HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

20
HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR SULARNO* 1 ABSTRAK Dalam perjalanan waktu, kesempatan dan keterbatasan pemerintah serta tuntutan reformasi dirasa sangat perlu melibatkan pihak ke tiga dalam pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri melalui kemitraan dengan lembaga swasta sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam mengatasi masalah pengangguran dalam negeri. Keterlibatan swasta melalui persyaratan dan perijinan yang ketat di atur dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2003 diharapkan mampu mempercepat proses penyelenggaraan penempatan TKI di luar negeri. Lokasi penelitian diambil BP2TKI Surabaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dipilih secara purposive. Data meliputi data primer dan skunder. Teknik analisis kualitatif. Instrumen utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri. Obyek penelitian adalah calon TKI yang diberangkatkan oleh BP2TKI Surabaya ke luar negeri. Dalam hasil penelitian menyimpulkan bahwa jika kemitraan pemerintah-pemerintah swasta diinginkan berhasil, maka pemerintah harus ; (a) melakukan reformasi hukum yang memadai untuk mengijinkan pada sector swasta beroperasi secara efisien dan efektif, (b) mengembangkan dan menjalankan peraturan yang jelas pada investor swasta, (c) menghapus batasan yang tidak diperlukan dalam hal kemampuan bersaing perusahaan swasta di pasar dan (d) memperluas peluang bagi perusahaan swasta untuk mengembangkan kemampuan manajemen. Kata Kunci : Hubungan Kemitraan, Penempatan TKI. *) Dosen Universitas Teknologi Surabaya

description

HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR SULARNO*1ABSTRAKDalam perjalanan waktu, kesempatan dan keterbatasan pemerintah serta tuntutan reformasi dirasa sangat perlu melibatkan pihak ke tiga dalam pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri melalui kemitraan dengan lembaga swasta sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam mengatasi masalah pengangguran dalam negeri. Keterlibatan swasta melalui persyaratan dan per

Transcript of HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Page 1: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA

INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

SULARNO*1

ABSTRAK

Dalam perjalanan waktu, kesempatan dan keterbatasan pemerintah serta tuntutan

reformasi dirasa sangat perlu melibatkan pihak ke tiga dalam pelaksanaan

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri melalui kemitraan dengan

lembaga swasta sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam mengatasi

masalah pengangguran dalam negeri. Keterlibatan swasta melalui persyaratan dan

perijinan yang ketat di atur dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2003

diharapkan mampu mempercepat proses penyelenggaraan penempatan TKI di luar

negeri. Lokasi penelitian diambil BP2TKI Surabaya. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Sumber data dipilih secara purposive. Data meliputi data

primer dan skunder. Teknik analisis kualitatif. Instrumen utama yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri. Obyek penelitian adalah

calon TKI yang diberangkatkan oleh BP2TKI Surabaya ke luar negeri. Dalam

hasil penelitian menyimpulkan bahwa jika kemitraan pemerintah-pemerintah

swasta diinginkan berhasil, maka pemerintah harus ; (a) melakukan reformasi

hukum yang memadai untuk mengijinkan pada sector swasta beroperasi secara

efisien dan efektif, (b) mengembangkan dan menjalankan peraturan yang jelas

pada investor swasta, (c) menghapus batasan yang tidak diperlukan dalam hal

kemampuan bersaing perusahaan swasta di pasar dan (d) memperluas peluang

bagi perusahaan swasta untuk mengembangkan kemampuan manajemen.

Kata Kunci : Hubungan Kemitraan, Penempatan TKI.

*)

Dosen Universitas Teknologi Surabaya

Page 2: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

ABSTRACT

In the course of time, opportunity and limited government as well as demands for

reform is felt the need to involve third parties in the implementation of the

placement and protection of migrant workers abroad through partnerships with

private organizations as part of an indivisible whole and not in addressing the

problem of unemployment in the country. Private sector involvement through a

strict licensing requirements and be set in the Act No. 39 of 2003 is expected to

accelerate the process of placement of migrant workers abroad. Study sites taken

BP2TKI Surabaya. This type of research is qualitative research. Purposively

selected data source. The data include primary and secondary. Qualitative analysis

techniques. The main instruments to be used in this study is the research itself.

Research object is dispatched by the prospective migrant workers abroad BP2TKI

Surabaya. In the study concluded that if the public-private government had

desired, then the government should: (a) adequate legal reforms to allow private

sector to operate efficiently and effectively, (b) develop and execute a clear

regulation on private investors, (c) removing unnecessary restrictions in terms of

the ability of private firms competing in the market and (d) expand opportunities

for private companies to develop management skills.

Keywords: Partnership Relations, Placement TKI.

