Kelainan M Purin Ok

21
1 BAB II Landasan Teori II.1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Asam Urat II.1.1.1 Pengertian Asam Urat Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Dalam keadaan normalnya, 90 % dari hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin akan digunakan kembali sehingga akan terbentuk kembali masing-masing menjadi adenosine monophosphate (AMP), inosine monophosphate (IMP), dan guanosine monophosphate (GMP) oleh adenine phosphoribosyl transferase (APRT) dan hipoksantin guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT). Hanya sisanya yang akan diubah menjadi xantin dan selanjutnya akan diubah menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase (Silbernagl,2006). Asam urat termasuk asam lemah dan merupakan kristal putih yang tidak berbau dan tidak berasa, serta sangat sukar larut dalam air (Harjanti,2006). Asam urat adalah senyawa organik semisolid yang terdiri dari carbon, nitrogen, oxygen dan hydrogen dengan formula C5H4N4O3 (Lelyana,2008). Gambar 1. Asam Urat (Lelyana Rosa,2008)

Transcript of Kelainan M Purin Ok

  • 1

    BAB II

    Landasan Teori

    II.1 Tinjauan Pustaka

    II.1.1 Asam Urat

    II.1.1.1 Pengertian Asam Urat

    Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Dalam keadaan

    normalnya, 90 % dari hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin

    akan digunakan kembali sehingga akan terbentuk kembali masing-masing menjadi

    adenosine monophosphate (AMP), inosine monophosphate (IMP), dan guanosine

    monophosphate (GMP) oleh adenine phosphoribosyl transferase (APRT) dan

    hipoksantin guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT). Hanya sisanya yang akan

    diubah menjadi xantin dan selanjutnya akan diubah menjadi asam urat oleh enzim

    xantin oksidase (Silbernagl,2006).

    Asam urat termasuk asam lemah dan merupakan kristal putih yang tidak

    berbau dan tidak berasa, serta sangat sukar larut dalam air (Harjanti,2006).

    Asam urat adalah senyawa organik semisolid yang terdiri dari carbon,

    nitrogen, oxygen dan hydrogen dengan formula C5H4N4O3 (Lelyana,2008).

    Gambar 1. Asam Urat (Lelyana Rosa,2008)

  • 2

    Menurut Wisesa dan Suastik (2006), asam urat diketahui mempunyai fungsi

    sebagai antioksidan dan mungkin merupakan antioksidan yang paling penting dalam

    plasma dengan kontribusi sampai 60% dari seluruh aktivitas pembersihan radikal

    bebas dalam serum manusia. Superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dapat

    ditangkap oleh asam urat yang larut dalam darah dan asam urat tersebut juga

    mempunyai kemampuan untuk chelasi logam-logam transisi.

    Asam urat di dalam darah difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan hampir

    seluruhnya diresorpsi di dalam tubulus proksimal ginjal. Lalu sebagian kecil asam

    urat yang diresorpsi tersebut kemudian akan disekresikan di nefron distal dan

    kemudian diekskresikan melalui urin (Kumar,2007).

    Sekitar 10% dari jumlah asam urat yang difiltrasi akan diekskresikan melalui

    ginjal, sehingga konsentrasi asam urat di urin akhir yaitu sekitar 10-20 kali lebih

    tinggi daripada yang terdapat di plasma (Kumar,2007).

    II.1.1.2 Metabolisme Nukleotida Purin

    Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan nukleoprotein

    di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida oleh enzim

    ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase (Rodwell,2003).

    Enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi

    nukleosida yang kemudian bisa diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase

    intestinal menjadi basa purin serta pirimidin. Basa purin akan teroksidasi menjadi

    asam urat yang dapat diserap dan selanjutnya diekskresikan ke dalam urin

    (Rodwell,2003)

  • 3

    Asam nukleat (dimakan dalam bentuk nukleoprotein dan

    dari penghancuran sel-sel tubuh)

    Enzim proteolitik ------------------di usus

    Asam nukleat

    Nuklease (DNAase & RNAase) ------ di getah pankreas

    Nukleotida

    Polinukleotidase = fosfoesterase---di usus

    Mononukleotida

    Nukleotidase & fosfatase

    Nukleosida

    Fosforilase ----------- usus

    Basa purin dan Pirimidin

    Guanosin Adenosin

    Guanin

    Xantin Hipoxantin Inosin

    Asam urat

    Gambar 2. Metabolisme Nukleotida Purin (Widodo,2008)

    1. Katabolisme Purin

    Proses pembentukan asam urat sebagian besar diperoleh dari

    metabolisme nukleotida purin endogen, guanosine monophosphate (GMP),

    inosine monophosphate (IMP), dan adenosine monophosphate (AMP). Enzim

    xanthine oxidase mengkatalisis hypoxanthin dan guanine dengan produk akhir

    asam urat (Mustafiza,2010).

