Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa...
Transcript of Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa...
Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik
Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh :
Widya Umami
1111101000091
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, September 2015
Widya Umami, NIM : 1111101000091
Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap
Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
xvii + 154 halaman + 28 tabel + 2 bagan + 4 lampiran
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Kunci untuk menyelenggarakan
pendidikan adalah proses kegiatan belajar. Puncak kegiatan proses belajar disebut
sebagai prestasi belajar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada
kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat didapatkan bahwa prestasi
belajar siswa masih kurang baik sebab masih ada siswa yang memiliki nilai
dibawah rata-rata kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar,
IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015 dengan menggunakan desain
studi cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 anak yang
diambil secara acak. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan
menggunakan kuesioner, lembar Food Frequency Questionnaire(FFQ),
timbangan digital¸ microtoice, serta data sekunder dari nilai rapor dan arsip
sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel, bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar prestasi belajar siswa
kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tidak baik, yaitu sebanyak
64 siswa (80%). Berdasarkan hasil bivariat, tidak ada hubungan yang signifikan
antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
jenis kelamin, dan uang saku dengan prestasi belajar. Sedangkan terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua,
dan konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah
dengan prestasi belajar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan yaitu
sebaiknya pihak sekolah memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin serta
mengadakan program mengonsumsi sayur dan buah setiap pekannya agar gizi
siswa semakin terpenuhi.
Kata kunci: prestasi belajar, pola asuh belajar, IMT/U, pendapatan orangtua,
konsumsi makanan
Daftar bacaan: 148 (1990-2015)
iii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, September 2015
Widya Umami, NIM: 1111101000091
Relations Pattern of Parenting, IMT/U, and Student Characteristics of the
Learning Achievement in Class V and VI Students of Islamic Elementary
School 1 Ciputat 2015
xvi + 154 pages + 28 table + 2 charts + 4 attachments
ABSTRACT
Education is one of the most important factors in improving the quality of
human resources in a nation. The key to implement the education is processes of
learning activity. The culmination of the process learning activity is called as a
learning achievement. Based on preliminary studies which have conducted in
class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat found that student learning
achievement is not too good because there are some students who have grades
below the average of class.
This study aims to determine relations pattern of parenting, IMT/U, and
student characteristics of the learning achievement in class V and VI students of
Islamic Elementary School I Ciputat 2015 using cross sectional study
design.Number of samples in this study were 80 children were taken randomly.
The research data obtained from primary data using questionnaires, Food
Frequency Questionnaire (FFQ), digital weigher, microtoise, and secondary data
from report grades and school records. Data was analyzed by univariate to
describe each variable, bivariate with chi square test.
The results showed that the majority of learning achievement of students
in class V and VI of Islamic Elementary School I Ciputat is not good, that is 64
students (80%). Based on the results of the bivariate,there is no significant
relationship between students' perception of school facilities, mother education,
mother occupation, gender, and pocket money with learning achievement.
However, there is a significant relationship between the pattern of parenting,
nutritional status, parents income, and consumption of meal with student learning
achievement.
From the results which are obtained, the advice could be given, that is the
school should has attention to the nutritional status of students by holding
weighing and height measurements regularly and conduct programs to consume
fruits and vegetables every weekso that the student nutritions can be more
fulfilled.
Keywords: learning achievement, pattern of parenting, IMT/U, parents income,
consumption of meal
References: 148 (1990-2015)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Widya Umami
NIM : 1111101000091
Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 31 Mei 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Asri 11 Blok K No.8 RT 04 RW 029 TBA
Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu
Bekasi Timur
Telepon : 087809042341
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN
1997-1999 : TK As-Salam
1999-2005 : SDN Margahayu VII
2005-2008 : SMPN 2 Bekasi
2008-2011 : Madrasah Aliyah Negeri 2 Bekasi
2011-sekarang : Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
judul “Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap
Prestasi Belajar pada SiswaKelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat
Tahun 2015”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendoakan serta kakak-kakak
(Fika dan Elsa) yang selalu memberikan semangat bagi penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Arif Sumantri SKM., M. Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM,M.Kes,Ph.D, selaku ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing I dalam
penyusunan skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M. MA selaku pembimbing II yang telah
sabar membimbing dan memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi
ini.
ix
6. Kepala sekolah Madarasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Madarasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat, serta para guru dan staf yang ikut membantu
demi kelancaran penelitian.
7. Teman-teman Peminatan Gizi khususnya angkatan 2011 yang selalu
memberikan semangat bagi penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan
dan kekurangan dari segi isi maupun bahasanya. Semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak serta kritik dan saran diperlukan untuk
kesempurnaan proposal penelitian ini.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................... Error! Bookmark not defined.
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
I. Tujuan Umum ..................................................................................... 8
II. Tujuan Khusus .................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
I. Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................. 10
II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat ..................................... 10
III. Bagi Orangtua Siswa ........................................................................ 11
1.6 Ruang Lingkup ................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12
2.1 Prestasi Belajar ................................................................................. 12
2.1.1 Definisi Prestasi Belajar .................................................................... 12
2.1.2 Jenis – jenis Belajar .......................................................................... 13
2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar ....................................... 15
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar .............. 19
2.2.1 Faktor Internal ................................................................................... 19
2.2.1.1 Motivasi ............................................................................................ 19
2.2.1.2 Kesiapan ............................................................................................ 21
2.2.1.3 Karakteristik Siswa ........................................................................... 22
a. Usia Anak ......................................................................................... 22
b. Jenis kelamin ..................................................................................... 24
c. Uang saku ......................................................................................... 24
2.2.1.4 IMT/U ............................................................................................... 25
2.2.1.5 Intelegensi ......................................................................................... 27
xi
2.2.2 Faktor Eksternal ................................................................................ 29
2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua ................................................................... 29
a. Pendidikan Ibu .................................................................................. 29
b. Pekerjaan Ibu .................................................................................... 31
c. Pendapatan Orang Tua ...................................................................... 32
2.2.2.2 Pola Asuh Belajar ............................................................................. 33
2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah........................................ 35
2.2.2.4 Konsumsi Makanan .......................................................................... 36
a. Kelompok Makanan Sumber Karbohidrat .......................................... 38
b. Makanan Hewani................................................................................. 38
c. Makanan Nabati .................................................................................. 41
d. Sayur.................................................................................................... 42
e. Buah .................................................................................................... 43
2.3 Kerangka Teori ................................................................................. 45
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS .......................................................................................................... 47
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 47
3.2 Hipotesis ........................................................................................... 52
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 53
2.1 Desain Penelitian .............................................................................. 53
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 53
2.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 53
2.3.1 Populasi ............................................................................................. 53
2.3.2 Sampel .............................................................................................. 54
2.3.3 Besar Sampel .................................................................................... 54
2.3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 55
2.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 56
2.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 57
2.5.1 Jenis Data .......................................................................................... 57
2.5.2 Alur Pengumpulan Data .................................................................... 57
2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar ................................................................... 57
2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar ............................................................... 57
2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar ......................... 58
2.5.2.4 Variabel IMT/U ................................................................................ 59
2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu ................................................................... 59
2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu ...................................................................... 60
xii
2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua ....................................................... 60
2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin ..................................................................... 60
2.5.2.9 Variabel Uang Saku .......................................................................... 60
2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan ............................................................ 61
2.6 Manajemen Data ............................................................................... 61
1. Editing Data ........................................................................................ 61
2. Coding Data ........................................................................................ 61
3. Data Structure and Data File.............................................................. 63
4. Entry Data ........................................................................................... 63
5. Cleaning Data ..................................................................................... 63
2.7 Analisis Data ..................................................................................... 63
BAB V HASIL ...................................................................................................... 65
5.1 Analisis Univariat ............................................................................. 65
5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar ................................................................. 65
5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar ............................................................. 66
5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar ........................ 67
5.1.4 Distribusi IMT/U .............................................................................. 67
5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu ................................................................. 68
5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu .................................................................... 68
5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua ....................................................... 69
5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin ................................................................... 69
5.1.9 Distribusi Uang Saku ........................................................................ 70
5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan .......................................................... 70
5.2 Analisis Bivariat ............................................................................... 73
5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ..................... 73
5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi
Belajar ............................................................................................... 74
5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ....................................... 75
5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar .......................... 75
5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................ 76
5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................ 77
5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar ........................... 77
5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ................................. 78
5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi
Belajar ............................................................................................... 78
5.2.10 Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar ..... 79
xiii
5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar ...... 80
5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar ........................ 80
5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar ......................... 81
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 82
6.1 Keterbatasan Peneliti ........................................................................ 82
6.2 Prestasi Belajar ................................................................................. 82
6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa
terhadap Prestasi Belajar ................................................................... 85
6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar ..................... 85
6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi
Belajar ............................................................................................... 89
6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar ....................................... 91
6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar .......................... 94
6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar ............................ 96
6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar ................ 97
6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar ............................ 99
6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar ............................... 100
6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar ................ 102
6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat ....................................... 103
6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani ........................................................... 105
6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati ............................................................. 106
6.3.9.4 Konsumsi Sayur .............................................................................. 107
6.3.9.5 Konsumsi Buah ............................................................................... 108
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 110
7.1 Simpulan ......................................................................................... 110
7.2 Saran .............................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................... 114
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 49
Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 66
Tabel 5.2 Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 67
Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 67
Tabel 5.4 Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015 ................................................................................... 68
Tabel 5.5 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 68
Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 69
Tabel 5.7 Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 69
Tabel 5.8 DistribusiJenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 70
Tabel 5.9 Distribusi Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 70
Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 71
Tabel 5.11Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 71
Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ................................................... 72
Tabel 5.13Distribusi Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 72
Tabel 5.14Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................................................... 73
Tabel 5.15Distribusi Prestasi Belajar menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V
dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ...................... 73
xv
Tabel 5.16Distribusi Prestasi Belajar menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas
Sekolah Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun
2015 ........................................................................................................... 74
Tabel 5.17Distribusi Prestasi Belajar menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 75
Tabel 5.18Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 75
Tabel 5.19Distribusi Prestasi Belajar menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 76
Tabel 5.20Distribusi Prestasi Belajar menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas
V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................. 77
Tabel 5.21Distribusi Prestasi Belajar menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 77
Tabel 5.22Distribusi Prestasi Belajar menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 .................................. 78
Tabel 5.23Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Sumber
Karbohidrat Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015 ................................................................................... 78
Tabel 5.24Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa
Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........ 79
Tabel 5.25Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa
Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ........ 80
Tabel 5.26DistribusiPrestasi Belajar menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 80
Tabel 5.27Distribusi Prestasi Belajar menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015 ............................. 81
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik
Siswa terhadap Prestasi Belajar .......................................................................... 46
2.2 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik
Siswa terhadap Prestasi Belajar .......................................................................... 48
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Hasil Analisis SPSS
2. Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
4. Lampiran 4 : Daftar Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat pada aspek
pendidikan, seperti yang dikatakan Ali (2009) bahwa upaya menuju bangsa
Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi tidak dapat dilepaskan
keterkaitannya dengan program pendidikan. Program pendidikan yang dapat
menghasilkan sumber daya manusia pembangunan harus diagendakan
secara tepat dan menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional.
Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasi muda yang
berkualitas pula. Untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas perlu
diberikan pendidikan khususnya pendidikan formal yaitu ditingkat sekolah
dasar. Sekolah dasar dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar,
yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan
dasar atau landasan pendidikan yang paling utama serta sebagai persiapan
anak untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya.
Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk
Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial). Keberhasilan mutu pendidikan dilihat dari naik atau
tidaknya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar
yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan
yang telah ditetapkan (Olivia, 2011). Ada dua cara melakukan penilaian
2
prestasi belajar, penilaian acuan norma (PAN) yaitu pendekatan penilaian
yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya
dan penilaian acuan patokan (PAP) yaitu penilaian yang membandingkan
hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan. Ridwan
(2008) mengatakan prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang
dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Namun, prestasi belajar anak Sekolah Dasar dapat dikatakan masih
rendah. Data dari Kementerian Pendidikan tahun ajaran 2011/2012 tentang
prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar di 33 Provinsi se-Indonesia,
tercatat ada 824.635 siswa yang mengulang yakni sebanyak 767.134 siswa
yang berasal dari sekolah negeri dan 57.501 siswa yang berasal dari sekolah
swasta. Dengan kata lain, jumlah siswa sekolah negeri yang mengulang
lebih banyak daripada siswa dari sekolah swasta. Sedangkan, Provinsi
Banten berada pada peringkat ke sembilan dari 33 Provinsi yang ada di
Indonesia dengan jumlah siswa yang mengulang sebanyak 29.802 siswa.
Keberhasilan prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.Faktor-faktor internal antara
lainmotivasi,kesiapan, intelegensi, dan lain sebagainya. Faktor ekternal atau
faktor yang berasal dari luar diri antara lain pola asuh belajar, keadaan
ekonomi keluarga, fasilitas belajar, dan lain-lain (Slameto, 2013).Selain itu,
Maulanaputri (2009) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan prestasi belajar antara lain karakteristik orang tua (pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan), karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang
3
saku, dan status gizi), serta konsumsi makanan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka diharapkan bagi para orang tua untuk memperhatikan berbagai faktor
tersebut agar mencapai prestasi belajar yang optimal.
Jadi, salah satu faktor yang menentukan keberhasilan prestasi belajar
yaitu status gizi. Status gizi dapat berhubungan dengan prestasi belajar
karena status gizi dapat berhubungan dengan konsentrasi belajar anak.
Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan
kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah, sehingga
seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki daya tangkap yang
lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan
berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap
pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik (Khomsan, 2004).
Keadaan status gizi pada anak sekolah dasar di Indonesia cukup
memperihatinkan. Data status gizi menurut IMT/U pada anak usia 6-12
tahun menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi kekurusan sebesar
12,2 % terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6 % kurus. Prevalensi
kekurusan terlihat paling rendah di provinsi Sulawesi Utara yaitu 7,5 % dan
paling tinggi di provinsi Kalimantan Selatan yaitu 17,2 % (Kemenkes,
2010).Data Riskesdas menunjukkan bahwa terdapat anak usia sekolah dasar
yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas
prevalensi nasional (7,6%) salah satunya berada di wilayah provinsi Banten
yaitu sebesar 9,5%. Selain itu, penelitian Anzarkusuma dkk (2014)
menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Rajeg
4
Kabupaten Tangerang menurut IMT/U sebanyak 11,3% anak tergolong
sangat kurus dan 6,5% termasuk kurus.
Status gizi baik dapat dipenuhi dengan cara mencukupi asupan
makanan baik makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan
nabati, sayur dan buah, dan lain-lain. Kementerian Kesehatan (2014)
mengatakan bahwa penyebab langsung terjadinya kasus gizi kurang dan gizi
buruk salah satunya adalah kurangnya konsumsi makanan. Namun pada
kenyataannya konsumsi makanan di Indonesia masih rendah. Pada tahun
2009, konsumsi energi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005.
Konsumsi energi masyarakat Indonesia masih di bawah anjuran sekitar 96,4
persen (Ariani, 2010). Kualitas protein dari makanan hewani rata-rata hanya
sekitar 25 persen. Idealnya, pangsa protein hewani minimal 50 persen dari
total konsumsi protein untuk mencapai kualitas sumberdaya manusia yang
baik dan mampu bersaing di era globalisasi (Rachman dkk, 2008). Menurut
Riskedas (2010), prevalensi penduduk di Provinsi Banten yang
mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (<70%) berdasarkan
AKG sebesar 34,2% sedangkan konsumsi protein di bawah minimal (<80%)
sebesar 31,6%. Selain itu, prevalensi anak usia 7-12 tahun yang
mengonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal masing-
masing 37,7% dan 28,4%.
Data dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten (2013) menunjukkan
bahwa rata-rata hasil Ujian Nasional siswa sekolah dasar Kota Tangerang
Selatan berada pada peringkat ketiga dari delapan Kabupaten/Kota se
Provinsi Banten. Depag (2005) dalam Abdurrahim (2011) menyatakan
5
bahwa secara nasional hasil belajar siswa Madrasah lebih rendah dari
sekolah umum. Merujuk data dari Kemendikbud (2011) dan pernyataan
Depag (2005) yang menunjukkan ada perbedaan prestasi belajar pada siswa
sekolah negeri dan swasta, maka peneliti melakukan studi pendahuluan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al
Syukro Universal.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari
tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui bahwa
prestasi belajar siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat
masih kurang. Pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki nilai di
bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,
42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS. Sedangkan
untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelas
yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59% untuk Matematika,
47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Berbeda dengan gambaran prestasi
belajar di sekolah lain yakni Sekolah Dasar Islam Al Syukro,persentase
siswa kelas V yang memiliki nilai di bawah rata-rata kelaspada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS masing-masing
sebesar39%, 39%, 42%, dan 42% dan untuk kelas VI masing-masing
sebesar 39%, 56%, 26%, dan 34%.
Dari studi pendahuluan tersebut, dapat diperoleh prestasi belajar
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat masih kurang sehingga dapat
dikatakan sebagai suatu masalah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul hubungan pola asuh belajar, IMT/U,
6
dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015. Prestasi belajar yang
kurang pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat lebih banyak
dibandingkan dengan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Syukro
Universal.Oleh karena itu, peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah Negeri I
Ciputat sebagai lokasi penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Prestasi belajar siswa Sekolah Dasar masih kurang, hal ini dapat
dilihat dari data nasional yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang
mengulang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan
Januari tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat, dapat diketahui
bahwa prestasi belajar siswa kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I
Ciputat masih kurang, pada siswa kelas V persentase siswa yang memiliki
nilai di bawah rata-rata kelas yakni 45% untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, 42% untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 45% untuk IPS.
Sedangkan untuk kelas VI persentase siswa yang memiliki nilai di bawah
rata-rata kelas yakni 43% untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, 59%
untuk Matematika, 47% untuk IPA, dan 40% untuk IPS. Keberhasilan
prestasi belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan
pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar
pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun
2015”.
7
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
2. Bagaimana distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?
3. Bagaimana distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah kelas V
dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015?
4. Bagaimana distribusi IMT/U siswa kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
5. Bagaimana distribusi karakteristik orangtuasiswa (pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
6. Bagaimana distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang
saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun
2015?
7. Bagaimana distribusi konsumsi makanansiswa (makanansumber
karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)kelas
V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
8. Apakah ada hubungan antara pola asuh belajar dengan prestasi belajar
pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015?
9. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Ciputat tahun 2015?
8
10. Apakah ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada
siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015?
11. Apakah ada hubungan antara karakteristik orang tua siswa
(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan
prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri
I Ciputat tahun 2015?
12. Apakah ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang
saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
13. Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan siswa
(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,
sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015?
1.4 Tujuan Penelitian
I. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi
belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I
Ciputat tahun 2015.
II. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi prestasi belajar siswakelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
9
2. Diketahuinya distribusi pola asuh belajar siswakelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
3. Diketahuinya distribusi persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolahkelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
4. Diketahuinya distribusi IMT/Usiswa kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
5. Diketahuinya distribusi karakteristik orangtua siswa (pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
6. Diketahuinya distribusi karakteristik siswa(jenis kelamin, uang
saku)kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
7. Diketahuinya distribusi konsumsi makanan siswa (makanansumber
karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)
kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
8. Diketahuinya hubungan pola asuh belajar siswa dengan prestasi
belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I
Ciputat tahun 2015.
9. Diketahuinya hubungan persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolahdengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
10
10. Diketahuinya hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada
siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
11. Diketahuinya hubungan antara karakteristik orangtua siswa
(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dengan
prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Ciputat tahun 2015.
12. Diketahuinya hubungan karakteristik siswa (jenis kelamin, uang
saku) dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
13. Diketahuinya hubungan antara konsumsi makanansiswa
(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,
sayur dan buah)dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
I. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah wawasan terkait hubungan pola asuh belajar,
IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada
siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun
2015 serta sebagai landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
II. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat
Diperolehnya informasi tentang prestasi belajar dan hubungan
pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi
11
belajar serta dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya.
III. Bagi Orangtua Siswa
Dapat memberikan informasi kepada para orang tua agar lebih
memperhatikan prestasi belajar anak dengan memberikan asupan
makan gizi seimbangkarena kebutuhan gizi siswa semakin terpenuhi.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh belajar,
IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi belajar pada siswakelas V
dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputattahun 2015. Variabel dependen
penelitian ini adalah prestasi belajar sedangkan variabel independennya
yaitu pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitassekolah, IMT/U,
karakteristik orangtua, karakteristik siswa, konsumsi makanansumber
karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah. Penelitian dilakukan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada bulan Januari sampai dengan
Agustustahun 2015. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa sekolah
dasar kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alat ukur
pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner,Food Frequency
Questionnaire (FFQ) kualitatif, timbangan digital dan mikrotoiceuntuk
menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan. Penelitian ini
dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross
sectional study dengan uji analisis yaitu uji chi square.
12
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Definisi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2013), belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah hasil penilaian
pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang
diharapkan dari siswa (Hawadi, 2001).
Sedangkan menurut Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil
belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).
Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa adalah
dengan melakukan tes prestasi belajar, dari tes tersebut akan didapatkan
nilai yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok nilai, antara lain
(Sundari, 2008) :
1. Rendah, jika nilai 0-5
2. Sedang, jika nilai 6-7
3. Tinggi, jika nilai 8-10
13
2.1.2 Jenis – jenis Belajar
Menurut Slameto (2013), belajar dibedakan ke dalam beberapa jenis
antara lain :
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan
pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya
mempelajarisajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain
silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran
menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai
lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau
belajar global.
b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan
pola-pola tinglah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku
yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih
beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai
pedoman dalam bertingkah laku.
d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Bahan pelajaran pada jenis belajar ini dipelajari secara keseluruhan
berulang sampai pelajar menguasainya,
e. Belajar insidental (incidental learning)
14
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu
berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada
individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Belajar disebut
insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada
individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
f. Belajar instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah
siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur
dengan jalan memberikan penguat (reinforcement)atas dasar tingkat-
tingkat kebutuhan.
g. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.
h. Belajar laten (latent learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat
tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Dalam
penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu
dalam bentuk belajar insidental.
i. Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata
terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada
bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas
terlihat pada tugas-tugas sifatnya motoris. Ada yang mengartikan
15
belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari
tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain
dan lain-lain.
j. Belajar produktif (productive learning)
R. berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar
dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur
kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi
ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu
mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi ke
situasi yang lain.
k. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui
latihan dan ingatan.
