 135: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

116

Effendy, Nasrul. (1997). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, E/2.

Jakarta : EGC

Ekawati, Aminah dan Shinta Wulandari. (2011). Perbedaan Jenis Kelamin

terhadap Kemampuan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi

Kasus Sekolah Dasar). Jurnal Socioscientia Univ Borneo Tarakan, Vol. 3

No. 1

Ellis, Lioni. (2010). Berpacu Melawan Usia-Rahasia Awet Muda tanpa Obat dan

Kosmetika. Yogyakarta: ANDI

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKS

Eryanto, Henry et al. (2013). Pengaruh Modal Biaya, Tingkat Pendidikan Orang

Tua, dan Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Akademik pada

Mahawsiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol.1 No.1

Faizah, Siti Noor. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan

Kebiasaan Jajan dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di SDN

Banyuanyar III Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fathi, Bunda. (2008). Mendidik Anak dengan Al Quran. Oasis. Jakarta: Grasindo

Febriani. (2014). Hubungan Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Kelas

IV SDN 80/1 Muara Bulian. Thesis. Jambi: Universitas Jambi

Fitriani, Lina Dewi. (2010). Kontribusi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan

Penyesuaian Sosial terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi.Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia

Graha, Chairinniza. (2007). Keberhasilan Anak ditangan Orang Tua. Jakarta : PT

Elex Media Komputindo

Gunawan, Adi W. (2005). Apakah IQ Anak Bisa ditingkatkan. Jakarta: Gramedia

Pustaka

Utama.

Habsari, Sri. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: PT Grasindo

Hakim, Thursan. (2000). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

_____________. (2005). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Hamdu, Ghullam et al. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap

Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas

IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Tasikmalaya). Jurnal Penelitian

Pendidikan, Vol. 12 No. 1

Hardinsyah, et al. (2012). Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat.

Departemen Gizi, FK UI

Hardywinoto, &Tony Setiabudhi. (2002). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama

Page 136: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

117

Harun, Fathur Rahman. (2004). Penilaian dalam Pendidikan. Skripsi Universitas

Sumatera Utara

Hastono, Susanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI

Hayati, Aslis Wirda. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC

Henderson, Christine dan Kathleen Jones. (2001). Essential Midwifery. Jakarta:

EGC

Hutapea, Parulian et al. (2008). Kompetensi Plus: Teori, Desain, dan Kasus

Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Indriani, Fitriyah. (2008). Pola Asuh Orangtua terhadap Anak Berprestasi di

Sekolah. Skripsi. Malang: UIN Malang

Irianto, Anton. (2005). Kunci Sukses yang Tak Pernah Gagal. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Juliasih, Dimar Retno et al. (2013). Pengaruh Konsumsi Pangan terhadap Status

Gizi Anak Jalanan pada Komunitas Sanggar Alang-alang di Kawasan

Joyoboyo Surabaya. E-Journal Boga, Vol. 2 No. 1, 190-197

Jumarni, et al. (2012). Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan Pagi

dengan Prestasi Belajar Anak SDN 1 Pasangkayu Kecamatan Pasangkayu

Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal FKM Unismuh Palu, Vol.2 No.1

Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara

Kemenkes. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar

________. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

________. (2014). Pedoman Gizi Seimbang 2014. Diakses pada tanggal 25

November 2014 pukul 07.48 WIB http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2

Khomsan, Ali. (2004). Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:

Grasindo

Krishnawati, Naniek dan Yeni Suryani. (2010). Bahan Dasar untuk Pelayanan

Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid III. Jakarta: Gramedia

Widiarsana

Legi, Nonce Nova. (2012). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa

Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang. Jurnal Gizi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, Vo. 4 No. 1

Lestari, Dian Yuliartha. (2012). Hubungan antara Makan Pagi dengan

Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal

Universitas Muhammadiyah Malang

Lighter, Dawn. (1999). 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif pada

Anak. Yogyakarta: Kanisius

Page 137: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

118

Maghfuroh, Lilis. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi

Belajar Anak SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

Jurnal Stikes Muhla, Vol.02 No. 18

Mardapi, Djemari. (2000). Evaluasi Pendidikan. Makalah. Jakarta: Universitas

Negeri Jakarta

Mariza, Yuni Yanti. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan

Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponeegoro

Masdewi, et al. (2011). Korelasi Perilaku Makan Dan Status Gizi Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP. Jurnal Teknologi dan

