Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa...

36
A. PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var.capitata L. ) merupakan jenis sayuran yang populer di Indonesia. Kubis pada umumnya dapat tumbuh di dataran tinggi. Jenis komoditas ini terkenal dengan ciri bentuknya yang khas yaitu bulat agak lonjong dengan warna hijau muda dan secara keseluruhan terdiri dari daun yang berbentuk sangat rapat. Wilayah dataran tinggi yang menjadi pusat dari budidaya kubis ini diantaranya yaitu terdapat di daerah Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur serta Irian Jaya. Berdasarkan taksonomi nya, komoditas kubis tergolong pada divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, famili Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica oleracea. Keberadaan kubis telah dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) serta merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan oleh masyarakat Yunani Kuno. Kubis 1

description

Tata Niaga Pertanian

Transcript of Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa...

Page 1: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kubis (Brassica oleracea var.capitata L.) merupakan jenis sayuran

yang populer di Indonesia. Kubis pada umumnya dapat tumbuh di dataran

tinggi. Jenis komoditas ini terkenal dengan ciri bentuknya yang khas yaitu

bulat agak lonjong dengan warna hijau muda dan secara keseluruhan terdiri

dari daun yang berbentuk sangat rapat. Wilayah dataran tinggi yang menjadi

pusat dari budidaya kubis ini diantaranya yaitu terdapat di daerah Dieng,

Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga,

Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan

dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur serta

Irian Jaya.

Berdasarkan taksonomi nya, komoditas kubis tergolong pada divisi

Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, klas Dicotyledonae, famili

Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica oleracea. Keberadaan kubis telah

dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) serta merupakan tanaman

yang dipuja dan dimuliakan oleh masyarakat Yunani Kuno. Kubis yang

dibudidayakan di Indonesia sendiri terdiri dari dua tipe, yaitu tipe semusim

dan tipe dua musim.

Kubis tergolong jenis sayuran yang diminati oleh konsumen karena

harga dari kubis tergolong murah serta dapat disajikan menjadi berbagai jenis

masakan yang tentunya memiliki nilai kandungan gizi yang tinggi. Manfaat

mengkonsumsi kubis jika kita memakan 25-30 gram kubis secara mentah-

mentah sebagai lalapan atau jika direbus, memiliki dampak yan baik bagi

tubuh. Kandungan zat aktifnya, sulforafan dan histidine dapat menghambat

pertumbuhan tumor, mencegah kanker kolon dan rektun, detoksikasi senyawa

kimia berbahaya, seperti kobalt, nikel dan tembaga yang berlebihan di dalam

tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan kanker.

1

Page 2: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Kandungan asam amino dalam sulfurnya juga berkhasiat menurunkan kadar

kolesterol yang tinggi, penenang saraf dan membangkitkan semangat.

Kubis juga memiliki manfaat lain jika digunakan pada pemakaian luar.

Kubis dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit, luka/nyeri di

kulit baik karena digigit serangga atau bahkan karena kasus kebakaran,

jerawat, pecah kulit, bisul, infeksi, dan bengkak ringan. Kubis juga dapat

menjadi obat pada gatal akibat jamur candida (candidiasis), jamur dikulit

kepala, tangan dan kaki, kadar kolesterol darah tinggi, radang sendi (artritis),

melindungi tubuh dari sinar radiasi seperti sinar x-ray,

komputer, microwave dan televisi berwarna. Manfaat selanjutnya yaitu

sebagai antidote pada mabuk alkohol (hangover), racun di hati,

menghilangkan keluhan prahaid (premenstrual sindrom), meningkatkan

produksi ASI, mencegah tumor membesar, mencegah kanker kolon dan

rektum, serta borok (ulcus) pada saluran cerna, dan sulit buang air besar

(sembelit).

Kubis memiliki manfaat yang sangat besar sekali dalam kelangsungan

kehidupan manusia sehingga besarnya produksi kubis menjadi harus

diperhatikan. Perkembangan produksi kubis di Indonesia dari tahun 2009 ke

2010 yakni sebesar 1.358.113 ton dan 1.385.044 ton. Mengalami peningkatan

sebesar 26.931 ton atau sebesar 1,98%. Jumlah produksi kubis di wilayah

Jawa Tengah sendiri pada tahun 2009 sebesar 348,616 ton, lalu pada tahun

2010 sebesar 383,686 ton, dan pada tahun 2011 sebesar 384,685 ton. Jumlah

produksi kubis ini terus mengalami peningkatan setiap tahun nya

(Sumber BPS). Potensi yang demikian menjadi salah satu faktor pentingnya

komoditas kubis untuk terus dikembangkan.

