hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pasien gagal ...
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI ...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI ...
1
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA
DAN STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD
SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka
Menyelesaikan Pendidikan Program Studi S1 Gizi
DISUSUN OLEH :
AINUN MARDIAH
2014.030032
PROGRAM STUDI S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
2
3
4
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN
STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD SURAKARTA
Merupakan karya sendiri (ASLI) dan isi dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar
akademis disuatu instansi pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang
lain atau kelompok lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan
dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2018
Ainun Mardiah
5
MOTTO
“Sesungguhnya di setiap masalah disertai jalan keluar. Kemudian kamu
bertekad, maka berusahalah dan kepada Tuhanmu saja hendaklah kamu
menaruh harapan”
(Al-Insyirah: 6-8)
Masalah akan terasa ringan dengan bersabar dan berlapang dada
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai rasa terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. ALLAH SWT, atas Rahmat dan izin-Nya sehingga saya dapat menyusun skripsi
ini hingga selesai.
2. Rasullulah SAW, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
beliau keluarga besar beserta para sahabat.
3. Ayahanda Machmud Ramli dan ibunda Rosnaini, sosok pertama dari tujuan
hidupku, yang begitu dibutuhkan, terimakasih untuk semangat, kasih sayang,
do’a, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi.
4. Kakak Mahdalina, abang Dadang Sujana dan adikku Alaikassalam tersayang
terimakasih untuk kasih sayang, ilmu yang berpengalaman dari kakak dan
abangku serta motivasi yang membangkitkan keyakinan dan semangat.
5. Almamaterku STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, khususnya Program
Studi S1 Gizi.
Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan, semoga skripsi ini dapat
berguna untuk kemajuan pengetahuan dimasa yang akan datang.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Antara Depresi, Dukungan Keluarga, dan Status Gizi Dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Surakarta”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini berkat bantuan, dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan
hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si., selaku Ketua Prodi S1 Gizi STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta sekaligus sebagai Pembimbing I yang
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
3. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH., selaku Pembimbing II yang meluangkan
waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses penyusunan
skripsi.
4. Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati, S.Gz., M.Gizi., selaku penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.
5. RSUD Kota Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis dalam
melakukan penelitian.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis,
semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2018
8
Penulis
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN
STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD SURAKARTA
Ainun Mardiah1*, Tuti Rahmawati2, Dewi Marfuah3
*Email: [email protected]
Kata Kunci
Depresi, Dukungan
Keluarga, Status Gizi,
Kadar Gula Darah
ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi
insulin. Salah satu penyebab terjadinya komplikasi yaitu depresi
dan dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara depresi, dukungan keluarga dan status gizi
dengan kadar gula darah. Metode penelitian menggunakan
metode observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Teknik sampling penelitian yaitu purposive sampling.
Sampel penelitian sebanyak 54 sampel. Kadar gula darah
diperoleh dengan pemeriksaan menggunakan alat GCU. Data
depresi diperoleh dengan kuesioner Beck Depression Inventory
dan dukungan keluarga diperoleh dengan kuesioner dukungan
keluarga, data status gizi diperoleh dengan mengukur berat
badan dan tinggi badan sampel. Analisa data yang digunakan
yaitu Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan seluruh
sampel memiliki kadar gula darah tidak normal sebanyak 54
orang (100%), sebagian besar sampel mengalami depresi berat
sebanyak 33 orang (61,11%), sebagian besar dukungan keluarga
pada kategori sangat baik sebanyak 52 orang (96,3%) dan
sebagian besar status gizi pada kategori normal sebanyak 23
orang (46,6%). Uji hubungan depresi dengan kadar gula darah
(p=0,029), dukungan keluarga dengan kadar gula (p=0,996),
dan status gizi dengan kadar gula darah (p=0,439). Kesimpulan
ada hubungan depresi dengan kadar gula darah. Tidak ada
hubungan dukungan keluarga dan status gizi dengan kadar gula
darah.
1. Mahasiswa program studi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pembimbing 1 S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pembimbing 2 S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
9
THE CORRELATION BETWEEN DEPRESSION, FAMILY SUPPORT AND
NUTRITIONAL STATUS WITH BLOOD SUGAR LEVELS IN TYPE 2
DIABETES MELLITUS PATIENTS IN HOSPITALS OF SURAKARTA
Ainun Mardiah1*, Tuti Rahmawati2, Dewi Marfuah3
*Email: [email protected]
Keywords
Depression, Family
Support, Nutritional
Status, Blood Sugar
Levels
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a metabolic disease marked by the onset
of hyperglycemia due to impaired insulin secretion. One of the
causes of the occurrence of complications i.e. depression and
family support. The purpose of this research is to know the
correlation between depression, family support and
nutritional status with blood sugar levels. The research
method was analytic observational method with cross
sectional approach. The sample was purposive sampling, the
sample was as many as 54. The blood sugar levels were
obtained by examination using GCU. The depression data
were obtained questionnaire Beck Depression Inventory,
family suport data were obtained questionnaire family suport
and the nutritional status data was obtained by measuring
weight and height of the samples. Analysis of the data used,
Rank Spearman. The results showed that blood sugar levels
are all sample is not normal as many as 54 people (100%),
mostly on the sample severe depression as many as 33 people
(61.11%), family support on the category most excellent as
much as 52 (96.3%) and nutritional status in large part on
normal category as many as 23 people (46.6%). Test the
correlation of depression with blood sugar levels (p = 0,029),
support families with blood sugar levels (p = 0,996),
nutritional status with blood sugar levels (p = 0,439). In the
conclusion there is a correlation of depression with blood
sugar levels. No family support correlation and nutritional
status with blood sugar levels.
1. Undergraduate studies program Student Nutrition STIKES PKU Surakarta
2. the Supervising Lecturer 1 S1 Nutrition STIKES PKU Surakarta
3. the Supervising Lecturer 2 S1 Nutrition STIKES PKU Surakarta
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9
A. TinjauanTeori .......................................................................................... 9
1. Diabetes Mellitus Tipe 2 ................................................................... 9
2. Depresi ............................................................................................ 11
3. Dukungan Keluarga ........................................................................ 14
4. Status Gizi ....................................................................................... 17
5. Kadar Gula Darah ........................................................................... 24
B. Kerangka Teori...................................................................................... 31
11
C. Kerangka Konsep .................................................................................. 32
D. Hipotesis ................................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 33
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu ................................................................................ 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 33
D. Variabel Penelitian ................................................................................ 35
E. Definisi Operasional.............................................................................. 35
F. Instrumen Penelitian.............................................................................. 36
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 37
H. Teknik Analisa Data .............................................................................. 37
I. Jalannya Penelitian ................................................................................ 40
J. Etika Penelitian ..................................................................................... 41
K. Jadwal Penelitian ..................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 43
A. Profil Tempat Penelitian ....................................................................... 43
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 44
C. Pembahasan ........................................................................................... 47
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 57
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 58
A. Kesimpulan ........................................................................................... 58
B. Saran ...................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangaka Teori .................................................................................. 30
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 31
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian ................................................................................ 5
Tabel 2. Klasifikasi IMT untuk populasi Asia Pasifik ........................................ 20
Tabel 3. Klasifikasi batas normal kadar gula darah ............................................ 24
Tabel 4. Definisi Operasional ............................................................................. 34
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia..................................................... 44
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 44
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Depresi ............................................... 45
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Dukungan Keluarga............................ 45
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi .......................................... 46
Tabel 10. Hasil Hubungan Depresi Dengan Kadar Gula Darah ........................... 46
Tabel 11. Hasil Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah ...... 47
Tabel 12. Hasil Hubungan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah ...................... 47
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Menjadi Sampel Penelitian
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
RSUD Surakarta
Lampiran 4. Formulir Pernyataan Kesediaan sebagai Sampel Penelitian
Lampiran 5. Formulir Pengumpulan Data
Lampiran 6. Kuesioner Back Depression Inventory
Lampiran 7. Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 8. Data Populasi Pasien Diabetes Mellitus tahun 2017
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 8. Data Penelitian
Lampiran 9. Output SPSS
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
Lampiran 11. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi terjadi pergeseran dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular, salah satunya adalah penyakit Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin (Bustan, 2010).
Jumlah penduduk dunia yang terkena Diabetes Mellitus semakin
mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization, jumlah penduduk
dunia yang terkena Diabetes Mellitus pada tahun 2015 mencapai 415 juta
orang lebih dan pada tahun 2040 di perkirakan jumlah penderita diabetes di
dunia akan semakin meningkat hingga mencapai jumlah 642 juta orang atau
naik 70% dalam kurun waktu 25 tahun. Indonesia menempati urutan kelima
terbesar dari jumlah penderita Diabetes Mellitus dengan prevalensi 6,67%
dari total penduduk sebanyak 258 juta. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penderita Diabetes Mellitus di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2016
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (IDF, 2015).
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
proporsi penduduk usia ≥15 tahun yang menderita Diabetes Mellitus sebesar
6,9%. Prevalensi penderita Diabetes Mellitus berdasarkan wawancara
(pernah di diagnosa dan ada gejala) mengalami peningkatan dari 1,1%
menjadi 2,1 %. Prevalensi Diabetes Mellitus yang terdiagnosis dokter atau
gejala tertinggi, terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%)
dan Sulawesi Selatan (3,4%). Proporsi penduduk umur ≥ 15 tahun dengan
toleransi glukosa terganggu (TGT) mencapai 2,9%. Hal ini berarti akan
semakin banyak penduduk yang berisiko tinggi untuk menderita Diabetes
Mellitus (Balitbangkes, 2013).
Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor
risiko yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, dan faktor
genetik, serta faktor risiko yang dapat diubah seperti tingkat pendidikan,
1
2
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks
Masa Tubuh, dan lingkar pinggang (Riskesdas, 2008). Perilaku yang tidak
tepat dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah, seperti merokok,
depresi, dukungan keluarga, status gizi, gaya hidup yang berlebih dan
ketidakpatuhan akan kesehatan (Deuschle, 2013).
Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan risiko Diabetes Mellitus
adalah depresi. Depresi lebih sering terjadi pada populasi pasien Diabetes
Mellitus dibandingkan dengan populasi secara umum. Kemunculan depresi
pada Diabetes Mellitus dapat meningkatkan resiko munculnya komplikasi
Diabetes Mellitus. Adanya depresi berkaitan dengan menurunnya kepatuhan
pasien mengikuti diet, kepatuhan minum obat, dan monitoring gula darah.
Hal tersebut akan menyebabkan diabetes tidak terkontrol (Deuschle, 2013).
Penderita Diabetes Mellitus yang sudah terkena depresi, jika
menggunakan obat antidepresan bisa mengakibatkan sistem kerja insulin
terganggu sehingga bisa meningkatkan kadar gula darah (Deuschle, 2013).
Penyakit Diabetes Mellitus mempunyai dampak negatif terhadap fisik
maupun psikologis pasien. Pasien mengalami kelemahan, penglihatan
kabur, dan sakit kepala. Dampak psikologis yang terjadi pada pasien dengan
Diabetes Mellitus seperti kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa
bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak berdaya (Potter & Perry
2010). Pasien dapat menjadi pasif, tergantung, merasa tidak nyaman,
bingung dan merasa menderita (Purwaningsih dan Karlina, 2010). Stres
pada pasien Diabetes Mellitus dibandingkan dengan populasi umum,
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, dan sebagaimana tingkat stres
meningkat, kontrol glikemik semakin memburuk dapat berakibat gangguan
pada pengontrolan kadar gula darah (Eom et al, 2011). Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit selama hidup, maka
pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus
setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu, maka penatalaksanaan
penderita Diabetes Mellitus harus mendapat pengawasan tenaga kesehatan
maupun keluarga. Dalam hal ini peran keluarga sangat diperlukan,
3
khususnya dalam pengontrolan kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus ke dalam ambang batas normal atau mendekati batas normal
(Waspadji, 2009). Dalam keadaan tersebut keluarga berperan merawat dan
memberi motivasi anggota keluarga lain yang sakit serta memenuhi
kebutuhan, pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang sakit
(Friedman, 2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah status gizi. Status gizi adalah suatu ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pasien jika berlebihan menyebabkan obesitas dan
jika kekurangan menyebabkan status gizi kurang. Obesitas terutama yang
bersifat sentral merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya
penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Tertimbunnya lemak tubuh yang
berlebih dapat menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah
menjadi berkurang. Selain itu, reseptor insulin pada sel target menjadi
resisten dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat
dimanfaatkan dan dapat meningkatkan leptin dan menyebabkan
peningkatan kadar gula darah (D’Adamo, 2008).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar
gula darah penderita Diabetes Mellitus adalah dengan program olahraga
yang baik, benar, teratur, dan terukur dapat membantu menstabilkan kadar
gula darah, mengurangi kebutuhan insulin dan obat-obatan, serta
memelihara berat badan dengan pencapaian status gizi yang baik
(PERKENI, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara depresi, dukungan keluarga dan status
gizi dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD
Surakarta.
B. Rumusan Masalah
4
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan antara depresi, dukungan keluarga dan status gizi
dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD
Surakarta ?”
