HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

13
15 Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020 HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD JOMBANG TAHUN 2019 Maria Magdalena Anabanu1 1 , Istiadah Fatmawati2 1 , Gempi Tri Sumbini2 2 123 STIKES Husada Jombang Email : [email protected] ABSTRAK Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia di RSUD Jombang tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan pendekatan retrospectif. Populasi semua bayi dengan asfiksia sebanyak 41 responden. Sampel penelitian ini berjumlah 41 responden. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan cara tehnik total sampling, variabel independennya persalinan prematur dan variabel dependentnya kejadian asfiksia, untuk mengetahui hubungan antara variabel digunakan uji korelasi Spearman dengan instrumen menggunakan rekam medik. Dari hasil penelitian lebih dari setengah responden dengan persalinan sangat preterm sebanyak 25 responden (61%) dan hampir setengah responden mengalami asfiksia ringan sebanyak 17 responden (41,5%). Dari analisa statistik dengan menggunakan uji statistik Spearman sebesar 0.001, dengan peluang ralat kesalahan sebesar 0.001 dimana ρ < α (0.05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu dengan cara mengunjungi dokter dan bidan sejak awal diketahui hamil dapat mengurangi risiko kelahiran prematur. Pemeriksaan ke dokter obgyn bisa membantu mencegah kelahiran prematur sehingga nantinya bayi yang dilahirkan ibu tidak mengalami asfiksia. Kata kunci : Persalinan Prematur, Asfiksia PENDAHULUAN Usia kehamilan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung selama 37-42 minggu. Disebut kelahiran preterm apabila bayi lahir sebelum 37 minggu kehamilan dan disebut kelahiran postterm apabila bayi lahir setelah 42 minggu kehamilan (Damanik, 2010). Persalinan prematur adalah persalinan sebelum kehamilan memasuki pekan ke-37 atau ke-38. Persalinan prematur meningkatkan kemungkinan komplikasi medis bagi bayi, terutama

Transcript of HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

Page 1: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

15

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN

KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD JOMBANG

TAHUN 2019

Maria Magdalena Anabanu11, Istiadah Fatmawati21, Gempi Tri Sumbini22

123STIKES Husada Jombang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang

dari 37 minggu (antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500

gram. Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan persalinan prematur

dengan kejadian asfiksia di RSUD Jombang tahun 2019.

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan

pendekatan retrospectif. Populasi semua bayi dengan asfiksia sebanyak 41

responden. Sampel penelitian ini berjumlah 41 responden. Sampling yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan cara tehnik total sampling, variabel

independennya persalinan prematur dan variabel dependentnya kejadian asfiksia,

untuk mengetahui hubungan antara variabel digunakan uji korelasi Spearman

dengan instrumen menggunakan rekam medik.

Dari hasil penelitian lebih dari setengah responden dengan persalinan

sangat preterm sebanyak 25 responden (61%) dan hampir setengah responden

mengalami asfiksia ringan sebanyak 17 responden (41,5%). Dari analisa statistik

dengan menggunakan uji statistik Spearman sebesar 0.001, dengan peluang ralat

kesalahan sebesar 0.001 dimana ρ < α (0.05). Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan persalinan prematur dengan kejadian

asfiksia.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu dengan cara

mengunjungi dokter dan bidan sejak awal diketahui hamil dapat mengurangi

risiko kelahiran prematur. Pemeriksaan ke dokter obgyn bisa membantu

mencegah kelahiran prematur sehingga nantinya bayi yang dilahirkan ibu tidak

mengalami asfiksia.

Kata kunci : Persalinan Prematur, Asfiksia

PENDAHULUAN

Usia kehamilan merupakan salah satu

faktor penting bagi kelangsungan

hidup janin dan kualitas hidupnya.

Umumnya kehamilan disebut cukup

bulan bila berlangsung selama 37-42

minggu. Disebut kelahiran preterm

apabila bayi lahir sebelum 37 minggu

kehamilan dan disebut kelahiran

postterm apabila bayi lahir setelah 42

minggu kehamilan (Damanik, 2010).