  • 4

    Proses katabolisme purin menjadi asam urat, yaitu adenosin pertama-

    tama akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin

    deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang

    dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa

    ribose-1 fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanine selanjutnya

    membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-masing oleh enzim

    xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat

    dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase

    (Rodwell,2003).

    Pada mamalia selain primata derajat tinggi, asam urat akan dipecah

    oleh enzim urikase dan akan membentuk produk akhir yaitu alantoin yang

    mempunyai sifat sangat larut di dalam air. Oleh karena manusia tidak

    memiliki enzim urikase, hal ini tidak terjadi pada manusia, itulah yang

    menyebabkan produk akhir dari katabolisme purin berupa asam urat

    (Rodwell,2003).

    Menurut Siswoyo (2005), walaupun proses sintesis dan degradasi

    nukleotida purin terjadi pada semua jaringan, namun proses pembentukan

    asam urat terjadi di jaringan yang memiliki banyak enzim xantin oksidase,

    yaitu terutama terjadi di hati dan usus halus.

  • 5

    Gambar 3. Pembentukan Asam urat dari Nukleotida Purin melalui Basa

    Purin Hipoxantin, Xantin dan Guanin (Rodwell, 2003)

    II.1.1.3 Ekskresi Asam Urat

    Proses berlangsungnya pembuangan atau ekskresi asam urat berhubungan

    dengan ekskresi urin. Proses ini berlangsung melalui tiga tahapan (Mulyo,2007), yaitu

    1. Terjadi perpindahan plasma darah dari glomerulus menuju ruang

    kapsula bowman dengan menembus membrane filtrasi. Hal ini

    dinamakan ultrafiltrasi. Adanya tekanan filtrasi dari selisih tekanan

    darah kapiler glomerulus dengan tekanan osmotik koloid darah dan

    tekanan hidrostatik cairan dalam kapsula bowman itulah yang

    dapat menyebabkan ultrafiltrasi.

  • 6

    2. Terjadinya reabsorpsi tubular, yaitu perpindahan cairan dari

    tubulus renalis menuju darah dalam kapiler peritubular yang

    berlangsung dengan menggunakan energi untuk mentransport zat-

    zat cairan tubular melintasi sel, masuk ke dalam darah peritubular

    dan mengembalikannya ke sirkulasi darah umum.

    3. Terjadi sekresi tubular, yaitu dilakukan oleh tubulus ginjal dalam

    tubulus distal untuk memungkinkan ginjal meningkatkan

    konsentrasi zat-zat yang diekskresikan

    Ekskresi asam urat dipengaruhi oleh kemampuan dari ultrafiltasi

    glomerulus dan sekresi renin oleh tubulus ginjal. (Mulyo,2007).

    II.1.2 Hiperurisemia

    II.1.2.1 Pengertian Hiperurisemia

    Hiperurisemia merupakan keadaan terjadi peningkatan kadar asam urat

    darah di atas normal. Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat

    serum tersebut yaitu pembentukan asam urat yang berlebihan, penurunan ekskresi

    asam urat, atau dapat juga gabungan keduanya (Syukri,2007; Putra,2009;

    Mustafiza,2010; Edwards,2009).

    Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006), kadar asam

    urat tersebut atau konsentrasi asam urat dalam serum ini adalah batas kelarutan

    monosodium urat dalam plasma. Jika konsentrasi asam urat sekitar 8 mg/dl atau lebih,

    monosodium urat cenderung mengendap di jaringan dan pada pH 7 atau lebih asam

    urat ada dalam bentuk monosodium urat.

