HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat...

95
HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013 (ANALISIS DATA RISKESDAS 2013) SKRIPSI Oleh : Alfica Agus Jayanti NIM: 1111101000065 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat...

Page 1: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI

SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

(ANALISIS DATA RISKESDAS 2013)

SKRIPSI

Oleh :

Alfica Agus Jayanti

NIM: 1111101000065

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

ii

Page 3: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

EPIDEMIOLOGI

Skripsi, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065

Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan 2013:

Analisis Data Riskesdas Tahun 2013 xiii + 70 halaman, 7 tabel, 2 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK

Secara global stroke menempati urutan kedua penyebab kematian. Prevalensi

stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan berdasarkan diagnosis oleh

tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar 7,4‰. Stroke dipengaruhi oleh faktor

risiko stroke yaitu hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, kadar kolestrol

dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan hipertensi dengan kejadian stroke

di Sulawesi Selatan tahun 2013. Penelitian menggunakan desain studi cross-

sectional dengan menganalisis data Riskesdas 2013 untuk melihat hubungan dan

perbedaan risiko stroke pada individu hipertensi menurut karakteristik individu

(jenis kelamin, usia, status merokok). Ada hubungan antara hipertensi dengan

stroke. Hipertensi berisiko 17,92 kali (14,05-22,86) terkena stroke. Individu

hipertensi cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian stroke.

Kata Kunci: Stroke; Hipertensi; Risiko

Daftar Bacaan : 77 (1992-2015)

Page 4: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti, NIM: 1111101000065

Association Between Hypertension and Stroke in Sulawesi Selatan 2013:

Riskesdas Data Analysis 2013

xiii + 70 pages, 7 tables, 2 pictures + 11 attachments

ABSTRACT

Stroke is also the second cause of the death worldwide. The highest stroke

prevalence was on South Sulawesi based on diagnose of health practitioner in

2007 was 7,4‰. Stroke caused by several risk factors such as hypertension,

diabetes mellitus, coronary heart disease, hypercholesterolemia, family history of

the disease, age, sex and smoking behaviour. This study aims to investigate the

association of hypertension and stroke in South Sulawesi at 2013. This is a cross

sectional study by analysing data of Riskesdas 2013 to show association and risk

differences of stroke which caused by hypertension based on individual

characteristics (sex, age, smoking status). There’s association between

hypertension and stroke. Hypertension has 17,92 (14,05 to 22,86) times higher

risk to stroke. Individual with hypertension tends to have higher risk to stroke.

Keywords: Stroke ; Hypertension ; Risks

Bibliography: 77 (1992-2015)

Page 5: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Alfica Agus jayanti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Agustus 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan. Seroja IV RT. 006 RW.05 No.15

Komplek Marinir Cilandak, Jakarta Selatan

Telp/Hp : 085710527443

Agama : Islam

Email : [email protected]

b. Riwayat Pendidikan

(1997-1999) : TK Islam Al-Hidayah

(1999-2005) : SDN 03 Pagi Cilandak

(2005-2008) : SMPN 107 Jakarta

(2008-2011) : SMAN 97 Jakarta

(2011-2015) : Epidemiologi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk
Page 7: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

vii

Page 8: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

viii

KATA PENGANTAR

السلام عليكن ورحمة الله وبركاتة

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Salawat dan

salam senantiasa tercurahkan kepada Rasul tercinta yang telah menjadi suri

tauladan bagi umatnya.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh

selama perkuliahan, penulis menyusun skripsi mengenai “Hubungan Hipertensi

Dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 (Analisis Data

Riskesdas 2013)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa. Masalah stroke dipilih sebagai topik

penelitian karena prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu Provinsi Sulawesi

Selatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahku Titi Jaya dan Ibuku Fatcha Alfini atas do’a yang selalu diberikan

bagi penulis serta kasih sayang yang telah diberikan, dan senantiasa

memberikan dukungan sehingga penulis menjadi lebih bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, bapak Dr. H. Arif Sumantri,

SKM, M.Kes

3. Ka. Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D

Page 9: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

ix

4. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D dan ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi.

5. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik

Indonesia yang telah memenuhi permintaan data Riskesdas tahun 2013

sebagai bahan penelitian.

6. Adik penulis, Alfandi Wasis Jaya Setyawan yang selalu menanyakan kapan

skripsi ini selesai sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi.

7. Sahabat, teman seperjuangan, peminatan Epidemiologi 2011, yang sudah

saling mendukung dan membantu.

8. Teman-teman Kesehatan Masyarakat tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang terus mendukung dan memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak agar penulis dapat menyusun skripsi yang lebih baik

dimasa yang akan datang.

والسلام عليكن ورحمة الله وبركاتة

Jakarta, 29 September 2015

Alfica Agus Jayanti

Page 10: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1. Tujuan Umum ........................................................................................ 4

2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .................................. 5

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia ....................................................................................... 5

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ................................... 5

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

A. Definisi stroke ........................................................................................... 7

B. Jenis Stroke ............................................................................................... 8

C. Gejala dan Tanda Stroke ........................................................................... 9

Page 11: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

xi

D. Faktor Risiko Stroke................................................................................ 11

E. Kerangka teori ......................................................................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 26

A. Kerangka Konsep .................................................................................... 26

B. Definisi Operasional ................................................................................ 27

C. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 29

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 30

A. Desain Penelitian ..................................................................................... 30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 30

1. Populasi penelitian ............................................................................... 30

2. Sampel Penelitian ................................................................................ 31

D. Pengukuran Variabel Penelitian ............................................................... 32

E. Manajemen Data ..................................................................................... 33

F. Analisis Data ........................................................................................... 35

BAB V HASIL .................................................................................................. 37

A. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013 .................... 37

B. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 .. 37

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun

2013 ............................................................................................................... 38

D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik

Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ....................................................... 39

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 41

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 41

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ....... 42

1. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013 ................ 42

Page 12: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

xii

2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

43

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun

2013 ........................................................................................................... 49

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut Karakteristik

Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013 .................................................... 52

BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 62

A. Simpulan ................................................................................................. 62

B. Saran ....................................................................................................... 62

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ................................ 62

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia ..................................................................................... 63

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan ................................. 63

4. Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65

LAMPIRAN ...................................................................................................... 71

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tekanan Darah ................................................................ 17

Tabel 4. 1 Variabel dan Kode Variabel .............................................................. 34

Tabel 4. 2 Kode Variabel Baru .......................................................................... 35

Tabel 5. 1 Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 201337

Tabel 5. 2 Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan

Tahun 2013 ........................................................................................................ 38

Page 13: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

xiii

Tabel 5. 3 Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan

Tahun 2013 ........................................................................................................ 38

Tabel 5. 4 Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu di

Sulawesi Selatan Tahun 2013 ............................................................................. 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori .............................................................................. 25

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 26

Page 14: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana

peningkatan usia dalam masyarakat berdampak terhadap perkembangan

prevalensi penyakit ini. Secara global stroke menempati urutan kedua

penyebab kematian (Pandian, 2013). Namun, di negara-negara maju

prevalensi stroke sudah mengalami penurunan hampir 50%. Data kematian

karena stroke di negara-negara Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN) lebih bervariasi. Stroke merupakan penyebab utama kematian di

negara-negara ASEAN sejak tahun 1992. Indonesia menempati urutan

pertama kematian di rumah sakit karena stroke (Aliah dkk, 2007).

Penelitian kohort yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa

insiden stroke pada laki-laki lebih tinggi (16 per 1.000 penduduk)

dibandingkan dengan perempuan (13,9 per 1000 penduduk) (Zhao, 2014).

Prevalensi stroke tahun 2010 di Amerika sebesar 2,6% (CDC, 2012). Hasil

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) prevalensi stroke mengalami

peningkatan sebesar 3,8‰, dimana hasil Riskesdas tahun 2007 ditemukan

stroke di Indonesia sebesar 8,3‰ dan stroke tahun 2f013 sebesar 12,1‰

(Kemenkes,2013). Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di

Sulawesi Selatan berdasarkan gejala dan didiagnosis oleh tenaga kesehatan

pada tahun 2007 sebesar 7,4‰, sedangkan pada tahun 2013 terjadi

peningkatan menjadi 17,9‰ diikuti dengan DI Yogyakarta (16,9‰),

Page 15: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

2

Sulawesi Tengah (16,6‰), dan Jawa Timur (16‰) (Kemenkes, 2013)

sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan didiagnosis tenaga

kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan meningkat pada tahun 2013

(7,1‰).

Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke (Anies,

2006). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14%

(Depkes, 2004). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2013 (9,4%) lebih tinggi dibanding tahun 2007 (7,2%)

(Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan

tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013 sebesar 10,3%

(Kemenkes, 2013). Namun, stroke juga dipengaruhi beberapa faktor

risiko. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor risiko stroke

yaitu hipertensi, penyakit Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung Koroner,

kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin,

dan status merokok (Sorganvi dkk, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010)

seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena

stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi meningkatkan risiko 3,8

kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok mempunyai risiko 2,2

kali lebih besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Individu berusia di

atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik meningkat 2 kali

lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004). Hasil studi kasus, laki-laki

cenderung terkena stroke 3 kali berisiko dibanding dengan perempuan

Page 16: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

3

(Mahendra dkk, 2004). Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden

stroke pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di

Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-

laki (Pandian, 2013.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 didapatkan jumlah populasi pada

data Riskesdas di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 49.129 kemudian

peneliti melakukan cleaning data sehingga populasi menjadi 33.371 dan

peneliti mengambil jumlah total populasi untuk dianalisis lanjut. Penelitian

menggunakan data Riskesdas karena dapat mengetahui gambaran

hipertensi dengan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, belum jelas

bagaimana hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi

Selatan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi

Selatan. Prevalensi stroke tertinggi di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan

berdasarkan didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar

7,4‰ (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan didiagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2007 (5,0‰) dan

meningkat pada tahun 2013 (7,1‰). Prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 (9,4%) lebih tinggi dibanding

tahun 2007 (7,2%) (Kemenkes, 2013) sedangkan, prevalensi hipertensi di

Sulawesi Selatan tahun 2007 sebesar 5,7% meningkat pada tahun 2013

sebesar 10,3% (Kemenkes, 2013). Namun, belum jelas bagaimana

Page 17: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

4

hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan sehingga

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi Selatan

tahun 2013?

2. Bagaimanakah proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013?

3. Adakah hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi

Selatan tahun 2013?

4. Adakah hubungan hipertensi dengan kejadian stroke menurut

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di

Sulawesi Selatan tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke

di Sulawesi Selatan tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi stroke menurut hipertensi di Sulawesi

Selatan tahun 2013

b. Diketahuinya proporsi stroke menurut karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, status merokok) di Sulawesi Selatan tahun 2013

Page 18: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

5

c. Diketahuinya hubungan hipertensi dengan kejadian stroke menurut

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok) di

Sulawesi Selatan tahun 2013

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

pembuatan progam pencegahan dan penanggulangan masalah

hipertensi dan stroke di Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi

Selatan.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam

penelitian dan analisis lanjut terkait hipertensi dan stroke di Provinsi

Sulawesi Selatan

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam

memberikan intervensi yang tepat dalam menyelesaikan masalah

hipertensi dengan stroke di Provinsi Sulawesi Selatan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi terkait hipertensi dengan

stroke sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut

Page 19: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

6

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan

desain cross sectional menggunakan data Riskesdas 2013. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian stroke

di Sulawesi Selatan tahun 2013. Variabel dalam penelitian ini meliputi

hipertensi, stroke, usia, jenis kelamin, status merokok. Analisis lanjut

berupa analisis univariat dan bivariat akan dilaksanakan pada bulan April-

Juni 2015.

