HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

52
HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan IWAN SUKANDAR AK. 2.16.024 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018

Transcript of HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

Page 1: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

IWAN SUKANDAR

AK. 2.16.024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

i

Page 3: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

ii

Page 4: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

iii

Page 5: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

iv

Page 6: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

v

ABSTRAK

Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan tergantung pada fase

pre operasi, karena fase tersebut merupakan awal yang menjadi landasan untuk

kesuksesan tahap berikutnya. Tindakan pembedahan (operasi) SC merupakan

tindakan yang dapat menyebabkan ketegangan (cemas), sehingga perawat harus

membina hubungan saling percaya dengan pasien, dan diberikannya pemberian

informasi.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pemberian informasi

dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD

Soreang tahun 2018.

Rancangan penelitian yang digunakan deskriptif korelasional dengan

pendekatan cross-sectional. Populasinya semua pasien yang akan menjalani

operasi SC, dengan teknik sampel yang digunakan acidental sampling sehingga

jumlah responden sebanyak 35 orang. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety scale (ZSRAS). Analisis yang

digunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan : lebih dari setengahnya responden (66%)

mengatakan tidak mendapatkan informasi dan lebih dari setengahnya dari

responden (74%) termasuk dalam kategori mengalami tingkat kecemasan sedang.

Hasil perhitungan chi square (P-value 0,03), menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pemberian informasi dengan tingkat kecemasan. Berdasarkan

hasil penelitian perlu pemberian informasi terhadap pasien pre operasi sectio

caesarea dengan bahasa sesederhana mungkin.

Kata Kunci : Sectio Caesarea, Pemberian Informasi, Kecemasan

Daftar Pustaka : 34 (2003 – 2017). (26 buku, 8 Jurnal)

Page 7: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

vi

ABSTRACT

The success of the surgery as a whole depends on the preoperative phase,

because the phase is the beginning that is the basis for the success of the next

phase. Surgery (surgery) SC is an action that can cause tension (anxiety), so the

nurse must foster a relationship of mutual trust with the patient, and giving

information.

The study was to determine the relationship of information giving with

anxiety levels in patients with Sectio Caesarea (SC) surgery in RSUD Soreang

2018 th.

The research design used was descriptive correlational with a cross-

sectional approach. The population is all patients who will undergo SC surgery,

with the sample technique used accidentally sampling so that the number of

respondents is 35 people. Data collection techniques using the Zung Self-Rating

Anxiety scale (ZSRAS) questionnaire. The analysis used univariate and bivariate

with Chi-Square test.

The results showed: more than half of the respondents (66%) said they did

not get information and more than half of the respondents (74%) were included in

the category of experiencing moderate levels of anxiety. Chi square calculation

results (P-value 0.03), indicate that there is a relationship between giving

information to the level of anxiety. Based on the results of the study, it is

necessary to provide information to patients preoperative sectio caesarea with as

simple a language as possible.

Keywords: Caesarean section, Giving Information, Anxiety

Bibliography: 34 (2003 - 2017). (26 books, 8 journals)

Page 8: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia

dan hidayah-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Hubungan Pemberian Informasi

Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea (SC) di

RSUD Soreang Tahun 2018” dengan sebaik-baiknya. Serta sholawat dan salam

semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. H. Mulyana SH., M.Pd.,MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana.

2. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.

3. Yuyun Sarinengsih, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners STIKes

Bhakti Kencana Bandung sekaligus pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi

ini.

4. Sri Wulan., M.Kep, selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf dan karyawan STIKes Bhakti Kencana Bandung

6. Seluruh rekan sejawat, khususnya seluruh perawat yang berada di Rumah

Sakit Umum Daerah Soreang atas kerjasamanya dan bantuannya dalam

penyusunan Skripsi ini.

Page 9: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

viii

7. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Rekan-rekan seangkatan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala amal baik bapak/ibu/sdr/i diterima oleh Allah SWT, dan

diberikan balasan yang lebih baik oleh-Nya.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan kelemahan sehingga penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran

yang sifatnya membangun guna penulisan skripsi yang lebih baik.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

Page 10: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

ABSTRAK - ABSTRACT ............................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

2.1 Pemberian Informasi .................................................................... 10

2.2 Konsep Kecemasan/Anxietas ........................................................ 15

2.2.1 Pengertian ......................................................................... 15

Page 11: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

x

2.2.2 Tingkat Kecemasan .......................................................... 16

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kecemasan ........................... 17

2.2.4 Respon Fisiologis Terhadap Kecamasan ......................... 22

2.3 Sectio Caesarea (SC) ................................................................... 26

2.3.1 Pengertian Sectio Caesarea .............................................. 26

2.3.2 Indikasi Sectio Caesarea ................................................. 26

2.3.3 Jenis Sectio Caesarea ...................................................... 32

2.3.4 Resiko tindakan Sectio Caesarea .................................... 34

2.4 Hubungan Pemberian Informasi terhadap Tingkat

Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea ......................... 36

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 38

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 38

3.2 Paradigma Penelitian .................................................................... 38

3.3 Hipotesa Penelitian ...................................................................... 40

3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 41

3.5 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ................................... 42

3.6 Populasi dan Sampel penelitian .................................................... 43

3.6.1 Populasi ............................................................................ 43

3.6.2 Sampel .............................................................................. 43

Page 12: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

xi

3.7 Pengumpulan Data ....................................................................... 45

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 45

3.7.2 Instrumen Penelitian ......................................................... 45

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 47

3.8 Prosedur Penelitian ...................................................................... 49

3.9 Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 50

3.9.1 Teknik Pengolahan data ................................................... 50

3.8.2 Analisis Data..................................................................... 51

3.10 Etika Penelitian ............................................................................. 54

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 55

4.1 Karakteristik Responden ............................................................. 55

4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 56

4.3 Pembahasan ................................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 67

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 67

5.2 Saran .......................................................................................... 67

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 13: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Respon Fisiologis terhadap Kecemasan ...................................... 23

