HUbungan Depresi Terhadap Lupus
description
Transcript of HUbungan Depresi Terhadap Lupus
HUbungan Depresi terhadap lupus
Gangguan depresi umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Namun, setiap orang mempunyai
perbedaan yang mendasar dalam menghadapi suatu peristiwa hidup sehingga akan memunculkan reaksi
yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu
yang terkuat adalah stress. Pasien dengan penyakit LES (Lupus Eritematous Syndrom) , stress biasanya
muncul akibat tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dikarenakan ketidak mampuan fisik (artritis,
lemah dan lelah) kemudian juga stress karena hidup dengan penyakit kronis.
Kortisol juga memiliki pengaruh terhadap onset timbulnya symptom depresi, ritme pada kortisol
biasanya terganggu pada kurang lebih 50% kasus depresi, yaitu adanya peningkatan resistensi Feedback
Action glukokortikoid pada aktivitas Hipotalamus Ptituitari Adrenal (HPA) sehingga HPA terus
mensekresikan kortisol. Ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa siptom depresi
pada usia muda berhubungan dengan peningkatan aktivitas HPA.. kortisol bukan hanya bagian dari
system sirkadian, tetapi juga ikut membantu mengorganisirnya jika ada gangguan dalam ritme kortikoid,
dengan ritme normal pada pagi hari 7-8 ug/dL dan malam 2-18 ug/dL, maka berkonsekuensi terhadap
berubahnya irama normal sirkadian sehingga muncul beberapa sifat mirip dengan gejala depresi, seperti
penurunan mood, mata sayu diikuti penghlihatan menurun, kelemahan fungsi kognitif . gangguan time
kortikoid akan berkontribusi terhadap tidak efektifnya terapi antidepresan ini dikarenakan gangguan
tersebut akan membuat perubahan bentuk /bagian dari hipokampus yang akan berefek terhadap
perubahan reseptor kortikoid (MRs dan GRs), sehingga menimbulkan berbagai gangguan saraf, termasuk
depresi.
Penelitian sebelumnya menunjukan kelebihan kortikosteron secara nyata mengurangi mitosis sel
progenitor hipokampal. Perubahan hippocampal neurogenesis merupakan salah satu alasan timbulnya
symptom depresi. Tetapi LES sebagian besar menggunakan terapi kortikosteroid. Tujuan utama
kortikosteroid di otak adalah hipokampus. Pemberian kortikosteroid dalam dosis tinggi dan pemaparan
terus menerus akan menambah jumlah adrenal steroid dalam darah yang akan berefek terhadap
kerusakan hipokampus
Dalam penelitian lainnya menemukan korelasi yang kuat antara kecemasan symptom depresi, degan
lemah dan lelah. Ini dikarenakan lemah dan lelah mengganggu aktivitas sehari-hari menyebabkan
buruknya kualitas tidu, fungsi social yang terhambat dan ini akan terjadi dalam waktu yang lama karena
LES merupakan penyakit kronik. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya symptom depresi
Namum depresi biasanya tidak terdiagnosa pada penyakit dengan gejala fisik, dimana penyakit LES juga
termask didalamnya. Ini diakibatkan karena banyak factor, misalnya penyakit LES sendiri akan
menimbulkan gejala seperti lemah dan lelah serta peningkatan rasa sakit. Factor paling utama
mempengaruhi kejadian depresi pada pasien dengan penyakit LES adalah karena gejala Konstitusional
(lemah dan lelah, berat badan menurun demam, dll) sress akibat penyakit kronik, efek samping obat
dan factor psikososial.
Bagan patofisiologi
Simptom gangguan kognitif pada depresi
Pelepasab CRH di Hipotalamuus
Peningkatan CRH akan merangsang Hipofisis Anterior
Merangsang kortisol dan korteks adrenal
Mengeluarkan ACTH
Masuk ke sirkulasi
Tidak terjadi Umpan Balik
Kortisol terus Meningkat
Sifat Kortisol Neurutoksik
Kematian neuron Hipokampus , peningkatan Glukokortikoid
HPA Meningkat
Depresi
Pembahasan singkat
Kortisol adalah golongan glukokortikoid alam yang merupakan kortikosteroid. Pada pengobatan SLE
adalah penggunaan kortikosteroid yang mana juga akan memproduksi homon stress seperti kortisol,
sehingga terjadi peningkatan hormone kortisol.
Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu yang terkuat adalah stress. Pasien dengan penyakit
LES (Lupus Eritematous Syndrom) , stress biasanya muncul akibat tidak dapat melakukan aktifitas sehari-
hari dikarenakan ketidak mampuan fisik (artritis, lemah dan lelah) kemudian juga stress karena hidup
dengan penyakit kronis.
Pemberian kortikosteroid dalam dosis tinggi dan pemaparan terus menerus akan menambah jumlah
adrenal steroid dalam darah yang akan berefek terhadap kerusakan hipokampus
Kotisol yang terus meningkat kematian neuron hipokampus + peningkatan hormone glukokortikoid
Depresi