Page 3: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN

Kemitraan yang dibangun selama ini belum menunjukkan adanya pola

kemitraan yang jelas, dimana BP2TKI Surabaya masih menganggap bahwa

PPTKIS yang ada selama ini merupakan bagian dari bentuk pelayanan yang harus

diberikan kepada PPTKIS, sedangkan PPTKIS pada dasarnya menempatkan

BP2TKI Surabaya sebagai lembaga pemerintah secara bersama-sama

melaksanakan pola kemitraan dalam melaksanakan program penempatan dan

perlindungan TKI di luar negeri.

Selain itu terjadinya tarik ulur kepentingan pemerintah pusat dalam hal ini

Departemen Tenaga Kerja dan transmigrasi RI dengan pemerintah Provinsi Jawa

Timur terkait dengan keberadaan Balai Pelayanan Penempatan TKI Surabaya

dimana setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 juncto

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2003 tentang pemerintah daerah yang dalam

implikasinya lembaga tersebut dimasukkan dalam Perda 35 Tahun 2000 tentang

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur, sedangkan disisi lain berdasarkan Tim

Kepres Nomor : 10/3 Tim Kepres/157/2001 tanggal 21 Maret 2001 tentang Berita

Acara serah terima satuan kerja, personil, peralatan dan dokumen/arsip instansi

vertikal dari departemen/LPND yang dialihkan kepada Provinsi Jawa Timur

bahwa BP2TKI Surabaya yang merupakan UPT pada Kantor.

HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA

INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Wilayah Departemen Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur tidak termasuk yang

diserahkan ke pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Adanya reformasi administrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

diharapkan mampu menyentuh pada kehidupan masyarakat, hal ini terungkap oleh

Marsiasmo (2004;h.69) bahwa peran pemerintah masih kuat dan menjadi pusat

layanan bagai berbagai keperluan masyarakat. Adanya tuntutan masyarakat akan

kebutuhan yang harus dilayani oleh pemerintah daerah serta keterbatasan akan

Page 4: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

sumber-sumber yang ada bagi pemerintah daerah, maka ketertiban masyarakat

sangat diperlukan baik dalam bentuk lembaga atau organisasi sosial lainnya dalam

rangka memberikan layanan yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat

setempat dengan standar pelayanan minimal yang jelas.

Adanya tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, maka

pemerintah telah mereformasi administrasi terhadap pembagian urusan

pemerintah. Berdasarkan pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 bahwa

urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan

urusan dalam skala provinsi, salah satu diantaranya pelayanan bidang

ketenagakerjaan lintas kabupaten / kota.

Untuk menunjang kegiatan pemerintah yang dilimpahkan kepada Gubernur,

maka urusan pemerintah yang diserahkan dimaksud perlu disertai dengan sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana serta kepegawaian sesuai dengan

urusan yang didesentralisasikan, sehingga gubernur sebagai wakil pemerintah

pusat yang ada di wilayah dapat melaksanakan tugas fungsinya sesuai dengan

kewenangannya.

Sedangkan peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian

urusan pemerintah antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah

daerah kabupaten/kota dimana urusan/bidang ketenagakerjaan menjadi urusan

wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten kota,

sedangkan urusan ketransmigrasian menjadi urusan pilihan bagi provinsi dan

kabupaten/kota.

Untuk menunjang dan mempercepat kegiatan program pembangunan di

provinsi, Gubernur diberikan kesempatan berdasarkan Peraturan pemerintah untuk

melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang dipandang saling menguntungkan

kedua belah pihak, untuk memudahkan pelaksanaan kerjasama diperlukan sebuah

bentuk perjanjian yang mencantumkan beberapa prinsip penting yang tertuang

dalam kesepakatan dimaksud.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2007 tentang tata cara

pelaksanaan kerjasama daerah, dimana ditegaskan bahwa kerjasama harus

didasarkan pada prinsip kerjasama yang meliputi : efisiensi, efektifitas, sibergi,

Page 5: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan

kepentingan nasional dan keutuhan NKRI, persamaan kedudukan, transparansi,

keadilan dan kepastian hukum.

Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Surabaya

sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang

pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sebagai tempat

penelitian, sedangkan Kabupaten Jember dan Lamongan merupakan kabupaten

yang akan menjadi uji petik dalam penelitian ini yang meliputi proses kegiatan pra

pemberangkatan antara lain : informasi penempatan TKI, seleksi dan pendaftaran,

pembiayaan, pelatihan, pengurusan dokumen pemberangkatan, waktu

pemberangkatan maupun peran serta pemerintah daerah dalam memberikan

pelayanan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dipilih secara

purposive. Data meliputi data primer dan skunder. Teknik analisis kualitatif.

Instrumen utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

sendiri. Obyek penelitian adalah calon TKI yang diberangkatkan oleh BP2TKI

Surabaya ke luar negeri. Teknik review dokumen dipakai untuk memperoleh data

melalui bahan tertulis berupa peraturan dan arsip lainnya yang relevan mengenai

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Teknik ini dipakai untuk

melengkapi informasi peneliti di samping untuk mendukung teknik-teknik

pengumpulan data yang telah disebutkan di atas.