Beberapa kendala utama dalam proses usaha tani kubis yaitu pada

keberadaan fungsi fisik dalam menjalani proses pemasarannya. Kubis

tergolong jenis komoditas yang memiliki sifat bulky, yakni volume besar

namun harga yang dipasarkan kecil dan berbanding terbalik dari besarnya

2

Page 3: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

volume kubis tersebut. Kubis juga merupakan jenis komoditas yang bersifat

musiman, segar dan mudah rusak. Kaitannya dengan fungsi fisik di sini

dibedakan menjadi tiga yaitu fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan

fungsi pengolahan. Fungsi fisik menjadi sorotan yang harus dipahami dalam

menjalani saluran pemasaran kubis karena jika fungsi fisik ini tidak dipahami

maka akan sangat mungkin komoditas kubis ini akan sampai pada konsumen

dengan keadaan yang sudah tidak baik dan nantinya akan berpengaruh pada

perubahan harga dari kubis tersebut.

2. Permasalahan

1. Bagaimana ciri umum dari produksi pertanian?

2. Bagaimana fungsi penyimpanan dalam komoditas kubis?

3. Bagaimana fungsi pengangkutan dalam komoditas kubis?

4. Bagaimana fungsi pengolahan dalam komoditas kubis?

5. Bagaimana saluran pemasaran dalam komoditas kubis?

3. Tujuan

1. Mengetahui ciri umum dari produksi pertanian.

2. Mengetahui fungsi penyimpanan dalam komoditas kubis.

3. Mengetahui fungsi pengangkutan dalam komoditas kubis.

4. Mengetahui fungsi pengolahan dalam komoditas kubis.

5. Mengetahui saluran pemasaran dalam komoditas kubis.

3

Page 4: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tinjauan Teoritis

Kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, termasuk

Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi-

fungsi pemasaran, seperti pembelian, sorting atau grading, penyimpanan,

pengangkutan, dan pengolahan, sering tidak berjalan seperti yang diharapkan,

sehingga efisiensi pemasaran memang terbatas, sementara ketrampilan

mempraktekan unsur-unsur manajemen juga demikian. Lemahnya

manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku

pasar dalam menekan biaya pemasaran (Soekartawi, 2002).

Ciri-ciri dari produksi pertanian diantaranya yaitu :

a. Produk pertanian adalah musiman

Artinya tiap macam produk pertanian tidak mungkin tersedia setiap saat

bila tanpa diikuti dengan manajemen stok yang baik.

b. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak

Artinya tiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam

keadaan segar (masih basah), sehingga tidak dapat disimpan dalam

waktu yang relatif lama. Kalau saja diinginkan penyimpanan dalam

waktu yang relatif lama, maka diperlukan perlakuan tambahan, misalnya

pengeringan atau perlakuan pasca panen.

c. Produk pertanian bersifat “bulky”

Artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil. Akibatnya ialah

dalam proses pengelolaannya diperlukan tempat yang luas. Ini artinya

perlu biaya penyimpanan atau perawatan yang lain dalam jumlah yang

relatif besar.

d. Produk pertanian tidak selalu mudah didistribusikan ke lain tempat

Artinya dimaksudkan agar bila produksi tersebut terserang hama dan

penyakit, maka diharapkan tidak terjadi penularan. Di samping itu, untuk

4

Page 5: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

mendistribusikan dalam waktu yang relatif singkat, memerlukan biaya

yang besar mengingat sifat produksi pertanian “bulky”.

e. Produk pertanian bersifat lokal atau kondisional

Artinya tidak semua produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi,

melainkan berasal dari berbagai tempat. Misalnya, tanaman apel dapat

tumbuh di dataran tinggi dan tidak dapat tumbuh baik di dataran rendah.

Sebaliknya, tanaman ketela rambat baik ditanam di dataran rendah

daripada di dataran tinggi.

(Soekartawi, 2002).

Salah satu dari pendekatan pemasaran yang penting untuk dipahami

oleh para produsen maupun distributor adalah pendekatan serba fungsi.

Pendekatan ini dibedakan menjadi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi

penunjang. Fungsi pertukaran dibagi menjadi pembelian dan penjualan.