Page 20: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi stroke

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala

hilangnya fungsi sistim saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang

cepat (dalam detik atau menit) (Ginsberg, 2007). Stroke adalah sindrom

yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak dengan awitan akut,

disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai

akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George dkk,

2009). Stroke adalah manisfestasi dari rusaknya struktur jaringan otak

sebagai akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak

dengan berbagai sebab (Mahendra dkk, 2004).

Dikatakan stroke apabila pernah didiagnosis menderita penyakit

stroke oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah

didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi pernah

mengalami secara mendadak keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh

atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan atau baal

satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata

atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti

pembicaraan (Kemenkes, 2013).

Page 21: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

8

B. Jenis Stroke

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang

menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang

disebut infark otak. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya

terdiri atas: Transient Ischaemic Attack (TIA) adalah defisit neurologis

membaik dalam waktu kurang dari 30 menit. Reversible Ischeamic

Neurological Deficit (RIND) adalah defisit neurologis membaik

kurang dari 1 minggu (George, 2009).

TIA adalah hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara cepat

yang berlangsung kurang dari 24 jam, dan diduga diakibatkan oleh

mekanisme vaskular emboli, trombosis, atau hemodinamik. Beberapa

episode transien/sementara berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi pasien

mengalami pemulihan sempurna yang disebut RIND (Ginsberg, 2007).

Jenis stroke yang paling sering terjadi adalah stroke iskemik (80%

kasus) (Palmer dkk, 2007).

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu

dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah pada

arteri koroner saat serangan jantung atau angina sehingga otak menjadi

kekurangan oksigen dan nutrisi (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke

iskemik biasanya terjadi pada golongan usia 50 tahun atau lebih dan

serangan lebih sering terjadi pada malam hari (Batticaca, 2008).

2. Stroke Hemoragik

Page 22: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

9

Stroke hemoragik atau stroke perdarahan disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Darah yang keluar akan masuk ke

dalam jaringan otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan otak

atau hematom yang akhirnya meningkatkan tekanan di dalam otak

(Mahendra dkk, 2004). Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis

fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak

yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,

disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler

(Arif, 2008). Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak

atau dekat otak pecah. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang

antara sel-sel otak (Palmer dkk, 2007). Serangan stroke hemoragik

terjadi pada golongan usia 20-60 tahun (Batticaca, 2008).

C. Gejala dan Tanda Stroke

Menurut (Mahendra dkk, 2004) gejala stroke dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam) :

a. Tiba-tiba sakit kepala

b. Pusing bingung

c. Penglihatan atau kehingalan pada satu atau dua mata

d. Kehilangan keseimbangan

e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh

2. Gejala stroke ringan

a. Beberapa atau semua gejala diatas

Page 23: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

10

b. Kelemahan atau kelumpuhan kaki atau tangan

c. Bicara tidak jelas

3. Gejala stroke berat

a. Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan

b. Koma jangka pendek

c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki

d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara

e. Sukar menelan

f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases

g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi

h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu,

mudah marah

Sedangkan, menurut (Anies, 2006) gejala dan tanda stroke

bermacam-macam tergantung bagian otak yang terkena. Beberapa gejala

dan tanda stroke pada umumnya, antara lain:

a. Kesemutan pada satu sisi badan, mati rasa

b. Lemas, salah satu sisi badan lumpuh misalnya pada bagian

tubuh kanan atau kiri

c. Pada bagian mulut biasanya terjadi kemiringan pada bagian

lidah

d. Terjadi gangguan saat menelan makanan atau minuman

biasanya sering tersedak

e. Gangguan bicara, atau saat bicara kata-katanya sulit dimengerti

atau kurang jelas

Page 24: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

11

f. Tidak mampu membaca ataupun menulis

g. Kesulitan saat berjalan atau berjalan menjadi tidak seimbang

h. Kemampuan intelektual menjadi menurun

i. Gangguan pada fungsi indra misalnya gangguan mata seperti

pandangan menjadi tidak terlihat atau gelap, dan gangguan

pendengaran

D. Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko stroke dibedakan menjadi 2 yaitu faktor risiko yang

tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah

1. Faktor Risiko Stroke yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah yatu faktor risiko yang tidak

dapat dikendalikan dan tidak dapat dilakukan pencegahan. Beberapa

faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu :

a. Usia

Usia merupakan faktor risiko stroke, semakin tua usia maka

risiko terkena stroke akan semakin tinggi. Namun, sekarang usia

produktif perlu waspada terhadap ancaman stroke. Pada usia

produktif, stroke dapat menyerang terutama pada mereka yang

gemar mengkonsumsi makanan berlemak (Wulan, 2008).

Meskipun stroke dapat menyerang segala usia, diketahui bahwa

mereka yang berusia lanjut lebih berisiko terserang penyakit yang

berpontensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap

(Genis, 2009).

Page 25: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

12

Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan

usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ

tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah

otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian

endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga

mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan

berdampak pada penurunan aliran darah otak (Kristiyawati dkk,

2009).

Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat

setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga dari kasus stroke

adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi

banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009). Insiden

stroke semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia.

Individu berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang

stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade (Mahendra

dkk, 2004). Hasil penelitian Lestari (2010) bahwa kejadian stroke

pada usia >55 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia 40-55

tahun.

b. Jenis Kelamin

Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali

berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra dkk, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian di Mumbai insiden stroke pada laki-

laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan di

Trivandrum insiden stroke pada perempuan lebih tinggi

Page 26: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

13

dibandingkan laki-laki (Pandian, 2013). Hasil penelitian Sofyan

(2015) bahwa pada kejadian stroke lebih banyak pada jenis

kelamin laki-laki (52%) dibandingkan dengan jenis kelamin

perempuan (48%).

Laki-laki lebih cenderung berisiko stroke karena kejadian

stroke pada perempuan meningkat pada usia pasca menopause,

karena sebelum menopause perempuan dilindungi oleh hormon

esterogen yang berperan dalam meningkatkan HDL, dimana HDL

berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price

dan Wilson, 2006).

Menurut buku stroke di usia muda oleh Holistic Health

Solution (2011) bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke

daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa

kematian akibat stroke lebih banyak pada perempuan. Risiko

stroke 20% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Setelah

perempuan menginjak usia 55 tahun, kadar estrogen menurun

karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi

pada perempuan daripada laki-laki.

Kejadian stroke pada perempuan juga dikatakan meningkat

pada usia pasca menopause, karena sebelum menopause

perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL), dimana HDL

berperan penting dalam pencegahan proses aterosklerosis (Price

dan Wilson, 2006).

Page 27: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

14

c. Riwayat Keluarga Stroke

Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat

keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke

cenderung menderita diabetes mellitus dan hipertensi. Peningkatan

kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat

diturunkannya faktor risiko stroke (Rizaldy, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian riwayat keluarga stroke

mempunyai risiko 2,3 kali lebih besar dibanding yang tidak

mempunyai riwayat keluarga stroke (Sorganvi dkk, 2014)

sedangkan, menurut Feigin dkk (1998) riwayat keluarga stroke

mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar dibanding yang tidak

mempunyai riwayat keluarga stroke.

2. Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah yaitu faktor penyebab yang dapat

diubah melalui penangan tertentu. Beberapa faktor yang dapat

dikendalikan agar risiko terkena stroke menurun yaitu :

a. Hipertensi

Hasil penelitian Yenni (2011) yaitu individu hipertensi,

lebih banyak yang tidak stroke dibandingkan yang terjadi stroke.

Faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke

adalah hipertensi (Luecknotte dan Meiner, 2006). Ada hubungan

antara hipertensi dengan kejadian stroke dan faktor dominan yang

berhubungan dengan stroke adalah hipertensi (Kristiyawati dkk,

2009).

Page 28: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

15

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk

(2010) seseorang yang mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih

berisiko terkena stroke. Berdasarkan hasil penelitian hipertensi

meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014).

Tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan

risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang

normal (Mahendra dkk, 2004).

Sangat penting mempertahankan tekanan darah dalam

keadaan normal untuk menurunkan risiko terjadinya serangan

stroke (Mahendra dkk, 2004). Sedangkan menurut Rizaldy (2010)

hipertensi 2 kali berisiko terkena stroke. Hipertensi merupakan

risiko paling besar terkena stroke dibandingkan dengan riwayat

keluarga stroke dan status merokok (Sorganvi dkk, 2014).

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah

lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di

otak, maka terjadi pendarahan di otak yang dapat berakibat

kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan

darah yang tidak mengalir lancar di pembuluh yang sudah

menyempit (Vitahealth, 2004).

1) Definisi hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, peningkatan

sistole tergantung pada usia individu yang terkena. Tekanan darah

berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh,

usia, dan tingkat stres yang dialami (Tambayong, 2000). Seseorang

Page 29: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

16

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90

mmHg (Rizaldy, 2010). Menurut Baradero (2008) penentuan

individu didiagnosis hipertensi harus berdasarkan pengukuran

tekanan darah tidak hanya sekali dan konsisten meningkat.

Pengukuran tekanan darah harus diukur dengan posisi duduk atau

berbaring.

Hipertensi akan memacu munculnya timbunan plak pada

pembuluh darah besar (aterosklerosis). Timbunan plak akan

menyempitkan lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak

stabil akan mudah pecah dan terlepas. Plak yang terlepas

meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih

kecil. Bila ini terjadi maka, timbul stroke (Rizaldy, 2010).

Berdasarkan Riskesdas 2013 dikatakan hipertensi apabila pernah

didiagnosis mengalami hipertensi oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

2) Jenis Hipertensi

Ada dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi

adalah hipertensi primer. Penyebab hipertensi primer tidak jelas,

beberapa teori menunjukkan adanya faktor genetik, perubahan

hormon, dan perubahan simpatis (Baradero, 2008) sedangkan

hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang

sebelumnya diderita. Adapun penyakit pemicu hipertensi sekunder

diantaranya penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada

Page 30: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

17

kelenjar gondok, efek obat-obatan, dan karena kelainan pembuluh

darah, serta pada kehamilan. Hampir 90% penderita hipertensi

tergolong hipertensi primer, sedangkan 10% tergolong hipertensi

sekunder (Setiawan dkk, 2008).

Menurut Rizaldy (2010) klasifikasi hipertensi seperti dalam

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1

Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistole Diastole

Normal <120 <80

Pra Hipertensi 120-139 80-90

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

3) Penyebah Hipertensi

Menurut Tambayong (2000) penyebab hipertensi yaitu

obesitas, stres, diet tinggi garam, diabetes mellitus, merokok,

riwayat keluarga, kurang olahraga. Meskipun hipertensi belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah

menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor

keturunan, ciri perorangan dan kebiasaan hidup (Gunawan, 2007).

a. Faktor Keturunan

Page 31: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

18

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi (Gunawan, 2007).

b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya

hipertensi adalah usia, jenis kelamin, dan ras. Usia yang

bertambah akan menyebabkan terjadinya hipertensi.