Tabel 2.2 Respon Perilaku, Kognitif dan Afekteif terhadap Kecemasan .... 24

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 42

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Sectio Caesara Berdasarkan Umur dan

Pendidikan di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Tahun

2018 ............................................................................................. 55

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemberian Informasi Pada Pasien

Pre Operasi SC di RSUD Soreang Bandung ............................... 56

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

SC di RSUD Soreang Bandung ................................................... 57

Tabel 4.4 Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan

Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesare di RSUD Soreang

Bandung ....................................................................................... 57

Page 14: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan .................................................. 18

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 37

Bagan 3.1 Kerangka pemikian ................................................................ 40

Page 15: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Surat Permohonan Menjadi Responden

Surat Persetujuan responden

Kuisioner Penelitian

Tabulasi Hasil Pengumpulan Data Penelitian

Output SPSS

Jadwal Kegiatan

Daftar Riwayat Hidup

Page 16: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses paling unik dalam kehidupan manusia,

semua wanita di dunia, pasti akan mengalami hal tersebut. Persalinan adalah

proses membuka dan menipisnya servik yang disertai menurunnya janin ke

luar dari jalan lahir (Sarwono, 2010). Persalinan dapat dilakukan baik secara

normal keluar pervagina dan ada juga yang melalui jalan lain, sehingga

proses persalinan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu

normal, vakum, forsep, dan seksio sesarea (Manuaba, 2009).

Seksio sesarea (SC) merupakan tindakan pembedahan obstetri,

pembedahan sendiri merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan

tehnik invasif dangan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

luka. (Susetyowati. Dkk, 2010). SC adalah tindakan pembedahan untuk

melahirkan janin melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus

(O`Neail et al.,2013 schuller & Surbek.,2014)

Menurut WHO tahun 2011 dilaporkan angka kejadian persalinan secara

seksio sesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di

Indonesia angka persalinan seksio sesarea sudah melewati batas standar

maksimal ketentuan WHO yaitu 5-15%. Dan dari penelitian Sumelung (2014)

mengatakan terjadi peningkatan persalinan seksio sesarea mulai dari tahun

Page 17: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

2

2011 yaitu sebanyak 31,90%, pada tahun 2012 sebesar 55,88% dan 66,47%

pada tahun 2013. Data dari hasil Riskesdas (Survey Kesehatan Dasar, 2013)

menunjukan bahwa kejadian persalinan dengan tindakan SC di Indonesia

mencapai 9,8 % dari jumlah persalinan, dengan proporsi tertinggi di DKI

Jakarta terdapat 19,9 %. Daerah Provinsi Jawa Barat berada diurutan ke-4

setelah Bali dan kejadian persalinan dengan tindakan SC di kabupaten

Bandung mencapai 9,2 % dari jumlah persalinan yang ada.

Operasi SC dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu mulai dari fase

pre operasi, fase operasi dan post operasi. Fase perawatan pre operasi SC

dimulai ketika keputusan intervensi bedah dibuat dan berakhir saat pasien

dikirim ke meja operasi (Kozier, 2011). Kesuksesan tindakan pembedahan

secara keseluruhan tergantung pada fase pre operasi, karena fase tersebut

merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahap berikutnya.

Kesalahan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.

Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis

dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu

operasi. (Zairi, 2012)

Persiapan psikologis pada pasien dengan melakukan komunikasi

dengan pasien dan keluarga dalam menjelaskan tindakan dan penanggulannya

dapat menurunkan kecemasan pasien dalam menghadapi prosedur operasi.

Komunikasi yang diberikan pada pre operasi secara jelas dan memberikan

kenyamanan akan menggantikan pemberian obat-obatan penenang (Barash,

2017) Penelitian yang telah dilakukan yaitu gambaran tingkat kecemasan ibu

Page 18: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

3

bersalin yang akan menghadapi sectio caesarea di Rumah Sakit Baptis Batu

dengan hasil ibu yang mengalami tingkat kecemasan ringan 17 %, sedang 75

%, berat 8 % (Yustina dkk, 2017). Hasil penelitian Sriningsih dan Afriani

(2014) mengatakan bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi pada

pembedahan seksio sesarea adalah pasien yang mengalami tingkat kecemasan

terbanyak yaitu pada tingkat kecemasan sedang 67,7%.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak

dapat diobservasi secara langsung serta suatu keadaan emosi tanpa objek

yang spesifik (Susilawati, 2010). Kecemasan diklasifikasikan menjadi 4

tingkatan, menurut Stuart dan Sundeen (2013) yaitu kecemasan ringan,

kecemasan sedang, kecemasan berat dan kecemasan berat sekali/panik.

Cemas menggambarkan keadaan kuatir, kegelisahan atau reaksi

ketakutan dan tidak tentram disertai dengan gangguan fisik. Hiperaktivasi

sistem otonom akan mempengaruhi sistem organ dengan gejala tertentu yaitu

hipertensi, takhikardi, nyeri kepala, diare dan palpitasi (Kaplan, 2010)

Kecemasan dapat dipengaruhi faktor-faktor antara lain jenis kelamin, umur,

dan tingkat pendidikan. (Herliana, 2010). Faktor lain yang mempengaruhi

kecemasan ibu akan menjalani persalinan diantaranya dukungan suami,

keluarga dan faktor ekonomi. Selain itu pengalaman dan pengetahuan dimana

ibu tidak mengetahui proses persalinan yang disebabkan kurangnya informasi

merupakan salah satu faktor terjadinya kecemasan. (Notoadmojo, 2016)