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara depresi, dukungan keluarga
dan status gizi dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus
tipe 2.
b. Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus
tipe 2 di Surakarta.
2. Mendeskripsikan dukungan keluarga pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di Surakarta.
3. Mendeskripsikan status gizi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
di Surakarta.
4. Mendeskripsikan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus
tipe 2 di Surakarta.
5. Menganalisis hubungan antara depresi dengan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta.
6. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kadar
gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta.
7. Menganalisis hubungan status gizi dengan kadar gula darah pada
pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang
diperoleh selama proses perkuliahan tentang hubungan antara depresi,
5
dukungan keluarga dan status gizi dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan menambah hasil
penelitian dan dapat digunakan sebagai referensi ke penelitian
selanjutnya.
1. Bagi RSUD Surakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
RS dalam upaya memperbaiki depresi, dukungan keluarga dan
status gizi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat akan pentingnya pengaruh depresi, dukungan
keluarga dan status gizi dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menfasilitasi paneliti dalam mengembangkan
kemampuan meneliti dalam hal depresi, dukungan keluarga dan
status gizi sekaligus mengaplikasikan ilmu yang didapat.
D. Keaslian Penelitian
Tabel 1
keaslian Penelitian
No Keaslian Penelitian
1. Nama Peneliti / tahun Isworo & Saryono/ 2010
Judul Hubungan depresi dan dukungan
keluarga terhadap kadar gula darah
pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2
Desain dan Variabel Peneltian Cross sectional
Variabel bebas : depresi dan dukungan
keluarga
Variabel terikat : kadar gula darah
6
No Keaslian Penelitian
Hasil Ada hubungan yang signifikan antara
depresi dan kadar gula darah dan
dukungan keluarga
Persamaan a. Meneliti variabel depresi
b. Meneliti variabel dukungan
keluarga
Perbedaan Penelitian yang akan dilakukan meneliti
variabel status gizi
2. Nama Peneliti / tahun Tamara Ervy, bayhakki dkk/ 2014
Judul Hubungan antara dukungan keluarga
dan kualitas hidup pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau
Desain dan Variabel Penelitian Variabel bebas : Dukungan keluarga
Variabel tertikat : kualitas hidup
Hasil Ada hubungan dukungan keluarga dan
kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus
tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provnsi
Riau
Persamaan Meneliti dukungan keluarga
Perbedaan a. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti variabel depresi
b. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti variabel status gizi
c. Tidak meneliti kualitas hidup
3. Nama Peneliti / tahun Pratita, Nurina dewi / 2012
Judul Hubungan peran keluarga dengan
pengendalian kadar gula darah pada
pasien Diabetes Mellitus wilayah kerja
Puskesmas paruh Padang
Desain dan Variabel Penelitian Cross Sectional
Variabel bebas : Peran keluarga
Variabel terikat : kadar gula darah
Hasil Hubungan yang bermakna antara
hubungan peran keluarga dengan kadar
gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus (p<0,05)
7
No Keaslian Penelitian
Persamaan Meneliti variabel peran keluarga
Perbedaan a. Penelitian yang dilakukan Meneliti
variabel depresi
b. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti status gizi
4. Nama Peneliti / tahun Mujabi Faiq / 2017
Judul Hubungan kadar gula darah dengan
tingkat depresi dan aktifitas fisik pada
penderita Diabetes Mellitus di
puskesmas Gatak Sukoharjo
Desain dan Variabel Penelitian Cross Sectional
Variabel bebas : Tingkat depresi dan
aktifitas fisik
Variabel terikat : Kadar gula darah
Hasil Ada hubungan antara kadar gula darah
dengan tingkat depresi dan aktifitas fisik
pada penderita Diabetes Mellitus di
Puskesmas Gatak Sukoharjo
Persamaan Meneliti variabel tingkat depresi
Perbedaan a. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti variabel dukungan keluarga
b. Penelitian yang akan meneliti
variabel status gizi
c. Tidak meneliti variabel aktifitas
fisik
5. Nama Peneliti / tahun Adnan Miftahul, dkk / 2013
Judul Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan kadar gula darah penderita DM
(Diabetes Mellitus) tipe 2 rawat jalan di
RS Tugurejo Semarang
Desain dan Variabel penelitian Cross sectional
Variabel bebas : Indeks massa tubuh
(IMT)
Variabel terikat : Kadar gula darah
Hasil Ada Hubungan antara Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah
penderita Diabetes Mellitus tipe 2
dengan nilai p = 0,000 atau p < 0,05.
8
No Keaslian Penelitian Persamaan Meneliti status gizi atau indeks massa
tubuh
Perbedaan a. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti variabel depresi
b. Penelitian yang akan dilakukan
meneliti variabel dukungan
keluarga
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Pengertian
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi
akibat insensivitas sel terhadap insulin atau kadar insulin yang dalam
keadaan menurun atau berada dalam rentang normal. Kadar insulin
tersebut dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka Diabetes
Mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent Diabetes
Mellitus. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau ganguan fungsi insulin
(resistensi insulin) American Diabetes Mellitus Association (ADA,
2015).
Komplikasi yang dialami penderita Diabetes Mellitus
bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata,
kerusakan ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke
bahkan sampai menyebabkan gangren (Barnes, 2009). Komplikasi
psikologis yang muncul diantaranya dapat berupa kecemasan.
Gangguan kecemasan yang muncul bisa disebabkan oleh long life
diseases karena komplikasi yang ditimbulkannya. Kecemasan ini
jika tidak diatasi akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan
Diabetes Mellitus (Barnes, 2009).
b. Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya
sekresi insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal (resistensi insulin).
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya
9
10
aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe
2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun
tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun
seperti Diabetes Mellitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut (ADA, 2015). Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
Diabetes Mellitus Tipe 2 diantaranya genetik, umur, riwayat lahir
dengan BBLR, serta faktor yang meningkatkan risiko penyakit
yakni aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi,
dislipidemia, diet tidak sehat dan stress ( Azmi, 2008 ).
c. Dampak Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi secara fisik, yaitu
akut dan kronis. Komplikasi akut, meliputi hipoglikemia,
hiperglikemia, hiperglikemik non-ketotik, sedangkan komplikasi
kronis dibagi menjadi 2, yaitu mikrovaskuler dan makrovaskuler
(Baradero, 2009). Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis,
selain menyebabkan komplikasi secara fisik, juga menimbulkan
dampak psikologis bagi penderitanya. Adapun dampak psikologis
yang timbul adalah kecemasan, frustasi, depresi, ketakutan,
ketegangan, ketergantungan, stres, dan lain-lain (Baradero, 2009).
Jumlah penderita Diabetes Mellitus yang terus meningkat
dan besarnya biaya perawatan pasien Diabetes Mellitus yang
terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang
paling baik adalah melakukan pencegahan. Upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang
ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi
umum. Pencegahan sekunder, yaitu upaya mencegah atau
menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita
Diabetes Mellitus dengan pemberian pengobatan dan tindakan
11
deteksi dini penyulit. Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk
mencegah komplikasi atau kecacatan melalui penyuluhan dan
pendidikan kesehatan (Suyono, 2010).
2. Depresi
a. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu
perasaan tidak ada harapan lagi. Individu yang mengalami depresi
pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial
yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah
marah, tersinggung, hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri,
hilang konsentrasi, dan menurunnya daya tahan tubuh (Lubis, 2009).
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan, sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Really Testing
Ability/RTA, masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian splitting of personality) perilaku dapat
terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2008).
b. Faktor Penyebab Depresi
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi
dapat dibagi atas faktor biologi, genetik dan psikososial.
Biogenik amin, norepinefrin, dan serotonin merupakan dua
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Norepinefrin berkaitan dengan menurunnya regulasi reseptor
B-adrenergik dan respon antidepresan sehingga secara klinis
mengindikasikan adanya peran sistem noradrenergik dalam depresi.
Faktor genetik adalah faktor yang signifikan dalam perkembangan
gangguan mood. Faktor psikososial yaitu peristiwa atau kejadian
dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului
episode gangguan mood. Stres atau ketegangan akan menyebabkan
perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem signalling
12
intraneuronal yang akhirnya menyebabkan seseorang mempunyai
risiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood (Harista dan
Lisiswanti, 2015).
Terdapat beberapa faktor risiko depresi diantaranya genetika
(riwayat penyakit depresi pada keluarga), kerentanan psikologis
(pola pikir negatif, kesepian, pengalaman hidup yang menekan),
lingkungan yang menekan dan kejadian dalam hidup (trauma pada
masa kanak-kanak, perceraian, masalah ekonomi, pekerjaan,
kurangnya dukungan sosial, menderita penyakit berat yang lama dan
hidup menderita dalam jangka waktu yang lama), faktor biologis
(depresi pasca melahirkan atau terkena infeksi virus) (Azmi, 2008).
c. Dampak Depresi Terhadap Gula darah
Dampak yang ditimbulkan dari depresi yakni naiknya gula
darah disebabkan meningkatnya glikogenolisis dihati dan
peningkatan glukagon terhambat pengambilan glukosa oleh otot dan
berkurangnya pembentukan insulin pankreas (Azmi, 2008).
Kemunculan depresi pada Diabetes Mellitus dapat
meningkatkan resiko munculnya komplikasi Diabetes Mellitus.
Adanya depresi berkaitan dengan menurunnya kepatuhan pasien
mengikuti restriksi diet, kepatuhan minum obat, dan monitoring gula
darah. Hal tersebut akan menyebabkan Diabetes Mellitus tidak
terkontrol. Komplikasi Diabetes Mellitus tidak terkontrol dapat
menyebabkan depresi yang berkepanjangan pada pasien (Hawari,
2008).
d. Kaitan Depresi dengan Kadar Gula Darah
Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering
dikaitkan dengan stresor jangka panjang seperti penyakit kronis,
diantaranya Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus didefinisikan
sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
13
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin ( Harista dan Lisiswanti, 2015).
Depresi klinis terjadi pada penderita Diabetes Mellitus.
Pasien Diabetes Mellitus dengan depresi belum mendapatkan
intervensi untuk mengatasi keduanya dengan baik. Kemunculan
depresi pada Diabetes Mellitus dapat meningkatkan risiko
munculnya komplikasi mortalitas pada pasien perempuan.
Perempuan dengan Diabetes Mellitus memiliki kontrol kadar gula
darah, tekanan darah, dan kolesterol darah yang lebih buruk dari
pada penderita Diabetes Mellitus pria. Oleh karena itu, risiko
komplikasi hingga kematian akibat Diabetes Mellitus pada
perempuan lebih tinggi dari pada pria (Harista dan Lisiswanti,
2015).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa depresi lebih
sering terjadi pada populasi pasien Diabetes Mellitus dibandingkan
dengan populasi umum. Kemunculan depresi pada Diabetes
Mellitus dapat meningkatkan risiko menculnya komplikasi Diabetes
Mellitus. Adanya depresi berkaitan dengan menurunnya kepatuhan
pasien mengikuti restriksi diet, kepatuhan minum obat, dan
monitoring gula darah. Hal tersebut akan menyebabkan Diabetes
Mellitus tidak terkontrol. Komplikasi Diabetes Mellitus Keluarga
tidak terkontrol dapat menyebabkan depresi yang berkepanjangan
pada pasien (Hawari, 2008). Akibat yang ditimbulkan dari co-
morbiditas depresi pada pasien Diabetes Mellitus, screening untuk
depresi perlu untuk dilakukan (Harista dan Lisiswanti, 2015).
Depresi dengan Diabetes Mellitus tipe 2 dapat
mempengaruhi satu sama lain. Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula,
atau glukosa dalam aliran darah. Keadaan ini menyebabkan
14
hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah
membahayakan. 10 faktor gender juga berperan dalam risiko
terjadinya Diabetes Mellitus. Secara prevalensi, perempuan dan pria
mempunyai peluang yang sama terkena Diabetes Mellitus, akan
tetapi penelitian menunjukkan sebanyak 67,0% perempuan
menderita Diabetes Mellitus sedangkan laki-laki 33,0%. Perempuan
lebih berisiko mengidap Diabetes Mellitus karena secara fisik
perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang
lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga
perempuan berisiko menderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Depresi
pada orang dengan Diabetes Mellitus berkaitan dengan kontrol
glikemik dan metabolik yang lebih buruk, percepatan timbulnya
komplikasi yang lebih cepat, dan risiko morbiditas dua kali lebih
besar dibandingkan dengan penderita Diabetes Mellitus tanpa
depresi (Harista Lisiswanti, 2015).
3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang
diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang
dihadapkan pada situasi stress. Dukungan keluarga adalah sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit. Dukungan dibagi menjadi empat dimensi yaitu empathethic
(emosional) dijelaskan sebagai ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, dimensi encouragement (dorongan
semangat) dijelaskan bahwa keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan
masalah, dimensi facilitative (instrumental) dijelaskan bahwa
15
keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
dan dimensi participative (partisipasi) dijelaskan bahwa keluarga
berfungsi sebagai kolektor dan penyebar informasi tentang dunia
contohnya memberi nasihat, petunjuk-petunjuk dan saran-saran
(Friedman, 2010).
b. Peran dukungan keluarga terhadap pasien Diabetes Mellitus tipe 2
Peran keluarga menggambarkan perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu, peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga dan kelompok. Peran merupakan
serangkaian tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi keadaan sosial (Leny, 2010).