Teknik pengumpulan data ini menggunakan empat teknik yang lazim dalam

penelitian kualitatif, yaitu (1) Angket (2) Wawancara mendalam, (3) Observasi

langsung ke objek yang diamati, dan (4)Studi dokumentasi. Metode wawancara

yang digunakan dilakukan secara terbuka (open interview) sesuai dengan sifat

penelitian kualitatif yang open ended dan ditujukan kepada informan-informan

tertentu yang dianggap sebagai informan kunci (Key Informan) serta informan

biasa dan informan pelengkap. Dalam memilih informan sebagai sumber data,

Page 6: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

maka pertama yang dipilih adalah informan yang memiliki pengetahuan khusus,

informatif, dan dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian, disamping

memiliki status tertentu. Dalam hal ini dilakukan pendalaman atau untuk menjaga

kemungkinan terjadinya bisa dalam kondisi tertentu jika pendalaman yang

dilakukan kurang menunjukkan hasil yang memadai, maka penelitian

mempertentangkan (antagonistic orobes) antara jawaban yang satu dengan

jawaban yang lain.

Hasil dan Pembahasan

Dalam sejarah perjalanan panjang pembangunan dalam beberapa dekade

yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia secara singel fighter dan rakyat yang

diposisikan sebagai obyek menerima intervensi dari sebuah kepentingan tapa di

beri keleluasaan dalam menentukan sikap dan harapan dalam menggapai sebuah

kehidupan yang mandiri dan bermartabat tanpa ada intervensi dari berbagai pihak.

Implikasi sebuah perjalanan panjang di Indonesia dari pemerintah orde lama, orde

baru sera di era reformasi masih menyisakan persoalan yang terkait dengan

kemiskinan, ketimpangan bangunan di berbagai wilayah, diskriminasi kekuasaan,

sentralistik, pendapatan dan kesejahteraan tidak merata, ketidak adilan,

munculnya gejolak sosial yang sulit diredam, dll.

Selain persoalan tersebut yang tidak kalah pentingnya di Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) adalah masalah ketenagakerjaan, dimana persoalan

pengangguran terus bertambah tanpa ada pengendalian, kompetensi rendah,

produktifitas rendah, pemutusan hubungan kerja (PHK), upah buruh yang tidak

terbayarkan, penindasan terhadap tenaga kerja, peraturan yang kurang berpihak

pada tenaga kerja, majikan sewenang-wenang, kurang menghargai hak-hak buruh

yang semuanya berdampak terhadap pendapatan rendah yang pada gilirannya

akan menambah jumlah kemiskinan meningkat.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang sangat kompleks, maka

pemerintah melalui berbagai upaya dengan menggunakan kekuasaan dan

kewenangan dalam mengatur, mengawasi dan menjalankan roda pemerintah

Page 7: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

untuk mencapai kesejahteraan warganya dengan menggunakan birokrasi yang ada.

Adanya pembagian tugas, hirarki kewenangan dan spesialisasi, hubungan dalam

organisasi, administrasi didasarkan pada dokumen tertulis yang ini semua

merupakan ciri sebuah birokrasi. Sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh

Max Weber tersebut relevan dengan perjalanan panjang pemerintah Indonesia

dalam mengatasi persoalan prosedur atau mekanisme pelayanan dalam negeri.

Salah satu persoalan yang krusial dan perlu penanganan serius adalah

masalah pengangguran. Besarnya jumlah pengangguran di berbagai negara sangat

bervariasi, berdasarkan data Map of world unemployment rates based on CIA

Factbook pada tahun 2006 bahwa negara-negara seperti Vietnam mempunyai

tingkat pengangguran sebesar 2,00 % Thailand 2,10%, Kuwait 2,20%, Malaysia

3,50%, Brunei Darussalam 4,00%, sedangkan Indonesia mencapai 12,50% dari

jumlah penduduk dari setiap negara, namun di beberapa seperti Afghanistan dan

Nepal rata-rata mencapai 42,00% dari jumlah penduduk yang ada. Besarnya

jumlah pengangguran di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara

tetangga lebih disebabkan karena lemahnya perencanaan tenaga kerja, terbatasnya

kesempatan kerja dalam negeri, rendahnya sumberdaya manusia, tidak adanya

kesesuaian antara pendidikan formal dan kesempatan kerja yang ada, produktifitas

tenaga kerja yang berdampak terhadap pendapatan rendah, pemutusan hubungan

kerja (PHK) serta ketidaksiapan dalam menghadapi globalisasi di bidang

ketenagakerjaan.