Kecemasan mempunyai efek pada pasien akan dampak negatif dengan

berupa berbagai macam komplikasi selama periode peri operatif yaitu

Page 19: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

4

masalah pada nyeri, meningkatnya resiko infeksi, mual muntah, lama waktu

pemulihan luka, waktu tinggal di Rumah Sakit setelah operasi menjadi

panjang. Semua ini disebabkan karena kecemasan pada periode pre operatif

(Gul Cakir, dkk. 2017)

Kemampuan perawat untuk mendengarkan secara aktif untuk pesan

baik verbal dan non verbal sangat penting untuk membangun hubungan saling

percaya dengan pasien dan keluarga, perawat kemudian dapat merencanakan

intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk mengurangi tingkat

kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil menghadapi stres

yang dihadapi selama periode perioperatif (Burke&Lemone, 2000). Agar

asuhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan dengan baik dan dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama klien, perawat harus selalu

membina hubungan saling percaya dengan pasien, dan selalu memberikan

informasi tentang perawatan klien. (Arwani, 2002)

Pemberian Informasi berdasarkan Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB)

di Indonesia, yaitu proses seorang subjek secara sukarela menegaskan

kemauannya untuk berpartisipasi dalam uji klinik, setelah mendapat

penjelasan mengenai seluruh aspek uji klinik yang relevan dengan keputusan

subjek untuk berpartisipasi (Setiabudy, 2001). Perawat sebagai komponen

penting dalam proses keperawatan dan orang yang terdekat dengan klien

diharapkan mampu memberikan informasi, melalui perkataan, perbuatan, atau

ekspresi yang memfasilitasi penyembuhan klien (Wahyu, 2006). Hal ini

sejalan dengan penelitian dalam Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 3, No. 2,

Page 20: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

5

Mei 2016 dengan judul Pelaksanaan Pemberian Informasi di Rumah Sakit

Umum Daerah Bangkinang (RSUD Bangkinang) menyebutkan bahwa

Pelaksanaan pemberian informasi di RSUD Bangkinang sudah ada, dimana

dimulai dari ruang perawatan rawat inap sampai dengan dokter memberikan

informasi sebelum melakukan tindakan medis atau operasi. (Haryani, dkk,

2016)

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Soreang

menunjukkan angka persalinan dengan normal adalah 1.494 pasien (57%) dan

angka persalinan dengan operasi section caesarea sebanyak 707 pasien (43%)

pada bulan Januari-Juli 2018..

Tindakan operasi atau pembedahan khususnya section caesarea

merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai

kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan pasien, maka

tak heran jika sering kali pasien dan keluarga menunjukkan sikap yang agak

berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan yang mereka alami

biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani

pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur

pembedahan dan tindakan pembiusan (Muslimah, 2010).

RSUD Soreang Kabupaten Bandung adalah salah satu Rumah Sakit

Daerah di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah

memiliki standar untuk melaksanakan pemberian informasi baik untuk pasien

non operasi atau operasi, berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti

lakukan dengan 5 pasien pre operasi section caesarea di RSUD Soreang

Page 21: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

6

Kabupaten Bandung mengemukakan 3 pasien, dimana pasien pertama

menunjukan rasa gelisah untuk masuk kamar operasi dan terbangun saat

operasi. Sedangkan pasien yang kedua mengalami ketakutan akan terjadi

pendarahan yang berlebihan disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan

respirasi dan khawatir terhadap keselamatan diri dan bayinya. Pasien yang

ketiga mengatakan bingung harus bertindak dan takut akan merasakan nyeri

saat operasi ditandai dengan akral dingin, mual, pusing dan jantung berdebar.

Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan

pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi SC.

Tingkat keberhasilan pembedahan sangat bergantung pada setiap tahapan

yang dialami diantaranya sebelum operasi dengan melakukan pemberian

informasi serta menjaga saling ketergantungan antara tim kesehatan yang

terkait (dokter bedah, dokter anastesi dan perawat disamping peranan pasien

yang kooperatif selama proses perioperatif (Muslimah, 2010). Di RSUD

Soreang Kabupaten Bandung pemberian informasi telah dilakukan sesuai

dengan SOP oleh perawat bedah dikamar operasi tetapi belum dilakukan

secara maximal sesuai dengan ilmu yang ada yaitu ilmu komunikasi

therapeutik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Soreang tersebut di atas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pemberian

informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea

(SC) di RSUD Soreang tahun 2018.

Page 22: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Hubungan

pemberian informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio

Caesarea (SC) di RSUD Soreang tahun 2018”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “hubungan

pemberian informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD Soreang tahun 2018”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pemberian informasi pada pasien pre

operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD Soreang tahun 2018

2. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

Sectio Caesarea (SC) di RSUD Soreang tahun 2018

3. Mengetahui hubungan pemberian informasi dengan tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD

Soreang tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktik sebagai

berikut :

Page 23: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

8

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan kontribusi

terhadap ilmu kesehatan di institusi pendidikan, khususnya

Keperawatan Keluarga, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Medikal

Bedah dan Keperawatan Maternitas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan atau sumber penelitian

dan bahan kajian selanjutnya dan dapat menjadi masukan bagi

perawat agar memperhatikan keadaan pasien baik secara fisik

maupun psikis dan memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga pasien tentang pentingnya pemberian informasi pada

pasien pre operasi Sectio Caesarea (SC) di Rumah Sakit Umum

Daerah Soreang Tahun 2018

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu dan teori

yang diperoleh dalam rangka menambah wawasan, salah satunya

untuk melihat hubungan pemberian informasi terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea (SC) di

Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Tahun 2018 dan secara

langsung dapat diaplikasikan pada praktek keperawatan di unit

perawatan bedah sentral RSUD Soreang.