Persalinan prematur adalah persalinan

sebelum kehamilan memasuki pekan

ke-37 atau ke-38. Persalinan prematur

meningkatkan kemungkinan

komplikasi medis bagi bayi, terutama

Page 2: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

16

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

masalah pernafasan. Asfiksia bayi

baru lahir didefinisikan sebagai

kegagalan untuk memulai bernafas

secara teratur setelah dilahirkan.

Asfiksia bayi baru lahir adalah

emergensi neonatal yang akan

mengarah pada hipoksia (kekurangan

suplay oksigen ke otak dan jaringan).

Kejadian asfiksia sesuai dengan nilai

APGAR yaitu asfiksia ringan (7-10),

asfiksia sedang (4-6) dan asfiksia

berat (0-3). (Mochtar, 2010).

Menurut laporan World Health

Organization (WHO) tahun 2017,

setiap tahun kematian bayi baru lahir

dan neonatal di dunia mencapai 37%

dari semua kematian pada anak balita.

Setiap hari 8000 bayi baru lahir di

dunia meninggal dari penyebab yang

tidak dapat dicegah. Mayoritas dari

semua kematian bayi sekitar 75%

terjadi pada minggu pertama

kehidupan dan 25% sampai 45%

kematian tersebut terjadi dalam 24

jam pertama kehidupan

seorang bayi. Penyebab utama

kematian bayi baru lahir di dunia

antara lain BBLR 29%, sepsis dan

pneumonia 25% dan asfiksia 23%.

Asfiksia menempati penyebab

kematian bayi ke 3 di dunia dalam

periode awal kehidupan. (WHO,

2018). Di Indonesia angka kejadian

kehamilan lewat waktu kira-kira 10%,

bervariasi antara 10,4 – 12 % apabila

diambil batas waktu 42 minggu dan

3,4 – 4 % apabila diambil batas waktu

43 minggu. Istilah lewat bulan (post

date) digunakan karena tidak

menyatakan secara langsung

pemahaman mengenai lama

kehamilan dan maturitas janin.

Kematian BBL di Indonesia terutama

disebabkan oleh prematur (32%),

asfiksia (30%), infeksi (22%),

kelainan kongenital (7%), lain-lain

(9%). (Depkes RI, 2018). Di Jawa

Timur (sumber BPS Jatim) pada

tahun 2018 AKB 23 per 1.000

kelahiran hidup angka dari BPS Prov.

AKB Jatim sampai dengan tahun

2015 masih di atas target MDG’s.

(Profil Kesehatan Jatim, 2017).

Kesepakatan global Millennium

Development Goals (MDGs)

menargetkan AKI di Indonesia tahun

2015 dapat diturunkan menjadi 102

per 100.000 kelahiran hidup, karena

tidak mencapai target maka pada 25

September 2015 di Markas Besar

PBB, para pemimpin 193 negara

anggota PBB mengadopsi Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

sebagai agenda pembangunan global

Page 3: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

17

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

yang baru untuk periode 2016-2030.

PBB kini menetapkan target

mengurangi angka kematian ibu

global hingga kurang dari 70 per 100

ribu kelahiran pada 2030. (WHO,

2017). Angka kematian bayi di

Jombang pada tahun 2018 sebanyak

205 bayi dari 19.815 kelahiran hidup,

atau dengan kata lain angka kematian

bayi sebesar 10,35/1.000 kelahiran

hidup (Profil Kesehatan Kabupaten

Jombang, 2018).