Kejuruan, Vol. 34 No. 2

Matayane, Shanon et al. (2014). Hubungan antara Asupan Protein dan Zat Besi

dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter

Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-

Biomedik, Vol. 2 No. 3

Maulanaputri, Ossiriadewi. (2011). Pengaruh Konsumsi, Status Gizi, dan

Aktivitas Sehari-Hari dengan Prestasi Belajar Murid Akselerasi SD Islam

PB Sudirman Jakarta. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Mayasari, Nura. (2007). Memilih Makanan Halal. Jakarta: Quantum Media

Minatun, Sri. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri Cempaka Putih Ciputat Tumur Tahun

Ajaran 2010/2011. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Moeljanto, Rini Damayanti et al. (2002). Khasiat dan Manfaat Susu Kambing.

Depok: Agromedia Pustaka

Muaris, Hindah. (2010). 30 Menu Bekal Sekolah Anak Ala Bento. Jakarta:

Gramedia

Muninjaya, A.A. Gde. (2003). Langkah-langkah Praktis Penyusunan Proposal

dan Publikasi Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Muthoharoh, Umi et al. (2014). Hubungan gender terhadap hasil belajar

matematika pada siswa SMP

Nadesul, Hendrawan. (2007). Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar-Panduan Bagi

Ibu. Jakarta: Buku Kompas

Nadharatunna’im dan Afrida. (2014). Status Gizi dan Peran Orangtua dengan

Prestasi Belajar Murid Kelas V dan VI. Journal of Pediatric Nursing, 1(3),

154-159

Napsiah. (2012). Pengaruh Uang Saku terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah

Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ass-Assykriyah Cipondoh Kota

Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Syekh Yusuf

Page 138: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

119

Nasution, M. Yusuf. (2003). Konsumsi Pangan Hewani dan Status Gizi Siswa SD

Negeri 105349 Lubuk Pakan Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol.

27 No. 3

Nasution, Thamrin dan Nurhalijah. (2005). Peranan Orangtua dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Gunung Mulia

Nofrianto, Sulung. (2008). The Golden Teacher. Depok: PT Lingkar Pena

Kreativa

Nugrasanti, Renni. (2006). Locus of Control dan Prokastinasi Akademik

Mahasiswa. Jurnal Provitae, Vol. 2 No. 1

Nuraini, Henny. (2007). Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan

Halal. Jakarta: QultumMedia

Nurhidayah, Siti. (2008). Pengaruh Ibu Bekerja dan Peranan Ayah dalam

Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak. Jurnal Soul, Vol. 1 No. 2

Olivia, Femi. (2011). Tools for Study Skills. Jakarta: Gramedia

Pahlevi, A. E. (2012). Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No. 2, hal 122-126

Pakpahan, Haryadi. (2012). Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar terhadap

Prestasi Belajar Siswa Di SMK Raksana 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

Skripsi. Medan: Universitas Medan

Pitriyanti. (2011). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar pada

Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Kabupaten

Bungo Jambi. Skripsi. Padang: Universitas Andalas

Purwindarini, Sertina Septi. (2014). Pengaruh Keterlibatan Ayah dalam

Pengasuhan terhadap Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Journal

Development And Clinical Psychology, Vol. 3 No. 1

Puspitasari, Fika. (2008). Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah

terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut

Pertanian Bogor

Puspitawati, Herien. (2010). Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Terhadap Pola Asuh Belajar Siswa Sekolah Dasar Dan Menengah Pertama.

Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kons, Vol. 3 No. 1

Rachman, Handewi P.S, & Mewa Ariani. (2008). Penganekaragaman Konsumsi

Pangan Di Indonesia: Permasalahan Dan Implikasi Untuk Kebijakan Dan

Program. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Vol. 6

No. 2

Rahmawati, Fitria et al. (2014). Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan

Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester

Genap di Kecamatan Melaya-Jembrana.E-journal MIMBAR PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 No. 1

Page 139: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

120

Rahmawati, Stefhani Ridha. (2008). Sukses Wawancara Kerja. Jakarta:

Transmedia Pustaka

Rajab, Wahyudin. (2009). Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: EGC

Ramayulis, Rita. (2014). Slim is Easy. Jakarta: Penebar Plus

Rasyid, Harun et al. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana

Prima

Rejeki, Apriliana et al. 2013. “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kinerja Guru

terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Se-Kecamatan

Kutowinangun”. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Reni Akbar-Hawadi. (2004). Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan

Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Reskia, Sri et al. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap

Prestasi Belajar Siswa di SDN Inpres 1 Birobuli. Elementary School of

Education E-Journal, Vol. 2 No. 2

Rezky. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher

Ridwan. (2008). Kegiatan belajar terhadap prestasi yang dicapai. Diakses pada

tanggal 25 Agustus 2015 pukul 20.48 WIB Ridwan202.wordpress.com

Rini, Yuli Sectio. (2013). Pendidikan: Hakekat, Tujuan, dan Proses. Artikel UNY

Ristiana. Siska. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan

dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri

No. 101853 Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Skripsi. Universitas

Sumatera Utara

Rizki, Farah. (2013). The Miracle of Vegetables. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar dengan Sukses Cetakan Ke-7. Jakarta: PT

Gramedia.

Rosyidi, Djalal. (2006). Macam-Macam Makanan Tradisional yang Terbuat dari

Hasil Ternak yang Beredar di Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Hasil Ternak, Vol. 1 No. 1

Rukmana, Rahmat. (2001). Yoghurt dan Karamel Susu. Yogyakarta: Kanisius

Sa’adah, Rosita Hayatus et al. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi

Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota

Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3)

Saniarto, Febrian et al. (2013). Pola Makan, Status Sosial Ekonomi Keluarga dan

Prestasi Belajar pada Anak Stunting Usia 9-12 Tahun Di Kemijen

Semarang Timur. Tesis. Searang: Universitas Diponegoro

Santi, Debby Yurike, et al. (2012). Hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi dan

Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di

Page 140: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

121

Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Jurnal

Penelitian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Vol. 1 No.2

Saparinto, Cahyo, & Diana Hidayati. (2006). Bahan Tambahan Pangan.

Yogyakarta: Kanisius

Saraswati, Mila, & Ida Widaningsih. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial

(Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Bandung: Grafindo Media

Pratama

Septiani, Seala. 2012. Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U) dan Faktor Lainnya

dengan Prestasi Belajar Siswa SDN Cinere 2. Skripsi. Universitas Indonesia

Sitompul, Ewa Molika. (2014). Teknik Rahasia Ibu Menangani Penyakit Anak

Sehari-Hari. Jakarta: Arena Kids

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

______. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Sorhaindo, Annik et al. (2006). What is The Relationship Between Child Nutrition

and School Outcomes?. Wider Benefits of Learning Research Report No. 18

Subiono, Hadi Setyo,&Zaeni. (2011). Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa.

Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 1 No. 1

Sulistiana, Sriyono, &Nurhidayati. (2013). Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan

Reinforcement Guru terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA

Negeri se Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal

Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 3 No. 2

Sumiatin, Titik et al. (2010). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi

Belajar Siswa di SDN Genaharjo 01 Kecamatan Semanding Kabupaten

Tuban. Jurnal Penelitian Poltekkes Depkes Surabaya, Vol. 8 No. 1

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Sundari, Nenden. (2008). Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa Sekolah

Dasar Unggulan dan Siswa Sekolah Dasar Non-Unggulan Di Kabupaten

Serang. Jurnal Pendidikan Dasar, No. 8

Supranto, J. (2000). Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga

Suryabrata, Sumadi. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sutomo, Budi et al. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta:

PT AgroMedia Pustaka

Syafaruddin. (2012). Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan:

Perdana Publishing

Syafitri, Yunita et al. 2009. “Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Gizi

dan Pangan 4(3): 167-175

Page 141: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

122

Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tarwotjo, C. Soejoeti. (1998). Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo

Tusala, et al. (2013). Kebiasaan Makan Pagi, Status Gizi dan Prestasi Belajar

Siswa Sekolah Dasar Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Kefamenanu 4,

Nusa Tenggara Timur. Jurnal Universitas Respati Yogyakarta

Udu, Waode Sitti Asfiah. (2014). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi

Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. FK UHO

Ulya, Uly. (2012). Pengaruh Minat Belajar dan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV dan V

Riyadlotul Ulum Kunir Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun

Ajaran 2011/2012. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

Umardami, Mawi Rizki. (2011). Kebiasaan Jajan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan

Kesehatan Serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah

Dasar di Kota Bogor. Skripsi. Bogor:Institut Pertanian Bogor

Utami, et al. (2013). Pengaruh Tingkat Pembelajaran dan Tingkat Pendapatan

Orang Tua terhadap Hasil Belajar. Jurnal Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Untan

Utomo, Tatag T. A. (2005). Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak. Jakarta:

Grasindo

Waluyo, Srikandi. (2010). Rahasia Awet Muda : Mind-Body-Spirit. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo

Wandini, Kartika. (2008). Pengaruh Pola Asuh Belajar, Lingkungan

Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Potensi Akademik terhadap Prestasi

Akademik Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Wanhari. (2010). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Ketersediaan Sarana dan

Prasarana dalam Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar PAI. Skripsi.