Page 24: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

9

3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah yang dapat bermanfaat dan menambah literatur

kepustakaan serta bacaan bagi mahasiswa/i untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut terutama penelitian yang

berhubungan dengan hubungan pemberian informasi terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Sectio Caesarea (SC).

Page 25: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pemberian Informasi

Informasi (Informed) yaitu telah mendapatkan informasi dan consent

yaitu izin atau persetujuan. Pemberian informasi merupakan prosedur medis

yang diberikan sebelum dilakukan operasi pada pasien. Operasi tersebut

merupakan tindakan menggunakan peralatan medis yang dilakukan oleh ahli

bedah (Dorland, 2012).

Definisi Pemberian Informasi berdasarkan Cara Uji Klinik yang Baik

(CUKB) di Indonesia, yaitu proses seorang subjek secara sukarela

menegaskan kemauannya untuk berpartisipasi dalam uji klinik, setelah

mendapat penjelasan mengenai seluruh aspek uji klinik yang relevan dengan

keputusan subjek untuk berpartisipasi (Setiabudy, 2011). Pemberian

Informasi didokumentasi secara tertulis, ditandatangai dan diberi tanggal

(Sutanto et al, 2009).

Pemberian informasi kesehatan adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan dalam rangka memberikan informasi kesehatan terhadap masalah

kesehatan pasien yang belum diketahui oleh pasien dan keluarganya

,sedangkan hal tersebut perlu diketahui untuk membantu dan mendukung

penatalaksanaan medis serta melibatkan pasien dan keluarga dalam

penatalaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Rano, 2008)

Page 26: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

11

Informasi atau penjelasan mengenai tindakan medik yang akan

dilakukan terhadap pasien harus diberikan/dijelaskan oleh peneliti atau staf

uji klinis. Penjelasan harus dengan menggunakan bahasa yang dapat

dimengerti oleh pasien sehingga pasien mendapat gambaran jelas untuk

mengambil keputusan.

Ijin tertulis dari pasien harus tersedia untuk tiap pelaksanaan operasi

dan prosedur diagnostik yang besar. Surat ijin yang ditandatangani

melindungi pasien dari pelimpahan wewenang bedah dan melindungi ahli

bedah dan rumah sakit terhadap pengaduan bedah yang tidak disetai

wewenang atau pasien tidak menyadari resiko yang menyertai (Long, 1996).

Proses pemberian informasi diberikan oleh perawat, dokter maupun

petugas medis lain yang di beri wewenang untuk melakukan tindakan medis

maupun perawatan. Pasien berhak bertanya apabila informasi yang diberikan

dirasakan masih belum jelas, pasien berhak meminta pendapat ataupun

penjelasan dari semua rencana tindakan yang akan dilakukan dan berhak

menolak tindakan ataupun yang akan dilakukan terhadap dirinya (Rano,

2008)

Peran perawat sangat besar dalam hal ini, peraat berperan sebagai

advokat pasien, perawat memperkenalkan bahwa pasien dan dokter leah

membicarakan resiko, keuntungn, alternatif dari prosedur. Perawat

profesional memanfaatkan keterampilannya guna penyuluhan dan memeberi

penjelasan kepada paseian bila terjadi salah pengertian dan mendorong proses

membuat persetutujan dari pasien. Proses pemberian informasi bisa saja

Page 27: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

12

dilakukan oleh dokter apabila situasi pasien dalam kondisi gawat darurat.

Dalam kondisi ini tindkan yang dilakukan adalah tindkan untuk penyelamatan

pasien. Semua tindakan yang dilakukan tidak berarti kebal hukum karena bila

tindakan itu tidak sesuai standari pelayanan atua prosedur yang berlaku

disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi maka pasien atuapun keluarga

dapat mengajukan tuntutan hukum (Yuwono, 2015).

Sutanto et al (2009) menambahkan, consent atau persetujuan dapat

berbentuk lisan maupun tertulis.

1. Persetujuan tertulis terdapat dalam PerMenKes No.

585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI 319/PB/A.4/88

butir 3, intinya setiap tindakan medis yang mengandung risiko cukup

besar, mengharuskan persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien

memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta

risiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi pemberiana informasi),

2. Persetujuan lisan biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat

non-invasif dan tidak mengandung risiko tinggi yang diberikan oleh pihak

pasien,

3. Persetujuan dengan isyarat, misalnya pasien yang akan diperiksa tekanan

darahnya langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda persetujuan

terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

Pemberian informasi sering disalahartikan sebagai tanda tangan pasien

pada formulir. Tanda tangan pasien yang dibubuhkan pada formulir

persetujuan memang merupakan suatu bukti (proof) bahwa pasien telah

Page 28: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

13

memberikan persetujuannya, tetapi seringkali dikatakan belum merupakan

bukti dari persetujuan karena pasien belum tentu betulbetul telah mengerti

(valid consent) (Sutanto et al, 2009). Risiko yang mungkin timbul pada

tindakan harus diinformasikan kepada pasien, baik risiko yang dianggap tidak

penting atau sangat berbahaya serta risiko yang sangat jarang terjadi.

Informasi yang diberikan kepada pasien seringkali dikuatirkan berdampak

buruk pada pasien. Hal itu menjadi alasan seringnya informasi yang diberikan

dibatasi (Sutanto et al, 2009).

