HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT … · 2013-07-15 · spotting, dan perdarahan ... yang...

75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT MEDROXYPROGESTERONE ACETATE DENGAN KEJADIAN AMENOREA SEKUNDER DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SHOFARIYAH NUR LAILA G0007020 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT … · 2013-07-15 · spotting, dan perdarahan ... yang...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT

MEDROXYPROGESTERONE ACETATE DENGAN

KEJADIAN AMENOREA SEKUNDER DI

PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SHOFARIYAH NUR LAILA

G0007020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian/Skripsi dengan judul : Hubungan Lama Pemakaian

Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea

Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta

Shofariyah Nur Laila, G.0007020, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ............... , Tanggal ................ 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

Eriana Melinawati, dr., SpOG (K) H. Tri Budi Wiryanto, dr., SpOG (K)

NIP : 19700121 200003 2 005 NIP : 19510421 198011 1 002

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Heru Priyanto, dr., SpOG (K) Made Setiatmika, dr., SpTHT-KL (K)

NIP : 140 350 794 NIP : 19550727 198312 1 002

Tim Skripsi

Sudarman, dr., Sp. THT-KL (K)

NIP: 19450712 197610 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 31 Juli 2010

Nama Shofariyah Nur Laila

NIM G0007020

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Shofariyah Nur Laila. G0007020. 2010. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta Tujuan: Untuk mempelajari hubungan lama pemakaian kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan kejadian amenorea sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta Metode: Desain penelitian berupa observasional analitik yang dilakukan di wilayah Puskesmas Kratonan Surakarta tanggal 12-24 Mei 2010. Sampel sebanyak 54 akseptor diambil secara purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara dan penilaian kartu akseptor. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Independensi Kai Kuadrat. Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui Odds Ratio (OR). Data diolah dengan bantuan program SPSS 17.0 Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder (p=0,021). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥24 bulan mempunyai risiko 5,2 kali untuk terjadi amenorea sekunder dibanding pemakaian 3-12 bulan (OR 5,2 dengan CI 95% 1,3-20,5). Sedangkan pemakaian selama 13-23 bulan mempunyai risiko 5,1 kali untuk terjadinya amenorea sekunder (OR 5,1 dengan CI 95% 1,2-22,2). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor dengan kejadian amenorea sekunder (p > 0,05). Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder di Puskemas Kratonan Surakarta Kata Kunci: kontrasepsi, DMPA, amenorea sekunder

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Shofariyah Nur Laila. G0007020. 2010. Correlation between The Prolonged Use of Depot Medroxyprogesterone Acetate Contraception Towards Incidence of Secondary Amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Objective: The general objective is to find out the correlation between the prolonged use of Depot Medroxyprogesterone Acetate contraception towards incidence of secondary amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Methods: Research design used is an observational analytic. Research has been done in Puskesmas Kratonan Surakarta since 12nd until 24th May 2010. Fivety four samples are taken by purposive sample design. Interview and contraception card are used as the methods of data collection. Bivariate analysis by using Independence of Chi Square while the odds ratio is found by regression analytic test. The methods of data analysis are supported by SPSS program version 17.0 Results: The result of bivariate analysis shows that prolonged use of Depot Medroxyprogesterone Acetate contraception has significant correlation towards incidence of secondary amenorrhea (p=0,021). The result of regression analysis shows that the use of DMPA contraception ≥24 months has risk 5,2 times (OR 5,2 with CI 95% 1,3-20,5) to get secondary amenorrhea greater than DMPA use of 3-12 months. On the other hand, DMPA use of 13-23 months has risk 5,1 times greater than DMPA use of 3-12 months (OR 5,1 with CI 95% 1,2-22,2). There are no significant correlations between age, degree of study, job, parity, and weight towards the incidence of secondary amenorrhea (p > 0,05). Conclusion: There is a significant correlation between the prolonged use of DMPA towards secondary amenorrhea in Puskesmas Kratonan Surakarta Keywords: contraception, DMPA, secondary amenorrhea

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat, hidayah serta ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta”. Dengan selesainya penulisan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.

2. Sri Wahjono, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan seluruh staf skripsi.

3. Eriana Melinawati, dr., SpOG (K), sebagai pembimbing utama yang telah memberikan waktu, pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan skripsi.

4. Heru Priyanto, dr., SpOG (K), sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.

5. H. Tri Budi Wiryanto, dr., SpOG (K), sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi.

6. Made Setiatmika, dr., SpTHT-KL (K), sebagai anggota penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi.

7. Kepala UPTD Puskesmas Kratonan Surakarta beserta staf yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis berharap dapat memberikan

manfaat bagi pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif diperlukan guna proses pembelajaran diri bagi penulis

Surakarta, 31 Juli 2010

Shofariyah Nur Laila

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................ 3

C. Tujuan Penelitian............................................................. 3

D. Manfaat Penelitian........................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.............................................................. 5

B. Kerangka Pemikiran......................................................... 19

C. Hipotesis........................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................. 21

B. Lokasi Penelitian.............................................................. 21

C. Subjek Penelitian.............................................................. 21

D. Teknik Sampling.............................................................. 22

E. Rancangan Penelitian....................................................... 24

F. Identifikasi Variabel Penelitian........................................ 24

G. Definisi Operasional Variabel.......................................... 25

H. Alat dan Bahan Penelitian................................................ 26

I. Cara Kerja......................................................................... 26

J. Teknik Analisis Data........................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat............................................................ 28

B. Analisis Bivariat.............................................................. 32

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

C. Analisis Regresi Logistik................................................. 36

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Akseptor..................................................... 38

B. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA

dengan Kejadian Amenorea Sekunder............................. 41

C. Keterbatasan Penelitian.................................................... 43

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.......................................................................... 44

B. Saran................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 45

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Akseptor Berdasarkan Usia......................................... 28

Tabel 2. Distribusi Akseptor Berdasarkan Tingkat Pendidikan................. 29

Tabel 3. Distribusi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan................................. 29

Tabel 4. Distribusi Akseptor Berdasarkan Paritas...................................... 30

Tabel 5. Distribusi Akseptor Berdasarkan Berat Badan............................. 30

Tabel 6. Distribusi Akseptor Berdasarkan Lama Pemakaian Kontrasepsi

DMPA.......................................................................................... 31

Tabel 7. Distribusi Akseptor Berdasarkan Kejadian Amenorea

Sekunder....................................................................................... 32

Tabel 8. Hubungan Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA dengan

Kejadian Amenorea Sekunder...................................................... 33

Tabel 9. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan

Kejadian Amenorea Sekunder...................................................... 34

Tabel 10. Analisis Regresi Logistik Lama Pemakaian Kontrasepsi

DMPA dengan Kejadian Amenorea Sekunder............................. 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikirian..................................................... 19

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.................................................... 24

Gambar 3. Grafik Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA

dengan Kejadian Amenorea Sekunder...................................... 35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Responden Penelitian

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Penelitian

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Data Dasar Hasil Penelitian

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Analisis Univariat

Lampiran 6. Hasil Pengolahan Analisis Bivariat

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Logistik

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Lampiran 10. Surat Tugas dari Puskesmas Kratonan Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana (KB)

merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pengendalian jumlah penduduk.

Data dari BKKBN Jawa Tengah pada bulan November 2009 menunjukkan

bahwa terdapat 11.119 peserta KB baru dan peningkatan sebesar 112,74 % di

wilayah Surakarta. Dari jumlah tersebut, kontrasepsi suntik menempati urutan

teratas sebanyak 7.566 peserta. Hal ini menunjukkan bahwa minat penggunaan

kontrasepsi suntik masih sangat tinggi di kalangan masyarakat (Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Jawa Tengah, 2009).

Salah satu kontrasepsi suntik yang sering dipakai adalah Depot

Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang disuntikkan secara intramuskular

dalam (Arum dan Sujiyatini, 2009). DMPA merupakan kontrasepsi progestin

yang disuntikkan setiap tiga bulan sekali. Pemakaian DMPA dapat

menimbulkan berbagai efek samping pada tubuh. Efek samping utama yang

seringkali dikeluhkan oleh peserta kontrasepsi DMPA adalah gangguan pola

menstruasi yang meliputi amenorea sekunder, perdarahan tidak teratur,

spotting, dan perdarahan berlebihan saat siklus menstruasi (Speroff et al.,

2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Amenorea sekunder merupakan keadaan tidak terjadinya menstruasi

selama tiga bulan atau lebih pada orang yang pernah mengalami menstruasi

(Wiknjosastro dkk (eds), 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Adaji et al. (2003), 1,4% wanita memilih untuk berhenti menggunakan

kontrasepsi DMPA karena terkait amenorea sekunder yang dianggap dapat

menimbulkan infertilitas yang menetap. Selain itu, menurut Hartanto (2003),

amenorea merupakan alasan utama ketidakpuasan akseptor dalam memakai

kontrasepsi DMPA karena adanya anggapan masyarakat yang menyatakan

bahwa amenorea dapat menimbulkan akumulasi darah di badan. Akan tetapi,

menurut Black (2006), kondisi amenorea akibat DMPA dianggap sebagai hal

yang positif karena dapat mengurangi insidensi premenstrual syndrome dan

anemia.