    Banyak batasan yang digunakan untuk menyatakan bahwa seseorang

    mengalami hiperurisemia, yaitu secara umum kadar asam urat di atas 2 standar

    deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. Dari data didapatkan bahwa hanya

    5-10% pria normal yang mempunyai kadar asam urat di atas 7 mg% dan sedikit dari

    penderita gout yang mempunyai kadar asam urat di bawah kadar tersebut

    (Putra,2009).

  • 7

    Oleh karena itu, batasan seseorang dapat dikatakan mengalami hiperurisemia

    adalah kadar asam urat di atas 7 mg% pada pria dan 6 mg% pada perempuan

    (Putra,2009).

    Pada kondisi seseorang mengalami hiperurisemia, kadar asam urat serum

    akan melebihi batas kelarutannya. Tofus akan terbentuk di dalam jaringan lunak dan

    persendian, berupa endapan yang terjadi akibat kristalisasi natrium urat. Proses inilah

    yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi peradangan akut, yaitu arthritis gout akut,

    yang bisa berlanjut menjadi artritis gout kronis (Hidayat,2009).

    II.1.2.2 Epidemiologi

    Pada berbagai populasi ditemukan prevalensi hiperurisemia sekitar 2,6-

    47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan gout antara 1-15,3%. Pada

    suatu studi didapatkan insidensi terjadinya gout sekitar 4,9% pada kadar asam urat

    darah >9 mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar

  • 8

    Hiperurisemia idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak diketahui penyebab

    primer, kelainan genetik, dan tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas

    (Putra,2009).

    1. Hiperurisemia Primer

    Penyebab terjadinya hiperurisemia primer kelainan molekular

    yang belum jelas terbanyak didapatkan yaitu mencapai 99%, yaitu

    terdiri dari hiperurisemia karena underexcretion (80-90%) dan karena

    overproduction (10-20%). Hiperurisemia primer yang disebabkan oleh

    kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena terjadi

    peningkatan aktivitas enzim phoribosylpyrophosphatase (PRPP)

    synthetase dan kekurangan enzim hypoxanthine

    phosphoribosyltransferase (HPRT) (Putra,2009).

    1.1 Hiperurisemia primer akibat underexcretion

    Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan

    mengakibatkan terjadinya gangguan pengeluaran asam urat sehingga

    menyebabkan hiperurisemia (Putra,2009).

    Kelainan patologi pada ginjal yang mempunyai hubungan

    dengan underexcretion tidak menunjukkan gambaran spesifik

    (Putra,2009).

    1.2 Familial Juvenile Hyperuricaemic Nephropathy (FJHN)

    Hiperurisemia yang terjadi akibat adanya penurunan

    pengeluaran asam urat pada ginjal dalam suatu keluarga yang

    diturunkan secara genetik. FJHN sering terjadi pada usia muda, dapat

    mengenai pria dan wanita, dan sering menyebabkan penurunan fungsi

    ginjal secara cepat (Putra,2009).

  • 9

    Kelainan molekular pada FJHN belum diketahui, diduga terjadi

    karena kelainan pada gen yang menyebabkan penurunan fungsi

    pengeluaran asam urat di ginjal (Putra,2009).

    1.3 Peningkatan aktivitas enzim PRPP

    Akibat peningkatan enzim PRPP, terjadi peningkatan

    pembentukan nukleotida purin sehingga terjadi peningkatan produksi

    asam urat (Putra,2009).

    1.4 Sindrom Kelley-Seegmiller

    Hal ini disebabkan oleh kekurangan sebagian dari enzim

    HPRT. Enzim HPRT adalah enzim yang mengubah purine bases

    menjadi purine nucleotide dengan bantuan PRPP dalam proses

    pemakaian ulang dari metabolisme purin. Kekurangan enzim HPRT

    menyebabkan peningkatan produksi asam urat (Putra,2009).

    2. Hiperurisemia Sekunder

    2.1 Sindrom Lesch-Nyhan

    Sindrom Lesch-Nyhan merupakan suatu hiperurisemia

    overproduksi yang sering disertai dengan litiasis asam urat serta

    sindrom mutilasi-diri (self-mutilation) yang aneh. Hal ini terjadi karena

    tidak berfungsinya enzim HPRT yang merupakan enzim pada

    penyelamatan purin (Rodwell,2003).

    Peningkatan konsentrasi PRPP intrasel yang menyertai, yang

    terhindar dari reaksi penyelamatan purin, akan menimbulkan

    overproduksi purin (Rodwell,2003).