Informasi risiko yang diberikan kepada pasien dengan memaparkan

data statistik, tidak memberikan arti yang penting bagi pasien. Informasi akan

lebih mudah dipahami pasien jika dihubungkan dengan sesuatu yang

mempunyai makna untuk pasien tersebut (Sutanto et al, 2009). Pemberian

pemberian informasi berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien preoperative. Pasien preoperative yang mengalami tingkat

kecemasan berat turun menjadi kecemasan sedang dan pasien preoperative

dengan tingkat kecemasan sedang turun menjadi kecemasan ringan (Arisandi

et al, 2014)

Tujuan pemberian informasi adalah agar pasien mendapat kesempatan

untuk berpartisipasi menentukan tindakan medis terhadap dirinya. Dari segi

hukum, pasien sebagai pengguna jasa medis mendapat perlindungan dari

segala tindakan medis tanpa sepengetahuannya. Bagi pelaksana medis,

pemberian informasi tersebut akan memberikan perlindungan terhadap

tuntutan yang tidak wajar dari pihak pasien (Sutanto et al, 2009).

Page 29: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

14

Komunikasi dua arah antara dokter dan pasien dalam pemberian

informasi, diharapkan mampu mengurangi kesalahpahaman pasien terhadap

tindakan medis. Guwandi (2003) menjelaskan tujuan dari Pemberian

informasi, yang diantaranya adalah : a. Memberikan perlindungan pasien

terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik

tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien.

b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan

bersifat negatif misalnya terhadap risk of treatment yang tak mungkin

dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan semaksimal mungkin dan

bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.

Fungsi Pemberian informasi, perkembangan ilmu kesehatan begitu

pesat, dan kondisi sosial masyarakat sudah semakin kritis dalam menuntut

hak pelayanan kesehatan, sehingga dunia kesehatan harus memiliki aturan

dan standart pelayanan yang profesional sesuai dengan aspek hukum yang

berlaku (Sutanto et al, 2009). Fungsi dari Pemberian informasi tersebut antara

lain (Guwandi, 2003): a. Promosi dari hak otonomi perorangan. b. Proteksi

dari pasien dan subjek. c. Mencegah terjadinya penipuan dan paksaan. d.

Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan

instropeksi terhadap diri sendiri (self secrunity). e. Promosi dari keputusan-

keputusan yang rasional. f. Keterlibatan masyarakat dalam memajukan

prinsip otonomi sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan

dalam penyelidikan biomedik.

Page 30: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

15

Bentuk Pemberian informasi Achadiat (2007) membagi bentuk

Pemberian informasi secara umum menjadi dua bentuk, yaitu : a. Yang

dinyatakan (expressed), secara tertulis (written) maupun secara lisan (oral). b.

Dianggaap diberikan, yakni yang dikenal sebagai implied or tacit consent.

Pemberian informasi itu sendiri menurut jenis tindakan atau tujuannya dibagi

tiga, yaitu (Suprapti, 2001) : a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien

diminta untuk menjadi subjek penelitian). b. Yang bertujuan untuk mencari

diagnosis. c. Yang bertujuan untuk terapi Pemberian informasi mempunyai

fungsi bagi petugas kesehatan, pasien dan masyarakat.

2.2 Konsep Kecemasan/Anxietas

2.2.1 Pengertian

Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya “Anxiety” berasal

dari bahasa Latin “Angustus” yang berarti kaku, dan “Ango,Anci”

yang berarti mencekik. Anxietas sangat berkaitan dengan perasaan

tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek

yang spesifik. Kondisi dialami secara objektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang

berbahaya. Anxietas adalah respon emosional terhadap penilaian

tersebut, kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan

hidup, tetapi tingkat anxietas yang parah tidak sejalan dengan

kehidupan (Stuart dan Sundeen,2003).

Page 31: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

16

Kecemasan merupakan istilah yang sangat akrab dengan

kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,

gelisah yang tidak menentu, takut, tidak tentram kadang-kadang

disertai berbagai keluhan fisik (DepKes RI,2000).

Menurut Freud (dalam Semium, 2006) menggambarkan dan

mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak

menyenangkan yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti

perubahan detak jantung dan pernafasan. Kecemasan melibatkan

persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi

fisiologis dengan kata lain kecemasan adalah situasi yang dianggap

berbahaya.

Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan,

deperesi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional (Clift,

2011)

2.2.2 Tingkat Kecemasan / Anxietas

Stuart & Sundeen (2007) menyatakan bahwa tingkatan kecemasan

terbagi menjadi 4 bagian yaitu :

a. Cemas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Page 32: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

17

b. Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Cemas berat

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain.

d. Cemas Panik

Cemas panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror Hal yang rinci terpecah dari proporsinya,

karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang raional. Tingkat cemas ini tidak

sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu

yang lama, dapat terjadi kelelaahan dan kematian..

Page 33: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

18

Bagan 2.1

Rentang Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: (Stuart&Sundeen,2017)

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Kecemasan dapat dipengaruhi faktor-faktor antara lain jenis

kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. (Herliana, 2010). Faktor lain

yang mempengaruhi kecemasan ibu akan menjalani persalinan

diantaranya dukungan suami, keluarga dan faktor ekonomi. Selain itu

pengalaman dan pengetahuan dimana ibu tidak mengetahui proses

persalinan yang disebabkan kurangnya informasi merupakan salah

satu faktor terjadinya kecemasan (Notoadmojo, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut

Stuart&Sundeen (2017) adalah sebagai berikut :

a. Umur

Ada yang berpendapat bahwa faktor umur muda lebih mudah

mengalami stress daripada yang berumur lebih tua, tetapi ada juga

yang berpendapat sebaliknya, usia muda biasanya mudah

mengalami cemas atau stress dikarenakan bertumpukanya

masalah yang mungkin sering dialami oleh seseorang pada usia

Page 34: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

19

muda. Walau umur sukar ditentukan karena sebagian besar pasien

melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang

dapat mereka ingat. Tapi sering kali kecemasan terjadi pada usia

20-40 tahun.

