Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah...

21
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU PERSONAL HIGIENE ANAK JALANAN BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YMS BANDUNG Oleh Sheizi Prista Sari S.Kep., Ners Mengetahui, Kepala Bagian Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Mamat Lukman, SKM, S.KP., M.Si. NIP. 140 176 719 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2007

Transcript of Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah...

Page 1: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU

PERSONAL HIGIENE ANAK JALANAN

BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YMS BANDUNG

Oleh Sheizi Prista Sari S.Kep., Ners

Mengetahui, Kepala Bagian Keperawatan Komunitas

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Mamat Lukman, SKM, S.KP., M.Si. NIP. 140 176 719

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2007

Page 2: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung
Page 3: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

1

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU PERSONAL

HIGIENE ANAK JALANAN BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YAYASAN

MASYARAKAT SEHAT BANDUNG

Sheizi Prista Sari

ABSTRAK

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membuat semakin

banyak keluarga miskin yang terpinggirkan. Konsekuensi logis dari fenomena tersebut

adalah meningkatnya jumlah anak usia sekolah bahkan prasekolah yang “dipekerjakan”

oleh orang tua untuk menopang kehidupan keluarga, atau merupakan kompensasi

terputusnya kegiatan belajar/ sekolah. Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar

kemungkinan bagi anak untuk terjerumus kejalanan. Anak jalanan sering diidentikan

sebagai komunitas yang kurang memperhatikan perilaku hidup sehat, termasuk yang

berhubungan dengan personal higiene. Menurut L. Green perilaku seseorang yang

berhubungan dengan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi,

faktor pendukung, dan faktor pendorong. Untuk Upaya intervensi, perlu dilakukan

terlebih dahulu analisa terhadap faktor-faktor tersebut.

Penelitian yang berjudul “Hubungan faktor Predisposisi dengan Perilaku

Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yayasan Masyarakat Sehat

(YMS) Bandung” ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor predisposisi

yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, usia, kepercayaan, serta nilai dan tradisi

dengan perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS

Bandung. Subjek penelitian diperoleh secara total sampel dengan jumlah 62 orang

responden. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan

analisa data statistik uji chi kuadrat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

teknik observasi dan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor usia, serta faktor nilai dan tradisi dengan

perilaku personal higiene responden dengan tingkat kebermaknaan hubungan semua

faktor tersebut adalah sedang. Oleh sebab itu, intervensi perilaku dengan meningkatkan

faktor-faktor tersebut akan memberi perubahan yang cukup berarti terhadap perubahan

Page 4: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

2

perilaku. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kepercayaan dengan

perilaku personal higiene responden. Dari penelitian juga diketahui bahwa masih

banyak responden yang memiliki perilaku personal higiene yang tidak baik, sehingga

dengan memperhatikan keterkaitan faktor predisposisi diatas, upaya perbaikan perilaku

perlu dilaksanakan.

PENDAHULUAN

Perilaku anak termasuk dalam hal kesehatan, sangat dipengaruhi oleh

lingkungan fisik dan sosial serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan mereka. Apabila

anak berada pada lingkungan yang positif, maka perilaku yang terbentuk adalah

perilaku yang positif pula, begitu pun sebaliknya (Whaley dan Wongs, 1995: 13).

Anak jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun yang menghabiskan sebagian

besar waktunya untuk bekerja dan menggantungkan hidup dijalanan. Jumlah anak

jalanan terus bertambah, sampai tahun 2003 saja terdapat sekitar 20.665 orang anak

jalanan di Jawa Barat, dan 4.626 diantaranya berada di Kotamadya Bandung (Lembaga

Perlindungan Anak, 2003). Kontak sosial anak jalanan cenderung terbatas pada

lingkungan jalanan dan memiliki sedikit sekali waktu untuk kontak dengan lingkungan

keluarga dan sekolah. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi mereka, tidak terkecuali

dalam hal kesehatan (WHO, 2003). Pada tahun 2003, dilaporkan penyakit anak jalanan

rumah singgah Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Kesehatan Anak Jalanan YMS tahun 2003