Fungsi fisik membahas mengenai pola perpindahan barang-barang secara

fisik dari produsen sampai ke konsumen. Fungsi fisik ini dibagi menjadi tiga

fungsi yaitu fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi

pengolahan. Fungsi penunjang dibagi menjadi fungsi pembiayaan,

penanggungan resiko, grading dan standarisasi, informasi pasar

(Swastha, 1979).

Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode

panen dan periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan

untuk produk- produk pertanian, yaitu produk bersifat musiman, adanya

permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun. Alasan ke

tiga yakni perlunya waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke

konsumen, dan perlunya stok persediaan untuk musim berikutnya

(Mubyarto, 1998).

Fungsi penyimpanan ini menciptakan faedah atau kegunaan waktu

karena melakukan penyesuaian antara penawaran dengan permintaannya.

Khususnya untuk barang-barang yang sifatnya mudah rusak perlu tempat

5

Page 6: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

penyimpanan khusus, seperti buah-buahan, sayur-sayuran perlu disimpan

dalam ruangan pendingin. Penyimpanan memungkinkan bagi penjual untuk

mengatur pemasaran sampai kondisi pasar menguntungkan. Penyimpanan

dapat dilakukan dengan menggunakan gudang (tempat penyimpanan) sendiri

atau menyewa gudang umum (Swastha, 1979).

Fungsi pengangkutan mempunyai peranan yang sangat vital dalam

kehidupan manusia, terutama sekali dalam dunia perniagaan, hasil

perkebunan, pertanian, peternakan, dan sebagainya akan sampai ke pasar

atau tempat-tempat dimana ia menjual kembali dagangannya apabila ada

pengangkutan. Barang-barang hasil produksi dari suatu perusahaan tidak

akan sampai dan dapat dinikmati oleh konsumen tanpa adanya

pengangkutan. Peranan pengangkutan dalam dunia perniagaan bersifat

mutlak, sebab nilai suatu barang itu tidak hanya tergantung dari barang itu

sendiri tetapi juga tergantung pada tempat di mana barang itu berada

(Anonim, 2009).

Fungsi pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari

tempat barang dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan. Pengangkutan

yang baik memungkinkan perluasan pasar dan memungkinkan pula

spesialisasi dalam industri yang akan berakibat produksi secara besar-

besaran. Kemajuan dalam pengangkutan telah meningkatkan macam ragam

barang yang tersedia untuk konsumsi, serta telah mengurangi biaya

penyebaran barang, sehingga distribusi barang dapat dilakukan lebih cepat

(Swastha, 1979).

Fungsi pengolahan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas barang

baik dalam rangka memperkuat daya tahan barang (prosesing minimal)

maupun meningkatkan nilainya. Kegiatan pengolahan memberikan kegunaan

bentuk baik menambah maupun menciptakan utility. Selanjutnya

mengakibatkan jumlah dan jenis konsumen akan bertambah banyak. Fungsi

pengolahan bertujuan meningkatkan kualitas barang baik dalam rangka

6

Page 7: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

memperkuat daya tahan barang maupun meningkatkan nilai dan

menciptakan kegunaan bentuk (Anonim, 2010).

Sistem Pemasaran yaitu suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan

mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan

mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Permana, 2010). Sedangkan

definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing

Management Analysis, Planning, and Control, mengartikan pemasaran

secara lebih luas, yaitu pemasaran adalah suatu proses sosial, di mana

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan

mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai

dengan individu dan kelompok lainnya.

Perantara pemasaran produk bermacam-macam dan biasanya

bertingkat. Tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah yang

biasanya ditangani oleh perusahaan sendiri, kemudian ada agen tunggal yang

mencakup daerah pemasaran yang lebih kecil. Selanjutnya, disusul oleh

pedagang biasa yang menjual tidak hanya satu produk perusahaan. Di tingkat

ini biasanya produk sudah sampai ke konsumen akhir tetapi ada juga yang

disalurkan ke tingkat yang lebih kecil lagi seperti warung–warung yang

kemudian bisa dipakai langsung oleh konsumen akhir. Selain perantara

distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun tidak melakukan

penjualan langsung, namun punya andil dalam menyampaikan barang ke

konsumen yaitu fasilitator seperti agen iklan, distributor, bank dan lain –lain.

Saluran pemasaran adalah salah satu yang menentukan keputusan pemasaran

yang lainnya seperti dalam hal penetapan harga produk (pricing). Ketika

perusahaan memilih memasarkan produknya secara terbatas, pasti harganya

pun tinggi karena adanya nilai eksklusifitas (Hartas, 2011).