Mekanisme kerja utama DMPA adalah menghalangi terjadinya ovulasi

dengan menekan pelepasan gonadotropic releasing hormone (GnRH) di

hipotalamus (Albertazzi and Steel, 2006). Bila terjadi kegagalan ovulasi,

menstruasi akan terhambat, sehingga timbul amenorea. Amenorea sekunder

akibat pemakaian DMPA ini dilaporkan terjadi setelah tiga bulan pemakaian

yaitu sebesar 30% dan 68% setelah dua tahun pemakaian kontrasepsi DMPA

(Boroditsky et al., 2000).

Mengingat amenorea sekunder masih menjadi efek samping utama yang

sering dikeluhkan akseptor DMPA serta tidak adanya penelitian analitik

terkait kejadian amenorea pada akseptor DMPA di Surakarta, maka peneliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bermaksud untuk menyelidiki hubungan lama pemakaian kontrasepsi DMPA

dengan kejadian amenorea sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan lama pemakaian

kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan kejadian amenorea

sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hubungan lama pemakaian

kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate dengan kejadian

amenorea sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik peserta

kontrasepsi DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta.

b. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi lama pemakaian

kontrasepsi DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta.

c. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Odds Ratio (OR) terjadinya

amenorea sekunder pada peserta kontrasepsi DMPA di Puskesmas

Kratonan Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang

lebih mendalam terkait hubungan lama pemakaian kontrasepsi DMPA

dengan timbulnya amenorea sekunder.

b. Menyediakan data terkait angka kejadian amenorea sekunder di

kalangan peserta kontrasepsi DMPA.

2. Manfaat Aplikatif

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi

tenaga kesehatan di Puskesmas Kratonan Surakarta untuk memberikan

pendidikan kesehatan terkait efek samping penggunaan kontrasepsi

DMPA.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

peserta kontrasepsi DMPA terkait hubungan lama pemakaian

kontrasepsi dengan risiko terjadinya amenorea sekunder.

c. Sebagai sumber pemikiran dan menjadi acuan bagi penelitian

selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)

a. Farmakologi

DMPA atau Depot Medroxyprogesterone Acetate merupakan

kontrasepsi yang berbentuk suspensi mikrokristal yang larut secara

perlahan (Cunningham et al., 2005). DMPA dibedakan menjadi dua

macam berdasarkan teknik penyuntikannya yaitu:

1) DMPA-IM (Depo Provera)

Merupakan jenis DMPA yang paling sering digunakan.

Penyuntikan DMPA dilakukan secara intramuskular di regio

gluteus atau deltoid. Penyuntikan DMPA dilakukan tanpa

pemijatan untuk memastikan agar obat dibebaskan secara perlahan

(Speroff et al., 2005). Dosis lazim pemberian DMPA adalah 150

mg setiap 12 minggu (tiga bulan). Dalam beberapa hari,

penyuntikan ini menghasilkan kadar MPA (Medroxyprogesterone

Acetate) dalam plasma sekitar 1,0 sampai 1,5 ng/ml, yang secara

bertahap berkurang menjadi 0,2 ng/ml pada 6 bulan dan menjadi

tidak terdeteksi dalam 7 sampai 9 bulan (Cunningham et al., 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Ovulasi pada pemakaian DMPA jenis ini mulai timbul bila

konsentrasi MPA < 0,1 ng/ml (Kaunitz, 2001).

2) DMPA-SC (Depo SubQ provera 104)

Merupakan formulasi baru dari DMPA yang diberikan secara

subkutan dengan dosis 104 mg setiap 12 minggu (3 bulan).

Pemberian secara subkutan ini memiliki efek samping dan manfaat

yang sama dengan pemberian DMPA secara intramuskular

(Hatcher et al., 2009).

b. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja DMPA antara lain :

1) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan

pelepasan gonadotropic releasing hormone (GnRH) di hipotalamus

(Albertazzi et al., 2006). Bila GnRH di hipotalamus terhambat,

maka tidak terjadi pelepasan LH (Luitenezing Hormone) oleh

hipofisis anterior dalam darah. Kondisi ini menimbulkan kegagalan

ovulasi.

2) Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi

sperma melalui serviks uteri (Speroff et al., 2005)

3) Mencegah implantasi ovum dengan menjadikan lapisan

endometrium lebih tipis dan mengalami atrofi (Speroff et al.,

2005).

4) Mengubah kecepatan transpor ovum melalui tuba (Speroff et al.,

2005)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian Kontrasepsi DMPA

DMPA dapat diberikan pada wanita usia reproduksi yang telah

memiliki anak ataupun pada nulipara. Selain itu, DMPA dapat pula

diberikan pada wanita yang sedang dalam menyusui, setelah

melahirkan, mengalami abortus atau keguguran, perokok, dan

menghendaki kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas tinggi.

Wanita dengan tekanan darah > 180/100 mmHg, mengalami gangguan

pembekuan darah, sickle cell anemia, dan yang sedang menggunakan

obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis

(rifampisin) juga diperbolehkan menggunakan DMPA (Speroff et al.,

2005).

DMPA tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil ataupun

dicurigai hamil, mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya, adanya riwayat ataupun sedang menderita kanker

payudara, diabetes mellitus yang disertai komplikasi, menderita

penyakit hati akut, penyakit jantung dan stroke (Arum dan Sujiyatini,

2009).

d. Keuntungan Pemakaian Kontrasepsi DMPA

Keuntungan dari pemakaian kontrasepsi suntik DMPA yaitu

praktis, efektif, dan mudah dilepas pemakaiannya. Selain itu,

kontrasepsi DMPA tidak mengandung estrogen, sehingga tidak

menimbulkan komplikasi vaskuler yang berat seperti timbulnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

trombosis vena ataupun emboli paru. Kontrasepsi DMPA dapat pula

mengurangi risiko terjadinya mioma uteri, pelvic inflammatory

disease, kehamilan ektopik dan kejang (Arum dan Sujiyatini, 2009).

e. Efek samping Pemakaian Kontrasepsi DMPA

1) Perubahan pola menstruasi

Perubahan pola menstruasi ini mencakup amenorea yaitu tidak

adanya pola menstruasi selama 3 bulan berturut-turut, spotting

yang merupakan bercak-bercak perdarahan di luar menstruasi,

metrorhagia yang merupakan perdarahan berlebihan di luar siklus

menstruasi dan menorrhagia yang merupakan perdarahan

berlebihan saat menstruasi (Hatcher et al., 2009).

2) Peningkatan Berat Badan Tubuh

Pemakaian DMPA dapat menimbulkan perubahan berat badan

dan distribusi lemak dalam tubuh (Clark et al., 2005). Penelitian

yang dilakukan oleh WHO (1990) menunjukkan bahwa pada

pemakai kontrasepsi DMPA terjadi peningkatan berat badan rata-

rata sebesar 2,7 kg untuk tahun pertama pemakaian (Cunningham

et al., 2005). Peningkatan berat badan ini kemungkinan disebabkan

oleh hormon progesteron. Hormon progesteron mempermudah

perubahan karbohidrat dan glukosa menjadi lemak yang banyak

bertumpuk di bawah kulit. Peningkatan berat badan ini bukan

disebabkan oleh retensi cairan dalam tubuh (Hatcher et al., 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3) Penurunan densitas tulang

Pemakaian DMPA jangka panjang dapat menurunkan level

estrogen dalam darah, sehingga menimbulkan penurunan

kepadatan mineral tulang (Cunningham et al., 2005). Penelitian

yang dilakukan oleh Berenson et al. (2008) menunjukkan bahwa

pemakaian DMPA lebih berisiko terhadap penurunan densitas

massa tulang dan kecenderungan osteoporosis.

4) Perubahan profil lipid serum

Pemakaian DMPA jangka panjang menimbulkan penurunan

kadar trigliserida dan kolesterol HDL. Akan tetapi, pemakaian

kontrasepsi DMPA tidak menimbulkan peningkatan kadar LDL

dalam darah (Cunningham et al., 2005).

5) Sakit kepala

Sakit kepala dilaporkan terjadi pada 15% akseptor kontrasepsi

DMPA. Gejala sakit kepala ini berupa rasa berputar yang dapat

terjadi di salah satu sisi ataupun di seluruh bagian kepala

(Cunningham et al., 2005).