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui yang terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, penginderaan terjadi melaluui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan suatu domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. pengetahuan ibu

yang tidak mengetahui proses persalinan karena disebabkan

kurangnya informasi merupakan salah satu faktor terjadinya

kecemasan (Notoatmodjo, 2003)

c. Status Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan tentang prosedur pra

operasi yang mereka peroleh, adapun pendidikan dibagi menjadi

dua, yaitu :

1) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperolah

seseorang di rumah, di lingkungan sekolah dan di dalam

kelas.

Page 35: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

20

2) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adlah pendidikan yang mempunyai bentuk

atau organisasi tertentu.

Status pendidikan yang kurang pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami stress

dibanding dengan mereka yang status pendidikannya tinggi atau

lebih baik.

d. Status Ekonomi (pendapatan)

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli

seseorang untuk membeli suesuatu. Pendapatan merupakan factor

yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan

sehingga ada hubungan antara pendapatan dengan keadaan

kesehatan seseorang. Pendapatan yang meningkat tidak

merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan

seseorang menjadi memadai. Tingkat pendapatan akan

mempengaruhi pola kebiasaan dalam menjaga kesehatan dan

penanganan selanjutnya berperan dalam prioritas pemanfaatan

kesehatan berdasarkan kemampuan ekonomi atau pendapatan

pada suatu keluarga. Bagi mereka yang berpendapatan rendah

hanya mampu memenuhi kebutuhan kesehatan apa adanya,

apabila tingkat pendapatan baik, maka pemanfaatan kesehatan

mereka akan lebih baik.

Page 36: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

21

e. Potensi stressor

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehngga

orang itu perlu mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor

yang timbul sesuai dengan berat ringannya stress.

f. Maturasi/Kematangan

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan

kepribadian sehingga akan sukar mengalami gangguan terhadap

stres, sebab individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang

besar terhadap stressor yang timbul, sebaliknya individu yang

berkepribadian tidak matang yaitu yang tergantung pada peka

terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami

gangguan akibat stress.

g. Sosial Budaya

Cara hidup bermasyarakat juga sangat mempengaruhi pada

timbulnya stress, individu yang mempunyai cara hidup yang

sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas maka

pada umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga

keyakinan agama yang kuat akan jauh lebih sukar mengalami

stress dibanding mereka yang berkeyakinan agamanya lemah.

h. Tipe Kepribadian

Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan

perilaku yang berdeba serta mempunyai karakteristik yang

Page 37: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

22

menentukan gaya potensi individu dan mempengaruhi

interaksinya dengan lingkungan. Klasifikasi tife kepribadian :

1) Tife Introvert

Sikap introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman

subyektif, memusatkan diri pada dunia dalam, cenderung

menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisocial.

Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka

melakukannya secara selektif dan menggunakan pandangan

subyektif mereka sendiri.

2) Tife Ekstrovert

Sikap ekstovert mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif,

memusatkan perhatiannya ke dunia luar, cendeerung

berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah.

i. Keadaan Fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, penyakit

badan, operasi, aborsi. Disamping itu orang yang mengalami

kelemahan fisik yang lebih mudah mengalami stress yang

mengakibatkan kecemasan.

j. Lingkunagan/Situasi

Orang yang berada ditempat yang dirasakan asing lebih mudah

mengalami stress, sehingga fasilitas lingkungan dengan stimulus

yang minimal, tenang, dan membatasi interaksi dengan orang lain

atau kurang kontak dengan penyebab kecemasan.

Page 38: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

23

2.2.4 Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan

Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme

protektif dan adaptif untuk memelihara keseimbangan homeostatis

dalam tubuh. Karena mengakibatkan peningatan fungsi sistem organ

vital secara umum. Seperti pada sistem di bawah ini (Stuart &

Sundeen, 2003) :

Tabel 2.1

Respon fisologis terhadap kecemasan

Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler - Palpitasi

- Jantung berdebar

- Tekanan darah meninggi

- Rasa mau pingsan

- Pingsan

- Tekanan darah menurun

- Denyut nadi menurun

Pernafasan - Napas cepat

- Napas pendek

- Tekanan pada dada

- Napas dangkal

- Pembengkakan pada tenggorokan

- Sensasi tercekik

- Terengah-engah

Neuromuscular - Reflex meningkat

- Reaksi kejutan

- Mata berkedip-kedip

- Insomnia

- Tremor

- Rigiditas

- Gelisah

- Wajah tegang

- Kelemahan umum

- Kaki goyah

- Gerakan yang janggal

Gastrointestinal - Kehilangan nafsu makan

- Menolak makanan

- Rasa tidak nyaman pada abdomen

- Mual

- Rasa terbakar pada jantung

Page 39: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

24

- Diare

Traktus Urinarius - Tidak dapat menahan kencing

- Sering berkemih

Kulit - Wajah kemerahan

- Berkeringat setempat (telapak tangan)

- Gatal

- Rasa panas dan dingin pada kulit

- Wajah pucat

- Berkeringat seluruh tubuh

Tabel 2.2

Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan

Sistem tubuh Respon

Perilaku - Gelisah

- Ketegangan fisik

- Tremor

- Gugup

- Bicara cepat

- Kurang koordinasi

- Cenderung menarik diri dari

lingkungan

- Interpersonal

- Menghalangi

- Melarikan diri dari masalah

- Menghindar

- Hyperventilasi

Kognitif - Perhatian terganggu

- Konsentrasi buruk

- Pelupa

- Salah dalam memberikan

penilaian

- Preokupasi

- Hambatan berfikir

- Bidang persefsi menurun

- Bingung sangat waspada

- Kesadaran diri meningkat

- Kehilangan objektifitas

- Takut kehilangan control

- Takut pada gambaran visual

- Takut cedera atau kematian

Afektif - Mudah terganggu

- Tidak sabar

- Gelisah

Page 40: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

25

- Tegang

- Alarm

- Teror

- Gugup

- Gelisah

Kecemasan dalam penelitian ini dikaitkan dengan sectio

caesarea yang akan dihadapi oleh seorang pasien yang hendak

menjalani proses melahirkan. Kecemasan pasien pre sectio caesare

merupakan kecemasan yang spesifik yakni kekhawatiran terhadap

prosedur operasi, prosedur anestesi, defisit informasi atau kesalah

pahaman konsep, kekhawatiran tentang masalah finansial keluarga,

kekhawatiran terhadap diri dan bayi yang akan dilahirkannya (Gant &

Cunningham, 2010).