7

Page 8: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

2. Hasil Kajian Literatur / Pengumpulan Data Lapang

Jawa Tengah merupakan wilayah yang paling berpotensial dalam

pengembangan komoditas kubis. Keberadaan wilayahnya sangat sesuai

dengan kondisi suhu dan tempat dalam pengembangan kubis. Wilayah-

wilayah tersebut seperti daerah Banjarnegara, Wonosobo dan magelang.

Kubis yang dibudidayakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis

semusim (annual type) yakni tipe kubis yang dapat tumbuh, berkrop,

berbunga dan berbiji di daerah tropis pada umumnya dan Indonesia pada

khususnya, tanpa memerlukan periode pendinginan terlebih dahulu. Jenis

kedua yaitu jenis dwi musim (biennial type) yakni dapat tumbuh di daerah

tropis namun tidak dapat berbunga secara alami karena tidak adanya musim

dingin panjang untuk merangsang pembungaannya. Jenis dwi musim inilah

yang banyak diminta konsumen karena kropnya keras/padat, tidak rapuk dan

tidak renyah seperti kubis semusim. Namun pengembangan dari sisi

pemuliaan dan produksi benihnya terkendala oleh ketidak-mampuan jenis

kubis ini untuk berbunga (Departemen Pertanian, 2004).

Gambar 2.1 Keberadaan Komoditas Kubis di Jawa Tengah

8

Page 9: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Komoditas kubis biasanya dikonsumsi sebagai sayuran atau bahan

campuran masakan yang dapat direbus atau dimakan mentah (lalapan).

Dapat juga dijadikan obat untuk beberapa penyakit. Tidak semua wilayah di

Pulau Jawa dapat dikembangkan usaha kubis. Dapat dilihat pada data dari

Badan Pusat Statistik mengenai produksi kubis di masing-masing provinsi di

Pulau Jawa. Berikut data mengenai luas panen dan produksi kubis di Jawa

Tengah :

Tabel 2.1 Luas Panen dan Produksi Kubis di Pulau Jawa

Provinsi

2009 2010 2011Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Jawa Barat 13.604 298.332 12.811 286.647 12.063 270.780

Jawa Tengah

18.843 348.616 20.843 383.686   20.731 384.685

Jawa Timur 10.748 197.985 9.993 181.344   8.972 182.007

Yogyakarta 4 70 0 0      6 23

Sumber : BPS

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa provinsi Jawa Tengah

menempati posisi pertama dalam luas panen dan produksi kubis per

tahunnya. Tahun 2009 luas panen 18.843 Ha dan produksi 348.616 ton.

Tahun 2010 luas panen 20.843 dan produksi 383.686 ton. Tahun 2011 luas

panen 20.731 Ha dan luas panen 384.685 ton. Sehingga sangat jelas bahwa

pengembangan komoditas kubis sangat sesuai bila dikembangkan di Jawa

Tengah.

Kubis memiliki bentuk fisik yang cukup besar dan sangat

membutuhkan tempat lebih besar jika akan dilakukan proses distribusi ke

berbagai wilayah yang akan didistribusikan. Berdasarkan data sekunder yang

diperoleh, harga normal kubis berkisar Rp1.000-Rp1.500 per kilogram di

tingkat petani. Dilihat dari ciri produk pertanian maka kubis bersifat bulky,

9

Page 10: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

yaitu memiliki volume besar namun harga jual relatif rendah. Hal demikian

menjadi salah satu permasalah dalam proses pemasaran kubis.

Sifat lain dari komoditas kubis ini adalah bersifat segar dan mudah

rusak. Kubis merupakan salah satu bagian dari jenis sayuran di Indonesia

sehingga salah satu sifatnya yaitu mudah rusak. Perlu adanya penyimpanan

yang baik dalam komoditas kubis agar kubis tetap dalam kondisi segar dan

harga jual tidak semakin menurun.

Berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha tani kubis di Jawa Tengah

setelah memasuki fase pasca panen adalah proses penyimpanan yaitu setelah

kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat penampungan atau gudang

penyimpanan yang teduh untuk dilakukan sortasi dan grading. Penyimpanan

terbaik di ruang gelap pada temperatur 20oC, kelembaban 75-85% atau

kamar dingin dengan temperatur 4,4oC dengan kelembaban 85-95%. Pada

ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.

