HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH...

14
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI POSYANDU PEDULI INSANI MENDUNGAN DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : RINI J 310 120 004 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH...

Page 1: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

1

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN

DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI

POSYANDU PEDULI INSANI MENDUNGAN DESA PABELAN

KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

RINI

J 310 120 004

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

2

Page 3: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

3

Page 4: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

4

Page 5: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

1

HUBUNGAN JENIS KEAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN KADAR

ASAM URAT PADA LANSIA DI POSYANDU PEDULI INSANI

MENDUNGAN DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA

KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak

Jenis kelamin berpengaruh pada kadar asam urat karena pengaruh hormon estrogen.

Asupan purin yang tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat dikarenakan produk akhir dari metabolisme purin berupa asam urat dengan bantuan enzim xantin oksidase. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dan asupan purin dengan kadar

asam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan Desa Pabelan Kecamatan

Kartasura Kabupaten Sukoharjo.Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional dengan melibatkan 67 lansia. Pengambilan sampel

menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data jenis kelamin didapatkan dengan

formulir karakteristik responden, data asupan purin didapatkan dengan Food Frequecy

Questionnairesemi kuantitatif dan kadar asam urat didapatkan dengan cara pengambilan

sampel darah vena dengan menggunakan metode spektrofotometer. Analisis hubungan

jenis kelamin dengan kadar asam urat menggunakan Chi Square, sedangkan asupan purin

dengan kadar asam urat menggunakan PearsonProduct. Dua puluh tujuh (96.40%) lansia

berjenis kelamin perempuan memiliki kadar asam urat tinggi dan dua puluh enam

(92.90%) lansia memiliki asupan purin tinggi dengan kadar asam urat tinggi. Hasil uji

korelasi menunjukkan terdapat hubungan jenis kelamin dan asupan purin dengan kadar

asam urat pada lansia, dengan nilai pvalue 0.003 dan0.001.

Kata Kunci: Asam Urat, Lansia, Jenis Kelamin, Asupan Purin

Abstracts

Gender may effect the level of uric acid due to the influence of the estrogen hormone. High purine intake can increase the uric acid levels since the final product of purine metabolism

is in the form of uric acid catalized by the enzyme xanthine oxidase. To determine the

relationship of gender and purine intake with the uric acid levels of elderly at Posyandu

Peduli Insani Mendungan Pabelan Kartasura Sukoharjo. The research was an observasional

study with cross sectional approach. Sixty-seven elderly were recruited using Simple

Random Sampling technique. A questionnaire was used to measure respondent

characteristics. The data of purine intake were obtained using semi-quantitative Food

Frequency Questionnaire and uric acid levels were analyzed by spectrophotometer using

venous blood. The relationship between gender and uric acid levels using Chi Square test,

while purine intake and uric acid levels using Pearson Product Moment test. Twenty-seven

(96.40%) female elderly have high uric acid levels and 26 (92.90%) elderly have high

purine intake with high uric acid levels. The result of correlation test indicated that there is

a relationship between gender and purine intake and the uric acid levels of elderly, with p

value 0.003 and 0.001 respectively.

Keywords:Blood uric acid, Elderly, Gender, Purine intake

Page 6: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

2

1. PENDAHULUAN

Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat usia harapan hidup

meningkat sehingga jumlah kelompok usia lanjut bertambah. Usia harapan hidup ini sebagai

salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Populasi lansia

dikategorikan sebagai usia tidak produktif, sehingga memerlukan perhatian khusus karena

penurunan kesehatan dan masalah asupan gizi (Badriah, 2011).

Manusia lanjut usia akan mengalami penurunan sistem imun dan kemampuan untuk

melawan infeksi juga semakin sulit dilakukan. Kondisi ini dapat semakin memburuk akibat

asupan gizi yang tidak adekuat (Sharlin dan Edelstein, 2015). Proses menua menimbulkan

berbagai masalah baik secara fisik, psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan.

Permasalahan kesehatan disebabkan karena pada lansia mengalami kemunduran sel-sel,

kelemahan organ dan kemunduran fisik sehingga menimbulkan kerentanan terhadap penyakit,

selain itu lansia juga mengalami perubahan biokimiawi yang terlihat pada peningkatan kadar

kolesterol, kadar asam urat, penurunan berbagai enzim dan syaraf (Suardiman, 2011).