No Jenis Penyakit Jumlah Persentase 1 Diare 25 orang 34,72% 2 Gatal-gatal dan infeksi kulit 19 orang 26,39% 3 Sakit gigi 11 orang 15,28% 4 Flu, pilek, demam 8 orang 11,11% 5 Anemia 3 orang 4,17% 6 Cacingan 2 orang 2,78% 7 Demam Berdarah 1 orang 1,39% 8 TBC 1 orang 1,39% 9 Kecelakaan 1 orang 1,39% 9 Typhoid 1 orang 1,39% Total 72 orang 100%

Sumber : Lembaga Perlindungan Anak Jabar, 2004

Tabel 1 diatas memperlihatkan tiga penyakit dengan angka tertinggi, yaitu diare,

gatal-gatal dan infeksi kulit, serta penyakit gigi. Menurut Depkes RI (2000) kejadian

Page 5: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

3

diare erat kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti pemeliharaan

personal higiene. Begitu juga halnya dengan penyakit kulit dan gigi.

Personal higiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan

kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994). Di dalam

dunia keperawatan, personal higiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus

senantiasa terpenuhi. Personal higiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer

yang spesifik. Personal higiene menjadi penting karena personal higiene yang baik akan

meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana

dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higiene yang tidak

baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit , seperti penyakit kulit,

penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat

menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, 1996).

Apalagi bagi anak jalanan yang memiliki akses terbatas kepelayanan kesehatan,

tentunya tindakan pencegahan perlu dikedepankan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melyana pada tahun 2003 tentang perilaku

higiene perorangan di kalangan anak jalanan didapatkan hasil bahwa 47% dari mereka

memiliki perilaku yang tidak baik, 43% memiliki perilaku yang cukup baik, dan hanya

10% saja yang memiliki perilaku higiene yang baik. Lewrence Green dalam

Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa konsep dan perilaku seseorang yang berkaitan

dengan kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah

faktor predisposisi (Predisposing Factors), faktor-faktor yang mendukung (Enabling

Factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (Reinforcing Factors).

Oleh sebab itu, sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga

faktor pokok tersebut. Sementara faktor predisposisi merupakan faktor internal individu

yang sangat berpengaruh terhadap perilaku.

Atas dasar pertimbangan inilah peneliti tertarik melakukan penlitian untuk

melihat bagaimana hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku personal

higiene anak jalanan. Diharapkan dengan penelitian ini nantinya didapatkan informasi

akurat dan selanjutnya dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang terkait dan

masyarakat pada umumnya untuk berperan serta mengatasi permasalahan anak jalanan.

Page 6: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

4

BAHAN DAN CARA

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, yaitu jenis penelitian

yang dilakukan terhadap variabel yang diteliti dan mencari hubungan diantara variabel-

variabel tersebut. Hipotesa penelitian dirancang berdasarkan tujuan yang akan dicapai

dimana 0H = Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen, dan 1H = jika ada hubungan yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Variabel

Variabel Independen pada penelitian ini adalah faktor predisposisi personal higiene

anak jalanan dengan sub variabel pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan tradisi,

serta usia. Sementara variabel dependennya adalah perilaku pesonal higiene

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan dibawah bimbingan Rumah Singgah

YMS di Bandung. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara total sampel, yaitu

seluruh anak jalanan bimbingan Rumah singgah YMS Cicadas Bandung yang berusia 6-

18 tahun.

Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan cara Observasi dan wawancara menggunakan

kuesioner. Kuesioner disusun untuk mendapatkan data tentang karakteristik responden

dan mengidentifikasi faktor-faktor predisposisi sebagai variabel independen melalui

pertanyaan tertutup (closed ended item). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data

tentang status personal higiene responden dengan menggunakan format cecklist

observasi. Untuk perilaku mandi, keramas, dan menyikat gigi observasi dilakukan

dengan melihat tanda-tanda bahwa perilaku tersebut sudah dilakukan. Hal ini atas

pertimbangan bahwa tidak memungkinkan perilaku tersebut diobservasi secara

langsung. Sementara untuk perilaku yang lain dilakukan observasi langsung.

