HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

139
i TESIS HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN DENGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RS DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR RELATIONSHIP BETWEEN EFFECTIVE LEADERSHIP OF ROOM HEADS WITH THE APPLICATION OF PATIENT SAFETY BY ASSOCIATE NURSES IN DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR LORANTINA.A P4200212022 PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2014

Transcript of HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

Page 1: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

i

TESIS

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN

DENGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN OLEH

PERAWAT PELAKSANA DI RS DR.WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

RELATIONSHIP BETWEEN EFFECTIVE LEADERSHIP OF

ROOM HEADS WITH THE APPLICATION OF PATIENT

SAFETY BY ASSOCIATE NURSES IN DR.WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

LORANTINA.A

P4200212022

PROGRAM PASCA SARJANA

MANAJEMEN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2014

Page 2: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

ii

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN

DENGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN OLEH

PERAWAT PELAKSANA DI RS DR.WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Magister Ilmu Keperawata

Disusun dan Diajukan oleh

LORANTINA.A

P4200212022

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

iii

Page 4: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Lorantina.A

Nim : P4200212023

Program Studi : Manajemen Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran

Judul Tesis : Hubungan Kepemimpinan Efektif Kepala Ruang Dengan

Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di

Rumah Sakit Dr.Wahidin Sudirohusoso Makassar

Menyatakan bahwa tesis saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik Magister baik di Universitas Hasanuddin maupun di

Perguruan Tinggi lain. Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan

dalam daftar rujukan.

Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi

tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau

pengelola Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Unhas dan saya bersedia

menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk

pencabutan gelar Magister yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan

dari pihak manapun

Makassar,

Yang menyatakan,

Lorantina.A

Page 5: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik yang berjudul hubungan

kepemimpinan efektif kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis dapat diselesaikan atas bantuan berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Dr.Elly L.Sjattar.,S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

pembimbingan dalam menyelesaikan proposal usulan penelitian.

2. Prof. dr. Veny Hadju, Ph.D selaku pembimbing II yang telah memberikan

pembimbingan dalam menyelesaikan proposal usulan penelitian

3. Ibu Hapsah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pendamping yang telah mendampingi

dalam penyelesaian proposal usulan penelitian ini.

4. Direktur RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, kepala instalasi ruang Lontara 2

dan Lontara 3 dan teman sejawat perawat di ruang rawat inap bagian bedah RS

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar , yang telah memberikan ijin dan bersedia

menjadi responden/sumber informasi dalam penelitian ini.

5. Orang tua, saudara-saudara, suami dan buah hatiku Kei Layuk B Ma’dika yang

senantiasa memberikan doa, semangat dan harapan sehingga studi ini berjalan

dengan lancar

Page 6: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

vi

6. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan III program magister Manajemen

Keperawatan yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama proses

perkuliahan di universitas Hasanuddin Makassar.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu yang penulis tidka dapat

menyebutkan satu persatu.

Penulis menyadari tesis ini masih memerlukan masukan untuk bahan

penyempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak yang membangun sangat

penulis harapkan.

Makassar, November 2014

Penulis

Page 7: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

vii

ABSTRAK

LORANTINA.A.. Hubungan Kepemimpinan Efektif Kepala Ruangan dengan

Penerapan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RS Dr.Wahidin

Sudirohusodo, Makassar (dibimbing oleh Elly L.Sjattar dan Veni Hadju)

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Metode yang digunakan yakni analitik observasional dengan pendekatan

kajian potong lintang. Penyampelan menggunakan teknik sampel total sehingga

diperoleh 81 orang perawat yang bekerja di ruang rawat inap bagian bedah sebagai

responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data

dianalisis dengan chi-Square dengan uji alternative uji Phiser’s serta regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kepemimpinan

efektif kepala ruangan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

(p= 0,000). Komponen kepemimpinan efektif kepala ruangan yang tidak

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana, yaitu

kesadaran diri kepala ruangan (p = 0,491 ) dan penggunaan energi kepala ruangan (p

= 0,543 ).

Berdasarkan analisis multivariat, komponen kepemimpinan efektif kepala

ruangan yang paling dominan berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien

oleh perawat pelaksana, yaitu komunikasi (p = 0,009).

Kata kunci : Kepemimpinan efektif , Penerapan keselamatan pasien.

Page 8: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

viii

ABSTRACT

LORANTINA A. Relationship Between Effective Leadership of Room Heads with

the Apllication of Patient Safety by Associate Nurses in Dr. Wahidin Sudirohusodo

Hospital of Makassar (supervised by Elly L. Sjattar and Veni Hadju).

Patient safety is a system to make patient care become safer. The aim of the

reasech was to find out the relationship between affective leadership of room heads

and the application of patient safety by associate nurses in Dr.Wahidin Sudirohusodo

Hospital of Makassar.

The research was an observational analytic study with cross sectional

approach. The sample was selected using total sampling method consisting of 81

nurses working in patient rooms of surgical wards. The data were obtained using

questionnaires and observation sheets. The data were analyzed using chi square test

with alternative Fisher’s test and logistic regression.

. The result of the research indicate that there is a relationship between

affective leadership of room heads and the application of patient safety by associate

nurses with the value of p = 0,008. Effective components of rooms heads which is not

related to the application of patient safety by associate nurses are room heads’ self-

awareness with the value of p = 0,491 and room heads’ energy usage with the value

of p =0,543.

Based of multivariate analysis effective leadership component of room heads

which is dominanty related to the application of patient safety by associate nurses is

communication with the value of p = 0,009.

Key words : Effective leadership, The applications of patient safety

Page 9: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR SKEMA ………………/………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keselamatan ............................................................ 11

B. Keselamatan Pasien .............................................................. 13

C. Kepemimpinan Efektif ......................................................... 40

D. Hubungan Kepemimpinan Efektif dengan Penerapan Keselamatan

Pasien ………………………………………………………. 48

E. Manajemen Keperawatan ...................................................... 49

F. Kerangka Teori .................................................................... 57

Page 10: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

x

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ................................................................ 58

B. Variabel Penelitian ………………………………………… 59

C. Hipotesis .............................................................................. 59

D. Defenisi Operasional ........................................................... 60

BAB IV. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................. 63

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 63

C. Populasi dan Sampel ............................................................ 63

D. Instrumen Penelitian ............................................................. 64

E. Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 66

F. Teknik Pengumpilan Data ................................................... 68

G. Alur Penelitian ..................................................................... 69

H. Pengolahan Data …………………………………………… 70

I. Analisa Data ........................................................................ 70

J. Etika Penelitian .................................................................... 71

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................... 74

B. Pembahasan ........................................................................... 91

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 109

D. Implikasi …………………………………………………… 109

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 111

Page 11: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xi

B. Saran .................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xii x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berkontribusi pada insiden keselamatan dalam pelayanan

kesehatan ( Henriksen, Hughes, Carayon, dkk,2008; Cahyono, 2008)

Page 13: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xiii x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional ………………………………….

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden … ……

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan umur dan lama kerja ………………….....

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi kepemimpinan efektif kepala

ruang ………………………………………………….

Tabel 5.4 Distribusi responden penerapan keselamatan pasien

oleh perawat berdasarkan data hasil dari kuesioner .…

Tabel 5.5 Distribusi responden penerapan keselamatan pasien

oleh perawat pelaksana berdasarkan hasil

observasional …………………………………………

Tabel 5.6 Hubungan kepemimpinan efektif dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat berdasarkan hasil

kuesioner ……………………………………………..

Tabel 5.7 Hubungan kepemimpinan efektif dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat berdasarkan hasil

observasi ………………………………………...……

Tabel 5.8 Hubungan penentuan tujuan kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat

berdasarkan kuesioner ………………………………..

Tabel 5.9 Hubungan penentuan tujuan kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat

berdasarkan observasional ……………………………

Tabel 5.10 Hubungan pengetahuan kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat

berdasarkan kuesioner ………………………………..

Tabel 5.11 Hubungan pengetahuan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat berdasarkan

observasional ……………………………………..…..

Tabel 5.12 Hubungan kesadaran diri kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat

berdasarkan kuesioner ……………………………….

52

68

69

69

70

71

72

72

73

74

75

75

76

Page 14: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xiv xi

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian

Page 15: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xv xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan penelitian

Lampiran 2 : Surat pernyataan persetujuan sebagai responden penelitian

Lampiran 3 : Kuesioner A : Identitas responden

Lampiran 4 : Kuesioner B : Kepemimpinan efektif kepala ruang

Lampiran 5 : Kuesioner C : Penerapan keselamatan pasien

Lampiran 6 : Lembar observasional

Lampiran 6 : Rekomendasi persetujuan etik

Lampiran 7 : Master tabel Penelitian

Lampiran 8 : Output analisa data

Page 16: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………… ............ i

ABSTRAK ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

DAFTAR SKEMA ………………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi

BAB I. PENDAHULUAN

E. Latar Belakang ...................................................................... 1

F. Rumusan Masalah ................................................................ 7

G. Tujuan Penelitian ................................................................. 8

H. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

G. Konsep Keselamatan ............................................................ 11

H. Keselamatan Pasien .............................................................. 13

I. Kepemimpinan Efektif ......................................................... 40

J. Hubungan Kepemimpinan Efektif dengan Penerapan Keselamatan

Pasien ………………………………………………………. 48

K. Manajemen Keperawatan ...................................................... 49

L. Kerangka Teori .................................................................... 57

Page 17: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xvii

BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

E. Kerangka Konsep ................................................................ 58

F. Variabel Penelitian ………………………………………… 59

G. Hipotesis .............................................................................. 59

H. Defenisi Operasional ........................................................... 60

BAB IV. METODE PENELITIAN

K. Desain Penelitian ................................................................. 63

L. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 63

M. Populasi dan Sampel ............................................................ 63

N. Instrumen Penelitian ............................................................. 64

O. Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 66

P. Teknik Pengumpilan Data ................................................... 68

Q. Alur Penelitian ..................................................................... 69

R. Pengolahan Data …………………………………………… 70

S. Analisa Data ........................................................................ 70

T. Etika Penelitian .................................................................... 71

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Hasil Penelitian .................................................................... 74

F. Pembahasan ........................................................................... 91

G. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 109

H. Implikasi …………………………………………………… 109

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan .......................................................................... 111

Page 18: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

xviii

D. Saran .................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keselamatan merupakan hal utama dalam pelayanan kesehatan. Selain

menjaga mutu (quality assurance) dari pelayanan kesehatan yang diberikan,

keselamatan (safety) juga merupakan isu global yang menjadi perhatian serius

pengelola/penyedia pelayanan kesehatan termasuk juga untuk rumah sakit

(Sarbaguna, 2004).

Rumah sakit merupakan pelayanan yang bersifat integratif dengan melibatkan

sejumlah tenaga kesehatan yang secara bersama-sama memberikan pelayanan

kepada pasien sebagai konsumen dalam pelayanan (Komisi Disiplin Ilmu

Kesehatan, 2002). Rumah sakit sebagai organisasi padat modal, teknologi dan

karya dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

yang bersifat multi dimensi dengan berbagai kompleksitas masalah yang

menyertai, termasuk masalah keselamatan.

Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yang

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yaitu : keselamatan

pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan

bangunan dan peralatan di rumah sakit yang dapat berdampak terhadap

keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity)

Page 20: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

2

yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan, dan keselamatan “bisnis”

rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. (Depkes,

2008).

Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang

memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam

menerima layanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Program keselamatan pasien

telah menjadi isu global dan menjadi bagian dari program kesehatan dunia sejak

tahun 2004 setelah World Health Organization (WHO) memulai program tersebut

melalui World Alliance for Patient Safety. Pada program ini juga dinyatakan

bahwa keselamatan pasien merupakan prinsip fundamental pelayanan pasien dan

merupakan sebuah komponen kritis dalam manajemen mutu (WHO, 2004).

Kebijakan mengenai penerapan enam sasaran keselamatan pasien merupakan

suatu sistem yang dibuat untuk mencegah atau mengurangi cedera pasien dan

meningkatkan keselamatan pasien secara lebih nyata (Kemenkes RI, 2011).

Layanan kesehatan yang diterima oleh pasien di rumah sakit merupakan

layanan yang kompleks. Tenaga kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, berbagai

prosedur pengobatan, alat dan teknologi terlibat dalam pemberian layanan

kesehatan bagi pasien. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kejadian tidak

diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati (Depkes RI, 2008).

Kejadian yang tidak diharapkan (KTD) berdasarkan dua penelitian yang

dilakukan, yang satu di Colorado dan Utah dan lainnya di New York ditemukan

angkah kejadian tak diharapkan (KTD) sebesar 2,9% dan 3,7% pada pasien rawat

inap. Di Colorado dan Utah angkah kematian akibat kejadian tak diharapkan

Page 21: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

3

sebesar 6,6% dibanding dengan angka kematian akibat kejadian tak diharapkan di

New York 13,6% (IOM, 2008 ; Kohrn, Corrigan & Donaldson, 2000). Di

Indonesia tak diharapkan (KTD) dan kejadian nyaris cedera (KNC) belum banyak

dilaporkan oleh rumah sakit di Indonesia. Data berdasarkan RS provinsi : Banten

125 laporan, DKI Jakarta 105 laporan, Jawa tengah 88 laporan, Yogyakarta 51

laporan, Jawa Timur 88 laporan, Jawa Barat 22 laporan, Sumatra Selatan 12

laporan, Riau 5 laporan, Sumatra Barat 5 laporan. Berdasarkan kepemilikan RS;

pemerintah pusat 81 laporan, pemerintah daerah 27 laporan, swasta 290 laporan,

TNI/POLRI 9 laporan (KKP-RS, 2012).

Insiden keselamatan pasien di RS Dr.Wahidin Sudirohuso Makassar yang

didapatkan melalui studi dokumen yaitu, pada tahun 2011 kejadian tidak

diharapkan (KTD) sebanyak 14 kejadian, 5 kejadian nyaris cidera (KNC), 11

kejadian tidak cidera (KTC). Pada tahun 2012 didapatkan : 14 kejadian tidak

diharapkan (KTD), 13 kejadian nyaris cidera (KNC), 24 kejadian tidak cidera

(KTC), 1 kejadian sentinel (KS), sedangkan pada tahun 2013 didapatkan terjadi

peningkatan kejadian tidak diharapkan dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 35

kejadian, untuk KNC diadapatkan 5 kejadian, 8 KTC dan 1 KS. Data ini

memberikan gambaran masih adanya insiden keselamatan pasien di RS

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar yang perlu menjadi perhatian mengingat

insiden keselamatan pasien dirumah sakit diharapkan pada nilai zero defect

(tingkat insiden 0%).

Insiden keselamatan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling

berinteraksi dalam sistem kesehatan. Menurut WHO (2009) dan Henriksen et al

Page 22: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

4

(1993) dalam Henriksen et al., (2008), faktor yang berpengaruh terhadap

keselamatan bukan hanya faktor budaya organisasi tetapi faktor manusia;

manajemen, karakterik individu petugas kesehatan; lingkungan fisik; psikologis

individu petugas kesehatan; sifat dasar pekerjaan; dan faktor sosial, serta faktor

penyatuan sistem dengan manusia (human system interfaces).

Rumah sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan rumah sakit tipe

A, sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian

timur. RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar memiliki 684 kapasitas tempat

tidur di ruang rawat inap, tenaga keperawatan sebanyak 452 orang. Distribusi

tenaga keperawatan berdasarkan latar belakang pendidikaan di runag rawat inap

adalah sebagai berikut : 317 orang pendidikan DIII Keperawatan, 18 orang DIV

Keperawatan, 109 orang S1 Keperawatan/kesehatan masyarakat dan 8 orang S2

kesehatan masyarakat. Rumah sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

merupakan rumah sakit padat tenaga kesehatan termasuk perawat di dalamnya

baik perawat tetap, honorer dan praktikan perawat. Jika perawat tidak dibekali

ilmu yang sesuai dengan keselamatan pasien maka mereka berisiko memberikan

pelayanan yang tidak aman bagi pasien.

Di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, keselamatan pasien telah

dicanangkan sejak tahun 2008 dengan menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien

yaitu (1) ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan komunikasi efektif, (3)

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) ketepatan tepat-lokasi,

tepat-prosedur, dan tepat-pasien operasi, (5) pengurangan resiko infeksi, dan (6)

Page 23: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

5

pengurangan resiko pasien jatuh (Komite mutu RS Dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar, 2014).

Sasaran keselamatan pasien dirumah sakit dimaksudkan untuk mendorong

perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Namun dalam penerapannya

terdapat tantangan yang menurut Canadian Nurse Association, (2004) bahwa

faktor-faktor yang menjadi tantangan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang aman dan memberikan kontribusi dalam keselamatan pasien

dan dirinya yaitu lingkungan klinik, isu ketenagaan, kerja sama tim, komunikasi,

perspektif perawat tentang keselamatan pasien, perspektif pasien tentang

keselamatan pasien, teknologi, dan budaya menyalahkan terhadap kejadian

kesalahan. Hal ini ditambahkan oleh Leape (1995) dalam Buerhaus (2004) yang

menyatakan bahwa salah satu hambatan yang paling penting dalam pelaksanaan

program keselamatan pasien adalah kurangnya komitmen kepemimpinan. Peran

kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien juga telah menjadi

standar kelima dalam standar keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia(

Kemenkes RI, 2011).

Pengelolaan keselamatan pasien di ruang rawat inap yang dipimpin oleh

kepala ruang sebagai manajer lini pertama berhubungan langsung dengan

penerapan keselamatan pasien. Kepala ruang sebagai manajer lini pertama

menggunakan upaya-upaya efektif sebagai salah satu kunci keberhasilan program

di ruang rawat (Shaw, 2007). Kepala ruang memiliki peran yang kritis dalam

mendukung keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif dalam menciptakan

lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien. Chase (2010) mengatakan

Page 24: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

6

bahwa kepala ruangan sebagai manajer menyediakan perawat professional

berkinerja tinggi, efektif, dan efisien dalam perawatan pasien. Peran kepala ruang

menetapkan suatu tujuan ruang rawat dengan memberdayakan staf perawat di

bawah tanggung jawabnya (Sitorus dan Panjaitan, 2011).

Kepemimpinan efektif ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin untuk

mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya dalam organisasi. Karakter

kepemimpinan efektif meliputi penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri,

komunikasi, penggunaan energi, dan pengambilan tindakan (Tappen, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nyoman (2002), menyatakan bahwa

terdapat hubungan signifikan antara kepemimpinan efektif (tujuan, pengetahuan,

kessadaran diri, komunikasi, energi dan tindakan ) dengan keberhasilan

pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial khususnya tindakan mencuci tangan

dan perawatan infuse di RSUP Persahabatan Jakarta. Penelitian tentang

kepemimpinan efektif juga dilakukan oleh Setiowati (2010), yang menyatakan

bahwa ada hubungan positif antara kepemimpinan efektif (pengetahuan,

kesadaran diri, komunikasi, penentuan tujuan,penggunaan energi, dan

pengambilan tindakan ) head nurse dengan penerapan budaya keselamatan pasien

(kerja sama tim, komunikasi terbuka, respon tidak menghukum terhadap

kesalahan, dan pelaporan kejadian) di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit membutuhkan kepemimpinan

efektif dalam mempengaruhi dan menggerakkan perawat. Kepala ruangan

berperan sebagai seorang manajer sekaligus sebagai seorang pemimpin (Suyanto,

2009). sebagai seorang pemimpin secara langsung dan tidak langsung dapat

Page 25: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

7

mempengaruhi motivasi dan kinerja perawat yang mengutamakan keselamatan

pasien .