Tekanan darah pada laki-laki umumnya lebih tinggi

dibandingkan perempuan (Gunawan, 2007).

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering mneyebabkan

timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi,

kegemukan atau makan berlebihan, stres, dan pengaruh lain

(Gunawan, 2007).

1.Konsumsi Garam Yang Tinggi

Dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita

oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi

garam rendah. Pembatasan konsumsi garam dapat

menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam oleh

obat deuretik akan menurunkan tekanan darah lebih

lanjut.

2.Kegemukan atau Makan Berlebihan

Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan

menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah

Page 32: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

19

terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan

tekanan darah.

3.Stres atau Ketegangan Jiwa

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan

jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih

cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan

meningkat.

4.Pengaruh Lain

Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya

tekanan darah yaitu merokok, minum alkohol, minum

obat-obatan .

b. Status Merokok

Menurut Sorganvi dkk (2014) merokok berisiko 2 kali lebih

besar terkena stroke. Berbagai penelitian menghubungkan

kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko penyakit pembuluh

darah (termasuk stroke). Merokok mempunyai risiko 2,2 kali lebih

besar terkena stroke (Sorganvi dkk, 2014). Merokok memacu

peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh

darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Merokok

meningkatkan risiko stroke sampai 2 kali lipat (Rizaldy, 2010).

Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok

terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin,

karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin

Page 33: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

20

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan

menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol,

sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan

viskositas darah yang semuanya mempercepat aterosklerosis pada

lapisan endotel. Dengan demikian, merokok akan menaikkan

fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL

kolestrol yang percepat aterosklerosis (Mahendra dkk, 2004).

Rokok mengandung bahan kimia toksik diantaranya adalah

nikotin, tar, karbonmonoksida, ammonia, dan lain-lain. Nikotin

adalah kandungan utama dalam rokok. Apabila merokok, nikotin

akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam

otak. Dibutuhkan waktu 7 detik, sejak nikotin dihisap hingga

menuju otak. Nikotin yang masuk ke dalam otak akan

menyempitkan pembuluh darah pada otak sehingga aliran darah ke

otak terhambat sehingga sel-sel otak rusak atau mati yang

kemudian dikenal sebagai stroke (Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ;

Wibowo, 2005)

c. Diabetes Mellitus

Hyperinsulinemia adalah penyebab diabetes yaitu adanya

kelebihan kadar insulin dalam peredaran darah. Hal tersebut

mengakibatkan tubuh menyerap lebih banyak garam yang

menstimulasi sistem saraf simpatik. Hal ini mempengaruhi struktur

pembuluh darah yang tentu saja berhubungan dengan tekanan

Page 34: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

21

darah. Tekanan darah tinggi yang berkaitan dengan nephropathy

diabetes biasanya ditunjukkan dengan adanya garam dan

penahanan cairan. Banyaknya cairan yang tertahan di tubuh ini

akan menyebabkan peningkatan volume darah dalam pembuluh

darah. Nephropathy diabetes biasanya menyebabkan hipertensi

(Deherba, 2012).

Diabetes mellitus adalah gangguan menahun pada sistim

metabolisme karbohidrat, lemak dan juga protein dalam tubuh.

Gangguan metabolisme tersebut disebabkan kurangnya produksi

hormon insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula

menjadi tenaga serta sintesis lemak (Endang, 2011). Apabila

pernah didiagnosis diabetes mellitus oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

d. Kadar Kolestrol dalam Darah

Kolestrol dibentuk dalam tubuh, yang terdiri dari dua

bagian utama yaitu kolestrol HDL dan kolestrol LDL. Kolestrol

LDL disebut sebagai kolestrol jahat, yang membawa kolestrol dari

hati ke dalam sel. Jumlah kolestrol LDL yang tinggi akan

menyebabkan penimbunan kolestrol di dalam sel. Hal ini akan

memacu munculnya proses aterosklerosis. Proses aterosklerosis

akan menimbulkan komplikasi pada organ. Proses tersebut pada

otak akan meningkatkan risiko terkena stroke (Rizaldy, 2010).

Kadar kolestrol dalam darah yang tinggi pada laki-laki mempunyai

Page 35: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

22

risiko 0,80 kali terkena stroke sedangkan pada perempuan

mempunyai 0,58 kali terkena stroke (Asplund dkk, 2009).

Kolestrol HDL disebut juga kolestrol baik, yang membawa

kolestrol dari sel ke hati. Kadar kolestrol HDL yang rendah secara

konsisten dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung

koroner dan stroke (Rizaldy, 2010). Profil lemak pada umumnya

diperiksa setelah seseorang berpuasa 6-8 jam. Profil lemak yang

normal adalah: kadar kolestrol darah dibawah 200 mg/dl, kadar

kolestrol LDL dibawah 150 mg/dl, kadar darah otak disebelah

kanan menyebabkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri.

Sebaliknya, gangguan pada otak sebelah kanan menimbulkan

kelemahan anggota gerak sebelah kiri (Rizaldy, 2010).

e. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penelitian kohort oleh Raso dkk (2006) menunjukkan

individu yang mengalami aterosklerosis mempunyai risiko

mengalami PJK dan stroke. Kondisi aterosklerosis berisiko

menyebabkan stroke lebih tinggi dibandingkan individu yang sehat

atau tidak mengalami aterosklerosis (Raso dkk, 2006).

Penyakit penyerta PJK salah satunya stroke karena

disebabkan oleh aterosklerosis. Penyakit stroke ditandai dengan

adanya perdarahan pada pembuluh darah yang disebabkan tekanan

darah tinggi dan aterosklerosis. Faktor risiko stroke dan PJK

disebabkan oleh faktor risiko yang hampir sama seperti merokok

dan hipertensi (WHO, 2011).

Page 36: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

23

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung

yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya

aterosklerosis maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau

plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau

tanpa gejala (Kabo, 2008). Penyakit jantung koroner adalah suatu

kondisi di mana plak dalam koroner (jantung) arteri. Plak terdiri

dari kolesterol, lemak, kalsium, dan zat lain yang ditemukan dalam

darah. Ketika plak menumpuk di arteri, kondisi ini disebut

aterosklerosis (National Institutes of Health, 2012). Apabila pernah

didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark

miokard) oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)

(Kemenkes, 2013).

Hasil penelitian dengan desain kasus kontrol yang

dilakukan oleh Sitorus (2008) di Semarang bahwa mayoritas stroke

tidak PJK lebih besar (96%) dibandingkan individu PJK (4%).

Sitorus (2008) juga membuktikan bahwa risiko individu dengan

status PJK yang terkena stroke sebesar 0,65. Penelitian kohort yang

dilakukan Bener dkk (2005) pada tahun 1999 sampai 2003 di Qatar

menunjukkan bahwa pasien acute myocardial infarction (AMI)

mempunyai risiko terkena stroke sebesar 6,07 kali. Jumlah kasus

stroke dengan status AMI adalah sebesar 32 kasus sedangkan,

kasus stroke dengan status AMI yang disertai hipertensi juga

sebesar 32 kasus (Bener dkk, 2005).

Page 37: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

24

Kelainan jantung akan meningkatkan risiko stroke adalah

aritmia jantung. Aritmia merupakan kelainan yang ditandai oleh

detak jantung yang tidak teratur. Kelainan tersebut berpotensi

menimbulkan suatu bekuan sel trombosit, yang dapat bermigrasi

dari jantung dan menyumbat arteri di otak, menimbulkan stroke.

Pengobatan yang tepat dapat menekan risiko terjadinya stroke

(Genis, 2009).

Page 38: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

25

E. Kerangka teori

Beberapa faktor risiko stroke yaitu usia, jenis kelamin, hipertensi,

status merokok berdasarkan hasil penelitian oleh Kristiyawati dkk (2009)1,

Gunawan (2007)2, Price dan Wilson (2006)

3, Kabo (2008)

4, Sallika

(2010)5, Wibowo (2005)

6, Rizaldy (2010)

7

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

HIPERTENSI7

STROKE

Status

merokok4,5,6 Usia

1 Jenis

kelamin2,3

Page 39: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

26

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian stroke. Oleh karena

itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan

kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Faktor risiko stroke

lainnya (usia, jenis kelamin, status merokok) diketahui berhubungan dan

meningkatkan risiko kejadian stroke. Peneliti ingin mengetahui berapa

besar risiko yang didapat pada individu hipertensi jika dipengaruhi oleh

faktor risiko stroke lainnya. Pada penelitian ini faktor risiko lainnya akan

dijadikan karakteristik individu. Oleh karena itu, penelitian ini juga

bertujuan untuk mengetahui risiko dari individu hipertensi berdasarkan

karakteristik individu terhadap kejadian stroke. Kerangka konsep

penelitian berdasarkan variabel faktor risiko pada beberapa penelitian

sebelumnya oleh Kristiyawati dkk (2009), Gunawan (2007), Price dan

Wilson (2006), Kabo (2008), Sallika (2010), Wibowo (2005), Rizaldy

(2010)

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

HIPERTENSI STROKE

Usia Jenis

Kelamin

Status

Merokok

Page 40: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

27

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1. Stroke Apabila pernah didiagnosis menderita

penyakit stroke oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Pernah didiagnosis stroke :

0. Ya

1. Tidak

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

2. Hipertensi Apabila pernah didiagnosis mengalami

hipertensi oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Hipertensi:

0. Ya (hasil pengukuran

tekanan darah sistolik

≥140 mmHg)

1. Tidak (hasil pengukuran

tekanan darah sistolik

<140)

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

3. Usia Usia individu mulai sejak lahir hingga sampai

usia ulang tahun terakhir saat Rumah Tangga

individu tersebut menjadi sampel Riset

Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013).

Kuesioner Usia dalam satuan tahun:

0. ≥40 tahun

1. <40 tahun

(Usrin, 2013)

Ordinal

4. Jenis

Kelamin

Jenis kelamin individu berdasarkan kartu

keluarga

Kuesioner Jenis Kelamin:

0. Laki-laki

1. Perempuan

Ordinal

Page 41: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

28

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

(Kemenkes, 2013)

5. Status

Merokok

Status konsumsi rokok individu selama satu

bulan terakhir. Dikatakan merokok apabila

merokok setiap hari atau kadang-kadang.

Pernah merokok apabila tidak merokok tetapi

pernah merokok sebelumnya. Tidak merokok

apabila tidak pernah merokok

Kuesioner Status merokok selama 1 bulan

terakhir:

0. Merokok

1. Pernah Merokok

2. Tidak Merokok

(Kemenkes, 2013)

Ordinal

Page 42: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

29

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke di

Sulawesi Selatan tahun 2013

Page 43: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan

desain cross-sectional, dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar

tahun 2013. Riskesdas adalah sebuah survei dengan desain cross sectional.

Riskesdas 2013 dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan

penduduk di seluruh pelosok Indonesia, yang terwakili oleh penduduk di

tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2013).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian Riskesdas dilakukan pada 1 Mei- 30 Juni 2013. Analisis

lanjut dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Data sekunder diperoleh dari

baseline/dataset Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 dengan

menganalisis data Provinsi Sulawesi Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang menjadi

responden dalam penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di

Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013. Adapun populasi tersebut yang

tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Sulawesi Selatan

adalah 48.129 respoden.