Analisa Data

Analisa univariat diukur dengan melihat distribusi frekuensi. Analisa bivariat dilakukan

untuk mengetahui adanya hubungan antara subvariabel faktor predisposisi dengan

perilaku personal higiene. Analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa ini

adalah analisa koefisien kontingensi dari Chi Square ( 2X ). Uji hipotesis dilakukan

Page 7: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

5

dengan membandingkan 2X hitung dengan 2X tabel pada taraf signifikasi 5% dan

derajat kebebasan bervariasi untuk setiap subvariabel. Bila hasil 2X hitung lebih besar

dari 2X tabel, berarti dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima. Lalu kekuatan

hubungan dilihat berdasarkan besarnya nilai C.

HASIL PENELITIAN

Faktor – Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Higiene

Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku personal higiene yang

meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat perkembangan, nilai dan tradisi,

dijelaskan sebagai berikut:

Diagram 1. Pengetahuan Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene

25,81% 29,03%

16,13%

29,03%

0,00%

50,00%

tidakbaik

kurang cukup baik

pengetahuan

Diagram 2. Sikap Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene

58,06%

41,94%

0,00%

100,00%

favorable unfavorable

sikap

Diagram 3. Usia Anak Jalanan

Page 8: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

6

38.71%61.29%

0.00%

100.00%

pres

enta

se

usia sekolah usia remajatingkat perkembangan

Diagram 4. Kepercayaan Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal Higiene

64.52%

35.48%

0.00%

100.00%

favorable unfavorable

kepercayaan

Diagram 5. Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal

Higiene

45.16%54.84%

0.00%

100.00%

favorable unfavorable

nilai dan tradisi

Perilaku Personal Higiene

Diagram 6. Perilaku Personal Higiene

51.61%

30.65%

8.06% 9.68%

0.00%

60.00%

tidak baik kurang cukup baik

perilaku

Page 9: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

7

Hubungan Antara Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Higiene

Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Personal Higiene

Perilaku Pengetahuan Baik Cukup Kurang Tidak

Baik Total Persentase

Baik 6 3 4 5 18 29,03% Cukup 0 2 4 4 10 16,13% Kurang 0 0 9 9 18 29,03%

Tidak Baik 0 0 2 14 16 25,81% Total 6 5 19 32 62

Persentase 9,68% 8,06% 30,64% 51,62% 100%

Analisa Korelasi P value = 31,692 2X tabel = 16,919 C = 0,672

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah

variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer

(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan

taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 31,692 > chi kuadrat tabel = 16,919

maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

perilaku personal higiene (hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal

higiene berarti). Besar hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal higiene

yaitu sebesar 0,672 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.

Tabel 2. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Personal Higiene

Perilaku Sikap Baik Cukup Kurang Tidak

Baik Total Persentase

Favorable 6 5 14 11 36 58,06% Unfavorable 0 0 5 21 26 41,94%

Total 6 5 19 32 62 Persentase 9,68% 8,06% 30,64% 51,62% 100%

Analisa Korelasi P value = 17,223 2X tabel = 7,815 C = 0,538

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah

variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer

(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan

Page 10: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

8

taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 17,223 > chi kuadrat tabel = 7,815

maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku

personal higiene (hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene berarti).

Besar hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar 0,538

nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.

Tabel 3. Hubungan Antara Usia dengan Perilaku Personal Higiene

Perilaku Usia Baik Cukup Kurang Tidak

Baik Total Persentase

Usia Sekolah 1 2 3 18 24 38,71% Usia Remaja 5 3 16 14 38 61,29%

Total 6 5 19 32 62 Persentase 9,68% 8,06% 30,64% 51,62% 100%

Analisa Korelasi P value = 9,589 2X tabel = 7,815 C = 0,423

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah

variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer

(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan

taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 9,589 > chi kuadrat tabel = 7,815

maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku

personal higiene (hubungan antara usia dengan perilaku personal higiene berarti). Besar

hubungan antara tingkat perkembangan dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar

0,423 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.