Penelitian ini berupaya untuk membuktikan keterkaitan antara kepemimpinan

efektif kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien. Variabel yang

memiliki keterkaitan yang kuat akan membuktikan asumsi yang disusun peneliti

terkait dengan fenomena yang terlihat, dan diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi rumah sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam

melakukan perbaikan demi tercapainya zero defect (tingkat insiden 0%) di rumah

sakit.

B. Rumusan masalah

Penerapan program keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan

merupakan salah satu aspek penting dalam mutu pelayanan keperawatan yang

mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Mengidentifikasi dan mengurangi

terjadinya kesalahan dan meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan

kesehatan menjadi isu prioritas pelayanan kesehatan diseluruh dunia (Cahyono,

2008). Keselamatan harus mendapat perhatian yang serius dalam pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

Rumah sakir Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar yang telah meraih

akreditasi nasional dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) paripurna

dengan bintang lima dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan

dengan insiden keselamatan pasien dirumah sakit diharapkan pada nilai zero

defect (tingkat insiden 0%).

Page 26: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

8

Peningkatan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas yang mengutamakan keselamatan pasien dan memperhatikan

keselamatan dirinya sendiri membutuhkan kepemimpinan efektif dalam

mempengaruhi dan menggerakkan perawat. Kepala ruangan berperan sebagai

seorang manajer sekaligus sebagai seorang pemimpin (Suyanto, 2009). Penelitian

tentang hubungan kepemimpinan efektif kepala ruang dan penerapan keselamatan

pasien di ruang rawat inap belum pernah dilakukan di RS Dr.Sudirohusodo

Makassar.

Pertanyaan penelitian yang penelliti rumuskan adalah “Apakah ada

hubungan antara kepemimpinan efektif kepala ruang dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di rumah sakit Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar?”.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan kepemimpinan efektif

kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien di RS Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Gambaran kepemimpinan efektif kepala ruangan di RS Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

Page 27: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

9

b. Gambaran penerapan keselamatan pasien (enam sasaran keselamatan

pasien) di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

c. Hubungan antara penentuan tujuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

d. Hubungan antara pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

e. Hubungan antara kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

f. Hubungan antara komunikasi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

g. Hubungan antara penggunaan energi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

h. Hubungan antara pengambilan tindakan kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

i. Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan yang terdiri dari

penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, energi, dan

pengambilan tindakan dengan penerapan keselamatan pasien (enam

sasaran keselamatan pasien) di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

j. Komponen kepemimpinan efektif kepala ruangan yang paling dominan

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien di RS Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar

Page 28: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

10

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Aplikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukanbagi

upaya pengembangan sumber daya manusia khususnya para kepala ruangan

sebagai pemimpin, dalam mendukung penerapan keselamatan pasien (enam

sasaran keselamatan pasien) dan dapat memberi gambaran kepada pihak

manajemen keperawatan mengenai persepsi perawat pelaksana terhadap

kepemimpinan efektif kepala ruang dalam kaitannya dengan penerapan

keselamatan pasien (enam sasaran keselamatan pasien).

2. Manfaat pengembangan keilmuan

Memperkaya khasanah ilmu keperawatan khususnya dalam teori

kepemimpinan dan keselamatan pasien di ruma sakit. Hasil penelitian ini

dapat menjadi acuan atau bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya

Page 29: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keselamatan

1. Konsep keselamatan

Keselamatan merupakan perihal selamat, kesejahteraan atau

keamanan. Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.

Kebutuhan dasar manusia yang kedua menurut Maslow dalam Potter dan

Perry (2006) adalah kebutuhan rasa aman dan nyaman. Keamanan adalah

keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman

dan tentram.Keselamatan juga merupakan hal yang sangat penting dalam

setiap pelayanan kesehatan, sehingga dapat dikatakan bahwa keselamatan

merupakan tanggung jawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan.

Rumah sakit sebagai industri yangm termasuk dalam kategori High

Reliability Organizations (HRO), memungkinkan menjalankan pelayanan

sebaik mungkin, walaupun memiliki kompleksitas proses dalam organisasi

(Cahyono, 2008). Hughes (2008) menyatakan bahwa langkah awal

memperbaiki pelayanan yang berkualitas adalah keselamatan, sedang kunci

Page 30: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

12

dari pelayanan bermutu dan aman adalah membangun budaya keselamatan

pasien.

2. Faktor yang mempengaruhi keselamatan

Faktor yang mempengaruhi keselamatan manusia menurut (Perry dan Potter,

2005; Kozier dan Erb, 2008) meliputi:

a. Umur dan perkembangan

Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui

pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan.

b. Gaya hidup

Faktor gaya hidup yang menempatkan seseorang dalam resiko bahaya

diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan

tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli

perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif

berbahaya

c. Kemampuan mobilitas adan status kesehatan

Seseorang dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,

gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya

cedera.

d. Perubahan sensori persepsi

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat

penting bagi keamanan seseorang. Seseorang dengan gangguan persepsi

rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

Page 31: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

13

e. Kesadaran kognitif

Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan,

reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan.

f. Status emosi

Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan sesorang

menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat

menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus

eksternal.

g. Kemampuan berkomunikasi

Seseoarg dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan

mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien

dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa

mengartikan simbol-simbol tanda bahaya

h. Toleransi dan adaptasi stress

Faktor kecemasan dan depresi menurunkan kemampuan seseorang dalam

mengenali adanya bahaya dan mengikuti petunjuk keselamtan.

Mekanisme koping seseorang terhadap stress berhubungan dengan

kemamuannya untuk mencapai keselamatan.

i. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi

penyebab cedera. Contoh temperatur, radiasi, bahan-bahan kimia dan

lain-lain.

Page 32: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

14

B. Keselamatan pasien

1. Pengertian keselamatan pasien

Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran

mutu, keselamatan merupakan sasaran yang paling dapat dirasakan oleh

pasien. Pelayanan yang bermutu sudah pasti tidak akan mencederai pasien.

Layanan bermutu sudah pasti aman. Keselamatan pasien (patient safety)

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut

diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan

tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2006). Menurut IOM

(2000) dalam Cahyono (2008) mendifinisikan keselamatan pasien sebagai

layanan yang tidak mencenderai atau merugikan pasien (safety is defined as

freedom from accident injury). Institute of medicine (IOM), 2000) lebih

lanjut menyatakan bahwa dalam menjamin keselamatan pasien diperlukan

sistem operasional dan proses yang meminimalkan kemungkinan terjadinya

kesalahan dan memaksimalkan tindakan untuk mencegah kesalahan.

Kesalahan dalam pelayanan kesehatan merupakan konsekuensi dari

kompleksitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan, namun bukan berarti

kesalahan tidak dapat dicegah. Menurut Reason (2005), kesalahan medis

Page 33: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

15

dapat didefinisikan sebagai kegagalan menyelesaikan apa yang sudah

direncanakan, atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai

maksud tertentu. Kesalahan terjadi dalam dua bentuk yaitu commission yaitu

suatu kesalahan yang terjadi karena seseorang tidak melakukan dengan

benar, dan bentuk yang kedua adalah omission error yang berarti tidak

melakukan suatu prosedur atau tindakan yang seharusnya dilakukan.

Kesalahan dapat menyebabkan kejadian tak diharapkan dan kejadian nyaris

cedera (Cahyono, 2008).

Kejadian tidak diharapkan merupakan kejadian yang tidak diharapkan

atau kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan

tindakan yang seharusnya dilakukan dan bukan oleh proses penyakit yang

mendasarinya (Baker dan Norton, 2004; Depkes, 2008).

2. Tujuan keselamatan pasien

Keselamatan pasien merupakan langkah kritis pertama untuk

memperbaiki kualitas pelayanan dan merupakan prasyarat utama dalam

proses pelayanan. Tujuan pengembangan keselamatan pasien di rumah sakit

menurut IOM (2002) dalam Cahyono (2008) yaitu (1) keselamatan pasien

(safety), (2) pelayanan yang efektif berdasarkan hasil penelitian, (3)

pelayanan yang efesien dalam menggunakan sumber daya yang ada, (4)

pelayanan yang tepat waktu dalam memberikan pelayanan kepada pasien, (5)

pelayanan yang berfokus pada pasien berdasarkan kebutuhan dan nilai-nilai

Page 34: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

16

pasien, dan (6) adil yang berarti memberikan pelayanan yang tidak berbeda-

beda. Sedangkan tujuan keselamatan pasien yang dikembangkan oleh

DepKes RI (2011) yaitu (1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah

sakit, (2), Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan

masyarakat, (3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah

sakit, dan (4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak

terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

3. Insiden keselamatan pasien

Insiden keselamatan pasien merupakan kejadian yang tidak diharapkan

dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang

dapat dicegah pada pasien (Permenkes No 1691, 2011). Insiden keselamatan

pasien juga merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan

(Commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(omission) (Depkes RI, 2008).

Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah

setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien. Insiden

keselamatan pasien rumah sakit berdasarkan Permenkes No.1691 Tahun

2011, tentang keselamatan pasien rumah sakit, terdiri dari :

a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Insiden tersebut dapat

terjadi di semua tahapan dalam perawatan dari diagnosis, pengobatan dan

pencegahan (Reason, 2005).

Page 35: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

17

a. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.

b. Kejadian Tidak Cedera (KTC)

Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

c. Kondisi Potensial Cedera (KPC)

Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum

terjadi insiden.

d. Kejadian Sentinel

Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.

4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap insiden keselamatan pasien

Penemuan kesalahan yang terkait human error, baru merupakan

langkah awal dalam mencari akar penyebab masalah, karena terjadinya

adverse event atau KTD bersifat multifaktorial. Kesalahan manusia, biasanya

lebih merupakan proximate cause (penyebab langsung) dan bukan

merupakan akar masalah. Institute of Medicine (IOM) dalam Cahyono

(2008), menyimpulkan bahwa penyebab KTD lebih banyak kesalahan sistem

daripada individu.

Dalam pendekatan sistem, suatu kesalahan dipandang sebagai suatu

konsikuensi kegagalan sistem. Sasaran pendekatan sistem dalam mencari

penyebab dan pemecahan tidak semata-mata hanya faktor personal,

melainkan juga faktor kerja sama tim, tempat kerja dan peralatan, task (SOP,

Page 36: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

18

pedoman), kepemimpinan dan proses manajerial serta bagaimana komitmen

manajerial dalam program (Cahyono, 2008).

Menurut Cleland dan King (2007) dalam Cahyono (2008), sistem

adalah kumpulan bagian-bagian yang saling bergantung dan berinteraksi

secara teratur dan membentuk kesatuan yang utuh. Sehingga apabila kita

melihat kesalahan sebagai suatu kesalahan manusia, harus dilihat secara

sistem. Dengan demikian, suatu KTD atau cedera medis harus dilihat secara

sistem.

Dengan perspektif sistem, fokus adalah pada interaksi dan

kebergantungan di antara banyak komponen dan tidak berarti hanya

komponen di dalam sistem tersebut saja. Beberapa peneliti telah

mengusulkan beberapa model sistem dengan faktor, antara lain teori Wood

dalam (Cahyono, 2008), melalui teori blunt end (sisi tumpul) dan sharp end

(sisi tajam), dimana sisi yang tumpul menggambarkan penampilan

organisasi, kebijakan, dan prosedur yang berfungsi sebgai pelindung atau

pencegah kesalahan. Sementara, para praktisi seperti dokter dan perawat

yang secara langsung berhubungan dengan pasien berada pada sisi sharp end,

yang dipengaruhi oleh faktor resources dan containts (suatu pembatasan

terhadap pilihan-pilihan yang ada untuk menjaga agar perilaku petugas dalam

menjalankan tugas masih dalam zona yang aman, seperti prosedur, protokol,

kebijakan,dan sebagainya).

Teori Reason (2005) dalam Cahyono (2008) yaitu Reason “Swiss

Cheese” Model of Human Error, yang menjelaskan bahwa hampir semua

Page 37: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

19

KTD yang terjadi melibatkan kombinasi antara kegagalan sistem

pertahanan, kegagalan aktif/kegagalan petugas, kondisi yang memudahkan

terjadinya kesalahan dan kondisi laten (kegagalan organisasi dan manajemen.

Menurut Reason (2005) , setiap organisasi termasuk rumah sakit demi

menghindari KTD pasti menerapkan suatu sistem pengaman atau sistem

barier. Sistem ini diciptakan atau disusun lapis demi lapis agar tidak terjadi

suatu insiden (KTD). Suatu KTD baru terjadi apabila sistem barier tersebut

tidak berfungsi atau dilanggar oleh individu yang melakukan kesalahan atau

pelanggaran. Reason menggambarkan terjadinya insiden dengan

menggunaan “Swiss Cheese” atau model kue keju Swiss. Dimana dalam

kondisi ideal, potongan-potongan Swiss Cheese tersebut (yang dapat

mengibaratkan sistem barier atau mekanisme pertahanan terhadap kesalahan

yang dilakukan oleh manusia) berada dalam keadaan utuh tanpa lubang.

Wujud nyata dari potongan kue tersebut dapat berupa pengaruh organisasi

(proses manajemen, kepemimpinan, kebijakan, dan prosedur), pengawasan

yang aman, kondisi lingkungan yang mendukung kesematan (kejasama tim,

peralatan, komunikasi, serta lingkungan yang aman dan nyaman), dan

perilaku yang mendukung keselamatan psien (profesionalisme, disiplin, taat

terhadap peraturan) (Cahyono, 2008). Lubang pada potongan kue ini berarti

sistem barier dalam suatu organisasi tidak berfungsi secara optimal. Tidak

berfungsinya satu barier atau terbentuknya satu atau dua lubang (barier

dilanggar) belum akan menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan baru akan

terjadi apabila diseluruh barier terbentuk lubang secara linear Reason (2005).

Page 38: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

20

Depkes (2008) mengungkapkan bahwa faktor yang berkontribusi

terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien adalah : faktor eksternal/luar

rumah sakit, faktor organisasi dan manajemen, faktor lingkungan kerja,

faktor tim, faktor petugas dan kinerja, faktor tugas, faktor pasien dan faktor

komunikasi. Ditambahkan Canadian Nurse Association, (2004) bahwa

faktor-faktor yang menjadi tantangan bagi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang aman dan memberikan kontribusi dalam

keselamatan pasien dan dirinya yaitu lingkungan klinik, isu ketenagaan, kerja

sama tim, komunikasi, perspektif perawat tentang keselamatan pasien,

perspektif pasien tentang keselamatan pasien, teknologi, dan budaya

menyalahkan terhadap kejadian kesalahan. Hal ini ditambahkan oleh Leape

dalam Buerhaus (2004) yang menyatakan bahwa salah satu hambatan yang

paling penting dalam pelaksanaan program keselamatan pasien adalah

kurangnya komitmen kepemimpinan.

Page 39: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

21

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berkontribusi pada insiden keselamatan dalam pelayanan

kesehatan ( Henriksen, Hughes, Carayon, et all ,2008; Cahyono, 2008)

Page 40: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

22

Pada gambar 2.1 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

kesalahan dalam pelayanan kesehatan. Gambar tersebut menunjukkan

bagaimana setiap faktor berinteraksi satu sama lain. Faktor tersebut meliputi

faktor lingkungan eksternal, faktor manajemen, lingkungan fisik, faktor

human-system interfaces, lingkungan sosial, sifat dasar pekerjaan dan

karakteristik individu.

a. Karakteristik Individu

Pada gambar 2.1 memperlihatkan karakteristik individu berdampak

langsung terhadap mutu pelayanan. Karakteristik individu mencakup

semua kualitas yang dimiliki individu dalam bekerja. Karakteristik

individu tersebut meliputi : pengetahuan, tingkat keterampilan,

pengalaman, kecerdasan, kemampuan sensorik, pelatihan, dan pendidikan

serta sikap seperti kesadaran, kelelahan, dan motivasi.

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan suatu metode pengembangan organisasi, dimana staf

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, untuk tujuan yang ositif

dan staf mendapat pengetahuan yang pentingg untuk penampilan

kinerjanya dalam kognitif, psikomotor, dan sikap. Pendidikan

merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan individu dalam

menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya (Hasibuan,

2008).

Page 41: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

23

2) Masa kerja

Masa kerja dapat mencerminkan pengetahuan kerja yang dapat

meningkatkan pengetahuan terhadap sesuatu hal. Individu yang sama

kerjanya lebih lama akan mendapatkan pengetahuan yang lebih

banyak daripada individu yang masih baru oleh karena itu kinerja

individu yang senior menjadi role model bagi junior sehingga dapat

membentuk budaya organisasi. (Huber, 2010).

3) Pelatihan

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi hingga

mungkin

mentiadakan kecelakaan adalah dengan memberikan pelatihan.

Pelatihan adalah proses sistemik pengubahan perilaku para pengawai

dalam suatu arah guna meniigkatkan tujuan-tujuan organisasi

(Sulistyani dan Rosidah, 2003).

Marguis dan Huston (2010) mendefinisikan pelatihan sebagai metode

yang terorganisir untuk memastikan bahwa individu memiliki

pengetahuan dan keterampilan tertentu dan individu memperoleh

engetahuan yang baik mengenai kewajiban dalam pekerjaannya.

Pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kemampuan afektif,

psikomotor, dan kognitif sehingga akan diperoleh suatu peningkatan

produktifitas atau hasil yang baik.

b. Sifat dasar pekerjaan

Page 42: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

24

Sifat dasar pekerjaaan mengacuh pada karakteristik pekerjaan itu sendiri

dan sejauh mana prosedur yang ada dimanfaatkan dengan baik, alur kerja,

beban kerja yang tinggi atau tidak, kehadiran maupun ketidakhadiran, ada

atau tidak adanya kerja tim, kompleksitas perawatan, fungsi peralatan,

persyaratan fisik/kognitif untuk melakukan pekerjaan.

c. Faktor human-system interfaces

Faktor human-system interfaces merupakan dua subsistem yaitu manusia

dan peralatan berinteraksi atau berkomunikasi dalam ruang lingkup

sistem. Faktor ini meliputi: peralatan medis, penempatan peralatan,

pengontrolan alat, pwngontrolan perangkat lunak, penguasaan teknologi.

Kesalahan medis sangat jarang disebabkan oleh kesalahan manusia secara

individu, namun lebih banyak disebabkan karena kesalahan system di

rumah sakit yang menyebabkan rantai dalam system terputus.

d. Faktor lingkungan fisik

Menekankan pentingnya lingkungan fisik dalam pelayanan kesehatan,

untuk mendukung keamanan dan kualitas pelayanan. Faktor lingkungan

fisik meliputi : pencahayaan, kebisingan, temperatur atau suhu ruangan,

susunan tata ruang. Standarisasi sistem fasilitas, peralatan, kamar pasien,

penempatan fasilitas kebersihan tangan, pengaturan ventilasi, mingkatkan

penanganan pasien, transpotasi dan pencengahan pasien jatuh,

e. Faktor organisasi/lingkungan sosial

Faktor ini meliputi iklim organisasi, norma kelompok, moral, otoritas

tinggi, komunikasi.