Page 44: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

31

2. Sampel Penelitian

Sampel atau data individu yang dianalisis lanjut dalam penelitian

ini merupakan individu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Individu yang menjadi responden dalam Riset Kesehatan

Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013.

b. Kriteria Eksklusi

Individu yang berusia <15 tahun yang menjadi responden

dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi Sulawesi

Selatan tahun 2013.

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu seluruh

total populasi Sulawesi Selatan 2013 dengan melihat kriteria inklusi

dan ekslusi dengan jumlah 33.371 sampel. Berdasarkan jumlah sampel

yang tersedia untuk dianalisis, maka dapat dihitung kekuatan uji pada

masing variabel-variabel. Perhitungan kekuatan uji (1-β) berdasarkan

rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two tail), sebagai

berikut:

(

√ ̅ ̅ √ )

Keterangan:

Z1-α/2: Nilai Z pada derajat kepercayaan 95% ( 1,96)

Z1-β: Nilai Z dari kekuatan uji

Page 45: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

32

P1 : Proporsi kelompok 1 dari penelitian terdahulu

P2 : Proporsi kelompok 2 dari penelitian terdahulu

P :

Deff: Desain efek, yaitu perbandingan (rasio) antara varian

yang diperoleh pada sampel acak kompleks dengan varians

yang diperoleh jika pengambilan sampel dilakukan secara acak

sederhana. Peneliti menentukan deff sebesar 2.

Berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis pada 2 proporsi (two

tail) hasil perhitungan kekuatan uji (1-β) adalah 99%.

D. Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel Stroke

Variabel stroke diukur melalui wawancara individu saat menjadi

responden Riskesdas tahun 2013. Pengukuran stroke berdasarkan

diagnosis stroke oleh tenaga kesehatan.

2. Variabel Hipertensi

Variabel hipertensi merupakan fakor utama terjadinya stroke.

Hipertensi diukur dengan wawancara berdasarkan diagnosis hipertensi

oleh tenaga kesehatan. hasil pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mempunyai riwayat hipertensi dan tidak

mempunyai riwayat hipertensi.

3. Variabel Demografi

Variabel demografi yang diukur dalam penelitian ini meliputi usia

dan jenis kelamin yang dikumpulkan saat penelitian Riskesdas tahun

Page 46: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

33

2013 pengumpulan variabel dengan wawancara dan validasi dengan

kartu identitas responden dan kemudian dicatat dalam kuesioner.

4. Variabel Merokok

Variabel merokok dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

status merokok individu dalam satu bulan terakhir. Kategori dalam

variabel ini dibedakan menjadi kategori merokok, pernah merokok,

dan tidak pernah merokok.

E. Manajemen Data

Sebelum manajemen data dilakukan oleh peneliti, kegiatan

pengelolaan data dan pembuatan dataset dilakukan oleh Litbangkes

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terlebih dahulu. Manajemen

dataset/baseline data Riskesdas tahun 2013 oleh Peneliti. Berikut beberapa

kegiatan yang dilakukan setelah menerima dataset Riskesdas tahun 2013

sebelum melakukan analisis data lebih lanjut:

1. Filter, yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian.

Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah variabel pada unit

analisis dalam dataset dapat dianalisis lanjut. Peneliti sebelumnya

mengidentifikasi pertanyaan pada Kuesioner Riskesdas 2013 yang

dianggap berkaitan dengan hubungan hipertensi dengan kejadian

stroke di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya. Berikut kode variabel penelitian pada Riskesdas 2013:

Page 47: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

34

Tabel 4. 1

Variabel dan Kode Variabel

No Variabel Kode Variabel

1. Usia B4K7THN

2. Jenis Kelamin JK

3. Hipertensi B18

4. Stroke B31

5. Status Merokok G05

2. Cleaning (Pembersihan data), memeriksa kembali kemungkinan

adanya data yang tidak konsisten dan missing data dengan analisis

frekuensi terhadap masing-masing variabel penelitian. Peneliti

mengeluarkan data responden yang berusia <15 tahun dari dataset.

Proses cleaning diawali dengan melakukan analisis univariat pada

semua variabel independen dan dependen yang akan diteliti. Analisis

menggunakan software pengolah data akan menampilkan data missing.

Pada analisis univariat yang dilakukan pada variabel independen

dan dependen tidak terdapat missing. Sehingga pada variabel

hipertensi, stroke, usia, jenis kelamin dan status merokok terdapat

33.371 sampel karena terdapat angka ekstrim yang harus dikeluarkan

dari sampel dan tidak akan dianalisis lanjut. Angka ekstrim pada

variabel usia dikeluarkan dari sampel dikarenakan dapat

mempengaruhi nilai rata-rata usia.

3. Recoding (Pengkodean ulang), memberikan kode baru untuk setiap

variabel penelitian yang perlu ditambah.

Page 48: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

35

Tabel 4. 2

Kode Variabel Baru

No Variabel Kode Awal Kode Akhir

1. Stroke 1. Ya

2. Tidak

0. Ya

1. Tidak

2. Hipertensi 1. Ya

2. Tidak

0. Ya

1. Tidak

3. Usia Numerik 0. ≥40 tahun

1. <40 tahun

4. Jenis

kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

0. Laki-Laki

1. Perempuan

5. Status

merokok

1. Ya, setiap hari

2. Ya, kadang-

kadang

3. Tidak, namun

sebelumnya

merokok setiap

hari

4. Tidak, namun

sebelumnya

merokok

kadang-kadang

5. Tidak pernah

sama sekali

0. Merokok

1. Pernah

merokok

2. Tidak merokok

F. Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari

analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan proporsi variabel

penelitian pada individu yang hipertensi mengalami stroke kemudian

hasil analisis disajikan dalam tabel. Analisis univariat juga dilakukan

Page 49: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

36

untuk melihat proporsi variabel stroke berdasarkan karakteristik

individu (usia, jenis kelamin, status merokok).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan antara dua variabel penelitian untuk menghasilkan

odds ratio (OR) dan 95% confidence interval (CI). Uji yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Uji Chi-Square.

Page 50: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

37

BAB V

HASIL

A. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 1

Proporsi Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa proporsi individu yang mengalami

stroke dengan hipertensi (67,7%) lebih besar dibandingkan dengan

individu tidak hipertensi (32,3%) sedangkan, mayoritas individu tidak

hipertensi tidak mengalami stroke.

B. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun

2013

Tabel 5.2 menujukkan bahwa proporsi individu yang mengalami

stroke pada jenis kelamin perempuan maupun laki-laki tidak jauh berbeda.

Mayoritas individu yang mengalami stroke yaitu usia ≥40 tahun, status

tidak merokok.

Hipertensi

Stroke Tidak Stroke

n % n %

Ya 205 67,7 3456 10,5

Tidak 98 32,3 29612 89,5

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Page 51: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

38

Tabel 5. 2

Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun

2013

Variabel Karakteristik Individu

Stroke Tidak

Stroke

n % n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 147 48,5 15018 45,4

Perempuan 156 51,5 18050 54,6

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Kategori Usia Individu

≥40 tahun 290 95,7 16736 50,6

<40 tahun 13 4,3 16332 49,4

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Status Merokok

Merokok 72 23,8 9528 28,8

Pernah Merokok 37 12,2 1795 5,4

Tidak Merokok 194 64,0 21745 65,8

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

C. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan

Tahun 2013

Tabel 5. 3

Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun

2013

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kejadian stroke. Individu hipertensi

mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

individu tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai risiko 17,92 kali

terkena stroke dibandingkan dengan tidak hipertensi.

Hipertensi

Stroke Tidak Stroke OR (95% CI)

n % n %

Ya 205 67,7 3456 10,5 17,92 (14,05-22,86)

Tidak 98 32,3 29612 89,5 Ref (1,00)

Jumlah 303 100,0 33068 100,0

Page 52: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

39

D. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut

Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Tabel 5. 4

Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Karakteristik Individu di

Sulawesi Selatan Tahun 2013

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

Laki-laki Hipertensi 91 61,9 14030 93,4 23,07 (16,44-32,39)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 56 38,1 988 6,6

Perempuan Hipertensi 114 73,1 2468 13,7 17,13 (12,00-24,47)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 42 26,9 15582 86,3

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Usia

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

≥40 tahun Hipertensi 199 68,6 2894 17,3 10,46 (8,13-13,44)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 91 31,4 13842 82,7

<40 tahun Hipertensi 6 46,2 562 3,4 24,05 (8,05-71,79)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 7 53,8 15770 96,6

Tidak Hipertensi 89 32,2 29245 90,0

Hubungan Hipertensi Dengan Stroke Menurut Status Merokok

Stroke Tidak Stroke OR (95%CI)

n % n %

Merokok Hipertensi 45 62,5 527 5,5 28,46 (17,52-46,24)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 27 37,5 9001 94,5

Pernah merokok Hipertensi 24 64,9 276 15,4 10,16 (5,11-20,19)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 13 35,1 1519 84,6

Tidak merokok Hipertensi 136 70,1 2653 12,2 16,87 (12,37-23,00)

Ref (1,00) Tidak Hipertensi 58 29,9 19092 87,8

Berdasarkan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan stroke. Individu

hipertensi pada laki-laki 23,07 kali lebih berisiko terkena stroke

dibandingan dengan perempuan. Berdasarkan usia, baik ≥40 tahun

maupun <40 tahun mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi

dengan stroke. Individu hipertensi pada usia <40 tahun 24,05 kali lebih

berisiko terkena stroke dibandingkan dengan usia ≥40 tahun.

Berdasarkan status merokok, pernah merokok maupun tidak

Page 53: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

40

merokok mempunyai hubungan signifikan antara hipertensi dengan

kejadian stroke. Individu hipertensi pada status merokok 28,46 lebih

berisiko terkena stroke dibandingkan dengan status pernah merokok dan

tidak merokok.

Page 54: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

41

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran

variabel independen (hipertensi) dan variabel dependen (stroke)

dilakukan dalam satu waktu. Hal ini menyebabkan tidak dapat

diketahui secara pasti variabel independen yang diukur mendahului

variabel dependen atau sebaliknya. Sehingga penelitian ini tidak dapat

menjelaskan hubungan kausalitas menurut hubungan waktu terjadinya

hipertensi dengan kejadian stroke.

2. Pengukuran variabel yang berpotensi bias informasi terjadi pada

pengukuran variabel stroke, hipertensi dapat disebabkan karena hanya

berdasarkan hasil wawancara tanpa validasi pencatatan diagnosis

penyakit tersebut. Pada variabel status merokok, merokok

dikategorikan menjadi 5 kategori. Kategori merokok menunjukan

individu yang masih merokok pada saat diwawancara tetapi tidak

dibedakan berdasarkan lama merokok, sehingga individu yang belum

mempunyai risiko juga termasuk dalam kategori merokok.

Page 55: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

42

B. Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi

dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu peneliti

menggunakan data sekunder skala Provinsi pada penelitian Riset

Kesehatan Dasar tahun 2013. Penelitian akan melakukan analisis lanjut

berupa analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat dilakukan dalam

dua tahap, tahap pertama untuk melihat hubungan hipertensi dengan

stroke, tahap kedua untuk melihat hubungan hipertensi dengan stroke

berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok).