Tabel 4. Hubungan Antara Kepercayaan dengan Perilaku Personal

Higiene

Perilaku Kepercayaan Baik Cukup Kurang Tidak

Baik Total Persentase

Favorable 5 2 13 20 40 61,52% Unfavorable 1 3 6 12 22 35,48%

Total 6 5 19 32 62 Persentase 9,68% 8,06% 30,64% 51,62% 100%

Analisa Korelasi P value = 2,424 2X tabel = 7,815 C = 0,224

Page 11: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

9

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah

variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer

(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan

taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 2,424 < chi kuadrat tabel = 7,815

maka Ho diterima, jadi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan

dengan perilaku personal higiene (hubungan antara kepercayaan dengan perilaku

personal higiene tidak berarti). Besar hubungan antara kepercayaan dengan perilaku

personal higiene yaitu sebesar 0,224 nilai tersebut menunjukan hubungan yang

rendah tapi pasti.

Tabel 5. Hubungan Antara Nilai dan Tradisi dengan Perilaku Personal

Higiene

Perilaku Nilai dan Tradisi Baik Cukup Kurang Tidak

Baik Total Persentase

Favorable 5 5 10 8 28 45,16% Unfavorable 1 0 9 24 34 54,84%

Total 6 5 19 32 62 Persentase 9,68% 8,06% 30,64% 51,62% 100%

Analisa Korelasi P value = 15,282 2X tabel = 7,815 C = 0,513

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah

variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer

(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan

taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 15,282 > chi kuadrat tabel = 7,815

maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dan tradisi dengan

perilaku personal higiene (hubungan antara nilai dan tradisi dengan perilaku personal

higiene berarti). Besar hubungan antara nilai dan tradisi dengan perilaku personal

higiene yaitu sebesar 0,513 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang

sedang.

Page 12: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

10

Pembahasan

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan

Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dan perilaku personal higiene responden. Tingkatan kebermaknaan

hubungan adalah tingkat sedang dan hubungan bersifat positif. Hal ini berarti bahwa

jika pengetahuan anak jalanan semakin baik, maka perilaku personal higiene mereka

juga akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori Lewrence Green yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2003).

Tingkat keeratan hubungan antara pengetahuan yang sedang menunjukan bahwa

upaya memperbaiki perilaku dengan meningkatkan pengetahuan perlu dilakukan.

Walaupun hubungan yang terjadi berada pada tingkat sedang tetapi keberartian

hubungan yang diperoleh menunjukan bahwa perubahan perilaku dengan meningkatkan

pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rogers (dalam Notoatmodjo, 1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan/ kognitif

merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku., dan perilaku yang

didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan

stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang akan

meningkatkan pengetahuan mereka.

Pembina rumah singgah YMS Bandung menyatakan bahwa pernah dilakukan

penyuluhan kesehatan kepada binaannya. Pernyataan ini dapat didukung dengan hasil

penelitian yang menunjukan bahwa terdapat 45,26% responden yang sudah memiliki

Page 13: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

11

pengetahuan baik dan cukup baik. Namun dengan melihat hasil penelitian keseluruhan,

tentunya apa yang sudah dilakukan perlu dievaluasi lagi.

Hubungan Sikap dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan

Rumah Singgah YMS Bandung

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

sikap dengan perilaku personal higiene responden dengan tingkat keeratan hubungan

sedang. Hal ini menunjukan bahwa sikap positif anak jalanan yang ditunjukan oleh

sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap personal

higiene akan memberi dampak yang positif juga bagi perilaku personal higiene mereka.

Teori L. Green yang menyatakan bahwa sikap adalah salah satu predisposisi untuk

munculnya perilaku dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Hal ini juga sesuai dengan

pernyataan Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang akan

dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan

untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen sikap.