Potensi kelahiran prematur pada

ibu hamil bisa meningkat karena

beberapa faktor yang meningkatkan

risiko kelahiran prematur seperti

sering merokok baik sebelum maupun

saat hamil, kekurangan atau kelebihan

berat badan sebelum hamil, persiapan

kehamilan yang kurang baik atau

kurang nutrisi, gangguan kesehatan

seperti tekanan darah tinggi dan

diabetes, mengonsumsi alkohol atau

menggunakan narkoba selama masa

kehamilan, mengandung bayi kembar

dua, tiga, atau kelipatannya, jeda

kehamilan yang sangat singkat dari

kehamilan sebelumnya, pernah

melahirkan prematur, keguguran, atau

melakukan aborsi, stres akibat banyak

pikiran, memiliki masalah pada

rahim, serviks, atau plasenta,

mengalami infeksi cairan ketuban

atau sistem reproduksi dan kehamilan

melalui vitro fertilization (pembuahan

di luar rahim). Gejala-gejala bayi

lahir secara prematur bisa dirasakan

oleh sang ibu. Bayi prematur

mempunyai risiko komplikasi

penyakit lebih besar dibanding

dengan bayi normal. Berdasarkan

dampaknya pada bayi, komplikasi

terdiri dari dua jenis, yaitu :

komplikasi jangka panjang adalah

lumpuh otak (gangguan gerak, bentuk

otot, dan postur badan), gangguan

keterampilan kognitif, gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran,

masalah pada gigi, gangguan

psikologis, sampai yang paling parah

adalah sindrom kematian bayi

mendadak. Komplikasi jangka pendek

adalah bayi prematur yang mengalami

sejumlah gangguan pada organ tubuh

seperti jantung, otak, darah, serta

gangguan sistem pernapasan, sistem

pencernaan, sistem metabolisme,

kekebalan tubuh, dan kesulitan

mengendalikan suhu tubuh. Bayi

prematur juga berpotensi mengalami

penyakit kuning karena organ hati

yang belum matang. (Prawirohardjo,

2014; 56)

Page 4: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

18

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

Penanganan pada kelahiran

prematur dibagi dua, yaitu

penanganan sebelum bayi lahir dan

penanganan setelah bayi lahir. Jika

pasien mengalami kontraksi terjadi

lebih awal saat hendak melahirkan,

dokter akan memberikan obat

(biasanya jenis tokolitik) untuk

menghentikan kontraksi dan

meredakan rasa sakit yang dirasakan.

Dokter juga akan memberikan

suntikan steroid untuk mengurangi

risiko komplikasi pada bayi yang

lahir prematur. Jika upaya

penanganan dini ini sudah dilakukan

tapi kelahiran prematur tak

terhindarkan, dokter akan

memberikan penanganan khusus

terhadap bayi prematur yang baru

lahir di ruangan neonatal intensive

care unit rumah sakit (NICU) selama

jangka waktu tertentu. Untuk

menyempurnakan perawatan terhadap

bayi yang lahir prematur, umumnya

dokter akan memberikan rancangan

pedoman perawatan dan kontrol

kesehatan di rumah sampai kondisi

sang bayi benar-benar sehat, terbebas

dari penyakit, bisa tumbuh normal,

dan berkembang dengan baik. Untuk

menangani bayi di rumah sakit

dengan pemberian oksigen seminimal

mungkin dan kecukupannya dipantau

dengan pemasangan alat "Pulse

Oxymetry" di daerah tangan atau kaki.

Kadar oksigen dipertahankan dalam

batas aman antara 88-92%, sehingga

komplikasi negatif diharapkan tidak

terjadi. Pada umur kehamilan 34

minggu atau umur kronologis / aktual

2-4 minggu, bayi akan

dikonsultasikan ke bagian mata untuk

deteksi dini ROP (Retinopathy of

prematurity). Jika ditemukan

masalah, dokter mata akan

melanjutkan pemantauan tiap 1-2

minggu sekali, sampai retina bayi

menjadi matur. Pembuluh darah di

otak bayi yang prematur ekstrim

(yaitu pada masa kehamilan < 28

minggu atau BBL < 1000 gr)

sangatlah rapuh dan dapat pecah

secara spontan, untuk bayi-bayi ini,

akan dilakukan skrining USG kepala

antara usia 3-7 hari, jika ada kelainan,

pemeriksaan ulang dilakukan tiap 1-2

minggu sekali. Ketidak matangan

otak, membuat bayi "lupa" untuk

bernapas. Jika berulang dan

berlangsung > 20 detik, disebut

dengan Apnea of prematurity. Bayi

akan diberikan obat untuk

merangsang pusat pernapasannya

seperti caffein atau aminophylline,

Page 5: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

19

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

kadang diperlukan juga alat bantu

napas seperti NCPAP atau High flow

nasal canule untuk menjaga supaya

bayi tetap bernapas (Prawirohardjo,

2014; 60)