6) Gangguan emosi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian

kontrasepsi DMPA menimbulkan peningkatan depresi dan

kecemasan (Hatcher et al., 2009).

7) Pemakaian DMPA dapat pula menimbulkan kekeringan pada

vagina, penurunan libido, dan acne vulgaris (Hatcher et al., 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi

ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya

menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama

siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal (siklus menstruasi klasik)

adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas pada tiap wanita. Panjang

siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Panjang siklus yang

biasa pada manusia adalah 28 ± 7 hari. Jika panjang siklus kurang ataupun

melebihi waktu tersebut umumnya siklusnya tidak berovulasi

(anovulatoar) (Wiknjosastro dkk (eds), 2006).

Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium

dan perubahan endometrium. Siklus menstruasi yang berlangsung secara

teratur tiap bulan, bergantung kepada serangkaian langkah-langkah siklik

yang terkoordinasi dengan baik, yang melibatkan sekresi hormon pada

berbagai tingkat dalam sistem terintegrasi. Pusat pengendalian hormon

dari sistem reproduksi adalah hipotalamus (Hillegas, 2005). Dua hormon

hipotalamus gonadotropic-releasing hormone (GnRH), yaitu follicle-

stimulating hormone-releasing hormone (FSHRH) dan luitenezing

hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon itu masing-masing

merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi follicle stimulating

hormone (FSH) dan luitenezing hormone (LH). Rangkaian peristiwa akan

diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologik uterus.

Estrogen dan progesteron, pada gilirannya juga akan mempengaruhi

produksi GnRH spesifik, sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur

kadar hormon gonadotropik (Sherwood, 2001).

Adapun siklus menstruasi normal meliputi :

a. Siklus Ovarium

1) Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau

terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa

folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang

terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya

berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel

yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa

menyintesis progesteron yang disekresi ke cairan folikular selama

paruh waktu pertama menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor

pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang

mengelilinginya (Hillegas, 2005). Estrogen disintesis dalam sel-sel

lutein pada teka interna. Selain itu, didalam folikel oosit primer

mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama,

folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak

ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan

pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif

(Sherwood, 2001).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Fase Luteal

LH merangsang ovulasi dari oosit matang. Tepat sebelum

ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis

pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi

FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit

terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak

mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah

menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium.

Korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan

progesteron yang makin lama makin meningkat (Hillegas, 2005)

b. Siklus Endometrium

1) Fase Menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24

pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya

terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang tajam, sehingga

menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan

iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi

(Hillegas, 2005)

2) Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis

dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5

hari (Hillegas, 2005). Kadar estrogen yang meningkat dari folikel

yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi

dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali.

Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar

makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus.

Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik

yang seragam dengan inti di tengah. Stroma cukup padat di lapisan

basal tetapi makin ke permukaan semakin longgar. Pembuluh darah

akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase

proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang, dan berakhir saat

terjadinya ovulasi (Bielak, 2008).

3) Fase Sekresi

Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang

meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum,

endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar

menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar

menjadi berlipat-lipat. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan

epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula

infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh darah menjadi makin

berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada

setiap perempuan yaitu 14±2 hari (Hillegas, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Amenorea Sekunder

a. Definisi Amenorea

Amenorea ialah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya

3 bulan berturut-turut. Amenorea primer adalah tidak terjadinya

menarke sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan

seksual sekunder. Amenorea sekunder merupakan tidak terjadinya

menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada wanita yang pernah

mengalami siklus menstruasi (Wiknjosastro dkk (eds), 2006). Adapun

ketiadaan menstruasi dalam waktu yang singkat (kurang dari 3 bulan)

dinamakan delayed menses (Hatcher et al., 2009).

Perbedaan antara amenorea primer dan amenorea sekunder sejak

dahulu telah ditekankan karena adanya insidensi yang lebih tinggi

terhadap kelainan genetik dan anatomik pada wanita muda dengan

amenorea primer. Selain itu, penyebab amenorea sangat luas dan

melibatkan semua tingkat aksis hipotalamus, hipofisis, gonad, dan

organ target (Heffner dan Schust, 2006).

Amenorea sekunder bisa bersifat fisiologis pada perempuan usia

prapubertas, hamil dan pascamenopause. Di luar itu, amenorea bersifat

patologis dan menunjukkan adanya disfungsi atau abnormalitas pada

sistem reproduksi (Hillegas, 2005). Amenorea merupakan suatu gejala

dan bukan suatu penyakit (Bielak, 2008).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Klasifikasi Amenorea Sekunder

Berdasarkan organ target yang terkena, hal-hal yang dapat

menimbulkan amenorea sekunder meliputi :

1) Gangguan di tingkat hipotalamus atau hipofisis

Hypothalamic amenorrhea merupakan penyebab tersering dari

amenorea sekunder. Gangguan pada tingkat ini seringkali ditandai

dengan kadar gonadotropin hormon yang normal, struktur pelvis

normal, dan kadar androgen yang normal. Hypothalamic

amenorrhea dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti adanya

tumor hipofisis, hiperprolaktinemia, dan adanya pengaruh eksogen

seperti penggunaan kontrasepsi hormonal. Selain itu, adanya stres

emosional, olahraga yang berlebihan, penurunan berat badan

berlebihan, anoreksia nervosa ataupun bulimia juga turut

menyebabkan hypothalamic amenorrhea (Camacho et al., 2007).

2) Gangguan di ovarium

Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh sindrom ovarium resisten

gonadotropin. Penyebab pasti kelainan ini belum diketahui secara

jelas. Namun, diduga sindrom ini ditimbulkan oleh proses

autoimun yang mengakibatkan hiposensitisasi reseptor

gonadotropin di ovarium, sehingga terjadi kegagalan ovulasi dan

akhirnya mengalami amenorea sekunder. Selain itu, gangguan di

tingkat ovarium juga dapat disebabkan oleh premature ovarian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

failure yang merupakan penyakit habisnya folikel ovarium yang

terjadi lebih awal dari semestinya (Camacho et al., 2007).

3) Gangguan pada vagina atau uterus

Gangguan ini meliputi aplasia (tidak berkembangnya) vagina,

aplasia uterus, histerektomi, dan sindrom Asherman akibat

terjadinya sequele pada lapisan endometrium (Wiknjosastro dkk.

(eds), 2006).

4) Hiperandrogenisme

Hiperandrogenisme yang dapat memicu timbulnya amenorea

sekunder seringkali disebabkan oleh penyakit ovarium polikistik

(PCOS). Penyakit ini seringkali dikaitkan dengan resistensi insulin

dan menimbulkan gejala khas berupa hirsutisme, jerawat, dan

alopesia (Camacho et al., 2007).

c. Penegakan Diagnosis Amenorea Sekunder

Gejala amenorea sekunder dijumpai pada berbagai macam penyakit

ataupun gangguan. Penegakan diagnosis memerlukan anamnesis yang

baik dan lengkap untuk mengetahui etiologi penyakit. Selanjutnya,

perlu diketahui apakah terdapat kaitan antara amenorea sekunder

dengan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan seperti

perubahan emosional, pemakaian kontrasepsi hormonal, serta gejala-

gejala penyakit metabolik. Setelah anamnesis, diperlukan pemeriksaan

fisik yang lengkap dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

meliputi tes kehamilan dan pemeriksaan laboratorium (Wiknjosastro

dkk (eds), 2006).

4. Hubungan Lama Pemakaian DMPA dengan Amenorea Sekunder

Mekanisme kerja utama DMPA adalah menghambat terjadinya ovulasi

(Albertazzi et al., 2006). Berdasarkan mekanisme farmakokinetiknya,

DMPA mengandung obat MPA (Medoxyprogesterone Acetate) yang

dilepaskan secara perlahan ke dalam serum darah. Kadar MPA ini

dipertahankan sebesar 1,0 ng/ml selama tiga bulan dan setelah itu

mengalami penurunan. MPA yang bersirkluasi dalam darah mampu

menekan pembentukan gonadotropic releasing hormone (GnRH) dari

hipotalamus, sehingga menghambat pelepasan lonjakan LH di hipofisis.

Penghambatan ini menimbulkan kegagalan ovulasi dan akhirnya tidak

terjadi siklus menstruasi (amenorea). Selain itu, tidak adanya ovulasi

mengakibatkan kadar progesteron dalam serum tetap rendah yaitu kurang

dari 0,4 ng/ml. Estradiol serum juga tetap dipertahankan rendah sebesar 50

pg/nl selama 3 bulan pemakaian DMPA akibat tidak meningkatnya kadar

FSH secara simultan (Kaunitz, 2001). Kadar estradiol yang rendah dalam

jangka lama dapat menghambat pertumbuhan jaringan endometrium yang

melapisi uterus, sehingga timbul atrofi (Hefner dan Schust, 2006;

Albertazzi and Steel, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Menurut Boroditsky et al. (2000), amenorea sekunder merupakan

gangguan menstruasi yang sering dikeluhkan peserta kontrasepsi DMPA.