Page 43: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

25

f. Fakor manajemen

Berdasarkan gambar 2.1 di atas yang termasuk dalam manajemen meliputi

: Beban pasien, pengaturan staf, ketersedian sumber daya,

pengorganisasian, struktur, budaya keselamatan, akses yang mudah,

pengembangan karyawan dan peran kepemimpinan.

Perencanaan yang buruk, ragu dalam pengambilan keputusan, kelalaian

manajer sebagai pengambil keputusan merupakan faktor laten dalam suatu

organisasi (Henriksen.K, et all, 2008). Dimana kondisi ini akan

berdampak terhadap ketenagaan, komunikasi, beban kerja, jadwal pasien,

pencapaian karyawan, penempatan tekonologi baru dan kualitas

pelayanan. Keputsan yang dibuat oleh pihak manajer sering tidak fokus,

kurang tepat. Karena konsikuensi pengambilan keputusan bertambah terus

menerus, dan berinterkasi dengan variabel lain, tidak muda untuk

ditentukan,orang-orang yang membuat kebijakan organisasi, membentuk

budaya organisasi, dan melaksanakan keputusan manajerial jarang

bertanggung jawab atas tindakan mereka. Sebgaai contoh, tidak adanya

komitmen yang serius untuk meningkatkan kualitas dan keamanan

pelayanan pada level manajemen adalah sebuah kondisi laten atau sulit

diubah yang bisa menjadi semu pada waktu dimana konsikuensi insiden

hanya ketika “pertimbanagn kesalahan” menyelaraskan atau membiasakan

diri dengan variabel sistem lain seperti beban dan gangguan kerja yang

berelebihan, pemasangan peralatan yang dirancang buruk, dan jawal cepat

dan padat dalam melayani pasien (Henriksen.K, dkk. 2008).

Page 44: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

26

g. Faktor lingkungan ekternal

Dari perspektif sistem , tidak boleh hanya mempersalahkan dan

meletahkan semua masalah pelayanan kesehatan pada pihak manajemen.

Karena pelayanan kesehatan merupakan sistem terbuka dimana setiap

tingkatan pada sistem akan mempengaruhi sistem yang lebih rendah dan

dipengaruhi oleh sistem yang lebih tinggi sebagai timbal baliknya.

Lingkungan ekternal rumah sakit dapat mempengaruhi keselamatan pasien

dan kualitas pelayanan. Faktor lingkungan ekternal seperti tekanan

ekonomi, iklim politik dan kebijakan, kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan demografi yang terbuka.

5. Sasaran keselamatan psaien

Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran

keselamatan pasien. Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk

diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi

Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving

Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan

juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI),

dan dari Joint Commission International (JCI) (Permenkes, 2011).

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong

perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-

bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti

serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk

Page 45: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

27

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat

mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang

menyeluruh. (Permenkes, 2011). Sasaran keselamatan pasien meliputi: (1)

ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komuniksai yang efektif; (3)

peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian tepat-

lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan resiko infeksi

terkait pelayanan kesehaatan, dan (6) pengurangan resiko pasien jatuh.

Elemen penilaian sasaran keselamatan pasien menurut Permenkes (2011)

adalah sebagai berikut :

a. Elemen penilaian sasaran 1: Ketepatan identifikasi pasien

1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk

darah.

3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain

untuk

pemeriksaan klinis.

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan/prosedur.

5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Page 46: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

28

b. Elemen penilaian sasaran 2 : Peningkatan komunikasi yang efektif

1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil

pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan

kembali secara lengkap oleh penerima perintah.

3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah

atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan

4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi

keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

c. Elemen penilaian sasaran 3 : Peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai

1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses

identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan

elektrolit konsentrat.

2) Implementasi kebijakan dan prosedur.

3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali

jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah

pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.

4) Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien

harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi

ketat (restricted).

d. Elemen penilaian sasaran 4 : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,

tepat-pasien operasi

Page 47: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

29

1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti

untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam

proses penandaan.

2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk

memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat

pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,

tepat, dan fungsional.

3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur

“sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu

prosedur/tindakan pembedahan.

4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses

yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan

tepat pasien, termasuk

e. Elemen penilaian sasaran 5 : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan

1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene

terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari

WHO Patient Safety).

2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait

pelayanan kesehatan.

Page 48: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

30

f. Elemen penilaian sasaran 6 : pengurangan risiko pasien jatuh

1) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap

risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan

terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.

2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi

mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.

3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak

diharapkan.

4) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di

rumah sakit.

6. Standar keselamatan pasien

Standar selamatan pasien yang disusun oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia (2006) sebagai pedoman bagi seluruh rumah sakit di

Indonesia dalam menerapkan keselamatan pasien mengacuh pada ”Hospital

Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on

Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia (Depkes

RI, 2006).

Standar keselamatan pasien terdiri dari 7 (tujuh) standar, yaitu : (1)

hak pasien. Hak pasien dan keluarganya untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemugkinan terjadinya

Page 49: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

31

kejadian tidak di harapkan (KTD), (2) mendidik pasien dan keluarganya

tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien, (3)

keselamatan pasien dan kesinambungan dalam pelayanan dengan menjamin

kesinambungan pelayanan dan mejamin koordinasi antar tenaga dan antar

unit pelayanan, (4) penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk

melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, (5) peran

kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, (6) medidik staf

tentang keselamatan pasien, dan standar keenam yaitu komunikasi

merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (Kemenkes

Ri, 2011).

7. Langkah-langkah menuju keselamatan pasien

Pada tahun 2001 The NSPA (National Patient Safety Agency)

menerbitkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Tujuh langkah

keselamatan pasien ini dapat digunakan sebagai daftar tilik dalam membantu

merencanakan kegiatan dan mengukur keberhasilan penerapan program

keselamatan pasien.

Tujuh langkah yang dapat di tempuh dalam menerapkan keselamatan

pasien tersebut (Cahyono, 2008; Depkes, 2008; NPSA 2009) yaitu :

a. Membangun budaya keselamatan pasien.

Rumah sakit merupakan organisasi kesehatan dan untuk membangun

budaya dalam suatu organisasi perlu diingat bahwa budaya organisasi

merupakan sistem nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam

organisasi yang berinteraksi dengan struktur formal, untuk menghasilkan

Page 50: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

32

norma perilaku. Budaya yang harus dibangun dalam suatu organisasi

untuk mendukung penerapan keselamtan pasien yaitu : (1) nilai-nilai

atau keyakinan (core value), (2) bekerja tim, (3) melibatkan pasien dalam

pengambilan keputusan, (4) memandang kesalahan dalam kerangka

sistem, (5) pengambilan keputusan medis, dan (6) berani mengungkapkan

kesalahan yang terjadi.

Bagi rumah sakit

1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang mejabarkan apa yang

harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana

langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan

apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.

2) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran

dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.

3) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi

di rumah sakit.

4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian

keselamatan pasien.

Bagi unit/Tim

1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara

mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada

insiden.

2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di

rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara

Page 51: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

33

terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan

tindakan/solusi yang tepat. Membangun budaya keselamatan dalam

organisasi rumah sakit yang baik salah satunya adalah dimana staf

memiliki kesadaran .

b. Pimpinan dan dukungan terhadap staf

Pemimpin adalah pemegang kunci perubahan karena memiliki

tanggung jawab untuk memimpin perubahan. Pemimpin bekomitmen dan

memberikan contoh yang dinyatakan dalam tindakan untuk keberhasilan

program keselamatan pasien ( Bennet dan Brachman, 2007). Langkah

penerapannya :

Bagi Rumah Sakit :

1) Memastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung

jawab atas Keselamatan Pasien.

2) Mengidentifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang

dapat diandalkan untuk menjadi”penggerak” dalam gerakan

Keselamatan Pasien.

3) Memprioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat

Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.

4) Memasukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan

staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur

efektivitasnya.

Page 52: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

34

Bagi Unit/Tim :

1) Menominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri untuk

memimpin Gerakan Keselamatan Pasien.

2) Menjelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta

manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan

Pasien.

3) Menumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

c. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko dengan mengembangkan

sistem dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan

assesmen hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapannya :

Bagi Rumah Sakit :

1) Memastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung

jawab atas Keselamatan Pasien.

2) Mengidentifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang

dapat diandalkan untuk menjadi ”penggerak” dalam gerakan

Keselamatan Pasien.

3) Memprioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat

Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.

4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf

rumah sakit anda dan memastikan pelatihan ini diikuti dan diukur

efektivitasnya.

Page 53: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

35

Bagi Unit/Tim :

1) Menominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri untuk

memimpin Gerakan Keselamatan Pasien.

2) Menjelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta

manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan

Pasien.

3) Menumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden.

d. Mengembangkan sistem pelaporan dengan memberikan masukan pada

staf dengan mudah melaporkan kejadian/insiden serta rumah sakit dan

mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-

RS). Langkah penerapannya:

Bagi Rumah Sakit :

1) Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke

dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI.

Bagi Unit/Tim :

1) Memberikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif

melaporkan setiap insiden yang terjadidan insiden yang telah

dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan

pelajaran yang penting.

e. Melibatkan dan komunikasi dengan psien dengan mengembangkan cara

komunikasi yang terbuka dengan pasien. Langkah penerapannya:

Bagi rumah sakit

Page 54: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

36

1) Memastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas

menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan

para pasien dan keluarga.

2) Memastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang

benar dan jelas bilamana terjadi insiden.

3) Memberikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada

staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.

Bagi unit/Tim

1) Memastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan

pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.

2) Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga

bilamana terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka

informasi yang jelas dan benar secara tepat.

3) Memaastikan bahwa segera setelah kejadian, tim menunjukkan

empati kepada pasien dan keluarganya.

f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan

mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaiman dan mengapa kejadian ini timbul. Langkah penerapannya:

Bagi rumah sakit

1) Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian

insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

penyebab.

Page 55: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

37

2) Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria

pelaksanaan Analisis Akar maasalah (Root Cause Analysis/RCA)

atau Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda

analisis lain, yang harus mencakup semua

insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun

untuk proses risiko tinggi.

Bagi unit/Tim

1) Mendiskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis

insiden.

2) Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang yang mungkin

terkena dampak dimasa depan dan membagi pengalaman

tersebut secara lebih luas.

g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

dengan menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah

untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Langkah

penerapannya :

Bagi rumah sakit

1) Penggunaaan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari

sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta

analisis, untuk menentukan solusi setempat.

2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur

dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis,

Page 56: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

38

termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan

pasien.

3) Melakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang

direncanakan

4) Mensosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS -

PERSI

5) Memberi umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang

diambil atas insiden yang dilaporkan

Bagi unit/Tim

1) Melibatkan tim dalam mengembangkan berbagai cara untuk

membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.

2) Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan

pastikan pelaksanaannya.

3) Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut

tentang insiden yang dilaporkan.

8. Peran perawat dalam keselamatan pasien

Keselamatan pasien tetap menjadi salah satu masalah kritis dan vital

dalam pelayanan keperawatan. Perawat sebagai tenaga professional

kesehatan paling mungkin berperan dalam mencegah kesalahan dan

kecelakaan pada pasien. Untuk meningkatkan kualitas dan keamanan

pelayanan, merupakan tanggung jawab semua dokter, semua penyedia

pelayanan kesehatan, semua tenaga kesehatan dan pemimpin keperawatan

serta manajer keperawatan (Hughes, 2008).

Page 57: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

39

Perawat merupakan bagian integral dari keselamatan pasien (Clancy,

Barqubar dan Collins, 2005). Nurrachmah (2000) memperjelas bahwa

dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan, keperawatan menduduki

posisi yang sangat penting dalam kualitas kesehatan.

Elemen penting lainnya dalam manjemen keperawatan adalah peran

perawat (Marquis dan Houston, 2010). Berbagai peran dijalankan oleh

perawat saat memberikan asuhan, salah satunya sebagai pembela pasien

(client asvocate). Peawat diharapkan mampu membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi pasien dan mengambil tindakan, untuk

mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi pasien dari kemungkinan

efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan

(Potter dan Perry, 2005).

Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat merupakan salah

satu profesi kesehatan yang membantu pasien mencapai kesehatannya

secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan

keperawatan yang diberikannya mengutamakan keselamatan pasien.

Peran perawat terhadap keselamatan pasien menurut International

Council of Nurses (2002) adalah sebagai berikut :

a. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang resiko yang

potensial terjadi.

b. Melaporkan KTD secara cepat dan tepat kepada pengambil kebijakan.

Page 58: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

40

c. Mengambil peran serta dan aktif dalam mengkaji keselamtan dan mutu

perawatan.

d. Mengembangkan komunikasi dengan pasien dan tenaga professional

kesehatan yang lain.

e. Melakukan negosiasi untuk pemenuhan kebutuhan staf yang adekuat.

f. Mendukung langkah-langkah pengembangan keselamatan pasien.

g. Meningkatkan program pengendalian infeksi yang tepat.

h. Melakukan negosiasi terhadap standarisasi kebijakan dan protokol

pengobatan untuk meminimalkan kesalahan.

i. Mempertanggungjawabkan profesionalisme dengan melibatkan tenaga

farmasi, dokter dan lainnya untuk mengembangkan pengemasan dan

penamaan obat-obatan.

j. Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat,

menganalisis dan belajar dari KTD.

k. Mengembangkan suatu mekanisme, misalnya melalui akreditasi, untuk

menilai karakteristik penyedia layanan kesehatan sebgai standar yang

digunakan untuk mengukur kesempurnaan dalam keselamatan pasien.

C. Kepemimpinan efektif

1. Pengertian kepemimpinan

Menurut Gillies (1994) dalam Arani (2006) mendefinisikan

kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya yaitu, to lead yang berarti

Page 59: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

41

beragam seperti, untu membantu (to guide), untuk menjalankan arahan

tertentu (to run in specific direction), untuk mengarahkan (to direct),

berjalan didepan menjadi yang pertama dan cenderung ke hasil yang pasti.

Kepemimpinan terjadi setiap kali seseorang mencoba untuk mempengaruhi

perilaku individu atau kelompok dari tingkat atas, bawah atau ke samping

dalam organisasi terlepas dari alasan pribadi atau untuk tujuan orang lain,

dimana tujuan-tujuan ini mungkin atau tidak mungkin sama Hersey dan

Campbell (2004) dalam Tappen, (2004). Definisi kepemimpinan lainnya

dikemukakan oleh Hughes (2006), yaitu fenomena kompleks yang

melibatkan tiga hal utama, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur

pokok antara lain:

1) Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok

atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi,

2) Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses

mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan

3) Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok

orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu

Page 60: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

42

2. Kepemimpinan efektif

Kepemimpinan efektif merupakan faktor kunci dan kesuksesan

organisasi. Kepemimpinan efektif merupakan keterampilan manajerial

dalam pelaksanaan pekerjaan bersama atau melalui orang lain. Pengertian

lain Kepemimpinan efektif menurut Hawawi dan Hadari (2012) merupakan

proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi

sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu,

yang bersifat dinamis pula. Kepemimpinan perawat efektif adalah

kepemimpinan yang menginspirasi orang lain untuk bekerjasama dalam

mencapai tujuan bersama. Tujuan yang dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang baik kepada pasien.

3. Komponen kepemimpinan efektif

Komponen kepemimpinan efektif meliputi (1) menentukan tujuan

yang jelas, (2) memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan dan dalam

bidang profesinya, (3) memiliki kesadaran diri dalam memahami kebutuhan

sendiri dan orang lain, (4) berkomunikasi dengan jelas dan efektif, (5)

penggunaan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan, dan (6)

mengambil tindakan (Tappen, 2004). Uraian komponen kepemimpinan

efektif sebagai berikut :

1) Penentuan tujuan

Tindakan awal bila kita ingin menjadi seorang pemimpin efektif

ialah menetukan visi dan misi yang jelas. Seorang pemimpin yang

Page 61: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

43

efektif selalu dapat menetapkan tujuan, menetapkan prioritas, dan dapat

memelihara standar organisasi.

Menentukan tujuan merupakan kunci kepemimpinan efektif.

Tugas kepemimpinan adalah menentukan tindakan dari tujuan yang ada

dan untuk membantu kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan

kelompok atau organisasi, namun sebelumnya melakukan diskusi

dengan bawahan.

Pemimpin berperan dalam mempengaruhi dirinya sendiri dan

pengikutnya untuk mencapai tujuan. Terdapat tiga tingkat tujuan yang

perlu ditetapkan pemimpin dalam mengelola suatu program yaitu

tujuan pribadi, tujuan kelompok, serta tujuan organisasi (Dollan dan

Sellwood, 2008). Pemimpin yang efektif memiliki visi untuk masa

depan, dimana visi itu dikomunikasikan kepada kelompok dan

melibatkan semua orang dalam bekerja menuju visi yang dapat

membuat orang terinspirasi ketika mengahdapi kesulitan. Dengan

melibatkan orang lain dalam menentukan visi, tidak hanya akan

memuaskan bagi karyawan tetapi juga memiliki potensi untuk

memperoleh hasil yang paling kreatif dan inovatif (Kerfott (2000) di

kutib dalam Tappen, 2004). Tujuan yang membantu membuat

pekerjaan lebih bermakna.

2) Pengetahuan

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas tentang

kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya (dalam

Page 62: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

44

hal ini pengetahuan tentang keperawatan). Para pemimpin yang efektif

tidak hanya terus belajar tetapi juga mendorong orang lain untuk

melakukan hal yang sama. Kadang-kadang para pemimpin berfungsi

sebagai guru. Dilain waktu peran pemimpin terutama untuk mendorong

dan membimbing orang lain untuk mencari lebih banyak pengetahuan.

Jeli, reflektif, praktisi analitis tahu bahwa pembelajaran terjadi setiap

hari jika satu sama lain saling terbuka .

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pemimpin efektif menurut

Tappen (2004) meliputi pengetahuan kepemimpinan dalam hal

mempengaruhi bawahan untuk berperilaku, kepemimpinan terhadap

dirinya sendiri, kepemimpinan terhadap lingkungan sekitar, proses

manajemen dan organisasi, dan pengetahuan dalam berinteraksi dengan

bawahan untuk mengetahui penilaian kinerja. Pengetahuan lainnya

adalah pengetahuan tentang proses keperawatan dan keterampilan

keperawatan. Untuk meningkatkan kompetensinya pemimpin

mengikuti seminar, pelatihan dan pendidikan.

3) Kesadaran diri

Seorang pemimpin harus mampu mengetahui, memahami dan

menerima dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang tidak memahami

diri sendiri, akan kurang memahami bagaimana memotivasi orang lain,

bahkan mampu menipu diri sendiri dibandingkan dengan orang yang

mampu memahami dirinya sendiri. Menyadari bahwa anda seperti

Page 63: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

45

beberapa orang lain yang lebih baik dari yang lain merupakan langkah

pertama dalam mencegah perlakuan yang tidak adil (Tappen, 2004).