Angka kejadian hiperurisemia pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti

namun, survei epidemologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO-COPCORD

terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45, didapatkan prevalensi artritis gout sebesar 24.30%.

Penelitian yang dilakukan di kecamatan Gajah Mungkur Semarang terjadi peningkatan ke jadian

artritis gout sebesar 17.26% pada tahun 2011 (Diantari dan Candra, 2013). Data lansia yang

memeriksakan kadar asam urat di Posyandu Peduli Insani didapatkan hasil 13.33% yang

mempunyai kadar asam urat tinggi.

Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin. Purin (adenin dan guanin)

merupakan kontituen asam nukleat. Perputaran purin terjadi secara terus-menerus didalam

tubuh seiring dengan sintesis dan penguraian DNA dan RNA, walaupun tidak ada asupan purin

akan tetap terbentuk asam urat dalam jumlah substansial. Asam urat disintesis terutama di hati

oleh enzim xantin oksidase (Kurniawan, 2015).

Asupan Purin dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah, hal tersebut dibuktikan

oleh penelitian yang dilakukan Setyoningsih (2009) pada pasien rawat jalan RSUP Dr.Kariadi

Semarang bahwa terdapat hubungan asupan purin dengan kadar asam urat dalam darah, purin

dalam bahan makanan memiliki kandungan dan bioavailabilitas yang berbeda-beda, selain itu

perubahan purin menjadi asam urat juga tergantung pada selularitas dan aktifitas transkripsi

serta metabolik seluler bahan makanan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dan asupan

purin dengan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani di Mendungan Desa

Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Page 7: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

3

2. METODE

Jenis penelitian adalah observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan pada 1-3 Agustus 2016 di Posyandu Peduli Insani Mendungan, sebelum dilakukan

pengambilan data, penelitian ini dinyatakan lolos etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

(KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan

No:286/B.1/KEPK-FKUMS/VI/2016. Pengambilan sampel dengan sistem Simple Random

Sampling yaitu dengan cara undian. Dari 217 populasi yang tersebar, terlebih dahulu membuat

gulungan kertas diberi nama responden kemudian dikocok, diambil 67 gulungan dan dibuka.

Nama yang tertera merupakan sampel penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square

dan uji Pearson Product Moment.

2.1 Jenis Kelamin

Pengambilan data jenis kelamin didapatkan dari formulir karakteristik responden dengan

wawancara secara langsung pada lansia, kategori jenis kelamin yaitu laki-laki dan

perempuan.

2.2 Asupan Purin

Pengambilan data asupan purin dengan wawancara langsung pada lansia menggunakan form

FFQ oleh peneliti. Data FFQ yang didapatkan, selanjutnya dilakukan perhitungan asupan

purin per hari dan perhitungan jumlah asupan purin berdasarkan pada tabel daftar bahan

makanan yang mengandung purin. Hasil perhitungan jumlah asupan purin dikategorikan

menjadi cukup (≤620.50 mg/hari) dan tinggi (>620.50 mg/hari) (Setyoningsih, 2009).

2.3 Kadar Asam Urat

Pengambilan data kadar asam urat dilakukan dengan cara pengambilan sampel darah vena.

Pengukuran kadar asam urat menggunakan metode spektrofotometer yang dilakukan oleh

petugas Laboratorium Klinik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta dengan surat keterangan No:01/LK/VIII/2016, kategori kadar asam urat yaitu

normal (laki-laki ≤7 mg/dL dan perempuan ≤6 mg/dL) dan tinggi (laki-laki >7 mg/dL dan

perempuan >6 mg/dL) (Wahyuningsih, 2013).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Peduli Insani Mendungan sebagai lokasi penelitian karena

kegiatan Posyandu Peduli Insani Mendungan aktif setiap bulan. Populasi lansia yang berada di

lingkup Posyandu Peduli Insani Mendungan berjumlah 217 orang. Pelaksanaan Posyandu

Lansia Peduli Insani ini berprinsip “Orang boleh tua tetapi sehat selalu”. Posyandu lansia

didirikan secara mandiri dengan dilandasi ibadah dan rasa pengabdian. Posyandu lansia ini

memiliki 3 tujuan yaitu meningkatkan harkat dan martabat lansia, meningkatkan derajat

Page 8: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

4

Normal Tinggi ∑ %

n % n % Umur

Lansia Kelompok Pertengahan Lansia Kelompok Dini

3

20

7.70

51.30

2

14

7.10

50.00

5

34

7.50

50.70

Lansia Kelompok Lanjut 16 41.00 12 42.90 28 41.80 Total 39 100 28 100 67 100 Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