Peran keluarga terdiri dari peran formal dan peran informal.
Dalam peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait
sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga
membagi peran merata kepada para anggotanya seperti cara
masyarakat membagi peran menurut pentingnya pelaksanaan peran
bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi
sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provinder
atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat
maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan
keluarga paternal dan maternal, peran terapeutik (memenuhi
kebutuhan efektif dari pasangan), dan peran sosial (Mubarak
dkk, 2009). Sedangkan dalam peran informal keluarga terdapat
peran merawat keluarga dan peran memotivasi/pendorong keluarga
(Friedman, 2010).
c. Manfaat dukungan keluarga terhadap pasien Diabetes Mellitus tipe
2
Dampak yang ditunjukkan oleh dukungan keluarga adalah
pasien dapat mengontrol kadar gula darah. Beberapa upaya yang
16
biasa dilakukan untuk mencapai tujuan mengontrol kadar gula darah
adalah dengan kombinasi antara pengaturan diit, olahraga, obat anti
diabetik, penilaian kontrol dan pendidikan. Tidak pernah melakukan
kontrol, maka pemderita tersebut tidak mengetahui keadaan gula
darahnya, sehingga apabila kadar gula meningkat dan melakukan
kebiasaan yang dapat membuat kadar gula darahnya meningkat
maka penderita dapat mengalami komplikasi. Komplikasi Diabetes
Mellitus dapat terjadi setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit
(Nabyl, 2009).
d. Kaitan Dukungan keluarga dengan kadar gula darah
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan biasa berasal dari
orang lain (orang tua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat
dengan subyek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah
laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa
disayangi, diperhatikan dan dicintai ( Ali, 2009). Dukungan
keluarga memiliki 4 dimensi dukungan yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
informatif (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat
mempengaruhi kepuasan seseorang dalam menjalani kehidupan
sehari-hari dimana peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek
perawatan kesehatan keluarga mulai dari strategi-strategi hingga
fase rehabilitasi.
Hasil wawancara penelitian Tamara dkk (2014) yang
dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli
2014 mengenai dukungan keluarga yang disarankan pasien, semua
pasien mengatakan merasakan dukungan dari keluarganya.
Dukungan yang biasa diterima pasien biasanya memberikan
semangat, serta membantu dalam pengobatan. Semua pasien juga
mengatakan memiliki semangat kembali untuk melakukan aktivitas
17
sehari-hari serta dalam melakukan pengobatan yang harus dijalani
penderita ketika keluarga memberikan perhatian.
4. Status Gizi
a. Pengertian status gizi
Status Gizi merupakan keadaan tubuh yang merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam dan
penggunaannya. Salah satu cara untuk memantau status gizi orang
dewasa adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan
lebih dan obesitas pada orang dewasa (Susilo & Wulandari, 2011).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi didalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Susilo &
Wulandari, 2011).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi
dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke
dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai
dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh
dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya
Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh
semua orang (Khairina, 2008). Status gizi rendah (Underweight)
merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat
terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran
kebutuhan individu. Status gizi lebih (overnutrition) merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam
tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi
karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang
dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan
18
dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi
gemuk (Khairina, 2008).
b. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi menurut Suhardjo (2003)
1) Faktor langsung
a) Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga
bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli,
distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan. Hal ini tergantung pula pada pendapatan,
agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat
bersangkutan.
b) Infeksi
Penyakit infeksi berkaitan dengan status gizi yang
rendah. Hubungan kekurangan gizi dengan penyakit infeksi
antara lain dapat dijelaskan melalui mekanisme pertahanan
tubuh yang mengalami kekurangan zat gizi dengan asupan
energi dan protein yang rendah, maka kemampuan tubuh
untuk membentuk protein yang baru berkurang. Tubuh akan
mudah mendapat serangan infeksi karena pembentukan
kekebalan tubuh seluler yang terganggu.
2) Faktor tidak langsung
a) Kesediaan pangan di tingkat rumah tangga
Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan
makanan dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen
sampai di tingkat rumah tangga.
b) Daya beli keluarga yang kurang untuk memenuhi kebutuhan
bahan makanan bagi seluruh anggota keluarga
Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata
pencaharian atau penghasilan suatu keluarga. Apabila
penghasilan keluarga tidak cukup dalam jumlah dan kualitas,
maka konsumsi atau asupan gizi tiap anggota keluarga akan
19
berkurang yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan otak mereka.
c) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan
kesehatan
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh
keluarga dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan
pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga tidak
menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari
keluarganya. Pada gilirannya asupan gizi tidak sesuai
kebutuhan.
c. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan sebuah proses
pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi. Oleh karena itu,
penilaian status gizi juga dapat didefinisikan sebagai interpretasi
informasi yang diperoleh dari penilaian asupan makan, biokimia,
antropometri dan studi klinik (Fahmida dkk, 2007).
1) Penilaian Langsung
a) Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian
status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang
disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi
tubuh seseorang (Supariasa, 2012).
Pengukuran status gizi untuk dewasa dapat dilakukan
dengan indeks antropometri dan menggunakan indeks massa
tubuh (IMT). Cara menemukan IMT dengan terlebih dahulu
menentukan IMT dewasa dengan rumus IMT setelah nilai IMT
diperoleh, dibandingkan dengan nilai IMT hasil perhitungan
pada diagram IMT sesuai dengan jenis kelamin dan usia
dewasa, penentuan kriteria dewasa disesuaikan dengan
20
ketentuan kategori status gizi. Rumus dan kategori yang
digunakan adalah :
Rumus IMT
Tabel 2. Klasifikasi IMT untuk populasi Asia Pasifik
Kategori IMT (kg/m²)
Underweight <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight 23,0 – 24,9
Obesitas Tingkat 1 25,0 – 29,9
Obesitas tingkat 2 ≥30,0
b) Klinis
Pemeriksaan klinis terhadap pasien dimulai dari
menggali riwayat medis diikuti dengan pemeriksaan fisik
untuk mendeteksi dan mencatat gejala atau keluhan pasien dan
tanda fisik dari hasil pengamatan terkait dengan masalah gizi.
Masalah gizi yang dimaksud tidak hanya akibat kurang gizi
(undernutrition) dan gizi lebih (overundernutrition), tetapi
juga defisiensi (specific deficiency) serta ketidakseimbangan
(imbalance) zat gizi (Herlianty, 2011).
c) Biokimia
Penilaian status gizi metode biokimia ialah
pemeriksaan specimen seperti darah, urine, rambut, dan lain-
lain yang diuji menggunakan alat khusus, yang umumnya
dilakukan di laboratorium. Metode ini biasanya digunakan
sebagai peringatan dini terhadap kemungkinan munculnya
keadaan kekurangan atau kelebihan gizi yang lebih parah.
Tujuan penelitian biokimia ialah untuk mengetahui status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan status biokimia
pada jaringan atau cairan tubuh serta tes fungsional (Manjilala,
2016).
21
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan
melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan
dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,
2012).
2) Penilaian Tidak Langsung
a) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu
penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga.
Data yang didapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui
frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam
memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati,
2004).
b) Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian
status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan
yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian
menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan
kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit
infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti
dan Triyanti, 2007).
c) Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor
ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi
beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik,
dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor
ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi
22
salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan
sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa,
2001).
d. Pengaruh status gizi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
Kelebihan status gizi atau disebut juga dengan overweight
kemudian berpengaruh menjadi obesitas adalah pemicu terjadinya
Diabetes Mellitus tipe 2. Obesitas merupakan faktor risiko utama
untuk terjadinya Diabetes Mellitus (Gibney, 2009). Obesitas dapat
membuat sel tidak sensitive terhadap insulin (resisten insulin)
(Kariadi, 2009). Insulin berperan meningkatkan glukosa di banyak
sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat,
sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka kadar gula di
dalam darah juga dapat mengalami gangguan (Guyton, 2008).
Diabetes Mellitus dipengaruhi oleh status gizi, status gizi
obesitas menyebabkan resistensi insulin yang dapat berdampak
buruk terhadap jaringan sehingga menimbulkan komplikasi kronis
terutama obesitas sentral karena lipolisis pada obesitas sentral lebih
resisten terhadap efek insulin dibandingkan dengan adiposit
didaerah lain, sedangkan status gizi kurang berperan dalam
mudahnya seseorang terserang infeksi. Status gizi yang yang tidak
baik dan tidak terjaganya pilar pengelolaan Diabetes Mellitus
dengan baik dapat meningkatkan kejadian sindroma metabolik yang
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Selain itu, Diabetes
Mellitus merupakan penyakit yang terkait gen sehingga pemantauan
status gizi juga penting dilakukan pada keturunan pasien yang
merupakan kelompok risiko tinggi untuk dapat dilakukan perubahan
pola hidup (Guyton, 2008).
e. Kaitan status gizi dengan kadar gula darah
Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit Diabetes Mellitus
tipe 2. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh dapat
23
mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar
gula darah penderita Diabetes Mellitus (Waspadji, 2009). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah
penderita Diabetes Mellitus adalah dengan pencapaian status gizi
yang baik. Antropometri merupakan salah satu cara penentuan status
gizi.
Hasil penelitian Trisnawati dkk (2013) menunjukkan bahwa
terdapat dua variabel yang terbukti meningkatkan kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2 yaitu obesitas berdasarkan lingkar pinggamg dan
umur, sedangkan variabel lain seperti hipertensi, aktivitas fisik,
merokok dan obesitas berdasarkan IMT tidak terbukti dapat
meningkatkan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Berdasarkan hasil
penelitian variabel umur ≥50 dapat meningkatkan kejadian Diabetes
Mellitus tipe 2 karena penuaan menyebabkan menurunnya
sensitivitas insulin dan fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa.
Hal tersebut didukung hasil penelitian yang serupa oleh Suantika di
Bali (2014) didapatkan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus pada
kelompok yang lebih muda. Variabel obesitas berdasarkan lingkar
pinggang dapat meningkatkan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2.
Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Suantika
tahun 2014 diperoleh hasil prevalensi obesitas berdasarkan lingkar
pinggang sebesar 35%, pada laki-laki dengan lingkar pinggang ≥90
cm sebesar 27,5% dan perempuan dengan lingkar pinggang ≥80 cm
sebesar 43,4%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa obesitas sentral
khususnya di perut yang digambarkan oleh lingkar pinggang lebih
sensitive dalam memprediksi gangguan akibat resistensi insulin
pada Diabetes Mellitus tipe 2.
5. Kadar Gula Darah
a. Definisi
Glukosa merupakan karbohidrat yang diserap ke dalam
aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa
24
di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh
serta berfungsi untuk menghasilkan energi. Kadar glukosa darah
sangat erat kaitannya dengan penyakit Diabetes Mellitus.
Peningkatan kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL yang disertai
dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya untuk menentukan
diagnosis Diabetes Mellitus (Kurniawan, 2010).
Kontrol kadar gula darah dilakukan secara teratur
merupakan upaya pencegahan terjadinya komplikasi yang dilakukan
oleh pasien Diabetes Mellitus (Kurniawan, 2010). Standar
pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan kesehatan idealnya
dilakukan minimal tiga bulan sekali setelah kunjungan pertama,
yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa, kadar gula darah
2 jam setelah makan, dan pemeriksaan HbA1C (Mahendra, 2008).
Tabel 3. Klasifikasi batas normal kadar gula darah
Normal (mg/dl) Tidak Normal (mg/dl)
Gula darah sewaktu
Gula darah puasa
Gula darah 2 jam
sesudah makan
≤200
<100 - 126
<140 – 200
>200
≥126
≥200
Sumber : ADA 2014
b. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah
Ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula darah
diantaranya faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat
diubah yaitu sebagai berikut.
1) Faktor yang dapat diubah
a) Pola makan
Pola makan atau diet merupakan determinan penting
yang menentukan obesitas dan resistensi insulin. Konsumsi
makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas
rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan
disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang
digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan
25
meningkatkan resitensi insulin sekalipun belum terjadi
kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori,
tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan
Diabetes Mellitus tipe 2. Diet kaya akan energi dan rendah
serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi
insulin bahkan pada populasi yang berisiko rendah
(Azrimaidaliza, 2011).
b) Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi
karbohidrat, protein, dan lemak yang merupakan faktor
risiko dari obesitas menyebabkan meningkatnya Asam
Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan
FFA ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke
membran plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi
insulin pada jaringan otot dan adipose (Teixeira Lemos et al,
2011).
Prevalensi Diabetes Mellitus sejalan dengan tingkat
obesitas, semakin tinggi pula prevalensi Diabetes Mellitus.
Setiap peningkatan 1 kg berat badan dapat meningkatkan
risiko terjadinya Diabetes Mellitus sebesar 4,5% (Sujaya,
2009).
c) Hipertensi
Hipertensi biasanya terjadi bila tekanan darah
mencapai lebih dari 140 mmHg (sistolik) dan 85-90 mmHg
(diastolik). Apabila kondisi hipertensi pada seseorang
dibiarkan tanpa perawatan, maka kondisi ini dapat
mengalami penebalan pembuluh darah arteri yang
menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi
menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan
glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2012).