STAIN Salatiga

Wardoyo, Hanum Aprilia et al. (2013). Hubungan Makan Pagi dan Tingkat

Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal

Media Gizi Indonesia, Vol. 9 No. 1: 49-53

Widjdati, Yusri. (2013). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap

Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi

Widyarini, Nilam M. M. (2009). Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan

Antar Manusia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Wiyono, Tulus. (2014). Pengaruh Persepsi tentang Fasilitas Belajar dan Motivasi

Berprestasi Peserta Didik terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Bumijawa Kabupaten Tegal.

Tesis. Institut Agama Islam Negeri Walisongo

World Health Organization. (1991). Sample Size Determination In Health Studies

Page 142: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

123

Yuningsih, Yuyun dan Yasmin Asih. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi

Model Konseptual, Ed 4. Jakarta: EGC

Page 143: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

145

Lampiran

Page 144: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

146

LAMPIRAN 1

Hasil Analisis SPSS

1. Analisis Univariat

kategori prestasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 42 52.5 52.5 52.5

baik 22 27.5 27.5 80.0

sangat baik 16 20.0 20.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

pola asuh belajar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 19 23.8 23.8 23.8

Baik 61 76.2 76.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

persepsi fasilitas responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 29 36.2 36.2 36.2

Baik 51 63.8 63.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

IMT/U siswa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Malnutrisi 34 42.5 42.5 42.5

Normal 46 57.5 57.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

pendidikan ibu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pendidikan rendah 15 18.8 18.8 18.8

pendidikan tinggi 65 81.2 81.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

Page 145: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

147

pekerjaan ibu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bekerja 21 26.2 26.2 26.2

tidak bekerja 59 73.8 73.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

pendapatan orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid rendah 37 46.2 46.2 46.2

tinggi 43 53.8 53.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 42 52.5 52.5 52.5

perempuan 38 47.5 47.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

uang saku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid rendah 21 26.2 26.2 26.2

tinggi 59 73.8 73.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

konsumsi makanan sumber karbohidrat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak baik 63 78.8 78.8 78.8

Baik 17 21.2 21.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

Page 146: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

148

konsumsi makanan hewani

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 64 80.0 80.0 80.0

Baik 16 20.0 20.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

konsumsi makanan nabati

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 60 75.0 75.0 75.0

Baik 20 25.0 25.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

konsumsi sayur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 59 73.8 73.8 73.8

Baik 21 26.2 26.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

konsumsi buah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak baik 58 72.5 72.5 72.5

Baik 22 27.5 27.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

Page 147: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

149

2. Analisis Bivariat

kategori pola asuh belajar siswa * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang Baik sangat baik

kategori pola asuh belajar siswa

tidak baik Count 5 6 8 19

% within kategori pola asuh belajar siswa

26.3% 31.6% 42.1% 100.0%

baik Count 37 16 8 61

% within kategori pola asuh belajar siswa

60.7% 26.2% 13.1% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori pola asuh belajar siswa

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.493a 2 .009

Likelihood Ratio 9.084 2 .011

Linear-by-Linear Association 9.264 1 .002

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,80.

kategori skor fb responden * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang Baik sangat baik

kategori skor fb responden

tidak baik Count 14 9 6 29

% within kategori skor fb responden

48.3% 31.0% 20.7% 100.0%

baik Count 28 13 10 51

% within kategori skor fb responden

54.9% 25.5% 19.6% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori skor fb responden

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .372a 2 .830

Likelihood Ratio .371 2 .831

Linear-by-Linear Association .175 1 .676

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,80.