Kesadaran diri juga bisa diartikan kepercayaan diri yang dimiliki

pemimpin. Kepercayaan diri beraarti seseorang percaya dengan dirinya

sendri, apa yang dilakukan, menjadikan visi jelas bagi orang lain, dan

percaaya pada misi yang dibuat (Shaw, 2007). Kanter dalam Shaw

(2007) kepercayaan diri seorang pemimpin berperan dalam

menciptakan hubungan yang nyaman di tempat kerja sehingga bawahan

dapat bekerja dengan baik. Kepercayaan diri adalah harapan sukses

seseorang yang menghubungkan harapan dan kinerja.

4) Komunikasi

Komunikasi sendiri adalah inti dari kepemimpinan. Seorang

pemimpin harus memiliki kemampuan yang lebih untuk berkomunikasi

ke sesama teman maupun bawahannya. Karena komunikasi yang baik

merupakan salah satu strategi dalam mempengaruhi orang lain dan

dapat juga menciptakan hubungan yang positif antara bawahan dan

atasan, sehingga tercipta lingkungan kerja yang baik.

Salah satu aspek kunci dari kepemimpinan yang baik berkaitan

dengan bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Para pemimpin

yang efektif harus mampu untuk berbicara dengan baik dan

menginspirasi orang, baik di di depan satu orang atau di depan

khalayak umum yang besar. Setiap percakapan adalah kesempatan

untuk melibatkan orang-orang dengan ide dan menginspirasi mereka

Page 64: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

46

untuk mengambil tindakan. Hal ini penting untuk diingat bahwa

kepemimpinan bukanlah tentang mengendalikan orang, tapi tentang

inspirasi mereka cuku puntuk membuat mereka ingin mengikuti

Anda. Tapi Anda juga harus mampu untuk mendengar apa yang

dikatakan orang lain. Tanpa mendengarkan dengan hati-hati dan

secara aktif kepada orang lain, itu mudah bagi pemimpin untuk

kehilangan kontak dengan pendukung mereka.

Komunikasi secara verbal, tertulis, maupun lisan.

Kepemimpinan tidak dapat terjadi tanpa interaksi dengan orang lain.

Hal ini menjadikan pentingnya menjaga keberlangsungan dalam

berinteraksi. Keterampilan komunikasi dapat berubah mendengar

aktif mendorong saluran informasi, asertif, memberikan umpan

balik, upaya menciptakan perantara apabila terdapat masalah dalam

komunikasi, membentuk jaringan, menyatakan komunikasi sebagai

visi (Tappen, 2004).

5) Energi

Kepemimpinan membutuhkan energi. Kepemimpinan

merupakan pekerjaan yang sulit tapi untuk hasil yang memuaskan

membutuhkan upaya dari pemimpin, yang pula untuk pengikut

bawahan. (Tappen, 2004). Untuk mempertahankan prestasi tinggi

dan maju, pemimpin harus memiliki banyak energi. Pekerjaan

seorang pemimpin merupakan pekerjaan yang membuthakan waktu

yang lebih panjang sehingga membutuhkan vitalitas fisik, mental,

Page 65: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

47

dan emosional. Pemimpin memiliki tingkat energi yang tinggi dan

stamina dan secara umum aktif, hidup, dan sering gelisah,

dibandingkan seseorang yang bukan pemimpin. Pemimpin telah

dicirikan sebagai “seseorang yang kuat, aktif, bersemangat serta

memiliki vitalitas fisik untuk mempertahankan kinerja yang proaktif

" (Kirkpatrick dan Locke, 2005).

Pemimpin harus mampu memotivasi dan memberikan

semangat kepada bawahannya untuk bertindak positif. Penggunaan

energi merupakan keberanian pemimpin untuk mau mengambil

resiko yang tepat dan komitmen yang jelas untuk memotivasi nilai

dan keyaakinan staf yang tidak jelas (Shaw, 2007). Welch (2006)

dalam Cahyono (2008) menambahkan pemimpin perlu

mempengaruhi kehidupan orang lain, memamcarkan energi positif

dan optimisme.

6) Mengambil tindakan

Pemimpin efektif adalah pemimpin yang proaktif. Pemimpin

membuat pilihan dan mengambil tindakan yang mengarah pada

perubahan bukan hanya bereaksi terhadap peristiwa atau menunggu

hal-hal terjadi, tetapi menunjukkan inisiatif tingkat tinggi

(Kirkpatrick dan Locke, 1991).

Tindakan pemimpin efektif harus memperhatikan hal-hal yang

meliputi, pemimpin beorientasi pada kemampuan sebelum

melakukan tindakan; tidak perlu menunggu oranag lain dalam

Page 66: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

48

melakukan tindakan; melakukan perencanaan sebelum bertindak;

bekerjasama dengan orang lain dalam bertindak; bertindak secara

professional, mampu mengambil keputusan, mampu memberikan

ide-ide; menggunakan teknik-teknik kepemimpinan dalam bertindak

(Tappen, 2004).

D. Hubungan kepemimpinan efektif dengan penerapan keselamatan pasien

Kepemimpinan menurut Vincent (2003) dalam Cahyono (2008)

merupakan salah satu faktor laten yang dapat mempengaruhi tgangimbulnya

kejadian tidak diharapkan. Pemimpin adalah pemegang kunci perubahan

karena memiliki tanggung jawab untuk memk memimpin perubahan.

Pemimpin mempunyai tugas untuk membangun visi dan misi,

mengkomunikasikan ide-ide perubahan Cahyono (2008).

Membangun budaya keselamatan pasien yang memungkinkan seluruh

tim pendukung dan meningkatkan keselamatan pasien dipengaruhi oleh

kepemimpinan yang kuat. Lingkup kepemimpinan dalam penerapan budaya

keselamatan pasien salah satunya adalah kepemimpinan kepala ruangan.

Upaya kepala ruang dalam melaksanakan kepemimpinan efektif diruangan

mempengaruhi penerapan keselamatan pasien. Kepala ruang akan dapat

mempengaruhi strategi dan upaya menggerakkan perawat dalam lingkup

wewenangnya untuk bersama-sama menerapkan keselamatan pasien. Kepala

ruang memiliki peran kritis dalam mendukung penerapan keselamatan pasien

Page 67: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

49

dengan kepemimpinan efektif dalam menciptakan lingkungan yang positif

bagi keselmaatan pasien.

Kepemimpinan efektif merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam

memberikan keseimbangan antara pemberian tugas dan pengelolaan

ketenagaan, serta memfasilitasi pemecahan masalah dalam kesenjangan antara

kemampuan, prosedur, struktur dan motivasi. Komponenen kepemimpinana

efektif yang terdiri dari penentuan tujuan, pengetahuan, kesdaran diri,

komunikasi, penggunaan energi dan pengambilan tindakan. Penelitian

Setiowati (2011) menyatakan, ada hubungan kepemimpinan efektif kepala

ruangan dengan budaya keselamatan pasien.

E. MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen merupakan suatu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan

melalui orang lain, Gillies (2005). Manajemen tersebut mencakup kegiatan

planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

Gillis (2005) menjelaskan manajemen keperawatan adalah suatu proses

bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional.

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,

keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau

sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan

organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi

Page 68: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

50

pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan

pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan.

Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan

yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan (Swanburg, 2000).

Proses Manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana proses

keperawatan, manajemen keperawatan terdiri atas : pengumpulan data,

identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena

manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari

seorang pegawai, maka setiap tahapan dalam proses manajemen lebih rumit jika

dibandingkan dengan proses keperawatan (Panjaitan & Sitorus, 2011).

FUNGSI MANAJEMEN

1. Perencanaan

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang

akan dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan dan dimana

hal tersebut dilakukan. Definisi tersebut menyiratkan bahwa perencanaan

adalah proses yang proaktif dan memiliki tujuan. Perencanaan merupakan

fungsi dituntut dari semua manajer sehingga tujuan dan kebutuhan individu

maupun organisasi dapat terpenuhi. (Marquis & Huston, 20010).

Perencanaan mencerminkan aktivitas spesifik yang mengarah pada

Page 69: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

51

pencapaian tujuan. Perencanaan sangat berguna dan bersifat proaktif.

Perencaaan proaktif meminimalkan resiko dan ketidakpastian .

Perencanaan yang adekuat mendorong pengelolaan terbaik sumber

daya yang ada. Dalam perencanaan yang efektif, manajer harus

mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan tujuan jangkah panjang serta

melakukan perubahan yang diperlukan untuk menjamin kontinuitas

pencapaian tujuan oleh unit.

Perencanan merupakan tahap yang sangat penting dan menjadi

prioritas di antara fungsi manajemen yang lain. Tanpa perencanaan yang

adekuat, proses manajemen akan mengalami kegagalan. (Marquis &

Huston, 2010).

Keuntungan perencanaan yang efektif adalah kesempatan

menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang lebih tinggi secara tepat

waktu dan kemungkinan penggunaan modal dan sumber daya manusia

yang terbaik. Karena perencanaan sangat penting, manajer harus mampu

mengatasi hambatan perencanaan. Untuk mencapai keberhasilan

perencanaan organisasi, manajer harus mengingat beberapa hal berikut,

(Marquis & Houston, 2010) ;

- Organisasi dapat menjadi lebih efektif jika staf diarahkan pada tujuan

umum dan tujuan khusus yang spesifik

- Perencanaan harus pleksibel dan memungkinkan untuk peyesuaian

kembali saat dihadapkan pada kejadian yang tidak diharapkan.

Page 70: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

52

- Melibatkan staf dan unit terkait dalam proses perencanaan yang dapat

dipengaruhi oleh alur tindakan

- Rencana harus spesifik, sederhana dan realistis.

- Kendali waktu yang tepat untuk melakukan perencanaan.

- Perencanaan yang baik terintegrasi dengan alat evaluasi sehingga

koreksi dapat dilakukan selama pelaksanaan terhadap sesuatu yang

tidak diharapkan.

Peran Kepemimpinan berhubungan dengan perencanaan strategis:

1) Mengkaji lingkungan internal dan ekternal organisasi dalam

meramalkan dan mengidentifikasi kekuatan pendorong dan hambatan

terhadap perencaan strategis.

2) Menampilkan visi, dan berpikir kreatif serta inovatif dalam

perencanaan orgnisasi dan unit sehingga tercipta perencanaan

proaktif, bukan reaktf.

3) Memengaruhi dan menginspirasi anggota kelompok reagar secara

aktif terlibat dalam perencanaan jangkah panjang.

4) Secara periodic melakukan klarifikasi nilai untuk meningkatkan

kesadaran diri.

5) Mengarahkan bawahan pada klasifikasi nilai melalui mendengarkan

aktif dan memberikan umpan-balik.

6) Mengomunikasikan dan mengklarifikasi tujuan dan nilai organisasi

kepada bawahan.

Page 71: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

53

7) Memotivasi bawahan untuk terlibat dalam membuat kebijakan,

termasuk mengembangkan, mengimplementasikan, serta menelaah

filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur, dan aturan

dalam unit.

8) Terbuka untuk ide baru dan berbagai ide

9) Menjadi model peran dalam menerapkan metode perencanaan

proaktif bagi bawahan.

2. PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai

tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan

cara pengorganisasian aktivitas yang tepat baik verrtikal maupun horizontal

yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Tugas-tugas khususnya mencakup rancangan organisasional,

spesialisasi pekerjaan, deskripsi kerja, spesifikasi kerja, rentang kendali,

kesatuan komando, koordinasi, rancangan pekerjaan dan analisis kerja

Tujuan pengorganisasian adalah mencapai upaya yang terkoordinasi

dengan cara menentukan tugas dan hubungan otoritas. Pengorganisasian

berarti penentuan siapa yang melakukan apa dan siapa yang harus memberi

pertanggungjawaban kepada siapa.

Page 72: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

54

Fungsi pengorganisasian manajemen dapat dikelompokkan ke dalam

tiga aktivitas berurutan : pemecah-mecahan tugas ke alam pekerjaan

(spesialisasi kerja), penggabungan pekerjaan ke dalam departemen

(departementalisasi), pendelegasian otoritas. Pemecah-mecahan tugas ke

dalam pekerjaan membutuhkan deskripsi kerja dan spesifikasi kerja.

3. PENGARAHAN

Merupakan penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah

lainnya yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah

pengorganisasian dan pengaktifan yaitu melaksanakan kegiatan yang telah

direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 2010).

Dalam pengarahan, jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan

diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola. Untuk

memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staff, seorang manajer harus

melakukan upaya (marquis & houston, 2003) berikut :

a. Menciptakan iklim motivasi

Peran keemimpinan dengan menciptakan iklim motivasi :

a. Mengenali setiap pengawai sebagai individu yang termotivasi oleh

hal yang berbeda.

b. Mengidentifikasi sistem nilai individu daan bersama di unit tersebut,

serta menerapkan sistem penghargaan yang konsisten dengan nilai

tersebut.

Page 73: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

55

c. Mendegarkan dengan penuh perhatian terhadap nilai dan sikap

individu dan bersama untuk mengidetifikasi kebutuhan yang tidak

terpenuhi yang dapat meneyebabkan ketidakpuasan

d. Mendorong pekerja untuk “meregangkan” diri merek dalam upaya

untuk meningkatkan pertumbuhan diri dan aktualisasi diri.

e. Mempertahankan citra yang positif dan antusias sebagai seorang

model peran untuk pengawai di lingkungan klinis.

f. Mendorong pembianaan, dukungan, dan bimbingan pada pengawai.

g. Menyediakan waktu dan tenaga untuk menciptakan suatu lingkungan

yang bersifat mendukung dan memberika semangat pada individu

yang tidak bersemangat.

h. Mengembangkan filosofi unit yang memahami keunikan setiap

pengawai dan meningkatkan sistem penghargaan yang membuat

setiap pengawai merasa menjadi seorang pemenang.

i. Membrikan keprcayaan kepada pegawai bahwa mereka diharapkan

dapat memenuhi tujuan orgnajisasi, yang ditunjukkan melalui

tindakan dan kata-kata.

j. Sadar diri mengenai antusiasme diri dalam bekerja dan melakukan

langkah-langkah untuk memotivasi diri kembali jika dibutuhkan.

b. Mengelola waktu secara efisien

c. Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik

Komunikasi dalam organisasi harus sistematis, mempunyai

kontinuitas, dan terintegrasi penuh kedalam struktur organisasi dengan

Page 74: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

56

mendorong pertukaran pandangan dan gagasan. Berkomunikasi

merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khusunya pengarahan.

Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang

kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai

tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar-menukar pikiran,

perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih

yang bekerja sama (marquis & houston, 1998).

Cara Komunikasi

- Komunikasi tertulis

- Komunikasi tatap muka

- Komunikais nonverbal

4. PENGENDALIAN

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian (controlling) atau

kontrol. Fayyol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai pemeriksaan

mengenai apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah

disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditentukan,

yang bertujuan menunjukkan kekuarangan dan kesalahan agar dapat

diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengendalian harus dilakukan untuk

mengetahui fakta yang ada sehingga apabila muncul isu dapat segera

direspon dengan didiskusikan bersama.

Page 75: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

57

Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa

aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan

berfungsi untuk menjamin kualitas serta mengevaluasi penampilan.

Page 76: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

58

F. KERANGKA TEORI

Pendekatan sistem

dalam keselamatan

pasien ( Henriksen,

Hughes, Carayon,

dkk,2008; Cahyono,

2008)

Faktor yang

mempengaruhi dalam

keselamatan pasien :

1. Karakteristik

individu petugas

2. Sifat dasar pekerjaan

3. Faktor human-

system interfaces

4. Lingkungan

fisik/kondisi

lingkungan kerja

5. Faktor

organisasi/lingkunga

n sosial

6. Faktor manajemen

7. Faktor lingkungan

ekternal

( Henriksen,

Hughes, Carayon,

dkk,2008; Cahyono,

2008)

Faktor Manajemen :

1. Beban pasien

2. Pengaturan sataf,

3. Ketersedian

sumber daya

4. Pengorganisasia

n,

5. Struktur

6. Budaya

keselamatan,

7. Akses yang

muda,

8. Pengembangan

karyawan

9. Peran

kepemimpinan.

( Henriksen, Hughes,

Carayon, dkk,2008;

Cahyono, 2008)

kepemimpinan

efektif :

1. Tujuan

2. Pengetahuan

3. Kesadaran diri

4. Komunikasi

5. Energi

6. Tindakan

(Trapper, 1989;

Tappen, 2004).

Penerapan

keselamatan

pasien

(Permenkes RI,

2011)

Peran

kepemimpinan

Faktor-faktor yang menjadi

tantangan perawat dalam

memberikan pelayanan yang

aman yang berkontribusi dalam

keselamatan pasien (Canadian

Nurse Association, 2004)

Perspektif perawat tentang

keselamatan pasien,

perspektif pasien tentang

keselamatan pasien.

Penerapan 6 sasarn

keselamatan pasien :

1. Ketepatan

identifikasi pasien

2. Peningkatan

komunikasi yang

efektif

3. Peningkatan

keamanan obat

4. Kepastian tepat-

lokasi, tepat-

prosedur, tepat-

pasien operasi

5.Pengurangan

resiko infeksi

6.Pengurangan

resiko pasien

jatuh

Page 77: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Kerangka ini memberikan

visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan variavel yang

lain dan masalah yang ingin diamati. (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka konsep penelitian

Skema 3.1

Kerangka konsep penelitian

Variabel Dependen

Penerapan keselamatan pasien (6

sasaran keselamatan pasien) :

7. Ketepatan identifikasi pasien

8. Peningkatan komunikasi yang

efektif

9. Peningkatan keamanan obat

10. Kepastian tepat-lokasi, tepat-

prosedur, tepat-pasien operasi

11. Pengurangan resiko infeksi

12. Pengurangan resiko pasien

jatuh

Variabel Independent

Kepemimpinan efektif kepala

ruangan :

1. Penentuan tujuan

2. Pengetahuan

3. Kesadaran diri

4. Komunikasi

5. Penggunaan energi

6. Pengambilan tindakan

Page 78: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

60

B. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (Independent),

dan variabel terikat (Dependent).). Variabel Independent dalam penelitian ini

adalah kepemimpinan efektif kepala ruangan. Variabel kepemimpinan efektif

kepala ruangan terdiri atas: (1) penentuan tujuan, (2) pengetahuan, (3) kesadaran

diri, (4) komunikasi, (5) penggunaan energi, dan (6) pengambilan tindakan.