2.1.3 Pengukuran dan penilaian Prestasi Belajar
Pengukuran adalah prosedur penetapan angka-angka dengan cara yang
sistematik untuk menyatakan karakteristik atau atribut individu.
Karakteristik atau atribut ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Selain itu, akhir-akhir ini dikembangkan kemampuan emosi,
yaitu kemampuan mengendalikan emosi yang ikut menentukan kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (Rasyid dkk, 2009).
Cara paling baik untuk mengukur prestasi anak adalah dengan
membandingkan prestasi anak saat ini dengan prestasi sebelumnya. Dengan
demikian, anak bisa melihat kemajuan yang dicapai. Dalam hal ini anak
16
berkompetisi dengan dirinya sendiri. Dalam upaya mencapai prestasi yang
lebih baik dimasa depan, anak belajar menetapkan target pribadi dan
tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai target itu (Gunawan, 2005).
Prestasi belajar siswa dapat dievaluasi salah satunya dengan cara
melakukan penilaian. Seperti yang diungkapkan oleh Rasyid dkk (2009),
bahwa evaluasi merupakan suatu proses penetapan nilai tentang kinerja dan
hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penilaian.
Sedangkan penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data yang
digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran. Pembelajaran
yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum, program, dan kebijakan. Proses
penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar
siswa. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes saja, tetapi juga bisa
dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri(Djaali, H & Pudji,
2008).
Ada 2 jenis penilaian belajar yang dapat digunakan yaitu Penilaian
Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Arikunto (1992)
dalam Fathur (2004):
1. PAN (Penilaian Acuan Norma)
PAN adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap hasil dalam kelompoknya. Patokan pembanding diambil dari
kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung,
yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian
ataupun patokan yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran kelompok. PAN
pada dasarmya mempergunakan kurve normal dan hasil-hasil
17
perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan
mengikutsertakan hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang
ada di dalam kurve normal yang dipakai untuk membandingkan atau
menfsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa ialah angka rata-
rata (mean) dan angkasimpangan baku (standard deviation), patokan ini
bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau ke bawah sesuai dengan besarnya
dua kenyataan yang diperoleh di dalam kurve itu. Dengan kata lain, patokan
itu dapat berubah-ubah dari kurve normal yang satu ke kurve normal yang
lain.
Jika nilai siswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan
menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi
bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada
umumnya merosot, patokannya bergeser ke bawah (diturunkan). Dengan
denikian, angka yang sama pada kurve yang berbeda akan mempunyai arti
berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua
kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai
yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan
mempunyai arti umum yang berbeda pula.
Rumus yang digunakan pada Penilaian Acuan Norma (PAN) yakni
sebagai berikut Livingstone and Zeiky (1982):
Membuat rata-rata (mean):
18
Membuat simpangan baku:
Hasil penilaian berupa kurva normal:
Nilai Skor
A Lebih besar sama dengan dari (skor rata-rata + 1,5 simpangan baku
B (Skor rata-rata + 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 1,5
simpangan baku)
C (Skor rata-rata - 0,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata + 0,5
simpangan baku)
D (Skor rata-rata - 1,5 simpangan baku) sampai (skor rata-rata - 0,5
simpangan baku)
E Lebih kecil sama dengan (skor rata-rata – 1,5 simpangan baku)
2. PAP (Penilaian Acuan Patokan)
PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil
belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum penilaian dilakukan terlebih
dahulu harus dipakai patokan yang akan dipakai untuk membandingkan
angka-angka hasil pengukuran sehingga hasil penilaian mempunyai arti
tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari di dalam sekelompok
hasil penilaian sebagaimana yang dilakukan pada PAN. Patokan yang telah
disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut Tingkat Penguasaan
Minimum. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ini
dinilai lulus dan bagi yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan
belajarnya sehingga mencapai batas lulus itu. Kekurangan dalam
penggunaan PAP adalah sulitnya menetapkan patoka yang benar-benar
tuntas.
19
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar dibagi
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara
lain motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, dan uang
saku), IMT/U, dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal yaitu
karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orangtua),
pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, dan konsumsi
makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah.
2.2.1 Faktor Internal
2.2.1.1 Motivasi
Motivasi berasal dari kata move yang artinya “bergerak”. Motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau
kelompok orang, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Irianto,
2005). Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau apa motif yang
dimiliki siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif dapat
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-
latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipngaruhi oleh
keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat
sangat perlu di dalam belajar dan di dalam membentuk motif yang kuat
tersebut dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-
kebiasaan serta pengaruh lingkungan yang kuat (Slameto, 2013).
20
Motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu eksternal
dan internal. Motivasi ekternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri.
Sedangkan, motivasi internal adalah motivasi dari dalam diri sendiri
(Irianto, 2005). Menurut Habsari (2005), motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
1. Motivasi intrinsik, yaitu bentuk dorongan belajar yang datangnya dari
dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi
intrinsik umumnya terkait dengan adanya bakat dan faktor intelegensi
dalam diri siswa. Anak yang berbakat dibidang matematika akan
mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini tanpa
perlu dimotivasi orang lain.meski dorongan ini berasal dari dalam diri
anak tetapi setiap anak memiliki kualitas dorongan yang berbeda.
Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan intelegensi yang berbeda.
2. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar
diri seseorang. Misal, anak belajar dengan tekun karena hadiah yang
dijanjikan orang tua. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan
belajar untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat,
pujian dan nasehat guru, orang tua, saudara dan orang yang dicintai.
Siswa membutuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam menghadapi
setiap tugas sebagai pelajar. Motivasi belajar berpengaruh pada tingkat
keberhasilan (Habsari, 2005). Berdasarkan penelitian Hamdu dan Lisa
(2011) yang dilakukan di empat Sekolah Dasar dari SD Tarumanagara
Kecamatan Tawang Tasikmalaya menunjukkan bahwa terdapat hubungan
motivasi belajar dengan prestasi belajar. Uji hipotesis diperoleh besarnya
21
koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf
signifikan 1%. Besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600-0,800
dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dalam penelitian ini ditemukan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi.
Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun, dan
memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi
dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam
upaya pembelajaran di sekolah.
2.2.1.2 Kesiapan
Kesiapan fisik dan mental penting untuk belajar. Kesiapan fisik
dihubungkan dengan tingkat perkembangan dan status kesehatan fisik,
sedangkan kesiapan mental mengacu pada kemampuan kognitif untuk
memahami, mengasimilasi, dan menerapkan (Yuningsih dan Yasmin, 2009).
Persiapan mental berkaitan dengan sikap psikis dan emosi. Mental siswa
yang terganggu seperti pertentangan yang dialami dalam diri, situasi
kekecewaan, frustasi, kesedihan yang dirasakan akan berdampak buruk
terhadap hasil belajar siswa (Krishnawati dan Yeni, 2010).Menurut Slameto
(2013), kesiapan fisik dan mental perlu diperhatikan dalam proses belajar
karena jika siswa sudah memiliki kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih
baik.
Kesiapan mental yakni bagaimana pandangan siswa terhadap mata
pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran
tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh siswa melalui orang tua, guru,
22
ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan siswa untuk
memperhatikan pelajaran matematika saja, maka akan membuat anak pada
akhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng) pelajaran
lainnya (Sumiatin dkk, 2010). Menurut penelitian Darso (2010), dapat
diketahui bahwa ada pengaruh antara kesiapan mental belajar siswa
terhadap prestasi belajar. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu koefisien
untuk variabel kesiapan belajar siswa memiliki hubungan yang erat pada
taraf signifikansi α = 0,05.
2.2.1.3 Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain
yaitu usia anak, jenis kelamin, dan uang saku. Berikut penjelasan dari
masing-masing karakteristik tersebut.
a. Usia Anak
Ada dua pengertian mengenai usia yaitu usia kronologis dan usia
biologis. Usia kronologis adalah usia menurut kalender, sedangkan usia
biologis ditentukan oleh kondisi otak (IKAPI, 2008). Sesuai ketentuan
badan kesehatan dunia (WHO), batasan usia anak sekolah adalah 6 sampai
12 tahun. Pada usia tersebut, anak sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang cukup penting. Effendy (1997), membagi anak usia
sekolah menjadi tiga kelompok, yakni :
1. Pra remaja (usia 7-12 tahun)
2. Remaja (13-21 tahun)
3. Dewasa muda (19-21 tahun)
23
Berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut, pada usia
tersebut anak sangat memerlukan kecukupan gizi (Muaris, 2010). Hal ini
disebabkan di usia ini aktivitas anak semakin meningkat sehingga seringkali
anak mengalami kurang gizi.
Salah satu penyebab kekurangan gizi pada anak adalah
ketidakcukupan konsumsi makanan dan hal tersebut biasanya disebabkan
oleh dua hal. Pertama, anak melupakan waktu makan selama di sekolah
maupun setelah berada di rumah. Kedua, biasanya anak sekolah seringkali
mengonsumsi makanan berupa jajanan yang secara gizi umumnya
berkualitas rendah. Jika kondisi ini tidak segera ditanggulangi akan
berdampak pada penurunan prestasi belajar anak (Nadesul, 2007).
Dalam hal belajar, anak usia sekolah adalah orang-orang yang tekun.
Mereka berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan mereka, baik
di dalam maupun di luar kelas. Orang tua dapat membantu anak usia
sekolah dengan memberi dukungan dan dorongan dalam tugas sekolah
mereka. Lewat prestasi mereka, anak-anak usia sekolah mengembangkan
rasa percaya diri yang sehat (Lighter, 1999).
Usia anak dapat mempengaruhi prestasi anak, dimana usia anak
terutama usia 6-8 tahun masih dalam tahap pengenalan tentang proses
belajar dan ia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya.
Anak usia 6-8 tahun masih suka bermain, namun ia menghendaki prestasi
yang baik. Pada usia ini anak biasanya lebih mengandalkan intelegensinya,
dimana intelegensi juga mempengaruhi prestasi belajar. Usia anak sangat
berperan dalam kematangan dan pembentukan intelegensi. Semakin
24
bertambahnya usia anak intelegensinya akan semakin matang (Maghfuroh,
2014).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada status biologis
seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan
wanita, misalnya struktur genetik, (kromosom seks), hormon seks, organ
kelamin interna dan genitalia eksterna (Henderson dan Kathleen, 2001).
Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda ini dapat dilihat dari identitas
jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam
tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh oleh
sejumlah ilmuan dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional dan
kapasitas intelektual masing-masing (Ekawati dan Shinta, 2011).
Menurut Bastable (2002), mengemukakan bahwa anak perempuan
memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di
tingkat sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena kinerja skolastik anak
perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi dibandingkan dengan kinerja
anak laki-laki.
c. Uang saku
Orang tua yang memberikan uang saku pada anak biasanya bertujuan
agar anak belajar bagaimana mengelola uang misalnya dengan menabung.
Namun, seringkali anak menghabiskan uang sakunya dengan membeli
jajanan makanan yang tinggi glukosa tetapi rendah nilai gizinya. Graha
(2007) mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi jajanan makanan seperti
25
permen dan makanan manis lainnya yang mengandung banyak glukosa
buatan akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar.
Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang berbahaya
yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan
olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia
berbahaya seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan
mencolok sehingga disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut
Utomo (2005), siswa yang senang jajan akan terancam kekurangan gizi
karena komposisi zat gizi dalam makanan jajanan biasanya tak seimbang,
atau malah tak bergizi sama sekali.
Berdasarkan penelitian Astuti (2012), dapat diketahui bahwa
penggunaan uang saku berpengaruh positif baik secara simultan maupun
parsial terhadap prestasi belajar. Umardami (2011) mengkategorikan tiga
kategori uang saku anak sekolah antara lain rendah (< Rp 2.000), sedang (
Rp 2.000-Rp 5.000), dan tinggi (> Rp5.000).
2.2.1.4 IMT/U
IMT/U adalah salah satu indeks antropometri untuk menilai status gizi
secara langsung pada anak usia 5-18 tahun. Kemenkes (2010) membagi
IMT/U menjadi lima kategori, antara lain :
26
Tabel 2.1
Status Gizi Berdasarkan IMT/U
Kategori IMT/U
Sangat kurus <-3 SD
Kurus -3 SD s/d -2 SD
Normal -2 SD s/d 1 SD
Gemuk >1 SD s/d 2 SD
Obesitas >2 SD
Terdapat dua jenis status gizi, yaitu gizi normal dan gizi salah
(malnutrisi). Malnutrisi adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh diet
yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Manutrisi merupakan kategori
penyakit yang mencakup: kekurangan gizi (undernutrition), obesitas dan
berat badan lebih (overweight), serta kekurangan nutrien mikro
(micronutrients deficiency, yang dikenal juga dengan “hidden hunger”)
(Ardika, 2014).
Siswa dengan SDM yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang
cerdas, produktif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya.
Salah satu cara mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat
gizi agar status gizi siswa normal. Apabila siswa kekurangan gizi akan
mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi
pada siswa akan berdampak pada aktifitas siswa di sekolah antara lain
sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi
pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah (Masdewi dkk, 2011).
Penelitian Sa’adah dkk (2014) yang dilakukan di Sekolah Dasar
Negeri Guguk malintang Kota Padangpanjang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Pada uji analisis chi
27
square, didapatkan p = 0,020 (p < 0,05) untuk status gizi wasting dan p =
0,005 (p < 0,05) untuk status gizi stunting. Selain itu, penelitian Legi (2012)
yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan
Malalayang Manado juga menunjukkan adanya hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar siswa dengan nilai p=0,00, nilai tersebut lebih kecil
dari α 0,05.
Status gizi yang baik dapat terjadi apabila siswa mengonsumsi
makanan yang bergizi. Menurut Anwar (2008) dalam Legi (2012)
mengatakan bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak,
apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan
keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan metabolisme
dalam otak, akibatnya otak tidak mampu berfungsi normal. Pada keadaan
yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan
badan terganggu sehingga badan lebih kecil dibandingkan dengan siswa
yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan
dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini
berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang
menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih
rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.
2.2.1.5 Intelegensi
Setiap manusia hidup mempunyai kemampuan intelegensi.
Kemampuan intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir secara kognitif
yang mempengaruhi kemampuan seseorang menggunakan logika, misalnya
kemampuan menghitung dan menggunakan teknologi. Setiap orang ketika
28
melakukan aktivitas selalu melibatkan intelegensi, walaupun proporsi
penggunaan intelegensinya berbeda-beda antara satu pekerjaan dan
pekerjaan lainnya (Hutapea dkk, 2008). Menurut Gardner (1993) dalam
Nofrianto (2008), kriteria intelegensi meliputi suatu kemampuan seseorang,
baik dalam unsur pengetahuan maupun keahlian yang menunjukkan
kemahiran dan keterampilan untuk memecahkan persoalan dan kesulitan
yang ditemukan dalam hidupnya.
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang
mempunyai intelegensi jauh di bawah normal akan sulit diharapkan untuk
mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Namun, intelegensi
bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan belajar
seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian
banyak faktor sebab seseorang yang intelegensinya tinggi tidak akan bisa
mencapai prestasi belajar yang baik jika tidak ditunjang faktor-faktor lain
yang juga menentukan keberhasilan belajar seperti kemauan, kerajinan,
waktu atau kesempatan, dan fasilitas belajar (Hakim, 2005).
Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Slameto (2013) bahwa
intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi
yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah.
Walaupun demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar
adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
29
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah satu faktor diantara faktor
yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif
terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.Penelitian Budiarta
dkk (2014) yang dilakukan di Desa Pengeragoan Kecamatan Perkutatan,
hasil analisis diperoleh bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi
signifikan terhadap prestasi belajar yakni Fhitung=6537,38> Ftabel=4,03.
Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh bahwa kecerdasan intelektual
berkontribusi sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar.
2.2.2 Faktor Eksternal
2.2.2.1 Karakteristik Orang Tua
Karakteristik adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki
elemen-elemen tersebut (Supranto, 2000). Oleh karena itu, dapat dikatakan
karakteristik orang tua adalah sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki
orang tua siswa. Karakteristik orang tua yang akan dibahas dalam penelitian
kali ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua.
a. Pendidikan Ibu
Definisi pendidikan dalam UU No, 20 tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga
antara lain pendidikan dasar/rendah (SD-SMP/MTs), pendidikan menengah
30
(SMA/SMK), dan pendidikan tinggi (D3/S1) (Syafaruddin,
2012).Sednagkan menurut Arikunto kategori pendidikan dibagi menjadi dua
yaitu pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs) dan pendidikan tinggi
(SMA/MA-Perguruan Tinggi)
Pendidikan orang tua mempengaruhi kebiasan makan anak.Kebiasaan
makan merupakan cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih,
mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada
latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Salah satu yang bisa
menentukan seseorang dalam memilih makanan yang bergizi adalah tingkat
pendidikan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Masdewi,
dkk(2011) bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi tentu saja akan
berdampak pula pada baiknya tingkat pengetahuan tentang kebutuhan
makan yang baik dan bergizi. Dengan mengonsumsi makanan bergizi maka
akan meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar anak.
Selain berkaitan dengan pemilihan makanan anak, ibu yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi pula. Pengetahuan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
tindakan ibu dalam membimbing dan memberikan motivasi kepada anaknya
untuk belajar sehingga tidak selalu bergantung terhadap guru di sekolah.
Orang tua tidak hanya memenuhi kebutuhan anaknya secara materil, tetapi
orang tua juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan kepada anaknya sejak
usia wajib belajar untuk menjadi garis penerus dan memiliki pendidikan
yang lebih tinggi daripada pendidikan yang dimiliki oleh orang tua (Reskia
dkk, 2014).Berdasarkan penelitian Reskia (2014) yang dilakukan di SDN
31
Inpres 1 Birobuli, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil uji koefisien
korelasi didapatkan r hitung > rtabel (0,627>0,404).
b. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan orang tua terutama ibu terkait dengan tersedianya waktu
dalam mengasuh anak. Anak yang mempunyai orang tua yang bekerja
cenderung lebih sedikit mendapat pengasuhan dari orang tuanya. Padahal,
pengasuhan anak yang diberikan secara maksimal pada anak akan
berdampak pada kecerdasan emosional anak. Anak yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi cenderung aktif di berbagai aktivitas dan
memiliki prestasi belajar yang baik (Arisandi dan Melly, 2007).
Faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar yaitu diantaranya
keadaan keluarga salah satunya adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja
mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk bersama anaknya dan
komunikasi atau interaksi antara orang tua dan anak pun berkurang. Berbeda
dengan ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk berinteraksi
dengan anak dan dapat memberikan bimbingan dengan baik kepada anak
dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya (Maghfuroh,
2014).
Penelitian Maghfuroh (2014) menemukan bahwa ibu yang bekerja
cenderung memberikan lebih sedikit waktu untuk anaknya dalam
membimbing dan mengarahkan belajar dibandingkan dengan ibu yang tidak
bekerja. Selain itu, penelitian Puspitasari (2008) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pola asuh belajar
32
yang secara tidak langsung berhubungan dengan prestasi belajar dengan
nilai P value sebesar 0,041.
c. Pendapatan Orang Tua
Prestasi belajar siswa didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi
baik dicapai salah satunya dipengaruhi oleh perilaku makan yang baik.
Perilaku makan yang baik juga dipengaruhi oleh penghasilan orang tua.
Pendapatan orang tua yang tinggi secara otomatis membuat daya beli
keluarga juga menjadi tinggi sehingga kebutuhan akan makanan yang baik
dan bergizi dapat terpenuhi (Masdewi dkk, 2011). Surat Keputusan (SK)
Banten menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banten sebesar Rp
2.710.000.
Selain dapat memenuhi kebutuhan makanan, semakin tinggi
pendapatan atau keadaan ekonomi keluarga semakin baik fasilitas belajar di
rumah dan secara positif mempengaruhi pola asuh belajar siswa. Dengan
kata lain, semakin tinggi keluarga menginvestasikan sumberdaya keluarga
dalam bentuk mengalokasikan keadaan ekonomi keluarga ke dalam fasilitas
belajar anak, maka akan semakin baik pola asuh belajar yang dilakukan oleh
orang tua kepada anaknya. Pola asuh belajar yang baik ini diindikasikan
oleh keterlibatan orang tua dalam pendampingan dan pengawasan belajar
anaknya. Apabila pola asuh baik diberikan kepada anak akan berdampak
pada kenaikan prestasi belajarnya (Puspitawati, 2010).
Berdasarkan penelitian Widjdati (2013) yang dilakukan di MTs
Asyariyah Tegalarum Kecamatan Mragen Kabupaten Demak, menunjukkan
bahwa ada pengaruh sosial ekonomi orang tua dalam hal ini penghasilan
33
atau pendapatan terhadap prestasi belajar. Uji hipotesis memperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%) menggambarkan adanya
pengaruh positif dan signifikan variabel status sosial ekonomi dalam hal ini
penghasilan terhadap prestasi belajar.
2.2.2.2 Pola Asuh Belajar
Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pencapaian hasil belajar seorang siswa di sekolah. Pola asuh belajar siswa
diberikan kepada keluarga terdekat, yakni orangtua. Pola asuh belajar
memegang peranan penting dalam perkembangan belajar anak dan sangat
besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya pencapaian prestasi anak di
sekolah. Pola asuh orangtua yang baik mampu meningkatkan prestasi
belajar anak (Maghfuroh, 2014). Pada penelitian ini, pola asuh belajar
meliputi cara orangtua dalam menentukan waktu belajar anak, memberikan
motivasi, mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di
rumah.
Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga,
yaitu bagaimana orangtua membentuk perilaku generasi berikut sesuai
dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat
(Hardiwinoto dan Setiabudhi, 2002). Sedangkan pola asuh belajar adalah
praktik pengasuhan berupa jenis dan frekuensi kegiatan serta curahan waktu
yang diberikan orangtua dalam membimbing, mengarahkan, serta
mengawasi kegiatan belajar anak (Puspitasari, 2008). Setiap orangtua,
biasanya memiliki pola asuh belajar terhadap anak yang berbeda-beda. Pola
asuh ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pola asuh
34
juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan
menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat (Fathi, 2008).
Pola asuh belajar yang diberikan oleh orangtua yang kurang/tidak
memperhatikan pendidikan anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar
anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan
dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu
belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak
memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana
kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-
lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
Mungkin anak tersebut sebenarnya pandai tetapi karena cara belajar yang
tidak teratur menyebabkan kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga
mengalami ketertinggalan dalam belajar dan akhirnya malas belajar. Hal
tersebut mengakibatkan hasil/nilai yang diharapkan tidak memuaskan
bahkan dapat menimbulkan kegagalan dalam studinya (Slameto, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Magfuroh (2014) di SDN 1 Kabalan
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro didapatkan hasil uji korelasi Chi
Square dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, nilai koefisien korelasi
0,742 dan nilai p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
anak.
35
2.2.2.3 Persepsi Siswa terhadap FasilitasSekolah
Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat digunakan dalam rangka
memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran. Faslilitas belajar yang
memadai dalam proses belajar mengajar akan mendukung siswa dalam
mencapat hasil belajar yang optimal. Rejeki dkk (2013) melakukan
penelitian pada anak SD kelas IV se-Kecamatan Kutowinangun dan dari
hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh antara fasilitas
belajar di sekolah terhadap hasil belajar. Rata-rata skor hasil belajar siswa
dengan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap (80,58) lebih besar daripada
rata-rata skor hasil belajar siswa dengan fasilitas belajar di sekolah yang
tidak lengkap (69,375).
Penelitian Pakpahan (2012) menyatakan ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara persepsi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar.
Sama halnya dengan pendapat Slameto (2013) mengatakan bahwa alat
pelajaran atau fasilitas sekolah yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih
giat dan lebih maju. Namun, kenyataannya saat ini dengan meningkatnya
jumlah pelajar yang masuk sekolah maka semakin meningkat pula alat-alat
yang dibutuhkan untuk membantu lancarnya proses belajar siswa seperti
buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain.
Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun
kualitasnya.
36
2.2.2.4 Konsumsi Makanan
Definisi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman (Saparinto dan Diana, 2006). Sedangkan definisi makanan
menurut Soekarto dalam Rosyidi (2006) adalah produk pangan yang siap
hidang atau yang langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan
dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau dimasak. Selain itu
menurut Nasution (2003) makanan merupakan kebutuhan manusia yang
paling mendasar karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta melakukan berbagai aktivitas.
Konsumsi makanan yang cukup khususnya pada anak-anak akan
mempengaruhi keadaan gizi yang kemudian berdampak pada prestasi
belajar. Namun, saat ini masih terdapat anak-anak yang konsumsi
makanannya masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Syafitri dkk
(2009) yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi sehari siswa di
Lawanggintung 01 Kota Bogor berkisar antara 585-2372 kkal/hari. Rata-rata
konsumsi energi sebesar 1595 kkal/hari. Tingkat kecukupan energi siswa
rata-rata sebesar 87,0%.
Berdasarkan penelitian Maulanaputri (2011) yang dilakukan di
sekolah yang mempunyai kelas akselerasi maupun reguler, menunjukkan
bahwa konsumsi makanan yakni konsumsi makanan sumber karbohidrat,
37
makanan hewani, makanan nabati, susu, sayur dan buah pada kelas
akselerasi lebih tinggi baik dari segi frekuensi maupun jumlah rata-rata
konsumsi per satu kali makan. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi
makanan yang lebih tinggi akan mempengaruhi keadaan siswa dan secara
tidak langsung akan berdampak pada prestasi belajar yang lebih baik.
Konsumsi makanan atau perilaku makan sangat berpengaruh terhadap
status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan
meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik
(Masdewi dkk, 2011). Berdasarkan penelitian Juliasih dan Sri (2013) dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh antara konsumsi makanan terhadap
status gizi dengan perolehan nilai signifikan sebesar 0,043 (P value < 0,05).
Konsumsi makanan yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah
konsumsi makanan sumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati,
sayur dan buah.
Pola konsumsi makanan yang baik akan meningkatkan konsentrasi
belajar dan kemudian akan meningkatkan prestasi belajar. Pola konsumsi
makanan yang baik salah satunya adalah kebiasaan melakukan sarapan.
Penelitian Lestari (2012) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara pola makan khususnya makan pagi dengan kemampuan
konsentrasi belajar (p=0,011). Selain itu, penelitian Tusala dkk (2013) yang
dilakukan di SD GMIT Kefamemnanu 4 juga menunjukkan bahwa ada
hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi siswa
dengan nilai p=0,001. Konsumsi makanan yang akan dibahas pada
38
penelitian ini adalah konsumsi makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati,
sayur, dan buah.
a. Kelompok MakananSumber Karbohidrat
Makanan sumber karbohidrat adalah makanan yang dikonsumsi dalam
jumlah paling banyak dibandingkan jenis makanan lain dan mengandung zat
tepung sebagai sumber tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari hari.
Bahan makanan sumber karbohidratyang sering dikonsumsi penduduk
Indonesia adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis
umbi-umbian seperti talas, gayong, dan kentang (Hayati, 2009). Karbohidrat
merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu, harus
tersedia setiap saat apabila diperlukan oleh tubuh (Devi, 2010). Karbohidrat
digunakan dalam bentuk gula, bersama dengan oksigen menghasilkan energi
dalam satuan kalori. Untuk satu gram karbohidrat dihasilkan sebesar 4 kkal
(kilo kalori).
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi memberi
rasa manis pada makanan (IKAPI, 2010). Jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi.
Berdasarkan distribusi energi, karbohidrat harus menyumbang sebanyak 50-
65 persen energi total (Devi, 2010). Sedangkan menurut Pedoman Umum
Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi karbohidrat 50-60 persen dari total
konsumsi energi atau 3-4 kali dalam sehari (Kemenkes, 2014).
b. Makanan Hewani
Secara umum, bahan makanan dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar, yaitu bahan makanan hewani dan bahan makanan
39
nabati.Bahan makanan hewani adalah bahan makanan yang berupa atau
berasal dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan
bahan dasar asal hewan. konsumsi makanan yang mengandung protein
hewani dan nabati dianjurkan sebanyak 2-4 porsi dalam sehari (Kemenkes,
2014).
Makanan hewani adalah sumber gizi yang dapat diandalkan untuk
mendukung perbaikan gizi masyarakat. Konsumsi makanan hewani yang
cukup merupakan syarat penting untuk terpenuhinya kebutuhan gizi tubuh
sehari-hari. Makanan hewani mempunyai keunikan yang menyebabkan
kelompok makanan ini tergolong sebagai makanan bermutu tinggi.
Keunikan tersebut adalah makanan hewani mengandung asam amino
esensial yang lengkap, kaya vitamin B12 dan vitamin A, mengandung zat
besi heme yang mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang
tinggi.Menurut anjuran FAO, konsumsi protein hewani yang ideal bagi
penduduk Indonesia adalah 15 g/kapita/hari (Rukmana, 2001). Khomsan
(2004) mengatakan bahwa angka kecukupan protein asal ternak yang
dianjurkan adalah sekitar 4,5 g/kapita/hari, sementara rata-rata protein total
adalah 50 g/kapita/hari. Sedangkan menurut Hardinsyah dkk (2012)
mengatakan bahwa proporsi anjuran protein hewani sebesar 25%.
Meskipun angka kecukupan protein asal ternak hanya 4,5 g dan
kelihatannya kecil, ternyata banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat
memenuhi angka tersebut. Diperkirakan rata-rata penduduk Indonesia baru
dapat mengonsumsi 70% dari angka kecukupan protein hewani. Upaya-
upaya untuk meningkatkan konsumsi makanan hewani biasanya terkendala
40
oleh alasan ekonomi. Harga produk ternak relatif mahal sehingga beban
masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi semakin berat (Khomsan,
2004). Adapun yang termasuk dalam jenis-jenis makanan hewani adalah
(Mayasari, 2007):
1. Susu, yaitu produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan
ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu
mengandung mineral kalsium sangat bermanfaat untuk mencegah
osteoporosis (kerapuhan tulang). Membiasakan minum susu sejak usia
anak-anak sampai lanjut usia adalah penting untuk menjaga kekuatan
tulang. Produk susu yang sering berada dipasaran seperti susu bubuk,
susu formula, dan susu kental manis termasuk susu steril yang bebas
dari bakteri (Khomsan, 2004).
2. Ikan, dalam arti sempit adalah semua jenis ikan sungai, ikan danau,
ikan rawa-rawa, ikan yang dipelihara di tambak, dilaut dan
sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil-hasil perikanan
lainnya yaitu kerang, teripang, telur ikan dan lain-lain.
3. Daging, yaitu produk yang diperoleh dengan cara pemotongan ternak
(mamalia dan unggas). Daging unggas sering disebut white meat.
Sedangkan, daging yang lain seperti daging sapi, domba, dan kambing
dimasukkan ke dalam kelompok red meat. Di negara-negara Barat, red
meat semakin diwaspadai karena kandungan lemak jenuhnya tinggi.
Lemak jenuh ini berpotensi menjadi kolesterol di dalam tubuh.
Sementara itu, white meat dianggap lebih sehat karena kolesterol dan
lemak jenuhnya lebih rendah, terutama bila dimasak dengan
41
membuang kulitnya terlebih dahulu. Pada umumnya, daging
mengandung protein 18-20% sehingga diantara berbagai produk
hewani asal ternak daging memiliki kandungan protein tertinggi.
Daging juga dikenal sebagai sumber zat besi heme yang mudah
diserap oleh tubuh (Khomsan, 2004).
4. Telur, yaitu produk utama dari pemeliharaan ayam petelur, atau
produk sampingan pemeliharaan unggas pedaging. Kandungan protein
telur adalah 12%, jauh lebih tinggi dibandingkan susu yang hanya
mempunyai kandungan protein sebesar 3%. Secara relatif, telur ayam
ras mempunyai kadar protein yang hampir sama dengan telur ayam
kampung, namun komposisi asam aminonya lebih baik pada telur
ayam kampung. Kandungan gizi pada telur sebenarnya berpusat pada
kuning telurnya yang tinggi akan kadar protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, dan vitamin A. Selain itu, kolesterol juga tinggi pada
bagian kuning telur (Khomsan, 2004).
5. Produk-produk olahan dari bahan makanan tersebut di atas.
c. Makanan Nabati
Bahan makanan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari
tanaman atau produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal
tanaman. Kemenkes (2014) menganjurkan konsumsi makanan yang
mengandung protein nabati sebanyak 2-4 kali dalam sehari.
Kebutuhan protein bagi manusia di dalam makanan sehari-hari dapat
dipenuhi dari bahan makanan nabati dan hewani. Bahan makananyang
termasuk makanan nabati dapat berupa daun, bunga, akar, batang, umbi,
42
buah, biji atau bagian-bagian tanaman lainnya serta kacang-kacangan dan
hasil olahannya berupa tahu, tempe, dan oncom. Anjuran sumber protein
nabati sama seperti protein hewani menurut PUGS yakni 2-4kali
(Ramayulis, 2014).
Konsumsi protein nabati bisa menggantikan kebutuhan dari protein
nabati, hanya saja porsinya menjadi lebih besar. Perlu diketahui bahwa tidak
semua protein nabati bernilai biologis tinggi seperti misalnya pada kacang-
kacangan. Kacang-kacangan sebagai sumber protein juga mengandung zat
penghambat penyerapan zat gizi, untuk itu perlu memprioritaskan konsumsi
protein nabati yang bernilai biologis tinggi misalnya tempe. Jika kita
mengonsumsi kacang-kacangan atau tahu, disarankan untuk meningkatkan
konsumsi buah sebagai sumber vitamin C untuk membantu meningkatkan
penyerapan zat mineral zat besi dan kalsium yang terkandung dalam
kacang-kacangan (Ramayulis, 2014).
d. Sayur
Dalam sayuran yang berwarna hijau terkandung vitamin dan serat.
Dinyatakan pula bahwa lutein, suatu pigmen berwarna kuning yang terdapat
pada sayuran berdaun hijau dapat menjaga karotid kitatetap bersih. Pada
penelitian yang dilakukan terhadap 480 pria dan wanita yang belum pernah
memiliki penyakit jantung, terbukti bahwa orang yang tingkat lutein nya
tinggi, memiliki ketebalan arteri lebih dibanding mereka yang tingkat lutein
nya rendah. Penemuan tersebut menjelaskan mengapa buah dan sayuran
sangat cocok untuk diet dan juga untuk melindungi kesehatan
kardiovaskular (Arisandi dkk, 2011).
43
Zat gizi lain yang terkandung di dalam hampir semua jenis sayuran
adalah antioksidan, antioksidan adalah senyawa aktif yang ada di dalam
mineral, vitamin, karotenoid, dan pilofenol. Perannya melawan radikal
bebas akan membantu mencegah tubuh terserang penyakit degeneratif
seperti kanker, jantung koroner, dan penuaan dini. Jika dilihat dari piramida
makanan (Kemenkes, 2014), konsumsi sayuran yang dianjurkan bagi orang
Indonesia adalah 3-4 porsi sehari. Satu porsi sayuran setara dengan satu
gelas sayuran dalam keadaan matang. Bahkan dalam buku The Miracle of
Enzim, Prof. Hiromi menyarankan untuk mengonsumsi sayuran sebanyak
85% dari konsumsi sehari-hari (Rizki, 2013).
e. Buah
Buah merupakan bahan makanan yang mengandung banyak vitamin
dan mineral yang diperlukan tubuh. Sangat banyak manfaat buah bagi
kesehatan tubuh terutama bagi anak-anak yang masih dalam proses
pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi yang cukup. Para ahli memberikan
anjuran dalam hal mengonsumsi buah yakni sebagai berikut (Waluyo,
2010):
1. Makanlah paling sedikit lima porsi buah-buahan setiap hari
2. Pilih bermacam-macam buah, bervariasi setiap harinya
3. Pilih buah yang masih segar, bukan yang dijual secara kalengan
4. Selain dikonsumsi dalam menu makanan sehari-hari, buah dapat
dikonsumsi dalam bentuk minuman jus
5. Untuk mendapatkan antioksidan sebanyak-banyaknya pilih buah yang
berwarna terang
44
Ukuran porsi buah dalam tumpeng gizi seimbang lebih sedikit dari
sayuran, yaitu 3-4 porsi untuk sayur dan 2-3 porsi untuk buah. Besar porsi
untuk jenis sayur adalah 100 g sedangkan besar porsi buah berbeda. Anjuran
konsumsi buah adalah dalam keadaan utuh atau jus buah tanpa disaring dan
tanpa ditambah gula serta susu kental manis. Buah juga dapat dicampurkan
dalam pengolahan makanan selingan.
45
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun berdasarkan kesimpulan
dari beberapa tinjauan pustaka yang ada, bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan prestasi belajar terdiri dari faktor internalyaitu
motivasi, kesiapan, karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang saku),
IMT/U, dan intelegensi. Sedangkanfaktor eksternal yaitu pola asuh
belajar,persepsi terhadap fasilitas sekolah, karakteristik orangtua
(pendidikanibu, pekerjaanibu, dan pendapatan orangtua), dan konsumsi
makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah).
Salah satu bagian dari gizi adalah status gizi, dimana status gizi
sangatberpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak, yang
mana perkembangan otak sangat mempengaruhi prestasi seorang anak.
Masalah gizi kurang pada anak berpengaruh negatif terhadap perkembangan
fisik, mental, produktifitas pencapaian hasil pendidikan dan fungsi
pertahanan tubuh terhambat. Anak yang mengalami gizi kurang ini akan
lesu sehingga menurunkan daya konsentrasi dan tidak bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi anak menjadi minim dan
tidak dapat mengikuti perkembangan (Jumarni dkk, 2012).
Kerangka teori dapat dilihat dalam bagan 2.1 sebagai berikut.
46
Bagan 2.1
Kerangka Teori Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar
Motivasi
Kesiapan
Pola asuh belajar
Persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah
Prestasi belajar
IMT/U Intelegensi
Karakteristik orangtua
Pendidikan ibu
Pekerjaan ibu
Pendapatan orangtua
Karakteristik siswa
Usia
Jenis kelamin
Konsumsi makanan
Makanan sumber
karbohidrat
Makanan hewani
Makanan nabati
Sayur dan buah
Adaptasi Slameto (2013), Pahlevi (2012) dan Sorhaindo (2008)
Faktor internal
Uang saku
Faktor eksternal
47
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan penyederhanaan dari kerangka teori. Variabel
dependen dalam penelitian kali ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel
independennya yaitu yakni pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah,
IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan
orangtua), karakteristik siswa (jenis kelamin dan uang saku), serta konsumsi makanan
(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah).
Pada penelitian ini variabel usia, kesiapan mental, motivasi dan intelegensi tidak
diteliti. Usia responden dalam penelitian ini dalam kategori yang sama atau homogen,
sedangkan untuk variabel kesiapan mental dan intelegensi tidak diteliti karena
keterbatasan peneliti. Intelegensi diukur menggunakan tes khusus yang tidak dikuasai
peneliti.Variabel motivasi juga tidak diteliti sebab motivasi siswa dapat diukur melalui
observasi langsung secara hati-hati dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena
itu, kerangka konsep yang dipilih peneliti adalah sebagai berikut.
48
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar
Faktor eksternal
1. Karakteristik orangtua
Pendidikan ibu
Pekerjaan ibu
Pendapatan orangtua
2. Pola asuh belajar
3. Persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah
Faktor internal
1. Karakteristik siswa
Jenis kelamin
Uang saku
2. Konsumsi makanan
Makanan sumber karbohidrat
Makanan hewani
Makanan nabati
Sayur
Buah
3. IMT/U
49
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Konsumsi Makanan Dan Faktor Lainnya Dengan Prestasi Belajar
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Variabel Dependen
Prestasi
belajar
Nilai rata-rata ± SD siswa pada
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA,
IPS, dan Matematika.
Menelaah data
sekunder
Data sekunder dari
pihak sekolah
1. Kurang, jika nilai ≤ 73
2. Baik, jika nilai 74-79
3. Sangat baik, jika nilai ≥ 80
Ordinal
Variabel Independen
Pola asuh
belajar
Cara orang tua mendidik siswa
dalam hal menentukan waktu
belajar siswa, memberikan
motivasi, mengevaluasi hasil
ujian, dan memberikan fasilitas
belajar di rumah.
Diisi sendiri oleh
responden
Kuesioner 1. Tidak baik, jika skor < 66,7 %
2. Baik, jika skor ≥ 66,7%
Ordinal
Persepsi siswa
terhadap
fasilitas
sekolah
Persepsi siswa terhadap keadaan
alat-alat yang disediakan sekolah
untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar
Diisi sendiri oleh
responden
Kuesioner 1. Tidak baik, jika skor < 60%
2. Baik, jika skor ≥ 60%
Ordinal
IMT/U Indeks massa tubuh yang
didapatkan berdasarkan IMT/U
Pengukuran
antropometri
Timbangan digital dan
microtoice
1. Malnutrisi
2. Normal
Ordinal
50
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Pendidikan
ibu
Jenjang pendidikan formal
terakhir ibu siswa
Menelaah data
sekunder
Data sekunder dari
pihak sekolah
1. Pendidikan rendah (SD/MI-SMP/MTs)
2. Pendidikan tinggi (SMA/MA-
Perguruan Tinggi) (Arikunto, 2005)
Ordinal
Pekerjaan ibu Kegiatan ibu siswa sehari-hari Menelaah data
sekunder
Data sekunder dari
pihak sekolah
1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Ordinal
Pendapatan
orangtua
Jumlah uang yang diterima orang
tua siswa selama satu bulan
bekerja
Diisi sendiri oleh
orangtua responden
Kuesioner 1. Rendah (<Rp 2.710.000)
2. Tinggi (≥ Rp 2.710.000) (SK Banten,
2015)
Ordinal
Jenis kelamin Status gender yang dibedakan
berdasarkan penampilan
Diisi sendiri oleh
responden
Kuesioner 1. Laki laki
2. Perempuan
Nominal
Uang saku Jumlah uang yang dihabiskan
siswa dalam satu hari untuk
membeli makanan
Diisi sendiri oleh
responden
Kuesioner 1. Rendah, jika < mean
2. Tinggi, jika ≥ mean
Ordinal
Konsumsi
makanansumb
er karbohidrat
Jumlah frekuensi kelompok
makanansumber karbohidratyang
dimakan dalam sehari
Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi kelompok
makanan sumber karbohidrat< 3 atau >
4 kali sehari
2. Baik, jika konsumsi kelompok
makanansumber karbohidrat3-4 kali
sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
51
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Konsumsi
makanan
hewani
Jumlah frekuensi makanan
hewani yang dimakan dalam
sehari
Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi makanan
hewani < 2 atau > 4 kali sehari
2. Baik, jika konsumsi makanan hewani
2-4 kali sehari(Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi
makanan
nabati
Jumlah frekuensi makanan nabati
yang dimakan dalam sehari
Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi makanan
nabati < 2 atau > 4 kali sehari
2. Baik, jika konsumsi makanan nabati 2-
4 kali sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi
sayur
Jumlah frekuensi sayur yang
dimakan dalam sehari
Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi sayur < 3
atau > 4 kali sehari
2. Baik, jika konsumsi sayur 3-4kali
sehari (Kemenkes, 2014)
Ordinal
Konsumsi
buah
Jumlah frekuensi buah yang
dimakan dalam sehari
Wawancara FFQkualitatif 1. Tidak baik, jika konsumsi buah < 2
atau > 3 kali sehari
2. Baik, jika buah 2-3 kali
sehari(Kemenkes, 2014)
Ordinal
52
3.2 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar
pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
2. Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolahdengan
prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri
I Ciputat tahun 2015.