5

12.80

7

25.00

12

17.90 Pendidikan Dasar 33 84.60 20 71.40 53 79.10 Pendidikan Lanjut 1 2.60 1 3.60 2 3.00

Total 39 100 28 100 67 100 Pekerjaan

Bekerja

24

61.50

17

60.70

41

61.20 Tidak Bekerja 15 38.50 11 39.30 26 38.80

Total 39 100 28 100 67 100 Status Gizi

Kurang

3

7.70

3

10.70

6

9.00 Normal 10 25.60 7 25.00 17 25.30 Lebih 26 66.70 18 64.30 44 65.70

Total 39 100 28 100 67 100

kesehatan lansia dan meringankan beban keluarga lansia. Berdasarkan hasil penelitian,

distribusi responden berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan

Karakteristik Responden Kadar Asam Urat Total

Sumber: Data Primer Bulan Agustus 2016

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 67 lansia di Posyandu Peduli Insani

Mendungan. Berdasarkan Tabel 1 Hasil penelitian ini responden pada lansia kelompok dini

(55-64 tahun) dengan kadar asam urat tinggi sebesar 50.00%. Responden dengan tingkat

pendidikan dasar yang memiliki kadar asam urat tinggi sebesar 71.40%. Berdasarkan

pekerjaan, menunjukkan bahwa responden yang bekerja memiliki kadar asam urat tinggi

sebesar 60.70%. Berdasarkan status gizi, responden status gizi lebih dengan kadar asam urat

tinggi sebesar 64.30%.

3.1 Jenis Kelamin, Asupan Purin dan Kadar Asam Urat Lansia

Data asupan purin diperoleh berdasarkan wawancara secara langsung pada lansia dengan

menggunakan form FFQ semi kuantitatif. Data asupan diperoleh dalam ukuran rumah tangga

(URT) dikonversikan kedalam gram. Data kadar asam urat diperoleh dengan cara pengambilan

sampel darah yang diukur dengan metode pengukuran spektrofotometer. Distribusi asupan

purin dan kadar asam urat lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan dapat dilihat pada

Tabel 2.

Page 9: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

5

Tabel 2. Distribusi Asupan Purin dan Kadar Asam Urat Lansia di Posyandu Peduli Insani

Mendungan

Mean Standar Deviasi Nilai Minimum Nilai Maksimum Asupan Purin (mg/hari)

Laki-Laki

541.62

236.44

223,50

953,10 Perempuan 602.99 314.07 173.90 1384.90

Kadar Asam Urat

(mg/dL) Laki-Laki 5.80 0.98 3.80 7.50 Perempuan 5.65 1.20 2.80 8.20

Sumber: Data Primer Terolah Bulan Agustus 2016

Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil bahwa rata-rata jumlah asupan purin pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 602.99±314.44 yang berarti

sebagian besar lansia memiliki asupan purin yang cukup. Menurut Setyoningsih (2009) asupan

purin dikategorikan cukup apabila ≤620.50 mg/hari dan dikategorikan tinggi apabila >620.50

mg/hari. Nilai minimum dari jumlah asupan purin sebesar 173.90 mg/hari. Hal tersebut

dikarenakan responden hanya mengkonsumsi sedikit makanan yang mengandung sumber purin

dan usia yang sudah tua mempengaruhi responden untuk lebih memilih jenis bahan makanan

dan mengurangi makan-makanan yang mengandung purin agar tidak terjadi masalah kesehatan

seperti kadar asam urat yang tinggi. Nilai maksimum jumlah asupan purin 1384.90 mg/hari.

Hal tersebut dikarenakan responden mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung purin

dalam jumlah yang lebih banyak seperti jamur kuping 1xseminggu (17.80 g/hari), ikan teri

segar 5-6x/minggu (21.40 g/hari), daun mlinjo 5-6x/minggu (89.20 g/hari), daging ayam

dengan kulit 2-4x/minggu (32.10 g/hari), air kaldu 2-4x/minggu (85.70 g/hari), tempe 2-3x/hari

(150 g/hari) dan tahu 2-3x/hari (250 g/hari). Berdasarkan penelitian pada usia lanjut terdapat

hubungan yang signifikan antara asupan purin dengan penyakit arthritis gout (Nengsi, Bahar

dan Salam, 2014).