Penyimpanan di gudang sudah harus tersedia rak-rak bertingkat, keadaan

lingkungan gudang cukup lembab, sirkulasi udaranya baik, dan suhu

udaranya relatif rendah. Lebih ideal lagi bila di tempat penampungan

tersedia fasilitas gudang khusus yang bersuhu dingin ± 0oC dan

kelembabannya 90% atau disebut “Cold storage”.

10

Page 11: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Gambar 2.2 Kegiatan Panen Kubis di Wilayah Jawa Tengah

Gambar 2.3 Kegiatan Panen Kubis di Wonosobo, Jawa Tengah

Kegiatan penyimpanan dapat bersifat sementara, jangka pendek, dan

jangka panjang. Penyimpanan bersifat sementara diperlukan segera. Tujuan

penyimpanan jangka menengah akan mengendalikan melimpahnya

komoditas ke pasar tanpa terlalu banyak menimbulkan kemunduran mutu.

Kegiatan ini dapat berlangsung dari 1-6 minggu, tergantung pada

keperluannya. Kegiatan penyimpanan jangka panjang terutama dipengaruhi

oleh faktor-faktor ekonomi. Komoditas-komoditas itu disimpan pada waktu

produksi puncaknya dan secara berkesinambung dipasarkan selama waktu-

waktu yang tersisa dalam tahun itu, yang memungkinkan para produsen dan

penjual dapat memperoleh harga yang cukup tinggi. Keberhasilan

penyimpanan akan diperoleh dengan adanya produk yang baik, suhu dan

kelembaban yang layak, stadia panen dan kematangan yang tepat serta bebas

dari penyakit dan kerusakan (Thompson dan Kelly, 1976).

Penyimpanan kubis disusun di atas rak-rak 1-2 lapis krop, dan tidak

bertumpuk terlalu tinggi. Khusus untuk yang akan dikirim dengan jarak jauh

(ekspor), selama di gudang penyimpanan harus dilakukan pelumuran

pangkal krop dengan larutan kapur tohor (50%-100%), larutan tawas (30%)

11

Page 12: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

atau silikagel (100%) untuk mencegah kemungkinan penyakit busuk lunak.

Dalam penyimpanannya, harus dihindari penyimpanan bersama dengan buah

apel atau pear, karena kedua jenis buah tersebut mengeluarkan etilen yang

berefek buruk terhadap kubis. Tata cara dalam melumuri pangkal krop

adalah mula-mula dibuatkan larutan bahan yang ada (kapur tohor, tawas,

silikagel) pada persentase yang dianjurkan, kemudian pangkal krop kubis

dipotong sedikit dan beberapa helai daun luar dibuang, selanjutnya larutan

tadi dioleskan pada pangkal krop tersebut. Kubis yang telah dioleskan

selanjutnya disimpan kembali di rak-rak penyimpanan agar bahan luka pada

pangkal krop cepat kering. Bila pangkal krop kering berarti sudah siap untuk

dikemas.

Gambar 2.4 Penyimpanan Kubis dengan Rak-Rak Susun

Proses selanjutnya setelah penyimpanan yaitu proses pengemasan

sebelum dilakukan proses pengangkutan. Cara pengemasan yang dilakukan

oleh produsen kubis di Jawa Tengah pada umumnya diletakkan di wadah

seperti peti kayu, keranjang bambu, karung plastik, atau keranjang plastik.

Proses pengemasan untuk kubis yang akan didistribusi ke wilayah yang

cukup jauh dan membutuhkan waktu berhari-hari yaitu dengan cara :

12

Page 13: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

1. Membungkus krop kubis satu per satu dengan kertas Koran beberapa

lapis.

2. Memasukkan krop yang tadi dan menyusun dalam karung jala plastik

berisi rata-rata 5-8 kg/karung.

3. Selanjutnya kubis siap diangkut menggunakan truk atau kapal sampai ke

tujuan yang dikehendaki.

Gambar 2.5 Pangkal Kubis yang Telah Diolesi Larutan

Tata cara pengemasan untuk wilayah pemasaran yang tidak terlalu

jauh dapat dilakukan dengan memasukkan kubis ke keranjang anyaman

bambu berukuran 60x50x50 cm. Cara pengemasannya yaitu dimulai dari

pangkal krop disusun pada lapisan terbawah, agar pangkal kropnya

menghadap ke bawah. Selanjutnya lapisan pinggir disusun dengan arah

pangkal krop menghadap ke luar. Bagian tengah nya diisi dan dipadatkan

secara hati-hati sampai penuh, kemudian wadah pengemas diikat dengan tali,

dan kubis siap diangkut ke sasaran pasar.