2.2.5 Penilaian Terhadap Kecemasan

Para meter penilaian tingkat kecemasan menggunakan

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah

penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang

oleh William W. K. Zung dikembangkan berdasarkan

gejala kecemasan dalam Diagnostik and Statistical Manual

of Mental Disorders (DSM-II) terdapat 20 pertanyaan

dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1 :Tidak pernah, 2 :

Kadang-kadang, 3 : Sebagian waktu, 4 : Hampir setiap

Waktu). Terdapat 15 pertanyaan kea rah peningkatan

Page 41: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

26

kecemasan dan 5 pertanyaan kea rah penurunan kecemasan

(Zung self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell).

Adapun penilaian tingkat kecemasannya adalah tidak ada

kecemasan /Normal skor 20-44, kecemasan ringan skor 45-

59, kecemasan sedang skor 60-74, kecemasan berat

skor75-80 (Nursalam, 2011).

2.3 Sectio Caesarea (SC)

2.3.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu

persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan

utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak et

al, 2004) Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi

trans abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah

suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea

adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio

Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.

Page 42: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

27

2.3.2 Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio Caesarea

antara lain :

a. Faktor janin

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya

pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu

menderita kencing manis (diabetes mellitus). Apabila

dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan

keselamatan janinnya.

2) Kelainan letak janin

Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang

dan letak lintang. Letak sungsang yaitu letak memanjang

dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan

kutub bawah. Sedangkan letak lintang terjadi bila sumbu

memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu

memanjang janin. Oleh karena seringkali bahu terletak diatas

PAP (Pintu Atas Panggul), malposisi ini disebut juga

prensentasi bahu.

3) Ancaman gawat janin (fetal disstres)

Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan,

memungkinkan untuk segera dilakukannya operasi. Apabila

Page 43: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

28

ditambah dengan kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

Janin pada saat belum lahir mendapat oksigen (O2) dari

ibunya melalui ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan

pada ari-ari (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau

kejang rahim), serta pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit

antara tubuh bayi), maka suplai oksigen (O2) yang disalurkan

ke bayi akan berkurang pula. Akibatnya janin akan tercekik

karena kehabisan nafas. Kondisi ini dapat menyebabkan janin

mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal

dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui

vagina maka bedah casarea merupakan jalan keluar satu-

satunya.

4) Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan

hidrosepalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat

menyababkan memutuskan dilakukan tindakan operasi.

5) Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus

dilakukan persalinan dengan operasi yaitu Plasenta previa

(plasenta menutupijalan lahir), Solutio Plasenta (plasenta

lepas), Plasenta accrete (plasenta menempel kuat pada dinding

uterus), Vasa previa (kelainan perkembangan plasenta).

Page 44: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

29

6) Kelainan tali pusat

Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu

prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit tali

pusat. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) adalah

keadaan penyembuhan sebagian atau seluruh tali pusat berada

di depan atau di samping bagian terbawah janin atau tali pusat

sudah berada di jalan lahir sebelum bayi. Dalam hal ini,

persalinan harus segera dilakukan sebelum terjadi sesuatu

yang tidak diinginkan pada bayi, misalnya sesak nafas karena

kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali pusat atau terpelintir

menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin tidak lancar.

Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke jalan lahir, sehingga

mengganggu persalinan maka kemungkinan dokter akan

mengambil keputusan untuk melahirkan bayi melalui tindakan

Sectio Caesaerea.

7) Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea.

Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang

lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit

untuk dilahirkan melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan,

janin kembar dan cairan ketuban yang berlebihan membuat

janin mengalami kelainan letak. Oleh karena itu, pada

Page 45: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

30

kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit karena

kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi

tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa

saja bayi kembar lahir secara alami. Faktor ibu menyebabkan

ibu dilakukannya tindakan operasi, misalnya panggul sempit

atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian

pre-natal, pernah mengalami trauma persalinan dan tindakan

sterilisasi. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin

harus dilahirkan dengan operasi.

b. Faktor ibu

1) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar

35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi

perempuan dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini,

biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya

tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis

(diabetes melitus) dan pre- eklamsia (kejang). Eklamsia

(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang

sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan

persalinan dengan operasi caesarea.

2) Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin

Page 46: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

31

dan dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara

alami. Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui

jalan lahir.

3) Persalinan sebelumnya Caesar

Persalinan melalui bedah Caesarea tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau

tidak.

4) Faktor hambatan panggul

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya tumor dan

kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu

sulit bemafas. Gangguan jalan lahir ini bisa terjadi karena

adanya mioma atau tumor. Keadan ini menyebabkan

persalinan terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia.

5) Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate

uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak

dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala

bayi tidak terdorong atau tidak dapat melewati jalan lahir

dengan lancar. Apabila keadaan tidak memungkinkan, maka

dokter biasanya akan melakukan operasi Caesarea.

6) Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan

Page 47: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

32

membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal

sedikit atau habis.

7) Rasa takut kehilangan

Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami

akan mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat.