Kondisi amenorea ini dilaporkan terjadi setelah tiga bulan pemakaian

sebesar 30%, kemudian menjadi 55% pada akhir satu tahun pemakaian

dan akhirnya menjadi 68% setelah dua tahun pemakaian DMPA. Selain

itu, menurut Hartanto (2003), efek pemakaian kontrasepsi DMPA terhadap

amenorea bertambah besar seiring dengan lamanya waktu pemakaian.

Pemakaian DMPA sebagai kontrasepsi hormonal tidak menimbulkan

efek permanen terhadap fertilitas (kesuburan). Akan tetapi, kembalinya

kesuburan pada wanita menjadi tertunda karena terkait dengan lama

pemakaian kontrasepsi tersebut (Kaunitz, 2001). Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh McGee (1997) menunjukkan bahwa tidak diperoleh hasil

yang signifikan antara kondisi amenorea pada akseptor kontrasepsi DMPA

dengan penurunan densitas massa tulang (Bazargani and Fardyazar, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

= menunjukkan faktor-faktor yang saling terkait

= menunjukkan faktor lain yang secara tidak langsung

berpengaruh

Atrofi endometrium

Lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA (Depot Medroxyprogesterone acetate)

Estradiol dipertahankan dalam kadar rendah

Tidak terjadi ovulasi

Penghambatan GnRH di hipotalamus

Tidak terjadi lonjakan LH

Bila > 3 bulan disebut amenorea sekunder

Kadar MPA tinggi dalam serum

Tidak terjadi menstruasi Faktor lain : - Kehamilan - Laktasi - Adanya gangguan sistem

endokrin - Anoreksia nervosa - Latihan fisik berat - Stres emosional - Obesitas

Kadar FSH tetap dan tidak mengalami kenaikan secara simultan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

C. Hipotesis

Ada hubungan antara lama pemakaian kontrasepsi Depot

Medroxyprogesterone Acetate dengan kejadian amenorea sekunder di

Puskesmas Kratonan Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik

dengan pendekatan metode cross sectional dimana pengukuran variabel-

variabelnya dilakukan hanya satu kali dan dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan Puskesmas Kratonan Kota

Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan

bulan Mei 2010.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah akseptor KB suntik DMPA di

Puskesmas Kratonan Kota Surakarta yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi

dan eksklusi.

Adapun kriteria inklusi yang digunakan yaitu :

1. Wanita usia 20-35 tahun

2. Akseptor aktif kontrasepsi suntik DMPA

3. Bersedia menjadi responden penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Sedangkan, kriteria eksklusi yang ditetapkan berupa:

1. Wanita dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun

2. Bukan akseptor aktif kontrasepsi suntik DMPA

3. Ibu yang sedang memberikan ASI eksklusif

4. Menolak menjadi responden penelitian

5. Akseptor yang mengalami anoreksia nervosa

6. Akseptor kontrasepsi DMPA yang drop out karena hamil

7. Akseptor DMPA yang drop out dan beralih menggunakan kontrasepsi

jenis lain.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Pengambilan

secara purposive sampling ini bertujuan untuk mendapatkan sampel penelitian

yang memiliki karakteristik tertentu, sehingga data yang diperoleh dapat

dianalisis dengan valid (Notoatmodjo, 2002). Pada populasi yang terbatas,

penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Murti, 2010):

n = N. Z2 1-α/2. p .q

d2 (N-1) + Z2 1-α/2. p .q

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Keterangan :

n = besar sampel

Z 1-α/2 = nilai statistik Z 1-α/2 pada kurve normal standar pada tingkat

kemaknaan. Pada penelitian diambil tingkat kemaknaan 95 %

sehingga nilai Z 1-α/2 adalah 1,96

p = perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada

populasi

q = 1-p

d = presisi absolut atau penyimpangan terhadap populasi yang

dikehendaki

N = besar populasi

Besar sampel penelitian dengan jumlah populasi 124 orang, derajat

kemaknaan 95% (α = 5%), prevalensi 50%, dan presisi 10% adalah

n = 124. 1,962 . 0,5 .0,5

0,12 . (123) + 1,962 . 0,5 .0,5

= 54

Berdasarkan rumus di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang

diperlukan adalah 54 akseptor kontrasepsi DMPA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

E. Rancangan Penelitian

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : lama pemakaian kontrasepsi DMPA

2. Variabel terikat : kejadian amenorea sekunder

Akseptor kontrasepsi DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta

Amenorea sekunder positif

Populasi

Amenorea sekunder negatif

Sampel

Analisis data

3-12 bulan ≥ 24 bulan

Lama pemakaian

13-23 bulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas: lama pemakaian kontrasepsi DMPA

DMPA merupakan kontrasepsi progestin yang disuntikkan tiap tiga

bulan sekali secara intramuskular. Lama pemakaian kontrasepsi DMPA

menunjukkan waktu penggunaan suntikan aktif. Adapun lama pemakaian

kontrasepsi dinyatakan dalam bulan dan dikategorikan menjadi:

a. Pemakaian 3 – 12 bulan

b. Pemakaian 13 – 23 bulan

c. Pemakaian lebih dari 24 bulan (≥ 24 bulan)

Skala pengukuran : Skala ordinal

Jenis data : Data kategorikal

Alat ukur : Kartu status peserta KB

2. Variabel Terikat: kejadian amenorea sekunder

Amenorea sekunder adalah kondisi dimana tidak terjadinya menstruasi

selama tiga bulan atau lebih pada orang yang pernah mengalami

menstruasi. Adapun variabel terikat dinyatakan dengan :

a. Mengalami amenorea sekunder

b. Tidak mengalami amenorea sekunder

Skala pengukuran : Skala nominal

Jenis data : Data kategorikal

Alat ukur : Kuesioner dan wawancara terstruktur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Data primer : kuesioner dan wawancara terstruktur berdasarkan

pertanyaan di kuesioner

2. Data sekunder : kartu status peserta KB

I. Cara Kerja

1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya

masing-masing :

a. variabel bebas : lama pemakaian kontrasepsi DMPA

b. variabel terikat : kejadian amenorea sekunder

2. Menetapkan subjek penelitian yang mencakup populasi dan sampel

penelitian. Sampel diambil dari akseptor KB di wilayah Puskesmas

Kratonan Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April-Mei

2010 dengan teknik purposive sampling.

3. Melakukan pengumpulan data dan observasi terhadap variabel-variabel

yang ada secara bersamaan dalam waktu yang sama. Pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan melihat kartu status peserta KB. Sedangkan

pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner

maupun wawancara terstruktur kepada akseptor KB DMPA.

4. Mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan program SPSS

versi 17.0

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

J. Teknik Analisis Data

Data yang didapat dilakukan analisis dengan program SPSS 17.0. Analisis

data meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis regresi logistik.

1. Analisis Univariat

Pada analisis univariat, data berupa karakter demografik yang

ditampilkan dalam bentuk persentase.

2. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat dilakukan uji Independensi Kai Kuadrat. Analisis

ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang bermakna antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

3. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat. Mengingat variabel terikat

(kejadian amenorea sekunder) bersifat kategorik dikotom yang terdiri dari

dua kategori, maka uji regresi yang digunakan adalah uji regresi logistik.

Uji ini dilakukan dengan interval kepercayaan (CI) 95% dan α = 0,05.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

kuesioner pada periode April 2010 hingga Mei 2010, didapatkan sampel

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 54 akseptor.

Data yang diperoleh meliputi usia akseptor, tingkat pendidikan, pekerjaan,

paritas, berat badan akseptor, dan kejadian amenorea sekunder.