Berdasarkan Tabel 2, didapatkan hasil bahwa rata-rata kadar asam urat pada laki-laki

lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan 5.80±0.98 mg/dL yang berarti sebagian besar

lansia memiliki kadar asam urat yang normal. Kadar asam urat pada laki-laki berkisar antara

3.5-7 mg/dL, sedangkan pada perempuan 2.6-6 mg/dL (Wahyuningsih, 2013). Nilai minimum

kadar asam urat sebesar 2.80 mg/dL, hal tersebut dikarenakan responden mengatakan bahwa

biasanya memiliki kadar asam urat yang normal dan dilihat dari jumlah asupan purin termasuk

kategori cukup. Nilai maksimum kadar asam urat 8.20 mg/dL dikarenakan jumlah asupan purin

yang dikonsumsi termasuk kategori tinggi. Asupan purin yang dikonsumsi dapat

mempengaruhi kadar asam urat, karena tahap akhir dari metabolisme purin dengan bantuan

enzim xantin oksidase berupa asam urat (Ian, 2012).

Page 10: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

6

Tabel 3. Distribusi Kategori Jenis Kelamin, Asupan Purin dan Kadar Asam Urat

Lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan

Kategori Kadar Asam Urat Total

Normal Tinggi ∑ % N % N %

Jenis Kelamin Laki-Laki

13

33.30

1

3.60

14

20.90

Perempuan 26 66.70 27 96.40 53 79.10 Total 39 100 28 100 67 100

Asupan Purin

Cukup

34

87.20

2

7.10

36

53.70 Tinggi 5 12.80 26 92.90 31 46.30

Total 39 100 28 100 67 100 Sumber: Data Primer Terolah Bulan Agustus 2016

Berdasarkan pada Tabel 3, penelitian ini lebih dari ¾ responden berjenis kelamin

perempuan 79.10% dan lansia perempuan yang memiliki kadar asam urat tinggi 96.40%. Hasil

penelitian ini didapatkan jumlah asupan purin kategori cukup 53.70% lebih besar dibandingkan

dengan kategori tinggi 46.30%, lansia yang memiliki asupan purin tinggi dengan kadar asam

urat tinggi sebanyak 92.90%. Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih besar dibandingkan

dengan perempuan. Hasil penelitian ini kadar asam urat tinggi lebih banyak ditemukan pada

perempuan hal ini disebabkan pada laki-laki tidak memiliki hormon estrogen, sedangkan pada

perempuan memiliki hormon estrogen yang berfungsi sebagai uricosuric agent, yaitu suatu

bahan kimia yang berfungsi membantu eksresi asam urat lewat ginjal (Setyoningsih, 2009).

Berdasarkan penelitian Lina dan Setiyono (2014) konsumsi makanan tinggi purin ada

hubungannya dengan kejadian hiperurisemia. Asupan purin yang dikonsumsi dapat

mempengaruhi kadar asam urat, karena tahap akhir dari metabolisme purin dengan bantuan

enzim xantin oksidase berupa asam urat (Ian, 2012). Penyebab tingginya kadar asam urat dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, asupan purin, asupan

karbohidrat dan status gizi (Setyoningsih, 2009).

Page 11: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

7

Tabel 4. Distibusi Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Berdasarkan Sumber Purin

pada Lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan

Sumber Purin* Konsumen Persentase Rata-Rata Purin Frekuensi

(%) (g/hari)* * Ikan teri segar 50 74.62 4.84 19.89 1-3x/bulan Daun mlinjo 56 83.58 18.23 66.75 1-3x/bulan Ikan sarden 44 65.67 3.29 13.12 1-3x/bulan Hati ayam 56 83.58 6.91 16,79 1x/minggu Daging ayam dengan kulit 67 100.00 20.69 36.21 2-4x/minggu Daging ayam tanpa kulit 57 85.07 7.80 11.83 1x/minggu Ikan kakap 55 82.08 6.01 9.61 1-3x/bulan Tempe 67 100.00 101.00 142.41 2-3x/hari Air kaldu 47 70.14 24.92 29.40 1-3x/bulan Bayam 63 94.02 32.88 26.63 2-4x/minggu Kangkung 63 94.02 30.56 24.75 2-4x/minggu Kacang tanah 48 71.64 2.40 1.63 1x/minggu Tahu 67 100.00 123.70 84.11 2-3x/hari Jamur 46 68.86 10.34 5.27 1-3x/bulan Bunga kol 64 95.52 22.98 11.71 1x/minggu Daun singkong 55 82.08 14.29 7.28 1x/minggu