Variabel Dependent adalah penerapan keselamatan pasien.. Kerangka konsep

penelitian digambarkan pada skema 3.1

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan oleh peneliti sebagai suatu

jawaban mengenai hubungan antar variabel yang bersifat sementara (Dharma,

2011). Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara penentuan tujuan dengan penerapan keselamatan pasien

di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan keselamatan pasien di

RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

3. Ada hubungan antara kesadaran diri dengan penerapan keselamatan pasien di

RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4. Ada hubungan antara komunikasi dengan penerapan keselamatan pasien di RS

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Ada hubungan antara penggunaan energi dengan penerapan keselamatan

pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 79: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

61

6. Ada hubungan antara pengambilan tindakan dengan penerapan keselamatan

pasien di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

7. Ada hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan yang terdiri dari

penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, energi, dan

pengambilan tindakan dengan penerapan keselamatan pasien (enam sasaran

keselamatan pasien) di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

8. Terdapat karakter kepemimpinan kepala ruangan yang paling dominan

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien di RS Dr.Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat dan cara ukur Hasil ukur Skala ukur

Variabel Independent

Kepemimpina

n efektif

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kemampuan kepala

ruangan di masing-

masing ruang rawat inap

bedah dalam

menggunakan penentuan

tujuan, pengetahuan,

kesadaran diri,

komunikasi,

penggunaan energi dan

pengambilan tindakan

dalam penerapan 6

sasaran keselamatan

pasien oleh perawat

pelaksana

Kuesioner B dengan jumlah

30 item pernyataan, dengan

pilihan sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju

- Kepala ruangan

kurang memiliki

kemampuan

kepemimpinan efektif

jika skore jawaban

responden ≤ 75

- Kepala ruang memiliki

kemampuan

kepemimpinan efektif

jika skore jawaban

responden ≥75

ordinal

1. Penentuan

tujuan kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kemampuan kepala

ruangan dalam

menentukan tujuan

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 9,

15, 18, 20 dan 29

diukur dengan

- Kurang mampu

menentukan tujuan

jika skore <12,5

- Mampu menentukan

tujuan jika skore >12,5

ordinal

Page 80: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

62

penerapan keselamatan

pasien

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3 = setujuh

2 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

2. Pengetahuan

kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

pengetahuan kepala

ruangan tentang

penerapan keselamatan

pasien

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 1,

3, 6, 24 dan 25

diukur dengan

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3 = setujuh

1 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

- Pengetahuan kurang

jika skore jawaban

responden < 12,5

- baik jika skore

jawaban responden >

12,5

-

ordinal

3. Kesadaran

diri kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kemampuan kepala

ruangan mengenal

dirinya sendiri baiak

kelebihan maupun

kelemahan dalam

berinteraksi dengan

orang lain dalam

penerapan keselamatan

pasien.

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 5,

11, 16, 22 dan 27

diukur dengan

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3 = setujuh

2 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

- Kesadaran diri

kurang jika skore

jawaban responden

< 12,5

- Kesadaran diri baik

jika skorejawaban

responden > 12,5

ordinal

4. Komunikasi

kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kemampuan kepala

ruangan dalam

mengkomunikasikan

penerapan keselamatan

pasien

Kuesioner B

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 2,

7, 8, 14 dan 26

diukur dengan

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3 = setujuh

2 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

- Kemampuan

komunikasi kurang

jika skore jawaban

responden < 12,5

- Kemampuan

komunikasi cukup jika

skore jawaban

responden > 12,5

ordinal

5. Penggunaan

energi kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kekutaan kepala ruangan

baik fisik, psikis dan

sosial dalam

mempengaruhi orang

lain menerapkan

keselamatan pasien

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 10,

12, 13, 17 dan 28

diukur dengan

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3= setujuh

2= tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

- Kemampuan

menggunakan energi

kurang jika skore

jawaban responden

< 12,5

- Kemampuan

menggunakan energi

baik jika skore

jawaban responden

> 12,5

ordinal

Page 81: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

63

6. Mengambil

tindakan

kepala

ruangan

Penilaian perawat

pelaksana terhadap

kemampuan kepala

ruangan dalam

mengambil tindakan

yang berkaitan dengaan

penerapan keselamatan

pasien

Kuesioner B

dengan jumlah 5 item

pernyataan pada nomor 4,

19, 21, 23 dan 30

diukur dengan

menggunakan skala Likert :

4 = sangat setuju

3 = setujuh

2 = tidak setuju

1 = sangat tidak setuju

- Kemampuan

mengambil tindakan

kurang jika skore

jawaban responden <

12,5

- Kemampu

anmengambil tindakan

baik jika skore

jawaban responden >

12,5

ordinal

Variabel Dependent

Penerapan

keselamatan

pasien

Persepsi perawat

pelaksana terhadap

dirinya sendiri dalam

melaksanakan asuhan

pasien lebih aman dan

mencegah terjadinya

cedera dengan

menggunakan 6 sasaran

keselamatan pasien

rumah sakit

Kuesioner C yang terdiri

dari 38 pernyataan

diukur dengan

menggunakan skala Likert

1-4

4 = tidak pernah

3 = sering

2 = jarang

1 = tidak pernah

dikategorikan

berdasarkan cut of point

(COP) nilai median

menjadi :

1. Penerapan

keselamatan

pasien kurang

jika skor

jawaban

responden <95

2. Penerapan

keselamatan

pasien baik jika

skor jawaban

responden ≤ 95

Ordinal

Tabel 3.1.

Definisi Operasional

Page 82: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

64

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non-eksperimental, dengan

pendekatan kuantitatif, dan pendekatan potong lintang (cross sectional). Cross

sectional dilakukan dengan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat

tertentu. Studi analitik Cross sectional mempelajari hubungan antara faktor resiko

dengan efek, observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas dan terikat dilakukan

sekali dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro & Ismael, 2002). Penelitian ini

menganalisis hubungan antara variabel bebas yaitu kepemimpinan efektif kepala

ruangan, dengan variabel terikat yaitu penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

B. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian adalah di ruang rawat inap bagian bedah RS Dr Wahidin

Sudirohusodo Makassar. Penelitian dilaksanakan pada bulan 12 Agustus s/d 26

september 2014.

Page 83: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

65

C. Populasi dan teknik Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi subjek penelitian (Sugiono, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap bagian bedah RS Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar yang berjumlah 81 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiono, 2012). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ialah total sampling yakni semua perawat pelaksana di ruang rawat

inap bagian bedah di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang berjumlah

81 orang.

D. Instrument penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner penelitian,

dan lembar observasional. Kuesioner berisi daftar pernyatan yang sudah ada tersusun

dengan baik dan responden hanya memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoatmojo, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini meliputi :

1. Kuesioner A

Kuesioner A berisi identitas perawat pelaksana ruang rawat inap terdiri dari usia,

jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, dan pelatihan keselamatan pasien

Page 84: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

66

yang pernah diikuti. Kuesioner ini tidak mencantumkan nama responden akan

tetapi kode responden yang diisi peneliti untuk menjamin kerahasiaan data.

2. Kuesioner B

Kuesioner B untuk mendapatkan data mengenai kepemimpinan efektif kepala

ruang meliputi penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi,

penggunaan energi, dan pengambilan tindakan. Penelitian ini memodifikasi

instrument yang telah digunakan dalam penelitian tesis yang dilakukan oleh

Setiowati (2013) tentang hubungan kepemimpinan efektif head nurse dengan

penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksanan di RSUPN

Dr.Mangunkusumo Jakarta dengan hasil valid dengan nilai r tabel dengan

Prearson Product Moment yaitu r > 0.361 dan koefisien korelasi r Cronbach’s

Alpha 0.889 dengan demikian instumen tersebut valid dan reliable. Kuesioner ini

terdiri dari 36 item pernyataan dengan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju

dan sangat tidak setuju (kuesioner terlampir).

Kuesioner B dimodifikasi karena peneliti beranggapan perbedaaan karakteristik

responden pada penelitian sebelumnya, yaitu perbedaan wilayah tempat

penelitian. Peneliti melakukan modifikasi pada jumlah pernyataan keseluruhan

pada sub variabel kepemimpinan efektif sehingga didapatkan 30 pernyataan.

3. Kuesioner C

Dirancang untuk mendapatkan data mengenai penerapan keselamatan pasien (6

sasaran keselamatan pasien). Disusun mengacu pada pedoman penerapan

keselamatan pasien yang dirumuskan oleh WHO (2004, 2007), Depkes RI (2008)

mengenai 9 (sembilan langkah keselamatan pasien); dan sasaran keselamatan pasien

Page 85: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

67

yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah sakit (KARS) serta Safe Staffing

and Safe Lives oleh International Council Of Nursing (ICN, 2006).

4. Kuesioner D

Lembar observasi merupakan daftar pernyataan yang dirancang untuk mengukur

variabel dependen yaitu penerapan keselamatan pasien. lembar observasi dirancang

untuk mendukung hasil data kuesioner C Lembar observasi disusun mengacu pada

pedoman penerapan keselamatan pasien yang dirumuskan oleh WHO (2004, 2007),

Depkes RI (2008) mengenai 9 (sembilan langkah keselamatan pasien); dan sasaran

keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah sakit (KARS)

serta Safe Staffing and Safe Lives oleh International Council Of Nursing (ICN,

2006).

Lembar observasi terdiri dari 37 item pernyataan dengan skala Gutmann, yaitu

: 1 = bila tidak dilakukan; 2 = bila dilakukan.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah alat ukur yang dipakai

(kuesioner) benar dapat mengukur item yang akan diukur (Sugiono, 2012). Uji

validitas dilakukan di RS Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar terhadap 30

perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap bagian penyakit dalam. Uji

validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing

variabel dengan skor total. Teknik korelasi menggunakan korelasi Pearson

product moment (Hastono, 2007). Dimana pernyataan dikatakan valid bila r

Page 86: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

68

hitung yang didapat lebih besar dari r tabel (ketetapan sesuai dengan jumlah

responden) dalam hal jumlah responden 30 orang dengan tingkat kemaknaan 5%

maka nilai r tabel 0,361.

Hasil uji validitas untuk kuesioner B (kepemimpinan efektif kepala

ruang) didapatkan 6 pernyataan tidak valid (r hasil < 0,361). Selanjutnya

pernyataan yang tidak valid tersebut dihilangkan karena dianggap dengan

pernyataan yang sudah valid sudah mewakili untuk variabel kepemimpinan

efektif. Hasil uji validitas kuesioner C (penerapan keselamatan psien) didapatkan

3 pernyataan tidak valid (r hasil= 0,041-0,089). Selanjutnya pernyataan yang

tidak valid tersebut dihilangkan karena dianggap dengan pernyataan yang sudah

valid sudah mewakili untuk variabel penerapan keselamatan pasien.

Kuesioner yang telah valid digunakan dalam penelitian ini dengan hasil

validitas pada kuesioner B r hitung = 0,445-0,798 lebih besar dari r tabel (0,361)

, sedangkan kuesioner C didapatkan nilai r hitung = 0,379-0,892.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang menunjukan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala dan alat ukur yang sama. Pada penelitian ini uji reliabilitas akan

dilakukan setelah semua pertanyaan telah valid pada uji pearson, kemudian

dilanjutkan dengan uji Alpha Cronbach dan dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,6)

dengan mengambil objek sampel n yang memiliki karakteristik sama dengan objek

penelitian sebenarnya.

Page 87: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

69

Hasil Uji reliabilitas dengan kuesioner B didapatkan nilai alpha sebesar 0,947,

kuesioner C didapatkan nilai alpha sebesar 0,965, sehingga dapat disimpulkann

berdasarkan uji reliabilitas bahwa kuesioner pada penelitian ini reliabel.

F. Teknik pengumpulan data

1. Prosedur administrasi

Prosedur administrasi dilakukan sebelum melaksanakan penelitian di RS

Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Prosedur teknis

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden

penelitian. Waktu untuk menemui responden disesuaikan dengan waktu luang

perawat. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur

penelitian kepada responden secara tertulis. Responden yang telah memahami

penjelasan penelitian dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

menyatakan persetujuan dengan menandatangani lembar informed consent.

Responden diberi keleluasaan untuk mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk

pengisian. Responden yang tidak bisa langsung mengisi kuesioner diperbolehkan

untuk membawa pulang kuesioner. Setelah waktu yang disepakati maka peneliti

mengambil kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa kembali

kelengkapan pengisian kuesioner. Di waktu yang sama peneliti bersama

enumerator mengamati perawat pelaksana dalam menerapkan keselamatan pasien

untuk tiga kali observasi untuk setiap sasaran keselamatan pasien.

Page 88: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

70

G. Alur penelitian

Menentukan populasi

Menentukan sampel metode proporsional random

sampel : perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian

bedah dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang

Uji Validitas dan realibilitas

Informant consent

Menjelaskan dan meminta persetujuan responden

Pemberian instrument dan observasi

Analisa data dengan uji statistik yang

sesuai

Penyajian hasil

Kesimpulan

Page 89: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

71

H. Pengolahan data

Pengolahan data akan dilaksanakan setalah data yang diperlukan terkumpul. Proses

yang akan dilakukan meliputi editing, coding, entry, dan cleaning dengan penjelasan

sebagai berikut :

1. Editing

Editing atau penyuntingan dilakukan setelah semua data terkumpul kemudian

dilakukan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data diberi kode.

Pengkodean ini dilakukan dengan memberi nomor responden, nomor pertanyaan,

nomor variabel dan nama variabel.

3. Entry

Setelah kuesioner terisi penuh dan benar serta telah melewati tahap

pengkodingan maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisa.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dientry untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.

I. Analisis data

1. Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karateristik responden (usia, jenis

kelamin, pendidikan, lama kerja, dan pelatihan) dan sub variabel dalam variabel

Page 90: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

72

dependen penerapan keselamatan pasien (sub variabel 6 sasaran keselamatan

pasien). Hasil analisis disajikan dalam bentuk frekuensi atau presentase. Data

yang berupa data numeric menggunakan nilai mean, median, standar deviasi,

nilai minimal, maksimal dan nilai confidence interval (CI). Data yang berupa

data kategorik menggunakan distribusi frekuensi dengan persentase atau populasi

(Hastono, 2007).

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi antara dua variabel

(Notoatmodjo,2010). Pemilihan uji statistik yang digunakan berdasarkan pada

jenis data serta jumlah variabel yang diteliti. Analisi bivariat pada penelitian ini

menggunakan uji Chi Quare dan sebagai uji alternatif yaitu uji Preadman .

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel independen yang paling

berhubungan terhadap variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji

regresi logistik ganda. Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis

hubungan satu atau beberapa variabel dependen berbentuk kategorik dan variabel

independen campuran antara variabel kategorik dan numerik (Hastono, 2007)

J. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik pen

elitian, yakni sebelumnya peneliti telah mendapatkan rekomendasi etik dari k

omisi etik fakultas kedokteran universitas Hasanuddin Makassar dengan nom

Page 91: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

73

or 0931/H4.8.4.5.31/PP36-KOMETIK/2014 dan selanjutnya mendapat izin pe

nelitian dari bagian SDM dan pendidikan dengan nomor : LB.02.01/II.2.2/313/

2014 serta izin dari masing-masing kepala ruang bagian bedah.

Pada saat pelaksaan penelitian ini penulis mempertimbangkan prinsip

etik dengan memperhatikan aspek etik sebagai berikut :

1. Informed consent

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden, peneliti memb

erikan penjelasan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian yang aka

n dilakukan, setelah pertanyaan dari responden dijawab dengan tuntas d

an jika menyetujui, maka responden diminta untuk menandatangani surat

persetujuan.

2. Menentukan sendiri

Responden diberikan kebebasan secara pribadi untuk menentukan pilihan pribadi

nya dalam keterlibatannnya sebagai subjek peneliti secara sukarela dan sewaktu-

waktu dapat mengundurkan diri dari kegiatan penelitian ini jika responden meng

hendaki.

3. Pravacy and anonimity

Peneliti mempertahankan kerahasian pada saat mengumpulkan data dengan tidak

menuliskan atau mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan seba

gai gantinya peneliti menggunakan nama kode nomor pada setiap responden.

4. Confidentialityl

Peneti tetap menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberik

an, peneliti hanya mengelompokkkan data sesuai dengan kebutuhan. Semua catat

Page 92: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

74

an tentang karakteristik responden yang telah diberikan sebagai dokumentasi hasi

l penelitian.

5. Juastice

Semua tindakan yang dilakukan akan diberikan dan diterima secara sama oleh se

mua responden.

6. Protection from discomfort

Penelitian ini menghindari ketidaknyamanan fisik ataupun mental dari responden

dan lebih mengutamakan asas manfaat. Peeliti juga menjaga kerahasiaan informa

si yang diberikan oleh responden dan dan tidak akan mempengaruhi responden d

an penelitian kerja dari responden. Informasi yang didapatkan semata-mata untuk

kepentingan penelitian.

BAB V

Page 93: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

75

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di instalasi rawat inap

bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Karakteristik Responden n

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

25

56

30.9

69.1

Tingkat Pendidikan

DIII

SI

S2

59

21

1

72.8

25.9

12

Status Pelatihan

Tidak Pernah

Pernah

81

100

Sumber : Data Primer 2014

Tabel 5.1 Menunjukkan responden dalam penelitian ini didominasi oleh

perawat perempuan sebanyak 56 orang (69.1%), dengan tingkat pendidikan

mayoritas DIII keperawatan sebanyak 59 orang (72.8%) dan seluruh

responden pernah mengikuti pelatihan yaitu 100%.

Page 94: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

76

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden di ruang rawat inap

bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Karakteristik Mean Median SD Min-Max

Umur 31.79 30 7.65 20-55

Masa kerja 6.39 4.00 6.13 1-32 Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 5.2 rata-rata perawat berumur 31.79 tahun dengan standar

deviasi 7.65 tahun. Usia termudah 20 tahun dan tertua 55 tahun dengan masa

kerja rata-rata 6.39 tahun.

b. Distribusi frekuensi gambaran data dari tiap variabel penelitian

1. Distribusi frekuensi kepemimpinan efektif

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi kepemimpinan efektif kepala ruangan menurut

perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah RS DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Kepemimpinan efektif n %

Penentuan Tujuan

Kurang

Baik

11

70

13.6

86.4

Pengetahuan

Kurang

Baik

8

73

9.9

90.1

Kesadaran Diri

Kurang

Baik

18

63

22.2

77.8

Komunikasi

Kurang

Baik

11

70

13.6

86.4

Penggunaan Energi

Kurang

Baik

13

68

16.0

84.0

Pengambilan Tindakan

Kurang

Baik

12

69

14.8

85.2 Sumber :Data Primer 2014

Page 95: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

77

Tabel 5.3. Menunjukkan kemampuan kepemimpinan efektif kepala ruangan

menurut perawat pelaksana dalam menentukan tujuan baik sebanyak 70 0rang

(86.4%), pengetahuan kepala ruangan baik sebanyak 73 orang (90.1%), memiliki

kesadaran diri baik sebanyak 63 orang (77.8%), memiliki komunikasi yang baik

sebanyak 70 orang (86.4%), penggunaan energi baik sebanyak 68 orang (84%) dan

kemampuan dalam pengambilan tindakan dinilai baik oleh perawat pelaksana

sebanyak 69 orang (85.2%).

c. Distribusi frekuensi penerapan keselamatan pasien

Tabel 5.4. Distribusi responden penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana berdasarkan hasil dari kuesioner di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Penerapan keselamatan pasien n %

Penerapan keselamatan pasien

Kurang

Baik

17

64

21

79

Ketepatan identifikasi pasien

Kurang

Baik

4

77

4.9

95.1

Peningkatan komunikasi yang efektif

Kurang

Baik

0

81

0

100

Peningkatan keamanan obat

Kurang

Baik

0

81

0

100

Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,

tepat-pasien operasi

Kurang

Baik

2

79

2.5

97.5

Pengurangan resiko infeksi

Kurang

Baik

0

81

0

100

Pengurangan resiko pasien jatuh

Kurang

Baik

0

81

0

100

Page 96: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

78

Sumber : Data Primer 2014

Tabel 5.4 memberi gambaran perawat yang mempersepsikan dirinya

menerapkan keselamatan pasien secara baik sebanyak 64 orang ( 79%) dan

masih ada perawat yang persepsikan dirinya menerapkan keselamatan pasien

secara kurang yaitu sebanyak 17 orang (21%).