Kondisi tersebut sering menyebabkan seorang perempuan

yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas

menjalaninya. Sehingga untuk menghilangkan perasaan

tersebut seorang perempuan akan berfikir melahirkan melalui

Caesarea.

2.3.3 Jenis Sectio Caesarea

Ada beberapa jenis Sectio Caesarea (SC). Menurut Mochtar (1998),

antara lain :

a. Sectio Caesarea Abdominalis

1) Sectio Caesarea transperitonealis

a) Sectio Caesarea klasik atau kopral dengan insisi

memanjang pada korpus uteri

b) Sectio Caesarea ismika atau profunda dengan insisi pada

segmen bawah rahim

2) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka

peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum

abdominal.

Page 48: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

33

b. Sectio Caesarea Klasik (Kopral)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira sepanjang 10 cm. Kelebihan :

1) Mengeluarkan janin lebih cepat

2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3) Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak

ada reperinonealisasi yang baik

2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan

c. Sectio Caesarea Ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang pada segmen

bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

1) Penjahitan luka lebih mudah

2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi

3) Tumpang tindih dari peritoneal baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

4) Perdarahan kurang

5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri

spontan kurang/lebih kecil

Kekurangan :

Page 49: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

34

1) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

Sementara menurut Kasdu (2003), membedakan jenis operasi

Caesar menjadi 2 yaitu sayatan melintang dan vertikal.

Adapun jenis sayatannya, operasi berlangsung sekitar 45-60

menit, tetapi proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung

5-10 menit Pemilihan jenis sayatan ini tergantung pada perut

pada operasi Caesarea sebelumnya, kembar siam, tumor

(mioma uteri) di segmen bawah uterus, hipervaskularisasi

(pembuluh darah meningkat) di segmen bawah uterus pada

plasenta previa, kanker serviks, risiko bahaya perdarahan

apabila di lakukan tindakan sayatan melintang berhubung letak

plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak lintang,

atau kembar dengan letak abnormal dan apabila akan

melakukan histerektomi setelah janin di lahirkan.

Terdapat kerugian dari operasi Caesarea dengan jenis sayatan

melintang, antara lain: lebih berisiko terkena peritonitis

(radang selaput perut), memiliki resiko empat kali lebih besar

terkena rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot

rahimnya lebih tebal dan lebih banyak pembuluh darahnya

sehingga sayatan ini lebih banyak mengeluarkan darah.

Akibatnya, lebih banyak parut di daerah dinding atas rahim.

Oleh karena itu, pasien tidak dianjurkan hamil lagi, jika menggunakan

Page 50: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

35

anestesi lokal, sayatan ini akan memerlukan waktu dan obat lebih

banyak.

2.3.4 Resiko tindakan sectio caesarea

Bagi ibu yang melahirkan dengan tindakan sectio caesarea tidak

saja menimbulkan resiko medis tapi juga resiko psikologis. Resiko

medis Sectio Caesarea menurut Kasdu (dalam Pratiwi dan Suwarti,

2013) antara lain: (1) infeksi rahim dan bekas jahitan, dimana luka

setelah caesar lebih besar dan lebih berlapis-lapis. Bila penyembuhan

tidak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka bisa

lebih parah, (2) perdarahan, dimana darah yang hilang lewat sectio

caesarea dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.

Kehilangan darah yang cukup banyak mengakibatkan syok secara

mendadak, (3) resiko obat bius dimana sebagian bayi mengalami efek

dari obat bius yang diberikan doker kepada ibunya saat caesarea.

Setelah dilahirkan bayi biasanya menjadi kurang aktif dan banyak

tidur sebagai efek dari obat bius.

Sedangkan resiko psikologis Sectio Caesarea menurut Kasdu

(dalam Pratiwi dan Suwarti, 2013) antara lain: (1) baby blues,

biasanya berlangsung selama satu atau dua minggu yang ditandai

dengan perubahan suasana hati, kecemasan, sulit tidur, konsentrasi

menurun, (2) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dimana 3%

perempuan memiliki gejala klinis PTSD pada 6 minggu setelah

caesarea, (3) sulit pendekatan kepada bayi, dimana Ibu yang

Page 51: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

36

melahirkan secara sectio caesarea biasanya sulit dekat dengan

bayinya. Bahkan jarang bisa menyusui dibandingkan dengan

melahirkan normal karena rasa tidak nyaman akibat sectio caesarea.

2.4 Hubungan Pemberian Informasi terhadap Tingkat Kecemasan Pasien

Pre Operasi Sectio Caesarea

Operasi atau pembedahan merupakan masa kritis dan menghasilkan

kecemasan. Menurut Taylor (dalam Liza dkk, 2014) bahwa kecemasan dapat

dikurangi dengan tindakan keperawatan yang berfokus pada pemberian

informasi terutama bagi pasien selain keluarganya. Kemampuan pemberian

informasi penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan pasien

preoperasi. Hal ini sesuai pendapat Warsini dkk (2015) bahwa salah satu

faktor yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi yaitu

dengan memberikan pemberian informasi kepada pasien tersebut. Pasien

adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses

interpersonal dan terapeutik, dimana perawat memiliki peran yang cukup

penting dalam mempengaruhi, menurunkan kecemasan melalui proses

komunikasi.

Page 52: HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI DENGAN TINGKAT …

37

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : Stuart (2007) , Notoatmodjo (2003), Herliana (2010)

Pemberian informasi SC

Tingkat kecemasan

- Usia

- Jenis Kelamin

- Pekerjaan

- Pendidikan

- Sosial Ekonomi

- Potensi Stressor

- Maturnitas

- Keadaan Fisik

- Tipe Kepribadian

Pemahaman Atas Pengetahuan

Ringan, Sedang dan Berat