Sumber: Data Primer Terolah Bulan Agustus 2016 * Sumber purin diurutkan berdasarkan jumlah kandungan purin yang paling tinggi. **Rata-rata konsumsi (g/hari) berdasarkan jumlah lansia yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa bahan makanan sumber purin yang tingkat

konsumen paling tinggi yaitu daging ayam dengan kulit, tempe dan tahu dengan persentase

100.00%. Responden mengkonsumsi daging ayam dengan kulit sebanyak 2-4x/minggu sebesar

20,69 gram/hari. Setiap hari semua responden mengkonsumsi tempe dan tahu dengan frekuensi

2-3x/hari sebanyak 101.00 gram/hari untuk tempe dan 123.70 gram/hari untuk tahu.

Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti

dari sel) dan termasuk kedalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein

(Wahyuningsih, 2013). Menurut Murray, Granner dan Rodwell (2006) purin yang terkandung

dalam bahan makanan akan diubah menjadi asam urat. Konsumsi bahan makanan yang

mengandung purin tinggi merupakan salah satu faktor resiko kadar asam urat meningkat (Choi

et al, 2004).

3.4. Hubungan Jenis Kelamin dan Asupan Purin dengan Kadar Asam Urat

Data jenis kelamin didapatkan dengan menggunakan formulir isian identitas diri responden

data asupan purin didapatkan dari hasil wawancara dengan metode FFQ semi kuantitatif yang

berisi daftar bahan makanan yang mengandung purin dan data kadar asam urat diperoleh

dengan cara pengambilan sampel darah vena yang diukur dengan metode pengukuran

spektrofotometer. Distribusi hubungan jenis kelamin dengan kadar asam urat dapat dilihat pada

Tabel 5 dan distribusi hubungan asupan purin dengan kadar asam urat dapat dilihat pada Tabel

6.

Page 12: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

8

Tabel 5. Distribusi Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat

Jenis Kelamin Kadar Asam Urat Total p* value

Normal Tinggi

N % N % N % Laki-Laki 13 33.30 1 3.60 14 20.90 0.003 Perempuan 26 66.70 27 96.40 53 79.10

Total 39 100 28 100 67 *= Hasil uji analisis Chi-Square

Tabel 6. Disribusi Hubungan Asupan Purin dengan Kadar Asam Urat

Variabel Mean SD P* value r Asupan Purin (mg/hari) 590.17 298.93 0.001 0.69

Kadar Asam Urat (mg/dL) 5.68 1.15 * = Hasil uji analisis Pearson Product Moment

Berdasarkan Tabel 5, hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Peduli

Insani Mendungan Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo menggunakan uji

Chi Square menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar asam

urat pada lansia (p=0.003). Kadar asam urat yang tinggi pada umumnya banyak menyerang

pada laki-laki. Kadar asam urat pada perempuan tidak meningkat sampai setelah menopause

karena hormon estrogen membantu meningkatkan eksresi asam urat melalui ginjal.

Peningkatan kadar asam urat pada perempuan akan meningkat setelah menopause. Kadar asam

urat juga akan meningkat seiring bertambahnya usia (Price dan Wilson, 2006). Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setyoningsih (2009) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada pasien rawat jalan

RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam urat yang tinggi

lebih banyak ditemukan pada responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan

karena pada usia lanjut perempuan telah mengalami menopause sehingga hormon estrogen

menurun dan dapat mempengaruhi meningkatnya kadar asam urat. Hormon estrogen ini

berfungsi sebagai uricosuric agent, yaitu suatu zat kimia yang berfungsi membantu eksresi

asam urat melalui ginjal. Mekanisme uricosuric agent dalam eksresi asam urat adalah

menghambat URAT1 (urate trasporter-1) dari lumen ke sel tubular proksimal pada saat

pengaturan keseimbangan cairan elektrolit (Elisabet dan Choi, 2008).