Tabel 5.5. Distribusi responden penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana berdasarkan hasil observasional di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Penerapan keselamatan pasien

n

%

Penerapan keselamatan pasien

Kurang

Baik

35

46

43.2

56.8

Ketepatan identifikasi pasien

Kurang

Baik

37

44

45.7

54.3

Peningkatan komunikasi yang efektif

Kurang

Baik

19

62

23.5

76.5

Peningkatan keamanan obat

Kurang

Baik

12

69

14.8

85.2

Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,

tepat-pasien operasi

Kurang

Baik

16

65

19.8

80.2

Pengurangan resiko infeksi

Kurang

Baik

3

78

3.7

96.3

Pengurangan resiko pasien jatuh

Kurang

Baik

15

66

18.5

81.5

Tabel 5.5 memberi gambaran perawat yang menerapkan keselamatan

pasien secara baik berdasarkan observasi oleh peneliti dan enumerator

Page 97: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

79

sebanyak 46 orang ( 56.8%) dan perawat yang menerapkan keselamatan

pasien secara kurang yaitu sebanyak 35 orang (43.2%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen dengan menggunakan menggunakan uji chi

square dengan uji alternatif uji Fisher’s.

a. Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

Tabel 5.6. Hubungan kemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana berdasarkan hasil data kuesioner

di ruang rawat inap bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tahun 2014 (n = 81)

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Kepemimpinan

efektif kepala

ruangan

Kurang 8 72.7 3 27.3 11 100 0,000

Baik 9 12.9 61 87.1 70 100

Uji Fisher’s

Tabel 5.7 Hubungan kepemimpinan efektif dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Kepemimpinan

efektif kepala

ruangan

Kurang 9 81.8 2 18.2 11 100 0,008

Baik 26 37.1 44 62.9 70 100

Uji Fisher’s

Page 98: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

80

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa perawat yang menilai kemampuan

kepemimpinan efektif kepala ruangan kurang, menerapkan keselamatan

pasien secara baik sebanyak 3 orang (27.3%), dan yang menilai

kepemimpinan kepala ruangan baik, mempersepsikan diri menerapkan

keselamatan pasien baik sebanyak 61 orang (87.1%). Sedangkan hasil

observasi pada tabel 5.7 menunjukkan perawat yang mempersepsikan

kepemimpinan efektif kepala ruangan baik menerapkan keselamatan pasien

kurang sebanyak 26 orang (37.1%). Hasil uji chi F’sishe diperoleh nilai p <

0,05 artinya nilai p lebih kecil dari α 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat

hubungan signifikan antara kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana baik berdasarkan hasil

analisa data kuesioner maupun hasil observasi.

b. Hubungan antara penentuan tujuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

Tabel 5.8. Hubungan penentuan tujuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin SudirohusodoMakassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

kuesioner

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Penentuan tujuan

kepala ruangan

Kurang 7 63.6 4 36.4 11 100 0,001

Baik 10 14.3 60 85.7 70 100

Uji Fisher’s

Page 99: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

81

Tabel 5.9 Hubungan penentuan tujuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Penentuan tujuan

kepala ruangan

Kurang 10 90.9 1 9.1 11 100 0.001

Baik 25 35.7 45 64.3 70 100 Uji Fisher’s

Tabel 5.8 diperoleh bahwa perawat yang menilai kemampuan kepala

ruangan dalam menentukan tujuan kurang, mempersepsikan diri menerapkan

keselamatan pasien secara baik sebanyak 4 orang (36.4%), dan yang menilai

kemampuan kepala ruangan dalam menentukan tujuan baik, mempersepsikan

diri menerapkan keselamatan pasien kurang sebanyak 10 orang (14.3%%)

sedangkan hasil observasi pada tabel 5.9 perawat yang menilai kemampuan

kepala ruangan dalam menentukan tujuan baik, menerapkan keselamatan

pasien kurang sebanyak 26 orang (37.1%%) Hasil uji alternatif uji Fisher’s

diperoleh nilai p = 0,001 baik berdasarkan data kuesioner dan observasi

sehingga disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara kepemimpinan

efektif kepala ruangan dalam hal ini penentuan tujuan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana.

Page 100: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

82

c. Hubungan antara pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana

Tabel.5.10 Hubungan pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil data kuesioner

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Pengetahuan

kepala ruangan

Kurang 5 62.5 3 37.5 8 100 0,009

Baik 12 16.4 61 83.6 73 100 Uji Fisher’

Tabel 5.11 Hubungan pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Pengetahuan

kepala ruangan

Kurang 7 87.5 1 12.5 8 100 0.018

Baik 28 38.4 45 41.5 73 100 Uji Fisher’s

Tabel.5.10 menunjukkan sebanyak 3 orang (37.5%) yang menilai pengetahuan

kepala ruangan kurang, mempersepsikan diri menerapkan keselamatan pasien

secara baik, dan 83.6% perawat yang menilai pengetahuan kepala ruangan

baik mempersepsikan diri menerapkan keselamatan pasien secara baik.

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 5.11 terdapat 28 (38.4%) perawat

mempersepsikan pengetahuan kepala ruangan baik namun kurang menerapkan

Page 101: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

83

keselamatan pasien. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana.baik berdasarkan analisis data dari

kuesdioner yaitu p = 0,000 dan hasil analisis data observasional yaitu p =

0,018.

d. Hubungan kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana

Tabel.5.12 Hubungan kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81)

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Kesadaran diri

kepala ruangan

Kurang 6 33.3 12 66.7 18 100 0,190

Baik 11 17.5 52 82.5 63 100 Uji Fisher’s

Tabel 5.13 Hubungan kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Kesadaran diri

kepala ruangan

Kurang 6 33.3 12 66.7 18 100 0,491

Baik 29 46.0 34 54.0 63 100 Chi square

Tabel 5.12 dan tabel 5.13 didapatkan sebanyak 12 (66.7%) perawat

mempersepsikan kesadaran diri kepala ruangan kurang namun menerapkan

Page 102: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

84

keselamatan pasien secara baik. Hasil analisis statistik pada tabel 5.12

menunjukkan p = 0,190 dan tabel 5.13 diperoleh nilai p = 0,491 yang berarti

tidak ada hubungan kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana baik data berdasarkan kuesioner

maupun observasional.

e. Hubungan komunikasi kepala ruangan dengan penerapan keselamatan pasien

oleh perawat pelaksana

Tabel 5.14 Hubungan komunikasi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

data kuesioner

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Komunikasi

kepala ruangan

Kurang 5 45.5 6 54.5 11 100 0,047

Baik 12 17.1 58 82.9 70 100 Uji Fisher’s

Tabel 5.15. Hubungan komunikasi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Komunikasi

kepala ruangan

Kurang 9 81.8 2 18.2 11 100 0,008

Baik 26 37.1 44 62.9 70 100 Uji Fisher’s

Page 103: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

85

Dari hasil uji Fisher pada tabel 5.16 diperoleh nilai p = 0.047 dan tabel

5.17 p = 0,008 artinya nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara komunikasi kepala ruangan dengan

penerapan keselamtan pasien oleh perawat pelaksana.

f. Hubungan penggunaan energi kepala ruangan dengan peneraapan

keselaamatan pasien oleh perawat pelaksana

Tabel 5.16 Hubungan penggunaan energi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014

(n = 81) berdasarkan data kuesioner

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Penggunaan energi

kepala ruangan Kurang 6 46.2 7 53.8 13 100 0,025

Baik 11 16.2 57 83.8 68 100 Uji Fisher’s

Tabel 5.17. Hubungan penggunaan energi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014

(n = 81) berdasarkan hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Penggunaan energi

kepala ruangan

Kurang 7 53.8 6 46.2 13 100 0,543

Baik 28 41.2 40 58.8 68 100 Chi square

Pada tabel 5.16 diketahui bahwa dari hasil uji Fisher’s diperoleh nilai p =

0.025 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penggunan

energi kepala ruangan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat

Page 104: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

86

pelaksana berdasarkan data kuesioner sedangkan berdasarkan hasil

observasional pada tabel 5.17 diperoleh nilai p = 0,543 yang berarti tidak ada

hubungan penggunaan energi kepala ruangan dengan penerapan keselamatan

psien oleh perawat pelaksana

g. Hubungan pengambilan tindakan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

Tabel 5.18 Hubungan pengambilan tindakan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan

data kuesioner

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Pengambilan tindakan

kepala ruangan

Kurang 7 58.3 5 41.7 12 100 0,002

Baik 10 14.5 59 85.5 69 100 uji Fisher’s

Tabel 5.19. Hubungan pengambilan tindakan kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap

bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014

(n = 81) berdasarkan hasil observasional

Penerapan keselamatan

pasien

Total p*

Kurang Baik

n % n % n %

Pengambilan tindakan

kepala ruangan

Kurang 9 75.0 3 25.0 12 100 0,036

Baik 26 37.7 43 62.3 69 100 Chi square

Hasil analisis Fisher’s pada tabel 5.18 diperoleh nilai p = 0.002 dan hasil

uji chi square pada tabel 5.19 diperoleh p = 0,036 artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara pengambilan tindakan kepala ruangan dengan

Page 105: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

87

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana baik berdasarkan data

kuesioner maupun observasional.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat sub variabel independen yaitu

komponen kepemimpinan efektif kepala ruangan yang paling berhubungan

dengan variabel dependen yaitu penerapan keselamatan pasien. Analisis

multivariat dengan menggunakan uji statistik regresi logistik ganda.

Langkah yang dilakukan

a. Seleksi analisi bivariat

Anilisis multivariat diawali dengan analisis bivariat antara variabel

independen (kepemimpinan efektif kepala ruangan meliputi : penentuan

tujuan, pengetaahuan, kesadaran diri, komunikasi, penggunaan energi dan

pengambilan tindakan) dengan variabel dependen (penerapan keselamatan

pasien). Yang menjadi kandidat untuk masuk pemodelan multivariat. Variabel

yang diikutsertakan dalam pemodelan adalah variabel dengan uji bivariat

menunjukkan p < 0,25. Hasil seleksi bivariat dapat dilihat pada tabel 5.20.

Page 106: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

88

Tabel 5.20. Hasil seleksi anlisis bivariat untuk kandidat kepemimpinan efektif

kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di

ruang rawat inap bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan data kuesioner

Variabel p

Penentuan Tujuan

Pengetahuan

Kesadaran Diri

Komunikasi

Penggunaan energi

Pengambilan tindakan

0,001*

0,009*

0,190*

0,047*

0,025*

0,002*

*variabel dengan p < 0,25

Tabel 5.21. Hasil seleksi anlisis bivariat untuk kandidat kepemimpinan efektif

kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di

ruang rawat inap bagian bedah RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tahun 2014 (n = 81) berdasarkan hasil observasional

Variabel p

Penentuan Tujuan

Pengetahuan

Kesadaran Diri

Komunikasi

Penggunaan energi

Pengambilan tindakan

0,001*

0,018*

0,491

0,008*

0,590

0,036*

*variabel dengan p < 0,25

Sub variabel kepemimpinan efektif kepala ruangan yang menjadi kandidat

dalam pemodelan multivariat berdasarkan data kuesioner pada tabel 5.20 yaitu

penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, penggunaan

energi dan pengambilan tindakan sedangkan berdasarkan data observasional

pada tabel 5.21 yaitu penentuan tujuan, pengetahuan, komunikasi dan

pengambilan tindakan.

Page 107: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

89

b. Pemodelan akhir

Tahap pemodelan multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Metode ini

dimulai dengan memasukkan semua variabel kandidat secara bersama-sama,

kemudian secara otomatis sistem komputer akan mengeluarkan variabel satu

persatu dari model jika p > 0,25 hingga diperoleh pemodelan akhir.

Tahap pemodelan pada variabel kepemimpinan efektif meliputi 4 tahap yaitu :

1. Pertama adalah memasukkan variabel bebas yang memiliki nilai p < 0,25

berdasar hasil seleksi bivariat secara bersama-sama. Variabel yang masuk

dalam pemodelan berdasarkan data kuesioner yaitu meliputi penentuan

tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, penggunaan energi dan

pengambilan tindakan dan berdasarkan data obervasional yaitu :

penentuan tujuan, pengetahuan, komunikasi, pengambilan tindakan.

2. Tahap kedua, sistem komputer secara otomatis mengeluarkan variabel

yang memiliki nilai p > 0,25, yaitu variabel yang memiliki nilai p paling

besar. Pada tahap kedua baik berdasarkan data dari kuesioner dan

obervasional sub variabel yang tidak berhubungan dan dikeluarkan dari

pemodelan yaitu sub variabel penggunaan energi dengan p = 0,930 dan

0,428.

3. Tahap ketiga, sub variabel penentuan tujuan dikeluarkan dari pemodelan

(p = 0.359) untuk data hasil dari kuesioner dan untuk data hasil observasi

yakni kesadaran diri dengan p= 0,351.

4. Tahap keempat, sub variabel penentuan tujuan dikeluarkan dari

pemodelan (p= 0,230) untuk data hasil observasi

Page 108: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

90

5. Pemodelan akhir diperoleh variabel komponen kepemimpinan efektif yang

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana yakni variabel pengetahuan, komunikasi dan pengambilan

tindakan untuk data hasil observasi dan data kuesioner yaitu pengetahuan,

kesadaran diri, komunikasi dan pengambilan tindakan.

Tabel 5.22 Pemodelan akhir hasil analisis multivariat regresi logistik pada

variabel kepemimpinan efektif kepala ruang dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah RS DR

Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) hasil data kuesioner

Variabel Koefisien p OR (IK 95%)

Pengetahuan -3.229 0.001 0,040 (0,006-0,283)

kesadaran diri -1.693 0,036 0,184 (0,038-0894)

Komunikasi -1.814 0.033 0,163 (0,031-0,865)

Pengambilan

tindakan -2.957 0.001 0,052 (0,009-0,285)

Konstanta -11.760 <0.000 27.885

Regresi logistik

Tabel 5.23 Pemodelan akhir hasil analisis multivariat regresi logistik pada

variabel kepemimpinan efektif kepala ruang dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah RS DR

Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 (n = 81) hasil data observasional

Variabel Koefisien p OR (IK 95%)

Pengetahuan -2.734 0.015 0,065 (0,007-0,59)

Komunikasi -2.240 0.009 0,106 (0,020-0,57)

Pengambilan

tindakan -1.820 0.016 0,162 (0.037-0,711)

Konstanta 1.064 0,001 2.897

Regresi logistik

Tabel 5.22 menunjukkan bahwa sub variabel kepemimpinan efektif kepala

ruangan yang paling dominan berhubungan dengan penerapan keselamatan

pasien yaitu pengambilan tindakan (p < 0,001; α 0,005) dengan nilai OR =

Page 109: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

91

sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang paling

berpengaruh terhadap penerapan keselamatan pasien. Hasil OR = 0,052 yang

dapat diartikan bahwa perawat pelaksana yang mempersepsikan pengetahuan

kepala ruang baik akan berpeluang untuk melakukan penerapan keselamatan

pasien secara baik sebesar 0,052 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat

yang mempersepsikan pengetahuan kepala ruangan kurang, namun

berdasarkan hasil observasional sub variabel yang paling dominan

berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien yaitu komunikasi kepala

ruangan dengan nilai p = 0,009.

Page 110: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

92

B.PEMBAHASAN

1. Gambaran penerapan keselamatan pasien

Penerapan keselamatan pasien di ruang rawat inap bagian bedah RS Dr

Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan persepsi perawat dan hasil

observasi peneliti berada pada kategori baik, dimana terdapat sebanyak 64 (79%)

perawat pelaksana mempersepsikan diri menerapkan keselamatan pasien secara

baik, dan berdasarkan hasil observasi peneliti terdapat sebanyak 46 (56.8%)

perawat pelaksana menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Hal ini

menunjukkan gambaran perawat pelaksana dalam menerapkan keselamatan

pasien perlu mendapatkan perhatian dari pihak manajemen rumah sakit khususnya

bagian keperawatan, meskipun persentase perawat yang menerapkan keselamatan

pasien secara baik lebih tinggi dari pada perawat yang kurang menerapkan

keselamatan pasien, namun hal ini menandakan belum seluruh perawat pelaksana

menerapkan keselamatan pasien secara baik yang dibuktikan dengan masih ada

35 (43.2%) perawat yang kurang menerapkan keselamatan pasien berdasarkan

hasil obervasi langsung oleh peneliti.

Berdasarkan hasil observasi penerapan keselamatan pasien yang kurang

diterapkan oleh perawat pelaksana terjadi pada semua sasaran keselamatan

pasien, dan paling tinggi persentasenya pada sasaran pertama yaitu ketepatan

pengidentifikasian pasien yaitu sebanyak 37 (45.7%) kemudian peningkatan

komunikasi yang efektif sebanyak 19 (23.5%).

Page 111: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

93

Penerapan keselamatan pasien yang masih kurang pada sasaran pertama meliputi

pengidentifikasian pasien tidak berdasarkan nomor kamar dan mengidentifikasi

pasien menggunakan dua identitas pasien seperti nama lengkap dan tanggal lahir.

Pengidentifikasian pasien dengan benar dimaksudkan untuk menghindari

kesalahan karena keliruan pasien yang bisa terjadi disemua aspek diagnosis dan

pengobatan (Depkes,R, 2008).

Pada sasaran kedua atau peningkatan komunikasi yang efektif yang masih

kurang diterapkan yaitu serah terima pasien dengan perawat shif berikutnya

diruang pasien dan melibatkan pasien dalam operan dinas. Perawat harus selalu

berkomunikasi dan melibatkan pasien dalam proses serah terima pasien sehingga

pasien maupun keluarga memahami rencana perawatan pasien. Menurut National

Patient Safety Agency (2004), pasien berperan dalam memutuskan perawatan

yang tepat, memastikan perawatan dan pengobatan telah dikelola dan

dilaksanakan dengan baik oleh petugas kesehatan, mengidentifikasi kejadian tidak

diharapkan dan mengambil tindakan yang sesuai.

Komunikasi memiliki peran penting dalam interaksi antar petugas

kesehatan dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien. Kesenjangan dalam

komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien yang terjadi baik dalam satu tim

pelayanan maupun antar tim pelayanan dapat mengakibatkan terputusnya

kesinambungan layanan dan berisiko menyebabkan kesalahan pada pelayanan

kesehatan pasien. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ, 2003)

dalam (Cahyono, 2008) melaporkan akar masalah KTD sebesar 65% disebabkan

oleh masalah komunikasi .

Page 112: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

94

Keselamatan merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan dirumah

sakit termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Keselamatan dinyatakan

sebagai komponen paling besar, vital dan utama dari kualitas pelayanan kesehatan

dan keperawatan (Ballard, 2003; ICN, 2002). Keselamatan pasien rumah sakit

merupakan suatu sistem yang membuat asuhan ke pasien lebih aman (Depkes RI,

2008), yaitu bebas dari cidera, meminimalkan kemungkinan kesalahan/resiko

bahaya dan memaksimalkan kemungkinan mencegah terjadinya kesalahan/insdien

(IOM, 2000).