1. Stroke Menurut Hipertensi di Sulawesi Selatan Tahun 2013

Proporsi individu hipertensi yang mengalami stroke mempunyai

proporsi lebih besar dibandingkan dengan tidak hipertensi. Hasil

penelitian menujukkan bahwa kejadian stroke terjadi pada penderita

hipertensi (88,3%) lebih besar dibandingkan kejadian stroke pada

penderita tidak hipertensi (11,7%). Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian sebelumnya bahwa sebagian besar individu hipertensi

mengalami stroke (Sofyan, 2015).

Hipertensi akan memacu munculnya timbunan plak pada pembuluh

darah besar (aterosklerosis). Timbunan plak akan menyempitkan

lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah

pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko

tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi

maka, timbul stroke (Rizaldy, 2010). Oleh karena itu, hasil analisis

Page 56: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

43

menunjukkan individu hipertensi mempunyai proporsi lebih besar pada

individu yang mengalami stroke dibandingkan dengan individu yang

tidak mengalami stroke. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang menunjukkan proporsi individu hipertensi yang mengalami

stroke lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami stroke

(Sofyan, 2015).

Individu hipertensi cenderung mengalami stroke dikarenakan

hipertensi adalah faktor risiko paling berpengaruh terhadap kejadian

stroke. Hal tersebut sesuai dengan Luecknotte dan Meiner (2006),

bahwa faktor risiko yang paling berkontribusi terhadap kejadian stroke

adalah hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah

yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh

darah di otak, maka terjadi pendarahan di otak yang dapat berakibat

kematian. Stroke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah

yang tidak mengalir lancar di pembuluh yang sudah menyempit

(Vitahealth, 2004).

2. Stroke Menurut Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun

2013

a) Jenis kelamin

Jenis kelamin perempuan maupun laki-laki mempunyai

proporsi stroke hampir sama. Meskipun demikian, proporsi

individu dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami stroke

lebih besar (51,5%) dibandingkan individu dengan jenis kelamin

laki-laki (48,5%). Hasil penelitian ini serupa dengan yang

Page 57: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

44

dilakukan oleh Yenni (2011) bahwa proporsi individu yang

mengalami stroke berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki. Hasil menunjukkan bahwa

mayoritas yang mengalami stroke berjenis kelamin perempuan.

Penelitian serupa juga ditemukan Darmanto (2014) di

Bangsal dan Poliklinik Saraf RSUD DR. SOEDARSO Pontianak

berdasarkan jenis kelamin, stroke banyak dijumpai pada jenis

kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Estrogen dapat

memberikan tambahan risiko untuk stroke iskemik. Penelitian yang

dilakukan oleh women’s health initiative menemukan bahwa

16.608 perempuan (95% dari pasien tidak memiliki penyakit

serebrovaskular sebelumnya) yang mendapat estrogen plus

progestin meningkatkan stroke iskemik sebesar 44% (Palm dkk,

2012 dalam Darmanto, 2014).

Hal tersebut diperkuat oleh hasil Riskesdas tahun 2013

menunjukkan bahwa mayoritas hipertensi adalah jenis kelamin

perempuan sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke

(Kemenkes, 2013). Usia harapan hidup perempuan lebih panjang

dibandingkan laki-laki, sehingga jumlah penduduk perempuan

lebih banyak ditemukan dibandingkan laki-laki sehingga,

kemungkinan yang terambil sebagai sampel juga lebih banyak

perempuan (Yenni, 2011). Stroke diderita oleh usia >40 tahun

bahwa pada usia tersebut perempuan cenderung mengalami

menopause (Kemenkes, 2013).

Page 58: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

45

Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Palm dkk (2012)

di Jerman bahwa proporsi stroke pada jenis kelamin laki-laki lebih

besar dibandingkan perempuan. Serupa dengan penelitian tersebut,

Marlina (2011) melakukan penelitian di RSUP. H. Adam Malik

Medan bahwa proporsi stroke pada laki-laki lebih besar

dibandingkan perempuan. Pada penelitian Sitorus (2002) di RSU

Herna Medan juga menemukan hal serupa bahwa proporsi stroke

kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa proporsi stroke

lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan

jenis kelamin perempuan (Sofyan, 2015). Kejadian stroke lebih

besar pada jenis kelamin laki-laki karena perempuan cenderung

mengalami stroke pasca menopause. Hal ini berkaitan dengan teori

yang dikatakan bahwa kejadian stroke pada perempuan juga

dikatakan meningkat pada usia pasca menopause, karena sebelum

menopause perempuan dilindungi oleh hormon esterogen yang

berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL),

dimana HDL berperan penting dalam pencegahan proses

aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006).

Menurut buku stroke di usia muda oleh Holistic Health

Solution (2011) bahwa laki-laki lebih berisiko terkena stroke

daripada perempuan, namun penelitian menyimpulkan bahwa

kematian akibat stroke lebih banyak pada perempuan. Risiko

stroke 20% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Setelah

Page 59: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

46

perempuan menginjak usia 55 tahun, kadar estrogen menurun

karena menopause kemudian akibatnya risiko stroke lebih tinggi

pada perempuan daripada laki-laki. Untuk itu, fokus pada faktor

risiko yang dapat diubah, seperti tekanan darah tinggi, merokok,

kolesterol, kurang aktivitas fisik, kegemukan maupun konsumsi

alkohol berlebihan. Dengan mengetahui, menjaga, dan menangani

faktor-faktor di atas risiko stroke dapat dikurangi.

b) Usia

Proporsi individu yang mengalami stroke kategori usia >40

tahun lebih besar dibandingkan dengan individu dengan kategori

<40 tahun. Hasil penelitian Lestari (2010) bahwa kejadian stroke

pada usia >55 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia 40-55

tahun. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Sofyan (2012)

di Rumah Sakit Umum Sulawesi Tenggara bahwa kejadian stroke

banyak terjadi di usia >55 tahun (67,5%) dibandingkan dengan usia

40-55 tahun (32,5%).

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi).

Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50

tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di

bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan

dalam sejumlah kasus, penderita penyakit stroke masih berusia di

bawah 30 tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah

usia seseorang maka risiko terkena stroke juga semakin besar. Hal

Page 60: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

47

tersebut didukung oleh teori yang mengatakan bahwa setelah usia

55 tahun, setiap pertambahan usia 10 tahun maka risiko stroke

meningkat dua kali lipat. Dua pertiga dari kasus stroke adalah usia

65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak

dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009).

Perubahan struktur pembuluh darah yang terjadi mulai

dapat dilihat ketika seseorang memasuki umur 40 tahun (Usrin,

2013). Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan

usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ

tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah

otak. Pembuluh darah menjadi tidak elastis terutama bagian

endotel yang mengalami penebalan pada bagian intima, sehingga

mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin sempit dan

berdampak pada penurunan aliran darah otak (Kristiyawati dkk,

2009).

c) Status merokok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas individu

dengan status tidak merokok mengalami stroke. Hal tersebut bisa

saja terjadi karena adanya faktor lain yang menyebabkan stroke

seperti hipertensi, kadar kolestrol tinggi, DM, PJK dan lain-lain.

Pada tahun 2007 (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menyebutkan

bahwa sebanyak 40,5% populasi Indonesia adalah perokok pasif.

Sumber yang sama menyebutkan bahwa 78,4% perokok pasif

terpapar asap rokok di rumah, dan 85,4% terpapar asap rokok di

Page 61: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

48

tempat makan umum (Gumilang, 2015). Menurut buku rahasia dan

cara empatik berhenti merokok oleh dr. Aiman Husaini (2007)

individu yang tidak merokok atau perokok pasif dikenal dengan

nama involuntary smoking adalah istilah yang diberikan bagi

mereka yang tidak merokok namun, mereka seolah dipaksa untuk

menghirup asap rokok dari perokok aktif.

Perokok pasif lebih berbahaya 3 kali lipat dibandingkan

dengan menghisap rokok sendiri (perokok aktif). Hal tersebut

disampaikan oleh Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan

Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan bahwa 25% zat yang

berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok,

sedangkan 75% beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke

tubuh orang disekelilingnya (Gumilang, 2015).

Kandungan rokok terdiri dari nikotin dan tar. Semakin

meningkat kandungan nikotin dan tar maka semakin meningkat

pula bahaya dari asap yang dihasilkan yang dihirup oleh perokok

pasif. Perokok pasif mereka lebih rentan berbagai bahaya rokok

bila menghirup asap sidestream yakni, asap yang dihasilkan dari

rokok yang menyala bukan dari hisapan sendiri dibandingkan

dengan mereka yang menghirup asap mainstream yakni, asap yang

dihasilkan oleh perokok aktif (Husaini, 2007).

Meskipun hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas

individu yang mengalami stroke berstatus tidak merokok, individu

yang mengalami stroke dengan status merokok lebih besar

Page 62: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

49

dibandingkan dengan individu status pernah merokok. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kirtania dkk (2010) yang

menunjukkan mayoritas individu yang mengalami stroke berstatus

merokok.

Hasil penelitian didukung oleh teori bahwa serangan stroke

bagi perokok dikarenakan pada rokok terdapat bahan-bahan

berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin, karbon monoksida,

nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin menyebabkan

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Dengan demikian, merokok

akan menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit,

menurunkan HDL kolestrol yang percepat aterosklerosis

(Mahendra dkk, 2004).

3. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan

Tahun 2013

Hipertensi yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah secara

abnormal dan terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor

yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahanan

tekanan darah secara normal (Hayens, 2003). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa individu hipertensi mempunyai hubungan yang

signifikan dengan kejadian stroke. Individu dengan status hipertensi

mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

individu dengan status tidak hipertensi. Individu hipertensi mempunyai

Page 63: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

50

risiko 17,92 kali terkena stroke dibandingkan individu tidak hipertensi

dengan nilai 95% CI (14,05-22,86) menyimpulkan bahwa hasil temuan

ini signifikan secara statistik karena batas bawah kepercayaan 14,05

berada jauh di atas 1,0.

Pada penelitian ini tidak membedakan stroke berdasarkan jenisnya.

Hal tersebut karena pada kuesioner Riskesdas 2013 hanya menanyakan

kepada responden terkait mengalami atau tidak mengalami stroke dan

tidak dibedakan berdasarkan jenis stroke. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian sebelumnya oleh Sukmawati (2011) individu hipertensi

berisiko 20 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

individu tidak hipertensi. Penelitian lain juga mengatakan bahwa

individu hipertensi mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terkena

stroke dan mempunyai hubungan signifikan (Zhang, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk tahun 2010

di Kota Havana dan Provinsi Matanzas, Kuba bahwa individu yang

mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena stroke.

Berdasarkan hasil penelitian Sorganvi dkk di India tahun 2014

hipertensi meningkatkan risiko 3,80 kali terkena stroke. Hal tersebut

karena tekanan darah diastolik diatas 100mmHg akan meningkatkan

risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang

normal (Mahendra dkk, 2004).

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa hipertensi

dengan stroke berbanding lurus artinya individu dengan status

hipertensi akan semakin berisiko terkena stroke. Hipertensi

Page 64: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

51

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya

tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen.

Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal bermuatan

positif menarik trombosit yang bermuatan negatif, sehingga terjadi

agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase

sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh

darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan

berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah

stroke (Burhanuddin, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Sukmawati di Rumah Sakit

Umum Pusat DR. KARIADI Semarang tahun 2011 menunjukkan

bahwa antara hipertensi dengan kejadian stroke menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna secara signifikan. Hal ini berdasarkan teori

yang menyebutkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko

terjadinya stroke. Seseorang yang mengalami hipertensi akan

menimbulkan aneurisma serta disfungsi endotelial pembuluh darah,

jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan

menimbulkan emboli dan trombus sehingga berisiko tinggi

menimbulkan stroke (Jenie, 2011 dalam Sukmawati, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Prasetya (2002) di RSU Prof. Margono Soekarjo Purwokerto

bahwa tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik

≥90 mmHg mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

stroke iskemik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa individu dengan

Page 65: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

52

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg mempunyai risiko 5,12 kali lebih

besar terkena stroke iskemik dan individu dengan tekanan darah

diastolik ≥90 mmHg mempunyai risiko 3,10 kali lebih besar untuk

terkena stroke iskemik (Prasetya, 2002 dalam Darmanto, 2014).

Hipertensi yang berlangsung kronik dapat menyebabkan disfungsi

endotel. Endotel yang sehat akan mengeluarkan Nitrit Oxide (NO)

yang nantinya berperan mengatur dilatasi dan konstriksi pembuluh

darah secara seimbang. NO yang dihasilkan dari endotel yang

mengalami disfungsi kadarnya akan berkurang sehingga akan timbul

efek proinflamasi, prokoagulan, dan protrombotik yang bisa mengubah

struktur pembuluh darah. Hipertensi juga akan meningkatkan stres

oksidatif terhadap pembuluh darah. Kombinasi dari disfungsi endotel

dan stres oksidatif ini akan mempercepat proses aterosklerosis yang

selanjutnya mempersempit pembuluh darah dan menyebabkan

pembentukan plak. Lumen pembuluh darah yang menyempit dapat

menyebabkan gangguan perfusi di jaringan otak sehingga sel-sel

neuron intraserebral lebih rentan terhadap kejadian stroke dan adanya

plak berisiko untuk terlepas sebagai embolus sehingga menyebabkan

stroke iskemik (Aiygari & Philip, 2011 dalam Darmanto, 2014).

4. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke Menurut

Karakteristik Individu di Sulawesi Selatan Tahun 2013

a) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat

hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut jenis

Page 66: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

53

kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa risiko stroke pada individu hipertensi berjenis kelamin laki-

laki 23,07 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan

perempuan ditunjukkan dengan nilai 95% CI (16,44-32,39)

menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik

karena batas bawah kepercayaan 16,44 berada jauh di atas 1,0.

Hasil penelitian ini didukung oleh Zhang (2008) yang

menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai risiko 0,95 kali lebih

besar terkena stroke dibandingkan perempuan. Hasil penelitian ini

serupa dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Puspita dan Putro (2008) yang mendapatkan bahwa pada jenis

kelamin laki-laki mempunyai risiko sebesar 4,37 kali terkena

stroke. Jenis kelamin laki-laki cenderung lebih berisiko terkena

stroke karena perempuan cenderung mengalami stroke pasca

menopause. Hasil studi kasus, laki-laki cenderung terkena stroke 3

kali berisiko dibanding dengan perempuan (Mahendra dkk, 2004).

Teori yang mendukung laki-laki lebih cenderung berisiko

stroke karena kejadian stroke pada perempuan meningkat pada usia

pasca menopause, karena sebelum menopause perempuan

dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam

pencegahan proses aterosklerosis (Price dan Wilson, 2006). Pola

hidup laki-laki lebih banyak memiliki kebiasaan merokok daripada

perempuan dan kebiasaan merokok ini merupakan salah satu faktor

Page 67: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

54

risiko yang dapat diperbaiki pada individu stroke. Insiden stroke

pada perempuan diperkirakan lebih rendah dibandingkan laki-laki,

akibat dari adanya estrogen yang berfungsi memberikan proteksi

pada proses aterosklerosis. Dilain pihak, pemakaian hormon

estrogen dengan dosis tinggi pada laki-laki dapat mengakibatkan

peningkatkan kematian akibat kardiovaskuler (Japardi, 2002).

b) Usia

Hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke

menurut usia menunjukkan bahwa usia ≥40 tahun berisiko 10,46

kali terkena stroke sedangkan, usia <40 tahun berisiko 24,05 kali

terkena stroke ditunjukkan dengan nilai 95% CI (8,05-71,79)

menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik

karena batas bawah kepercayaan 8,05 berada jauh di atas 1,0.

Confidence Interval yang lebar dikarenakan jumlah penderita

stroke pada usia <40 tahun sedikit.

Hal tersebut menunjukkan bahwa individu hipertensi pada

usia <40 tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke

dibandingkan usia ≥40 tahun. Hal tersebut didukung oleh Woro

Riyadina dan Ekowati Rahajeng (2011) di Kelurahan Kebon

Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor bahwa usia 35-44

tahun mempunyai risiko lebih besar terkena stroke dibandingkan

dengan usia 55-65 tahun.

Telah terjadi pergeseran penyakit (transisi epidemilogi).

Penyakit stroke tidak hanya menyerang kelompok usia di atas 50

Page 68: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

55

tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif di

bawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan

dalam sejumlah kasus, penderita stroke masih berusia di bawah 30

tahun (Junaidi, 2011 dalam Adhim, 2013). Hal tersebut dapat

terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda

di perkotaan modern. Ketika era globalisasi menyebabkan

informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat

segera mungkin meniru kebiasaan negara barat yang dianggap

cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti

mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak

tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kurang

berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup seseorang

terutama di perkotaan padahal perilaku tersebut merupakan faktor-

faktor risiko penyakit stroke (Sitorus, 2008).

Adanya perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi

makanan tinggi lemak, kurang berolahraga dan stres

mengakibatkan pergeseran usia risiko terkena stroke yaitu usia

muda <40 tahun. Hipertensi yang timbul saat usia muda (≤ 40

tahun) berisiko akan timbul komplikasi 5-10 tahun kemudian, salah

satunya stroke iskemik. Proses penuaan yang terjadi, dalam kasus

stroke terutama berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

pembuluh darah. Perubahan yang terjadi mulai dapat dilihat ketika

seseorang memasuki umur 40 tahun (Usrin, 2013).

Page 69: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

56

Reni Wulan Sari (2008) dalam buku dangerous junk food

mengatakan bahwa pada usia produktif, stroke dapat menyerang

terutama pada mereka yang gemar mengkonsumsi makanan

berlemak. Menurut Burhanuddin (2013) hadirnya stroke pada usia

muda berhubungan dengan gaya hidup kaum muda pada akhir-

akhir ini, seperti banyak mengkonsumsi makanan yang enak

berlemak serta cenderung malas bergerak. Hal ini dapat

menyebabkan lemak dalam tubuh menumpuk.

Konsumsi gula yang berlebihan alias menyukai makanan

yang manis-manis, kue-kue, cemilan manis, sirup, kopi, coklat, dan

sebagainya yang dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus.

Dimana penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu faktor

risiko stroke pada dewasa muda. Penyakit diabetes ini jika

ditambah dengan kadar kolestrol tinggi, trigliserida tinggi serta

tekanan darah juga tinggi, risiko terjadinya stroke 4 kali lipat lebih

besar (Nightingale dkk, 2008 dan Sitorus, 2008 dalam

Burhanuddin, 2013).

Menurut dr. Stephanie Pangau, MPH (2013) dalam tabloid

Reformata mengatakan bahwa stroke pada usia muda dibawah 45

tahun dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pola hidup yang

kurang sehat (kurang istirahat, gila kerja, makan tidak teratur,

kurang olahraga, stres), pola makan yang tidak sehat

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang konsumsi sayur

dan buah, adanya kelainan bawaan seperti kelainan bentuk

Page 70: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

57

anatomis arteri vena yang bisa menyebabkan terjadi gejala stroke

perdarahan pembuluh otak bila tekanan darah tiba-tiba meningkat

selain itu, bisa juga terjadi stroke karena adanya infeksi atau tumor

otak, pemakaian napza yang sebagian besar pemakainya berusia

muda.

Genis (2009) dalam buku berjudul stroke hanya menyerang

orang tua mengatakan bahwa setelah usia 55 tahun, risiko stroke

meningkat dua kali lipat. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa usia <40 tahun juga mempunyai risiko yang besar terkena

stroke. Hasil penelitian didukung oleh Sofyan (2015) menunjukkan

ada hubungan antara usia dengan kejadian stroke. Hasil penelitian

Lestari (2010) bahwa proporsi usia >55 tahun lebih banyak

menderita stroke dibandingkan dengan kelompok usia 40-55 tahun.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Puspita dan Putro

(2008) yang menyatakan bahwa risiko terjadinya stroke pada

kelompok usia >55 tahun adalah 3,64 kali. Peningkatan frekuensi

stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses

penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran

fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah menjadi

tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan

pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh

darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah

otak (Kristiyawati dkk, 2009).

Page 71: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

58

Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat

setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua pertiga dari kasus stroke

adalah usia 65 tahun. Angka kematian stroke yang lebih tinggi

banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Genis, 2009). Hasil

penelitian yang serupa membuktikan bahwa individu berusia di

atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik

meningkat 2 kali lipat setiap dekade (Mahendra dkk, 2004).

c) Status Merokok

Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa ada

hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut status

merokok, status pernah merokok dan status tidak merokok. Hasil

penelitian menujukkan bahwa individu hipertensi dengan status

merokok mempunyai risiko 28,46 kali lebih besar terkena stroke

dibandingkan dengan status pernah merokok dan status tidak

merokok ditunjukkan dengan nilai 95% CI (17,52-46,24)

menyimpulkan bahwa hasil temuan ini signifikan secara statistik

karena batas bawah kepercayaan 17,52 berada jauh di atas 1,0.

Hal tersebut didukung oleh Burhanuddin (2013) kebiasaan

merokok pasien akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti

aterosklerosis dan hipertensi yang merupakan faktor risiko utama

stroke. Pasien yang memiliki perilaku merokok dan memiliki

riwayat hipertensi lebih berisiko dibandingkan pasien merokok

namun tidak memiliki riwayat hipertensi.

Page 72: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

59

Hasil penelitian didukung oleh penelitian sebelumnya

bahwa merokok berisiko 2,42 kali terkena stroke (Sorganvi dkk,

2014). Hasil serupa dibuktikan oleh Zhang (2008) bahwa individu

dengan status merokok 2,38 kali lebih berisiko terkena stroke

sedangkan, individu dengan status pernah merokok 1,6 kali lebih

berisiko terkena stroke. Individu dengan kebiasaan merokok

mempunyai risiko 3,90 kali terkena stroke (Mahmudah, 2012).

Hasil yang mendukung juga dibuktikan oleh Setyarini (2013) ada

hubungan antara status merokok pada individu hipertensi dengan

risiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam

Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

Perokok berat mempunyai risiko stroke 2 kali lipat

dibandingkan dengan perokok ringan. Risiko stroke menurun jika

kebiasaan merokok dihentikan selama 2 tahun. Selain itu, jika tidak

lagi merokok hingga 5 tahun ke depan risiko terjadinya stroke

sama dengan mereka yang bukan perokok (Genis, 2009). Efek zat

kimia yang terdapat dalam rokok seperti tar, CO, nikotin, pestisida,

polonium dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi fibrinogen,

hematokrit dan agregasi platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik

dan aliran darah serebral, menyebabkan vasokonstriksi sehingga

mempercepat terjadinya plak aterosklerosis (Iskandar, 2002 dalam

Teguh, 2011).