Sejalan dengan hal tersebut pemerintah untuk mengatasi pengangguran

melalui Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

(Depnakertrans RI) menetapkan program : (1) Program Antar Kerja Antar Lokal

(AKAL), Antara Kerja Antara Daerah (AKAD) serta Antar Kerja Antar Negara

(AKAN). (2) Mendorong terciptanya usaha baru melalui pembinaan dan

pengembangan wiraswasta, mendorong masuknya investasi. Nampaknya upaya

yang dilakukan Depnakertrans RI melalui program penempatan tenaga kerja

dalam negeri belum mampu mengatasi pengangguran secara signifikan. Oleh

karena itu maka penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke

Page 8: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

luar negeri merupakan katup pengaman dalam mengatasi masalah pengangguran

dalam Negeri.

Penempatan TKI ke Luar Negeri. Peningkatan migran ke luar negeri

merupakan salah satu respond terhadap masalah ketenagakerjaan di dalam negeri

yang tidak terselesaikan, jumlah kesempatan kerja terbatas disertai dengan

tekanan ekonomi yang semakin berat mendorong penduduk untuk bekerja di luar

negeri yang menjanjikan upah yang tinggi apapun resiko yang harus ditanggung.

Nama secara mikro bahwa persoalan penempatan dan perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan:

diantaranya: pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. 1) Pra

Penempatan : persoalan yang sering muncul di daerah asal (dalam negeri) akibat

kurangnya informasi yang jelas bagi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

sehingga dimanfaatkan oleh taikong (calon) untuk memberikan informasi yang

kadang berdampak buruh bagi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

bersangkutan, demikian juga berkaitan dengan seleksi, manipulasi umur, status,

biaya, pelatihan, pengurusan visa kerja, permintaan kerja, fiskal dalam rangka

pemberangkatan yang tidak jelas kapan waktunya sehingga sering terjadi

keresahan bagi calon Tenaga Kerja Indonesia, 2) Masa Penempatan : Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang telah menempatkan

TKI di berbagai perusahaan di luar negeri sering mengalami kesulitan informasi

akibat, kekurang pahaman terhadap hak dan kewajiban TKI, serta majikan sering

mengeksploitasi terhadap TKI utamanya berkaitan dengan upah, kesehatan

maupun asuransi serta dokumen lainnya sehingga menjadikan TKI kurang

berdaya, hal ini diperparah dengan kurang perhatiannya terhadap perlindungan

TKI di luar negeri bagi atas perburuhan yang ada di setiap negara. Demikian juga

berkaitan dengan upah yang diperoleh tidak semua TKI memahami terhadap

proses transfer uang sebagai hasil kerja salam di negara tujuan, sehingga sering

dimanfaatkan oleh orang lain, 3) Purna Penempatan : hasil yang diperoleh selama

di negara tujuan pada umumnya untuk kepentingan konsumsi, semata seperti

pembuatan rumah atau sepeda motor, sedangkan yang dimanfaatkan untuk

Page 9: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Kepentingan produktif sangat jarang, sehingga tidak menutup kemungkinan 3-4

bulan kedipan mengingat tidak lagi ada yang diharapkan, maka yang

bersangkutan akan kembali mendaftar untuk bekerja di luar negeri. Demikian juga

kurang perhatian pemerintah terhadap purna penempatan TKI, apa yang

dihasilkan, untuk apa dan bagaimana setelah kembali di daerah asal.

Untuk mempercepat perwujudan hal tersebut, Departemen Tenaga Kerja

dan transmigrasi yang membidangi masalah pengangguran dalam negeri,

mempunyai tugas dan kewajiban mengatur, membina, melaksanakan dan

mengawasi penyelenggaraan penempatan perlindungan TKI ke luar negeri, seperti

yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 padal 10 bahwa

pelaksana penempatan TKI di luar negeri dapat dilakukan oleh 2 lembaga, yaitu

pemerintah sendiri dan swasta.

Pertama, pemerintah, pada dasarnya mengatur, membina serta mengawasi

jalannya penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri, juga

dapat melaksanakan sendiri tertanggung pada perjanjian kerjasama Bilateral

antara kedua negara, seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan

pemerintah Jepang, Taiwan dan Korea. Selain itu dalam perkembangannya

Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai anak perusahaan sebagai

implikasi kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri

berupa Perseroan Terbatas (PT) Bijak yang mempunyai tugas sebagai pelaksana

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri utamanya Taiwan dan Korea.

Keberadaan PT. Bijak tersebut diharapkan mampu memberikan solusi dan

implikasi terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG). Jika

perusahaan pemerintah yang dibangun dalam implikasinya dapat menunjukkan

kebaikan dengan prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance mencakup 5

bidang utama yaitu : (1) hak pemegang saham (the treatment of shareholders) dan

perlindungannya, (2) perlakukan adil bagi seluruh pemegang saham (the equitable

treatment of shareholders) (3) peranan stakeholders dalam corporate governance,

(4) pengungkapan dan transparansi (disclosure dan transparency), (5) tanggung

jawab direksi dan komisaris (the responsibility of the board) terhadap perusahaan,

pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan, maka sangat

Page 10: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

dimungkinkan peminta modal asing akan masuk ke dalam pasar modal suatu

negara.