Dari fenomena di atas tersebut

maka perlu diteliti lebih lanjut tentang

Hubungan Persalinan Prematur

Dengan Kejadian Asfiksia di RSUD

Jombang tahun 2019.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah obser-

vasi non eksperimen dengan ran-cang

bangun korelasional atau survey

analitik. Pendekatan yang digunakan

adalah retrospectif yaitu :

mempelajari dinamika korelasi

dengan cara pendekatan, observasi

atau pengumpulan data dimana

variabel independentnya diukur

waktu lampau dan dependentanya

diukur saat ini (Notoadmodjo, 2011).

Penelitian ini tidak ada kon-trol dan

tidak ada internal validitas dan

hasilnya berupa observasi.

Variabel independen adalah

merupakan variabel yang mem-

pengaruhi atau yang sebab peru-

bahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiono, 2011).

Variabel independen (X) dalam

penelitian ini bukan sebagai vari-abel

murni akan tetapi berdiri sebagai

perlakuan yaitu persalinan prematur

Variabel dependen adalah vari-

abel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiono, 2011).

Variabel dependen (Y) dalam

penelitian ini adalah kejadian asfik-

sia

Analisis data yang digunakan

untuk menguji perbedaan antara

kedua variabel tersebut adalah

menggunakan uji Chi-Square

Populasi dalam penelitian ini

adalah semua bayi dengan asfiksia di

RSUD Jombang pada bulan Januari

s/d Mei 2019 sebanyak 41 responden

Sampel yang diambil adalah

semua bayi dengan asfiksia di RSUD

Jombang pada bulan Januari s/d Mei

2019 sebanyak 41 responden

Penelitian ini dilakukan di RSUD

Jombang dan dilaksanakan pada

bulan Juni 2019.

Instrument pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah lembar

tabulasi, menggunakan buku rekam

medik.

Page 6: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

20

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

HASIL PENELITIAN

Distribusi responden berdasarkan

persalinan prematur di RSUD

Jombang

Berdasarkan diagram,

menunjukkan bahwa dari 41 ibu

bersalin lebih dari setengah responden

dengan persalinan sangat preterm

sebanyak 25 responden (61%) dan

sebagian kecil responden dengan

persalinan preterm sebanyak 6

responden (14,6%).

Distribusi responden berdasarkan

kejadian asfiksia di RSUD

Jombang

Berdasarkan diagram,

menunjukkan bahwa dari 41 ibu

bersalin hampir setengah responden

mengalami asfiksia ringan sebanyak

18 responden (43,9%) dan sebagian

kecil responden mengalami asfiksia

berat sebanyak 10 responden (24,4%).

Tabulasi silang antara persalinan

prematur dengan kejadian asfiksia

di RSUD Jombang

Persalinan

prematur

Kejadian asfiksia Total

Ringan Sedang Berat

F % F % F % F %

Persalinan

preterm

3 50 2 33,3 1 16,7 6 100

Persalinan

sangat

preterm

15 60 8 32 2 8 25 100

Persalinan

ekstrem

preterm

0 0 3 30 7 70 10 100

Total 18 43,9 13 31,7 10 24,4 41 100

Berdasarkan tabel, menunjukkan

bahwa dari 6 responden dengan

kehamilan preterm cenderung

mengalami asfiksia ringan sebanyak 3

responden (50%), 25 responden

dengan persalinan sangat preterm

cenderung mengalami asfiksia ringan

sebanyak 15 responden (60%) dan 10

responden dengan persalinan ekstrem

preterm cenderung mengalami

asfiksia berat sebanyak 7 responden

(70%).