    Terjadi banyak mutasi yang akan mengurangi atau

    menghilangkan aktivitas HPRT. Mutasi yang telah terdeteksi

    mencakup delesi besar dan kecil, mutasi frameshift, substitusi basa-

  • 10

    tunggal, dan perubahan yang akan mengakibatkan penyimpangan

    pemotongan RNA (Rodwell,2003; Putra,2009).

    2.2 Penyakit Von Gierke

    Peningkatan pembentukan prekursor PRPP, ribose 5-fosfat

    akan mengakibatkan overproduksi purin dan hiperurisemia pada

    penyakit Von Gierke (defisiensi glukosa-6-fosfatase) terjadi sekunder

    (Rodwell,2003).

    Tanda klinis yang terlihat pada sindrom ini adalah terjadi pada

    usia anak-anak dengan tanda yang khas berupa bentuk tubuh pendek,

    dengan hepatomegali dan gejala hipoglikemia yang berulang

    (Putra,2009).

    2.3 Hiperurisemia Miogenik

    Hiperurisemia miogenik merupakan hiperurisemia yang

    disebabkan oleh penyakit glikogen storage disease tipe III, V dan VI

    (Putra,2009).

    Dalam keadaan normal atau keadaan anaerob, aktivitas akan

    menyebabkan peningkatan hasil pemecahan adenosin trifosfat (ATP)

    berupa inosine, hypoxanthine, dan di dalam hati akan dipecah menjadi

    xanthine dan asam urat. Pada penyakit glycogen storage disease tipe

    III, V, dan VI, akan terjadi hiperurisemia walaupun hanya melakukan

    aktivitas fisik ringan, karena terjadi pemecahan ATP yang tinggi akibat

    tidak cukup bahan karbohidrat pembentuk ATP. Pemecahan ATP akan

    membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau nukleotida purin

    dalam metabolisme purin (Putra,2009).

    2.4 Keganasan

    Pada keganasan terjadi pemecahan inti sel yang akan

    meningkatkan produksi nukleotida purin dan berlanjut menyebabkan

  • 11

    peningkatan produksi asam urat. Keadaan yang sering menyebabkan

    pemecahan inti sel contohnya pada penyakit leukemia (Rodwell,2003).

    Penyebab terjadinya hiperurisemia tidak terlepas dari organ ginjal. Ginjal

    adalah suatu organ yang mempunyai bentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi

    kolumna vertebralis. Ginjal orang dewasa mempunyai panjang kira-kira 12-13 cm,

    lebar 6 cm dan berat sekitar 120-150 gram. Permukaan anterior dan posterior kutup

    atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir

    medialnya berbentuk konkaf karena terdapat hilus (Prasasti,2009; Wilson,2006).

    Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus,

    yaitu arteria dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening. Potongan

    longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks di bagian

    luar dan medula di bagian dalam (Prasasti,2009; Wilson,2006).

    Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron

    dimana nefron tersebut memiliki struktur dan fungsi yang sama. Dengan terdapatnya

    nefron, maka kerja ginjal dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron

    tersebut. Setiap nefron terdiri atas kapsula Bowman yang mengitari rumbai kapiler

    glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan tubulus kontortus

    distal, yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul (Prasasti,2009; Wilson,2006).

    Ginjal adalah organ utama yang berguna untuk membuang produk sisa

    metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi

    urea yang berasal dari metabolisme asam amino, kreatinin dari kreatinin otot, asam

    urat yang berasal dari asam nukleat, produk akhir pemecahan hemoglobin seperti

    bilirubin dan metabolit dari berbagai hormon. Setelah mengalami degradasi oleh

    bakteri kolon, 75 % dari asam urat akan diekskresikan melalui urin dan sisanya

    diekskresikan melalui saluran cerna. Sama halnya dengan elektrolit maka produk-

    produk ini harus dibersihkan dari tubuh secepat produksinya (Prasasti,2009;

    Guyton,2007).

  • 12

    Fungsi lain dari ginjal adalah membuang banyak toksin dan zat asing lainnya

    yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida dan obat-obatan

    (Guyton,2007).