Dalam perjalanan waktu, kesempatan dan keterbatasan pemerintah serta

tuntutan reformasi dirasa sangat perlu melibatkan pihak ke tiga dalam pelaksanaan

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri melalui kemitraan dengan

lembaga swasta sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dalam mengatasi

masalah pengangguran dalam negeri. Keterlibatan swasta melalui persyaratan dan

perijinan yang ketat di atur dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2003

diharapkan mampu mempercepat proses penyelenggaraan penempatan TKI di luar

negeri.

Kedua, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)

merupakan badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari pemerintah

untuk memberikan pelayanan penempatan TKI di luar negeri. Menurut data

Depnakertrasn RI (2007) bahwa Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Swasta (PPTKIS) yang terdaftar dan mendapatkan ijin dari Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi sejumlah 464 perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia

dengan mayoritas berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan data dari

Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia tahun 2007 bahwa di

Propinsi Jawa Timur terdapat sejumlah 66 perusahaan yang berstatus kantor pusat

dan 79 berstatus kantor cabang.

Berdasarkan kantor Depnakertrans (2006) bahwa penempatan tenaga kerja

di luar negeri pada tingkat nasional tahun 2005 mencapai 474.310 orang dengan

remittance sejumlah 2.709.534.159 US$. Sedangkan tahun yang sama Provinsi

Jawa timur mampu menempatkan skala nasional dengan remittance sebesar Rp.

2.566.776.906.784,- (BP2TKI) Prop. Jatim , 2006), sedangkan Propinsi Jawa

Timur pada tahun 2007 meningkat menjadi 59.048 orang namun nilai remittance

yang diperoleh menurun sebesar 3,76% dibanding tahun 2006, turunnya nilai

tersebut banyak faktor yang perlu mendapatkan kajian dan analisis lebih lanjut,

namun diperkirakan sekitar 50% nilai remittance langsung dititipkan kepada TKI

yang pulang kampung.

Page 11: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Implikasi dalam Undang-undang nomor 39 tahun 2004 tenang penempatan

dan perlindungan TKI ke luar negeri, Inpres Nomor 6 tahun 2006 tentang

kebijakan reformasi system penempatan dan perlindungan TKI sering kali

dilanggar oleh PPTKIS. Jika menyimak dari seluruh proses penempatan dan

perlindungan TKI ke berbagai Negara banyak masalah-masalah yang menonjol

terkait dengan paspor hijau, tanpa identitas jelas, secara kuantitatif persoalan TKI

yang di deportasi dari Malaysia berasal dari Propinsi Jawa Timur sejumlah 7.093

orang pada tahun 2006 dan meningkat menjadi 11.390 orang pada tahun 2007

(Disnaker Prop. Jatim, 2008)

Demikian juga masih dipicu kesempatan kerja dalam negeri semakin

terbatas, selain itu juga terjadi meningkatnya investasi dalam negeri hengkang

keluar negeri, tuntutan pekerjaan semakin tidak terkendali, ini semua merupakan

deretan panjang persoalan membengkaknya jumlah pengangguran, atau lowongan

kerja yang tidak terisi akibat kompetensi yang dimiliki pencari kerja tidak sesuai

dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja, sehingga terjadi mismatch antara

pendidikan dan kesempatan kerja.

Tabel 1. Penempatan TKI ke Luar Ngeri Berdasarkan Negara Tujuan

Tahun 2006-2007

No Negara

Tujuan

Jawa Timur Jawa Timur

2006 Remittance 000 2007 Remittance

1 Arab Saudi 130 4.804.800.000 97 3.585.120.000

2 Malaysia 25.868 369.612.331.200 27.500 392.931.000.000

3 Singapura 2.306 49.096.215.840 2.909 61.934.471.760

4 Hongkong 13.159 1.050.335.799.744 13.446 1.073.243.799.936

5 Taiwan 9.316 485.177.280.000 8.738 455.075.040.000

6 Brunei 7.602 600.253.920.000 5.834 460.652.640.000

7 Emirat Arab 1 38.640.000 89 3.438.960.000

8 Qatar 164 6.336.960.000 386 14.915.040.000

9 Jepang 1 120.960.000 0 0

10 Negara Lain 0 0 49 3.112.933.824

Jumlah 58.547 2.565.776.906.784 59.048 2.469.325.805.520

Sumber ; Ditjen PPTKLN dan BP2TKI, 2006

Page 12: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Dari tabel tersebut di atas, merupakan upaya yang telah dilakukan oleh

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur selama tahun 2006-2007 untuk

menempatkan tenaga kerja di berbagai negara kerjasama dengan Pelaksana

Penempatan TKI Swasta (PPTKIS), sebagai bentuk kemitraan yang menjadi satu

kesatuan yang tidak terpisahkan.