Keperawatan sebagai bagian integral dalam pelayanan kesehatan di rumah

sakit, memiliki peran penting dalam menjamin keselamatan pasien. Perawat

berperan penting dalam keselamatan pasien di semua aspek pelayanan

keperawatan yang diberikan. Perawat memiliki tanggung jawab yang luas dalam

aspek keselamatan pasien tidak hanya terbatas pada menghindari kesalahan

pengobatan maupun mencegah pasien jatuh. Konstribusi perawat penting dalam

upaya keselamatan pasien adalah kemampuan dalam melakukan koordinasi dan

integrasi berbagai aspek untuk mendukung kualitas dalam pelayanan yang

diberikan oleh perawat maupun tenaga kesehatan yang lain (Mitchell, 2008).

2. Hubungan antara kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana

Hasil penelitian terhadap kepemimpinan efektif kepala ruangan

menunjukkan perawat memiliki persepsi yang baik terhadap kemampuan

penentuan tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi penggunaan energi

dan pengambilan tindakan kepala ruangan. Hasil menunjukkan bahwa perawat

Page 113: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

95

lebih banyak mempersepsikan kepemimpinan efektif kepala ruangan baik. Hal ini

menjadi modal kepala ruangan untuk memimpin dan menggerakkan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

Persepsi seseorang akan mempengaruhi perilaku atau tindakannya.

Seseorang yang memiliki persepsi baik terhadap orang lain memiliki

kecenderungan akan melakukan hal-hal yang diarahkan oleh orang yang

dipersepsikan baik. Kepala ruangan sebagai pemimpin memiliki peran yang besar

dalam melakukan perubahan untuk itu pemimpin harus mampu menggunakan

kemampuan kepemimpinan efektifnya. Kepemimpinan efektif merupakan

kemampuan pemimpin dalam dalam mempengaruhi bawahan dalam pencapaian

tujuan organisai.

Kepemimpinan efektif kepala ruangan merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam keberhasilan penerapan keselamatan pasien. Kepala ruang sebagai

manajer lini pertama memiliki peran yang kritis dalam mendukung penerapan

keselamatan pasien, dengan kepemimpinan efektif dalam menciptakan

lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Wagner et al. (2009), bahwa perawat manajer memiliki persepsi

yang positif terhadap budaya keselamatan pasien pada perawatan rehabilitasi

dibandingkan perawat pelaksana di Amerika Serikat dan Kanada.

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa kepemimpinan efektif kepala

ruang sudah dilaksanakan secara baik dan tidak menjadi hambatan dalam

penerapan keselamatan pasien. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan

keselamatan pasien juga menjadi standar kelima dalam standar keselamatan

Page 114: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

96

pasien rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2008). IOM (2000) di kutip dalam

Canadian Nurse Association (2004), menjelaskan tindakan perawat dalam

lingkup keselamatan pasien akan dipengaruhi oleh lingkungan kerja perawat.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien juga menjadi

standar kelima dalam standar keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia

(Depkes RI, 2008).

a. Hubungan penentuan tujuan dengan penerapan keselamatan pasien

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan 11 perawat menilai

kemampuan kepala ruangan dalam menentukan tujuan kurang, namun

terdapat 4 (36,4%) perawat yang mempersepsikan diri menerapkan

keselamatan pasien secara baik.

Hal ini disebabkan karena manajemen rumah sakit telah menetapkan

tujuan yakni setiap perawat dapat menerapkan sasaran keselamatan pasien

dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman. Adanya

tuntutan ini sehingga perawat cenderung menilai positif dirinya dalam

menerapkan seleamatan pasien, padahal berdasarkan hasil observasi hanya

terdapat 1 (9.1) yang menerapkan keselamatan pasien secara baik.

Hasil analisis data observasional didapatkan 25 (35.7%) dari 70

perawat yang menilai penentuan tujuan kepala ruangan baik, namun kurang

menerapkan keselamatan secara baik. Hal ini disebabkan oleh karena kepala

ruangan tidak memiliki tujuan harian tentang target penerapan sasaran

keselamatan pasien di hari itu. Tujuan harian kepala ruangan akan menjadi

acuan perawat pelaksana dalam menyelesaikan tugasnya sepanjang shif kerja

Page 115: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

97

dalam hal ini memberikan asuhan keperawatan aman yaitu bebas dari kejadian

yang tidak diharapkan.

Kepala ruangan sebagai pemimpin dan juga sebagai manajer di ruang

rawat inap yang langsung berhubungan dengan pelayanan kesehatan di ruang

rawat inap harus mampu menjalankan fungsi manajemen sehingga tujuan

organisasi dalam hal ini rumah sakit dapat tercapai.

Penentuan tujuan termasuk dalam fungsi perencanaan. Perencanaan

yang baik dapat menjadi pedoman dasar dalam mencapai tujuan. Marquis dan

Huston (2003), menjelaskan bahwa perencanaan akan memberikan pandangan

kedepan mengenai hal yang akan dikerjakan dalam mencapai tujuan.

Perencanaan ditujukan untuk menjawab apa yang akan dilakukan, siapa yang

melakukan, bagaimna, kapan, dan dimana hal tersebut dilaksanakan.

Perencanaan kepala ruangan yang baik dan dipahami oleh staf perawat akan

mendukung pencapaian tujuan pelayanan keperawatan. Perencanaan kepala

ruang dalam keselamatan pasien (Yahya, 2006), adalah menyusun

“deklarasi/pernyataan” awal gerakan keselamatan pasien atau “perancanagan”

tentang tekat untuk memulai aktivitas keselamatan pasien. Isi pernyataan

mengandung elemen : pernyataan bahwa keselamtan pasien sangat penting

dan menjadi prioritas; komitmen tentang tanggung jawab eksekutif dalam

keselamatan pasien; aplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mutahir;

berlakukan pelaporan yang jujur.

Penelitian Dewi (2011), menyatakan terdapat hubungan yang

bermakna antara perencanaan dengan penerapan keselamatan pasien (p =

Page 116: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

98

0,032). Setiowati (2010), menyatakan ada hubungan antara penentuan tujuan

kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamtan

pasien di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

b. Hubungan pengetahuan dengan penerapan keselamatan pasien

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan 73 perawat menilai

pengetahuan kepala ruangan baik, namun terdapat 12 (16.4%) diantaranya

mempersepsikan diri kurang menerapkan keselamatan pasien. Hal ini menurut

asumsi peneliti dikarenakan perawat pelaksana rata-rata berumur 31 tahun

artinya berada pada tahap dewasa, yang dapat pula di artikan sudah matang

jiwanya sehingga akan juga mengakui bahwa dalam dirinya terdapat

kelemahan dalam melakukan tindakan dalam hal ini penerapan keselamatan

pasien. Hal ini akan memudahkan perawat tersebut menerima masukan atau

kritikan dari kepala ruangan maupun dari rekan kerja. Siagian (2012),

menjelaskan bahwa pengenalan ciri-ciri positif dan negatif yang terdapat

dalam diri seseorang akan merupakan dorongan kuat bagi dirinya untuk lebih

meningkatkan kemampuan kerja, baik dengan menggunakan cirri-ciri positif

sebagai modal maupun dengan usaha yang sistimatik untuk menghilangkan,

atau paling sedikit mengurangi, ciri-ciri negatifnya.

Namun berdasarkan hasil observasi didapatkan lebih banyak perawat

yang kurang menerapkan keselamatan pasien meskipun menilai pengetahuan

kepala ruangan baik yakni sebanyak 28 (38.4%) perawat. Hal ini disebabkan

karena tidak ada waktu yang digunakan oleh kepala ruangan untuk berdiskusi

Page 117: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

99

dengan perawat pelaksana untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan

dengan insiden keselamatan pasien seperti kejadian tidak diharapkan yaitu

flebitis yang masih banyak dimana dalam satu hari 1-2 pasien mengalami

plebitis walaupun infus baru terpasang satu sampai dua hari. Dengan adanya

waktu untuk berdiskusi, maka kepala ruangan dapat mentranfer atau berbagai

pengetahuan yang dimiliki kepada perawat pelaksana sehingga setiap perawat

dapat menerapkan keselamatan pasien secara baik.

Transfer pengetahuan pemimpin kepada bawahan akan memberikan

informasi kepada bawahan akan apa yang pemimpin lakukan dan ketahui

yang memberikan arah kepada bawahan dalam melakukan tindakan yang tepat

(Wise dan Kowalski, 2006). Kepala ruangan diharapkan dapat berpikir kritis

dalam menghadapi dan mencari solusi terbaik terhadap permasalahn yang

timbul, dan hal ini hanya dapat dilakukan jika kepala ruang mempunyai

pengetahuan tinggi (Tappen 2004).

Seorang pemimpin perawat yang efektif harus memiliki pengetahuan

tentang kepemimpinan dan asuhan keperawatan (Tappen, 2004). Hal ini

didukung oleh hasil pertemuan 25 pemimpin keperawatan dalam konferensi

keperawatan di Texas yang mendiskusikan evaluasi kompetensi perawat

profesional bahwa kompetensi yang harus dimiliki pemimpin perawat

diantaranya pengetahuan umum tentang keperawatan dan kemampuan menilai

kemampuan klinik pemimpin perawat itu sendiri (Alien et al. 2008).

Pengetahuan yang harus dimiliki pemimpin didapatkan dengan

pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan ini akan menambah

Page 118: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

100

kompetensi dasar dan keterampilan seorang pemimpin sebagai kekuatan

pribadi dalam meningkatkan kemampuan untuk melakukan perubahan, dan

sebagai agen perubahan yang efektif (Shaw, 2007).

Peningkatan pengetahuan seorang kepala ruangan adalah pengetahuan

tentang fungsi pengorganisasian. Pengorganisasian dalam keselamatan pasien

adalah dengan tim keselamatan pasien di rumah sakit (Yahya, 2006). Fungsi

manajemen pada pengorganisasian adalah pengetahuan tentang struktur

organisasi, termasuk uraian tugas staf dan departemen (Marquis dan Houston,

2003).

c. Hubungan kesadaran diri dengan penerapan keselamatan pasien

Hasil analisis data didapatkan 18 perawat menilai kesadaran diri

perawat kurang, namun 12 (66,7%) diantaranya menerapkan keselamatan

pasien secara baik, baik yang berdasarkan persepsi perawat sendiri maupun

hasil observasi peneliti. Hal ini dikarenakan perawat pelaksana sudah

memiliki kesadaran sendiri akan pentingnya keselamatan pasien, dan juga

seluruh perawat pelaksanan telah mengikuti pelatihan tentang keselamatan

pasien, dengan pelatihan tersebut meningkatkan kesadaran diri akan

pentingnya menerapkan keselamatan secara baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan kesadaran diri

kepala ruangan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana. Peneliti berasumsi bahwa seseorang melakukan pekerjaan yang

baik atau buruk merupakan kecenderungan tujuan motivasi sesorang dalam

Page 119: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

101

melakukan pekerjaanya, sehingga baik atau kurangnya penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana sangat di pengaruhi oleh kesadaran diri

perawat itu sendiri. Namun di samping itu perawat pelaksana dalam

menerapkan keselamatan pasien sangat dipengaruhi bagaimana kesadaran diri

pemimpin dalam menerapkan keselamatan pasien yang dapat menjadi contoh

kepasa perawat pelaksana.

Wise dan Kowalski (2006), menjelaskan kesadaran diri merupakan

salah satu kemampuan emosional pemimpin juga merupakan bentuk

kesadaran pemimpin selain pengaturan diri sendiri, motivasi diri sendiri,

empati, kemampuan bersosialisasi. Seorang pemimpin harus mampu

mengendalikan suasana hati, emosi dan faktor lain yang bisa berpengaruh

pada perasaan dan perilaku pemimpin. Hal ini karena dapat berpengaruh

terhadap orang lain termasuk bawahan, karena seorang pemimpi adalah sosok

panutan bagi bawahan.

Pengenalan akan diri sendiri adalah langkah penting untuk menjadi

pemimpin yang efektif (Tappen, 2004). Kesadaran diri merupakan

pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan

dalam berinteraksi dengan dunia yang selalu berubah, pengetahuan secara

penuh tentang emosi baik suka maupun duka, kesenangan dan cinta.

Pemimpin juga harus menyadari gejala-gejala kecemasan dan mengenalinya.

Pemimpin harus mempunyai integritas, prinsip, komitmen, dan kejujuran

dalam menjalankan peran dan fungsinya (Dollan dan Sellwood, 2008).

Page 120: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

102

Membangun kesadaran diri akan nilai keselamatan pasien, diperlukan

pemimpin dalam menciptakan budaya terbuka dan adil yang merupakan

langkah pertama dalam menerapkan keselamatan pasien rumah sakit (DepKes

RI,2008).

d. Hubungan komunikasi dengan penerapan keselamatan pasien

Kemampuan komunikasi kepala ruangan dinilai baik oleh perawat

pelaksana sebanyak 70 perawat, namun berdasarkan hasil observasi terdapat

26 (37.1%) kurang menerapkan keselamatan. Namun demikian persentase

lebih tingga pada perawat yang menilai kemampuan komunikasi kepala

ruangan baik dan menerapkan keselamatan secara baik. Hal ini menunjukkan

komunikasi kepala ruangan terhadap perawat pelaksana memiliki pengaruh

besar dalam penerapan keselamatan pasien.

Arwani (2002), menjelaskan komunikasi sangat penting dilakukan

demi tercapainya kesepahaman antara pemimpin dengan orang yang

dipimpinnya. Menurut Sunarto (2007) komunikasi adalah proses penyampaian

informasi dari seseorang ke orang lain agar informasinya dapat dipahami.

Pemimpin yang baik akan mampu menularkan optimisme dan

pengetahuan yang dimilikinya agar staf dibawahannya dapat melaksanakan

pekerjaan dengan baik. Dalam melaksanakan pekerjaan, perawat pelaksana

tidak lepas dari komunikasi dengan kepala ruangan. Komunikasi yang baik

dari kepala ruangan dapat menjadi sarana yang tepat dalam meningkatkan

kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman..

Page 121: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

103

Mengingat banyaknya waktu yang digunakan oleh manajer untuk

berkomunikasi (mendengar dan berbicara), sehingga jelas bahwa manajer

harus mempunyai keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Manajer

harus berkomunikasi dengan staf, pasien dan atasan setiap hari. Praktek

keperawatan adalah praktek yang berorientasi dengan kelompok/hubungan

interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk itu

menciptakan komitmen dan rasa komitmen dan rasa kebersamaan perlu

ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi (Nursalam, 2007).

Keterampilan komunikasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang

wajar dan diterima begitu saja. Bagaimna seorang manajer berkomunikasi

dengan staf dan apa yang dikomunikasikannya terhadap staf adalah faktor-

faktor yang sangat menentukan efektivitas kerja manajer. Manajer harus

mengembangkan keterampilan komunikasi asertif, dan keterampilan

mendengar (Robbin, 2007).

Komunikasi adalah tindakan yang dilakukan oleh satu/lebih yang

mengirim dan menerima yang terdistorsi oleh noise (gangguan), terjadi dalam

konteks tertentu, memiliki pengaruh tertentu, dan ada kesepakatan untuk

melakukan umpan balik. Berdasarkan definisi diatas dapat dilihat bahwa

komunikasi merupakan interaksi antara manusia yang bisa digunakan untuk

mengirim pesan, baik secara verbal maupun nonverbal sehingga terjalin

hubungan dengan orang lain dalam kehidupan di masyarakat.

Komunikasi yang efektif adalah ketika pesan yang disampaikan dapat

dipahami oleh penerima tepat pada waktunya. Komunikasi yang efektif

Page 122: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

104

berhubungan dengan proses komunikasi. Proses komunikasi akan membantu

seorang pemimpin dalam menyampaikan dan menerima pesan dari para

anggota dan orang-orang yang terlibat disekitarnya sehingga pesan yang

disampaikan dan diterima bisa memberikan hasil yang memuaskan bagi

semua pihak yaitu pencapaian tujuan.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien dengan

mendorong dan menumbuhkan komunikasi melalui pengambilan keputusan

tentang keselamatan pasien menjadi standar keselamatan pasien (Depkes RI,

2008).

Penelitian Setiowati (2010) menyatakan, ada hubungan positif

komunikasi kepala ruangandengan penerapan keselamatan pasien oleh

perawat pelaksana. Dewi (2012) menyatakan, ada peningkatan yang bermakna

tentang pelaksanaan timbang terima dan penerapan keselamatan pasien

sebelum dan sesudah perawat pelaksana diberikan pelatihan timbang terima

dengan pendekatan komunikasi efektif yang diintegrasikan dengan penerapan

keselamatan pasien.

Komunikasi merupakan salah satu bentuk fungsi pengarahan dalam

fungsi manajemen keperawatan. Fungsi pengarahan manajer dalam

pelaksanaan keselamatan pasien adalah ronde keselamatan pasien yang terdiri

dari perawat senior dan 1-2 perawat ruangan, dilakukan supervisi setiap

minggu pada area yang berbeda di rumah sakit dan berfokus hanya pada

masalah keselamatan pasien (Yahya, 2006).

Page 123: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

105

Bentuk lain dari fungsi pengarahan pimpinan adalah dengan

melakukan briefing tim dan diimbangi dengan debriefing. Yahya (2006)

menyatakan bahwa briefing tim adalah cara sederhana bagi staf untuk berbagi

informasi tentang isu-isu keselamatan pasien yang potensial dapat terjadi

sehari-hari. Pemimpin bertanggungjawab menciptakan suasana kerja yang

kondusif, dimana staf perlu untuk bisa berbagi isu tentang keselamatan pasien

dalam lingkungan yang terbuka dan perlakuan yang adil.

e. Hubungan penggunaan energi dengan penerapan keselamatan pasien

Penggunaan energi kepala ruangan dinilai kurang oleh perawat

pelaksana sebanyak 13 perawat, terdapat 7 (53,8%) diantaranya

mempersepsikan diri menerapkan keselamatan pasien secara baik namun

berdasarkan observasi terdapat 6 (46.2%) diantaranya menerapkan

keselamatan pasien secara baik. Hal ini disebabkan perawat pelaksana pada

umumnya lebih muda daripada kepala ruangan yang memiliki energi dan

semangat lebih, sehingga mampu menerapkan keselamatan pasien dengan

baik.

Hasil analisis data menunjukkan dari 68 perawat yang menilai

penggunaan energi kepala ruangan baik, 40 diantaranya mrenerapkan

keselamatan pasien dengan baik hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

semangat kerja oleh kepala ruangan terhadap perawat pelaksana memiliki

persentasi yang tinggi dibandingkan dengan yang menilai penggunaan enerhi

kepala ruangan baik namun kurang menerapkan keselamatan pasien.

Page 124: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

106

Hal ini sejalan dengan pendapat Tappen (2004), yang menjelaskan

penggunaan energi dan semangat yang dimiliki oleh seseorang akan dapat

ditularkan ke orang lain, sehingga dapat menjadi motivasi bagi bawahan

untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kerjanya.