26
d) Pendidikan
Dari hasil Riskesdas (2013) ditemukan bahwa pada
tingkat pendidikan tidak sekolah hingga lulus SMA,
prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan
Diabetes Mellitus terus mengalami peningkatan, sedangkan
khusus untuk pendidikan lulusan perguruan tinggi,
prevalensi TGT dan Diabetes Mellitus meningkat
dibandingkan dengan kelompok pendidikan sebelumnya
(lulusan SMA).
e) Aktivitas Fisik
Hasil penelitian Lies (1998) menemukan bahwa
aktivitas fisik seseorang memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Hasil tersebut
diperkuat oleh penemuan serupa pada penelitian Yuniatum
(2003). Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jumlah
energi yang dikonsumsi melebihi jumlah energi yang
dikeluarkan, sehingga menimbulkan keseimbangan energi
positif yang disimpan pada jaringan adipose. Hal ini
menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang berkembang
menjadi Diabetes Mellitus tipe 2 (WHO, 2003 daam Sujaya,
2009). Oleh karena itu, disarankan bagi anak dari penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 untuk mengatur asupan makan
dengan cepat, menghindari overweight, dan melakukan
aktivitas fisik secara teratur untuk mencegah timbulnya
Diabetes Mellitus (Pipicelli dkk, 2009).
f) Pekerjaan
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), jika
dibandingkan antar kelompok responden yang tidak bekerja
memiliki prevalensi TGT dan Diabetes Mellitus yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok pekerjaan lain.
Prevalensi TGT dan Diabetes Mellitus pada kelompok tidak
27
bekerja adalah masing-masing 12,6% dan 6,9%. Sementara
itu, prevalensi TGT terendah ada pada kelompok responden
yang dengan pekerjaan petani, nelayan, atau buruh dengan
prevalensi TGT sebesar 6%. Adapun kelompok responden
dengan prevalensi Diabetes Mellitus terendah yaitu ada pada
kelompok siswa sekolah dengan prevalensi Diabetes
Mellitus sebesar 1%.
g) Depresi
Kemunculan depresi pada Diabetes Mellitus dapat
meningkatkan resiko munculnya komplikasi Diabetes
Mellitus. Adanya depresi berkaitan dengan menurunnya
kepatuhan pasien mengikuti restriksi diet, kepatuhan minum
obat, dan monitoring gula darah. Hal tersebut akan
menyebabkan Diabetes Mellitus tidak terkontrol. Komplikasi
Diabetes Mellitus tidak terkontrol dapat menyebabkan
depresi yang berkepanjangan pada pasien (Hawari, 2008).
h) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah salah satu lingkungan
eksternal yang dibutuhkan. Pendekatan secara individu
dalam penanggulangan Diabetes Mellitus lebih diarahkan
pada pendekatan terhadap keluarga karena keluarga
merupakan pendukung, penyedia pelayanan kesehatan
utama bagi individu yang menderita penyakit kronis seperti
Diabetes Mellitus (Hasbi, 2012).
Keluarga diberikan pendidikan kesehatan bertujuan
untuk peningkatan pemahaman akan tugas keluarga dalam
bidang kesehatan meliputi mengenal permasalahan penyakit
Diabetes Mellitus, mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatan yang harus dilakukan terhadap anggota keluarga
yang menderita Diabetes Mellitus, merawat dan
memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
28
kesehatan untuk penanganan anggota keluarga dengan
Diabetes Mellitus (Hasbi, 2012).
2) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Umur
Penelitian Iswanto (2004) menemukan ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan kejadian Diabetes
Mellitus. sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas (2013),
peningkatan kelompok umur ternyata juga diikuti dengan
peningkatan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
dan Diabetes Mellitus. Namun pada Diabetes Mellitus,
prevalensi pada umur 75 tahun ke atas kembali menurun jika
dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya.
b) Jenis Kelamin
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan
bahwa prevalensi TGT dan Diabetes Mellitus menurut
pemeriksaan gula darah pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laiki-laki. Prevalensi TGT pada
perempuan adalah 11,5% dibandingkan dengan 8,7% pada
laki-laki, sedangkan prevalensi Diabetes Mellitus pada
perempuan adalah 6,4% dibandingkan dengan 4,9% pada
laiki-laki.
Variasi proporsi Diabetes Mellitus, khususnya pada
perempuan dapat disebabkan oleh bebarapa hal yaitu
dampak dari diabetes gestasional pada ibu dan bayi, serta
tingginya prevalensi Diabetes Mellitus pada perempuan
yang berusia tua, yang disebabkan oleh usia harapan hidup
perempuan yang lebih tinggi dari pria. Selain itu, perempuan
juga lebih rentan terkena faktor-faktor Diabetes Mellitus
dibandingkan dengan pria (Grant et al, 2009). Faktor-faktor
tersebut diantaranya indeks massa tubuh yang disertai
29
tekanan darah yang lebih tinggi pada perempuan (Grant et
al, 2009).
c) Ras
Variasi kejadian Diabetes Mellitus menurut suku dan
ras juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari masing-
masing ras. Penelitian pada masyarakat Bali tahun 2009
menunjukkan bahwa masyarakat yang lebih banyak
mengkonsumsi makanan tradisional dengan kandungan
lemak dan karbohidrat yang tinggi memiliki risiko yang
lebih besar untuk mengalami Diabetes Mellitus (Sudjana,
2009).
d) Faktor Genetik
Penelitian dari Genome-Wide Association
menemukan bahwa terdapat jenis Single Nucleaotide
Polimorphisms (SNPs) yang terkait dengan fungsi sel β
pankreas yang memicu terjadinya Diabetes Mellitus.
Namun, faktor lain seperti obesitas dan rendahnya aktivitas
fisik merupakan faktor yang lebih penting (Praet, 2009).
Penelitian di India Utara juga menemukan gen DOK5
sebagai gen yang menimbulkan kerentanan akan Diabetes
Mellitus dan obesitas (Tabassum dkk, 2010).
Hasil penelitian dari Iswanto (2004) yang
menemukan bahwa adanya riwayat diabetes pada kakek,
nenek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak, atau adik berhubungan
signifikan dengan kejadian Diabetes Mellitus.
Penyakit Diabetes Mellitus diturunkan menurut
Hukum Mendel secara resesif autosomal dengan penetrasi
inkomplit. Apabila kedua orang tua merupakan penderita
Diabetes Mellitus, maka semua anaknya juga akan menderita
penyakit tersebut, sedangkan jika salah satu orang tua dan
30
kakek menderita Diabetes Mellitus, maka 50% dari anak-
anaknya akan terkena Diabetes Mellitus (Iswanto, 2004).
c. Dampak Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah di
dalam darah meningkat. Apabila hiperglikemia tidak segera diatasi
dapat menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus dengan ditunjang
pemeriksaan klinis seperti kadar gula darah puasa di atas 126 mg/dL
dan kadar gula darah 2 jam setelah makan di atas 200 mg/dL
(Tandra, 2009).
Penyakit diabetes dapat berkembang menjadi gangguan yang
lebih parah karena dapat menyebabkan bermacam-macam
komplikasi yaitu kerusakan saraf, kerusakan ginjal, kerusakan mata,
penyakit jantung, stroke, impotensi, dan hipertensi (Tandra, 2009).
31
B. Kerangka Teori
Sumber : Isworo & Saryono/ 2010, Mujabi Faiq / 2016, Adnan Miftahul, dkk / 2013
Faktor yang dapat diubah :
1. Status Gizi
2. Pola makan
3. Hipertensi
4. Status pekerjaan
5. Pendidikan
6. Aktivitas fisik
7. Depresi
8. Dukungan keluarga
Faktor yang tidak dapat
diubah :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Genetik
4. Suku/Ras
Kadar Gula Darah
32
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan depresi dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta.
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta.
Ha : Ada hubungan status gizi dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta.
Depresi
Dukungan Keluarga
Status Gizi
Kadar Gula
Darah
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional karena variabel depresi, dukungan
keluarga dan status gizi dengan kadar gula darah diukur dalam waktu yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Surakarta pada bulan Juli 2018
C. Populasi dan sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan
penderita diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta sebanyak 100 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut :
a. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Penderita diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan
b) Bisa berkomunikasi dengan baik
c) Bersedia menjadi sampel penelitian
d) Usia pasien 35-55 tahun
2) Kriteria Eksklusi
Pasien yang tidak bersedia menjadi sampel
b. Besar sampel
Perhitungan perkiraan jumlah sampel dalam satu populasi dalam
penelitian menggunakan Rumus Lemeshow (1997) ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
33
34
(Z1² - α/2). P (1-P). N
n =
d2 (N-1) + Z1² - α/2. P (1-P)
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi (100)
Z1² - α/2 = Nilai Z pada batas atas untuk tingkat kepercayaan 95% =
1,96
P = Proporsi prevalensi (50%)
d2 = Presisi yang digunakan 10% (0,1%)
Perhitungan perkiraan besar sampel sebagai berikut :
(Z1² - α/2). P (1-P). N
n =
d2 (N-1) + Z1² - α/2. P (1-P)
(1,962). 0,5 (1-0,5).100
n =
0,12 (100-1)+ 1,962. 0,5 (1-0,5)
3,8416 . 25
n =
0,01 . 99 + 0,9604
96,04
n = = 49 orang
1,9504
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 49 orang
ditambah dengan drop out 10% jadi jumlah keseluruhan sampel ada 54
orang.
35
c. Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pada
penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah depresi, dukungan keluarga dan
status gizi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Pengukuran
Depresi Depresi merupakan suatu
pengalaman yang menyakitkan,
suatu perasaan tidak ada
harapan yang pernah dialami,
diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi
pertanyaan berhubungan
dengan depresi.
Kuesioner
Back
Depression
Inventory
Skor Rasio
Dukungan
Keluarga
Dukungan keluarga diartikan
sebagai bantuan yang diberikan
kenyamanan fisik dan
psikologis pada orang yang
dihadapkan pada situasi stress,
diukur menggunakan kuesioner
yang berisi pertanyaan seputar
dukungan keluarga.
Kuesioner
dukungan
keluarga
Skor Rasio
36
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :
1. Formulir pengumpulan data
Formulir identitas yang terdiri dari nama, usia, dan jenis kelamin, data
antropometri (berat badan, tinggi badan, IMT) dan kadar gula darah.
2. Informed consent
Formulir yang menyatakan kesediaan untuk menjadi sampel penelitian.
3. Timbangan injak
Digunakan untuk mengukur berat badan dengan ketelitian 0,1 kg dan
kapasitas 150 kg.
4. Mikrotoa
Digunakan untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm dan
kapasitas 200 cm.
5. Alat cek gula darah (GCU)
Digunakan untuk mengecek kadar gula darah
6. Kuesioner Beck Depression Inventory
Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang depresi
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
7. Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
dukungan keluarga pada Diabetes Mellitus tipe 2.
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Pengukuran
Status Gizi Hasil perhitungan dari berat badan
(kg) dibagi dengan tinggi badan
dalam kuadrat (m2) yang kemudian
disesuaikan dengan kategori IMT
Timbangan
injak dan
mikrotoa
Kg/m2 Rasio
Kadar Gula
Darah
Kadar gula darah sewaktu yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan
darah yang diambil dari jumlah
kandungan glukosa dalam plasma
darah
GCU g/dl Rasio
37
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis dan sumber data
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sampel
meliputi :
1) Data identitas sampel, meliputi : nama, jenis kelamin, dan usia.
2) Data antropometri, meliputi : BB, TB, dan Status gizi
3) Data kuesioner depresi, dukungan keluarga, dan IMT status gizi.
4) Pemeriksaan gula darah dilakukan oleh peneliti
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang
berkaitan dengan sampel seperti data medis dan profil RSUD Surakarta.
2. Cara pengumpulan data
a. Antropometri
Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui berat badan, tinggi
badan dan status gizi.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui depresi dan dukungan
keluarga pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
c. Dokumentasi
Pengambilan data secara dokementasi mengenai data berupa catatan
yang diambil dari RSUD Surakarta yaitu populasi pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 dan profil RSUD Surakarta.
H. Teknik Analisa Data
1. Teknik Pengolahan data
Penelitian ini diolah menggunakan teknik pengolahan data statistik
yaitu pengolahan data dengan menggunakan analitik statistik dengan program
komputer SPSS statistik 17.0. data yang telah dikumpulkan diolah melalui
beberapa tahap menurut Notoadmodjo (2012), yaitu :
a. Editing
Memeriksa data dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan
data, baik isi maupun wujud alat pengumpul data yakni:
38
1) Mengecek jumlah lembar pertanyaan.
2) Mengecek nama dan kelengkapan identitas sampel penelitian..
3) Mengecek macam isian data.