13

Page 14: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Gambar 2.6 Penyimpanan Kubis dengan Menggunakan Keranjang

Proses selanjutnya setelah pengemasan yaitu pengangkutan. Kubis

yang sudah dikemas sedemikian rupa maka siap untuk dilakukan proses

pengangkutan. Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam

penanganan, penyimpanan, dan distribusi sayur-sayuran. Pengangkutan hasil

dimulai dari kebun ke tempat pengumpulan. Dari tempat pengumpulan

dilakukan pengangkutan hasil oleh para pengecer, tengkulak, pedagang

besar, pengeskpor dan pengimpor, pusaat-pusat pengemasan, tempat-tempat

penyimpanan, tempat-tempat pengiriman dan tempat pembongkaran atau

pasar.

Setiap konsumen selalu menginginkan komoditas yang akan dibelinya

dalam keadaan segar dan tidak rusak. Kubis yang baru dipanen dari

pertanaman harus diperlakukan dengan wajar untuk mencegah kerusakan

ataupun kehilangan hasil. Pengangkutan kubis pada umumnya diangkut

dengan truk tanpa menggunakan pengepakan.

Kubis dimasukkan ke dalam truk dengan cara satu per satu, kemudian

pembongkaran di pasar juga dilakukan satu per satu. Perlakuan seperti ini

menimbulkan banyak kerugian terhadap komoditas yakni kerusakan

14

Page 15: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

mekanis, kurangnya kebersihan, timbulnya panas dan kelembaban yang

semakin meningkat pada timbunan kubis sehingga mempercepat terjadinya

pembusukan. Selain itu akan menyulitkan perhitungan jumlah komoditas,

timbulnya kehilangan hasil karena pencurian selama pengangkutan dan

bongkar muat. Khususnya untuk kubis yang akan di ekspor maka

membutuhkan pengangkutan yang sesuai. Data dari Global Rate System

(GTS) 2010 menyatakan bahwa ekspor kubis Indonesia ke wilayah Malaysia

dan Singapura berada pada peringkat ke 2 :

Tabel 2.2 Volume Ekspor Kubis Beberapa Negara ke MalaysiaNegara Asal Tahun 2009

China 63%

Indonesia 21%

Thailand 15%

Netherland 1%

Sumber : Global Rate System (GTS) 2010

Tabel 2.3 Volume Ekspor Kubis Beberapa Negara ke SingapuraNegara Asal Tahun 2009China 71%

Indonesia 18%

Malaysia 8%

Thailand 1%

Vietnam 1%

Sumber : Global Rate System (GTS) 2010

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa kubis di

Indonesia cukup diminati oleh pasar Internasional namun jumlahnya

memang masih tergolong kecil jika dibanding oleh China. Salah satu yang

harus diperbaiki dalam kelanjutan ekspor kubis yaitu pada proses

pengangkutan. Pengangkutan yang baik yaitu yang menggunakan sistem

pengangkutan terpadu. Sistem pengangkutan terpadu yaitu yang menerapkan

15

Page 16: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

informasi dari berbagai bidang ilmu, seperti bidang biokimia, fisiologi

hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan,

dan perekayasaan.

Gambar 2.7 Proses Pengemasan Kubis Sebelum dilakukan Proses Penyimpanan

Gambar 2.8 Proses Pengangkutan Kubis di Jawa Tengah

16

Page 17: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Gambar 2.9 Proses Pengangkutan Kubis Menuju Pasar Tradisional

Proses pengolahan juga menjadi suatu hal yang harus diperhatikan

oleh para produsen serta saluran pemasaran kubis agar kualitas kubis

tersebut dapat lebih meningkat dalam rangka memperkuat daya tahan kubis

maupun meningkatkan nilai. Fungsi dari pengolahan disini juga dapat

menciptakan kegunaan bentuk.

Umumnya petani kubis di Jawa Tengah melakukan panen kubis

dengan mengikut sertakan daun luar kubis yang berwarna kehijauan untuk

dipasarkan. Cara demikian merupakan salah satu contoh sederhana dalam

melakukan pengolahan. Namun pedagang kurang menghendaki adanya daun

kubis yang diikut sertakan, karena akan menimbulkan limbah yang cukup

banyak.

Penanganan limbah kubis sampai saat ini belum banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia, sedangkan cara-cara penanganan yang lain untuk

kubis-kubisan telah banyak dilakukan yaitu dengan cara pengawetan.

