HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH...
-
Upload
truongtuong -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH...
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA
KELAS VIII MTs. N I SEMARANG
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
ACH. SYAECHUL AMIN NIM: 3102278
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah Skripsi
a.n. Ach. Syaechul Amin
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini saya kirimkan naskah Skripsi saudara:
Nama : Ach. Syaechul Amin
NIM : 3102278
Jurusan : PAI
Judul : Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs. N I
Semarang
Dengan ini saya mohon kiranya Skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasahkan. Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 8 Januari 2008
Pembimbing,
Ridwan, M. Ag. NIP: 150 282 132
iv
MOTTO
$ tΡ Ï‰÷δ $# xÞ≡u Å_Ç9$# tΛ⎧É) tGó¡ ßϑø9 ).6: الفاحتة( #$
Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus (QS. Al-Fatihah: 6). ∗
∗ Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1989).
v
ABSTRAK
Ach. Syaechul Amin (3102278) Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs N I Semarang. Skripsi. Semarang : Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs N I Semarang (X), (2) Bagaimana kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang (Y), (3) Adakah hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis korelasional. Subjek penelitian sebanyak 51 responden, menggunakan teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket dan nilai raport untuk menggali data tentang prestasi pelajaran aqidah akhlak (X) dan kecerdasan emosi siswa kelas VIII (Y) MTs N I Semarang.
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik regresi. Pengujian penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa MTs N I Semarang adalah baik dengan nilai rata-rata 73,82 pada interval 70-79. (2) Sedangkan pada variabel kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N I Semarang adalah baik dengan nilai rata-rata 3,02 pada interval 2,85-3,6. Sementara itu berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui persamaan regresinya Y=1,207+0,0246x. berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat diketahui bahwa Fhitung= 10,381> Ftabel signifikan 1%= 7,31maupun pada taraf signifikan 5%= 4,08, bahwa persamaan regresi tersebut signifikan. (3) Ada hubungan yang positif antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa, artinya semakin tinggi tingkat prestasi pelajaran aqidah akhlak maka semakin tinggi pula kecerdasan emosi siswa. Sebaliknya semakin rendah tingkat prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa semakin rendah pula kecerdasan emosi siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi informasi dan masukan bagi guru dalam meningkatkan prestasi pelajaran aqidah akhlak siswa sehingga kecerdasan emosi siswapun meningkat. Karena sesungguhnya akhlak itulah yang akan dijadikan tumpuan dalam menyikapi semua permasalahan yang akan dihadapi kelak dikemudian hari.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayahanda Bapak H. Farhan Faiz dan ibunda Hj. Juniroh tercinta.
Kakak dan adikku serta keponakanku: Nauli, Azka, Khilya, Indana, dan
Najwa.
Sahabat-sahabatku: Lia Siska, Jaki Jejeg, Damus, Damar, Epung, Dani dawa,
Toto, Muiz, Irfan, Rois, Lempeng, Furqon gepeng, Begog, Ucup, Ulin,
Ardiyan, Sipit, To’ing, Khoyin, Sureng, Jarwo, Aripit, Kijan, Aom, Oing,
Ghoni, Shomad, Wahib, Hoho.
vii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis mengatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan
Semarang, 8 Januari 2008
Deklarator
Ach. Syaechul Amin NIM. 3102278
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, karena dengan Taufiq dan Hidayah-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Dengan Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VIII MTs. N I Semarang” ini ditulis
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) Fakultas Tarbiyah Institut agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Bapak Prof. Dr. H. Ibnu
Hadjar, M. Ed.
2. Pembimbing, Bapak Ridwan, M. Ag yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah
memberikan ilmunya sehingga mengilhami penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu tercinta (H. Farhan Faiz dan Hj. Juniroh) kakak, adikku serta
keponakanku, yang telah memberikan motivasi dan do’a yang tulus bagi
penulis selama berlangsungnya proses dan penyelesaian studi serta penulisan
skripsi ini.
5. Kepala MTs. N I Semarang (Drs. H. Firdaus Faishol) yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, serta Guru-guru yang
telah berkenan meluangkan waktu guna penyusunan skripsi ini
ix
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang
tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal
kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti seluruhnya. Namun demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Semarang, 8 Januari 2008
Penulis
Ach. Syaechul Amin NIM: 3102278
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN MOTTO ….. ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vi
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5
D. Perumusan Masalah ............................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............ 9
A. Deskripsi Teori ....................................................................... 9
1. Prestasi Pelajaran aqidah akhlak ...................................... 9
1.1.Pengertian prestasi ..................................................... 9
1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .. 10
1.3.Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak ......................... 12
1.4.Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak ............................... 13
1.5.Evaluasi Pelajaran Aqidah Akhlak ............................ 15
1.6.Proses Pembentukan Akhlak....................................... 17
2. Kecerdasan Emosi ............................................................ 23
2.1. Pengertian Kecerdasan Emosi .................................. 23
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi 26
xi
2.3. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi ...................................... 30
2.4. Ruang Lingkup Kecerdasan Emosi .......................... 31
3. Hubungan antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dengan
Kecerdasan Emosi ........................................................... 32
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................ 36
C. Pengajuan Hipotesis ............................................................... 36
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 37
A. Tujuan Penelitian ................................................................... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 37
C. Variabel Penelitian ................................................................. 38
D. Metode Penelitian ................................................................... 38
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 39
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 41
1. Analisis Pendahuluan ....................................................... 41
2. Analisis Uji Hipotesis ...................................................... 41
3. Analisis Lanjut ................................................................. 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 44
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................. 44
B. Pengujian Hipotesis ................................................................ 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................. 64