4) Mengecek formulir kuesioner
b. Coding
Pemberian kode tertentu untuk memudahkan dalam pemasukan
data. Pemberian kode dilakukan pada hasil kuesioner meliputi, depresi dan
dukungan keluarga. Kemudian tiap variabel dikategorikan sesuai dengan
jumlah skor/ nilai masing-masing variabel, sebagai berikut:
1) Nilai Beck Depression Inventor dikategorikan sebagai berikut :
a. Tidak ada depresi = 24 - 44
b. Depresi Ringan = 45 - 64
c. Depresi Sedang = 65 - 84
d. Depresi Berat = 85 - 104
e. Depresi Berat Sekali = 105 - 120
Keterangan Kategori :
Unfavorable Favorable
a. Sangat Sesuai 1 a. Sangat Sesuai 5
b. Sesuai 2 b. Sesuai 4
c. Netral 3 c. Netral 3
d. Tidak Sesuai 4 d. Tidak Sesuai 2
e. Sangat Tidak Sesuai 5 e. Sangat Tidak Sesuai 1
2) Nilai Dukungan Keluarga dikategorikan sebagai berikut :
Rumus :
Jumlah hasil jawaban
X 100%
Skor tertinggi
Keterangan Point :
a. Selalu = 3
b. Kadang- kadang = 2
c. Tidak pernah = 1
39
Keterangan Kategori :
a. 70 – 100 % = Dukungan sangat baik
b. 50 – 69 % = Dukungan baik
c. 30 – 49% = Dukungan cukup
3) Nilai kategori IMT untuk populasi Asia Pasifik dikategorikan sebagai
berikut:
a. Underweight = < 18,5
b. Normal = 18,5 – 22,9
c. Overweight = 23,0 – 24,9
d. Obesitas tingkat 1 = 25 – 29,9
e. Obesitas tingkat 2 = ≥ 30,0
4) Nilai kategori kadar gula darah menurut ADA 2014 Gula darah
sewaktu.
a. Normal = ≤ 200 mg/dl
b. Tidak normal = > 200 mg/dl
c. Entry Data
Data yang dimasukkan pada proses entry data yaitu data depresi,
dukungan keluarga, status gizi dan kadar gula darah yang telah melalui
proses coding kedalam program SPSS Versi 17. Data-data yang terkumpul
di analisa secara univariat dan bivariat dengan program SPSS versi 17.
d. Tabulating
Menyusun data dengan mengorganisir data sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dijumlah, disusun, disajikan dalam bentuk tabel
atau grafik. Data yang disajikan dalam bentuk tabel adalah data depresi,
dukungan keluarga, status gizi dan kadar gula darah.
2. Analisis Data
Analisis data meliputi data statistik menurut Notoatmodjo (2012),
sebagai berikut :
40
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini menghasilkan
distribusi frekuensi variabel dependen kadar gula darah serta variabel
independen meliputi depresi, dukungan keluarga dan status gizi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan variabel dependen dan variabel independen yaitu
hubungan antara depresi, dukungan keluarga dan status gizi dengan kadar
gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Surakarta.
Penelitian ini menggunakan uji korelasi atau uji hubungan, sebelum
uji hubungan dilakukan uji kenormalan data menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Data depresi dan status gizi berdistribusi normal,
sedangkan data dukungan keluarga dengan kadar gula darah berdistribusi
tidak normal, yang selanjutnya akan dilakukan uji Rank Spearman. Uji
tersebut untuk menganalisis:
1. Hubungan depresi dengan kadar gula darah
2. Hubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah
3. Hubungan status gizi dengan kadar gula darah
I. Jalannya Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian :
1. Tahap persiapan
a. Menyusun proposal penelitian
b. Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi
subyek
c. Mengajukan surat izin melakukan penelitian di RSUD Kota Surakarta
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak RSUD Kota Surakarta
b. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada sampel
41
c. Memberikan lembar informed consent bagi yang bersedia menjadi
sampel
d. Melakukan wawancara mengenai kuesioner depresi dan dukungan
keluarga
e. Melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan
f. Pemeriksaan kadar gula darah secara langsung
3. Tahap Akhir
a. Melakukan pengolahan data dengan SPSS
b. Menyusun hasil penelitian
J. Etika Penelitan
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap tempat dan peneliti
itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh rekomendasi
dari pembimbing dan mendapat izin dari ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Informed consent (lembar persetujuan menjadi sampel penelitian)
Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada sampel, terlebih
dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Calon sampel yang bersedia untuk diteliti diberi lembar
persetujuan dan harus ditandatangani, sedangkan calon sampel yang tidak
bersedia atau menolak diteliti, peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak-haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari sampel, maka peneliti
tidak mencantumkan nama sampel pada lembar pengumpulan data, cukup
memberikan kode yaitu pemberian angka pada masing-masing lembar
tersebut.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh
peneliti, bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh peneliti dan
42
pembimbing serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan
atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selanjutnya lembar pengumpulan
data dimusnahkan oleh peneliti dengan cara dibakar setelah jangka waktu
dua tahun.
K. Jadwal Penelitian
Terlampir
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
RSUD Kota Surakarta merupakan fasilitas layanan kesehatan milik
Pemerintah Kota Surakarta. RSUD Kota Surakarta telah terdaftar dari tanggal
30 desember 2014 dengan nomer surat izin 449/0749/B-01/IORS/XII/2014
dari walikota Surakarta dengan sifat tetap dan berlaku selama 5 tahun. RSUD
Kota Surakarta merupakan rumah sakit umum daerah yang terletak di Jl. Lettu
Sumarto, No.1, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah. Visi RSUD
Kota Surakarta yaitu menjadi rumah sakit pilihan dengan pelayanan yang
bermutu guna mewujudkan masyarakat yang waras. Adapun misi RSUD Kota
Surakarta yaitu meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan sarana dan
prasarana, meningkatkan manajemen rumah sakit dan meningkatkan mutu
pelayanan (Profil RSUD Surakarta, 2017).
RSUD Kota Surakarta memiliki 25 dokter spesialis tetap dan 11 dokter
umum, memiliki 15 klinik rawat jalan yaitu klinik spesialis penyakit dalam,
spesialis bedah, spesialis anak, spesialis kandungan, spesialis mata, spesialis
syaraf, spesialis THT, spesialis kulit, spesialis anestesi, spesialis radiologi,
spesialis bedah urologi, spesialis gizi, spesialis patologi klinik, spesialis
konservasi gigi, spesialis jiwa, 8 jenis bangsal yang terdiri dari bangsal
anggrek, bangsal bougenville, bangsal dahlia, bangsal mawar, perinatologi,
VK, VIP, dan ICU, 4 unit penunjang yaitu fisioteraphy, hemodialisa,
laboratorium, dan radiologi (Profil RSUD Surakarta, 2018).
Jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat jalan di RSUD Surakarta tahun
2017 berdasarkan survei pendahuluan pada kisaran umur 35-65 tahun yaitu
Diabetes Mellitus tipe 1 sebanyak 751 orang dan Diabetes Mellitus tipe 2
sebanyak 400 orang (Profil RSUD Surakarta, 2017).
43
44
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Usia
Distribusi sampel berdasarkan usia dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
Usia (thn) n %
35-45 22 40,74
46-55 32 59,26
Total 54 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 5 distribusi sampel menurut usia diketahui
sebagian besar sampel berusia antara 46-55 tahun sebanyak 32 orang
(59,26%). Rata-rata usia sampel yaitu 49.69±6.48 tahun.
b. Jenis kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 26 48,15
Perempuan 28 51,85
Total 54 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 6 distribusi jenis kelamin diketahui bahwa
sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang
(51,85%).
c. Depresi
Kategori distribusi sampel berdasarkan depresi dikelompokkan
menjadi 3 yaitu depresi berat, depresi sedang dan depresi ringan.
Distribusi depresi sampel dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
45
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Depresi
Kategori Depresi n (%) Min Maks x ±SD
Depresi Berat 33 61,11 61 102 85.56±8.41
Depresi Sedang 19 35,19
Depresi Ringan 2 3,7
Total 54 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar sampel
mengalami depresi berat sebanyak 33 orang (61,11%). Rata-rata tingkat
depresi sampel 85.56±8.41 yaitu dalam kategori depresi berat.
d. Dukungan keluarga
Kategori distribusi sampel berdasarkan dukungan keluarga
digolongkan menjadi 3 yaitu dukungan sangat baik, dukungan baik dan
dukungan cukup. Distribusi dukungan keluarga sampel dapat dilihat
pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Dukungan Keluarga
Kategori Dukungan
Keluarga
n (%) Min
(%)
Maks
(%) x ±SD(%)
Dukungan sangat baik 52 96,3 56,23 100 86.53±8.31
Dukungan baik 1 1,85
Dukungan cukup 1 1,85
Total 54 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 8 distribusi dukungan keluarga, didapatkan hasil
sebagian besar sampel memiliki dukungan keluarga sangat baik sebanyak
52 orang (96,3%). Rata-rata nilai dukungan keluarga sampel 86.53±8.31%
yang artinya keluarga memberikan dukungan sangat baik kepada sampel.
e. Status gizi
Distribusi status gizi sampel dapat dilihat pada tabel 9 sebagai
berikut:
46
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi
Kategori Status Gizi n (%) Min Maks x ±SD
(kg/m2)
Underweight 1 1,85 18,36 31,36 23.57±2.89
Normal 23 42,6
Overweight 15 27,78
Obesitas Tingkat 1 13 24,07
Obesitas Tingkat 2 2 3,7
Total 54 100
Sumber: Data Primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 9 didapatkan hasil sebagian besar sampel
memiliki status gizi dalam kategori normal sebanyak 23 orang (42,6%).
Rata-rata status gizi sampel 23.57±2.89 kg/m2 yaitu dalam kategori
overweight.
f. Kadar Gula Darah
Distribusi sampel berdasarkan kadar gula darah diketahui bahwa
semua sampel memiliki kadar gula darah tidak normal dengan rata-rata
299.48±33.368 mg/dl.
2. Hubungan Depresi dengan Kadar Gula Darah
Hasil analisis statistik depresi dengan kadar gula darah sampel dapat
dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Hubungan Depresi dengan Kadar Gula Darah
Variabel x ±SD rs p*
Depresi 85.56±8.41 0,298 0,029
Kadar Gula Darah
(mg/dl) 299.48±33.368
Sumber:* Rank Spearman
Berdasarkan tabel 10, analisis statistik kedua variabel yaitu depresi
dan kadar gula darah yang diuji menggunakan uji Rank Spearman diperoleh
nilai p= 0,029 yang berarti ada hubungan depresi dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus di RSUD Kota Surakarta.
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula Darah
Hasil analisis statistik dukungan keluarga dengan kadar gula darah
sampel dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut:
47
Tabel 11. Hasil Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula Darah
Variabel x ±SD rs p*
Dukungan Keluarga 86.53±8.31% 0,001 0,996
Kadar Gula Darah (mg/dl) 299.48±33.368
Sumber:* Rank Spearman
Berdasarkan tabel 11, analisis statistik kedua variabel yaitu
dukungan keluarga dan kadar gula darah yang diuji menggunakan uji Rank
Spearman diperoleh nilai p= 0,996 yang berarti tidak ada hubungan
dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
di RSUD Kota Surakarta.
4. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Gula Darah
Hasil analisis statistik status gizi dengan kadar gula darah sampel
dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Hubungan Status Gizi dengan Kadar Gula Darah
Variabel x ±SD rs p*
Status Gizi 23.57±2.89 0,107 0,439
Kadar Gula Darah
(g/dl) 299.48±33.368
Sumber:* Rank Spearman
Berdasarkan tabel 12, analisis statistik kedua variabel yaitu status
gizi dan kadar gula darah yang diuji menggunakan uji Rank Spearman
diperoleh nilai p= 0,439 yang berarti tidak ada hubungan status gizi dengan
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di RSUD Kota Surakarta.
C. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Sampel
a. Usia
Sampel pada penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus tipe 2
di RSUD kota Surakarta yang berusia dari 35-55 tahun yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Sebagian besar usia sampel 46-55 (59,26%).
Menurut Nugroho (2008) umur adalah salah satu faktor yang paling
umum yang mempengaruhi seorang individu untuk menyadari Diabetes
Melitus. Risiko meningkat secara signifikan setelah usia 45 tahun dan
48
meningkat lagi setelah usia 65 tahun. Rata-rata usia sampel yaitu
49.69±6.48 tahun.
Menurut Tjahjadi (2002) menyatakan bahwa pada umumnya
penderita Diabetes mellitus tipe 2 berusia di atas 45 tahun. Risiko
bertambah sejalan dengan pertambahan usia, upayakan memeriksa gula
darah jika usia telah diatas 45 tahun, atau segera jika ada faktor risiko
lain (Arisman, 2011). Komposisi umur pasien diabetes di negara maju
kebanyakan sudah berumur 65 tahun, sedangkan di negara berkembang
sebagian besar pasien diabetes berumur antara 45 sampai 64 tahun
(Suyono, 2011).