3. Ada hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar pada siswakelas
V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun 2015.
4. Ada hubungan antara karakteristik orangtua (pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan pendapatan orangtua)siswa dengan prestasi belajar
pada siswa kelas V dan VIMadrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
5. Ada hubungan antara karakteristik siswa (jenis kelamin, uang saku)
dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Ciputat tahun 2015.
6. Ada hubungan antara konsumsi makanan (makanansumber
karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur dan buah)
dengan prestasi belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Ciputat tahun 2015.
53
BAB IV
METODE PENELITIAN
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional study, yaitu mempelajari variabel dependen (prestasi belajar) dan
variabel independen antara lain pola asuh belajar, persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua siswa (pendidikanibu, pekerjaanibu, dan
pendapatanorangtua), karakteritik siswa (jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi
makanan(makanansumber karbohidrat, makanan hewani, makanan nabati, sayur
dan buah). Penelitian dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui
hubungan pola asuh belajar, IMT/U, dan karakteristik siswa terhadap prestasi
belajar pada siswakelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat tahun
2015.
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Ciputat pada
bulan Januari sampai dengan Agustus 2015.
2.3 Populasi dan Sampel
2.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VIdi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat.
54
2.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas V dan VI di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri I Ciputat. Alasan pemilihan sampel yaitu siswakelas V dan VI
yakni karena pada usia tersebut siswa sudah cukup besar dan mampu mengingat
apa saja makanan yang dimakannya dalam sehari ketika pengambilan data
konsumsi makanan.
2.3.3 Besar Sampel
Variabel P1 P2 P prestasi belajar baik Sumber Sampel
Pola asuh belajar 0 % 60 % 94% Wandini (2008) 11
Persepsi siswa terhadap
fasilitas sekolah 76,5 % 35,6 % 81% Wandini (2008)
29
IMT/U 63,3 % 25 % 69% Jumarni dkk
(2012)
33
Jenis kelamin 21,4 % 8,3 % 85% Puspitasari
(2008)
33
Uang saku 7,8 % 1,6 % 34% Faizah (2012) 14
Pendidikan ibu 33,9 % 67,9 % 50% Septiani (2012) 44
Pekerjaan ibu 17,8 % 11,8 % 50% Puspitasari
(2008)
54
Pendapatan orang tua 36,8 % 2,63 % 18% Darmadi (2006) 11
Konsumsi makanan 34,1 % 18,8 % 41% Saniarto (2013) 73
Rumus menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus uji hipotesis beda dua proporsi Lemeshow dalam WHO (1991), yaitu
sebagai berikut :
( √ ( ) √ ( ) ( )2
( )2
Keterangan :
n = besar sampel
55
Z -α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α
pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1,96
Z = nilai Z pada kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 80% = 0,84
P = proporsi rata – rata = (P1-P )/2
P = proporsi siswa dengan konsumsi makan baik (34,1%) yang prestasi
belajarnya baik
P = proporsi siswa dengan konsumsi makan tidak baik(18,8%) yang
prestasi belajarnya baik
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple
random sampling.Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan jumlah
sampelminimal adalah 77siswa.Pada penelitian ini, sampel yang digunakan
sebanyak 80 siswa.
2.3.4 Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
peneliti meminta data absensi siswa kepada pihak sekolah untuk dijadikan
kerangka sampel. Kerangka sampel tersebut kemudian dijadikan alat
pengumpulan data dengan cara mengurutkan nama siswa sesuai abjad,
memisahkan satu per satu nama dari absen dan melakukan random sampai
beberapa kali sesuai jumlah sampel yang diinginkan. Berikut skema teknik
pengumpulan data.
n = 73
56
Gambar 4.1
Gambar Teknik Pengambilan Sampel
2.4 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
(Muninjaya, 2003). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai jenis kelamin, uang
saku, pola asuh belajar, dan pendapatan orangtua. Sedangkan instrumen yang
digunakan dalam mengumpulkan data persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
yaitu kuesioner dan wawancara informal, IMT/U menggunakan microtoiseuntuk
mengukur tinggi badan dan timbangan digital untuk mengukur berat badan, serta
datafrekuensi konsumsi makanan(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati,
sayur, dan buah) dikumpulkan dengan menggunakan lembar Food Frequency
Questionnaire(FFQ) kualitatif.Selain itu, untuk variabel prestasi belajar,
pekerjaan, dan pendidikan ibu menggunakan data sekunder yang tersedia di
sekolah.
Pengambilan absen siswa kelas V dan VI
Mengurutkan nama siswa sesuai abjad
Memisahkan satu per satu nama dari absen
Melakukan random sesuai jumlah sampel
57
2.5 Pengumpulan Data
2.5.1 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder.Pengumpulan data primer dilakukan untuk variabel pola asuh
belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, IMT/U, pendapatan orangtua,
jenis kelamin, uang saku,dan konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat,
hewani, nabati, sayur, dan buah). Sedangkan pengumpulan data sekunder yakni
data prestasi belajar, pendidikan dan pekerjaan ibu diperoleh dari data yang
tersedia di sekolah. Sebelum melakukan pengumpulan data primer, peneliti
melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu pada populasi yang berbeda.
2.5.2 Alur Pengumpulan Data
2.5.2.1 Variabel Prestasi Belajar
Instrumen yang digunakan untuk variabel prestasi belajar yaitu nilai rapor
responden satu semester. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan
data sekunder tentang nilai rapor siswa yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang
didapatkan adalah data mengenai hasil belajar siswa per satu semester.
2.5.2.2 Variabel Pola Asuh Belajar
Instrumen yang digunakan untuk variabel pola asuh belajar yaitu data
primer berupa kuesioner yang terletak pada bagian faktor eksternal. Cara ukur
pada variabel ini yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden.
Kuesioner pola asuh belajar sebelumnya pernah digunakan oleh Puspitasari
(2008) yang terdiri dari 20 item pertanyaan. Hasil ukur yang didapatkan adalah
pola asuh belajar yang diberikan kepada responden.
58
Kuesioner Pola Asuh Belajar
Pertanyaan r hitung r tabel
Validitas (r
hitung > r
Tabel)
Cronbach
α
Reliabilitas
(cronbach α>
r tabel)
1 0.509 0,361 Valid
0,711 Reliabel
2 0,399 0,361 Valid
3 0,371 0,361 Valid
4 0,448 0,361 Valid
5 0,439 0,361 Valid
6 0,362 0,361 Valid
7 0,612 0,361 Valid
8 0,511 0,361 Valid
9 0,625 0,361 Valid
10 0,448 0,361 Valid
11 0,411 0,361 Valid
12 0,369 0,361 Valid
13 0,369 0,361 Valid
14 0,502 0,361 Valid
15 0,432 0,361 Valid
16 0,366 0,361 Valid
17 0,425 0,361 Valid
18 0,412 0,361 Valid
19 0,364 0,361 Valid
20 0,366 0,361 Valid
2.5.2.3 Variabel Persepsi Siswa Terhadap Fasilitas Belajar
Instrumen yang digunakan untuk variabel persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah yaitu skala likert yang terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa
dengan skor jawaban 1-5 dan wawancara informal. Cara ukur pada variabel ini
yaitu pengisian angket dan wawancara responden. Hasil ukur yang didapatkan
59
adalah persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah yang dibedakan persepsi baik dan
persepsi tidak baik.
Angket Persepsi Fasilitas Belajar
Pertanyaan r
hitung
r
tabel
Validitas (r
hitung > r
Tabel)
Cronbach
α
Reliabilitas
(cronbach
α> r tabel)
1 0.635 0,444 Valid
0,768 Reliabel
2 0,604 0,444 Valid
3 0,535 0,444 Valid
4 0,473 0,444 Valid
5 0,498 0,444 Valid
6 0,683 0,444 Valid
7 0,632 0,444 Valid
2.5.2.4 Variabel IMT/U
Instrumen yang digunakan untuk variabel IMT/U yaitu timbangan digital
dan microtoise. Cara ukur pada variabel ini yaitu pengukuran antropometri berupa
berat badan dan tinggi badan pada masing-masing responden. Hasil ukur yang
didapatkan adalah IMT/U siswa.
2.5.2.5 Variabel Pendidikan Ibu
Instrumen yang digunakan untuk variabel pendidikan ibu yaitu data
sekunder yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan
pengambilan data sekunder mengenai pendidikan ibu yang terdapat di sekolah.
Hasil ukur yang didapatkan adalah jenjang pendidikan terakhir ibu siswa.
60
2.5.2.6 Variabel Pekerjaan Ibu
Instrumen yang digunakan untuk variabel pekerjaan ibu yaitu data sekunder
yang tersedia di sekolah. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengambilan
data sekunder mengenai pekerjaan ibu yang terdapat di sekolah. Hasil ukur yang
didapatkan adalah pekerjaan ibu siswa.
2.5.2.7 Variabel Pendapatan Orang Tua
Instrumen yang digunakan untuk variabel pendapatan orang tua yaitu data
primerberupa kuesioner. Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan pengisian
kuesionerterhadap masing-masing responden yang sebelumnya kuesioner tersebut
dibawa pulang untuk ditanyakan kepada orangtua masing-masing. Hasil ukur
yang didapatkan adalah tingkat pendapatan orang tua dalam sebulan.
2.5.2.8 Variabel Jenis Kelamin
Instrumen yang digunakan untuk variabel jenis kelamin yaitu kuesioner
yang terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini
yaitu pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang
didapatkan adalah jenis kelamin siswa yang dibedakan laki-laki dan perempuan.
2.5.2.9 Variabel Uang Saku
Instrumen yang digunakan untuk variabel uang saku yaitu kuesioner yang
terletak pada bagian faktor karakteristik siswa. Cara ukur pada variabel ini yaitu
pengisian kuesioner pada masing-masing responden. Hasil ukur yang didapatkan
adalah jumlah uang saku siswa dalam sehari yang digunakan siswa untuk
membeli makanan.
61
2.5.2.10 Variabel Konsumsi Makanan
Instrumen yang digunakan untuk variabel konsumsi makanan yaitu lembar
Food Frequency Questionnaire(FFQ)kualitatifyang bersumber dari Supariasa dkk
(2012). Cara ukur pada variabel ini yaitu dengan melakukan wawancara langsung
tentang frekuensi konsumsi makanansumber karbohidrat, makanan hewani,
makanan nabati, serta sayur dan buah dalam sehari ataupun semingguterakhir
pada masing-masing responden. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
frekuensi konsumsi makananresponden. Hasil ukur yang didapatkan adalah data
konsumsi makanansumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah siswa.
2.6 Manajemen Data
Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan manajemen data sehingga
menjadi sumber yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
manajemen data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program
komputer.Langkah-langkah manajemen data yakni sebagai berikut :
1. Editing Data
Proses ini yaitu memeriksa atau mengecek kesalahan dalam mengisi
kuesioner dan memastikan data yang diperoleh telah lengkap atau belum.
2. Coding Data
Setelah proses editing kemudian melakukan pengkodean pada jawaban
dari setiap pertanyaan terhadap setiap variabel sebelum diolah
menggunakan komputer, pengkodean berfungsi untuk memudahkan dalam
mnganalisa data. Pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
62
a. Prestasi belajar, diberi kode 1 =kurang jika nilai ≤ 73, 2 = baik jika nilai
74-79, 3 = sangat baik jika nilai ≥ 80.
b. Pola asuh belajar, diberi kode 1 = tidak baik, jika skor < 66,7%, 2 = baik,
jika skor ≥ 66,7%.
c. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah, diberi kode 1 = tidak baik jika
skor < 60%, 2 = baik jika skor ≥ 60%.
d. IMT/U, diberi kode 1 = malnutrisi, 2 = normal.
e. Pendidikan ibu, diberi kode 1 = pendidikan rendah (SD/MI - SMP/MTs),
2 = pendidikan tinggi (SMA/MA - Perguruan Tinggi).
f. Pekerjaan ibu, diberi kode 1 = bekerja, 2 = tidak bekerja.
g. Pendapatan orangtua, diberi kode 1 = rendah (< Rp 2.710.000), dan 2 =
tinggi (≥ Rp 2.710.000).
h. Jenis kelamin, kode 1 = laki-laki dan 2 = perempuan.
i. Uang saku, kode 1 = rendah, jika <mean, 2 = tinggi, jika ≥ mean.
j. Konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat, diberi kode 1 = tidak
baik, jika konsumsi makanansumber karbohidrat< 3 atau >4 kali sehari, 2
= baik, jika konsumsi kelompok makanansumber karbohidrat 3-4 kali
sehari.
k. Konsumsi makanan hewani, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi
makanan hewani < 2 atau > 4 kali sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi
makanan hewani 2-4 kali sehari.
l. Konsumsi makanan nabati, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi
makanan nabati < 2 atau > 4kali dalam sehari, dan 2 =baik, jika konsumsi
makanan nabati 2-4kali dalam sehari.
63
m. Konsumsi sayur, diberi kode 1 = tidak baik, jika konsumsi sayur < 3 atau
> 4 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi sayur 3-4 kali sehari.
n. Konsumsi buah, diberi kode 1 =tidak baik, jika konsumsi buah < 2 atau >
3 kali sehari, dan 2 = baik, jika konsumsi buah 2-3kali sehari.
3. Data Structure and Data File
Membuat struktur data dan file data yaitu membuat template sesuai
dengan format kuesioner.
4. Entry Data
Proses ini adalah memasukkan data dari kuesioner ke perangkat lunak
komputer agar data dapat diolah.
5. Cleaning Data
Proses terakhir dilakukan pengecekan kembali dan memeriksa
kesalahan pada data yang sudah dimasukkan ke dalam perangkat lunak agar
sesuai dengan data kuesioner yang telah dikumpulkan.
2.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan rangkaian statistik untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan semua variabel, baik variabel dependen yaitu prestasi belajar
maupun variabel independen yaknipola asuh belajar,persepsi siswa terhadap
fasilitas sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan
64
konsumsi makanan (makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan
buah).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat berfungsi untuk melihat kemungkinan adanya hubungan
yang bermakna antara variabel dependen yaitu prestasi belajar dan variabel
independen yaitu pola asuh belajar,persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah,IMT/U, karakteristik orangtua (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
orangtua), karakteristik siswa(jenis kelamin, uang saku), dan konsumsi makanan
(makanan sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, dan buah). Analisis bivariat
ini menggunakan uji chi square :
X2 = ∑
( )
DF = (k-1)(b-1)
Keterangan :
X2 = chi square
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi
K = jumlah kolom
B = jumlah baris
Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan rumus tersebut. Peneliti
mengolah data penelitian menggunakan perangkat lunak. Pada uji chi square akan
diperoleh nilai p, tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar 0,05. Penelitian
antara variabel dependen dan variabel independen dikatakan bermakna bila nilai p
≤ 0,05. Sebaliknya, penelitian antara variabel dependen dan variabel independen
dikatakan tidak bermakna bila nilai p > 0,05.
65
BAB V
HASIL
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Distribusi Prestasi Belajar
Pada penelitian ini, prestasi belajar diperoleh dari perhitungan rata-rata dan
simpangan baku. Berikut perhitungan prestasi belajar dilihat dari rata-rata dan
simpangan baku:
Membuat rata-rata (mean):
Membuat simpangan baku:
Hasil penilaian berupa kurva normal:
Nilai Skor
A (sangat kurang baik) < 68
B (kurang baik) 68 - 73
C (cukup baik) 74–79
D (baik) 80 – 85
E (sangat baik) ≥ 86
66
Berdasarkan perhitungan di atas, prestasi belajar sangat kurang baik apabila
nilai < 86, kurang baik jika 68-73, cukup baik jika 74-79, baik jika 80-85, dan
sangat baik jika ≥ 86. Namun, karena alasan statistik makan prestasi belajar dibagi
menjadi tiga kategori yaitu kurang, baik, dan sangat baik. Prestasi belajar
dikatakan kurang jika nilai ≤ 73, baik jika nilai 74-79, dan sangat baik jika nilai ≥
80. Distribusi prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1
Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Prestasi belajar Frekuensi Persentase (%)
Kurang 42 52,5
Baik 22 27,5
Sangat baik 16 20,0
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 42siswa atau 52,5%.
5.1.2 Distribusi Pola Asuh Belajar
Pada penelitian ini, pola asuh belajar siswa dibagi menjadi dua, yakni tidak
baik dan baik. Pola asuh belajar tidak baik jika skor < 66,7% dan baik jika skor ≥
66,7%. Skor pola asuh belajar didapatkan dari 20 item pernyataan menggunakan
instrumen skala likert 1-5 yang kemudian jawabannya dijumlahkan. Distribusi
pola asuh belajar dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
67
Tabel 5.2
Distribusi Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Pola asuh belajar Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 19 23.8
Baik 61 76.2
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki pola asuh belajar yang baik yakni sebanyak 61 siswa atau 76,2%.
5.1.3 Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Belajar
Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah dibagi menjadi dua, yaitu tidak
baik dan baik. Persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah tidak baik jika skor < 60%
dan baik jika skor ≥ 60%. Skor persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
didapatkan dari 7 item pernyataan menggunakan instrumen skala likert yang
kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Distribusi persepsi siswa terhadap
fasilitas sekolah dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Distribusi Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Persepsi siswa terhadap
fasilitas sekolah Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 29 36,2
Baik 51 63,8
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki
persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%.
5.1.4 Distribusi IMT/U
Pada penelitian ini, kategori IMT/U dibagi menjadi dua, yaitu malnutrisi
dan normal. DistribusiIMT/U dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
68
Tabel 5.4
Distribusi IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat
Tahun 2015
IMT/U Frekuensi Persentase (%)
Malnutrisi 34 42,5
Normal 46 57,5
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki
IMT/U normal yaitu sebanyak 46 siswa atau 57,5%.
5.1.5 Distribusi Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu dalam penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
pendidikan rendah (SD/SMP/SMA) dan pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana,
Magister, Doktor, dan Spesialis). Distribusi pendidikan ibu dapat dilihat pada
tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Pendidikan ibu Frekuensi Persentase (%)
Rendah 15 18,8
Tinggi 65 81,2
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa
memiliki pendidikan tinggi sebanyak 65 siswa atau 81,2%.
5.1.6 Distribusi Pekerjaan Ibu
Variabel pekerjaan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tidak
bekerja dan bekerja. Distribusi pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.
69
Tabel 5.6
Distribusi Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Pekerjaan ibu Frekuensi Persentase (%)
Bekerja 21 26,2
Tidak bekerja 59 73,8
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59 siswa atau 73,8%.
5.1.7 Distribusi Pendapatan Orangtua
Pada penelitian ini, pendapatan orangtua dibagi menjadi dua kelompok,
yakni rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah jika pendapatan orangtua siswa <
Rp 2.710.000 dan tinggi jika ≥ Rp 2.710.000. Distribusi pendapatan orangtua
dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7
Distribusi Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri
1 Ciputat Tahun 2015
Pendapatan orangtua Frekuensi Persentase (%)
Rendah 37 46,2
Tinggi 43 53,8
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui sebagian besar siswa memiliki
orangtua dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%.
5.1.8 Distribusi Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.
Distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.
70
Tabel 5.8
Distribusi Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 42 52,5
Perempuan 38 47,5
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui lebih banyak siswa yang berjenis
kelamin laki-laki yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%.
5.1.9 Distribusi Uang Saku
Variabel uang saku pada penelitian ini adalah jumlah uang saku sehari yang
dihabiskan siswa dalam membeli makanan. Uang saku dikatakan rendah jika <
mean dan tinggi jika ≥ mean. Distribusi uang saku dapat dilihat pada tabel 5.9
berikut.
Tabel 5.9
DistribusiUang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat
Tahun 2015
Uang saku Frekuensi Persentase (%)
Rendah 21 26,2
Tinggi 59 73,8
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki uang saku yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,8%.
5.1.10 Distribusi Konsumsi Makanan
a. Konsumsi makanan sumber karbohidrat
Variabel konsumsi makanan sumber karbohidratdibagi menjadi dua
kelompok yaitu tidak baik dan baik. Konsumsi tidak baik jika < 3 atau > 4 kali
sehari dan baik jika konsumsi makanan sumber karbohidrat 3-4 kali sehari.
71
Distribusi konsumsi makanan sumber karbohidrat dapat dilihat pada tabel 5.10
berikut.
Tabel 5.10
Distribusi Konsumsi MakananSumber KarbohidratSiswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi makanan
sumber karbohidrat Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 63 78,8
Baik 17 21,2
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrattidak baik yaitu sebanyak 63
siswa atau 78,8%. Sebanyak 57 siswa atau 71,3% memiliki konsumsi makanan
sumber karbohidrat berlebih, sedangkan 6 siswa atau 7,5% memiliki konsumsi
makanan sumber karbohidratkurang.
b. Konsumsi makanan hewani
Konsumsi makanan hewani dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak baik
dan baik. Konsumsi makanan hewani tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari dan
baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan hewani dapat dilihat pada
tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11
Distribusi Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi makanan hewani Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 64 80,0
Baik 16 20,0
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik yakni sebanyak 64 siswa atau
80,0%.
72
c. Konsumsi makanan nabati
Pada penelitian ini, konsumsi makanan nabati dibagi menjadi dua, yakni
tidak baik dan baik. Konsumsi dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 4 kali sehari
dan baik jika 2-4 kali sehari. Distribusi konsumsi makanan nabati dapat dilihat
pada tabel 5.12 berikut.