Page 148: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

150

IMT/U siswa * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

IMT/U siswa Malnutrisi Count 20 12 2 34

% within IMT/U siswa 58.8% 35.3% 5.9% 100.0%

normal Count 22 10 14 46

% within IMT/U siswa 47.8% 21.7% 30.4% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within IMT/U siswa 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.649a 2 .022

Likelihood Ratio 8.595 2 .014

Linear-by-Linear Association 3.939 1 .047

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,80.

pendidikan ibu * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

pendidikan ibu pendidikan rendah Count 7 5 3 15

% within pendidikan ibu 46.7% 33.3% 20.0% 100.0%

pendidikan tinggi Count 35 17 13 65

% within pendidikan ibu 53.8% 26.2% 20.0% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within pendidikan ibu 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .348a 2 .840

Likelihood Ratio .341 2 .843

Linear-by-Linear Association .100 1 .752

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.

Page 149: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

151

pekerjaan ibu * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

pekerjaan ibu

Bekerja Count 12 5 4 21

% within pekerjaan ibu 57.1% 23.8% 19.0% 100.0%

Tidak bekerja

Count 30 17 12 59

% within pekerjaan ibu 50.8% 28.8% 20.3% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within pekerjaan ibu 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .271a 2 .873

Likelihood Ratio .273 2 .872

Linear-by-Linear Association .142 1 .706

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.

pendapatan orang tua * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

pendapatan orang tua

Rendah Count 25 10 2 37

% within pendapatan orang tua 67.6% 27.0% 5.4% 100.0%

Tinggi Count 17 12 14 43

% within pendapatan orang tua 39.5% 27.9% 32.6% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within pendapatan orang tua 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.314a 2 .006

Likelihood Ratio 11.389 2 .003

Linear-by-Linear Association 9.656 1 .002

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,40.

Page 150: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

152

jenis kelamin responden * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

jenis kelamin responden

laki-laki Count 21 15 6 42

% within jenis kelamin responden 50.0% 35.7% 14.3% 100.0%

perempuan Count 21 7 10 38

% within jenis kelamin responden 55.3% 18.4% 26.3% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within jenis kelamin responden 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.718a 2 .156

Likelihood Ratio 3.787 2 .151

Linear-by-Linear Association .146 1 .703

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,60.

kategori uang saku * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori uang saku rendah Count 12 5 4 21

% within kategori uang saku

57.1% 23.8% 19.0% 100.0%

tinggi Count 30 17 12 59

% within kategori uang saku

50.8% 28.8% 20.3% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori uang saku

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .271a 2 .873

Likelihood Ratio .273 2 .872

Linear-by-Linear Association .142 1 .706

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.

Page 151: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

153

kategori konsumsi makanan sumber karbo * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori konsumsi sumber karbo

tidak baik Count 38 20 5 63

% within kategori konsumsi makanan sumber karbo

60.3% 31.7% 7.9% 100.0%

baik Count 4 2 11 17

% within kategori konsumsi makanan sumber karbo

23.5% 11.8% 64.7% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori konsumsi makanan sumber karbo

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 26.967a 2 .000

Likelihood Ratio 23.064 2 .000

Linear-by-Linear Association 18.683 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.

kategori konsumsi makanan hewani * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori konsumsi makanan hewani

tidak baik Count 39 19 6 64

% within kategori konsumsi makanan hewani

60.9% 29.7% 9.4% 100.0%

Baik Count 3 3 10 16

% within kategori konsumsi makanan hewani

18.8% 18.8% 62.5% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori konsumsi makanan hewani

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Page 152: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

154

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 22.959a 2 .000

Likelihood Ratio 19.754 2 .000

Linear-by-Linear Association 18.539 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.

kategori konsumsi makanan nabati * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori konsumsi makanan nabati

tidak baik Count 38 18 4 60

% within kategori konsumsi makanan nabati

63.3% 30.0% 6.7% 100.0%

Baik Count 4 4 12 20

% within kategori konsumsi makanan nabati

20.0% 20.0% 60.0% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori konsumsi makanan nabati

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 27.244a 2 .000

Likelihood Ratio 24.699 2 .000

Linear-by-Linear Association 22.347 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00.

kategori konsumsi sayur * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori konsumsi sayur

tidak baik Count 37 18 4 59

% within kategori konsumsi sayur

62.7% 30.5% 6.8% 100.0%

baik Count 5 4 12 21

% within kategori konsumsi sayur

23.8% 19.0% 57.1% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori konsumsi sayur

52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Page 153: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

155

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 24.846a 2 .000

Likelihood Ratio 22.586 2 .000

Linear-by-Linear Association 19.676 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.

kategori konsumsi buah * kategori prestasi Crosstabulation

kategori prestasi

Total kurang baik sangat baik

kategori konsumsi buah

tidak baik Count 36 18 4 58

% within kategori konsumsi buah 62.1% 31.0% 6.9% 100.0%

Baik Count 6 4 12 22

% within kategori konsumsi buah 27.3% 18.2% 54.5% 100.0%

Total Count 42 22 16 80

% within kategori konsumsi buah 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 22.743a 2 .000

Likelihood Ratio 20.800 2 .000

Linear-by-Linear Association 17.285 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.