    II.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kadar Asam Urat

    1. Usia

    Hiperurisemia lebih sering dialami oleh pria yang berusia diatas

    40 tahun, hal ini disebabkan karena kadar asam urat pada pria

    cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, Sedangkan pada

    wanita baru meningkat setelah menopause pada rentang usia 60-80

    tahun (Miller et. al., 2010; Edwards and Schlesinger,2009;

    Luk.A.J.,2005).

    Pada saat memasuki masa menopause, akan terjadi perubahan

    pada organ-organ kewanitaan. Salah satu organ yang mengalami

    perubahan yaitu, ovarium. Ovarium akan mengecil dan mengalami

    penurunan fungsi, yaitu untuk menghasilkan estrogen dan

    progesterone, sehingga terjadi keluhan-keluhan yang timbul akibat

    kekurangan hormon-hormon tersebut (Fitrah,2010).

    Terjadi peningkatan kadar asam urat dikarenakan pada usia 40

    tahun akan dimulai proses penuaan. Proses penuaan itu sendiri

    bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut,

    melainkan merupakan suatu proses normal yang berlangsung sejak

    maturitas dan berakhir dengan kematian (Setiati et. al., 2009).

    Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat kecenderungan

    terjadi penurunan kapasitas fungsional baik pada tingkat selular

    maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses menua. Hal-hal yang

    dapat terjadi akibat penurunan kapasitas fungsional tersebut, yaitu

    orang berusia lanjut umumnya tidak berespons terhadap berbagai

    rangsangan, internal maupun eksternal, seefektif yang dapat dilakukan

    oleh orang yang lebih muda (Setiati et. al., 2009).

  • 13

    Akibat yang terjadi berkaitan dengan menurunnya kapasitas

    untuk berespons terhadap lingkungan internal yang berubah yaitu

    cenderung membuat orang berusia lanjut mengalami kesulitan untuk

    memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi di dalam tubuh,

    atau memelihara homeostatis tubuh. Gangguan terhadap homeostatis

    tubuh tersebut dapat menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ

    (Setiati et. al., 2009).

    Tanda-tanda telah terjadi proses penuaan yaitu hilangnya

    jaringan aktif tubuh secara bertahap dan terjadi penurunan

    metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya yang disertai dengan

    perubahan semua sistem dalam tubuh. Salah satunya terjadi perubahan

    pada ginjal, seperti penurunan kecepatan penyaringan (filtrasi),

    pengeluaran (ekskresi), dan penyerapan kembali (reabsorpsi) oleh

    ginjal, akibatnya pembuangan atau ekskresi sisa-sisa metabolisme

    protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban

    tersendiri (Setiati et. al.,2009; M Atun,2010).

    2. Jenis Kelamin

    Menurut Mulyo (2007), batas normal kadar asam urat dalam

    darah manusia secara umum untuk laki-laki dewasa berkisar antara

    3.5-7.2 mg/dl dan untuk perempuan 2.6-6.0 mg/dl, sedangkan menurut

    Purwaningsih (2009), kadar asam urat normal pada pria sekitar 2.1-8.5

    mg/dl dan wanita sekitar 2.0-6.6 mg/dl.

    Hiperurisemia lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan

    dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar asam

    urat yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini berkaitan dengan

    hormon estrogen. Peran hormon estrogen ini membantu mengeluarkan

    asam urat melalui urin. Pria tidak memiliki hormon estrogen yang

    tinggi, sehingga akibatnya asam urat sulit diekskresikan melalui urin

  • 14

    dan hal inilah yang dapat menyebabkan risiko peningkatan kadar asam

    urat pada pria lebih tinggi (Putra,2009).

    Tabel 1. Ratio Kadar asam urat Pria dan Wanita

    (Mahajan,2007)

    Secara Normal ratio Male : Female adalah 7:1 sampai 9:1

    Wanita sebelum menopause F < M

    Usia < 65 tahun ratio M : F adalah 4:1

    Usia > 65 tahun ratio M : F adalah 3:1

    Usia > 80 tahun, F > M

    Menurut Mulyo (2007), hormon tersebut berperan dalam

    merangsang perkembangan folikel yang mampu meningkatkan

    kecepatan proliferasi sel dan menghambat keaktifan sistem pembawa

    pesan kedua siklus adenosin monofosfat (cAMP). cAMP sendiri

    diduga dapat mengaktifkan enzim protein kinase yang mempunyai

    fungsi mempercepat aktivitas metabolik, di antaranya metabolisme

    purin.