Jika melihat tabel tersebut diatas secara kuantitas bahwa Malaysia lebih

banyak diminati menjadi negara tujuan baik dalam skala Nasional maupun

Regional (Jawa Timur), banyak menaruh perhatian terhadap Negara tujuan

Malaysia disebabkan : biaya rendah, transportasi mudah, bahasa serumpun

sehingga tidak banyak kesulitan dalam berkomunikasi, agama mayoritas sama,

gaji yang diperoleh lebih besar, banyak orang sedaerah telah bermukim dalam

waktu lama.

Atas keberhasilan yang telah banyak dicapai oleh sebagian besar TKI, maka

pemerintah memberikan penghargaan sebagai “Pahlawan Devisa” walaupun

sering mendapat perlakuan dari majikan yang kurang manusiawi, pelecehan

sexsual, upah yang tidak dibayarkan, asuransi kurang jelas dan masih sederet

panjang persoalan TKI di luar negeri termasuk lemahnya perlindungan hukum.

Sebagai dampak positif terhadap program penempatan dan perlindungan

TKI ke luar negeri, antara lain : Pertama, sebagai alternative pemecahan masalah

khususnya mengurangi angka pengangguran, Kedua : memberikan kesempatan

TKI untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan sekaligus meningkatkan

pengetahuan dan pengalaman sehingga mempunyai wawasan yang lebih bagus.

Ketiga : keberhasilan tersebut juga akan berpengaruh terhadap roda perekonomian

daerah setempat untuk pembangunan darah, sedangkan Keempat : adanya

remittance yang harus mengalir ke Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur

akan berdampak terhadap kelanjutan pembangunan daerah.

Menurut Mantra (199;82-83) Pertama : penempatan tenaga kerja di luar

negeri dilakukan untuk mengurangi angka pengangguran dalam negeri, adanya

peluang diberbagai Negara di luar negeri terutama di Negara timur tengah,

Malaysia, Singapura dan beberapa Negara Asia lainnya yang memerlukan TKI

dalam jumlah yang cukup besar. Kedua : untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Page 13: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

kompetensi para TKI (Pekerja Imigran). Ketiga : Penempatan TKI ke luar negeri

juga dikaitkan dengan kepentingan negara untuk memperoleh sumber devisa bagi

pembangunan. Besarnya keuntungan yang diperoleh negara secara makro,

berdampak terhadap peningkatan pembangunan yang berkelanjutan di segala

sektor dan secara mikro berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan bagi TKI

dan keluarga.

Dalam upaya peningkatan kesejahteraan melalui program penempatan dan

perlindungan TKI ke luar negeri, semestinya seluruh struktur organisasi yang ada

mulai dari Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota serta para PPTKIS dan

steakholder harus berorientasi pada pelayanan yang efektif dan efisien. Untuk

memperkuat struktur organisasi yang ada diperlukan strategi dalam melakukan

mobilisasi sumberdaya ke arah yang lebih baik. Seperti terungkap oleh

Martinussen (1997;214) ahwa dalam memberikan pelayanan yang lebih baik

diperlukan standarisasi, ukuran yang jelas yang didalamnya terdapat fungsi dan

tanggung jawab yang pada gilirannya pda pemberian layanan yang efektif dan

efisien.

Hal ini sejalan dengan ketetapan pemerintah berdasarkan PP. No.65 (2005;7)

bahwa penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan oleh

pemerintah daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar

Nasional yang bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan

dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.

Konsep Kemitraan. Konsep kemitraan ini mengacu pada pendapat Rondinelli

(1998) dalam Angga (2006;10) untuk menunjang sebuah teori governance serta

beberapa konsep otonomi darah, dimana dalam pendapatannya bahwa jika

kemitraan pemerintah-swasta dapat berjalan dengan baik, maka pemerintah harus :

(1) melakukan reformasi hukum yang memadai untuk mengijinkan sektor swasta

beroperasi secara efisien dan efektif, (2) mengembangkan dan menjalankan

peraturan yang jelas para investor swasta, (3) menghapus batasan yang tidak

diperlukan dalam hal kemampuan bersaing perusahaan swasta di pasar, (4)

memungkinkan terjadinya likuiditas atau kebangkrutan SOEs yang tidak dapat

Page 14: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

dikomersialkan atau diswastanisasi, (5) memperluas peluang bagi perusahaan

swasta untuk mengembangkan kemampuan manajemen, (6) membuat insentif dan

jaminan untuk melindungi karyawan dalam negeri, (7) mereformasi dan

merestrukturisasi SOEs yang tidak dijual dengan cepat dan, (8) menentukan

kembali peran pemerintah secara langsung dari layanan produksi peran

pemerintah secara langsung dari layanan produksi dan pengiriman untuk

memudahkan pengaturan ketetapan layanan di sektor swasta.