Hasil yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian Wicaksono
(2011) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi faktor
risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2 adalah usia >45 tahun. Penuaan
yang dialami oleh seseorang berhubungan dengan penurunan toleransi
glukosa yang ada di dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya
penurunan sensitivitas insulin dan gangguan sekresi insulin. Semakin
bertambahnya usia seseorang menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik
yang dilakukan dan dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak
tubuh juga menjadi penyebab diabetes mellitus tipe 2. Kejadian diabetes
tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia (Hupfeld dan Olefsky,
2016).
b. Jenis kelamin
Sampel pada penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin
perempuan dari pada laki-laki. Sebagian besar sampel Diabetes Mellitus
pada perempuan berjumlah 28 sampel (51,85%). Setelah usia 30 tahun,
perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pria. Menurut
penelitian yang dilakukan Wahyuni dan Alkaff (2013) perempuan lebih
berisiko mengidap diabetes karena secara fisik perempuan memiliki
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma
siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
49
proses hormonal tersebut sehingga perempuan berisiko menderita
diabetes melitus tipe 2.
Pada penelitian Wardani dan Isfandiari (2014) yang dilakukan di
Puskesmas Jagir Surabaya menunjukkan bahwa responden dengan jenis
kelamin perempuan mengalami gejala komplikasi mikrovaskuler lebih
banyak daripada responden dengan jenis kelamin laki– laki. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Avogaro, dkk (2007)
menyebutkan bahwa komplikasi Diabetes Mellitus pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan pada laki – laki yang mengalami Diabetes mellitus
tipe 2.
c. Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan,
sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Really Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian
tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian splitting of
personality) perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal
(Hawari, 2008).
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi yaitu
faktor biologi, genetik dan psikososial. Biogenik amin, norepinefrin, dan
serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam
patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin berkaitan dengan
menurunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon antidepresan
sehingga secara klinis mengindikasikan adanya peran sistem
noradrenergik dalam depresi. Faktor genetik adalah faktor yang
signifikan dalam perkembangan gangguan mood. Faktor psikososial
yaitu peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan
sering mendahului episode gangguan mood. Stres atau ketegangan akan
menyebabkan perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem
signalling intraneuronal yang akhirnya menyebabkan seseorang
50
mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood (Harista
dan Lisiswanti, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel mengalami
depresi berat yaitu sebanyak 33 orang (61,11%). Rata-rata depresi
sampel 85.56±8.41 dengan nilai depresi minimum 61 dan nilai depresi
maksimum 102. Dampak yang ditimbulkan dari depresi yakni naiknya
gula darah disebabkan meningkatnya glikogenolisis di hati dan
peningkatan glukagon terhambat pengambilan glukosa oleh otot dan
berkurangnya pembentukan insulin pankreas (Azmi, 2008).
d. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit. Dukungan dibagi menjadi empat
dimensi yaitu empathethic (emosional) dijelaskan sebagai ungkapan
empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dimensi encouragement
(dorongan semangat) dijelaskan bahwa keluarga bertindak sebagai
sebuah bimbingan umpan balik, membimbing, dan menengahi
pemecahan masalah, dimensi facilitative (instrumental) dijelaskan
bahwa keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit, dan dimensi participative (partisipasi) dijelaskan bahwa
keluarga berfungsi sebagai kolektor dan penyebar informasi tentang
dunia contohnya memberi nasihat, petunjuk-petunjuk dan saran-saran
(Friedman, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel
mendapatkan dukungan sangat baik sebanyak 52 sampel (96,3%) dari
keluarga dalam merawat Diabetes Mellitus. Rata-rata nilai dukungan
keluarga yaitu 86.53±8.31%.
51
Dampak yang ditunjukkan oleh dukungan keluarga adalah
pasien dapat mengontrol kadar gula darah. Beberapa upaya yang
biasa dilakukan untuk mencapai tujuan mengontrol kadar gula darah
adalah dengan kombinasi antara pengaturan diit, olahraga, obat anti
diabetik, penilaian kontrol dan pendidikan. Pasien yang tidak pernah
melakukan kontrol, maka pasien tersebut tidak mengetahui keadaan
gula darahnya, sehingga apabila kadar gula meningkat dan
melakukan kebiasaan yang dapat membuat kadar gula darahnya
meningkat maka pasien dapat mengalami komplikasi. Komplikasi
Diabetes Mellitus dapat terjadi setiap hari, setiap jam, bahkan setiap
menit (Nabyl, 2009).
e. Status gizi
Status Gizi merupakan keadaan tubuh yang merupakan hasil
akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam dan
penggunaannya. Salah satu cara untuk memantau status gizi orang
dewasa adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan
lebih dan obesitas pada orang dewasa (Susilo & Wulandari, 2011).
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi didalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Susilo &
Wulandari, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel
memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 23 orang (42,6%). Rata-
rata IMT sampel 23.57±2.89 kg/m2. Diabetes Mellitus dipengaruhi
oleh status gizi, status gizi obesitas menyebabkan resistensi insulin
yang dapat berdampak buruk terhadap jaringan sehingga
menimbulkan komplikasi kronis terutama obesitas sentral karena
lipolisis pada obesitas sentral lebih resisten terhadap efek insulin
52
dibandingkan dengan adiposit didaerah lain, sedangkan status gizi
kurang berperan dalam mudahnya seseorang terserang infeksi.
Status gizi yang yang tidak baik dan tidak terjaganya pilar
pengelolaan Diabetes Mellitus dengan baik dapat meningkatkan
kejadian sindroma metabolik yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi. Selain itu, Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang
terkait gen sehingga pemantauan status gizi juga penting dilakukan
pada keturunan pasien yang merupakan kelompok risiko tinggi
untuk dapat dilakukan perubahan pola hidup (Guyton, 2008).
Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit Diabetes Mellitus
tipe 2. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh dapat
mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar
gula darah penderita Diabetes Mellitus (Waspadji, 2009). Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah
penderita Diabetes Mellitus adalah dengan pencapaian status gizi
yang baik
f. Kadar gula darah
Glukosa merupakan karbohidrat yang diserap ke dalam
aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa
di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh
serta berfungsi untuk menghasilkan energi. Kadar glukosa darah
sangat erat kaitannya dengan penyakit Diabetes Mellitus.
Peningkatan kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl yang disertai
dengan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya merupakan salah
satu untuk mengetahui atau menentukan diagnosis penyakit
Diabetes Mellitus (Kurniawan, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan semua sampel memiliki kadar
gula darah tidak normal sebanyak 54 orang (100%). Nilai rata-rata
kadar gula darah sampel yaitu 299.48±33.368 mg/dl dengan nilai
53
kadar gula darah minimum 235 mg/dl dan nilai kadar gula darah
maksimum 400 mg/dl. Kontrol kadar gula darah dilakukan secara
teratur merupakan upaya pencegahan terjadinya komplikasi yang
dilakukan oleh pasien Diabetes Mellitus (Kurniawan, 2010). Standar
pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan kesehatan idealnya
dilakukan minimal tiga bulan sekali setelah kunjungan pertama,
yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa, kadar gula darah
2 jam setelah makan, dan pemeriksaan HbA1C (Mahendra, 2008).
2. Hubungan Depresi dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan depresi
dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD
Kota Surakarta dengan nilai p= 0,029. Nilai rata-rata depresi 85.56±8.41
dan rata-rata kadar gula darah 299.48±33.368 mg/dl dengan nilai rs=
0,298 yang berarti hubungan searah, semakin tinggi nilai depresi maka
semakin tinggi kadar gula darah. Berdasarkan penelitian dengan
wawancara bahwa setiap pasien mengalami keluhan yang hampir sama,
seperti penyesalan atau kekecewaan terhadap penyakit yang diderita yang
disebabkan oleh diri sendiri yaitu kurangnya aktifitas fisik dan kebiasaan
pola makan yang salah. Kurangnya olahraga disebabkan oleh waktu yang
digunakan untuk bekerja dan kurangnya informasi terkait olahraga yang
bisa dilakukan serta kebiasaan pola makan yang selalu banyak
mengkonsumsi asupan karbohidrat berlebih. Sebagian besar pasien juga
mengatakan bahwa faktor ekonomi juga menjadi salah satu masalah untuk
melakukan kontrol yang rutin pada kadar gula darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyani (2012) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula
darah pada diabetes melitus tipe II di RSUD Karanganyar. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ikeda et al (2000), pada
penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara ansietas,
depresi, self efficacy dan kadar gula darah pada 113 pasien diabetes melitus
tipe II. Pada penelitian Ardiani (2009) dengan judul hubungan antara
54
tingkat depresi dengan kemandirian dalam Activity Of Daily Living (ADL)
pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Pandan Arang Boyolali, dengan
sampel 24 responden.
Dalam keadaan stres, ACTH meningkat, peningkatan ACTH ini
dapat mengaktifkan korteks adrenal untuk mensekresi hormon
glukokortikoid, terutama kortisol (hidrocortison) (Sholeh, 2006). Depresi
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas sumbu HPA (Hipotalamus-
Pituitary-Adrenal). Hipersekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormon)
merupakan gangguan sumbu HPA yang sangat penting pada depresi.
Terjadinya hipersekresi CRH diduga akibat adanya gangguan pada sistem
umpan balik kortisol atau adanya kelainan sistem monoaminergik dan
neuromodulator yang mengatur CRH. Peningkatan CRH ini akan
berakibat tingginya sintesa dan pengeluaran ACTH oleh hipofisis yang
selanjutnya akan merangsang pengeluaran kortisol dari kelenjar adrenal.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan gangguan depresi mayor pada
penderita Diabetes Mellitus adalah umur >64 tahun, perempuan,
pendidikan minimal SMA, pendapatan rendah, persepsi yang kurang baik
tentang status kesehatan, dan merokok (Tarno, 2004).
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan dukungan
keluarga dengan kadar gula darah darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe
2 di RSUD Kota Surakarta dengan nilai p= 0,996. Pada penelitian ini
berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien yaitu dukungan yang
dilakukan sudah sangat baik sehingga kontrol rutin kadar gula darah terus
dilakukan. Dukungan keluarga yang diberikan berupa dukungan materi dan
empati tetapi keluarga belum memberikan dukungan berupa informasi dan
dukungan berupa penghargaan seperti memberikan pujian pada pasien
minum obat tepat waktu. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kadar
gula darah pasien dalam keadaan nilai tetap atau masih dalam keadaan tinggi
sehingga tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah.
55
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wardani dan
Isfandiari (2014) yaitu tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan gejala komplikasi mikrovaskuler, pada penderita diabetes mellitus.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinto, dkk (2008) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sikap, perilaku, dan
partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2. Pada
penelitian Nailufar (2010) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes
mellitus.
Rata-rata sampel penelitian memiliki dukungan keluarga sudah
sangat baik, hal ini dikarenakan banyaknya dukungan keluarga yang
diberikan kepada sampel yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2. Setiap
sampel diberikan dukungan berupa dukungan materi dan dukungan
emosi/empati. Dukungan keluarga yang sangat baik tidak mempengaruhi
kadar gula darah yang terkontrol/pengendalian gula darah yang tidak baik
pada sampel yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dikarenakan
kurangnya dukungan informasi dan dukungan penghargaan. Pada dukungan
keluarga terdapat beberapa aspek, yaitu dukungan informasi, dukungan
penghargaan, dukungan materi, dan dukungan emosi / empati Wardani dan
Isfandiari (2014).
Peran keluarga menggambarkan perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu, peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga dan kelompok. Peran merupakan serangkaian tingkah
laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi keadaan sosial (Leny,
2010).
56
4. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Gula Darah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan status gizi dengan
kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Kota
Surakarta dengan nilai p= 0,439. Sebagian besar sampel memberikan
pernyataan pada saat wawancara bahwa sampel lebih banyak
mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat lebih dan jarang melakukan
aktifitas fisik walaupun keadaan status gizi sampel sebagian besar masih
tergolong normal. Asupan karbohidrat yang berlebih dapat menyebabkan
tingginya kadar gula darah sehingga sampel harus memperhatikan pola
makan yang baik dan melakukan aktifitas fisik seperti olahraga yang
disukai. Hal tersebut menyatakan tidak ada hubungan status gizi dengan
kadar gula darah dikarenakan asupan makan dan aktifitas fisik dapat
mempengaruhi langsung kadar gula darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurgajayanti (2017)
tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kadar glukosa
darah dengan nilai p=0,394. Risiko kadar glukosa darah tidak terkontrol
pada orang yang memiliki status gizi lebih 2 kali lebih besar dibandingkan
pada orang yang memiliki status gizi baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Dalawa, dkk (2013) dengan hasil analisis diperoleh sebagian besar
responden dengan status gizi lebih yang memiliki kadar gula darah normal.
Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang dengan status gizi lebih tidak
selalu memiliki kadar gula darah tinggi .
Menurut Sustriani (2004) dalam Witasari, dkk (2009) mengatakan
bahwa tingkat gula darah tergantung pada kegiatan hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar adrenal yaitu adrenalin dan kortikosteroid.
Adrenalin akan memacu kenaikan kebutuhan gula darah, dan kortikosteroid
akan menurunkannya kembali. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Theresia (2012) tentang hubungan
overweight dengan peningkatan kadar gula darah puasa yang mengatakan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara overweight dengan
peningkatan kadar gula darah dengan nilai p>0,05 (0,99).