    3. Konsumsi Purin

    Bahan makanan yang mempunyai kandungan purin yang tinggi

    dapat meningkatkan kadar asam urat dalam urin sekitar 0,5-0,75 gr/ml.

    Contoh makanan yang mengandung purin tinggi, yaitu ikan sardine,

    hati, ginjal, dan otak. Sedangkan makanan yang mempunyai

    kandungan purin rendah, yaitu kacang-kacangan, gandum, buncis, dan

    lain-lain (Fauzia,2010).

    Makanan-makanan tersebut akan dibagi menjadi 3 grup, yaitu

    grup A, grup B, dan grup C. Yang termasuk di dalam grup A yaitu

    grup makanan yang mempunyai kandungan purin dalam konsentrasi

    tinggi, sekitar 150-100 mg per 100 gram, sedangkan grup B yaitu

    makanan yang mempunyai kandungan purin sedang, sekitar 50-150 mg

  • 15

    per 100 gram, dan grup C yaitu makanan yang mempunyai kandungan

    purin rendah , sekitar 0-50 mg per 100 gram (Fauzia,2010).

    Tabel 2. Kandungan Purin dalam Makanan

    Grup A Grup B Grup C

    Makanan laut/ikan : sardine

    Organ dalam : ginjal, kuah daging

    Otak, limpa, usus, dll

    Daging : sapi, kambing,

    ayam, bebek, kalkun

    Makanan laut : kerang,

    kepiting

    Sayuran : kembang kol,

    bayam, dll

    Roti, sereal,

    kopi,susu,telur

    Sedangkan menurut American Medical Association, makanan

    yang memiliki kandungan purin yaitu minuman beralkohol, telur ikan,

    kacang polong, hati, ginjal, roti manis, jamur, bayam, dan asparagus

    (Eustice,2006).

    4. Gagal Ginjal

    Jika seseorang mengalami gagal ginjal, maka tubuh akan gagal

    mengeluarkan timbunan asam urat melalui urin. Timbunan asam urat

    inilah yang dapat memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat

    (Purwaningsih,2009).

    5. Obat-obatan

    Beberapa obat-obatan berperan dalam memicu terjadinya

    peningkatan kadar asam urat, contohnya yaitu obat-obatan diuretika

    (furosemid dan hidroklorotiazida) karena dapat menurunkan ekskresi

    asam urat urin (Purwaningsih, 2009; Lelyana,2008).

    6. Dalam Keadaan Kelaparan

    Keadaan ini berperan dalam memicu terjadinya peningkatan

    kadar asam urat, karena dalam kondisi kelaparan akan menyebabkan

  • 16

    tubuh kekurangan kalori, dan ini akan dipenuhi dengan membakar

    lemak tubuh. Pembakaran lemak akan menghasilkan zat keton yang

    dapat menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal

    (Purwaningsih,2009; Lelyana,2008).

    II.1.2.5 Gambaran Klinik

    1. Hiperurisemia asimptomatik

    Hiperurisemia asimptomatik yaitu keadaan hiperurisemia

    (kadar asam urat serum meningkat) tanpa adanya manifestasi klinik

    gout. Fase ini dikatakan berakhir jika muncul serangan akut arthritis

    gout, atau urolitiasis, dan hal ini biasanya terjadi setelah hiperurisemia

    asimptomatik berlangsung selama 20 tahun (Syukri,2007;

    Hidayat,2009).

    2. Arthritis gout, meliputi 3 stadium:

    2.1 Artritis gout akut

    Pertama kali mengalami serangan biasanya terjadi antara umur

    40-60 tahun pada laki-laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Jika

    terjadi sebelum 25 tahun berarti bisa dikaitkan berupa manifestasi

    adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan

    siklosporin (Hidayat,2009).

    Radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam

    waktu singkat berupa 2 gejala khas yang sering muncul. Pasien tidur

    tanpa merasakan gejala apapun, tetapi pada saat bangun tidur terasa

    sakit yang hebat dan bahkan pasien tidak dapat berjalan

    (Hidayat,2009).