Analisa Data Usia Kehamilan

Dengan Kejadian Bayi Asfiksia

Nilai

Korelas

i

-

valu

e

Keteranga

n

0,490 0,001 0,0

5 H0 ditolak

Persalinan

preterm, 6

Persalinan

sangat prete…

Persalinan

ekstrem …

Asfiksia

ringan, 18

Asfiksia

sedang, 13

Asfiksia

berat, 10

Page 7: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

21

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

Dari hasil uji statistik dapat dilihat

p value = 0,001 dimana p value < α

(0,05). Dari hasil hitung p value =

0,001 < α = 0,05 maka H1 diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan persalinan prematur

dengan kejadian asfiksia di RSUD

Jombang tahun 2019

Kemudian untuk mengetahui

interpretasi hubungan adalah dengan

membandingkan antara hasil nilai

korelasi Spearman Rank dengan tabel

interpretasi terhadap koefisien

korelasi (Dahlan, 2012). Nilai

korelasi Spearman Rank 0,490

menurut tabel interpretasi adalah

termasuk dalam rentang antara 0,400

– 0,599 yaitu interpretasi sedang.

PEMBAHASAN

Persalinan Prematur

Berdasarkan diagram, menunjukkan

bahwa dari 41 ibu bersalin lebih dari

setengah responden dengan

persalinan sangat preterm sebanyak

25 responden (61%) dan sebagian

kecil responden dengan persalinan

preterm sebanyak 6 responden

(14,6%).

Hasil penelitian di atas

menunjukkan bahwa terdapat

kesesuaian antara teori dan kasus. Hal

ini dapat diuraikan pada teori yang

menyampaikan bahwa umur di bawah

20 tahun dan di atas 35 tahun

merupakan usia yang dianggap resiko

dalam masa kehamilan. Kehamilan

usia kurang dari 20 tahun panggul dan

rahim masih kecil dan alat reproduksi

yang belum matang. Pada usia di atas

35 tahun, kematangan organ

reproduksi mengalami penurunan

dibandingkan pada saat umur 20-35

tahun. Hal ini dapat mengakibatkan

timbulnya masalah – masalah

kesehatan pada saat persalinan dan

beresiko terjadinya cacat bawaan

janin serta BBLR. Pada kasus yang

sudah diteliti menunjukkan bahwa

jumlah usia ibu < 20 tahun sebanyak

2 orang (4,9%), usia 20-35 tahun

sebanyak 28 orang (68,3%) dan usia

> 35 tahun sebanyak 11 orang

(26,8%), dari ketiga kriteria umur

responden terdapat lebih dari

setengah responden dengan

persalinan sangat preterm sebanyak

25 responden (61%) dan sebagian

kecil responden dengan persalinan

preterm sebanyak 6 responden

(14,6%).. Hasil penelitian uraian di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

usia responden dapat menunjukkan

kesesuaian yang dapat mempengaruhi

Page 8: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

22

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

kehamilan. Hal ini karena wanita

yang dinikahkan pada usia terlalu

muda, misal umur 13-15 tahun maka

perkembangan rongga panggul belum

maksimal. Perkembangan rongga

panggul baru maksimal setelah titik

pertumbuhan tinggi badan telah

terhenti (antara 18 s/d 22 tahun).

Akibatnya kehamilan pada usia muda

akan lebih berisiko dengan penyulit

pada waktu persalinan, bayi yang

akan lahir nantinya lebih sulit

melewati diameter rongga panggul

ibu yang belum maksimal. Usia

terlalu tua pada kehamilan juga

berisiko dengan penyulit pada saat

persalinan, seperti pendarahan. Selain

itu faktor penyebab persalinan

prematur yaitu faktor Iatrogenik

(indikasi medis pada ibu/ janin),

faktor maternal (umur, paritas,

trauma, riwayat prematur

sebelumnya, plasenta previa,

inkompetensi serviks, infeksi intra-

amnion, hidramnion, hipertensi,

malnutrisi), faktor Janin (gemelli,

janin mati, kelainan kongenital) dan

faktor perilaku (merokok, minum

alkohol). (Sujiyatini, 2014)

Untuk mencegah kehamilan

preterm diharapkan penyuluhan dan

konseling oleh tenaga kesehatan

kepada ibu hamil terutama ibu hamil

dengan usia kehamilan berisiko,

paritas primipara atau grande

multipara, memiliki riwayat

persalinan preterm sebelumnya, ibu

hamil dengan komplikasi kehamilan,

serta ibu hamil dengan tingkat

pendidikan rendah agar melakukan

kunjungan antenatal care sesuai

program pemerintah agar kelainan

ataupun komplikasi dalam kehamilan

dapat terdeteksi lebih awal. Langkah

pencegahan utama kelahiran prematur

adalah dengan menjaga kesehatan,

sebelum dan selama masa kehamilan.