1. Deskripsi Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA

a. Usia Akseptor

Usia akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Akseptor Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

21-25 tahun

26-30 tahun

31-35 tahun

18

21

15

33,3%

38,9%

27,8%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang

diobservasi sebagian besar berada pada rentang usia 26-30 tahun yaitu

sebanyak 21 akseptor (38,9%), dan paling sedikit berada dalam rentang

usia 31-35 tahun sebanyak 15 akseptor (27,8%).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Tingkat Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan terakhir akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi

sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Akseptor Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

Lulus SD 8 14,8%

Lulus SLTP 18 33,3%

Lulus SLTA 26 48,1%

Lulus PT 2 3,7%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang

diobservasi sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SLTA yaitu

sejumlah 26 akseptor (48,1%), dan paling sedikit berpendidikan

terakhir Perguruan Tinggi (PT) yaitu 2 akseptor (3,7%).

c. Pekerjaan

Pekerjaan akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Ibu Rumah Tangga 37 68,5%

Karyawan Swasta 11 20,4%

Wiraswasta 6 11,1%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Dari tabel 3 dapat diketahui akseptor paling banyak bekerja sebagai

Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 37 akseptor (68,5%), dan

paling sedikit bekerja sebagai wiraswasta yaitu 6 akseptor (11,1%).

d. Paritas

Paritas akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Akseptor Berdasarkan Paritas

Paritas Frekuensi Persentase

Primipara 23 42,6%

Multipara 31 57,4%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

Dari tabel 4 dapat diketahui paritas dari 54 akseptor dimana

terdapat 23 akseptor (42,6%) yang memiliki satu anak (primipara) dan

31 akseptor (57,4%) yang memiliki dua anak atau lebih (multipara).

e. Berat Badan

Berat badan akseptor dapat diketahui dari hasil tabulasi sebagai

berikut:

Tabel 5. Distribusi Akseptor Berdasarkan Berat Badan

Berat badan Frekuensi Persentase

< 50,5 kg 29 53,7%

≥ 50,5 kg 25 46,3%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berat badan akseptor berkisar antara 38 hingga 82 kg dengan rata-

rata ( x ) = 51,73 ± 8,22 kg dan nilai tengah 50,5 kg. Selain itu,

akseptor yang memiliki berat badan diatas 50,5 kg berjumlah 25

akseptor (46,3%), dan akseptor dengan berat badan dibawah 50,5 kg

berjumlah 29 akseptor (53,7%).

2. Deskripsi Data Penelitian

Data lama pemakaian kontrasepsi DMPA dan kejadian amenorea

sekunder dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi Akseptor Berdasarkan Lama Pemakaian Kontrasepsi

DMPA

Lama Pemakaian Frekuensi Persentase

3-12 bulan 20 37%

13-23 bulan 15 27,8%

≥ 24 bulan 19 35,2%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa lama pemakaian

kontrasepsi DMPA paling banyak berkisar antara 3 hingga 12 bulan yaitu

sejumlah 20 akseptor (37%), dan paling sedikit berkisar antara 13 hingga

23 bulan yaitu sebanyak 15 akseptor (27,8%).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 7. Distribusi Akseptor Berdasarkan Kejadian Amenorea Sekunder

Amnorea Sekunder Frekuensi Persentase

Positif 32 59,3%

Negatif 22 40,7%

Jumlah 54 100%

Sumber : Data primer pada bulan April-Mei 2010

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui kejadian amenorea

sekunder pada 54 akseptor dimana sebanyak 32 akseptor (59,3%)

mengalami amenorea sekunder positif, sedangkan 22 akseptor (40,7%)

lainnya mengalami amenorea sekunder negatif (tidak mengalami amenorea

sekunder).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA dengan

Kejadian Amenorea Sekunder

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji Independensi Kai

Kuadrat, dapat diperoleh hubungan antara karakteristik akseptor yang

meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan

akseptor dengan kejadian amenorea sekunder.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 8. Hubungan Karakteristik Akseptor Kontrasepsi DMPA dengan

Kejadian Amenorea Sekunder

Amenorea Sekunder Jumlah

Nilai

p positif negatif

n (%) n (%) n (%)

Usia

21-25 tahun 8 (15) 10 (18) 18 (33)

26-30 tahun 13 (24) 8 (15) 21 (39) 0,231

31-35 tahun 11 (20) 4 (7) 15 (28)

Pendidikan

Lulus SD 5 (9) 3 (6) 8 (15)

Lulus SLTP 10 (18) 8 (15) 18 (33) 0,967

Lulus SLTA 16 (30) 10 (18) 26 (48)

Lulus PT 1 (2) 1 (2) 2 (4)

Pekerjaan

IRT 21 (37) 16 (30) 37 (68)

Karyawan 7 (13) 4 (7) 11 (20) 1,000

Wiraswasta 4 (7) 2 (4) 6 (11)

Paritas

Primipara 13 (24) 10 (18) 23 (42) 0,724

Multipara 18 (33) 13 (25) 31 (58)

Berat Badan

<50,5 kg 15 (28) 14 (26) 29 (54) 0,225

≥50,5 kg 17 (31) 8 (15) 25 (46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa karakteristik akseptor

seperti usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor tidak

memiliki hubungan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) terhadap

kejadian amenorea sekunder.

2. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Kejadian

Amenorea Sekunder

Lama pemakaian kontrasepsi DMPA dan kejadian amenorea sekunder

dinyatakan dalam bentuk tabel dan diagram yang menyatakan distribusi

frekuensi dan arah hubungan dari kedua variabel yang diteliti.

Tabel 9. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan

Kejadian Amenorea Sekunder

Amenorea Sekunder Jumlah Nilai

p

Positif Negatif

n (%) n (%) n (%)

Lama

Pemakaian

(bulan)

3-12 7 (13) 13 (24) 20 (37)

13-23 11 (21) 4 (7) 15 (28) 0,021

≥ 24 14 (26) 5 (9) 19 (35)

Jumlah 32 (60) 22 (40) 54 (100)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

13

2421

7

26

9

0

5

10

15

20

25

30

Pers

enta

se (%

)

3--12 13--23 ≥ 24

Lama Pemakaian (Bulan)

Amenorea SekunderPositif

Amenorea SekunderNegatif

Gambar 3. Grafik Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA

dengan Kejadian Amenorea Sekunder

Berdasarkan tabel 9, diperoleh nilai signifikan yang didapat p = 0,021

(p< 0,05), sehingga H0 ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama

pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder.

Berdasarkan gambar 3, diperoleh informasi bahwa kejadian amenorea

sekunder semakin meningkat seiring dengan lama pemakaian kontrasepsi

DMPA. Kejadian amenorea sekunder paling banyak dialami akseptor yang

memakai kontrasepsi selama ≥ 24 bulan yaitu sebesar 26%, dan paling

sedikit dialami oleh akseptor dengan pemakaian kontrasepsi selama 3-12

bulan sebesar 13%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

C. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan

atau Odds Ratio (OR) antara variabel lama pemakaian kontrasepsi DMPA

dengan kejadian amenorea sekunder.

Tabel 10. Analisis Regresi Logistik Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA

dengan Kejadian Amenorea Sekunder

Amenorea sekunder

Nilai p

OR (CI 95%) positif negatif

Lama

Pemakaian

(bulan)

3-12 7 13 Pembanding

13-23 11 4 0,029 5,11 (1,18-22,16)

≥ 24 14 5 0,019 5,20 (1,32-20,54)

Jumlah 32 22

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa pemakaian kontrasepsi

selama 3-12 bulan dijadikan sebagai pembanding terhadap kategori lainnya.

Dari tabel tersebut, lama pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan

dan pemakaian ≥24 memiliki hubungan yang secara statistik signifikan

terhadap kejadian amenorea sekunder (p<0,05).

Pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan mempunyai risiko

untuk mengalami kejadian amenorea sekunder sebesar 5,1 kali daripada

pemakaian 3-12 bulan. Sedangkan pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥24

bulan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejadian

amenorea sekunder yaitu sebesar 5,2 kali daripada pemakaian DMPA selama

3-12 bulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa risiko untuk

terjadinya amenorea sekunder pada pemakaian 13-23 bulan berkisar antara 1,2

hingga 22,2 kali dibanding pemakaian 3-12 bulan. Sedangkan pemakaian

selama ≥ 24 bulan mempunyai risiko untuk terjadinya amenorea sekunder

berkisar antara 1,3 hingga 20,5 kali dibandingkan pemakaian 3-12 bulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Akseptor

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 8, dapat diketahui bahwa

tidak ada hubungan yang secara statistik signifikan antara karakteristik

akseptor yang meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan paritas

akseptor kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder. Adapun

deskripsi dari setiap karakteristik akseptor terhadap kejadian amenorea

sekunder meliputi:

1. Usia

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang

diteliti, sebagian besar akseptor berada pada rentang usia 26-30 tahun yaitu

sebanyak 21 akseptor (38,9%) dan paling sedikit berada dalam rentang

usia 31-35 tahun sebanyak 15 akseptor (27,8%). Selain itu, berdasarkan

hasil pengolahan bivariat, tidak didapatkan hubungan yang bermakna

antara usia akseptor dengan kejadian amenorea sekunder (p = 0,231). Hal

ini disebabkan oleh pengontrolan usia akseptor yang diteliti. Pengontrolan

dilakukan karena usia akseptor yang kurang dari 20 tahun dan melebihi 35

tahun akan memperbesar kejadian amenorea sekunder. Usia diatas 35

tahun memperbesar kejadian amenorea sekunder karena kesuburan mulai

menurun pada usia ini (Cunningham et al., 2005). Sedangkan usia kurang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dari 20 tahun terkait dengan amenorea pada remaja (Boroditsky et al.,

2000).

