HUbungan Depresi Terhadap Lupus

4
HUbungan Depresi terhadap lupus Gangguan depresi umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Namun, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar dalam menghadapi suatu peristiwa hidup sehingga akan memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu yang terkuat adalah stress. Pasien dengan penyakit LES (Lupus Eritematous Syndrom) , stress biasanya muncul akibat tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dikarenakan ketidak mampuan fisik (artritis, lemah dan lelah) kemudian juga stress karena hidup dengan penyakit kronis. Kortisol juga memiliki pengaruh terhadap onset timbulnya symptom depresi, ritme pada kortisol biasanya terganggu pada kurang lebih 50% kasus depresi, yaitu adanya peningkatan resistensi Feedback Action glukokortikoid pada aktivitas Hipotalamus Ptituitari Adrenal (HPA) sehingga HPA terus mensekresikan kortisol. Ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa siptom depresi pada usia muda berhubungan dengan peningkatan aktivitas HPA.. kortisol bukan hanya bagian dari system sirkadian, tetapi juga ikut membantu mengorganisirnya jika ada gangguan dalam ritme kortikoid, dengan ritme normal pada pagi hari 7-8 ug/dL dan malam 2-18 ug/dL, maka berkonsekuensi terhadap berubahnya irama normal sirkadian sehingga muncul beberapa sifat mirip dengan gejala depresi, seperti penurunan mood, mata sayu diikuti penghlihatan menurun, kelemahan fungsi kognitif . gangguan time kortikoid akan berkontribusi terhadap tidak efektifnya terapi antidepresan ini dikarenakan gangguan tersebut akan membuat perubahan bentuk /bagian dari hipokampus yang akan berefek terhadap perubahan reseptor kortikoid (MRs dan GRs), sehingga menimbulkan berbagai gangguan saraf, termasuk depresi.

description

hubungan depresi terhadap lupus

Transcript of HUbungan Depresi Terhadap Lupus

Page 1: HUbungan Depresi Terhadap Lupus

HUbungan Depresi terhadap lupus

Gangguan depresi umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Namun, setiap orang mempunyai

perbedaan yang mendasar dalam menghadapi suatu peristiwa hidup sehingga akan memunculkan reaksi

yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu

yang terkuat adalah stress. Pasien dengan penyakit LES (Lupus Eritematous Syndrom) , stress biasanya

muncul akibat tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dikarenakan ketidak mampuan fisik (artritis,

lemah dan lelah) kemudian juga stress karena hidup dengan penyakit kronis.

Kortisol juga memiliki pengaruh terhadap onset timbulnya symptom depresi, ritme pada kortisol

biasanya terganggu pada kurang lebih 50% kasus depresi, yaitu adanya peningkatan resistensi Feedback

Action glukokortikoid pada aktivitas Hipotalamus Ptituitari Adrenal (HPA) sehingga HPA terus

mensekresikan kortisol. Ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa siptom depresi

pada usia muda berhubungan dengan peningkatan aktivitas HPA.. kortisol bukan hanya bagian dari

system sirkadian, tetapi juga ikut membantu mengorganisirnya jika ada gangguan dalam ritme kortikoid,

dengan ritme normal pada pagi hari 7-8 ug/dL dan malam 2-18 ug/dL, maka berkonsekuensi terhadap

berubahnya irama normal sirkadian sehingga muncul beberapa sifat mirip dengan gejala depresi, seperti

penurunan mood, mata sayu diikuti penghlihatan menurun, kelemahan fungsi kognitif . gangguan time

kortikoid akan berkontribusi terhadap tidak efektifnya terapi antidepresan ini dikarenakan gangguan

tersebut akan membuat perubahan bentuk /bagian dari hipokampus yang akan berefek terhadap

perubahan reseptor kortikoid (MRs dan GRs), sehingga menimbulkan berbagai gangguan saraf, termasuk

depresi.

Penelitian sebelumnya menunjukan kelebihan kortikosteron secara nyata mengurangi mitosis sel

progenitor hipokampal. Perubahan hippocampal neurogenesis merupakan salah satu alasan timbulnya

symptom depresi. Tetapi LES sebagian besar menggunakan terapi kortikosteroid. Tujuan utama

kortikosteroid di otak adalah hipokampus. Pemberian kortikosteroid dalam dosis tinggi dan pemaparan

terus menerus akan menambah jumlah adrenal steroid dalam darah yang akan berefek terhadap

kerusakan hipokampus

Dalam penelitian lainnya menemukan korelasi yang kuat antara kecemasan symptom depresi, degan

lemah dan lelah. Ini dikarenakan lemah dan lelah mengganggu aktivitas sehari-hari menyebabkan

buruknya kualitas tidu, fungsi social yang terhambat dan ini akan terjadi dalam waktu yang lama karena

LES merupakan penyakit kronik. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya symptom depresi

Page 2: HUbungan Depresi Terhadap Lupus

Namum depresi biasanya tidak terdiagnosa pada penyakit dengan gejala fisik, dimana penyakit LES juga

termask didalamnya. Ini diakibatkan karena banyak factor, misalnya penyakit LES sendiri akan

menimbulkan gejala seperti lemah dan lelah serta peningkatan rasa sakit. Factor paling utama

mempengaruhi kejadian depresi pada pasien dengan penyakit LES adalah karena gejala Konstitusional

(lemah dan lelah, berat badan menurun demam, dll) sress akibat penyakit kronik, efek samping obat

dan factor psikososial.

Bagan patofisiologi

Simptom gangguan kognitif pada depresi

Pelepasab CRH di Hipotalamuus

Peningkatan CRH akan merangsang Hipofisis Anterior

Merangsang kortisol dan korteks adrenal

Mengeluarkan ACTH

Masuk ke sirkulasi

Tidak terjadi Umpan Balik

Kortisol terus Meningkat

Sifat Kortisol Neurutoksik

Kematian neuron Hipokampus , peningkatan Glukokortikoid

HPA Meningkat

Depresi

Page 3: HUbungan Depresi Terhadap Lupus

Pembahasan singkat

Kortisol adalah golongan glukokortikoid alam yang merupakan kortikosteroid. Pada pengobatan SLE

adalah penggunaan kortikosteroid yang mana juga akan memproduksi homon stress seperti kortisol,

sehingga terjadi peningkatan hormone kortisol.

Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu yang terkuat adalah stress. Pasien dengan penyakit

LES (Lupus Eritematous Syndrom) , stress biasanya muncul akibat tidak dapat melakukan aktifitas sehari-

hari dikarenakan ketidak mampuan fisik (artritis, lemah dan lelah) kemudian juga stress karena hidup

dengan penyakit kronis.

Pemberian kortikosteroid dalam dosis tinggi dan pemaparan terus menerus akan menambah jumlah

adrenal steroid dalam darah yang akan berefek terhadap kerusakan hipokampus

Kotisol yang terus meningkat kematian neuron hipokampus + peningkatan hormone glukokortikoid

Depresi