57
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti belum
mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kadar gula darah
seperti asupan makan dan aktifitas fisik.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar sampel (61,11%) mengalami depresi dalam kategori berat
dengan nilai rata-rata 85.56±8.41.
2. Sebagian besar sampel (96,3%) mendapat dukungan keluarga sangat baik
dengan rata-rata 86,53±8,31%.
3. Sebagian besar sampel (42,6%) memiliki status gizi normal dengan nilai
IMT rata-rata 23,57±2,89 kg/m2.
4. Semua sampel (100%) memiliki kadar gula darah tidak normal dengan nilai
rata-rata 299,48±33,368 mg/dl.
5. Ada hubungan depresi dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUD Kota Surakarta (p= 0,029).
6. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada
pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD Kota Surakarta (p= 0,996).
7. Tidak ada hubungan status gizi dengan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Kota Surakarta (p=0,439)
B. Saran
1. Bagi RSUD Kota Surakarta
Merujuk setiap pasien dari jawat jalan ke Poli Gizi untuk
mendapatkan konseling gizi dalam upaya meningkatkan pengetahuan
tentang gizi dan diet pasien.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan menambah atau menganalisis
variabel lain yang mempengaruhi kadar gula darah meliputi asupan makan
dan aktifitas fisik untuk mengetahui hubungan dengan kadar gula darah.
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
American Diabetes Association. 2015. Standards of medical care in diabetes.
American Diabetes Care, 3(1), 1-93
Azmi. Anna A,. Perumal, Kamala A. 2008. Tax Fairnes Dimensions In An Asian
Context: Malaysian perpective. International Review of Business Research
paper Vol. 4 No.5.
Azrimaidaliza. 2011. Hiperlipidemia dengan Risiko Antrerosklerosis dan
Hipertensi.
Balitbang Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI.
Baradero, dkk. 2009. Prinsip & Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.
Barnes P.J. & Adcock I.M. 2009. Glucocorticoid resistance in inflammatory
diseases. Lancet, 373(9678),1905-1917.
Bustan. 2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
D’Adamo, Peter J. 2008. Diet Sehat Diabetes Sesuai Golongan Darah. Yogyakarta:
Dekapratasa.
D. Pratita, Nurina. 2012. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus Of
Control Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Proses pengobatan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. Vol. 1, No 5.
Deuschle, Michael. 2013. Effects of antidepressants on glucose metabolism and
diabetes mellitus ty pe 2 in adults. Central Institute of Menta Health,
Unversity of Hedelberg, Medil Faculty Mannheim, Germany.
Eom, Young Sil. et al. 2011. Evaluation of Stress in Korean Clientss with Diabetes
Mellitus Using the Problem Areas in Diabetes-Korea Questionnaire.
Diabetes & Metabolisme, Volume 35, pp. 182-187.
Fahmida, U and Dillon, D. H. 2007. Nutritional Assesment. Jakarta: Universitas
Indonesia.
60
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar Keperawatan Keluarga. Riset, Teori dan
Prakek. Jakarta : EGC
Gibney, M.J., et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Grant, J. F, Hicks N, Taylor A. W, Chittleborough C. R, Philips P. J. 2009. Gender-
Specific Epidemiology of Diabetes: a Representative Cross-Sectional
Study. International Journal for Equity in Health. Vol. 8 No.6
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Harista, R.A., & Lisiswanti, R. 2015. Depresi pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2. Jurnal Ilmiah. 4 (9).
Hartriyanti & Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi: Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Hasbi, M. 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita
Diabetes Mellitus dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja Puskesmas
Praya Lombok Tengah. Karya Tulis Ilmiah Strata dua. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia.
Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Herlianti, Y. 2011. Model Supervisi Pendidikan Sains Berbasis Pedagogical
Content Knoeledge. Bogor: Tabloid Aksara Edisi 42-45.
Hupfeld, C. J & Olefsky, J. M. 2016. Chapter 40 – type 2 Diabetes Mellitus:
Etiology, Phatogenesis, and Natural History A2 (Seventh Edition).
Philadelphia: WB. Saunders.
IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition Update, International Diabetes
federation 2014.
Isworo A, Saryono. 2010. Hubungan Depresi Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.The Soedirman
Journal of Nursing. 5: 37-44.
Kariadi,Sri Hastuti. 2009. Diabetes: Panduan Lengkap Untuk Diabetisi. Jakarta:
Mizan Media Utama.
61
Kementerian Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
(RISKESDAS) Indonesia Tahun 2007. Depkes, Jakarta.
Khairina, D. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Berdasarkan IMT pada Pembantu Rumah Tangga (PRT) Wanita di
Perumahan Duta Indah Bekasi. Depok: Universitas Indonesia.
Lemeshow,s,et al. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (Terjemahan).
Yogyakarta: Gajah Mada universitas Press.
Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mahendra, Krisnatuti D, Tobing A, Boy. 2008. Care Your Self Diabetes Mellitus.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Manjilala. 2016. Penilaian Status Gizi Secara Biokimia. Jakarta: EGC.
Miftahul, Adnan dkk. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar
Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.
Volume 2, Nomor 1.
Mubarak dan Chayatin. 2009. Teori Dan Aplikasi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Pendidikan Kesehatan, Konsep Perilaku Dan Perilaku Kesehatan, edisi 1
hal 72. Jakarta: Salemba.
Mujabi, Faiq dan Wachidah Yuniartika. 2017. Hubungan Kadar Gula Darah
Dengan Tingkat Depresi dan Aktifitas Fisik Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Puskesmas Gatak Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta: Aula Publisher.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, Perry. 2010. Fundamental Of Nursing : Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol.3. Jakarta : EGC
Purwaningsih, Wahyu dan Ina Karli. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa.Cetakan
II.Yogyakarta : Nuha Medika.
62
Rinto, Nidya A; Sunarto; Fidiniangsih, Ika. 2008. Hubungan Antara Sikap, Perilaku
dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Balitbangkes, Depkes RI.
Setyani, Tutut. 2012. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sholeh M., 2006. Terapi Salat Tahajud. Jakarta : PT Mizan Publika
Suantika, P. I. R. 2014. Hubungan self care diabetes dengan kualitas hidup pasien
DM tipe 2 di poliklinik interna rumah sakit umum daerah bandung. Skiripsi.
Bali: Universitas Udayana.
Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sunjaya, l. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Risiko
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada. Volume 6
No.1 2009:75-81.
Supariasa. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Susilo. Y, Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Diabetes Mellitus Ed 1.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tamara, E., Nauli, F.N., Bayhakki. 2014. Hubungan antara dukungan Keluarga
dan Kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe II di rsud arifin achmad
provinsi riau. JOM PSIK, 1(2),1-7.
Tandra, Hans. 2009. Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang
Keropos. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarno. 2004. Hubungan Antara Cemas, Depresi Dan Kadar Gula Darah Serta
Reduksi Urin Penderita Diabetes Melitus. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Teixeria, L. 2011. Regular Physical Exercise Training Assists in Preventing Type
2 Diabetes Development: Focus on Its Antioxidant and Anti-
63
inflammatory Properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology.
10 (2):1-15
Trinawati, S, K & Setyo,S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
II Di Puskesmas Kecamatan Cengkreng Jakarta Barat Tahun 2012,
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1):1-7.
Wahyuni, Sri dan Alkaff. 2013. Diabetes Mellitus Pada Perempuan Usia
Reproduksi di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Vol. 3 No 46 – 51
Wardani dan Isfandiari. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengendalian
Kadar Gula Darah Dengan Gejala Komplikasi Mikrovaskule. Jurnal Berkal
Epidemiologi.Vol 2 No 1 hal 1-12.
Wardlaw, G.M. 2007. Perspective in Nutrition. 7th ed. Mc Graw-Hill, New
York.USA
Waspadji, S. 2009. Diabetes Mellitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang
Rasional Dalam : Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Edisi 2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
WICAKSONO, R. P. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2. (Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam
Rumah Sakit Dr. Kariadi). Faculty of Medicine
64
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No
.
Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
2 Ujian Proposal
3 Revisi proposal
dan pengurusan
perijinan
4 Pengambilan
data dan
penelitian
5 Analisa data
6 Penyusunan
laporan hasil
penelitian
7 Ujian hasil
penelitian
8 Revisi hasil
penelitian dan
pengumpulan
skripsi
1
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI SAMPEL
Responden yang saya hormati, saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Ainun Mardiah
Nim : 2014030032
Mahasiswa Program Studi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta, Melakukan Penelitian Tentang :
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN
STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 SURAKARTA
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi sampel.
Jawaban akan saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan
terimakasih.
Surakarta, Juli 2018
Peneliti
Ainun Mardiah
2
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL PENELITIAN
Saya, Ainun Mardiah akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
Antara Depresi, Dukungan Keluarga, dan Status Gizi Dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Surakarta”.
Penelitian bertujuan mengetahui hubungan depresi, dukungan keluarga, dan
status gizi dengan kadar gula darah..
A. Keikutsertaan dalam penelitian
Sampel bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
ada paksaan. Apabila sampel sudah memutuskan untuk ikut serta, sampel
juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan denda atau
sanksi apapun.
B. Prosedur penelitian
Apabila sampel bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, sampel
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap, satu
untuk sampel dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah
1. Wawancara untuk menanyakan identitas sampel dan kuisioner tentang
depresi dan dukungan keluarga.
2. Melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan.
3. Menghitung IMT dari antropometri guna untuk menentukan status gizi.
4. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.
C. Kewajiban sampel penelitian
Sampel sebagai penelitian, pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe
2 berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang
tertulis diatas.
D. Risiko dan efek samping
Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
3
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang sampel dapatkan adalah mendapatkan
hasil kecenderungan depresi dan dukungan keluarga serta sebagai acuan
perbaikan status gizi.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas sampel penelitian
akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
G. Pembiyaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh
peneliti.
H. Informasi tambahan
Sampel diperbolehkan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu jika membutuhkan
penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi : Ainun Mardiah
(082374582456)
4
Lampiran 4
FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SAMPEL
PENELITIAN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No. Telp/HP :
Umur :
Sampel bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang bejudul “Hubungan
Antara Depresi, Dukungan Keluarga dan Status Gizi dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Surakarta” yang
dilakukan oleh :
Nama : Ainun Mardiah
NIM : 2014030032
Program Studi : S1 Gizi
Perguruan Tinggi : STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Juli 2018
Responden
(.............................................)
5
Lampiran 5
FORMULIR PENGUMPULAN DATA
A. Identitas Sampel
1. Nama :
2. Tanggal lahir :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
B. Data Antropometri
1. Berat badan : Kg
2. Tinggi badan : cm
3. IMT : kg/m2
C. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Kadar Gula darah Sewaktu : mg/dl
D. Data Pendukung
1. Depresi :
2. Dukungan keluarga :
6
Lampiran 6
BLUEPRINT SKALA DEPRESI TERHADAP KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
Isilah blueprint pernyataan unfavorable dan favorable di bawah ini dengan
tepat menggunakan tanda silang (X) pada pilihan ganda a,b,c,d dan e berikut
ini :
Keterangan :
a. Sangat sesuai : SS
b. Sesuai : S
c. Netral : N
d. Tidak sesuai : TS
e. Sangat tidak sesuai : STS
No Aspek Item-item
favorable Unfavorable
1 Kekecewaan 1. Saya tidak pernah
merasakan kecewa
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Hidup saya sangat
menyenangkan
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya hidup dengan damai
tanpa kekecewaan
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
1. Saya kecewa karna tidak ada
yang memperdulikan saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Saya tidak pernah
merasakan senang dalam
hidup saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya tidak pernah
merasakan damai dalam
hidup saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2 Pekerjaan 1. Saya mempunyai
pekerjaan
a. SS
1. Saya tidak mempunyai
pekerjaan
a. SS
7
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Pekerjaan saya membuat
saya senang
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya mempunyai
pekerjaan yang sangat
banyak
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Pekerjaan saya membuat
banyak pikiran dalam hidup
saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya tidak mempunyai
pekerjaan yang banyak
sehingga membuat saya
berpikir akan kehidupan
saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3 Sosial Ekonomi 1. Saya mempunyai banyak
uang sehingga saya senang
dengan kehidupan saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Kehidupan saya sederhana
tapi saya senang
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya di biayai hidup oleh
keluarga saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
1. Saya tidak mempunyai
banyak uang untuk
kehidupan saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
2. Kehidupan yang sederhana
membuat saya kesusahan
untuk pengobatan diri saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya sangat membebani
keluarga saya untuk
kehidupan saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
4 Kesepian 1. Saya tidak pernah merasa
kesepiandalam hidup saya
a. SS
b. S
1. Saya merasakankesepian
setiap waktu
a. SS
b. S
8
c. N
d. TS
e. STS
2. Saya merasa banyak orang
di sekeliling saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya tidak pernah sendiri
jika berada diaman saja
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
c. N
d. TS
e. STS
2. Saya merasa sendiri ketika
waktu tertentu
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
3. Saya selalu merasakan
sendiri dalam hidup saya
a. SS
b. S
c. N
d. TS
e. STS
9
Lampiran 7
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang sesuai
dengan yang anda alami dan rasakan sejak mempunyai anggota keluarga yang
mengikuti program pengobatan dan perawatan.