2. Pendidikan Terakhir

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 54 akseptor yang diobservasi

sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SLTA yaitu sejumlah 26

akseptor (48,1%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman

akseptor terhadap pemakaian kontrasepsi DMPA cukup tinggi karena

tingkat pendidikan berkorelasi positif terhadap pemahaman yang diperoleh

(Notoadmojo, 2002). Selain itu, dari hasil analisis bivariat menunjukkan

tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

kejadian amenorea sekunder ( p = 0,967) dan hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Bazargani dan Fardyazar yang menyatakan

bahwa pendidikan akseptor tidak memiliki hubungan yang bermakna

dengan kejadian amenorea sekunder (Bazargani dan Fardyazar, 2006).

3. Pekerjaan

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa akseptor paling banyak bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 37 akseptor (68,5%) dan

paling sedikit bekerja sebagai wiraswasta yaitu 6 akseptor (11,1%). Selain

itu, dari hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara pekerjaan dengan kejadian amenorea sekunder. Hasil

pengolahan data ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Marsinova tahun 2008 di Yogyakarta. Hasil yang tidak signifikan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

disebabkan oleh ruang lingkup pekerjaan akseptor terbatas pada jenis

pekerjaan yang tidak membutuhkan aktivitas fisik yang berat. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Kinningham, jenis pekerjaan yang

membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti atlet dan penari balet

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya amenorea sekunder

karena terjadi kelainan hipotalamus fungsional akibat penurunan frekuensi

dan amplitudo denyut GnRH (Hefner dan Schust, 2006).

4. Paritas

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar akseptor kontrasepsi

DMPA yang diteliti memiliki dua orang anak atau lebih (multipara) yaitu

sejumlah 31 akseptor (57,4%). Hasil ini serupa dengan penelitian

epidemiologis yang dilakukan oleh Abasiattai et al. tahun 2010 di Nigeria

yang menyatakan bahwa akseptor dengan multipara cenderung

menggunakan DMPA. Selanjutnya, dari hasil analisis bivariat pada tabel 8

diperoleh nilai signifikan p = 0,724. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

paritas pada akseptor DMPA tidak memiliki hubungan yang bermakna

secara statistik dengan kejadian amenorea sekunder.

5. Berat Badan

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa rerata berat badan akseptor adalah

51,73 kg dengan median 50,5 kg. Amenorea sekunder pada akseptor

DMPA tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat badan

tinggi (Hartanto, 2003). Akan tetapi, dari hasil pengolahan data di tabel 8,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

berat badan akseptor dengan kejadian amenorea sekunder. Penelitian yang

dilakukan oleh Bazargani dan Fardyazar tahun 2006 juga menunjukkan

bahwa tidak terdapat kaitan antara berat badan dengan kejadian amenorea.

B. Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Kejadian

Amenorea Sekunder

Data hasil penelitian kategori lama pemakaian kontrasepsi DMPA diproses

dengan menggunakan uji Independensi Kai Kuadrat didapatkan nilai

signifikansi p = 0,021 (p< 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang

berarti secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara lama

pemakaian kontrasepsi DMPA dengan kejadian amenorea sekunder. Selain itu,

hasil analisis regresi logistik pada tabel 10 menyatakan bahwa angka kejadian

(odss ratio) amenorea sekunder semakin besar seiring dengan lamanya

pemakaian kontrasepsi DMPA. Hasil pengolahan analisis pada tabel 10

menyatakan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA selama ≥ 24 bulan

mempunyai risiko 5,2 kali untuk mengalami amenorea sekunder bila

dibandingkan dengan pemakaian selama 3-12 bulan. Sedangkan lama

pemakaian kontrasepsi DMPA selama 13-23 bulan mempunyai risiko 5,11

kali untuk mengalami amenorea sekunder bila dibandingkan dengan

pemakaian selama 3-12 bulan.

Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh Bazargani dan Fardyazar yang menyatakan bahwa efek pemakaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kontrasepsi DMPA terhadap amenorea sekunder bertambah besar seiring

dengan lamanya waktu pemakaian. Selain itu, hasil penelitian epidemiologis

lain yang dilakukan oleh Sathyamala juga menunjukkan bahwa kejadian

amenorea sekunder lebih sering dialami oleh akseptor kontrasepsi DMPA

yang melakukan penyuntikan ulang kontrasepsi (Phadke, 2005).

Menurut Kaunitz (2001), kejadian amenorea sekunder pada akseptor

kontrasepsi DMPA disebabkan oleh efek farmakologik kontrasepsi tersebut.

Kadar obat kontrasepsi MPA yang dilepaskan secara perlahan dari depotnya

akan bersirkluasi dalam darah, sehingga mampu menekan pembentukan

GnRH dari hipotalamus. Hal ini akan menghambat pelepasan lonjakan LH di

hipofisis. Penghambatan ini menimbulkan kegagalan ovulasi dan akhirnya

tidak terjadi siklus menstruasi (amenorea). Selain itu, tidak adanya ovulasi

mengakibatkan kadar estradiol serum juga tetap dipertahankan rendah akibat

tidak meningkatnya kadar FSH secara simultan.

Pemakaian kontrasepsi DMPA dalam jangka lama dapat menimbulkan

kondisi hipoestrogen yang ditandai dengan kadar estradiol serum (E2) yang

rendah (Phadke, 2005). Penelitian yang telah dilakukan oleh Miller et al.

tahun 2000, menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi DMPA dapat

menurunkan rerata kadar estradiol serum yang semula 99.9 ± 9.3 pg/mL

menjadi 26.6 ± 1.6 pg/mL setelah 6 bulan pemakaian. Keadaan hipoestrogen

yang berlangsung dalam jangka lama ini akan dapat memicu atrofi

endometrium yang menimbulkan amenorea sekunder (Hefner dan Schust,

2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah desain penelitian yang bersifat

cross sectional dan adanya faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Penggunaan

desain cross sectional dipengaruhi oleh keterbatasan waktu dalam melakukan

penelitian. Selain itu, desain cross sectional tidak bisa menganalisis hubungan

sebab akibat (kausal) yang kuat antara paparan dengan penyakit (masalah

kesehatan), karena penilaian hubungan dilakukan satu waktu sedangkan

validitas penilaian hubungan kausal pada dasarnya memerlukan arah waktu yang

jelas (paparan harus mendahului penyakit).

Adanya faktor lain yang tidak diteliti seperti status gizi akseptor dan faktor

psikogenik juga turut menjadi keterbatasan penelitian. Penelitian terbatas pada

penilaian berat badan akseptor melalui kartu akseptor KB. Sedangkan tinggi

badan akseptor tidak diteliti sehingga tidak bisa menentukan indeks massa

tubuh untuk mengetahui status gizi akseptor yang diteliti. Selain itu, penelitian

ini terbatas pada lingkungan Puskesmas Kratonan Surakarta, sehingga hasil

penelitian tidak dapat digeneralisasikan secara luas pada akseptor DMPA di

Kota Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Lama pemakaian kontrasepsi DMPA memiliki hubungan yang bermakna

dengan kejadian amenorea sekunder.

2. Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dan berat badan akseptor

kontrasepsi DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta tidak mempunyai

hubungan yang secara statistik signifikan terhadap kejadian amenorea

sekunder.

B. Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor risiko

kejadian amenorea sekunder dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan

daerah penelitian yang lebih luas agar diperoleh hasil yang lebih

mendekati kenyataan.

2. Perlu diadakan konseling dan penyuluhan yang intensif terhadap akseptor

baru kontrasepsi DMPA, sehingga diperoleh pemahaman terkait dengan

risiko terjadinya amenorea sekunder setelah penyuntikan ulang kontrasepsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

DAFTAR PUSTAKA

Adaji S.E, Sittu S.O, Sule S.T. 2005. Attitude of nigerian women to abnormal menstrual bleeding from injectable progestogen-only contraceptive. Ann Afr Med 4: 144-9

Albertazzi B.M, and Steel S.A. 2006. Bone mineral density and depot

medroxyprogesterone acetate. Contraception 73:577-83 Arum D.N., dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.

Cetakan 3. Jogjakarta: Nuha Medika, pp: 123-34 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Jawa Tengah. 2009. Hasil

Perolehan Peserta KB Baru Bulan November 2009. http://jateng.bkkbn.go.id (18 Januari 2010)

Bazargani H.S. and Fardyazar Z. 2006. Amenorrhea: an advantage rather than a

complication of depot medroxy progesterone acetate injectable contraceptive. Intl. J. Pharmacol 2: 352-6

Berenson A.B, Rahman M, Breitkopf C.R. 2008. Effects of depot

medroxyprogesterone acetate and 20-microgram oral contraceptives on bone mineral density. Obstet Gynecol 112:788-99.