Page 154: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

156

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH BELAJAR, IMT/U, DAN KARAKTERISTIK

SISWATERHADAP PRESTASIBELAJAR PADA SISWA MADRASAH

IBTIDAIYAH NEGERI ICIPUTAT TAHUN 2015

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Saya Widya Umami mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk skripsi mengenai, “Hubungan Pola

Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada

Anak MI Negeri Ciputat Tahun 2015”. Oleh karena itu, saya mohon bantuan adik-

adik untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Atas bantuan adik-adik saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisian kuesioner :

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang

sesuai.

Tanggal wawancara : No Responden :

Karakteristik Siswa Diisi oleh peneliti

1. Nama

2. No telepon

3. Jenis kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

( )

4. Kelas

1. V

2. VI

( )

Page 155: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

157

5. Uang saku ( )

IMT/U

6. Berat badan

BB 1 = kg

BB 2 = kg

BB 3 = kg

7. Tinggi badan

TB 1 = cm

TB 2 = cm

TB 3 = cm

Karakteristik Orang Tua

8. Pendapatan

orang tua

1. Kurang dari Rp 2.710.000

2. Lebih dari Rp 2.710.000

( )

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang

sesuai.

Pola asuh belajar Diisi

peneliti No. Pertanyaan Pilihan jawaban

1.

Bagaimana cara menentukan waktu

belajar kamu di rumah?

a. tidak usah belajar di rumah

b. kapan saja jika ada waktu

c. ada waktu khusus untuk belajar

( )

2.

Berapa lama waktu belajar kamu di

rumah?

a. < 1 jam

b. 1-2 jam

c. >2 jam

( )

3.

Berapa kali dalam sehari kamu

mengulang pelajaran dari sekolah?

a. tidak pernah

b. 1 kali

c. > 1 kali

( )

4.

Apakah orang tua kamu menemani kamu

belajar di rumah?

a. tidak

b. kadang-kadang

c. ya, selalu

( )

5.

Bagaimana cara orang tua kamu

membimbing kamu belajar?

a. memaksa

b. hanya menemani (diam saja)

c. aktif membantu mengulang

pelajaran

( )

Page 156: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

158

6.

Apa yang dilakukan orang tua kamu

selama kamu belajar?

a. benar-benar meninggalkan saya

belajar sendirian

b. meninggalkan saya belajar

sendirian namun tetap mengawasi

c. menemani hingga saya selesai

belajar

( )

7.

Apabila orang tua kamu sedang sibuk

dengan pekerjaannya, apakah kamu

dapat bertanya mengenai pelajaran yang

kamu tidak mengerti?

a. tidak

b. kadang-kadang

c. ya ( )

8.

Apa yang dilakukan orang tua kamu jika

kamu kesulitan memahami pelajaran?

a. diam saja

b. menyuruh saya membaca buku

lagi

c. membantu saya memahami

pelajaran

( )

9.

Apabila kamu tetap kesulitan memahami

pelajaran padahal orang tua kamu sudah

menjelaskan, apa yang mereka lakukan?

a. memarahi saya

b. menyuruh saya bertanya pada

orang lain (kakak, guru les,

saudara)

c. menjelaskan lagi dengan penuh

kesabaran

( )

10.

Siapa yang membantu/mengawasi kamu

mengerjakan tugas atau PR di rumah?

a. tidak ada

b. oranglain (kakak, guru les,

saudara)

c. orang tua

( )

11.

Mengapa mereka membantu atau

mengawasi kamu belajar?

a. hanya sekadar mengawasi saja

b. agar tugas/PR lebih cepat

selesai

c. agar dapat mengkoreksi

jawaban saya jika salah

( )

12.

Apa yang dilakukan orang tua kamu jika

kamu sudah selesai mengerjakan

tugas/PR?

a. diam saja

b. bertanya apakah saya

mengalami kesulitan dalam

mengerjakannya

c. memuji saya

( )

13.