Serangan stroke bagi perokok dikarenakan pada rokok

terdapat bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin,

Page 73: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

60

karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin

menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan

menurunkan HDL kolestrol dan meningkatkan LDL kolestrol,

sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan

viskositas darah yang semuanya mempercepat aterosklerosis pada

lapisan endotel. Dengan demikian, merokok akan menaikkan

fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL

kolestrol yang percepat aterosklerosis (Mahendra dkk, 2004).

Rokok mengandung bahan kimia toksik diantaranya adalah

nikotin, tar, karbonmonoksida, ammonia, dan lain-lain. Nikotin

adalah kandungan utama dalam rokok. Apabila merokok, nikotin

akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam

otak. Dibutuhkan waktu 7 detik, sejak nikotin dihisap hingga

menuju otak. Nikotin yang masuk ke dalam otak akan

menyempitkan pembuluh darah pada otak sehingga aliran darah ke

otak terhambat sehingga sel-sel otak rusak atau mati yang

kemudian dikenal sebagai stroke (Kabo, 2008 ; Sallika, 2010 ;

Wibowo, 2005)

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan

bahwa mayoritas masyarakat penderita stroke di Sulawesi Selatan

dengan status merokok adalah laki-laki (97,4%) oleh karena itu,

individu dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang

mengalami stroke. Sebaiknya masyarakat di Sulawesi Selatan

Page 74: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

61

khususnya laki-laki tidak lagi merokok karena akan meningkatkan

risiko terjadinya stroke.

Page 75: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

62

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

1. Proporsi individu hipertensi yang mengalami stroke lebih besar

dibandingkan tidak hipertensi

2. Proporsi individu yang mengalami stroke baik perempuan maupun

laki-laki tidak jauh berbeda. Mayoritas individu yang mengalami

stroke yaitu usia ≥40 tahun, tidak merokok.

3. Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke. Hipertensi

mempunyai risiko terkena stroke lebih besar dibandingkan tidak

hipertensi.

4. Ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke menurut

karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok). Individu

hipertensi yang berusia <40 tahun, jenis kelamin laki-laki, dan status

merokok mempunyai risiko lebih besar terkena stroke.

B. Saran

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya hasil penelitian menjadi pertimbangan dalam pembuatan

progam pencegahan dan penanggulangan stroke di Indonesia melalui

promosi kesehatan dengan cara pengenalan faktor risiko stroke kepada

masyarakat yang berusia muda baik pada laki-laki maupun perempuan

karena saat ini stroke tidak hanya diderita oleh usia tua tetapi usia

muda juga mempunyai risiko terkena stroke. Promosi kesehatan

Page 76: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

63

dilakukan dengan memberikan edukasi melalui poster terkait gaya

hidup yang sehat dan pola makan yang sehat supaya masyarakat tidak

konsumsi makanan cepat saji, tinggi lemak, mengurangi makanan

manis dan lain-lain. Promosi kesehatan juga dilakukan pada individu

dengan status merokok agar tidak lagi merokok.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya pengukuran pada variabel hipertensi dan stroke

dibedakan berdasarkan jenisnya karena setiap jenis dari masing-

masing penyakit tersebut memiliki pencegahan maupun

penanggulangan yang berbeda. Sebaiknya pada variabel merokok

pengumpulan data juga melakukan pengumpulan terkait tempat

perokok pasif terkena asap rokok.

3. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Sebaiknya hasil penelitian menjadi pertimbangan dalam pembuatan

progam pencegahan dan penanggulangan stroke di Indonesia melalui

promosi kesehatan dengan cara pengenalan faktor risiko stroke kepada

masyarakat yang berusia muda baik pada laki-laki maupun perempuan

karena saat ini stroke tidak hanya diderita oleh usia tua tetapi usia

muda juga mempunyai risiko terkena stroke. Promosi kesehatan

dilakukan dengan memberikan edukasi melalui poster terkait gaya

hidup yang sehat dan pola makan yang sehat supaya masyarakat tidak

konsumsi makanan cepat saji, tinggi lemak, mengurangi makanan

Page 77: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

64

manis dan lain-lain. Promosi kesehatan juga dilakukan pada individu

dengan status merokok agar tidak lagi merokok.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan desain studi

kasus kontrol dengan memperhatikan status individu perokok pasif

karena perokok pasif mempunyai risiko terkena stroke.

Page 78: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

65

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, M.A.Z. 2013. Hubungan Antara Kadar Hematokrit Dengan Kejadian

Stroke Iskemik di RSUD Dr.Moewardi. Universitas Muhammadiyah.

Surakarta

Aliah, A., Kuswara, F.F., Limoo, R.A.,Wuysang, G., 2007. Kapita Selekta

Neurologi Edisi Kedua : Gambaran Umum. Yogyakarta. Gadjah Mada

University Press.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari

Aspek Perilaku dan Lingkungan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta

Anwar, T. 2004. Kelainan Jantung Sebagai Faktor Risiko Stroke. Universitas

Sumatera Utara.

Arif, Muttaqin. 2008. Klien dengan Gangguan Sistim Persarafan. Salemba

Medika. Jakarta.

Asplund, Kjell., dkk. 2009. Relative Risks for Stroke by Age, Sex, and Population

Based on Follow-Up of 18 European Populatins in teh MORGAM Project.

Stroke. 40: 2319-2326.

Aiygari & Philip. 2011. Hypertension And Stroke Pathophysiology And

Management. USA: Springer. Hal: 77-82

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular. EGC. Jakarta.

Batticaca. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Persarafan.

Salemba Medika. Jakarta.

Burhanuddin, M. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-40

Tahun) Di Kota Makasar Tahun 2010-2012. Epidemiologi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. UNHAS.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2012. Prevalence of Stroke-

United States, 2006-2010. Morbidity and Mortality Weekly Report.

Darmanto, Agus. 2014. Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Strok

Iskemik Di Bangsal Dan Poliklinik Saraf RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Faklutas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.

Depkes RI. 2004. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Jakarta

Endang, Lanywati. 2011. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. KANISUS

Media. Yogyakarta.

Page 79: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

66

Feigin VL., Wiebers DO., Nikitin YP., O'Fallon WM., Whisnant JP. 1998. Risk

Factors for Ischemic Stroke in a Russian Community: A Population-Based

Case-Control Study. Stroke. 29:34-39.

Genis, Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orangtua?. PT Bentang Pustaka.

Yogyakarta.

George., Wita., Budi., Yuda. 2009. Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit

Saraf. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gijon, T., Pitillas, I., dkk. 2010. Stroke Prevalence and Risk Factor Control in

Hypertensive Patients. Journal of Hypertension. 28

Ginsberg, L. 2008. Neurology. Erlangga.

Gumilang, Alfa. 2015. Penduduk Indonesia Mengidap Kanker, Paru-Paru dan

Jantung. Diakses 2 Agustus 2015 dari

http://komunitaskretek.or.id/opini/2015/07/1626-juta-penduduk-indonesia-

mengidap-kanker-paru-paru-dan-jantung/

Hayens, B.R. 2003. Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka

dan Intimedia.

Holistic Health Solution. 2011. Stroke di Usia Muda. Grasindo

Hu G., Sarti C., Jousilahti P. dkk. 2005. The Impact Of History Of Hypertension

And Type 2 Diabetes At Baseline On The Incidence Of Stroke And Stroke

Mortality. Stroke. 36:2538-43

Husaini, Aiman. 2007. Tobat Merokok Rahasia dan Cara Empatik Berhenti

Merokok. Pustaka Iiman.

Janet & Donald. 1992. Prevention and Tratment Stroke, Heart Desease Prevention

and Treatment Stroke. Heart Desease and Stroke. 51-52

Japardi, I. 2002. Patogenesis Stroke Iskemik Tromboemboli. Fakultas

Kedokteran. Universitas Sumatera Utara

Jenie, Naharuddin. 2011. Aspek Klinik dan Pengelolaan Stroke. FK UNIMUS.

Semarang

Joseph. 1993. Heart Desease and Stroke American Heart Association. 355

Juan., Adolfo., Otman. 2010. Prevalence of Stroke and Associated Risk Factor in

Older Adults. 12

Junaidi. 2011. Stroke, Waspadai Ancamanya. Yogyakarta: Andi Offset.

Page 80: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

67

Kabo. 2008. Mengungkap Penyakit Jantung Koroner. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013

Khudin, Miftah A. 2014. Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kejadian

Stroke Iskemik Ulang di RSUD Sukoharjo. Fakultas Kedokteran.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kirtania, K., Sultana, N., Ahmed., Khatun. 2010. Association of Hypertension and

Smoking with Ischaemic Stroke. Bangladesh J Med Biochem. 1: 16-18

Kristiyawati, S.P., Irawaty, D., Hariyati, Rr.T.S. 2009. Faktor Risiko yang

Berhubungan dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa Citarum

Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).Volume 1.

Semarang: STIKES Telogorejo.

Lestari, N. K. 2010. Pengaruh Massage dengan Minyak Kelapa terhadap

Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Subroto Jakarta Pusat. Universitas Pembangunan Nasional

Veteran: Jakarta.

Lueckenotte & Meiner. 2006. Gerontologic Nursing. Edisi ketiga. St. Louis

Missouri.

Mahendra., Rachmawati. 2004. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Niaga

Swadaya. Jakarta.

Mahmudah, Rifaatul. 2012. Hubungan Merokok Dengan Angka Kejadian Stroke

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Mailisafitri. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian pada

Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap RS Stroke Bukittinggi 2010. FKM.

UI

Marlina, Yuli. 2011. Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik di

RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010. USU Medan.

Megherbi SE, Milan C., Minier D. dkk. 2003. Association between diabetes and

stroke subtype on survival and functional outcome 3 months after stroke:

data from the European BIOMED Stroke Project. Stroke. 34:688-94.

National Institutes of Health. 2012. What is Cholestrol. Diakses dari

http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/hbc pada 25 Maret

2015

Page 81: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

68

Palm F., Urbanek,C.,Wolf. dkk. 2012. Etiology, Risk Factors and Sex Differences

in Ischemic Stroke in the Ludwigshafen Stroke Study, a Population-Based

Stroke Registry. Ludwigshafen Jerman : Karger

Palmer., William. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta.

Pandian, JD., Sudhan, P. 2013. Stroke Epidemiology and Stroke Care Services in

India. Journal of Stroke. 3: 128-134

Pangau, Stephanie. 2013. Gila Kerja Bisa Berakibat Stroke. Tabloid Reformatika

Edisi 162

Peter, D., Whitney, C. 2007. Diabetes. G.P Putnams Sons. USA

Pramudiarja, Uyung. 2015. Bahas Diabetes. Diakses dari

http://health.detik.com/read/2015/03/11/151714/2855791/763/bahas-

diabetes-menkes-nila-singgung-kue-cucur-khas-makassar pada 1 Oktober

2015

Prasetya, Yuli. 2002. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Stroke

Non-Hemoragik. UNDIP Semarang.

Price, S.A. dan Wilson, L. 2006. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses -

Proses Penyakit. Edisi 6.Vol. II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Puspita, M dan Putro, G. 2008. Hubungan Gaya Hidup terhadap Kejadian Stroke

di Rumah Sakit Umum daerah Gambiran Kediri. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan. Volume 11. hal 263-269.