Bielak K.M. 2008. Amenorrhea. http://emedicine.medscape.com (26 Januari

2010) Boroditsky R, Guilbert E, Winnipeg, Quebec. 2000. Injectable

medroxyprogesterone acetate for contraception. J Obstet Gynaecol Can 94: 14-8

Camacho P.M, Gharib H, Srumore G.W. 2007. Evidence Based Endocrinology.

2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp; 127-8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Chandrasoma P., dan Taylor C.R. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Mahanani DA. dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 695-7

Clark M.K., Dillon J.S, Sowers M., Nichols S. 2005. Weight, fat mass, and central distribution of fat increase when women use depot medroxyprogesterone acetate for contraception. Int J Obes 29: 1252-8

Crum C.P., Lester S.C., Cotran R.S. 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan

Payudara. Dalam: Robbins S.L., Kumar V., Cotran R.S. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedoketeran EGC, pp: 777-8

Cunningham F.G., Gant N.F., Leveno K.J. Gilstrap L.C., Hauth J.C., Wenstrom

K.D. 2005. Obstetri Williams. Hartanto H., dkk (eds). Edisi 21. Volume 2. Jakarta: EGC, pp: 1714-7

D’Archangues C. 2000. Management of vaginal bleeding irregularities induced by

progestin-only contraceptives. Hum Reprod 15: 24-9 Hartanto H. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan 4. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, pp: 163-72 Hatcher R.A., Trussell J, Nelson A.L. 2009. Contraceptive Technology. 19th ed.

USA: Ardent Media Inc., pp: 157-69; 461-5 Heffner L.J. dan Schust D.J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Safitri A.(ed).

Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, pp: 68-71 Hillegas K.B. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam: Price S.A.

dan Wilson L.M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Hartanto H, dkk (eds). Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 1280-7

Kaunitz A. 2001. Injectable long-acting contraceptives. Clin Obstet Gynecol 44:

73-91

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Miller L., Patton D., Meier A., Eschenbach A. 2000. Depot medroxyprogesterone-induced hypoestrogenism and changes in vaginal flora and epithelium. Obstet Gynecol 96:431-9

Morgan G. dan Hamilton C. 2003. Obstetri dan Ginekologi: Panduan Praktik.

Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 31-3 Murti B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 97-8

Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan 2. Jakarta: PT

Rineka Cipta, pp: 77-105 Phadke A. 2005. A thorough critique of Depo Provera. Indian J Med Ethics 2:1 Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Santoso B.I.(ed). Edisi 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 713; 726-7 Speroff L., Glass R.H., Kase N.G., 2007. Clinical Gynecologic Endocrinology

and Infertility. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp: 405-37; 911-12; 949-74

Tazhibayev S., Sharmanov T., Ergalieva A., Dolmatova O., Mukasheva O.,

Seidakhmetova A., Kushenova R. 2004. Promotion of Lactation Amenorrhea Method Intervention Trial, Lazakhstan. http://www.popcouncil.org (3 April 2010)

Wiknjosastro H., Saifuddin A.B., Rachimhadi T. (eds). 2005. Ilmu Kandungan.

Edisi 2. Cetakan 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: 104-23; 204-20

Wiknjosastro H., Saifuddin A.B., Rachimhadi T. (eds). 2006. Ilmu Kebidanan.

Edisi 3. Cetakan 8. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: 31-48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Lampiran 1. Permohonan Responden Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Calon Responden

Akseptor KB DMPA di Puskesmas Kratonan Surakarta

Dengan hormat,

Untuk keperluan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret (UNS) Surakarta maka saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SHOFARIYAH NUR LAILA

NIM : G0007020

Program studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Dengan segala kerendahan hati penulis memohon dengan hormat kepada

Ibu untuk meluangkan waktu guna mengisi daftar pertanyaan yang penulis ajukan

sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Jawaban Ibu sangat kami butuhkan

sebagai data penelitian dan semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

tidak ada maksud lain.

Harapan kami ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, serta

identitas dan keterangan dari ibu akan dijamin kerahasiannya. Atas ketersediaan

dan keikhlasan yang Ibu berikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya.

Hormat Saya,

Shofariyah N.L.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Penelitian

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dengan

judul ”Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone

Acetate Dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta”

dan saya akan memberikan jawaban yang jujur demi kepentingan penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tidak ada paksaan

dari pihak siapapun.

Surakarta 2010

Responden

( )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI DEPOT

MEDROXYPROGESTERONE ACETATE DENGAN KEJADIAN

AMENOREA SEKUNDER DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

No. Responden =

Nama Akseptor =

Lama Pemakaian KB Suntik 3 bulanan = bulan

Pekerjaan =

Pendidikan =

Usia =

Jumlah Anak =

Berat Badan (BB) =

Tinggi Badan (TB) =

INSTRUKSI : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari

ataupun mengisi jawaban yang ada sesuai dengan kondisi yang anda alami.

A. PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULANAN

1. Sudah berapa kali Anda mendapat suntikan KB 3 bulanan ?

a. 1 kali c. 4-6 kali

b. 2 – 4 kali d. ≥ 6 kali

2. Apakah Anda pernah berhenti menggunakan KB suntik 3 bulanan ?

a. Ya b. Tidak

Jika jawaban ”ya” lanjut ke nomor 3

Jika jawaban ”tidak” lanjut ke nomor 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Berapa lama Anda berhenti menggunakan KB suntik 3 bulanan ?

a. < 1 tahun c. Lainnya .................tahun

b. 1-2 tahun

4. Apakah Anda pernah beralih menggunakan KB hormonal jenis lain?

a. Ya b. Tidak

Jika jawaban ”ya” lanjut ke nomor 5

Jika jawaban ”tidak” lanjut ke nomor 6

5. KB hormonal lain apa yang pernah Anda gunakan ?

a. KB pil

b. KB suntik 1 bulanan

c. KB susuk

d. Lainnya............

6. Apakah saat ini anda sedang dalam kondisi menyusui (memberi ASI) ?

a. Ya b. Tidak

Jika jawaban ”ya” lanjut ke nomor 7

Jika jawaban ”Tidak” lanjut ke nomor 9

7. Sudah berapa lama Anda menyusui anak anda ?

a. Kurang dari 6 bulan ( < 6 bulan)

b. Lebih dari 6 bulan ( ≥ 6 bulan)

Jika jawaban ”Ya” lanjut ke nomor 8

Jika jawaban ”Tidak” lanjut ke nomor 9

8. Apakah Anda memberi makanan tambahan lain selain ASI ?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah saat ini Anda sedang mengonsumsi obat-obatan untuk

mengobati penyakit terkait gangguan hormonal ?

a. Ya b. Tidak

B. SIKLUS MENSTRUASI

1. Berapa lamakah menstruasi Anda tiap bulannya ?

a. 3-4 hari c. 7-14 hari

b. 4-7 hari d. > 14 hari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Setelah memakai KB suntik 3 bulanan (KB DMPA), Adakah

perubahan pada pola menstruasi Anda ?

a. Ya b. Tidak

3. Bagaimana pola menstruasi anda setelah menggunakan KB suntik 3

bulanan?

Tidak mengalami menstruasi

Keluar bercak-bercak darah/ flek-flek darah (spotting)

Keluar darah yang banyak saat menstruasi

Lama menstruasi menjadi pendek

Lama menstruasi menjadi panjang

( jawaban dapat dipilih lebih dari satu pilihan jawaban sesuai dengan

kondisi yang anda alami)

4. Apakah setelah memakai kontrasepsi suntik, Anda pernah TIDAK

mengalami menstruasi selama 3 (tiga) bulan ?

a. Pernah b. Tidak pernah

Bila jawaban ”pernah” lanjut ke nomor 5

Bila jawaban “ tidak pernah” lanjut ke nomor 6

5. Apakah saat ini Anda sedang mengalami kondisi tersebut (tidak

mengalami menstruasi selama 3 bulan) ?

a. Ya b. Tidak

6. Bila tidak mengalami menstruasi tiap bulan, Apakah Anda merasa

cemas dan khawatir ?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah Anda akhir-akhir ini merasa sibuk beraktivitas ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Anda melakukan diet khusus terhadap pola makan Anda

selama 3 bulan terakir ini?

a. Ya b. Tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Lampiran 4. Data Dasar Hasil Penelitian