  • 17

    2.2 Stadium interkritikal

    Stadium interkritikal merupakan lanjutan dari stadium gout

    akut, yaitu secara klinik tidak ditemukan tanda-tanda radang akut,

    walaupun jika kita lakukan aspirasi cairan sendi masih akan ditemukan

    kristal urat, hal ini menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus

    berlangsung progresif (Syukri,2007; Hidayat,2009).

    2.3 Stadium Artritis gout kronik = kronik tofaseus gout

    Ditemukannya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan

    predileksi cuping telinga, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan

    merupakan tanda yang terdapat pada arthritis gout kronik. Tofi itu

    sendiri tidak menimbulkan nyeri, tetapi mudah terjadi inflamasi atau

    peradangan di sekitarnya, dan bisa menyebabkan destruksi yang

    progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas. Selain itu tofi juga

    sering pecah dan sulit sembuh, serta terjadi infeksi sekunder. Berat dan

    lamanya hiperurisemia merupakan faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kecepatan pembentukan deposit tofus, dan hal ini akan

    diperberat jika pasien mengalami gangguan fungsi ginjal dan

    menggunakan obat-obat diuretik (Syukri,2007; Hidayat,2009).

    Pada analisa cairan sendi atau isi tofi akan didapatkan Kristal

    Monosodium Urat (MSU), sebagai kriteria diagnostik pasti dari

    arthritis gout kronik dan pada gambaran radiologis didapatkan erosi

    pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik (Hidayat,2009).

    II.1.2.6 Pemeriksaan Penunjang

    Secara umum penyebab hiperurisemia dapat ditentukan dengan melakukan

    anamnesis, dilanjutkan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang

    diperlukan (Putra,2009).

  • 18

    Tujuan dilakukan anamnesis terutama untuk mendapatkan faktor keturunan,

    dan kelainan atau penyakit lain sebagai penyebab sekunder hiperurisemia, seperti

    apakah ada anggota keluarga yang menderita hiperurisemia atau gout (Putra,2009).

    Tujuan dilakukan pemeriksaan fisik yaitu untuk mencari apakah ada

    kelainan atau penyakit sekunder, terutama menyangkut tanda-tanda anemia,

    pembesaran organ limfoid, keadaan kardiovaskular dan tekanan darah, keadaan dan

    tanda kelainan ginjal serta kelainan pada sendi (Putra,2009).

    Sedangkan pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mengarahkan dan

    memastikan penyebab hiperurisemia. Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan

    adalah pemeriksaan darah rutin untuk asam urat darah dan kreatinin darah,

    pemeriksaan urin rutin untuk asam urat urin 24 jam dan kreatinin urin 24 jam

    (Putra,2009).

    II.2 Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan

    N

    o

    Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tempat &

    Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variable

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    2

    .

    Faktor-Faktor

    yang

    Berhubungan

    dengan Kadar

    Asam Urat pada

    Wanita Anggota

    Majelis Taklim

    Al Amin

    Kecamatan

    Cilandak

    Jakarta Selatan

    Tahun 2010

    Gina

    Fauzia

    Kecamatan

    Cilandak

    Jakarta

    Selatan,

    Tahun

    2010

    Design

    penelitian

    observasion

    al analitik

    dengan

    pendekatan

    Cross

    Sectional

    Kadar

    Asam Urat,

    Usia,

    Pendidikan

    , Pekerjaan,

    Status

    Perkawinan

    , Status

    Menopause

    , Indeks

    Massa

    Tubuh,

    Konsumsi

    Purin,

    Konsumsi

    Kopi,

    Konsumsi

    Air Putih,

    Konsumsi

    Buah,

    Hasil uji

    statistic

    menunjuk-

    kan ada

    hubungan

    yang

    bermakna

    antara usia

    dan kadar

    asam urat

    (p-value =

    0,049)

  • 19

    II.3 Kerangka berpikir

    II.3.1 Kerangka teori

    Kerangka teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Gambar 4. Kerangka Teori

    II.3.2 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 5. Kerangka Konsep

    Usia Kadar asam urat

    ( hiperurisemia )

    Jenis kelamin

    Usia

    Gagal ginjal

    Kelaparan

    Obat-obatan

    Jenis Kelamin

    Konsumsi Purin

    Hiperurisemia

  • 20

    II.4 Hipotesis

    1. Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan peningkatan kadar

    asam urat

    2. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

    peningkatan kadar asam urat.

  • 21