Tabel 5.12
Distribusi Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah
Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi makanan
nabati Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 60 75,0
Baik 20 25,0
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.12 di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan
konsumsi makanan nabati tidak baik lebih banyak yakni 60 siswa atau 75,0%.
d. Konsumsi sayur
Konsumsi sayur pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu tidak
baik dan baik. Konsumsi sayur dikatakan tidak baik jika konsumsi sayur < 3 atau
> 4 kali sehari dan baik jika 3-4 kali sehari. Distribusi konsumsi sayur dapat
dilihat pada tabel 5.13 berikut.
Tabel 5.13
DistribusiKonsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Konsumsi sayur Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 59 73,8
Baik 21 26,2
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.13 di atas, sebagian besar siswa yaitu 59 siswa atau
73,8% memiliki konsumsi sayur tidak baik.
73
e. Konsumsi buah
Variabel konsumsi buah dibagi menjadi dua kelompok, yakni tidak baik dan
baik. Konsumsi buah siswa dikatakan tidak baik jika < 2 atau > 3 kali dalam
sehari dan baik jika 2-3 kali dalam sehari. Distribusi konsumsi sayur siswa kelas
V dan VI dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14
Distribusi Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Ciputat Tahun 2015
Konsumsi buah Frekuensi Persentase (%)
Tidak baik 58 72,5
Baik 22 27,5
Total 80 100
Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa siswa yang mempunyai konsumsi
buah tidak baik lebih banyak yakni 58 siswa atau 72,5%
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar
Distribusi prestasi belajar siswa menurut pola asuh belajar dapat dilihat pada
tabel 5.15 berikut.
Tabel 5.15
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pola Asuh Belajar Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Pola asuh
belajar
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,009 Tidak baik 5 26,3 6 31,6 8 42,1 19 100
Baik 37 60,7 16 26,2 8 13,1 61 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
74
Hasil penelitian antara pola asuh belajar siswa dengan prestasi belajar
menunjukkan bahwa ada sebanyak 8 (42,1%) siswa dengan pola asuh belajar tidak
baik memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan siswa dengan pola asuh
belajar yang baik, ada 8 siswa (13,1%) yang memiliki prestasi belajar sangat baik.
Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,009, artinya pada α 5% ada
hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pola asuh belajar siswa.
5.2.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi
Belajar
Distribusi prestasi belajar siswa menurut persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut.
Tabel 5.16
DistribusiPrestasi Belajar Menurut Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah Kelas
V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Persepsi siswa
terhadap
fasilitas
sekolah
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,830 Tidak baik 14 48,3 9 31,0 6 20,7 29 100
Baik 28 54,9 13 25,5 10 19,6 51 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis hubungan antara persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah
dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (20,7%) siswa dengan
persepsi tidak baik mempunyai prestasi belajar yang sangat baik. Sementara siswa
dengan persepsi baik yang mempunyai prestasi belajar sangat baik sebanyak 10
(19,6%) siswa. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,830,
artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar
dengan persepsi siswa terhadap fasilitas sekolah.
75
5.2.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.17
Distribusi Prestasi Belajar Menurut IMT/U Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
IMT/U
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,022 Malnutrisi 20 58,8 12 35,3 2 5,9 34 100
Normal 22 47,8 10 21,7 14 30,4 46 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat2siswa (5,9%) dengan
IMT/Umalnutrisi yang memiliki prestasi belajar sangat baik. Sedangkan pada
siswa dengan IMT/U normal yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak
14 siswa (30,4%). Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,022, artinya
pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar.
5.2.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.18
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Pendidikan ibu
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,840
Pendidikan
rendah 7 46,7 5 33,3 3 20,0 15 100
Pendidikan
tinggi 35 53,8 17 26,2 13 20,0 65 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendidikan ibu rendah
yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 3 (20,0%) siswa, sedangkan siswa
dengan pendidikan ibu tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 13
(20,0%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh P valuesebesar
76
0,840artinya pada α % tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar
dengan pendidikan ibu.
5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.19
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pekerjaan Ibu Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Pekerjaan ibu
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,873 Bekerja 12 57,1 5 23,8 4 19,0 21 100
Tidak bekerja 30 50,8 17 28,8 12 20,3 59 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar
diketahui bahwa siswa dengan ibu yang bekerja yang prestasi belajarnya sangat
baik sebanyak 4siswa (19%), sedangkan siswa dengan ibu tidak bekerja yang
prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 siswa (20,3%). Dari hasil statistik
didapatkan bahwa siswa yang prestasi belajarnya kurang jumlahnya banyak pada
ibu yang tidak bekerja. Hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan karena ibu yang
bekerja dan tidak bekerja sama-sama tidak memberikan bimbingan belajar kepada
siswa atau waktu yang diberikan untuk memberi bimbingan belajar antara ibu
yang bekerja dan tidak bekerja tidak jauh berbeda. Berdasarkan perhitungan
statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,873, artinya pada α 5 % tidak ada
hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pekerjaan ibu.
77
5.2.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.20
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Pendapatan Orangtua Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Pendapatan
orangtua
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,006 Rendah 25 67,6 10 27,0 2 5,4 37 100
Tinggi 17 39,5 12 27,9 14 32,6 43 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pendapatan orangtua
rendah yang memiliki prestasi belajar sangat baik sebanyak 2 (5,4%), sedangkan
siswa dengan pendapatan orangtua tinggi sebanyak 14 (32,6%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik didapatkan P valuesebesar 0,006, artinya pada α 5 % ada
hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan pendapatan orangtua
siswa.
5.2.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.21
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Jenis kelamin
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,156 Laki-laki 21 50,0 15 35,7 6 14,3 42 100
Perempuan 21 55,3 7 18,4 10 26,3 38 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang prestasi
belajarnya sangat baik yaitu sebanyak 6 (14,3%), sedangkan siswa siswa
perempuan sebanyak 10 (26,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik
78
didapatkan P value sebesar 0,156, artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang
signifikan antara prestasi belajar dengan jenis kelamin.
5.2.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.22
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Uang Saku Siswa Kelas V dan VI Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Uang skau
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,873 Rendah 12 57,1 5 23,8 4 19,0 21 100
Tinggi 30 50,8 17 28,8 12 20,3 59 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan uang saku rendah yang
prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 4 (19,0%) siswa. Sedangkan siswa
dengan uang saku tinggi yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12
(20,3%) siswa. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar
0,873, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku
dengan prestasi belajar siswa.
5.2.9 Hubungan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.23
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Sumber KarbohidratSiswa
Kelas V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi
makanan
sumber
karbohidrat
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,000 Tidak baik 38 60,3 20 31,7 5 7,9 63 100
Baik 4 23,5 2 11,8 11 64,7 17 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan sumber karbohidrat
dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 5 (7,9%) siswa dengan
79
konsumsi makanan sumber karbohidrat tidak baik yang prestasi belajarnya sangat
baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat baik yang
prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 11 (64,7%) siswaHasil uji statistik
diperoleh P valuesebesar 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi makanan sumber karbohidrat
siswa.
5.2.10 Hubungan Konsumsi Makanan Hewani dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.24
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Hewani Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi
makanan
hewani
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,000 Tidak baik 39 60,9 19 29,7 6 9,4 64 100
Baik 3 18,8 3 18,8 10 62,5 16 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis hubungan antara konsumsi makanan hewani dengan prestasi
belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (9,4%) siswa dengan konsumsi makanan
tidak baik yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan
konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 10
(62,5%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan
konsumsi makanan hewani siswa.
80
5.2.11 Hubungan Konsumsi Makanan Nabati dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.25
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Makanan Nabati Siswa Kelas V dan
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi
makanan
nabati
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,000 Tidak baik 38 63,3 18 30,0 4 6,7 60 100
Baik 4 20,0 4 20,0 12 60,0 20 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,7%) siswa dengan
konsumsi makanan nabati tidak baik memiliki prestasi sangat baik. Sedangkan
siswa dengan konsumsi makanan nabati baik yang prestasi belajarnya sangat baik
sebanyak 12 (60,0%). Hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,000, artinya
pada α 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara prestasi
belajar dengan konsumsi makanan nabati siswa.
5.2.12 Hubungan Konsumsi Sayur dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.26
DistribusiPrestasi Belajar Menurut Konsumsi Sayur Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi
sayur
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,000 Tidak baik 37 62,7 18 30,5 4 6,8 59 100
Baik 5 23,8 4 19,0 12 57,1 21 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil analisis hubungan antara konsumsi sayur dengan prestasi belajar
diperoleh bahwa ada sebanyak 4 (6,8%) siswa dengan konsumsi sayur tidak baik
yang prestasi belajarnya sangat baik. Sedangkan siswa dengan konsumsi sayur
baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12 (57,1%).Hasil uji
81
statistikdiperoleh P value sebesar 0,000, artinya pada α 5% ada hubungan yang
signifikan antara prestasi belajar dengan konsumsi sayur siswa.
5.2.13 Hubungan Konsumsi Buah dengan Prestasi Belajar
Tabel 5.27
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Konsumsi Buah Siswa Kelas V dan VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat Tahun 2015
Konsumsi buah
Prestasi belajar Total P value
Kurang Baik Sangat baik
n % n % n % n %
0,000 Tidak baik 36 62,1 18 31,0 4 6,9 58 100
Baik 6 27,3 4 18,2 12 54,5 22 100
Total 42 52,5 22 27,5 16 20,0 80 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 (6,9%) siswa dengan
konsumsi buah tidak baik memiliki prestasi belajar sangatbaik. Sedangkan siswa
dengan konsumsi makanan baik yang prestasi belajarnya sangat baik sebanyak 12
(54,5%). Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan P value sebesar 0,000,
artinya pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan
konsumsi buah siswa.
82
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Peneliti
1. Pada penelitian ini, prestasi belajar yang diteliti adalah prestasi belajar
akademik sehingga tidak bisa melihat hubungan dengan prestasi non
akademik siswa.
2. Lokasi penelitian hanya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat sehingga
tidak dapat digeneralisasi dengan sekolah lain karena memiliki karakter
pendidikan yang berbeda.
6.2 Prestasi Belajar
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di suatu bangsa. Pendidikan adalah segala daya
upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak manusia, serta memiliki
keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara
(Rini, 2013). Kunci terselenggaranya pendidikan adalah dengan adanya proses
kegiatan belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
83
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2013).
Puncak kegiatan proses belajar disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang
dikatakan oleh Olivia (2011), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang
dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Ridwan (2008) prestasi akademik merupakan tingkat
kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi akademik siswa biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu, orang lain atau siswa sendiri
akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai
(Suryabrata, 2006). Dengan kata lain, prestasi akademik merupakan bentuk lain
untuk menilai penguasaan siswa dalam proses belajar yang dituangkan dalam di
dalam nilai rapor.
Pada penelitian ini, prestasi belajar dilihat dari nilai rapor semester genap
yang diambil dari nilai rata-rata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, dan IPS yang kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata
kelas. Menurut Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk SD
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Arikunto
(1992) dalam Fathur (2004) mengatakan bahwa ada dua indikator penilaian yaitu
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian
acuan norma (PAN) adalah pendekatan penilaian yang membandingkan hasil
pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang
dalam kelompoknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilai
84
rata-rata siswa masih di bawah nilai rata-rata kelas, sebanyak 48 siswa atau 60%
memiliki prestasi belajar tidak baik dan sebanyak 32 siswa atau 40% memiliki
prestasi belajar baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maghfuroh (2014) yang
menunjukkan bahwa hampir setengah siswa (48,6%) memiliki prestasi belajar
kurang dan ada 3 siswa (8,6%) memiliki prestasi belajar amat kurang. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Legi (2012) yang menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar yang baik. Perbedaan
tersebut dikarenakan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelas serta
penelitian sebelumnya dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri sehingga
mempunyai karakteristik yang berbeda.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi atau menentukan keberhasilan
belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Thursan, 2000). Faktor
internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri seperti status
gizi. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar individu yang
bersangkutan, seperti pola asuh belajar siswa, fasilitas sekolah, karakteristik
orangtua, dan konsumsi makanan.
Jadi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu adanya kegiatan belajar
sebagai aktivitas usaha mengembangkan potensi peserta didik. Hasil kegiatan
belajar dapat dilihat dari prestasi belajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa peneliti menyarankan kepada pihak orangtua maupun
sekolah untukmengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
agar dapat dilakukan intervensi sehingga siswa memenuhi standar prestasi yang
85
ditetapkan oleh sekolah.Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi
akademik, maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi
non akademik.
6.3 Hubungan Pola Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap
Prestasi Belajar
6.3.1 Hubungan Pola Asuh Belajar dengan Prestasi Belajar
Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang
baik yaitu sebanyak 61 siswa atau 76,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan
prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati
dkk (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pola
asuh belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelititan Rahmawati (2014)
menemukan bahwa pola asuh belajar memegang peranan penting dalam
perkembangan belajar siswa dan sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi
rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Pola asuh belajar yang
baik mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pitriyanti (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan
penelitian Pitriyanti (2011) dilakukan pada siswa Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB) sedangkan penelitian ini pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri.
Perbedaan pola asuh belajar secara tidak langsung akan mempengaruhi
kebiasaan-kebiasaan siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Orangtua yang
membiasakan anak untuk selalu belajar di rumah akan berpengaruh terhadap hasil
86
belajar siswa di sekolah. Kebiasaan belajar berhubungan positif dengan prestasi
belajar, yaitu semakin baik kebiasaan belajar siswa maka akan semakin baik nilai
prestasi belajarnya. Nurhidayah (2008) juga mengatakan bahwa orangtua yang
membimbing siswa mengerjakan pekerjaan rumah, membacakan buku-buku
tertentu kepada mereka dan memainkan permainan yang berhubungan dengan
pendidikan cenderung memiliki siswa yang lebih berprestasi di sekolah.
Pola asuh belajar yang baik akan berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Slameto (2013) bahwa cara
orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Sebaliknya, pola asuh belajar yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan
anaknya seperti acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan
sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi
alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau
tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar,
dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
Menurut Hardiwinoto dan Setiaabudhi (2002), pola asuh adalah pola
pengasuhan siswa yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga
membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik
dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh belajar dalam penelitian ini
meliputi menentukan waktu belajar siswa, memberikan motivasi kepada siswa,
mengevaluasi hasil ujian, dan memberikan fasilitas belajar di rumah.
Agar anak dapat belajar dengan efektif, orangtua sebaiknya membuat jadwal
yang baik sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2010) antara lain
87
memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan tidur, belajar, makan, mandi,
olahraga, bermain, dan lain-lain. Selain itu, Slameto (2010) juga mengatakan
sebaiknya orangtua juga memperhatikan dan menentukan waktu-waktu yang
tersedia setiap hari, merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara
menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari,
memperhatikan waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar dengan
hasil terbaik, serta berhemat dengan waktu yang artinya setiap siswa jangan ragu-
ragu untuk memulai pekerjaan termasuk belajar.
Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga kebutuhan
terpenuhi. Motivasi bisa berasal dari dalam diri dan dari luar individu salah
satunya berasal dari orangtua (Sumiatin, 2010). Dalam mendukung prestasi
belajar yang baik, perlu adanya motivasi atau dorongan dari orangtua. Astuti dkk
(2013) mengatakan bahwa salah satu upaya untuk memberikan motivasi siswa
adalah dengan menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman dan tenang untuk
menarik minat siswa agar dapat belajar dengan baik, sehingga memudahkan siswa
dalam belajar. Untuk dapat membuat siswa dapat berminat dalam belajarnya maka
orangtua bersama-sama dengan sekolah harus memberikan nasihat serta dorongan
untuk belajar.
Kegiatan mengevaluasi hasil belajar siswa penting dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Mardapi
(2000) menyatakan tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua. Pertama,
untuk mengetahui perkembangan yang dialami siswa setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kedua, yaitu untuk mengukur
dan menilai efektivitas mengajar dan berbagai metode mengajar yang telah
88
diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh siswa.
Aspek lain yang perlu diperhatikan agar prestasi belajar anak optimal yakni
menyediakan fasilitas belajar di rumah. Fasilitas belajar yaitu alat-alat yang dapat
digunakan dalam rangka memudahkan dan menunjang kegiatan pembelajaran.
Aunurrahman (2011) dalam Rejeki dkk (2011) menyatakan bahwa sarana dan
prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika
siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju (Slameto, 2010). Kurang lengkapnya buku-buku
yang diperlukan menyebabkan siswa malas belajar serta menghalanginya untuk
belajar lebih baik, karena siswa tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh
apabila buku-buku yang diperlukan sebagai alat penunjang tidak lengkap atau
tidak ada. Alat tulis seperti pensil, pena, buku tulis, dan lainnya wajib dimiliki
oleh siswa untuk menunjang kelancaran belajar itu sendiri (Nasution dkk, 2005).
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa siswa dengan pola asuh belajar
baik prestasi belajarnya juga baik, dan sebaliknya siswa dengan pola asuh tidak
baik prestasi belajarnya tidak baik. Oleh karena itu, diharapkan bagi orangtua
siswa untuk mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus
memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta
melengkapi fasilitas belajar anak.
89
6.3.2 Hubungan Persepsi Siswa terhadap Fasilitas Sekolah dengan Prestasi
Belajar
Pada penelitian ini persepsi yang ingin dilihat adalah persepsi siswa
terhadap fasilitas sekolah. Instrumen yang digunakan adalahskala likert yang
terdiri dari 7 item pernyataan persepsi siswa dengan skor jawaban 1-5.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki
persepsi baik terhadap fasilitas belajar di sekolah yaitu 51 siswa atau 63,8%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi siswa terhadap fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa.
Persepsi adalah pandangan orang tentang kenyataan. Persepsi merupakan
suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan dilakukan yaitu dengan inderanya, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman (Slameto, 2010). Berdasarkan
observasi, fasilitas belajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat dapat
dikatakan lengkap dilihat dari tersedianya ruang kelas, ruang olahraga,
perpustakaan, meja belajar, dan lain sebagainya. Sebagaimana Febriani (2013)
menyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran antara lain ruang
belajar/kelas, tempat berolahraga, meja belajar, perpustakaan, laboratorium,
komputer, tempat buku-buku pelajaran dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas
belajar di sekolah.
90
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa
walaupun fasilitas sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat termasuk
lengkap akan tetapi pemanfaatan beberapa fasilitas sekolah ada yang tidak sesuai
dengan fungsinya. Seperti fasilitas laboratorium komputer yang jarang digunakan
dan perpustakaan yang beralih fungsi sebagai pengganti ruang belajar mengajar.
Hal tersebut yang menyebabkan meskipun sebagian persepsi siswa terhadap
fasilitas sekolah baiklebih banyak yang prestasi belajarnya tidak baik. Selain itu,
kuesioner juga menjadi keterbatasan penelitian.Berikut kutipan dari hasil
wawancara tentang pemanfaatan fasilitas sekolah :
“Jarang ke lab komputer kak, terus kalau ada pelajaran komputer guru
komputernya suruh masing-masing kelompok harus bawa laptop. Kalau
perpusnya suka dijadiin kelas..”
Fasilitas belajar di sekolah merupakan aspek penting dalam kegiatan belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2013) bahwa alat pelajaran erat
hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh
guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan. Fasilitas belajar yang lengkap dan memadai akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat
dan lebih maju. Mengusahakan fasilitas belajar yang baik dan lengkap perlu agar
guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran
dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
Namun, selain fasilitas belajar yang baik ada faktor lain yang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang dikatakan Wanhari
91
(2010) bahwa sarana atau fasilitas belajar yang baik saja tidak cukup untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa umumnya tertarik untuk belajar
hanya pada saat itu saja, tapi setelah pembelajaran di kelas dengan sarana yang
baik dan menarik usai, siswa akan kembali kurang termotivasi. Oleh karena itu,
guru juga perlu mengembangkan metode mengajar yang membuat siswa aktif.
Metode yang dikembangkan juga harus mempertimbangkan keadaan siswa.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2014)
bahwa ada pengaruh antara persepsi fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik sampel, penelitian Wiyono (2014)
dilakukan pada siswa SMP.
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang memiliki persepsi baik terhadap fasilitas sekolah maupun persepsi
tidak baik terhadap fasilitas sekolah. Persepsi bisa bersifat subjektif tergantung
pengalaman dari masing-masing siswa sehingga apabila siswa mempunyai
pandangan negatif terhadap sesuatu akan berdampak pada persepsi yang
dihasilkan, dan sebaliknya. Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti faktor-faktor eksternal lain yang berhubungan dengan prestasi
belajar.
6.3.3 Hubungan IMT/U dengan Prestasi Belajar
Status gizi langsung dapat diukur dengan melihat berat badan dan tinggi
badan siswa (Creasoft, 2010).Pada penelitian ini, status gizi ditentukan dengan
menggunakan indeks antropometri IMT/U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa mempunyai IMT/U normal sebanyak 46 siswa atau (57,5%).
92
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ristiana (2009)
yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berstatus status gizi normal
(94,4%) dan sisanya berstatus gizi lebih (2,25%), kurang (2,25%), dan buruk
(1,1%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT/U
dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nadharatunna’im dan Afrida (2014) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara IMT/U dengan prestasi belajar. Hal yang sama juga
dikemukakan pada hasil penelitian Udu (2014) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara IMT/U dengan prestasi siswa. Berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Annas (2011) dan penelitian Agustini dkk
(2013) bahwa tidak terbukti secara signifikan adanya hubungan antara IMT/U
dengan prestasi belajar siswa. Hal ini karena subyek penelitian Annas (2011)
dilakukan pada siswa MTs, sedangkan pada penelitian Agustini dkk (2013)
dilakukan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri sehingga terdapat perbedaan
karakteristik sampel penelitian.