Sikap merupakan bentuk dari perilaku seseorang yang masih tertutup dan ini

menggambarkan kesiapan ia untuk melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Perbaikan perilaku anak jalanan dengan memperbaiki sikap mereka akan membawa

hasil yang cukup berarti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 58,06%

responden sudah memiliki sikap yang mendukung terhadap perilaku personal higiene

yang baik, namun masih ada juga 41,94% responden yang masih memiliki sikap yang

tidak mendukung. Jika dilihat hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

masih terdapat hampir setengahnya responden belum siap untuk berperilaku personal

higiene yang baik. Dalam artian bahwa mereka mungkin belum siap untuk bertanggung

jawab terhadap kebersihan diri sendiri, mereka belum siap untuk berdiskusi/memikirkan

Page 14: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

12

hal-hal yang menyangkut kebersihan diri, atau bahkan mungkin mereka belum siap

untuk sekedar mendengar dan memperhatikan hal-hal yang menyangkut kebersihan diri.

Pembentukan sikap yang positif tidaklah bisa diwujudkan dalam waktu singkat.

Respon seseorang dimulai dari perhatiannya terhadap suatu stimulus sampai dapat

bertanggung jawab atas dirinya sendiri terhadap stimulus yang diberikan, memerlukan

proses yang bertahap. Pembentukan sikap harus dimulai dari adanya kepercayaan

terhadap pemberi stimulus. Melalui pembinaan, sikap akan lebih dapat terbentuk dari

pada hanya sekedar pengajaran sesaat. Dan ini tentunya juga harus diselaraskan dengan

proses peningkatan pengetahuan.

Hubungan Usia dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan

Rumah Singgah YMS Bandung

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

usia responden dengan perilaku personal higiene mereka dengan tingkat keeratan

hubungan sedang. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan perilaku yang cukup

berarti antara anak jalanan usia sekolah dengan anak jalanan usia remaja. Hal ini sesuai

dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa faktor usia akan mempengaruhi perilaku

seseorang.

Analisa korelasi memang tidak menunjukan kelompok usia mana yang memiliki

perilaku lebih baik. Tapi kalau kita lihat hasil data penelitian, diketahui bahwa anak usia

sekolah sebagian besar berperilaku yang tidak baik walaupun tidak sedikit pula anak

usia remaja yang berperilaku tidak baik.

Biasanya anak usia sekolah memiliki ketergantungan tinggi terhadap

lingkungan. Mereka masih membutuhkan banyak perhatian untuk dapat berbuat sesuai

norma yang ada. Tapi jika kurang terpapar dengan pendidikan, tentunya mereka akan

Page 15: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

13

terbawa arus lingkungan, dan berbuat sesuai pengaruh terbesar yang mereka rasakan.

Usia remaja adalah usia pencarian identitas diri. Biasanya diusia ini mereka tidak

mudah untuk diarahkan karena merasa sudah punya prinsip sendiri, padahal dilain sisi

mereka juga tidak mau kehilangan perhatian.

Kedua sasaran yang berbeda karakter dan ciri khas ini tentunya memerlukan

pendekatan yang berbeda pula. Diharapkan melalui hasil penelitian ini dan memahami

psikologi perkembangan usia remaja dan sekolah, penanganan anak jalanan khususnya

yang berkaitan dengan perilaku personal higiene akan lebih dapat berjalan seefisien dan

seefektif mungkin.

Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan

Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kepercayaan dengan perilaku personal higiene responden. Hasil ini bertolak

belakang dengan teori L.Green yang menyatakan bahwa kepercayaan akan

mempengaruhi perilaku. Keadaan ini dapat dimungkinkan oleh berbagai faktor,

misalnya kesalahan dalam instrumen penelitian atau faktor kepercayaan ini memiliki

pengaruh yang sangat kecil sekali tehadap perilaku sehingga dianggap tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku tersebut.

Hal ini dapat berarti juga bahwa secara langsung kepercayaan tidak memberi

pengaruh terhadap perubahan perilaku pada anak jalanan, dalam artian bahwa terdapat

anak jalanan yang sudah memiliki kepercayaan kesehatan yang bagus tapi itu tidak

mempengaruhi perilaku mereka karena ada faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi

perilaku tersebut. Namun seperti halnya yang disampaikan Notoatmodjo (1993) bahwa

kepercayaan merupakan komponen yang akan membentuk sikap yang utuh. Disinilah

Page 16: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

14

peranan kepercayaan diperlukan walaupun hubungan yang terjadi antara kepercayaan

adalah hubungan yang sangat lemah. Semakin baik kepercayaan seseorang maka akan

semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik

pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut.