Berdasarkan Tabel 6, Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Peduli

Insani Mendungan Desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo menggunakan uji

Pearson Product Moment menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara asupan purin dengan

kadar asam urat pada lansia (p=0.001). Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan nilai r atau

Pearson Correlation sebesar 0.69. Hal ini berarti hubungan bersifat kuat. Tanda positif

menunjukkan hubungan bersifat searah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hensen (2007) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antaran asupan purin dengan

Page 13: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

9

hiperurisemia pada suku Bali di daerah pariwisata pedesaan. Purin yang terdapat dalam bahan

makanan, terdapat dalam asam nukleat yang berupa nukleoprotein (Ian, 2012). Ketika bahan

makanan yang mengandung purin ini dikonsumsi, maka didalam usus asam nukleat ini akan

dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah

menjadi purin dan pirimidin. Purin akan membentuk adenosin, yang kemudian dideaminasi

oleh adenosin deaminase (ADA) membentuk inosin. Inosin dan guanosin selanjutnya dipecah

dengan memotong basa purin dari gula ribosa menghasilkan ribosa 1-fosfat, hipoxantin dan

guanin secara berurutan dengan bantuan enzim purin nukleosida fosforilase. Guanin

dideaminasi membentuk xantin, sedangkan hipoxantin dioksidasi membentuk xantin oleh

enzim xantin oksidase. Tahap akhir dari penguraian purin pada manusia dilakukan oleh enzim

xantin oksidase. Xantin selanjutnya dioksidasi lagi oleh xantin oxidase membentuk asam urat

(Murray, Granner dan Rodwell, 2006). Studi epidemiologi menunjukkan bahwa bebrapa faktor

makanan dapat meningkatkan risiko peningkatan kadar asam urat seperti alkohol, makanan

kaya purin dan makanan laut (Kienhorst et al, 2014).

4. PENUTUP

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Peduli Insani Mendungan Desa Pabelan

Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin lansia di

dominasi oleh perempuan 79.10%. Rata-rata asupan purin lansia sebesar 590.17 mg/hari dan

53.70% lansia memiliki persen asupan dalam kategori cukup. Rata-rata kadar asam urat lansia

sebesar 5.68mg/dL. Kadar asam urat tinggi banyak ditemukan pada perempuan 40.30% dengan

asupan purin tinggi 38.80%. Ada hubungan jenis kelamin dan asupan purin dengan kadar asam

urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani Mendungan Desa Pabelan Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo.

DAFTAR PUSTAKA

Badriah, DL. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: PT Refika Aditama. Choi, HK., Atkinson, K., Karlson, EW., Willett, W., Curhan, G. 2004. Purine Rich Foods, Dairy

and Protein Intake, and the Risk of Gout in Men. The New England Journal of Medicine.

2004;350:11.

Diantari, E dan Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap Kadar Asam

Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. Journal of

Nutrition College. 2013;2:3-22.

Elisabeth H dan Choi, Hyon K. 2008. Menopause Postmenopausal Hormone Use Serum Uric Acid

Levels in US Women The Third National Health andNutrition Examination Survey. Arthritis

Research and Therapy. 2008;10:R116.

Page 14: HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN ASUPAN PURIN DENGAN …eprints.ums.ac.id/49781/24/NASKAH PUBLIKASI.pdfasam urat pada lansia di Posyandu Peduli Insani ... meningkat sehingga jumlah kelompok

10

Hensen, TRP. 2007. Hubungan Konsumsi Purin Dengan Hiperurisemia pada Suku Bali di Daerah

Pariwisata Pedesaan. FK Unud.

Ian, DKH. 2012. Sinopsis Biokimia. Terjemahan: Winarsi Rudiharso. Tangerang: Binarupa Aksara

Publisher.

Kienhorst, LBE., Janssens, HJEM., Janssen, M. 2014. Gout A Clinical Overview and its Association

with Cardivascular Diseases. World Journal of Rheumatology. 2014;4:3

Kurniawan, FB. 2015. Kimia Klinik: Praktikum Analisis Kesehatan. Jakarta: EGC. Lina, N dan Stiyono, A. 2014. Analilis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan

Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. 2014;10:2. Murray, RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2006.Biokimia Harper. Alih bahasa: Brahm U.

Jakarta: EGC. Price, SA dan Wilson, LM. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6.

Jakarta: EGC Setyoningsih, R. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hiperurisemia pada

Pasien Dr.Kariadi Semarang. Skripsi. Semarang:Fakultas Kedokteran UNDIP. Sharlin, J dan Edelstein, S. 2015. Gizi dalam Daur Kehidupan. Alih bahasa: Kristianto, Y dan

Tampubolon, AO. Jakarta: EGC. Suardiman, SP. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wahyuningsih, R. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien.Yogyakarta: Graha Ilmu.