Status gizi merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Siswa yang kekurangan gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi
belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada siswa akan berdampak pada aktifitas
siswa di sekolah antara lain sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan
pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi di sekolah
(Masdewi dkk, 2011). Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi
menyebabkan pertumbuhan badan terganggu sehingga badan lebih kecil
dibandingkan dengan siswa yang normal. Jumlah sel dalam otak berkurang dan
93
terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak.
Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Anak yang
menderita kurang gizi mempunyai Intelligence Quotient (IQ) 11 point lebih
rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak kurang gizi.
Selain itu, pada penelitian ini siswa dengan IMT/U normal memiliki prestasi
belajar baik lebih banyak dibandingkan siswa dengan IMT/Umalnutrisi. Status
gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan
tingkat kecerdasan yang baik pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk
menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, dan
tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak di sekolah juga kurang
(Devi, 2012). Selain itu menurut Khomsan (2004), status gizi akan mempengaruhi
tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap
pelajaran di sekolah, sehingga seseorang yang memiliki status gizi baik akan
memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik
pula di sekolahnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki status gizi yang kurang
akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap
pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar kurang baik.
Sedangkan untuk siswa yang memiliki status gizi lebih juga dapat
menurunkan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan siswa dengan gizi lebih akan
mengalami masalah sosial dan psikologis. Siswa dengan gizi lebih bahkan
obesitas berat lebih banyak absen di sekolah karena merasa malu atau jelek. Selain
itu, anak dengan gizi lebih juga memiliki masalah konkret seperti keseimbangan
tubuh yang kurang, tidak lincah, mudah terjatuh, mudah mengantuk, sulit
berkonsentrasi sehingga prestasi belajar kurang baik (Adriana, 2006).
94
Hasil penelitian menunjukkan siswa dengan IMT/U normal prestasi
belajarnya baik, dan sebaliknya siswa dengan IMT/U malnutrisi prestasi
belajarnya tidak baik.Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya
untuk memperhatikan status gizi siswanya dengan mengadakan kegiatan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin agar status
gizi siswa dapat dipantau.
6.3.4 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa
memiliki pendidikan menengah yakni sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wulandari (2014) diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan
perbedaan karakteristik sampel yaitu penelitian Wulandari (2014) dilakukan pada
Sekolah Dasar Negeri dan subjek penelitian tersebut hanya pada siswa kelas V.
Ibu memiliki peran yang lebih besar dalam prestasi belajar siswa di
bandingkan dengan ayah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Indriani (2008),
untuk mewujudkan pendidikan yang baik dalam keluarga maka ibu mempunyai
peranan yang lebih dari pada ayah. Dapat dipahami bahwa dari kecil seorang
siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi dengan ibu
dalam kehidupan sehari-hari. Kesempatan ini adalah peluang terbesar bagi
seorang ibu untuk membimbing siswa dengan pola asuh yang sesuai untuk
diterapkan dalam keluarganya serta upaya ibu untuk mencerdaskan siswa
95
sehingga berdampak positif bagi perkembangan siswa yang pada akhirnya dapat
berprestasi di sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengetahui hubungan
pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa.
Menurut Zahara (1995) dalam Reskia dkk (2014), keberhasilan pendidikan
seorang siswa terutama yang menyangkut pencapaian prestasi belajar yang baik
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah bagaimana cara ibu
mengarahkan cara belajar siswa. Cara ibu membimbing dan mengarahkan siswa
dalam belajar sangat penting sebab ibu merupakan pusat pendidikan pertama dan
utama bagi seorang siswa. Ibu merupakan proses penentu dalam keberhasilan
belajar. Pendidikan yang diberikan ibu merupakan dasar dan sangat menentukan
perkembangan siswa selanjutnya (Reskia dkk, 2014). Oleh karena itu, keterkaitan
ibu dalam mendidik siswa sangatlah penting dan ibu pun seharusnya memiliki
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mendidik siswa secara optimal.
Namun, belum tentu ibu dengan pendidikan tinggi memberikan bimbingan
belajar kepada siswa. Widjdati (2013) mengatakan bahwa walaupun kedudukan
sosial ibu (pendidikan ibu) tinggi, tetapi apabila mereka itu tidak memperhatikan
pendidikan anaknya hal itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial
siswa. Pernyataan tersebut dapat dipahami karena kedudukan sosial ibu yang
tinggi adapula yang kurang memperhatikan pendidikan siswa karena kesibukan
sehingga menomorduakan siswa tersebut. Sementara ada ibu yang pendidikannya
rendah tetapi sangat mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi
siswa agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya.
Pendidikan ibu yang tinggi belum tentu membimbing siswa belajar sehingga
prestasi belajar pada siswa dengan ibu pendidikan tinggi maupun dasar atau
96
menengah sama. Hal ini karena keberhasilan prestasi belajar anak belum pada
tingkat pendidikan ibu namun pada kesadaran dalam mementingkan pendidikan
anaknya. Oleh karena itu, diharapkan ibu lebih memprioritaskan pendidikan siswa
di rumah.
6.3.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Prestasi Belajar
Pada penelitian ini, pekerjaan ibu menggunakan instrumen kuesioner yang
diisi oleh masing-masing ibu responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59
siswa atau 73,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan prestasi belajar antara siswa yang memiliki ibu dengan tidak bekerja
sebanyak 23 siswa (39%) maupun siswa dengan ibu yang bekerja baik itu sebagai
buruh (0%), wiraswasta/swasta sebanyak 6 siswa (42,9%) atau PNS/TNI/POLRI
sebanyak 3 siswa (60%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi belajar siswa.
Diketahui pula perbandingan rasio antara siswa yang prestasi belajar tidak baik
ataupun baik jumlahnya sama, baik itu pada ibu yang tidak bekerja maupun yang
bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Saniarto (2013) yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
prestasi belajar.
Alasan ditelitinya pekerjaan ibu karena berkaitan dengan cara ibu
membimbing siswa dalam belajar. Sementara pada penelitian Purwindarini dkk
(2014) menemukan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki
pengaruh sangat kecil untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
97
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan tidak selalu menjadikan siswa mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan cara ibu mengasuh dengan
kehangatan dan emosi positif dapat berdampak baik dalam perkembangan
intelektual anak.
Ibu yang bekerja tetap bisa meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini
dikarenakan seorang ibu yang bekerja bukan penghalang untuk memberikan
bimbingan dan motivasi kepada anaknya untuk belajar. Sebagaimana yang
dikatakan Rezky (2010), ibu yang bekerja dan ingin meniti karier tetap bisa
memberi perhatiannya kepada siswa dan tetap bisa melaksanakan fungsinya
sebagai ibu dengan baik dengan cara menekankan kualitas untuk memberikan
perhatian dan kasih sayang, bukan pada kuantitasnya. Begitu pula sebaliknya, ibu
yang tidak bekerja belum tentu memberikan waktu bimbingan untuk belajar
kepada anaknya.
Prestasi belajar pada siswa yang ibunya bekerja maupun tidak bekerja tidak
jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena ibu yang bekerja maupun
tidak bekerja sama-sama berpeluang untuk tidak memberikan bimbingan belajar
kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada ibu untuk memberikan jadwal
rutin dalam memberikan bimbingan agar meningkatkan prestasi belajar siswa.
6.3.6 Hubungan Pendapatan Orangtua dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki orangtua
dengan pendapatan tinggi yaitu sebanyak 43 siswa atau 53,8%. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar
dengan pendapatan orangtua siswa. Sejalan dengan penelitian Widjdati (2013)
98
yang menunjukkan bahwa pendapatan orangtua memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar dengan P value 0,000. Hasil ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2013) di Sekolah Dasar Negeri
23 Pontianak yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara pendapatan orangtua terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan
sampel pada penelitian Ardi (2013) terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Selain itu,
terdapat perbedaan karakteristik responden penelitian, yang mana penelitian
tersebut dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri.
Abdulsyani (2007) mengatakan status sosial ekonomi adalah salah satunya
berhubungan dengan pendapatan. Gerungan (1991) dalam Widjdati (2013)
mengemukakan bahwa status sosial ekonomi orangtua tentulah mempunyai
peranan terhadap perkembangan siswa, bahwa dengan adanya perekonomian yang
cukup, lingkungan material yang dihadapi siswa di dalam keluarganya lebih luas,
akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai
macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alat-alatnya.
Sama halnya pendapat yang dikatakan Florence (2008) dalam Saniarto (2013)
bahwa orangtua dengan pendapatan yang tinggi berhubungan dengan prestasi
siswa yang tinggi pula. Sedangkan pendapatan orangtua yang rendah berkaitan
dengan kurangnyapenyediaan fasilitas belajar di rumah, pengetahuan tentang gizi,
daya beli makanan sehat dan bergizi seimbang yang berakibat pada rendahnya
kualitas makanan yang dimakan siswa dan prestasi belajar siswa.
Status ekonomi orangtua merupakan faktor pendukung keberhasilan proses
belajar, sebab menurut Widjdati (2013) dengan keadaan ekonomi orangtua yang
cukup, siswa akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah,
99
karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat
terpenuhi oleh orangtuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi orangtua
rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran dalam di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari
proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orangtuanya. Selain itu, Fitriani (2010)
menyatakan bahwa kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah,
kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi.
Kurangnya penekanan mengenai pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi
motivasi belajar anak. Anak akan cenderung memiliki motivasi belajar rendah
karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di
rumah tidak terpenuhi oleh orangtuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki
semangat dalam belajar.
Dari hasil penelitian,pendapatan orangtua yang tinggi maka prestasi belajar
siswa baik, dan sebaliknya pendapatan orangtua yang rendah maka prestasi belajar
siswa tidak baik. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendapatan keluarga
dalam mengoptimalkan prestasi belajar anak.
6.3.7 Hubungan Jenis kelamin dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa siswa laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sulistiana dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh gender terhadap prestasi belajar.
100
Berbeda dengan pendapat Friedman (2008) dalam Muthoharoh dkk (2014),
siswa laki-laki mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam prestasi akademik
sedangkan siswa perempuan lebih mahir dalam mengerjakan tugas-tugas
membaca dan menulis. Perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang
emosional, berwatak pengasuh, mudah menyerah, komunikatif, mudah bergaul,
dan lemah dalam ilmu matematika, subjektif, pasif, dan mudah dipengaruhi.
Sedangkan laki-laki dideskripsikan sebagai makhluk yang rasional, mandiri,
agresif, dominan, berorientasi pada prestasi, dan aktif.
Menurut Gallagher dalam Muthoharoh dkk (2014) menyatakan bahwa
meskipun laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam perkembangan
fisik, emosional, dan intelektual, namun sebenarnya tidak ada bukti yang
berhubungan antara perbedaan fisik dengan kemampuan intelektual. Prestasi
akademik tidak dapat dijelaskan melalui perbedaan biologis. Faktor sosial dan
kultural merupakan alasan utama yang menyebabkan terdapat perbedaan gender
dalam prestasi akademik. Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas terhadap
mata pelajaran, persepsi terhadap mata pelajaran khusus, gaya penampilan laki-
laki dan perempuan serta perlakuan guru.
Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Siswa perempuan bisa memiliki prestasi belajar
baik tergantung pada kebiasaan belajar siswa tersebut.
6.3.8 Hubungan Uang Saku dengan Prestasi Belajar
Pada penelitian ini, variabel uang saku menggunakan instrumen berupa
kuesioner yang diisi pada masing-masing responden. Uang saku pada penelitian
101
ini adalah uang yang dihabiskan siswa untuk membeli makanan dalam sehari,
dengan kata lain uang saku tersebut berkaitan dengan asupan jajan siswa. Uang
saku dikatakan tinggi jika ≥ Rp 10.000 dan rendah jika < Rp 10.000. Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki uang saku
yang tinggi yaitu sebanyak 59 siswa atau 73,80%. Hasil analisis bivariat
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan
prestasi belajar siswa yang memiliki P value sebesar 1,000.Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Napsiah (2012), hasil penelitian diperoleh ada pengaruh
positif yang signifikan antara uang saku terhadap prestasi belajar. Hal ini
dikarenakan karakteristik subjek penelitian Napsiah (2012) terdiri dari siswa
SMPIT. Selain itu, uang saku yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya
uang saku yang dihabiskan untuk membeli makanan dalam sehari namun uang
saku yang dimaksud adalah uang yang digunakan untuk mendukung proses
belajar siswa seperti transportasi ke sekolah.
Pemberian uang saku pada siswa dapat mempengaruhi kebiasaan jajan siswa
di sekolah. Siswa yang memiliki uang saku tinggi akan meningkatkan frekuensi
siswa untuk jajan dibandingkan pada siswa dengan uang saku rendah. Hal ini
sejalan dengan pendapat Anzarkusuma dkk (2014) bahwa uang saku yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi frekuensi jajan siswa. Frekuensi jajan siwa yang
tinggi menyebabkan anak lebih suka jajan daripada belajar di rumah.
Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa yang
dimakan dan frekuensinya (Anzarkusuma dkk, 2014). Penelitian Sulistyanto
(2005) dalam Febriani (2013) yang dilakukan di dua sekolah dasar pun
menemukan bahwa asupan jajan siswa berkontribusi terhadap asupan makanan
102
siswa sehari-hari. Makanan jajanan siswa banyak mengandung bahan yang
berbahaya yang dapat menganggu kesehatan. Seperti halnya yang dikatakan
olehSutomo dkk (2010), makanan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya
seperti pewarna makanan untuk membuat warna makanan mencolok sehingga
disukai siswa dan bahan pengawet. Selain itu menurut Utomo (2005), siswa yang
senang jajan akan terancam kekurangan gizi karena komposisi zat gizi dalam
makanan jajanan biasanya tak seimbang, atau malah tak bergizi sama sekali.
Namun walaupun hasil penelitian uang saku siswa sebagian besar tinggi,
siswa juga banyak yang membawa bekal makanan dari rumah. Membawa bekal
dari rumah lebih baik karena lebih aman dan mempunyai nilai gizi dibandingkan
dengan jajan. Menurut Nuraini (2007) membawa bekal yang dimasak sendiri lebih
terjamin keamanannya dibanding anak jajan langsung di sekolah.
Jadi, tidak terlihat adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan
uang saku tinggi maupun siswa dengan uang saku rendah. Uang saku yang tinggi
dapat menyebabkan anak lebih menyukai jajan dibandingkan dengan belajar
sehingga siswa dengan uang saku rendah juga dapat memiliki prestasi belajar
yang baik. Untuk mencegah anak kekurangan gizi akibat konsumsi makanan
jajanan yang tidak mengandung zat gizi, diharapkan kepada orangtua untuk
membawa bekal sehat untuk siswa dan tidak lupa melengkapinya dengan sayur
dan buah.
6.3.9 Hubungan Konsumsi Makanan dengan Prestasi Belajar
Pada penelitian ini, konsumsi makanan yang diteliti meliputi konsumsi
makanan sumber karbohidrat, konsumsi makanan hewani, konsumsi makanan
103
nabati, konsumsi sayur, dan konsumsi buah. Instrumen yang digunakan pada
pengambilan data konsumsi makanan adalah lembar FFQ kualitatif. Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi (2008), pola makan yang seharusnya
kita konsumsi dikenal dengan istilah B3 (bergizi, beragam, dan berimbang).
Istilah B3 yang dimaksud adalah konsumsi makanan yang berasal dari makanan
sumber karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah.
Menurut Masdewi dkk (2011) mengatakan konsumsi makanan atau perilaku
makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung
perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi
belajar menjadi lebih baik. Selain itu, Kasdu (2004) mengemukakan bahwa
perkembangan anak berkaitan dengan pertumbuhan otak, sedangkan faktor utama
yang mempengaruhinya adalah gizi atau nutrisi yang didapatnya. Jika ini
berlangsung dalam waktu yang lama, anak yang kekurangan gizi menyebabkan
tingkat intelektual mereka menurun 10-15 IQ point dengan risiko tidak mampu
mengadopsi ilmu pengetahuan. Anak yang kekurangan gizi dalam waktu yang
lama menyebabkan penurunan jumlah sel otak sebesar 15-20%.
6.3.9.1 Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi
makanan sumber karbohidrat yang tidak baik yaitu sebanyak 63 siswa (78,8%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi
makanan sumber karbohidrat dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Wardoyo dkk (2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan
antara asupan karbohidrat dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak
langsung mempengaruhi prestasi belajar.
104
Hasil penelitian diketahui dari konsumsi makanan sumber karbohidrat yang
tidak baik, sebanyak 57 siswa (71,3%) memiliki konsumsi berlebih dan sebanyak
6 siswa (7,5%) memiliki konsumsi kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
siswa lebih banyak yang memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat
berlebih dibandingkan dengan konsumsi kurang karena berdasarkan hasil
penelitian mengenai pendapatan orangtua, siswa dengan orangtua yang memilki
pendapatan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan yang rendah
sehingga cenderung tidak kesulitan dalam hal ketersediaan makanan. Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan oleh Depkes RI (2008), faktor ekonomi keluarga
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik dari
segi kualitas maupun jumlah makanan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya
beli makanan yang berperan untuk memperbaiki status gizi. Terpenuhinya
keanekaragaman bahan makanan dan kecukupan jumlahnya dapat berperan dalam
mencapai status gizi yang baik.
Pada penelitian ini, siswa yang memiliki konsumsi makanan sumber
karbohidrat yang tidak baik cenderung memiliki prestasi belajar yang tidak baik.
Makanan sumber karbohidrat dibutuhkan sebagai energi dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Siswa yang kurang memenuhi kecukupan zat gizi secara
tidak langsung berdampak pada aktivitas mereka dalam belajar. Kebutuhan zat
gizi siswa penting untuk diperhatikan sebab defisiensi gizi pada usia sekolah
dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan cepat lelah dan berakibat
meningkatnya angka absensi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar
sehingga menurunkan prestasi belajar (Masdewi dkk, 2011).
105
6.3.9.2 Konsumsi Makanan Hewani
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi
makanan hewani tidak baik yaitu sebanyak 64 siswa (80%). Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan
hewani dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution
(2003) yang menemukan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan hewani
dengan status gizi yang secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar.
Dari hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan
hewani tidak baik terdiri dari 60 siswa (75%) memilki konsumsi berlebih dan 4
siswa (5%) memiliki konsumsi kurang. Banyaknya siswa yang mengonsumsi
makanan hewani secara berlebih dikarenakan keadaan ekonomi keluarga siswa
yang tergolong baik sehingga walaupun makanan hewani merupakan jenis
makanan yang mahal tidak menjadikan faktor penghambat dalam pemenuhan
konsumsi makanan hewani. Santi dkk (2012) juga mengatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendapatan orangtua maka semakin baik status gizi siswa, uang
mempunyai efek terhadap makanan. Makin banyak mempunyai uang berarti
semakin baik makanan yang diperolehnya sehingga dapat dikatakan ada hubungan
yang kuat antara kemakmuran keluarga dengan ketersediaan makanan dan
keadaan gizi.
Makanan hewani mengandung zat gizi protein yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan khususnya pada siswa. Selain itu, protein juga berfungsi
sebagai nutrisi otak sehingga berdampak pada prestasi belajar. Dalam keadaan
normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber
energi. Dalam proses absorbsi, glukosa diabsorbsi secara aktif menggunakan alat
106
angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses
pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu yang menyebabkan
otak mengalami kekurangan glukosa dan mempengaruhi daya konsentrasi serta
prestasi belajar.
6.3.9.3 Konsumsi Makanan Nabati
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa memiliki konsumsi
makanan nabati tidak baik yaitu sebanyak 60 siswa (75%). Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan
nabati dengan prestasi belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wardoyo dkk
(2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara asupan protein
nabati dengan daya konsentrasi belajar dan secara tidak langsung mempengaruhi
prestasi belajar.
Walaupun kandungan gizi pada makanan nabati lebih rendah
dibandingkan dengan makanan hewani, namun pemenuhan kecukupan makanan
nabati tetap harus terpenuhi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Matayane dkk
(2014), sebaiknya setiap orang perlu mengonsumsi makanan sumber protein
dalam jumlah yang cukup baik itu hewani maupun nabati sebab kekurangan
protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan
tubuh menurun, lebih rentan terhadap penyakit, serta daya kreativitas dan daya
kerja menurun serta secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar.
Diketahui pula siswa yang memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik
mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki konsumsi makanan nabati baik. Dengan demikian, pemenuhan zat
gizi yang berasal dari makanan nabati merupakan faktor yang berdampak pada
107
prestasi belajar. Kasdu (2004) mengatakan bahwa makanan nabati mengandung
zat gizi protein dan protein mengandung asam amino yang berfungsi dalam
tumbuh kembang otak. Asam amino dibutuhkan untuk pembentukan sarung
mielin dan untuk pembentukan neurotransmitter, yaitu senyawa kimia penghantar
impuls saraf (asam amino glisin, glutamat, dan tritopan). Biosintesis protein
dalam otak tergantung pada supan asam amino dalam makanan baik itu bahan
makanan hewani maupun nabati. Sumber protein nabati yang memiliki nilai
biologi tinggi adalah kedelai, termasuk bahan makanan dari olahan kedelai.
6.3.9.4 Konsumsi Sayur
Pada penelitian ini, sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur yang
tidak baik yaitu sebanyak 59 siswa (73,8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi
belajar. Berbeda dengan penelitian Saniarto dkk (2013) yang menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara pola makan sayur dengan prestasi belajar anak. Hal ini
disebabkan karena penelitian Saniarto dkk (2013) dilakukan pada anak stunting
sehingga terdapat perbedaan karakteristik sampel penelitian.
Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi oleh banyak siswa adalah sayuran
yang berwarna hijau seperti bayam, kacang panjang, kangkung, selada, dan
lainnya. Jenis sayuran yang kurang dikonsumsi siswa tersebut selain mengandung
serat yang berlimpah juga banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan tubuh.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ayu (2015) bahwa sayuran hijau mempunyai
nutrisi yang paling lengkap dibandingkan dengan kelompok sayuran hijau lainnya.