Upaya ini dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu lakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin,

menjalani diet sehat sebelum hamil,

hindari paparan bahan kimia dan

substansi berbahaya, konsumsi

suplemen kalsium,

mempertimbangkan jarak kehamilan

dan menggunakan pesarium (cervical

pessary)

Kejadian Asfiksia

Berdasarkan diagram, menunjukkan

bahwa dari 41 ibu bersalin hampir

setengah responden mengalami

asfiksia ringan sebanyak 18

responden (43,9%) dan sebagian kecil

Page 9: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

23

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

responden mengalami asfiksia berat

sebanyak 10 responden (24,4%).

Berdasarkan hasil penelitian

gambaran kejadian asfiksia pada bayi

baru lahir yang tidak mengalami

asfiksia sebanyak 1 bayi, asfiksia

ringan sebanyak 17 bayi, asfiksia

sedang sebanyak 13 bayi dan asfiksia

berat sebanyak 10 bayi. Faktor

terjadinya asfiksia di RSUD Jombang

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

lama persalinan, berat badan lahir

rendah (BBLR), lilitan tali pusat, bayi

kembar (gemelli), usia kehamilan

(premature dan postmature), kelainan

presentasi dan kelainan kongenital.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

teori tentang penyebab terjadinya

asfiksia karena faktor-faktor yang

dapat menyebabkan asfiksia bayi baru

lahir seperti tingkat pendidikan

rendah, jenis persalinan dengan

komplikasi, persalinan lama, usia

kehamilan terlalu muda, berat badan

lahir rendah, kehamilan ganda, dll.

Hal tersebut sangat berpengaruh

terhadap terjadinya asfiksia pada bayi

baru lahir. Selain itu ketuban pecah

dini dapat mempengaruhi asfiksia

karena terjadinya oligohidramnion

yang menekan tali pusat sehingga tali

pusat mengalami penyempitan dan

aliran darah yang membawa oksigen

ibu ke bayi terhambat sehingga

menimbulkan asfiksia atau hipoksia.

Terdapat hubungan antara terjadinya

gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air

ketuban janin semakin gawat kondisi

janin. Penyebab asfiksia dapat dilihat

melalui beberapa faktor risiko, yaitu

faktor ibu, janin, dan faktor plasenta.

Faktor ibu diantaranya adalah air

ketuban ibu yang beresiko seperti

ketuban pecah dini, oligohidramnion,

polihidramnion dan air ketuban yang

bercampur darah dan mekonium juga

menjadi faktor risiko terjadinya

asfiksia pada bayi (Kosim, 2014).

Komplikasi yang muncul pada

asfiksia neonatus antara lain : Edema

otak & Perdarahan otak, anuria atau

oliguria, kejang dan koma.

Komplikasi pada berbagai organ

yakni meliputi : otak, jantung dan

paru, gastrointestinal, ginjal dan

hematologi. Pencegahan yang

komprehensif dimulai dari masa

kehamilan, persalinan dan beberapa

saat setelah persalinan. Pencegahan

berupa : Melakukan pemeriksaan

antenatal rutin minimal 4 kali

kunjungan, Melakukan rujukan ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang

Page 10: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

24

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

lebih lengkap pada kehamilan yang

diduga berisiko bayinya lahir dengan

asfiksia. Memberikan terapi

kortikosteroid antenatal untuk

persalinan pada usia kehamilan

kurang dari 37 minggu. Melakukan

pemantauan yang baik terhadap

kesejahteraan janin dan deteksi dini

terhadap tanda-tanda asfiksia fetal

selama persalinan dengan

kardiotokografi. Meningkatkan

ketrampilan tenaga obstetri dalam

penanganan asfiksia di masing-

masing tingkat pelayanan kesehatan.