Hubungan Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS

Bandung dengan Perilaku Personal Higiene

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

nilai dan tradisi responden dengan perilaku personal higiene mereka. Sekali lagi teori L.

Green dapat diberlakukan dan terbukti dalam penelitian ini. Tingkat keeretan hubungan

adalah tingkatan sedang yang berarti bahwa perbaikan/ pengembalian nilai dan tradisi

yang menyimpang kenilai dan tradisi seharusnya, akan membawa perubahan cukup

berarti bagi perubahan perilaku personal higiene responden.

Keberadaan anak dijalanan memang membawa banyak dampak, baik fisik

mental, maupun sosial. Lingkungan yang keras membuat mereka hidup dalam aturan

main yang mereka buat sendiri dan tidak mustahil bertentangan dengan nilai dan norma

masyarakat. Terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa lebih banyak

responden yang memiliki nilai dan tradisi tidak mendukung (54,84%) dari pada yang

memiliki nilai dan tradisi yang mendukung terhadap perilaku personal higiene.

Selanjutnya faktor nilai dan tradisi yang tidak mendukung ini mempengaruhi mereka

untuk berperilaku yang tidak baik pula. Ini menunjukan bahwa masalah kebersihan diri

seolah-olah sudah menyatu dengan anak jalanan. Image dimasyarakat yang sering

mengidentikkan anak jalanan dengan komunitas yang kurang menghargai kebersihan

memang tidak dapat disalahkan. Namun kita juga harus mengakui bahwa banyak juga

diantara mereka yang tetap memiliki nilai dan tradisi yang baik. Dan satu hal lagi, kita

Page 17: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

15

juga harus memahami lebih jauh nilai dan tradisi mana sebenarnya dari mereka yang

sudah menyimpang dari semestinya. Apakah benar diantara mereka berlaku nilai dan

tradisi yang mengatakan bahwa mereka berpenampilan kurang bersih sebagai cara untuk

menarik simpati orang, ataukah nilai dan tradisi yang lain?

Dari analisa kuisioner yang diberikan kepada responden didapatkan kesimpulan bahwa

sebagian besar mereka (bahkan hampir 100%) menyatakan tidak setuju kalau jika

mereka bekerja dengan keadaan kotor akan mendapat penghasilan lebih banyak, malah

sebaliknya. Jadi kuranglah tepat kalau kita mengatakan anak-anak jalanan sengaja

berpenampilan kurang bersih untuk menarik perhatian dan belas kasih masyarakat.

Keterangan lain juga menunjukan bahwa tradisi/ kebiasaan mereka yang tidak

mendukung adalah kebiasaan setelah bekerja. Pada umumnya mereka sehabis bekerja

langsung istirahat tanpa mandi dan bebersih dulu, apalagi kalau mereka tidak pulang

kerumah singgah. Sangat tidak mungkin mereka yang tidur di rumah kardus pinggir

jalan akan mengingat harus mandi, sikat gigi, dan ganti pakaian terlebih dahulu. Namun

tentunya masih ada harapan untuk merubah semua ini. Masalah nilai dan tradisi

memang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dukungan dan pengkondisian lingkungan

benar-benar harus diperhatikan.

Solusi yang terbaik adalah dengan mengembalikan anak jalanan kelingkungan

dimana seharusnya mereka berada, yaitu lingkungan keluarga dan sekolah, karena

disinilah keberlangsungan transfer informasi dapat dijamin. Dilingkungan ini juga

pelurusan kembali nilai-nilai dan tradisi yang melenceng dari norma masyarakat dapat

dicapai secara bertahap.

Page 18: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

16

Simpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku personal

higiene responden dengan keeratan hubungan pada tingkatan sedang.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku personal higiene

responden dengan tingkatan hubungan berada pada tingkatan sedang.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku personal higiene dengan usia

responden dengan keeratan hubungan sedang.

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan responden dengan

perilaku personal higiene mereka.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dan tradisi responden dengan

perilaku personal higiene mereka dengan keeratan hubungan sedang.