Ellis (2010) mengatakan bahwa sayuran terutama yang berwarna hijau
mempunyai kandungan gizi yang luar biasa, seperti bayam yang mengandung zat
108
besi dan asam folat dalam jumlah besar. Asam folat berfungsi sebagai makanan
otak dan diperlukan untuk pengeluaran tenaga dan pembentukan sel darah merah.
Fe juga sangat berperan penting di dalam meningkatkan kerja otak. Jika
kebutuhan zat besi dan senyawa folat kurang, maka metabolisme otak bisa
terganggu. Akibatnya, enzim-enzim yang dipakai untuk memperlancar kerja otak
juga berkurang.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
konsumsi sayur tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi sayur baik.Sitompul (2014)
mengemukakan bahwa anak harus banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung vitamin agar terhindar dari kekurangan gizi yang akan mengganggu
kecerdasan serta gangguan perilaku sosial. Sebagai contoh, anak yang kurang
mengonsumsi sayur akan mengalami defisiensi zat besi dan mengakibatkan
anemia serta berpengaruh terhadap prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh
Arisman (2006) bahwa faktor yang menyebabkan asupan zat besi tidak adekuat
dimana makanan yang berasal dari buah dan sayuran hijau tidak dikonsumsi
secara cukup. Almatsier (2002) mengemukakan bahwa defisiensi besi
berpengaruh luas terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
6.3.9.5 Konsumsi Buah
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsumsi
buah yang tidak baik yaitu sebanyak 58 siswa (72,5%). Berdasarkan analisis
bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi
belajar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aritonang dkk (2004) yang
109
menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan yaitu
termasuk konsumsi buah dengan prestasi belajar.
Kecukupan konsumsi buah siswa sehari-hari tidak kalah pentingnya dengan
sayur, konsumsi buah yang cukup juga perlu untuk melengkapi kebutuhan gizi,
buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten atau
provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, fosfor, dan mineral lain) dalam
jumlah kecil. Selain itu, pada penelitian ini diketahui pula siswa yang memiliki
konsumsi buah tidak baik mempunyai prestasi belajar tidak baik lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsumsi buah baik. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sifusdottir et.al (2006) dalam Saniarto (2013) menemukan
bahwa mengonsumsi sayur dan buah cukup berkaitan dengan prestasi belajar yang
baik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumsi makanan siswa baik maka prestasi
belajarnya juga akan baik, dan sebaliknya. Untuk melengkapi kebutuhan gizi,
maka siswa perlu mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah yang banyak
mengandung vitamin dan mineral. Pada penelitian ini konsumsi makanan nabati,
sayur, dan buah siswa masih kurang, oleh karena itu diharapkan pihak sekolah
untuk mengadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur, dan buah setiap
pekannya agar siswa terbiasa serta gizi siswa semakin terpenuhi. Orangtua siswa
bisa mendukung program sekolah dengan menyediakan bekal makanan sehat yang
menarik sehingga di sukai siswa dan tampilan bekal makanan tidak
membosankan.
110
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Sebagian besar siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ciputat memiliki
prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 42 siswa atau 52,5%.
2. Sebagian besar siswa memiliki pola asuh belajar yang baik, yaitu sebanyak
61 siswa atau 76,2%.
3. Sebagian besar siswa memiliki persepsi baik terhadap fasilitas belajar di
sekolah, yaitu sebanyak 51 siswa atau 63,8%.
4. Sebagian besar siswa memiliki IMT/U normal, yaitu sebanyak 46 siswa atau
57,5%.
5. Distribusi karakteristik orangtua siswa
a. Sebagian besar ibu siswa memiliki pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 65
siswa atau 81,2%.
b. Sebagian besar siswa memiliki ibu yang tidak bekerja yakni sebanyak 59
siswa atau 73,8%.
c. Sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendapatan tinggi, yaitu
sebanyak 43 siswa atau 53,8%.
6. Distribusi karakteristik siswa
a. Sebagian besar siswa berjenis kelamin laki-laki, yakni sebanyak 42
siswa atau 52,5%.
111
b. Sebagian besar siswa memiliki uang saku yang tinggi, yaitu sebanyak 59
siswa atau 73,8%.
7. Distribusi konsumsi makanan
a. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat
tidak baik, yaitu sebanyak 63 siswa atau 78,8%.
b. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan hewani tidak baik,
yaitu sebanyak 64 siswa atau 80,0%.
c. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi makanan nabati tidak baik,
yaitu sebanyak 60 siswa atau 75,0%.
d. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi sayur tidak baik, yaitu
sebanyak 59 siswa atau 73,8%.
e. Sebagian besar siswa memiliki konsumsi buah tidak baik, yaitu sebanyak
58 siswa atau 72,5%.
8. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh belajar siswa dengan
prestasi belajar.
9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fasilitas
sekolah dengan prestasi belajar.
10. Ada hubungan yang signifikan antara IMT/U dengan prestasi belajar.
11. Hubungan karakteristik orangtua siswa dengan prestasi belajar
a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
prestasi belajar.
b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan prestasi
belajar.
112
c. Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orangtua siswa dengan
prestasi belajar.
12. Hubungan karakteristik siswa dengan prestasi belajar
a. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
prestasi belajar.
b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara uang saku dengan prestasi
belajar.
13. Hubungan konsumsi makanan dengan prestasi belajar
a. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan sumber
karbohidrat dengan prestasi belajar.
b. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan hewani dengan
prestasi belajar.
c. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan nabati dengan
prestasi belajar.
d. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan prestasi
belajar.
e. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan prestasi
belajar.
7.2 Saran
1. Bagi Orangtua Siswa
Mempertahankan pola asuh belajar yang sudah baik dengan terus
memberikan bimbingan, arahan, motivasi pada saat anak belajar di rumah, serta
melengkapi fasilitas belajar anak. Selain itu, orangtua dapat mendukung program
sekolah yakni pekan konsumsi makanan nabati, sayur, dan buah dengan cara
113
menyiapkan bekal makanan sehat yang menarik sehingga disukai siswa dan
tampilan bekal makanan tidak membosankan.
2. Bagi Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah melakukan upaya untuk memperhatikan status gizi
siswanya dengan mengadakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan secara rutin agar status gizi siswa dapat dipantau. Selain itu, perlu
juga diadakan program mengonsumsi makanan nabati, sayur,dan buah setiap
pekannya agar siswa terbiasa dalam mengonsumsi makanan nabati, sayur dan
buah serta gizi siswa semakin terpenuhi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya menambahkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi
belajar sebagai variabel penelitian selain faktor-faktor yang telah diteliti pada
penelitian ini. Prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan prestasi akademik,
maka diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai prestasi non
akademik.
114
Daftar Pustaka
Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Abdurrahim. (2011). Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Pembelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) Di Madrasah Aliyah Kota Bima. Tesis. Depok:
Universitas Pendidikan Indonesia
Adika et al. (2014). Edisi VIII, Tahun I - Majalah Kesehatan Muslim. Yogyakarta:
Pustaka Muslim
Agustini, Creisye Cynthia et al. (2013). Hubungan antara Status Gizi dengan
Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Maasing
Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal Poltekkes Kemenkes Manado
Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta:
Grasindo
Almatsier, Sunita. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Ambarini, & Yekti Hartati Effendi. (2008). Menu Sehari-Hari untuk Sebulan
Golongan Darah B. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Andriana, Elga. (2010). Tanya Jawab Problema Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Kanisius
Anggota IKAPI. (2008). Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta: Gramedia
_____________. (2010). Health Secret of Pepino. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Annas, Mohamad. (2011). Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status
Gizi, dan Makan Pagi terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, Volume 1. Edisi 2
Anzarkusuma, et al. (2014). Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of Human
Nutrition, Vol. 1 No. 2 :135-148
Ardi, Sadam. (2013). Pengaruh Sosial Ekonomi Orangtua Siswa terhadap
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur Kota
Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura
Ariani, Mewa. (2010). Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat
Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan. Jurnal Gizi Indon, 33(1): 20-
28
Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Arisandi, Riza et al. (2007). Analisis Persepsi Anak Terhadap Gaya Pengasuhan
Orang tua, Kecerdasan Emosional, Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas Xi Di Sma Negeri 3 Sukabumi
115
Arisandi, Yohana et al. (2011). Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan. Jakarta:
Eska Medika
Arisman, M. B. (2006). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta: EGC
Aritonang, Evawany et al. (2004). Pola Konsumsi Pangan, Hubungannya dengan
Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Pelajar SD di Daerah Endemik Gaki
Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera
Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Aryani, Dian et al. (2014). Perbedaan Konsumsi Cairan, Besaran Energi
Minuman, dan Berat Jenis Urine pada Murid Kelas 4-5 Sekolah Dasar
Negeri Sudimara 8 dan Sekolah Dasar Swasta Yadika 3 Ciledug. Artikel
Universitas Esa Unggul
Astuti, Dewi et al. (2013). Analisis Peran Orangtua dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Pontianak. Skripsi. Pontianak:
Universitas Pontianak
Atosokhi, Antonius et al. (2003). Relasi Dengan Sesama Character Building II.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Ayu, Nectaria. (2015). Green Smoothies: Super Healthy & Healing Drink.
Jakarta: Fmedia
Bastable, Susan B. (2002). Nurse as Education Principles of Teaching and
Learning. Jakarta: EGC
Budiarta, I Wayan et al. (2014). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Inteektual dengan Prestasi Belajar IPA Kelas V Desa
Pengeragoan. E-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,
Vol. 2 No. 1
Chan, Levi Aditya. (2008). Panduan Wirausaha Roti Modern. Jakarta:
AgroMedia Pustaka
Chatib, Munif. (2009). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple
Intelligences Di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa
Darmadi, Hamid. (2006). Korelasi antara Status Sosial Ekonomi Orangtua
dengan Kualitas Pembelajaran di Sekolah. Jurnal STKIP Pontianak, Vol 25
No. 1
Darso. (2010). Kesiapan Belajar Siswa dan Interaksi Belajar Mengajar terhadap
Prestasi Belajar. Artikel Invotec, Volume VII No. 2
Depdiknas. (2008). Rancangan Penelitian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas
Devi, Nirmala. (2010). Nutrition and Food: Gizi untuk Keluarga. Jakarta: Buku
Kompas
Disnakertrans Banten. SK Gubernur Penetapan Upah Minimum Banten Tahun
2015
Djaali, H et al. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
116
Effendy, Nasrul. (1997). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, E/2.
Jakarta : EGC
Ekawati, Aminah dan Shinta Wulandari. (2011). Perbedaan Jenis Kelamin
terhadap Kemampuan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi
Kasus Sekolah Dasar). Jurnal Socioscientia Univ Borneo Tarakan, Vol. 3
No. 1
Ellis, Lioni. (2010). Berpacu Melawan Usia-Rahasia Awet Muda tanpa Obat dan
Kosmetika. Yogyakarta: ANDI
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKS
Eryanto, Henry et al. (2013). Pengaruh Modal Biaya, Tingkat Pendidikan Orang
Tua, dan Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Akademik pada
Mahawsiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Vol.1 No.1
Faizah, Siti Noor. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan
Kebiasaan Jajan dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di SDN
Banyuanyar III Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fathi, Bunda. (2008). Mendidik Anak dengan Al Quran. Oasis. Jakarta: Grasindo
Febriani. (2014). Hubungan Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Kelas
IV SDN 80/1 Muara Bulian. Thesis. Jambi: Universitas Jambi
Fitriani, Lina Dewi. (2010). Kontribusi Status Sosial Ekonomi Keluarga dan
Penyesuaian Sosial terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi.Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Graha, Chairinniza. (2007). Keberhasilan Anak ditangan Orang Tua. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Gunawan, Adi W. (2005). Apakah IQ Anak Bisa ditingkatkan. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Utama.
Habsari, Sri. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: PT Grasindo
Hakim, Thursan. (2000). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara
_____________. (2005). Belajar secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara
Hamdu, Ghullam et al. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap
Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas
IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Tasikmalaya). Jurnal Penelitian
Pendidikan, Vol. 12 No. 1
Hardinsyah, et al. (2012). Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat.
Departemen Gizi, FK UI
Hardywinoto, &Tony Setiabudhi. (2002). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
117
Harun, Fathur Rahman. (2004). Penilaian dalam Pendidikan. Skripsi Universitas
Sumatera Utara
Hastono, Susanto Priyo. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI
Hayati, Aslis Wirda. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC
Henderson, Christine dan Kathleen Jones. (2001). Essential Midwifery. Jakarta:
EGC
Hutapea, Parulian et al. (2008). Kompetensi Plus: Teori, Desain, dan Kasus
Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Indriani, Fitriyah. (2008). Pola Asuh Orangtua terhadap Anak Berprestasi di
Sekolah. Skripsi. Malang: UIN Malang
Irianto, Anton. (2005). Kunci Sukses yang Tak Pernah Gagal. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Juliasih, Dimar Retno et al. (2013). Pengaruh Konsumsi Pangan terhadap Status
Gizi Anak Jalanan pada Komunitas Sanggar Alang-alang di Kawasan
Joyoboyo Surabaya. E-Journal Boga, Vol. 2 No. 1, 190-197
Jumarni, et al. (2012). Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan Pagi
dengan Prestasi Belajar Anak SDN 1 Pasangkayu Kecamatan Pasangkayu
Kabupaten Mamuju Utara. Jurnal FKM Unismuh Palu, Vol.2 No.1
Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara
Kemenkes. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar
________. (2010). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
________. (2014). Pedoman Gizi Seimbang 2014. Diakses pada tanggal 25
November 2014 pukul 07.48 WIB http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2
Khomsan, Ali. (2004). Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Grasindo
Krishnawati, Naniek dan Yeni Suryani. (2010). Bahan Dasar untuk Pelayanan
Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid III. Jakarta: Gramedia
Widiarsana
Legi, Nonce Nova. (2012). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang. Jurnal Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, Vo. 4 No. 1
Lestari, Dian Yuliartha. (2012). Hubungan antara Makan Pagi dengan
Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal
Universitas Muhammadiyah Malang
Lighter, Dawn. (1999). 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif pada
Anak. Yogyakarta: Kanisius
118
Maghfuroh, Lilis. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi
Belajar Anak SDN 1 Kabalan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.
Jurnal Stikes Muhla, Vol.02 No. 18
Mardapi, Djemari. (2000). Evaluasi Pendidikan. Makalah. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta
Mariza, Yuni Yanti. (2012). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan
Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponeegoro
Masdewi, et al. (2011). Korelasi Perilaku Makan Dan Status Gizi Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, Vol. 34 No. 2
Matayane, Shanon et al. (2014). Hubungan antara Asupan Protein dan Zat Besi
dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-
Biomedik, Vol. 2 No. 3
Maulanaputri, Ossiriadewi. (2011). Pengaruh Konsumsi, Status Gizi, dan
Aktivitas Sehari-Hari dengan Prestasi Belajar Murid Akselerasi SD Islam
PB Sudirman Jakarta. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Mayasari, Nura. (2007). Memilih Makanan Halal. Jakarta: Quantum Media
Minatun, Sri. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri Cempaka Putih Ciputat Tumur Tahun
Ajaran 2010/2011. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Moeljanto, Rini Damayanti et al. (2002). Khasiat dan Manfaat Susu Kambing.
Depok: Agromedia Pustaka
Muaris, Hindah. (2010). 30 Menu Bekal Sekolah Anak Ala Bento. Jakarta:
Gramedia
Muninjaya, A.A. Gde. (2003). Langkah-langkah Praktis Penyusunan Proposal
dan Publikasi Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Muthoharoh, Umi et al. (2014). Hubungan gender terhadap hasil belajar
matematika pada siswa SMP
Nadesul, Hendrawan. (2007). Membesarkan Bayi Jadi Anak Pintar-Panduan Bagi
Ibu. Jakarta: Buku Kompas
Nadharatunna’im dan Afrida. (2014). Status Gizi dan Peran Orangtua dengan
Prestasi Belajar Murid Kelas V dan VI. Journal of Pediatric Nursing, 1(3),
154-159
Napsiah. (2012). Pengaruh Uang Saku terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Ass-Assykriyah Cipondoh Kota
Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Syekh Yusuf
119
Nasution, M. Yusuf. (2003). Konsumsi Pangan Hewani dan Status Gizi Siswa SD
Negeri 105349 Lubuk Pakan Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol.
27 No. 3
Nasution, Thamrin dan Nurhalijah. (2005). Peranan Orangtua dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Gunung Mulia
Nofrianto, Sulung. (2008). The Golden Teacher. Depok: PT Lingkar Pena
Kreativa
Nugrasanti, Renni. (2006). Locus of Control dan Prokastinasi Akademik
Mahasiswa. Jurnal Provitae, Vol. 2 No. 1
Nuraini, Henny. (2007). Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan
Halal. Jakarta: QultumMedia
Nurhidayah, Siti. (2008). Pengaruh Ibu Bekerja dan Peranan Ayah dalam
Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak. Jurnal Soul, Vol. 1 No. 2
Olivia, Femi. (2011). Tools for Study Skills. Jakarta: Gramedia
Pahlevi, A. E. (2012). Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No. 2, hal 122-126
Pakpahan, Haryadi. (2012). Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa Di SMK Raksana 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
Skripsi. Medan: Universitas Medan
Pitriyanti. (2011). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar pada
Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Kabupaten
Bungo Jambi. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Purwindarini, Sertina Septi. (2014). Pengaruh Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan terhadap Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Journal
Development And Clinical Psychology, Vol. 3 No. 1
Puspitasari, Fika. (2008). Pengaruh Faktor Individu, Keluarga, dan Sekolah
terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Puspitawati, Herien. (2010). Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Terhadap Pola Asuh Belajar Siswa Sekolah Dasar Dan Menengah Pertama.
Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kons, Vol. 3 No. 1
Rachman, Handewi P.S, & Mewa Ariani. (2008). Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Di Indonesia: Permasalahan Dan Implikasi Untuk Kebijakan Dan
Program. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Vol. 6
No. 2
Rahmawati, Fitria et al. (2014). Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan
Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester
Genap di Kecamatan Melaya-Jembrana.E-journal MIMBAR PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2 No. 1
120
Rahmawati, Stefhani Ridha. (2008). Sukses Wawancara Kerja. Jakarta:
Transmedia Pustaka
Rajab, Wahyudin. (2009). Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC
Ramayulis, Rita. (2014). Slim is Easy. Jakarta: Penebar Plus
Rasyid, Harun et al. (2009). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana
Prima
Rejeki, Apriliana et al. 2013. “Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kinerja Guru
terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Se-Kecamatan
Kutowinangun”. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Reni Akbar-Hawadi. (2004). Akselerasi: A-Z Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Reskia, Sri et al. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap
Prestasi Belajar Siswa di SDN Inpres 1 Birobuli. Elementary School of
Education E-Journal, Vol. 2 No. 2
Rezky. (2010). Be A Smart Parent. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Ridwan. (2008). Kegiatan belajar terhadap prestasi yang dicapai. Diakses pada
tanggal 25 Agustus 2015 pukul 20.48 WIB Ridwan202.wordpress.com
Rini, Yuli Sectio. (2013). Pendidikan: Hakekat, Tujuan, dan Proses. Artikel UNY
Ristiana. Siska. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan
dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri
No. 101853 Bingkawan Kecamatan Sibolangit. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara
Rizki, Farah. (2013). The Miracle of Vegetables. Jakarta: AgroMedia Pustaka
Rooijakkers, Ad. (1990). Mengajar dengan Sukses Cetakan Ke-7. Jakarta: PT
Gramedia.
Rosyidi, Djalal. (2006). Macam-Macam Makanan Tradisional yang Terbuat dari
Hasil Ternak yang Beredar di Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak, Vol. 1 No. 1
Rukmana, Rahmat. (2001). Yoghurt dan Karamel Susu. Yogyakarta: Kanisius
Sa’adah, Rosita Hayatus et al. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota
Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3)
Saniarto, Febrian et al. (2013). Pola Makan, Status Sosial Ekonomi Keluarga dan
Prestasi Belajar pada Anak Stunting Usia 9-12 Tahun Di Kemijen
Semarang Timur. Tesis. Searang: Universitas Diponegoro
Santi, Debby Yurike, et al. (2012). Hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi dan
Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di
121
Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Jurnal
Penelitian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Vol. 1 No.2
Saparinto, Cahyo, & Diana Hidayati. (2006). Bahan Tambahan Pangan.
Yogyakarta: Kanisius
Saraswati, Mila, & Ida Widaningsih. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial
(Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Bandung: Grafindo Media
Pratama
Septiani, Seala. 2012. Hubungan Status Gizi (Indeks TB/U) dan Faktor Lainnya
dengan Prestasi Belajar Siswa SDN Cinere 2. Skripsi. Universitas Indonesia
Sitompul, Ewa Molika. (2014). Teknik Rahasia Ibu Menangani Penyakit Anak
Sehari-Hari. Jakarta: Arena Kids
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
______. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Sorhaindo, Annik et al. (2006). What is The Relationship Between Child Nutrition
and School Outcomes?. Wider Benefits of Learning Research Report No. 18
Subiono, Hadi Setyo,&Zaeni. (2011). Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa.
Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 1 No. 1
Sulistiana, Sriyono, &Nurhidayati. (2013). Pengaruh Gender, Gaya Belajar, dan
Reinforcement Guru terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA
Negeri se Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 3 No. 2
Sumiatin, Titik et al. (2010). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa di SDN Genaharjo 01 Kecamatan Semanding Kabupaten
Tuban. Jurnal Penelitian Poltekkes Depkes Surabaya, Vol. 8 No. 1
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sundari, Nenden. (2008). Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa Sekolah
Dasar Unggulan dan Siswa Sekolah Dasar Non-Unggulan Di Kabupaten
Serang. Jurnal Pendidikan Dasar, No. 8
Supranto, J. (2000). Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga
Suryabrata, Sumadi. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sutomo, Budi et al. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita. Jakarta:
PT AgroMedia Pustaka
Syafaruddin. (2012). Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan:
Perdana Publishing
Syafitri, Yunita et al. 2009. “Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Gizi
dan Pangan 4(3): 167-175
122
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tarwotjo, C. Soejoeti. (1998). Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo
Tusala, et al. (2013). Kebiasaan Makan Pagi, Status Gizi dan Prestasi Belajar
Siswa Sekolah Dasar Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Kefamenanu 4,
Nusa Tenggara Timur. Jurnal Universitas Respati Yogyakarta
Udu, Waode Sitti Asfiah. (2014). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. FK UHO
Ulya, Uly. (2012). Pengaruh Minat Belajar dan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV dan V
Riyadlotul Ulum Kunir Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun
Ajaran 2011/2012. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
Umardami, Mawi Rizki. (2011). Kebiasaan Jajan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan
Kesehatan Serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar di Kota Bogor. Skripsi. Bogor:Institut Pertanian Bogor
Utami, et al. (2013). Pengaruh Tingkat Pembelajaran dan Tingkat Pendapatan
Orang Tua terhadap Hasil Belajar. Jurnal Program Studi Pendidikan
Ekonomi FKIP Untan
Utomo, Tatag T. A. (2005). Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak. Jakarta:
Grasindo
Waluyo, Srikandi. (2010). Rahasia Awet Muda : Mind-Body-Spirit. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Wandini, Kartika. (2008). Pengaruh Pola Asuh Belajar, Lingkungan
Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Potensi Akademik terhadap Prestasi
Akademik Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Wanhari. (2010). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Ketersediaan Sarana dan
Prasarana dalam Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar PAI. Skripsi.
STAIN Salatiga
Wardoyo, Hanum Aprilia et al. (2013). Hubungan Makan Pagi dan Tingkat
Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Media Gizi Indonesia, Vol. 9 No. 1: 49-53
Widjdati, Yusri. (2013). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi
Widyarini, Nilam M. M. (2009). Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan
Antar Manusia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Wiyono, Tulus. (2014). Pengaruh Persepsi tentang Fasilitas Belajar dan Motivasi
Berprestasi Peserta Didik terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Bumijawa Kabupaten Tegal.
Tesis. Institut Agama Islam Negeri Walisongo
World Health Organization. (1991). Sample Size Determination In Health Studies
123
Yuningsih, Yuyun dan Yasmin Asih. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi
Model Konseptual, Ed 4. Jakarta: EGC
145
Lampiran
146
LAMPIRAN 1
Hasil Analisis SPSS
1. Analisis Univariat
kategori prestasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 42 52.5 52.5 52.5
baik 22 27.5 27.5 80.0
sangat baik 16 20.0 20.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
pola asuh belajar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 19 23.8 23.8 23.8
Baik 61 76.2 76.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
persepsi fasilitas responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 29 36.2 36.2 36.2
Baik 51 63.8 63.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
IMT/U siswa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Malnutrisi 34 42.5 42.5 42.5
Normal 46 57.5 57.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
pendidikan ibu
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pendidikan rendah 15 18.8 18.8 18.8
pendidikan tinggi 65 81.2 81.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
147
pekerjaan ibu
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bekerja 21 26.2 26.2 26.2
tidak bekerja 59 73.8 73.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
pendapatan orang tua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 37 46.2 46.2 46.2
tinggi 43 53.8 53.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 42 52.5 52.5 52.5
perempuan 38 47.5 47.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
uang saku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 21 26.2 26.2 26.2
tinggi 59 73.8 73.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
konsumsi makanan sumber karbohidrat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid tidak baik 63 78.8 78.8 78.8
Baik 17 21.2 21.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
148
konsumsi makanan hewani
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 64 80.0 80.0 80.0
Baik 16 20.0 20.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
konsumsi makanan nabati
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 60 75.0 75.0 75.0
Baik 20 25.0 25.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
konsumsi sayur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 59 73.8 73.8 73.8
Baik 21 26.2 26.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
konsumsi buah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak baik 58 72.5 72.5 72.5
Baik 22 27.5 27.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
149
2. Analisis Bivariat
kategori pola asuh belajar siswa * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang Baik sangat baik
kategori pola asuh belajar siswa
tidak baik Count 5 6 8 19
% within kategori pola asuh belajar siswa
26.3% 31.6% 42.1% 100.0%
baik Count 37 16 8 61
% within kategori pola asuh belajar siswa
60.7% 26.2% 13.1% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori pola asuh belajar siswa
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.493a 2 .009
Likelihood Ratio 9.084 2 .011
Linear-by-Linear Association 9.264 1 .002
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,80.
kategori skor fb responden * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang Baik sangat baik
kategori skor fb responden
tidak baik Count 14 9 6 29
% within kategori skor fb responden
48.3% 31.0% 20.7% 100.0%
baik Count 28 13 10 51
% within kategori skor fb responden
54.9% 25.5% 19.6% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori skor fb responden
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .372a 2 .830
Likelihood Ratio .371 2 .831
Linear-by-Linear Association .175 1 .676
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,80.
150
IMT/U siswa * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
IMT/U siswa Malnutrisi Count 20 12 2 34
% within IMT/U siswa 58.8% 35.3% 5.9% 100.0%
normal Count 22 10 14 46
% within IMT/U siswa 47.8% 21.7% 30.4% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within IMT/U siswa 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.649a 2 .022
Likelihood Ratio 8.595 2 .014
Linear-by-Linear Association 3.939 1 .047
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,80.
pendidikan ibu * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
pendidikan ibu pendidikan rendah Count 7 5 3 15
% within pendidikan ibu 46.7% 33.3% 20.0% 100.0%
pendidikan tinggi Count 35 17 13 65
% within pendidikan ibu 53.8% 26.2% 20.0% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within pendidikan ibu 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .348a 2 .840
Likelihood Ratio .341 2 .843
Linear-by-Linear Association .100 1 .752
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
151
pekerjaan ibu * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
pekerjaan ibu
Bekerja Count 12 5 4 21
% within pekerjaan ibu 57.1% 23.8% 19.0% 100.0%
Tidak bekerja
Count 30 17 12 59
% within pekerjaan ibu 50.8% 28.8% 20.3% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within pekerjaan ibu 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .271a 2 .873
Likelihood Ratio .273 2 .872
Linear-by-Linear Association .142 1 .706
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
pendapatan orang tua * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
pendapatan orang tua
Rendah Count 25 10 2 37
% within pendapatan orang tua 67.6% 27.0% 5.4% 100.0%
Tinggi Count 17 12 14 43
% within pendapatan orang tua 39.5% 27.9% 32.6% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within pendapatan orang tua 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.314a 2 .006
Likelihood Ratio 11.389 2 .003
Linear-by-Linear Association 9.656 1 .002
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,40.
152
jenis kelamin responden * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
jenis kelamin responden
laki-laki Count 21 15 6 42
% within jenis kelamin responden 50.0% 35.7% 14.3% 100.0%
perempuan Count 21 7 10 38
% within jenis kelamin responden 55.3% 18.4% 26.3% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within jenis kelamin responden 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.718a 2 .156
Likelihood Ratio 3.787 2 .151
Linear-by-Linear Association .146 1 .703
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,60.
kategori uang saku * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori uang saku rendah Count 12 5 4 21
% within kategori uang saku
57.1% 23.8% 19.0% 100.0%
tinggi Count 30 17 12 59
% within kategori uang saku
50.8% 28.8% 20.3% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori uang saku
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .271a 2 .873
Likelihood Ratio .273 2 .872
Linear-by-Linear Association .142 1 .706
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
153
kategori konsumsi makanan sumber karbo * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori konsumsi sumber karbo
tidak baik Count 38 20 5 63
% within kategori konsumsi makanan sumber karbo
60.3% 31.7% 7.9% 100.0%
baik Count 4 2 11 17
% within kategori konsumsi makanan sumber karbo
23.5% 11.8% 64.7% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori konsumsi makanan sumber karbo
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 26.967a 2 .000
Likelihood Ratio 23.064 2 .000
Linear-by-Linear Association 18.683 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.
kategori konsumsi makanan hewani * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori konsumsi makanan hewani
tidak baik Count 39 19 6 64
% within kategori konsumsi makanan hewani
60.9% 29.7% 9.4% 100.0%
Baik Count 3 3 10 16
% within kategori konsumsi makanan hewani
18.8% 18.8% 62.5% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori konsumsi makanan hewani
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
154
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 22.959a 2 .000
Likelihood Ratio 19.754 2 .000
Linear-by-Linear Association 18.539 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.
kategori konsumsi makanan nabati * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori konsumsi makanan nabati
tidak baik Count 38 18 4 60
% within kategori konsumsi makanan nabati
63.3% 30.0% 6.7% 100.0%
Baik Count 4 4 12 20
% within kategori konsumsi makanan nabati
20.0% 20.0% 60.0% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori konsumsi makanan nabati
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 27.244a 2 .000
Likelihood Ratio 24.699 2 .000
Linear-by-Linear Association 22.347 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00.
kategori konsumsi sayur * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori konsumsi sayur
tidak baik Count 37 18 4 59
% within kategori konsumsi sayur
62.7% 30.5% 6.8% 100.0%
baik Count 5 4 12 21
% within kategori konsumsi sayur
23.8% 19.0% 57.1% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori konsumsi sayur
52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
155
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 24.846a 2 .000
Likelihood Ratio 22.586 2 .000
Linear-by-Linear Association 19.676 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
kategori konsumsi buah * kategori prestasi Crosstabulation
kategori prestasi
Total kurang baik sangat baik
kategori konsumsi buah
tidak baik Count 36 18 4 58
% within kategori konsumsi buah 62.1% 31.0% 6.9% 100.0%
Baik Count 6 4 12 22
% within kategori konsumsi buah 27.3% 18.2% 54.5% 100.0%
Total Count 42 22 16 80
% within kategori konsumsi buah 52.5% 27.5% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 22.743a 2 .000
Likelihood Ratio 20.800 2 .000
Linear-by-Linear Association 17.285 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.
156
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA ASUH BELAJAR, IMT/U, DAN KARAKTERISTIK
SISWATERHADAP PRESTASIBELAJAR PADA SISWA MADRASAH
IBTIDAIYAH NEGERI ICIPUTAT TAHUN 2015
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya Widya Umami mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk skripsi mengenai, “Hubungan Pola
Asuh Belajar, IMT/U, dan Karakteristik Siswa terhadap Prestasi Belajar pada
Anak MI Negeri Ciputat Tahun 2015”. Oleh karena itu, saya mohon bantuan adik-
adik untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Atas bantuan adik-adik saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk pengisian kuesioner :
Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang
sesuai.
Tanggal wawancara : No Responden :
Karakteristik Siswa Diisi oleh peneliti
1. Nama
2. No telepon
3. Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
( )
4. Kelas
1. V
2. VI
( )
157
5. Uang saku ( )
IMT/U
6. Berat badan
BB 1 = kg
BB 2 = kg
BB 3 = kg
7. Tinggi badan
TB 1 = cm
TB 2 = cm
TB 3 = cm
Karakteristik Orang Tua
8. Pendapatan
orang tua
1. Kurang dari Rp 2.710.000
2. Lebih dari Rp 2.710.000
( )
Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada jawaban yang
sesuai.
Pola asuh belajar Diisi
peneliti No. Pertanyaan Pilihan jawaban
1.
Bagaimana cara menentukan waktu
belajar kamu di rumah?
a. tidak usah belajar di rumah
b. kapan saja jika ada waktu
c. ada waktu khusus untuk belajar
( )
2.
Berapa lama waktu belajar kamu di
rumah?
a. < 1 jam
b. 1-2 jam
c. >2 jam
( )
3.
Berapa kali dalam sehari kamu
mengulang pelajaran dari sekolah?
a. tidak pernah
b. 1 kali
c. > 1 kali
( )
4.
Apakah orang tua kamu menemani kamu
belajar di rumah?
a. tidak
b. kadang-kadang
c. ya, selalu
( )
5.
Bagaimana cara orang tua kamu
membimbing kamu belajar?
a. memaksa
b. hanya menemani (diam saja)
c. aktif membantu mengulang
pelajaran
( )
158
6.
Apa yang dilakukan orang tua kamu
selama kamu belajar?
a. benar-benar meninggalkan saya
belajar sendirian
b. meninggalkan saya belajar
sendirian namun tetap mengawasi
c. menemani hingga saya selesai
belajar
( )
7.
Apabila orang tua kamu sedang sibuk
dengan pekerjaannya, apakah kamu
dapat bertanya mengenai pelajaran yang
kamu tidak mengerti?
a. tidak
b. kadang-kadang
c. ya ( )
8.
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika
kamu kesulitan memahami pelajaran?
a. diam saja
b. menyuruh saya membaca buku
lagi
c. membantu saya memahami
pelajaran
( )
9.
Apabila kamu tetap kesulitan memahami
pelajaran padahal orang tua kamu sudah
menjelaskan, apa yang mereka lakukan?
a. memarahi saya
b. menyuruh saya bertanya pada
orang lain (kakak, guru les,
saudara)
c. menjelaskan lagi dengan penuh
kesabaran
( )
10.
Siapa yang membantu/mengawasi kamu
mengerjakan tugas atau PR di rumah?
a. tidak ada
b. oranglain (kakak, guru les,
saudara)
c. orang tua
( )
11.
Mengapa mereka membantu atau
mengawasi kamu belajar?
a. hanya sekadar mengawasi saja
b. agar tugas/PR lebih cepat
selesai
c. agar dapat mengkoreksi
jawaban saya jika salah
( )
12.
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika
kamu sudah selesai mengerjakan
tugas/PR?
a. diam saja
b. bertanya apakah saya
mengalami kesulitan dalam
mengerjakannya
c. memuji saya
( )
13.
Apa yang dilakukan orang tua kamu jika
mengetahui kamu akan ada ulangan?
a. diam saja
b. menyuruh saya belajar
c. menyuruh dan membantu saya
belajar
( )
159
14.
Apakah orang tua kamu memeriksa hasil
ulangan kamu?
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. ya, selalu
( )
15.
Apa yang orang tua kamu lakukan jika
menerima rapor?
a. hanya melihatnya saja tanpa
memberi tanggapan
b. memarahi saya jika hasil
prestasi belajar saya jelek
c. mengevaluasi keseluruhan hasil
prestasi belajar saya di sekolah
( )
16.
Sarana dan fasilitas apa saja yang orang
tua kamu sediakan di rumah?
a. tidak ada sarana dan fasilitas
belajar yang disediakan
b. hanya beberapa dari poin c
(sebutkan ....................................)
c. alat tulis, buku pelajaran, meja
belajar, ruang belajar, komputer
( )
17.
Dimanakah tempat kamu biasa belajar di
rumah?
a. dimana saja
b. ruang keluarga
c. ruang khusus belajar
( )
18.
Berapa jumlah buku pelajaran yang
disediakan orang tua kamu di rumah?
a. tidak ada
b. 1 buah
c. > 1 buah
( )
19.
Bagaimana reaksi orangtua kamu jika
kamu mendapatkan nilai ulangan yang
rendah?
a. diam saja
b. memarahi saya
c. menyuruh saya belajar lebih
giat lagi
( )
20.
Apakah orangtua kamu puas dengan
hasil belajar kamu?
a. tidak pernah puas
b. kadang-kadang
c. ya, selalu
( )
160
LEMBAR ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP FASILITAS SEKOLAH
Pentunjuk pengisian :
Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda ceklis () pada
jawaban yang sesuai.
No Fasilitas sekolah
1
(tidak
baik)
2
(kurang
baik)
3
(cukup
baik)
4
(baik)
5
(sangat
baik)
1. Meja belajar
2. Ruang kelas
3. Perpustakaan
4. Laboratorium
5. Ruang olahraga
6. Komputer
7. Buku-buku
pelajaran
LEMBAR FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-
3x/mgg
4-
6x/mgg
Tidak
pernah
Makanan sumber karbohidrat
Nasi
Nasi tim
Bubur beras
Nasi jagung
Kentang
Singkong
Roti putih
Kraker
161
Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-
3x/mgg
4-
6x/mgg
Tidak
pernah
Mie basah
Mie kering
Bihun
Panganhewani
Daging sapi
Daging ayam
Hati sapi
Babat sapi
Usus sapi
Telur ayam
kampung
Telur ayam
negeri
Telur bebek
Ikan segar
Ikan asin
Ikan teri
Udang basah
Keju
Bakso daging
Susu sapi
Susu kambing
Susu kerbau
Susu kental
manis
162
Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-
3x/mgg
4-
6x/mgg
Tidak
pernah
Yoghurt
Tepung susu
Skim
Pangan nabati
Kacang hijau
Kacang kedelai
Kacang merah
Kacang tanah
Terkelupas
Oncom
Tahu
Tempe
Sayuran
Daun bawang
Daun kacang
panjang
Jamur segar
Oyong
Kangkung
Ketimun
Tomat
Kol
Bayam
Buncis
Daun singkong
163
Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-
3x/mgg
4-
6x/mgg
Tidak
pernah
Daun pepaya
Kembang kol
Labu air
Sawi
Seledri
Selada
Taoge
Terong
Wortel
Buah-buahan
Alpukat
Apel
Anggur
Belimbing
Jambu biji
Jambu air
Jambo bol
Duku
Durian
Jeruk manis
Kedondong
Mangga
Nanas
164
Bahan Makanan 1x/hr 2x/hr 3x/hr 4x/hr 1-
3x/mgg
4-
6x/mgg
Tidak
pernah
Nangka masak
Pepaya
Pisang ambon
Pisang raja sereh
Salak
Sawo
Sirsak
Semangka
Lainnya...
Sosis
Kornet
Otak-otak
Siomay
Chiki
Kue cubit
Cimol
Cilok
Sumber : Supariasa dkk (2012)
165
LAMPIRAN 3
Uji Validitas Dan Reliabilitas
A. Kuesioner pola asuh belajar
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
bagaimana cara menetukan
waktu belajar 45.73 19.306 .509 .682
berapa lama waktu belajar
dirumah 46.30 19.734 .399 .698
berapa kali mengulang
pelajaran dr sekolah 46.07 20.547 .371 .706
apakah orang tua kamu
menemani kamu belajar
dirumah
46.20 19.338 .448 .686
bagaimana cara ortu
membimbing belajar 45.57 19.426 .439 .687
apa yang dilakukan ortu
selama kamu belajar 45.67 20.230 .362 .703
apabila ortu kamu sedang
sibuk, apakah dpt bertanya
ttg pelajaran
45.97 18.102 .612 .666
apa yang diklakukan ortu jika
ada kesulitan belajar 45.60 21.076 .371 .713
apabila masih ttp kesulitan
belajar, apa yg otru lakukan 45.70 19.597 .625 .702
siapa yg membantu tugas
dirumah 45.70 18.493 .448 .681
mengapa mereka membantu
mengawasi belajar dirumah 45.80 20.510 .411 .711
apa yg dilakukan ortu jika
selesai mengerjakan PR 46.33 19.816 .369 .701
apa yg dilakukan ortu jika
kamu akan ulangan 45.90 19.748 .369 .693
apa ortu memeriksa hasil
ulangan 45.93 20.754 .502 .706
apa yg ortu lakukan jika
menerima rapor 45.50 20.466 .432 .704
sarana dan fasilitas apa yg
disediakan dirumah 45.47 20.257 .366 .703
dimana tempat belajar kamu
dirumah 46.17 20.006 .425 .725
brp jumlah buku pelajaran
dirumah 45.53 22.120 .412 .731
166
bagaimana reaksi ortu jika
mendapat nilai rendah 45.40 20.524 .364 .702
apakah ortu puas dgn hasil
belajar kamu 45.90 20.162 .366 .696
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.711 20
R tabel = 0,361
Valid r hasil > r tabel
Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel
B. Angket persepsi siswa terhadap fasilitas belajar sekolah
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
meja belajar 21.15 17.082 .635 .711
ruang kelas 21.40 17.516 .604 .718
perpustakaan 21.55 17.313 .535 .729
Laboratorium 22.55 17.734 .473 .776
ruang olahraga 21.25 21.039 .498 .813
Komputer 21.45 15.629 .683 .693
buku pelajaran 20.95 17.103 .632 .711
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.768 7
R tabel = 0,444
Valid r hasil > r tabel
Jadi, angket dinyatakan valid dan reliabel
167
LAMPIRAN 4
DAFTAR SISWA KELAS VI A
WALI KELAS : BU MIDAH NO NAMA KET.
1 ABGHI HAFIZHAN SHULHAN
2 AFDAL AHMAD SAHI
3 ALIFIA QISTI ARSILAWATI
4 ATHAYA ZAHRANI FIRDAUS
5 AUDIA DAFINA AZHAR
6 AULIYA GHANI
7 DEA INDAH NABILA
8 DIZZA AISYAH SYAPRI
9 EGIANA
10 ELSA RAHMAWATI
11 FATIMAH AZZAHRA
12 FERI HUSNIL FURTADHO
13 IFKI KHAERUNNISA
14 IKHSANUL FIKRI
15 INTAN TANZILU RAHMAH
16 ISNAINI NURFAJRIANTI
17 JULIA APRIANI PUTRI
18 KARINIA JUANTIKA
19 LISA KHAERUNNISA
20 M. AFIF FAUZI
21 M. ALFIANSYAH
22 M. FADLY AL AKBAR
23 M. FARHAN FADILLAH
24 M. IMAM NAJIB
25 M. IZZUDIN AL-GHOZALI
26 M. NAZRIL DZAKWAN
27 M. RAZDAN HAFIZ ZAELANI
28 NAZIRA APRILIA ROSYADI
29 NINDYA HANIFA MEINAR
30 NURFAUZIAH
31 RICKY RINALDI
32 RUZICA SEVILLA RAHMA
33 SEKAR AYU OKTAVIANI
34 SELVI SETIA RAHIM
35 SHINTA DESTIANA
36 VIO ALVIONITA
37 VITRI NUR CAHYANI
38 YUSUF BAHTIAR
39 ZAHRATUL JANNAH
40 ZAIM NURRABBANI
41 MUHAMMAD SYAHRUL MUBAROK
168