Apa yang dilakukan orang tua kamu jika

mengetahui kamu akan ada ulangan?

a. diam saja

b. menyuruh saya belajar

c. menyuruh dan membantu saya

belajar

( )

Page 157: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

159

14.

Apakah orang tua kamu memeriksa hasil

ulangan kamu?

a. tidak pernah

b. kadang-kadang

c. ya, selalu

( )

15.

Apa yang orang tua kamu lakukan jika

menerima rapor?

a. hanya melihatnya saja tanpa

memberi tanggapan

b. memarahi saya jika hasil

prestasi belajar saya jelek

c. mengevaluasi keseluruhan hasil

prestasi belajar saya di sekolah

( )

16.

Sarana dan fasilitas apa saja yang orang

tua kamu sediakan di rumah?

a. tidak ada sarana dan fasilitas

belajar yang disediakan

b. hanya beberapa dari poin c

(sebutkan ....................................)

c. alat tulis, buku pelajaran, meja

belajar, ruang belajar, komputer

( )

17.

Dimanakah tempat kamu biasa belajar di

rumah?

a. dimana saja

b. ruang keluarga

c. ruang khusus belajar

( )

18.

Berapa jumlah buku pelajaran yang

disediakan orang tua kamu di rumah?

a. tidak ada

b. 1 buah

c. > 1 buah

( )

19.

Bagaimana reaksi orangtua kamu jika

kamu mendapatkan nilai ulangan yang

rendah?

a. diam saja

b. memarahi saya

c. menyuruh saya belajar lebih

giat lagi

( )

20.

Apakah orangtua kamu puas dengan

hasil belajar kamu?

a. tidak pernah puas

b. kadang-kadang

c. ya, selalu

( )

Page 158: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

160

LEMBAR ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP FASILITAS SEKOLAH

Pentunjuk pengisian :

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda ceklis () pada

jawaban yang sesuai.

No Fasilitas sekolah

1

(tidak

baik)

2

(kurang

baik)

3

(cukup

baik)

4

(baik)

5

(sangat

baik)

1. Meja belajar

2. Ruang kelas

3. Perpustakaan

4. Laboratorium

5. Ruang olahraga

6. Komputer

7. Buku-buku

pelajaran

LEMBAR FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-

3x/mgg

4-

6x/mgg

Tidak

pernah

Makanan sumber karbohidrat

Nasi

Nasi tim

Bubur beras

Nasi jagung

Kentang

Singkong

Roti putih

Kraker

Page 159: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

161

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-

3x/mgg

4-

6x/mgg

Tidak

pernah

Mie basah

Mie kering

Bihun

Panganhewani

Daging sapi

Daging ayam

Hati sapi

Babat sapi

Usus sapi

Telur ayam

kampung

Telur ayam

negeri

Telur bebek

Ikan segar

Ikan asin

Ikan teri

Udang basah

Keju

Bakso daging

Susu sapi

Susu kambing

Susu kerbau

Susu kental

manis

Page 160: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

162

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-

3x/mgg

4-

6x/mgg

Tidak

pernah

Yoghurt

Tepung susu

Skim

Pangan nabati

Kacang hijau

Kacang kedelai

Kacang merah

Kacang tanah

Terkelupas

Oncom

Tahu

Tempe

Sayuran

Daun bawang

Daun kacang

panjang

Jamur segar

Oyong

Kangkung

Ketimun

Tomat

Kol

Bayam

Buncis

Daun singkong

Page 161: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

163

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-

3x/mgg

4-

6x/mgg

Tidak

pernah

Daun pepaya

Kembang kol

Labu air

Sawi

Seledri

Selada

Taoge

Terong

Wortel

Buah-buahan

Alpukat

Apel

Anggur

Belimbing

Jambu biji

Jambu air

Jambo bol

Duku

Durian

Jeruk manis

Kedondong

Mangga

Nanas

Page 162: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

164

Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-

3x/mgg

4-

6x/mgg

Tidak

pernah

Nangka masak

Pepaya

Pisang ambon

Pisang raja sereh

Salak

Sawo

Sirsak

Semangka

Lainnya...