No Pengisian Dukungan Keluarga Selalu Jarang Tidak Pernah
1. Apakah anda menerima segala
kondisi yang dihadapi pasien
2. Apakah anda memberitahukan
penjelasan dan melatih cara
menjaga kebersihan diri pasien
3. Apakah anda ikut merasakan
kesulitan seperti kondisi yang
dihadapi oleh pasien
4. Apakah anda menceritakan hasil
perkembangan perawatan dan
pengobatan kepada pasien
5. Apakah anda bertekad untuk
mendampingi pasien sampai
keadaannya lebih baik
6. Apakah anda menjelaskan
bagaimana mengatasi masalah
kepada pasien
7. Apakah anda ikut merasakan
masalah yang dihadapi oleh
pasien sehingga menjadi masalah
yang harus dihadapi bersama
8. Apakah anda memberikan
penjelasan kepada pasien
mengenai pentingnya minum obat
9. Apakah anda membantu pasien
dengan tulus dan ikhlas
10. Apakah anda mendampingi
pasien ketika dilakukan
pemeriksaan dan perawatan oleh
petugas kesehatan
11. Apakah anda menjelaskan kepada
pasien bagaimana minum obat
yang benar
12. Apakah anda merasa turut
bertanggung jawab atas
10
perawatan pasien, karena pasien
adalah bagian dari anggota
keluarga
13. Apakah anda melatih pasien
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan hobi, seperti olahraga
yang disukai pasien
14. Apakah anda memberikan
kepercayaan kepada pasien untuk
beraktivitas diluar rumah dengan
tetap dalam bimbingan
15. Apakah anda memberikan pujian
ketika pasien melakukan hal
positif seperti minum obat tepat
waktu
16. Apakah anda membantu pasien
minum obat dan mengawasi obat
benar-benar diminum
11
12
13
14
15
16
17
1
Lampiran
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI, DUKUNGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD SURAKARTA
Jenis
Kelamin
Usia BB TB Nilai
Depresi
Kategori
Depresi
Nilai
Dukungan
Keluarga
Kategori
Dukungan
Keluarga
Nilai
IMT
Kategori
IMT
Nilai
Kadar
Gula
Darah
Kategori
Kadar Gula
Darah
Laki-
Laki
48 55 170 86 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
19.03 Normal 256 Tidak
Normal
Peremp
uan
36 56 152 98 Depresi
Berat
91.70 Dukungan
Sangat Baik
24.23 Overweight 311 Tidak
Normal
Laki-
Laki
55 70 165 90 Depresi
Berat
83.30 Dukungan
Sangat Baik
25.71 Obesitas
Tingkat 1
288 Tidak
Normal
Laki-
Laki
50 50 155 85 Depresi
Berat
85.41 Dukungan
Sangat Baik
20.81 Normal 280 Tidak
Normal
Peremp
uan
55 45 150 76 Depresi
Sedang
72.91 Dukungan
Sangat Baik
20.00 Normal 325 Tidak
Normal
Laki-
Laki
53 65 160 95 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
25.39 Obesitas
Tingkat 1
325 Tidak
Normal
Peremp
uan
53 60 148 89 Depresi
Berat
91.70 Dukungan
Sangat Baik
27.39 Obesitas
Tingkat 1
321 Tidak
Normal
Peremp
uan
50 55 157 96 Depresi
Berat
83.30 Dukungan
Sangat Baik
22.31 Normal 354 Tidak
Normal
Laki-
Laki
51 64 167 86 Depresi
Berat
93.75 Dukungan
Sangat Baik
22.94 Normal 260 Tidak
Normal
2
Peremp
uan
38 59 150 88 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
26.24 Obesitas
Tingkat 1
280 Tidak
Normal
Laki-
Laki
41 73 181 95 Depresi
Berat
81.25 Dukungan
Sangat Baik
22.28 Normal 235 Tidak
Normal
Peremp
uan
49 58 151 93 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
23.53 Overweight 368 Tidak
Normal
Laki-
Laki
44 72 170 86 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
24.91 Overweight 285 Tidak
Normal
Peremp
uan
48 50 150 88 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
22.23 Normal 280 Tidak
Normal
Peremp
uan
45 68 158 80 Depresi
Sedang
72.91 Dukungan
Sangat Baik
27.20 Obesitas
Tingkat 1
298 Tidak
Normal
Laki-
Laki
53 63 150 86 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
28.00 Obesitas
Tingkat 1
350 Tidak
Normal
Peremp
uan
46 57 152 90 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
24.67 Overweight 305 Tidak
Normal
Peremp
uan
50 50 148 78 Depresi
Sedang
83.30 Dukungan
Sangat Baik
22.82 Normal 300 Tidak
Normal
Peremp
uan
45 65 157 100 Depresi
Berat
93.75 Dukungan
Sangat Baik
26.37 Obesitas
Tingkat 1
305 Tidak
Normal
Laki-
Laki
43 60 165 86 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
22.09 Normal 307 Tidak
Normal
Peremp
uan
55 55 150 91 Depresi
Berat
75.00 Dukungan
Sangat Baik
23.44 Overweight 296 Tidak
Normal
Peremp
uan
37 60 160 80 Depresi
Sedang
87.50 Dukungan
Sangat Baik
23.44 Overweight 300 Tidak
Normal
Laki-
Laki
40 60 180 102 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
18.51 Normal 268 Tidak
Normal
3
Laki-
Laki
46 56 172 80 Depresi
Sedang
93.75 Dukungan
Sangat Baik
18.92 Normal 275 Tidak
Normal
Peremp
uan
52 60 150 78 Depresi
Sedang
81.25 Dukungan
Sangat Baik
26.67 Obesitas
Tingkat 1
295 Tidak
Normal
Laki-
Laki
51 63 164 74 Depresi
Sedang
97.91 Dukungan
Sangat Baik
23.42 Overweight 300 Tidak
Normal
Laki-
Laki
50 55 152 89 Depresi
Berat
75.00 Dukungan
Sangat Baik
23.80 Overweight 399 Tidak
Normal
Peremp
uan
55 50 150 83 Depresi
Sedang
83.30 Dukungan
Sangat Baik
22.22 Normal 308 Tidak
Normal
Peremp
uan
53 53 150 91 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
23.55 Overweight 400 Tidak
Normal
Peremp
uan
50 45 150 86 Depresi
Berat
56.23 Dukungan
Baik
20.00 Normal 290 Tidak
Normal
Peremp
uan
46 60 157 75 Depresi
Ringan
95.83 Dukungan
Cukup
24.32 Overweight 263 Tidak
Normal
Laki-
Laki
38 58 150 82 Depresi
Sedang
95.83 Dukungan
Sangat Baik
25.78 Obesitas
Tingkat 1
251 Tidak
Normal
Peremp
uan
51 56 150 75 Depresi
Sedang
100.00 Dukungan
Sangat Baik
24.89 Obesitas
Tingkat 1
298 Tidak
Normal
Laki-
Laki
53 52 149 72 Depresi
Sedang
97.92 Dukungan
Sangat Baik
23.42 Overweight 325 Tidak
Normal
Laki-
Laki
52 78 172 61 Depresi
Ringan
100.00 Dukungan
Sangat Baik
26.36 Obesitas
Tingkat 1
275 Tidak
Normal
Laki-
Laki
45 85 168 101 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
30.11 Obesitas
Tingkat 2
345 Tidak
Normal
Peremp
uan
55 60 170 99 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
20.76 Normal 300 Tidak
Normal
4
Laki-
Laki
55 65 157 76 Depresi
Sedang
70.83 Dukungan
Sangat Baik
26.37 Obesitas
Tingkat 1
290 Tidak
Normal
Peremp
uan
36 60 155 73 Depresi
Sedang
87.50 Dukungan
Sangat Baik
24.97 Overweight 300 Tidak
Normal
Laki-
Laki
40 66 177 88 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
21.06 Normal 320 Tidak
Normal
Laki-
Laki
36 58 160 83 Depresi
Sedang
91.70 Dukungan
Sangat Baik
22.65 Normal 305 Tidak
Normal
Laki-
Laki
36 50 165 85 Depresi
Berat
87.50 Dukungan
Sangat Baik
18.36 Underweig
ht
292 Tidak
Normal
Peremp
uan
40 60 160 82 Depresi
Sedang
72.92 Dukungan
Sangat Baik
23.43 Overweight 250 Tidak
Normal
Peremp
uan
45 65 156 85 Depresi
Berat
93.75 Dukungan
Sangat Baik
27.70 Normal 308 Tidak
Normal
Laki-
Laki
35 55 167 86 Depresi
Berat
83.30 Dukungan
Sangat Baik
19.72 Normal 300 Tidak
Normal
Laki-
Laki
42 56 166 92 Depresi
Berat
97.91 Dukungan
Sangat Baik
20.32 Normal 312 Tidak
Normal
Peremp
uan
50 65 169 88 Depresi
Berat
83.30 Dukungan
Sangat Baik
22.76 Normal 315 Tidak
Normal
Peremp
uan
55 45 150 73 Depresi
Sedang
81.25 Dukungan
Sangat Baik
20.00 Normal 258 Tidak
Normal
Peremp
uan
45 55 168 83 Depresi
Sedang
75.00 Dukungan
Sangat Baik
19.48 Normal 300 Tidak
Normal
Laki-
Laki
55 70 169 91 Depresi
Berat
85.41 Dukungan
Sangat Baik
24.51 Overweight 305 Tidak
Normal
Laki-
Laki
50 70 175 99 Depresi
Berat
89.58 Dukungan
Sangat Baik
22.86 Normal 280 Tidak
Normal
5
Peremp
uan
46 50 145 85 Depresi
Berat
81.25 Dukungan
Sangat Baik
23.78 Overweight 295 Tidak
Normal
Peremp
uan
38 58 150 83 Depresi
Sedang
87.50 Dukungan
Sangat Baik
25.78 Obesitas
Tingkat 1
251 Tidak
Normal
Laki-
Laki
35 50 153 78 Depresi
Sedang
95.83 Dukungan
Sangat Baik
31.36 Obesitas
Tingkat 2
270 Tidak
Normal
1
OUTPUT SPSS
jenis kelamin sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 26 48.1 48.1 48.1
perempuan 28 51.9 51.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
kategori nilai depresi sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid depresi berat 33 61.1 61.1 61.1
depresi sedang 19 35.2 35.2 96.3
depresi ringan 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0
kategori nilai dukungan keluarga sampel (persen)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dukungan cukup 1 1.9 1.9 1.9
dukungan baik 1 1.9 1.9 3.7
dukungan sangat baik 52 96.3 96.3 100.0
Total 54 100.0 100.0
nilai status gizi sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid obesitas tingkat 2 2 3.7 3.7 3.7
obesitas tingkat 1 13 24.1 24.1 27.8
overweight 15 27.8 27.8 55.6
normal 23 42.6 42.6 98.1
underweight 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
2
kategori nilai kadar gula darah sampel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak normal 54 100.0 100.0 100.0
Statistics
usia
sampel
berat badan
sampel
tinggi badan
sampel
nilai
depresi
sampel
nilai dukungan
keluarga
sampel
nilai status
gizi sampel
nilaI kadar
gula sampel
N Valid 54 54 54 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 46.69 59.24 159.11 85.56 86.5320 23.5717 299.48
Std. Deviation 6.480 8.147 9.494 8.415 8.31469 2.89348 33.368
Minimum 35 45 145 61 56.23 18.36 235
Maximum 55 85 181 102 100.00 31.36 400
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai depresi sampel .085 54 .200* .980 54 .520
nilai dukungan keluarga
sampel .176 54 .000 .926 54 .003
nilai status gizi sampel .064 54 .200* .980 54 .491
nilaI kadar gula sampel .140 54 .010 .931 54 .004
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
3
Correlations
nilai depresi
sampel
nilaI kadar gula
sampel
Spearman's rho nilai depresi sampel Correlation Coefficient 1.000 .298*
Sig. (2-tailed) . .029
N 54 54
nilaI kadar gula sampel Correlation Coefficient .298* 1.000
Sig. (2-tailed) .029 .
N 54 54
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
nilai dukungan
keluarga
sampel
nilaI kadar
gula sampel
Spearman's rho nilai dukungan keluarga
sampel
Correlation Coefficient 1.000 .001
Sig. (2-tailed) . .996
N 54 54
nilaI kadar gula sampel Correlation Coefficient .001 1.000
Sig. (2-tailed) .996 .
N 54 54
Correlations
nilai status gizi
sampel
nilaI kadar gula
sampel
Spearman's rho nilai status gizi sampel Correlation Coefficient 1.000 .107
Sig. (2-tailed) . .439
N 54 54
nilaI kadar gula sampel Correlation Coefficient .107 1.000
Sig. (2-tailed) .439 .
N 54 54
4
5
6
7
8
DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara terkait pertanyaan
kuesioner
Gambar 2. Pengisian biodata sampel
Gambar 3. Pengecekan Kadar gula
darah pada sampel dengan kelompok
umur 46-55
Gambar 4. Pengecekan kadar gula
darah pada sampel dengan kelompok
umur 35-45