Hubungan Kemitraan dalam Penempatan TKI ke Luar Negeri. Hubungan

kemitraan penempatan TKI ke luar negeri sampai saat ini kenyataannya belum

terlihat secara harmonis yang diwakili oleh Balai Pelayanan Penempatan Tenaga

Kerja Indonesia (BP2TKI) Surabaya dengan swasta dalam hal ini Pelaksanaan

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang berada di Jawa

Timur dalam melaksanakan Undang-Undang nomor 39 tahun 2003 tentang

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.

Sedangkan prinsip-prinsip dasar tentang Good Corporate Governance (GCG)

menurut Khairandy (2007); h. 130) juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 5

tahun 1995 tentang pasar modal yang dibuat untuk melindungi kepentingan

pemegang saham publik dari adanya transaksi yang merugikan kepentingan

investasinya. Undang-undang beserta peraturannya sebagai upaya untuk

memberikan perlindungan kepada pemodal, menciptakan kepastian hukum dan

menciptakan pasar yang teratur, wajar dan efisien.

Kemitraan yang dibangun selama ini belum menunjukkan adanya pola

kemitraan yang jelas, dimana BP2TKI Surabaya masih menganggap bahwa

PPTKIS yang ada selama ini merupakan bagian dari bentuk pelayanan yang harus

di berikan kepada PPTKIS, sedangkan PPTKIS pada dasarnya menempatkan

BP2TKI Surabaya sebagai lembaga pemerintah secara bersama-sama melakukan

pola kemitraan dalam melaksanakan program penempatan dan perlindungan TKI

di luar negeri.

Selain itu terjadinya terik ulur kepentingan pemerintah pusat dalam hal ini

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dengan pemerintah Provinsi Jawa

Page 15: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Timur terkait dengan keberadaan Balai Pelayanan Penempatan TKI Surabaya

dimana setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 juncto

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2003 tentang pemerintah darah yang dalam

implikasinya lembaga tersebut dimasukkan dalam Perda 35 tahun 2000 tentang

Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur, sedangkan disisi lain berdasarkan Tim

Kepres nomor : 10/3/Tim Kepres/157/2001 tanggal 21 Maret 2001 tentang berita

Acara serah terima satuan kerja, personil, peralatan dan dokumen/arsip instansi

vertikal dari departemen / LPND yang dialihkan kepada Provinsi Jawa Timur

Bahwa BP2TKI Surabaya yang merupakan UPT pada kantor wilayah Departemen

Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur tidak termasuk yang diserahkan ke pemerintah

Provinsi Jawa Timur.

Adanya reformasi administrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

diharapkan mampu menyentuh pada kehidupan masyarakat, hal ini terungkap oleh

Marriasmo (204:h.69) bahwa peran pemerintah masih kuat dan menjadi pusat

layanan bagai berbagai keperluan masyarakat. Adanya tuntutan masyarakat akan

kebutuhan yang harus dilayani oleh pemerintah daerah serta keterbatasan akan

sumber-sumber yang ada bagi pemerintah daerah, maka keterlibatan masyarakat

sangat diperlukan baik dalam bentuk lembaga atau organisasi sosial lainnya dalam

rangka memberikan layanan yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat

setempat dengan standar pelayanan minimal yang jelas.

Adanya tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, maka

pemerintah telah mereformasi administrasi terhadap pembagian urusan

pemerintah. Berdasarkan pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 tahun 34 bahwa

urusan wajib merupakan urusan dalam skala provinsi, salah satu diantaranya

pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten / kota.

Untuk menunjang kegiatan pemerintah yang dilimpahkan kepada Gubernur,

maka urusan pemerintah yang diserahkan dimaksud perlu disertai dengan sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana serta kepegawaian sesuai dengan

urusan yang disentralisikan, sehingga Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat

yang ada di wilayah dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan

kewenangannya.

Page 16: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Sedangkan peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian

urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan

pemerintah daerah kabupaten / kota dimana urusan / bidang ketenagakerjaan

menjadi urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah provinsi maupun

kabupaten kota, sedangkan urusan ketransmigrasian menjadi urusan pilihan bagi

provinsi dan kabupaten / kota.

Untuk menunjukkan dan mempercepat kegiatan program pembangunan di

provinsi, Gubernur diberikan kesempatan berdasarkan Peraturan Pemerintah

untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak layang dipandang saling

menguntungkan kedua belah pihak, untuk memudahkan pelaksanaan kerjasama

diperlukan sebuah bentuk perjanjian yang mencantumkan beberapa prinsip

penting yang tertuang dalam kesepakatan dimaksud.

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2007 tentang tata cara

pelaksanaan kerjasama daerah, dimana ditegaskan bahwa kerjasama harus

didasarkan pada prinsip kerjasama yang meliputi : efisiensi, efektifitas, sibergi,

saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan

kepentingan nasional dan keutuhan NKRI, persamaan kedudukan, transparansi,

keadilan dan kepastian hukum.