Pengawetan adalah suatu usaha untuk membuat bahan makanan menjadi

tahan lama. Salah satu cara pengawetan yang dapat diterapkan oleh

komoditas kubis yaitu dengan fermentasi. Fermentasi merupakan suatu

17

Page 18: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

proses biokimia yang menghasilkan energi di mana komponen organik

bertindak sebagai penerima elektron. Beberapa contoh makanan yang

diproduksi melalui fermentasi dalam komoditas kubis adalah fermentasi

asam laktat dengan produk-produknya antara lain sayur asin, sayur asam

(sauerkraut), dan kimchi (kimchee).

Setelah mengetahui pentingnya fungsi fisik dalam komoditas kubis

maka dengan demikian akan dapat ditentukan strategi pemasaran yang sesuai

untuk kubis di wilayah Jawa Tengah. Produk hasil panen kubis dari petani

produsen ke konsumen akhir akan melalui suatu mata rantai pemasaran.

Lokasi produsen kubis yang jauh dari konsumen maka akan sangat sulit

untuk terjadinya transaksi langsung antara petani produsen dan konsumen

akhir. Pada kenyataannya beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam

proses distribusi kubis, tergantung atas tipe pemasarannya.

Strategi pemasaran kubis secara umum dapat melalui beberapa tipe

rantai pemasaran, yaitu seperti :

Saluran I : Petani produsen Pengecer Konsumen.

Saluran II : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pengecer

Konsumen

Saluran III : Petani produsen Pedagang pengumpul Pedagang besar

Pengecer Konsumen

Saluran IV : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pedagang

pengumpul Pedagang besar Pengecer Konsumen

Saluran pemasaran I dan II merupakan saluran pemasaran lokal yaitu

pemasaran di pasar-pasar lokal yang ada di daerah pusat produksi atau untuk

memenuhi permintaan konsumen sekitar daerah produksi. Saluran III dan IV

merupakan saluran antar daerah yaitu saluran pemasaran untuk memenuhi

permintaan konsumen di luar daerah produksi. Semakin panjang saluran

pemasaran juga menimbulkan semakin tingginya marjin pemasaran. Hal

demikian dapat merugikan petani produsen karena harga awal kubis yang

18

Page 19: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

rendah namun sampai di tangan konsumen akhir dengan harga yang cukup

tinggi. Perbedaan harga kubis di setiap saluran pemasaran disebabkan juga

oleh keadaan cuaca yang semakin tidak menentu sehingga terkadang sangat

menggangu proses budidaya kubis di Jawa Tengah.

Saluran pemasaran lain yang termasuk efektif juga yaitu dengan

mendistribusikan langsung ke supermarket-supermarket besar dan juga ke

restoran-restoran yang menggunakan kubis dalam menu makanannya.

Pemasaran ke supermarket juga dapat mengurangi proses perusakan kubis

akibat dari pergesekan pada proses pengangkutan. Kubis yang sudah masuk

ke supermarket maka akan dimasukan ke freezer atau kulkas pendingin

sehingga kubis tidak rusak atau tidak cepat busuk. Kubis yang

didistribusikan langsung ke restoran-restoran juga akan memperkecil resiko

kerusakaan pada kubis karena sesampainya di restoran maka kubis-kubis

tersebut akan langsung diolah menjadi menu-menu makanan dari restoran

tersebut.

19

Page 20: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

C. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Jawa Tengah merupakan wilayah yang paling berpotensial dalam

pengembangan komoditas kubis.

b. Keberadaan wilayahnya sangat sesuai dengan kondisi suhu dan tempat dalam

pengembangan kubis. Wilayah-wilayah tersebut seperti daerah Banjarnegara,

Wonosobo dan magelang.

c. Kubis bersifat bulky, yaitu memiliki volume besar namun harga jual relatif

rendah. Hal demikian menjadi salah satu permasalah dalam proses pemasaran

kubis.

d. Perlu adanya penyimpanan yang baik dalam komoditas kubis agar kubis tetap

dalam kondisi segar dan harga jual tidak semakin menurun.

e. Berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha tani kubis di Jawa Tengah

setelah memasuki fase pasca panen adalah proses penyimpanan yaitu setelah

kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat penampungan atau gudang

penyimpanan yang teduh untuk dilakukan sortasi dan grading.

f. Penyimpanan terbaik di ruang gelap pada temperatur 20oC, kelembaban 75-

85% atau kamar dingin dengan temperatur 4,4oC dengan kelembaban 85-95%.