Semangat pemimpin terkait dengan fisik, emosional, dan antusias.

Semangat pemimpin dalam bekerja mempunyai pengaruh potensial yang kuat

terhadap orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang, tingkat energi akan

berpengaruh saat memberikan respon. Semangat yang tinggi akan

meningkatkan keefektifan pemimpin.

Berdasarkan analisis dari data hasil observasional menunjukkan tidak

ada hubungan antara penggunaan energi dengan penerapan keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana. Hasil observasional ini sesuai dengan

penelitian Setiowati (2010) yang menyatakan, tidak terdapat hubungan antara

penggunaan energi kepala ruang dengan penerapan budaya keselamatan

pasien oleh perawat pelaksana. Mulyadi (2005) juga menyatakan, tidak

terdapat hubungan tentang penggunaan energi dengan kinerja perawat

pelaksana dalam mengendalikan mutu pelayanan keperawatan diruang rawat

inap RSKM Cilegon.

Oleh karena itu kepala ruangan harus tetap meningkatkan semangat

kinerja agar dapat mempengaruhi kinerja setiap perawat pelaksana dalam

menerapkan keselamatan pasien sebagaimana yang dijelaskan Welch (2006)

dalam Cahyono (2006), bahwa pemimpin perlu mempengaruhi kehidupan

orang lain, memancarkan energi positif dan optimisme. Seorang pemimpin

Page 125: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

107

juga perlu melakukan pemberian inspirasi untuk berani mengambil resiko dan

belajar dengan memberikan teladan serta merayakan keberhasilan. Pemberian

semangat pada bawahan diartikan memberikan sesuatu yang terbaik,

menyemangati, dan mempengaruhi pola pikir bawahan yang positif (Wise dan

Kowalski, 2006).

f. Hubungan pengambilan tindakan dengan penerapan keselamatan pasien

Pengambilan tindakan kepala ruangan dinilai perawat kurang sebanyak

12 perawat, namun mempersepsikan diri menerapkan keselamatan pasien

secara baik sebanyak 5 (41.7%), sedangkan hasil observasi hanya terdapat 3

(25%) menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Hal ini disebabkan

karena kepala ruangan jarang berada di ruangan sementara perawat harus

tetap memberikan asuhan keperawatan yang aman dengan menerapkan

keselamatan pasien.

Hasil analisis di dapatkan pula sebanyak 26 (37.7) dari 69 perawat

yang menilai pengambilan tindakan kepala ruangan baik namun kurang

menerapkan keselamatan pasien berdasarkan hasil observasi. Hal ini menurut

observasi peneliti pengambilan tindakan kepala ruangan hanya terjadi pada

saat ada kejadian yang tidak diharapkan. Sedangkan sebagai seoarang

pemimpin tidak hanya mengambil tindakan saat ada kejadian yang tidak di

harapkan namun harus mampu mengambil tindakan untuk mengatasi masalah.

Pimpinan efektif memperkarsai tindakan, ide-ide, saran-saran dan

perencanaan yang harus dilaksanakan. Pemimpin harus mengetahui waktu

Page 126: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

108

yang tepat untuk memulai tindakan. Sebagai pemimpin berani mengambil

resiko karena setiap tindakan pemimpin memiliki resiko, memperbaiki

seseorang jika mereka salah, dan membantu orang lain.

Pemimpin efektif adalah berorientasi pada penentuan tindakan.

Tindakan pemimpin efektif harus memperhatikan : pemimpin beorientasi pada

kemampuan sebelum melakukan tindakan, tidak perlu menunggu orang lain

dalam melakukan tindakan, bekerja sama dengan orang lain dalam bertindak,

bertindak secara professional, mampu mengambil keputusan, mampu

memberikan ide-ide, dan mengggunakan teknik-teknik kepemimpinan dalam

bertindak (Tappen, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

pengambilan tindakan kepala ruang dengan penerapan keselamatan pasien

oleh perawat pelaksana baik berdasarkan hasil analisis data dari kuesioner

yaitu p = 0,002 dan berdasarkan hasil obsevasional menunjukkan nilai p =

0,036. Penetian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiowati

(2010 yang menyatakan, ada hubungan pengambilan tindakan kepala ruang

dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana. Marpaung

(2005) juga menyatakan, terdapat hubungan bermakna antara pengambilan

tindakan kepala ruang dengan budaya kerja perawat pelaksana.

Pemimpin yang baik adalah seseorang yang pandai dalam mengambil

keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan. Pengambilan keputusan

merupakan bagian dari fungsi pengendalian dalam manajemen keperawatan.

Pengendalian dalam penerapan keselamatan pasien adalah dengan

Page 127: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

109

memberikan umpan balik kepada staf, audit pelaporan terhadap kejadian,

kesalahan, pengambilan tindakan, koreksi/perbaikan baik sebelum maupun

sesudah terjadi kesalahan (Callahan dan Ruchin, 2003)

3. Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan yang terdiri dari penentuan

tujuan, pengetahuan, kesadaran diri, komunikasi, penggunaan energi dan

pengambilan tindakan yang paling dominan berhubungan dengan penerapan

keselamatan pasien

Hasil analisis multivariat data dari kueseioner didapatkan komponen

kepemimpinan efektif kepala ruangan yang dominan berhubungan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana yaitu pengambilan

tindakan p = 0,001, sedangkan hasil observasional yaitu komunikasi dengan nilai

p = 0,009.

Komunikasi merupakan salah satu elemen manajemen yang penting dalam

suatu orgnaisasi karena menyebarkan fungsi manajemen, yaitu merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan. Pengambilan tindakan

merupakan bagian dari fungsi pengendalian dalam manajemen keperawatan yang

membutuhkan kemampuan komunikasi manajer dalam hal ini kepala ruangan.

Sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa komunikasi paling dominan

berhubungan dengan penerapan kelamatan pasien.

Page 128: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

110

Komunikasi merupakan bagian penting dalam keberhasilan penerapan budaya

keselamatan pasien (Callahan dan Ruchlin, 2003). Pendapat ini diperkuat oleh

Cahyono (2008), bahwa proses komunikasi memengangperan sentral dalam

pelayanan medis.

C. Keterbatasan Penelitian

Kurangnya penelitian dan referensi terkait kepemimpinan efektif dan

keselamatan pasien di tingkat nasional, sehingga sulit untuk mencari pembanding

untuk memperkaya pembahasan. Dari segi pengambilan data, kuesioner yang

digunakan untuk penelitian adalah kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti

sendiri. Solusi yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah dengan melakukan uji

validitas dan reliabilitas data pada instrument yang digunakan. Serta keterbatasan

waktu dalam melakukan observasi.

D. Implikasi Keperawatan

1. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan

Penelitian ini menunjukkan penerapan keselamatan pasien pada keenam sasaran

keselamatan pasien masih ada perawat yang kurang menerapkan. Hal ini dapat

sebagai masukan bagi kepala ruang maupun manajemen rumah sakit untuk

meningkatkan monitoring dan evaluasi kaitannya dengan penerapan

keselamatan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.

Page 129: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

111

2. Implikasi keilmuan

Hasil penelitian ini menambah kepustakaan keterlibatan perawat dalam

keberhasilan program keselamatan pasien.Sumber kepustakaan mengenai

kepemimpinan efektif dan penerapan keselamatan pasien khususnya oleh

perawat pelaksana di Indonesia masih kurang

Page 130: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

112

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Ada hubungan antara penentuan tujuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

3. Ada hubungan antara pengetahuan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4. Tidak ada hubungan antara kesadaran diri kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Ada hubungan antara komunikasi kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6. Tidak ada hubungan antara penggunaan energi kepala ruangan dengan

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap

bagian bedah RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 131: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

113

7. Ada hubungan antara pengambilan tindakan kepala ruangan dengan penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah

RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

8. Komunikasi merupakan komponen kepemimpinan efektif kepala ruangan yang

paling berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat

pelaksana di ruang rawat inap bagian bedah RS Dr.Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

B. Saran

1. Bagi RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar

Penanggung jawab keselamatan pasien di setiap ruangan melakukan observasi

langsung secara berkala dan konsisiten terhadap penerapan keselamatan

pasien yang dilakukan oleh perawat. Perawat diharapkan dapat menigkatkan

penerapan keselamatan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan dengan

melaksanakan Sembilan pedoman keselamatan pasien

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan pasien

maupun penerapan keselamatan perawat

Page 132: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

114

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Healthcare Research and Quality . (2003). Patient safety culture surveys.

Diakses tanggal 04 Oktober, 2014 dari website:

http://www.ahrq.gov/qual/patientsafetyculture

Alien, P., Lauchner, K., Bridges, RA., Francia-Johnson, P., McBride, S.G., &

Olivarez, A. (2008). Evaluating continuing competency : A challenge for

nursing. The journal of contuining education in nursing. 39 (2), 81-84.

Diakses tanggal 10 Februari, 2014 dari website:

http://web.ebscohost.com/ehost/

Arwani & Supriyatno, H. (2006). Manajemen bangsal. Jakarta.EGC

Ballard, K.A. (3003). Patient safety:A Shared responsibility. Online Journal of Issues

in Nursing.Vol.8 No.3

Baker, G.S., & Norton, P.G. (2004). Adverse events and patient safety in Canadian

health care. Canadian medical association or its licensors. Vol. 170 (3)

pp.353-354. Diakses tanggal 11 Februari, 2014 dari website:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

Bannet, N.B & Brachman’s. (2007). Hospital infections. Edisi 5. Philadelphia :

Williams & Wilkins

Buerhaus, P. (2004). Lucian Leape on patient safety in U.S hospitals. Journal nursing

of scholarship, 4 (36), 366-370. Diakses tanggal 10 Februari, 2014 dari

website: http://www.proquest.com/pqdweb

Cahyono, S.B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik

kedokteran. Jogyakarta : Kanisius

Page 133: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

115

Callahan, M.A & Ruchlin, H. (2003). The role of nursing leadership in establishing a

safety culture. Proguest health management. 6 (21), 296-297. Di akses

tanggal 28 Oktober, 2014 dari website: http://www.proquest.com

Canadian Nurse Association. (2004). Nurses and patient safety : Discussion paper.

Canadian Nurse Association and University of Toronto Faculty of Nursing.

Diakses tanggal 10 Februari, 2014 dari website: http://www.cna-

nurses.ca/CNA/practice/

Canadian Nurse Association. (2009). Position statement patient safety.

http://www.cnaaiic.ca_Safety-pdf

Chase, L.K. (2010). Nurse manager competencies. Thesis the University of IOWA.

Diakses tanggal 14 Februari, 2014 dari website: www.proquest.com

Clancy, C.M., Farqubar, M.B.,& Collins, B.A. (2005). Patient safety in nursing

practice. J Nuers Care Qual.Vol 20, No.3, pp. 193-197

DepKes, RI. (2006). Pedoman pengembangan jenjang karir profesional perawat.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Depkes RI

DepKes, RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit :Utamakan

keselamatan pasien. Edisi 2.Jakarta: Depkes RI. Diakses tanggal 11 Februari,

2014 dari website: www.inapatsafety-persi.or.id

DepKes, RI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009

tentang rumah sakit. Jakarta : Depkes RI

Dewi, S.D. (2011). Hubungan fungsi manajemen kepala ruang dan karakteristik

perawat dengan penerapan keselamatan pasien dan perawat di IRNA 1 RSUP

Dr.Sardjito Yogyakarta. Tesis Tidak dipublikasikan

Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan

keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUB. Jurnal health dan

Page 134: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

116

sport.vol 5 nomor 3-8-2012. Di akses tanggal 01 November, 2014 dari website:

www.jurnal.ung.ac.id

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta : Trans info Media

Dollan, J., & Sellwood, M. (2008). How be an effective leader. Friend and Earth

.Issue 72. Diakses tanggal 12 Februari, 2014 dari website:

http://www.highbeam.com

Gillies, D.A. (1994). Nursing management: a system approach 3rd

ed. Phyladelphia:

WB. Saunders Company

Handayani, H. (2003) . Hubungan peran dan fungsi manajemen kepala ruang dengan

keberhasilan uaya pengendalian infeksi nosokomial di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta. Tesis tidak dipublikasikan. FIK UI

Hasibuan, M.S.P. (2008).Manajemen sumber daya manusia. Edisi

kedua.Jakarta:EGC

Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM-UI

Henriksen,K., Dayton.E., Keyes.M.A., Carayon.P., & Hughes,R.G. (2008).

Understanding adverse event a human framework : Patient safety and Quality

: An avidence based handbook for nurses Vol.1. Diakses tanggal 10 Februari,

2014 dari website: www.proquest.com/pqdauo

Henriksen, K., Carayon, P., Hughes, R.G. (2008). Understanding adverse event: A

human factors framework. Rockville : US Department of Health and Human

Service

Hikmah, S. (2008). Persepsi staf mengenai “patient safety” di UGD RSUP

Fatmawati. Sripsi tidak dipublikasikan. FKM UI

Huber, D. (2010). Leadership and nursing care management. Edisi keempat.

Philadelphia : Saunders Elsevier

Page 135: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

117

Hughes, R.G, (2008). Patient safety and Quality : An evidence based handbook for

nurse vol 1. Diakses tanggal 20 Februari, 2014 dari website:

www.proquest.com/pqdauto. 2014.02.20

International Council of Nurse. 2002). Position statement. Patient safety : Rights of

resgistered nurses when considering a patient assigment. Diakses tanggal 13

Februari, 2014 dari website: http://www.icn.ch

International Council Of Nurse. (2006). International nursing day, safe staffing and

saves lives: information and action tool kit. Diakses tanggal 20 Februari, 2014

dari website: http://www.icn.ch

Institute of Medicine. (2000). To err is human: Building a safer health system. Kohn,

Corrigan dan Donaldson. Washington DC: National Academy Press. Diakses

tanggal 13 Februari, 2014 dari website: www.nap.edu/html/to_err_is_human/

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia no 1691/Menkes//Per/VIII/2011 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Kirkpatrick, S.A., & Locke,E.A. Direct and Indirect of Three Core Charismatic

Leadership Component on Performance and Attitudes. Journal Of Applied

Psycology, hal 236-51

KKP-RS. (2012). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta:

Depkes RI

Kohrn, L.T., Corrigan, J.M., & Donaldson, M.S. (2000). To err is human : Building a

safer healTh system. Committee on quality of health care in America. IOM:

National Academy of Science. Diakses tanggal 10 Februari, 2014 dari website:

www.nap.edu

Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan. (2002). Praktek keperawatan ilmiah. Jakarta : The

Author

Page 136: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

118

Kozer, B., & Erb, G. (2008). Fundamental of nursing: concepts. Process, and

practice. Edisi ketujuh. New Jersey : Prentice Hall

Marpaung, J. (2005). Persepsi perawat pelaksana tentang kepemimpinan efektif kepla

ruang dan hubungannnya dengan budaya kerja perawat pelaksana dalam

pengendalian mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSUP Adam

Malik Medan. FIK UI. Tesis tidak dipublikasikan

Marquis, B.L & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan :

Teori dan aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC

Mitchell, P.H. (2008). Defining patient safety and quality care. Dalam Hughes R.G

(Ed), Patient safety and quality: An evidence-based handbook for nurse.

Rockville : US Departement of Health and Human Services. Diakses tanggal

15 Oktober, 2014 dari website: www.proquest.com/pqdauto

Mulyadi, (2005). Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruang dengan kinerja

perawat pelaksana dalam pengendalian mutu pelayanan keperawatan di

ruang rawat inap RSKM Cilegon. FIK UI tesis tidak dipublikasikan

National Patient Safety Agency. (2009). The full reference quide. Seven step to

patient safety. 2014.02.13. Diakses tanggal 13 Februari, 2014 dari website:

http://www.nrls.npsa.nhs.uk

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurrachmah, E. (2000). Pentingnya komite keperawatan dalam pengembangan

profesi. Jurnal Manajemen dan Administrasi RS Indonesia. Vol.2.pp 73-78

Nursalam, M. (2007). Manajemen keperawatan: Aplikasi dan praktik keperawatan

professional. Ed.2. Jakarta. Salemba Medika

Page 137: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

119

Nyoman. (2002). Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruang dengan perilaku

kerja perawat pelaksana dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang

rawat inap RSUP.Persahabatan Jakarta. Tesis tidak dipublikasikan

Potter, P.A & Perry, A.G, (2005). Fundamentals of nursing. Edisi keenam. Missouri:

Mosby

Potter, P.A & Perry, A.G, (2006). Buku ajar fundamental: konsep, proses dan

praktik. Jakarta :EGC

Purwanto. (2012). Pengaruh penggunaan pedoman perencaan kepala ruang terhadap

pelaksanaan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Haji Jakarta.

Tesis tidak dipublikasikan

Reason, J. (2005). Safety in the operating theatre-part 2 : Human error and

organizational failure. Qual saf health care. Vol 14.pp. 56-61. Diakses

tanggal 10 Februari, 2014 dari website: http://www.qualitysafety.bmj.com

Robbins, S.P. (2001). Perilaku organisasi versi bahasa Indonesia : Konsep,

kontroversi. Edisi kedelapan aplikasi. Jakarta :Prenhallindo

Robbins, S.P. (2003). Perilaku Organisasi. Jilid I. Edisi Kesembilan. Alih Bahasa:

PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta

Sabarguna, B.S (2004). Quality assurance pelayanan rumah sakit. Konsorsium RSU

Islam Jateng. Joyakarta

Sastroasmoro & Ismail, (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi :

ketiga. Jakarta: Sagung Seto

Setiowati, D. (2013). Kepemimpinan efektif head nurse dengan penerapan budaya

keselamatan pasien oleh perawat di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Makara Seri Kesehatan. 17 (2). pp. 55-60. Doi :

10.7454/msk.v7i2.xxxx.

Page 138: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

120

Shaw, S. (2007). International CounciL of nurses :Nursing leadership. Oxford:

Blackwell

Siagian, S.P. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan di

ruang rawat, Jakarta: Sagung Seto

Standar Akreditasi

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D.Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D.Bandung:

Alfabeta

Suharsimi. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sulistiyani, A.T., & Rosidah. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta:

Graha Ilmu

Suyanto, (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah

sakit. Jogyakarta : Mitra Cendikia Press

Tappen, R.M. (2004). Esssensial of nursing leadership and management: edisi ketiga.

Philadelpia:F.A Davis Company

Yahya, A.A. (2006). Konsep dan program patient safety. Disampaikan pada Konvensi

Naional Mutu RS Ke VI Bandung. Diakses tanggal 10 Februari, 2014 dari

website: http:///www.pdpersi.co.id

Wagner, L.M., Capezuti, E. & Rice, J.C. (2009). Nursing perceptions of safety

culture in long term setting. Jurnal of bursing scholarship. 2 . Diakses tanggal

10 Agustus, 2014 dari website: http://proquest.umi.com

Page 139: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPAL RUANGAN …

121

Wise, P.S & Kowalski, K.E. (2006). Beyond leading and managing :Nursing

administration for the future. Missouri : mosby Year book

WHO. (2004), World alliance for patient safety, format program. Diakses tanggal 9

Februari, 2014 dari website: http://www.who.int

WHO. (2007). Nine life saving patient safety solution. Diakses tanggal 09 Februari,

2014 dari website: http://www.who