Meningkatkan kerjasama tenaga

obstetri dalam pemantauan dan

penanganan persalinan serta

melakukan Perawatan Neonatal

Esensial yang terdiri dari : Persalinan

yang bersih dan aman, Stabilisasi

suhu, Inisiasi pernapasan spontan,

Inisiasi menyusu dini dan Pencegahan

infeksi serta pemberian imunisasi.

Hubungan Persalinan Prematur

Dengan Kejadian Asfiksia

Berdasarkan tabel , menunjukkan

bahwa dari 6 responden dengan

kehamilan preterm cenderung

mengalami asfiksia ringan sebanyak 3

responden (50%), 25 responden

dengan persalinan sangat preterm

cenderung mengalami asfiksia ringan

sebanyak 15 responden (60%) dan 10

responden dengan persalinan ekstrem

preterm cenderung mengalami

asfiksia berat sebanyak 7 responden

(70%).. Dari hasil uji statistik dapat

dilihat p value = 0,001 dimana p

value < α (0,05). Dari hasil hitung p

value = 0,001 < α = 0,05 maka H1

diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan persalinan

prematur dengan kejadian asfiksia di

RSUD Jombang tahun 2019.

Kemudian untuk mengetahui

interpretasi hubungan adalah dengan

membandingkan antara hasil nilai

korelasi Spearman Rank dengan tabel

interpretasi terhadap koefisien

korelasi (Dahlan, 2012). Nilai

korelasi Spearman Rank 0,490

menurut tabel interpretasi adalah

termasuk dalam rentang antara 0,400

– 0,599 yaitu interpretasi sedang.

Hasil penelitian yang disebutkan

diatas menunjukkan adanya

kesesuaiaan antara teori dan kasus di

lapangan. Hal ini dapat diuraikan

bahwa hampir seluruh responden

yang melahirkan bayi asfiksia adalah

melahirkan dengan usia kehamilan

preterm. Selain itu pada kehamilan

aterm dan terjadi asfiksia ini

disebabkan banyak faktor yang dapat

Page 11: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

25

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

mempengaruhi asfiksia seperti adanya

kelainan pada janin itu sendiri,

penyakit yang diderita oleh ibu yaitu

usia kehamilan, pre eklampsia,

perdarahan, partus lama, demam.

Dengan lahirnya bayi asfiksia maka

sangat mempengaruhi psikologis ibu

post partum. Selain itu perawatan

bayi dengan asfiksia membutuhkan

dana yang cukup banyak dan

kemungkinan kecacatan hingga

kematian cukup tinggi. Dari

penelitian yang sudah dilakukan

dengan dilakukan hasil uji statistik

dengan mengetahui uji Spearman

Rank pada usia kehamilan dengan

kejadian asfiksia didapatkan nilai

0,001 dengan tingkat kemaknaan α <

0,001 ini berarti dapat ditarik

kesimpulan bahwa H0 ditolak, H1

diterima yang berarti ada hubungan

persalinan prematur dengan kejadian

asfiksia.

Untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas pada kelahiran prematur

diperlukan tindakan resusitasi dengan

menggunakan peralatan resusitasi

dengan benar pada bayi baru lahir.

Pada bayi prematur mempunyai

beberapa karakteristik yang menjadi

tantangan dalam resusitasi neonatus.

Beberapa karakteristik tersebut adalah

terdapat kekurangan surfaktan pada

paru-paru sehingga menimbulkan

kesulitan pada saat membran

ventilasi, kulit yang tipis dan

kurangya jaringan lemak kulit

sehingga memudahkan bayi

kehilangan panas, bayi seringkali

lahir disertai infeksi serta pembuluh

darah otak sangat rapuh sehingga

mudah menyebabkan perdarahan pada

keadaan stress. Sehingga perawat,

bidan dan dokter disarankan untuk

melakukan upaya pencegahan

terjadinya asfiksia khususnya pada

bayi lahir prematur dengan cara

memberikan konseling dan dukungan

kepada ibu untuk menyusui bayinya

8-12 kali/hari dalam beberapa hari

pertama kehidupannya serta

meningkatkan kewaspadaan terhadap

faktor risiko terjadinya asfiksia

dengan pemantauan secara rutin

pengembangan asfiksia.