Pada ruangan-ruangan tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.

g. Proses selanjutnya yaitu pengangkutan. Pengangkutan yang baik yaitu yang

menggunakan sistem pengangkutan terpadu.

h. Sistem pengangkutan terpadu yaitu yang menerapkan informasi dari berbagai

bidang ilmu, seperti bidang biokimia, fisiologi hortikultura, patologi,

pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan.

20

Page 21: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

i. Cara pengolahan paling sederhana dalam komoditas kubis umumnya petani

kubis di Jawa Tengah melakukan panen kubis dengan mengikut sertakan daun

luar kubis yang berwarna kehijauan untuk dipasarkan.

j. Pengolahan lainnya yaitu dengan fermentasi. Fermentasi merupakan suatu

proses biokimia yang menghasilkan energi di mana komponen organik

bertindak sebagai penerima elektron.

k. Strategi pemasaran kubis secara umum dapat melalui 4 jenis tipe rantai

pemasaran, yaitu :

Saluran I : Petani produsen Pengecer Konsumen.

Saluran II : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pengecer

Konsumen

Saluran III : Petani produsen Pedagang pengumpul Pedagang besar

Pengecer Konsumen

Saluran IV : Petani produsen Tengkulak/Pedagang desa Pedagang

pengumpul Pedagang besar Pengecer Konsumen

l. Saluran pemasaran I dan II merupakan saluran pemasaran lokal yaitu

pemasaran di pasar-pasar lokal yang ada di daerah pusat produksi atau untuk

memenuhi permintaan konsumen sekitar daerah produksi.

m. Saluran III dan IV merupakan saluran antar daerah yaitu saluran pemasaran

untuk memenuhi permintaan konsumen di luar daerah produksi.

n. Saluran pemasaran lain yang termasuk efektif juga yaitu dengan

mendistribusikan langsung ke supermarket-supermarket besar dan juga ke

restoran-restoran yang menggunakan kubis dalam menu makanannya.

2. Saran

Sebaiknya petani produsen kubis lebih memperhatikan lagi tentang fungsi

fisik dari komoditas kubis yakni mulai dari fungsi penyimpanan, fungsi

pengangkutan, serta fungsi pegolahan. Setelah memahami lebih lanjut mengenai

fungsi fisik dari komoditas kubis maka dapat ditentukan saluran pemasaran yang

sesuai agar nilai marjin pemasaran tidak terlalu tinggi.

21

Page 22: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Fungsi Pemasaran, Perantara dan Kolaborator. www.pemasarankokrepot.blogspot.com Diakses pada 24 Mei 2012 pukul 20.45.

Anonim, 2010. Pemasaran Produk Pertanian. www. blogs.unpad.ac.id Diakses pada 24 Mei 2012 pukul 20.30.

Hadi, Anggoro Permadi. Sastrosiswojo, Sudarwohadi. 1993. Kubis. Program Nasional, Lembang.

Hartas, Siffa. 2011. Saluran Pemasaran dan Manajemen Rantai Pasokan. www.blogsiffahartas.blogspot.com Diakses pada 26 Mei 2012 pukul 15.00.

Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian. 1998. LSPI. Jakarta

Permana, Erik. 2010. Sistem Pemasaran. www.erik-permana.blogspot.com Diakses pada 26 Mei pukul 14.00.

Permana, Lucky. 2010. Kubis Si Sayur Ajaib. www.cangkruk.com Diakses pada 25 Mei 2012 pukul 20.30.

Raymond, 2011. Strategi Pemasaran Tanaman Kubis. www.josephbokotei.blogspot.com Diakses pada 25 Mei 2012 pukul 21.00.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kubis. Kanisius, Yogyakarta.

Soekartawi, 2002. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sunarjono, Hendro. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Depok.

Swastha, Basu. 1979. Saluran Pemasaran. BPFE, Yogyakarta.

Thompson, K.F. 1976. Cabbages, kales etc. Brassica oleracea (Cru-ciferae), p. 49-52. In N.W. Simmonds (ed) : Evolution of Crop Plants. Longman. London and New York.

22

Page 23: Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran Pemasaran di Jawa Tengah

Hubungan Penyimpanan Serta Pengangkutan Kubis (Brassica oleracea) dalam Saluran

Pemasaran di Jawa Tengah

MATA KULIAH TATA NIAGA PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Indri Cahya Lestari (H0810064)

Kelas : Agribisnis B

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

23