Raso, F., Cammen, T., Hoffman, A., Popele, N, dkk. 2006. Areterial Stiffness and

Risk of Coronary Heart Disease and Stroke The Rotterdam Study.

Circulation. 133: 657-665

Rathore, JA., Kango, ZA., Mehraj, A. 2011. Risk Factor for Stroke: A Prospective

Hospital Base Study. J Ayub Me Coll Abbottabad. 2: 144-146.

Reid, John M., DPhil., Dai, PhD., dkk. 2007. Gender Differences in Stroke

Examined in a 10-Year Cohort of Patients Admitted to a Canadian

Teaching Hospital. Stroke. 39:1090-1095

Riyadina, Woro., Rahajeng, Ekowati. 2011. Determinan Penyakit Stroke. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Rizaldy, P. 2010. Awas Stroke. PT. ANDI. Yogyakarta.

Robert. 1993. Recognation and Treatment of Acute Ischemic Stroke in Heart

Disease and Stroke. 397

Page 82: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

69

Sallika. 2010. Serba Serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta. Bukune

Setiawan., Basuri., dkk. 2008. Care Yourself Hipertensi. Penebar Plus. Jakarta.

Sitorus, Rico Januar,. 2002. Karakteristik Penderita Stroke Non-Hemoragik di

Rawat Inap di RSU Herna Medan tahun 2001. USU Medan

Sitorus, Rico Januar. 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian

Stroke Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun Di Rumah Sakit Di Kota

Semarang.

Soeharto, Imam. 2004. Serangan jantung dan Stroke Hubungannya dengan lemak

dan Kolestrol. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

Sofyan, AM., Sihombing, IY., Hamra, Yusuf. 2015. Hubungan Umur, Jenis

Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke. UHO

Sorganvi, V., Kulkarni, MS., Kadeli, D., Athargas, S. 2014. Risk Factors For

Stroke : A Case Control Study. International Journal Of Current

Research And Review. 3: 46-52

Sukmawati, Leni., Jenie, Naharudin., Dewi, Hema. 2011. Analisis Faktor Risiko

Kejadian Stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Semarang.

Sulastriyani. 2004. Gambaran Epidemiologi Penderita Stroke di Ruang Rawat

Inap Neurologi IRNA B Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2003.

FKM. UI

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.

Usrin, Irwana. 2013. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan

Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional

(RSSN) Bukittinggi Tahun 2011.USU. Medan.

Vitahealth. 2004. Hipertensi: Informasi Lengkap Untuk Penderita dan

Keluarganya. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

WHO. 2011. The Underlying Pathology of Ischaemic Heart Attacks and Stroke.

Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control.

Wibowo, AS. 2005. 27 Siasat Jitu Menembus Pasar. Jakarta. PT. Elex media

Komputindo

Wulan, Reni. 2008. Dangerous Junk Food. Yogyakarta. 02

Page 83: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

70

Yenni. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Lansia Dengan

Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Perkotaan Bukit Tinggi. Tesis. FIK UI.

Zhao, Wenhui., Katzmarzyk, PT., Horswell, R., Wang Yujie., dkk. 2014. Sex

Differences in the Risk of Stroke and HbA1c among Diabetic Patients.

Diabetologia. 5: 918–926.

Zhang, dkk. 2008. Incidence and Risk Factors for Stroke in Americans Indians.

Circulation. 118: 1577-1584.

Page 84: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

71

LAMPIRAN

Page 85: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

72

Kuesioner Riskesdas Penelitian Hubungan Hipertensi dengan Kejadian

Stroke di Sulawesi Selatan 2013

A. Identitas Responden

1. ID Responden

2. Nama

3. Jenis kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan

4. Usia _____Tahun

5. Alamat Lengkap

B. Hipertensi

1. Apakah anda pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh

tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter)?

1. Ya

2. Tidak

C. Status Merokok

1. Apakah anda merokok selama 1 bulan terakhir?

1) Ya, setiap hari (lanjut nomor 2)

2) Ya, kadang-kadang (lanjut nomor 3)

3) Tidak, tapi sebelumnya merokok setiap hari (lanjut

nomor 2)

4) Tidak, tapi sebelumnya merokok kadang-kadang

5) Tidak pernah sama sekali (lanjut pertanyaan blok D)

.................

D. Penyakit Stroke

1. Apakah anda pernah didiagnosis menderita stroke oleh tenaga kesehatan (bidan/perawat/dokter)?

1. Ya

2. Tidak

Page 86: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

73

LAMPIRAN OUTPUT SPSS

ANALISIS UNIVARIAT

1. Proporsi Stroke Menurut Hipertensi

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 205 3456 3661

% within Stroke 67.7% 10.5% 11.0%

% of Total .6% 10.4% 11.0%

tidak Count 98 29612 29710

% within Stroke 32.3% 89.5% 89.0%

% of Total .3% 88.7% 89.0%

Total Count 303 33068 33371

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total .9% 99.1% 100.0%

2. Proporsi Stroke Menurut Karakteristik Individu

Usia

umur tahun 2 * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

umur tahun 2 lebih dari sama dengan 40 Count 290 16736 17026

% within Stroke 95.7% 50.6% 51.0%

<40 Count 13 16332 16345

% within Stroke 4.3% 49.4% 49.0%

Total Count 303 33068 33371

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Page 87: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

74

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Jenis Kelamin laki-laki Count 147 15018 15165

% within Stroke 48.5% 45.4% 45.4%

% of Total .4% 45.0% 45.4%

perempuan Count 156 18050 18206

% within Stroke 51.5% 54.6% 54.6%

% of Total .5% 54.1% 54.6%

Total Count 303 33068 33371

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total .9% 99.1% 100.0%

Status Merokok

Merokok * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Merokok merokok Count 72 9528 9600

% within Stroke 23.8% 28.8% 28.8%

% of Total .2% 28.6% 28.8%

pernah merokok Count 37 1795 1832

% within Stroke 12.2% 5.4% 5.5%

% of Total .1% 5.4% 5.5%

tidak merokok Count 194 21745 21939

% within Stroke 64.0% 65.8% 65.7%

% of Total .6% 65.2% 65.7%

Total Count 303 33068 33371

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total .9% 99.1% 100.0%

Page 88: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

75

ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Hipertensi dengan Stroke

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.006E3a 1 .000

Continuity Correctionb 1.000E3 1 .000

Likelihood Ratio 556.685 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 1.006E3 1 .000

N of Valid Casesb 33371

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.24.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 17.923 14.053 22.860

For cohort Stroke = ya 16.976 13.377 21.543

For cohort Stroke = tidak .947 .940 .955

N of Valid Cases 33371

2. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Usia ≥40

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 199 2894 3093

% within Stroke 68.6% 17.3% 18.2%

tidak Count 91 13842 13933

% within Stroke 31.4% 82.7% 81.8%

Page 89: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

76

Total Count 290 16736 17026

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.052E2a 1 .000

Continuity Correctionb 501.746 1 .000

Likelihood Ratio 363.212 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 505.163 1 .000

N of Valid Casesb 17026

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 52.68.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 10.460 8.136 13.447

For cohort Stroke = ya 9.851 7.711 12.585

For cohort Stroke = tidak .942 .933 .951

N of Valid Cases 17026

3. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Usia <40

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 6 562 568

% within Stroke 46.2% 3.4% 3.5%

tidak Count 7 15770 15777

% within Stroke 53.8% 96.6% 96.5%

Total Count 13 16332 16345

Page 90: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

77

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 6 562 568

% within Stroke 46.2% 3.4% 3.5%

tidak Count 7 15770 15777

% within Stroke 53.8% 96.6% 96.5%

Total Count 13 16332 16345

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 70.650a 1 .000

Continuity Correctionb 58.490 1 .000

Likelihood Ratio 22.921 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 70.645 1 .000

N of Valid Casesb 16345

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 24.052 8.057 71.799

For cohort Stroke = ya 23.808 8.027 70.615

For cohort Stroke = tidak .990 .981 .998

N of Valid Cases 16345

Page 91: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

78

4. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Laki-Laki

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 91 988 1079

% within Stroke 61.9% 6.6% 7.1%

tidak Count 56 14030 14086

% within Stroke 38.1% 93.4% 92.9%

Total Count 147 15018 15165

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.743E2a 1 .000

Continuity Correctionb 665.905 1 .000

Likelihood Ratio 300.607 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 674.206 1 .000

N of Valid Casesb 15165

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.46.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 23.076 16.440 32.390

For cohort Stroke = ya 21.214 15.296 29.422

For cohort Stroke = tidak .919 .903 .936

N of Valid Cases 15165

Page 92: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

79

5. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Jenis Kelamin Perempuan

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 114 2468 2582

% within Stroke 73.1% 13.7% 14.2%

tidak Count 42 15582 15624

% within Stroke 26.9% 86.3% 85.8%

Total Count 156 18050 18206

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.484E2a 1 .000

Continuity Correctionb 443.564 1 .000

Likelihood Ratio 280.318 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 448.407 1 .000

N of Valid Casesb 18206

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.12.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 17.137 12.000 24.473

For cohort Stroke = ya 16.424 11.559 23.338

For cohort Stroke = tidak .958 .950 .966

N of Valid Cases 18206

Page 93: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

80

6. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 45 527 572

% within Stroke 62.5% 5.5% 6.0%

tidak Count 27 9001 9028

% within Stroke 37.5% 94.5% 94.0%

Total Count 72 9528 9600

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.139E2a 1 .000

Continuity Correctionb 403.794 1 .000

Likelihood Ratio 165.063 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 413.856 1 .000

N of Valid Casesb 9600

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 28.466 17.524 46.240

For cohort Stroke = ya 26.305 16.448 42.071

For cohort Stroke = tidak .924 .902 .947

N of Valid Cases 9600

Page 94: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

81

7. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Pernah Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 24 276 300

% within Stroke 64.9% 15.4% 16.4%

tidak Count 13 1519 1532

% within Stroke 35.1% 84.6% 83.6%

Total Count 37 1795 1832

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 64.837a 1 .000

Continuity Correctionb 61.274 1 .000

Likelihood Ratio 44.859 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 64.802 1 .000

N of Valid Casesb 1832

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.06.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 10.161 5.111 20.197

For cohort Stroke = ya 9.428 4.856 18.305

For cohort Stroke = tidak .928 .897 .960

N of Valid Cases 1832

Page 95: HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE ......koroner, kadar kolestrol dalam darah, riwayat keluarga stroke, usia, jenis kelamin, dan status merokok. Penelitian ini bertujuan untuk

82

8. Hubungan Hipertensi dengan Stroke Menurut Status Tidak Merokok

Hipertensi * Stroke Crosstabulation

Stroke

Total ya tidak

Hipertensi ya Count 136 2653 2789

% within Stroke 70.1% 12.2% 12.7%

tidak Count 58 19092 19150

% within Stroke 29.9% 87.8% 87.3%

Total Count 194 21745 21939

% within Stroke 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.810E2a 1 .000

Continuity Correctionb 575.767 1 .000

Likelihood Ratio 345.316 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 580.947 1 .000

N of Valid Casesb 21939

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.66.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi (ya

/ tidak) 16.874 12.376 23.008

For cohort Stroke = ya 16.100 11.870 21.837

For cohort Stroke = tidak .954 .946 .962

N of Valid Cases 21939