PENUTUP

Kesimpulan

Persalinan prematur di RSUD

Jombang tahun 2019 bahwa lebih dari

setengah 25 responden (61%) dengan

persalinan sangat preterm.

Kejadian asfiksia di RSUD

Jombang tahun 2019 bahwa hampir

Page 12: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

26

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

setengah 18 responden (43,9%)

mengalami asfiksia ringan.

Ada hubungan persalinan prematur

dengan kejadian asfiksia di RSUD

Jombang tahun 2019, hal ini

dibuktikan dengan hasil analsis

Spearman Rank mendapatkan hasil p

value = 0.001 < α = 0.05.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilaksanakan adapun saran yang dapat

disampaikan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

Bagi Peneliti

Perlunya penelitian lebih lanjut

tentang penyebab terjadinya asfiksia.

Tidak hanya meneliti hubungan

persalinan prematur dengan kejadian

asfiksia tetapi dapat juga meneliti

faktor lain yang mempengaruhi

asfiksia.

Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai tambahan pustaka

STIKES Husada Jombang tentang

kebidanan patologi.

Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan pengetahuan RSUD

Jombang di bidang kesehatan.

Bagi Klien

Sebagai wawasan ibu hamil

tentang bahaya asfiksia sehingga

dapat secara dini mencegah dengan

cara kontrol minimal 4x ke bidan.

Bagi Peneliti Lain

Sebagai masukan atau bahan

pertimbangan bagi penelitian

selanjutnya mengenai faktor lain yang

berhubungan dengan asfiksia pada

bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Asrining, Surasmi. (2013). Perawatan

Bayi Resiko Tinggi. Jakarta :

EGC

Bakhtiar (2014). Tatalaksana Bayi

Baru Lahir Yang Mengalami

Sindrom Aspirasi Mekoneum.

Batubara JRL. (2010). Sari Pediatri.

Jakarta : Departemen Ilmu

Kesehatan Anak

FKUI/RSCM.

Chrisna, Hendarwati (2010).

Assosiasi Tingkat Kekentalan,

Adanya Sterkobilin Dan

Bilirubin Pada Air Ketuban

Keruh Dengan Terjadinya

Sindrom Aspirasi Mekonium

di RSUP dr. Kariadi

Semarang.

Damanik, S. M. (2010). Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta : Ikatan

Dokter Anak Indonesia.

Depkes RI. (2017). Profil Kesehatan

Indonesia. Jakarta : Depkes

RI.

Dinkes Jawa Timur. (2017). Profil

Kesehatan Provinsi Jawa

Timur. Surabaya: Dinkes

Jatim

Hidayat. Aziz Alimul A (2010).

Pengantar Kebutuhan Dasar

Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan.

Page 13: HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN …

27

Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 1 : September 2020

Jakarta : Salemba Medika

M. Sholeh Kosim (2014). Infeksi

Neonatal Akibat Air Ketuban

Keruh

Manuaba, IBG. (2012). Ilmu

Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2.

Jakarta : EGC

Muslihatun, Wafi Nur. (2011).

Asuhan Neonatus Bayi dan

Balita. Yogyakarta :

Fitramaya

Notoatmodjo, Soekidjo. (2011).

Promosi Kesehatan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta

Nursalam. (2014). Konsep Dan

Penerapan Metodologi

Penelitian Keperawatan.

Jakarta : Info Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu

Kebidanan. Jakarta : PT Bina

Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Rekam Medik RSUD Jombang,

(2018)

Stoppard, Miriam. (2010). Panduan

Mempersiapkan Kehamilan

dan Kelahiran. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung : Alfabeta

Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu

Bedah Kebidanan. Jakarta :

PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

World Health Organization (2017).

Managing Newborn Problems

: A Guide For Doctors,

Nurses, And Midwifes. Jakarta

: EGC