Gambar 1. Proses Izin Operasional Kantor Cabang PPTKIS di Jawa Timur

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur, Tahun 2008

Pemohon Pengecekan

Berkas

Persetujuan

Kadis

Uji Kelayakan Peninjauan

Lapangan

Nota

Pemeriksaan

Pembayaran Retribusi &

Deposito Jaminan

Net Consept Keputusan Ijin

Kantor Cabang

Ijin Kantor Cabang

PPTKIS

Page 17: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) Surabaya

sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang

pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Untuk itu

standarisasi pelayanan yang diberikan BP2TKI Provinsi Jawa Timur kepada

PPTKIS sebagai ujung tombak dalam program penempatan dan perlindungan TKI

di luar negeri nampak sangat jelas perlu diadakan keseragaman dalam

memberikan standar pelayanan sebagai alat ukur sebuah keberhasilan atau sebagai

bahan evaluasi dalam memberikan pelayanan selama ini.

Page 18: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

SIMPULAN

Persoalan bidang ketenagakerjaan merupakan issu central dalam negeri

yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak stakeholder (pemerintah,

swasta dan masyarakat). Pemerintah nampak sangat jelas bahwa persoalan

ketenagakerjaan yang menyangkut tentang rendahnya kompetensi para pencari

kerja, persaingan pasar kerja yang semakin ketat, terbatasnya kesempatan kerja,

rendahnya gaji para pekerja, hubungan industrial yang belum kondusip serta

lemahnya pengawasan ketenagakerjaan menjadikan semuanya itu secara

komulatif menjadi kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan. Dalam kontek

demikian, maka Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi penting dan mampu

menciptakan solusi dan nilai tambah (creative) dari setiap langkah kegiatan

sebagai simbol awal dalam pemecahan permasalahan di bidang ketenagakerjaan.

Senada dengan ini maka hubungan kemitraan dimana keterlibatan swasta dan

masyarakat sebagai mitra kerja pemerintah dijadikan momentum awal

kebangkitan untuk menyelesaikan masalah khususnya pengangguran.

Page 19: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta; Jakarta

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2008, Standar Pelayanan

Penempatan TKI, BN2TKI; Jakarta

Hamid, Edy Suandi dan Sobirin Malian, (et.al) 2004. Memperkokoh Otonomi

Daerah, UII Press;Yogyakarta

Irewati, Awani. 2003, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah TKI

Ilegal di – Negara ASEAN, Pusat Penelitian Politik (P2P); Jakarta

Mantra, Ida Bagus, Kasto dan Yeremias T. Keban. 1998. Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia ke Malaysia: Isu Kemanusiaan dan Masalah Kebijakan

(Kasus di NTT, NTB, dan Bawean, Jawa Timur). PKK-Universitas

Gadjah Mada; Yogyakarta Muluk, M.R. K, 2007. Desentralisasi

Pemerintah & Daerah , Bayumedi Publishing, Malang.

Manca, W, 2003, Etnografi Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen

Pendidikan ; Penerbit Wineke Media, Malang.

Rewansyah, Asmawi. 2005. Seminar Nasional SDM Dalam Perspektif Reformasi

Birokrasi, Program Pasca Sarjana Unair; Surabaya.

Singarimbun, Masri dan HonLLD. 1996. Penduduk dan Perubahan, Pustaka

Pelajaran: Yogyakarta.

Sukamadi. 2004. “Memahami Masalah Kependudukan di Indonesia Pasca Orde

Baru” dalam Faturochman, Bambang Wicaksono, Setiadi, Syahbudin

Latief. Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Pusat Penelitian

Kependudukan dan Kebijakan UGM: Yogyakarta (55-97)

Sulistiyani, Teguh Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan,

Gava Media ; Yogyakarta.

Sinambela, Lijan Poltak. 2007, Reformasi Pelayanan Publik, PT. Bumi Aksara,

Jakarta.

Titus, J. Milan. 1995. Migran Antar Daerah di Indonesia (Seri Terjemah; no. 12),

Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada;

Yogyakarta.

Page 20: HUBUNGAN KEMITRAAN DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI DI PROVINSI JAWA TIMUR

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Keputusan Gubernur Nomor 41 Tahun 2001 tentang Unit Pelaksana Teknik

Daerah (UPTD) di lingkungan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa

Timur.

Permenakertrans RI No. PER.18/MEN/IX/2007 tentang Pelaksanaan Penempatan

dan Perlindungan TKI di luar negeri.

Permenakertrans RI No. PER. 22/MEN/XII/2008 tentang Pelaksanaan

Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri.

Permenakertrans RI No. PER. 22/MEN/XII/2008 tentang Pelaksanaan

Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri.

Permenakertrans RI No. PER 200/MEN/IX/2008 tentang Penunjukan Pejabat

Penerbitan Surat Izin Pengerahan (SIP)

Permenakertrans RI No. PER. 201/MEN/IX/2008 tentang Penunjukan Pejabat

Penerbitan Persetujuan Penempatan TKI di luar negeri untuk

kepentingan perusahaan sendiri.