No Nama

Inisial

Usia Pendidikan Pekerjaan Paritas Berat

Badan

Lama

Pakai

Amenorea

1 ST 23 SD IRT 2 55 3-12 ya

2 RH 28 SLTA IRT 1 42 3-12 ya

3 SM 34 SLTP IRT 2 50 3-12 ya

4 LT 34 SLTA IRT 2 71 3-12 ya

5 KR 29 SD IRT 2 59 3-12 ya

6 SP 22 SLTP IRT 1 57 3-12 ya

7 IS 31 SLTA Karyawan 2 52 3-12 ya

8 LY 32 SD IRT 3 50 3-12 tidak

9 DS 25 SLTA Karyawan 1 59 3-12 tidak

10 HD 22 SLTA IRT 2 59 3-12 tidak

11 UT 25 SLTP IRT 2 52 3-12 tidak

12 SY 30 SLTP IRT 1 45 3-12 tidak

13 SO 21 SLTA Karyawan 1 53 3-12 tidak

14 KT 24 SD Wiraswasta 1 49 3-12 tidak

15 EW 27 SLTA IRT 1 65 3-12 tidak

16 NW 25 SLTA IRT 2 40 3-12 tidak

17 MY 25 SD Karyawan 2 52 3-12 tidak

18 RN 26 PT IRT 1 50 3-12 tidak

19 AY 28 SLTP IRT 1 55 3-12 tidak

20 YR 29 SLTP Wiraswasta 2 44 3-12 tidak

21 INC 21 SLTP IRT 2 50 13-23 tidak

22 RW 32 SLTP IRT 3 60 13-23 tidak

23 SYT 30 SLTP IRT 3 43 13-23 tidak

24 DM. 24 SLTA IRT 2 39 13-23 tidak

25 SH 28 SLTA IRT 2 51 13-23 ya

26 NR 23 SLTP IRT 1 62 13-23 ya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

27 DW. 26 PT Karyawan 1 46 13-23 ya

28 SN. 25 SLTA IRT 2 46 13-23 ya

29 YA 34 SLTA IRT 2 51 13-23 ya

30 MI 26 SLTA IRT 2 50 13-23 ya

31 HT 25 SLTP IRT 1 45 13-23 ya

32 DH 23 SLTA IRT 1 53 13-23 ya

33 SA 28 SLTA Karyawan 1 50 13-23 ya

34 AW 27 SLTA Wiraswasta 1 40 13-23 ya

35 PT 30 SLTP IRT 1 82 13-23 ya

36 WW 32 SLTA IRT 1 48 ≥24 tidak

37 PW 26 SLTA IRT 1 48 ≥24 tidak

38 CM 24 SLTA IRT 1 49 ≥24 tidak

39 KS 27 SLTP Karyawan 2 50 ≥24 tidak

40 SU 35 SLTA IRT 2 40 ≥24 tidak

41 MT 34 SLTA Karyawan 2 41 ≥24 ya

42 MR 32 SD Karyawan 2 56 ≥24 ya

43 PWi 35 SLTP Wiraswasta 2 50 ≥24 ya

44 RY 28 SLTA Karyawan 1 65 ≥24 ya

45 SL 30 SLTP IRT 2 55 ≥24 ya

46 EK 25 SLTP IRT 1 48 ≥24 ya

47 SNR. 35 SLTA IRT 3 50 ≥24 ya

48 ST. 26 SLTP Wiraswasta 2 55 ≥24 ya

49 RH 21 SLTA Wiraswasta 1 58 ≥24 ya

50 SH. 34 SD IRT 2 61 ≥24 ya

51 AS. 30 SLTA Karyawan 1 48 ≥24 ya

52 SM 33 SD IRT 2 56 ≥24 ya

53 SN 35 SLTP IRT 2 50 ≥24 ya

54 TA. 28 SLTA IRT 2 38 ≥24 ya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Analisis Univariat

FREQUENCIES VARIABLES=pekerjaan pendidikan anak_3 umur2 berat2 /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Pekerjaan

Responden

pendidikan terakhir

responden anak_3 umur2 berat2

N Valid 54 54 54 54 54

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

umur2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20-25 18 33.3 33.3 100.0

26-30 21 38.9 38.9 66.7

31-35 15 27.8 27.8 27.8

Total 54 100.0 100.0

pendidikan terakhir responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 8 14.8 14.8 14.8

SLTP 18 33.3 33.3 48.1

SLTA 26 48.1 48.1 96.3

PT 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ibu rumah tangga 37 68.5 68.5 68.5

karyawan swasta 11 20.4 20.4 88.9

wiraswasta 6 11.1 11.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

paritas_2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid primipara 23 42.6 42.6 42.6

multipara 31 57.4 57.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

berat3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <50,5 kg 29 53.7 53.7 53.7

>=50,5 kg 25 46.3 46.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Statistics

Berat Badan

N Valid 54

Missing 0

Mean 51.7315

Median 50.5000

Mode 50.00

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Std. Deviation 8.22199

Minimum 38.00

Maximum 82.00

Sum 2793.50

Percentiles 25 47.5000

50 50.5000

75 56.0000

Amenorea Sekunder

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid amenorea sekunder positif 32 59.3 59.3 59.3

amenorea sekunder negatif 22 40.7 40.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

lama2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3-12 20 37.0 37.0 100.0

13-23 15 27.8 27.8 63.0

>=24 19 35.2 35.2 35.2

Total 54 100.0 100.0

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Lampiran 6. Hasil Pengolahan Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur2 * Amenorea

Sekunder

54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Crosstabs Usia*Amenorea Sekunder

umur2 * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total

amenorea

sekunder positif

amenorea

sekunder negatif

umur2 31-35 11 4 15

26-30 13 8 21

20-25 8 10 18

Total 32 22 54

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.928a 2 .254

Likelihood Ratio 2.959 2 .228

Linear-by-Linear Association 2.826 1 .093

N of Valid Cases 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.11.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Crosstabs Pendidikan Terakhir*Amenorea Sekunder

pendidikan terakhir responden * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total ya tidak

pendidikan terakhir

responden

SD 5 3 8

SLTP 10 8 18

SLTA 16 10 26

PT 1 1 2

Total 32 22 54

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .077a 2 .962

Likelihood Ratio .075 2 .963

Linear-by-Linear Association .008 1 .929

N of Valid Cases 54

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .81.

Crosstabs Pekerjaan *Amenorea Sekunder

Pekerjaan Responden * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total ya tidak

Pekerjaan Responden ibu rumah tangga 21 16 37

karyawan swasta 7 4 11

wiraswasta 4 2 6

Total 32 22 54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .320a 2 .852

Likelihood Ratio .323 2 .851

N of Valid Cases 54

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.44.

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Test Statisticsa

pekerjaan2

Most Extreme

Differences

Absolute .071

Positive .000

Negative -.071

Kolmogorov-Smirnov Z .256

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Grouping Variable: amenore

Crosstabs Berat Badan *Amenorea Sekunder

berat3 * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total

amenorea

sekunder positif

amenorea

sekunder negatif

berat3 <50,5 kg 15 14 29

>=50,5 kg 17 8 25

Total 32 22 54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.473a 1 .225

Continuity Correctionb .876 1 .349

Likelihood Ratio 1.486 1 .223

Fisher's Exact Test .274 .175

Linear-by-Linear

Association

1.446 1 .229

N of Valid Cases 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.19.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs Lama Pemakaian *Amenorea Sekunder

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama2 * Amenorea

Sekunder

54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

lama2 * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total ya tidak

lama2 >24 14 5 19

13-23 11 4 15

3-12 7 13 20

Total 32 22 54

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.744a 2 .021

Likelihood Ratio 7.801 2 .020

Linear-by-Linear Association 6.012 1 .014

N of Valid Cases 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

6.11.

Crosstabs Paritas *Amenorea Sekunder

anak_3 * Amenorea Sekunder Crosstabulation

Count

Amenorea Sekunder

Total

amenorea

sekunder positif

amenorea

sekunder negatif

anak_3 1.00 13 10 23

2.00 19 12 31

Total 32 22 54

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .124a 1 .724

Continuity Correctionb .005 1 .942

Likelihood Ratio .124 1 .725

Fisher's Exact Test .784 .470

Linear-by-Linear

Association

.122 1 .727

N of Valid Cases 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.37.

b. Computed only for a 2x2 table

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Analisis Regresi Logistik

Logistic Regression Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

amenore negatif 0

amenore positif 1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1) (2)

lama2 >24 bulan 19 1.000 .000

13-23 bulan 15 .000 1.000

3-12 bulan 20 .000 .000

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

amenore Percentage

Correct amenore negatif amenore positif

Step 0 amenore amenore negatif 0 22 .0

amenore positif 0 32 100.0

Overall Percentage 59.3

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .375 .277 1.830 1 .176 1.455

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables lama2 7.744 2 .021

lama2(1) 2.527 1 .112

lama2(2) 1.704 1 .192

Overall Statistics 7.744 2 .021

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a lama2 7.258 2 .027

lama2(1) 1.649 .701 5.533 1 .019 5.200 1.317 20.539

lama2(2) 1.631 .749 4.742 1 .029 5.107 1.177 22.159

Constant -.619 .469 1.744 1 .187 .538

a. Variable(s) entered on step 1: lama2.