Sosis

Kornet

Otak-otak

Siomay

Chiki

Kue cubit

Cimol

Cilok

Sumber : Supariasa dkk (2012)

Page 163: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

165

LAMPIRAN 3

Uji Validitas Dan Reliabilitas

A. Kuesioner pola asuh belajar

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

bagaimana cara menetukan

waktu belajar 45.73 19.306 .509 .682

berapa lama waktu belajar

dirumah 46.30 19.734 .399 .698

berapa kali mengulang

pelajaran dr sekolah 46.07 20.547 .371 .706

apakah orang tua kamu

menemani kamu belajar

dirumah

46.20 19.338 .448 .686

bagaimana cara ortu

membimbing belajar 45.57 19.426 .439 .687

apa yang dilakukan ortu

selama kamu belajar 45.67 20.230 .362 .703

apabila ortu kamu sedang

sibuk, apakah dpt bertanya

ttg pelajaran

45.97 18.102 .612 .666

apa yang diklakukan ortu jika

ada kesulitan belajar 45.60 21.076 .371 .713

apabila masih ttp kesulitan

belajar, apa yg otru lakukan 45.70 19.597 .625 .702

siapa yg membantu tugas

dirumah 45.70 18.493 .448 .681

mengapa mereka membantu

mengawasi belajar dirumah 45.80 20.510 .411 .711

apa yg dilakukan ortu jika

selesai mengerjakan PR 46.33 19.816 .369 .701

apa yg dilakukan ortu jika

kamu akan ulangan 45.90 19.748 .369 .693

apa ortu memeriksa hasil

ulangan 45.93 20.754 .502 .706

apa yg ortu lakukan jika

menerima rapor 45.50 20.466 .432 .704

sarana dan fasilitas apa yg

disediakan dirumah 45.47 20.257 .366 .703

dimana tempat belajar kamu

dirumah 46.17 20.006 .425 .725

brp jumlah buku pelajaran

dirumah 45.53 22.120 .412 .731

Page 164: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

166

bagaimana reaksi ortu jika

mendapat nilai rendah 45.40 20.524 .364 .702

apakah ortu puas dgn hasil

belajar kamu 45.90 20.162 .366 .696

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.711 20

R tabel = 0,361

Valid r hasil > r tabel

Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel

B. Angket persepsi siswa terhadap fasilitas belajar sekolah

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

meja belajar 21.15 17.082 .635 .711

ruang kelas 21.40 17.516 .604 .718

perpustakaan 21.55 17.313 .535 .729

Laboratorium 22.55 17.734 .473 .776

ruang olahraga 21.25 21.039 .498 .813

Komputer 21.45 15.629 .683 .693

buku pelajaran 20.95 17.103 .632 .711

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.768 7

R tabel = 0,444

Valid r hasil > r tabel

Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel

Page 165: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

167

LAMPIRAN 4

DAFTAR SISWA KELAS VI A

WALI KELAS : BU MIDAH NO NAMA KET.

1 ABGHI HAFIZHAN SHULHAN

2 AFDAL AHMAD SAHI

3 ALIFIA QISTI ARSILAWATI

4 ATHAYA ZAHRANI FIRDAUS

5 AUDIA DAFINA AZHAR

6 AULIYA GHANI

7 DEA INDAH NABILA

8 DIZZA AISYAH SYAPRI

9 EGIANA

10 ELSA RAHMAWATI

11 FATIMAH AZZAHRA

12 FERI HUSNIL FURTADHO

13 IFKI KHAERUNNISA

14 IKHSANUL FIKRI

15 INTAN TANZILU RAHMAH

16 ISNAINI NURFAJRIANTI

17 JULIA APRIANI PUTRI

18 KARINIA JUANTIKA

19 LISA KHAERUNNISA

20 M. AFIF FAUZI

21 M. ALFIANSYAH

22 M. FADLY AL AKBAR

23 M. FARHAN FADILLAH

24 M. IMAM NAJIB

25 M. IZZUDIN AL-GHOZALI

26 M. NAZRIL DZAKWAN

27 M. RAZDAN HAFIZ ZAELANI

28 NAZIRA APRILIA ROSYADI

29 NINDYA HANIFA MEINAR

30 NURFAUZIAH

31 RICKY RINALDI

32 RUZICA SEVILLA RAHMA

33 SEKAR AYU OKTAVIANI

34 SELVI SETIA RAHIM

35 SHINTA DESTIANA

36 VIO ALVIONITA

37 VITRI NUR CAHYANI

38 YUSUF BAHTIAR

39 ZAHRATUL JANNAH

40 ZAIM NURRABBANI

41 MUHAMMAD SYAHRUL MUBAROK

Page 166: Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28941/1/WIDYA... · menggunakan kuesioner, lembar . Food Frequency

168