Saran

Berkaitan dengan masalah perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan

rumah singgah YMS Bandung khususnya, dan anak jalanan lain pada umumnya

diperlukan upaya penanganan yang komprehensif. Sehubungan dengan keterkaitan

faktor predisposisi dengan perilaku mereka maka :

1. Mengupayakan pembinaan dan pendidikan bagi anak jalanan. Ini bertujuan

untuk membangun pengetahuan dan sikap mereka yang baik, serta

mengembalikan kembali nilai-nilai dan tradisi yang kurang sesuai dengan yang

semestinya. Kegiatan insidental berupa kegiatan penyuluhan kesehatan dapat

terus dilakukan asalkan kegiatan ini memiliki tujuan dan sasaran yang jelas.

Tindaklanjut dari program penyuluhan ini juga perlu dipikirkan, seperti

melakukan bimbingan berkelanjutan terhadap apa yang sudah disampaikan,

atau dapat pula dengan tetap menggalang kerja sama dengan pihak yayasan

sehingga tujuan benar-benar dapat tercapai.

2. Lebih mengoptimalkan lagi fungsi petugas kesehatan, khususnya petugas

yang berhubungan langsung dengan rumah singgah YMS Bandung, dalam

memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan kesehatan.

3. Mengoptimalkan peran program rumah singgah maupun program lainnya

dalam upaya pembinaan anak jalanan. Hendaknya pendampingan anak dijalan

lebih ditingkatkan.

Page 19: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

17

4. Pembinaan perilaku anak jalanan sebaiknya dilakukan dengan pendekatan

secara personal. Pembinaan dapat menggunakan metode kakak asuh dengan

memberdayakan sumber daya dari berbagai kalangan seperti pelajar dan

mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Alrasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung :

Program Pasca Sarjana Unpad

Aden, C. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Karies Gigi pada Siswa

Kelas V dan VI SDN Kebonhui di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari.

Unpublished Skripsi. Bandung : Program Studi Ilmu Keperawatan Unpad

Clark, M. 1999. Nursing in the Community. USA : Appleton and lange

Depkes RI. 2000. Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

. 1995. Materi Tentang Kesehatan untuk Guru UKS. Jakarta : Ditjend.

Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial. 1999. Pedoman Penyelenggaraan Anak

Jalanan mlalui Rumah Singgah. Jakarta : Departemen Sosial

Djuharie, S. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung : Yrama

Widya

Hartono. 2001. Upaya-Upaya Hidup Sehat Sampai Tua. Jakarta : Depot Informasi Obat

Page 20: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

18

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kozier, B., Erb., Oliveri. 1991. Fundamental of Nursing : Concepts, Process, adn

Practice Volume I. California : Addison – Weslsy Publishing Company, Inc.

Kaplan, R. 1992. Psycological Testing Principles, Aplication, and Issue. California :

Cole Publishing Company

Lembaga Perlindungan Anak. 1997. Gerakan Nasional Perlindungan Anak dan Logo

Perlindungan Anak. Bandung : LPA

Melasofia, Esti. Anak Indonesia dan ancaman Kehilangan Generasi. Dalam

http://www.unila.ac.id/index i html tanggal 20 April 2004

Melyana. 2003. Gambaran Perilaku Hygiene Perorangan dan Perilaku Berisiko Di

Kalangan Anak Jalanan Usia Remaja Di Beberapa Persimpangan Jalan Di Kota

Bandung. Unpublished Skripsi. Fakultas Kedokteran Unpad

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.

Yogyakarta : Andi Offset

. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rakhmat,J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Torsito

Page 21: Hubungan Faktor Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yms Bandung

19

Siegel, S. 1996. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian Sosial. Canada : Jhon Wiley

and Sons

Soedarto. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika

Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: EGC

Taylor. 1989. Fundamental of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care.

Philadelphia, New York : Lippincott

Vredenbregt, J. 1991. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

Whaley dan Wongs. 1995. Children’s Nursing. Barcelona : Mosby

World Health Organization. 2004. Modul 3 Understanding Substance Use Among Street

Children. Dalam http://www.who.int/