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 65
BAB V : PENUTUP .................................................................................... 66
A. Kesimpulan ........................................................................... 66
B. Saran-saran ............................................................................. 66
C. Penutup ................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Siswa MTs. N I Semarang.
Tabel 2 : Data Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Tabel 3 : Data Angket Kecerdasan Emosi
Tabel 4 : Data Rerata Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dan Kecerdasan
Emosi Siswa MTs. N I Semarang
Tabel 5 : Tabel Kualitas Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Tabel 6 : .Tabel Kualitas Kecerdasan Emosi
Tabel 7 : Data Kerja Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak dan Kecerdasan Emosi
Siswa MTs N I Semarang.
Tabel 8 : Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam tingkah
laku, salah satunya disebabkan oleh terlalu mengagungkannya manusia
terhadap ilmu pengetahuan yang terlepas dari kontrol nilai-nilai agama.
Pengaruh perkembangan IPTEK dan ilmu eksakta ini telah membawa manusia
pada perkembangan dan kemajuan yang pesat di bidang teknologi dan
perindustrian, akan tetapi hal ini juga membawa manusia lengah pada nilai-
nilai moral yang diajarkan oleh agama sebagai pengendalinya.
Beberapa tingkah laku yang termasuk menyimpang diantaranya ialah
penganiayaan, bunuh diri, membawa senjata tajam ke sekolah, penyalah
gunaan internet dan lain sebagainya. Misalnya akibat dari menonton tayangan
kekerasan di televisi, anak langsung mempraktekkan adegan tersebut terhadap
teman sekelasnya. Akibatnya teman sekelasnya mengalami patah tulang,
gegar otak bahkan sampai menyebabkan kematian. Hal tersebut menandakan
bahwa anak tersebut mempunyai daya tangkap otak yang cukup cerdas,
namun tidak dapat mengembangkan dan mengendalikan emosinya. Ada lagi
kasus lain, yaitu pada penggunaan yang salah terhadap internet yang dewasa
ini sudah menjamur di masyarakat. Salah satu tujuan penggunaan internet
ialah untuk memudahkan dalam proses belajar, akan tetapi banyak pelajar atau
siswa yang menyalahgunakan penggunannya yaitu dengan membuka situs-
situs yang tidak sesuai dengan usia mereka. Akibatnya perbuatan mereka
sedikit lebih dewasa dari seharusnya (usianya). Dari contoh-contoh kasus
tersebut di atas menandakan bahwa para pelaku bukanlah orang yang ber-IQ
rendah, akan tetapi orang yang memiliki intelektual tinggi namun tidak danya
kontrol dalam dirinya.
2
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman, yang menyatakan
bahwa IQ hanya menyumbang sekitar 5-10 persen bagi kesuksesan hidup.1
Maksudnya, bahwa manusia akan mencapai kesuksesan hidup baik di dunia
ataupun di akhirat jika adanya keseimbangan otak dan hati.
Oleh sebab itulah berkembang ilmu pengetahuan yang bertugas sebagai
penyeimbang dan pengendali tingkah laku. Seimbang dalam makna ini ialah
realitas pengembangan fitrah yang dimiliki oleh manusia yang dibuktikan
dengan potensi warisan Tuhan, juga seimbang karena kecerdasan emosional
yang diiringi dengan kecerdasan spiritual dan seimbang dorongan lahir yang
dibarengi dengan dorongan batin.2 Ilmu pengetahuan tersebut dinamakan
sebagai kecerdasan emosi. Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan
oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of Hampshire pada tahun 1990, yang dikembangkan lagi oleh
Daniel Goleman pada tahun 1995.3
Dalam ilmu ini beranggapan bahwa bukanlah jaminan orang yang
memiliki IQ tinggi akan berhasil. Karena sesungguhnya kita akan berhasil
dengan IQ yang dimiliki, jika kita mampu mengendalikan emosinya, dan juga
kita harus menyeimbangkan emosi kita dengan logika situasi yang kita hadapi.
Kita harus belajar membaca perasaan kita sendiri, perkembangan keadaan,
dan hubungan di sekitar kita dengan akurat, lalu menyesuaikan tindakan kita
dengan perspektif ini.4 Yaitu dengan cara mengenali, memahami,
mengendalikan dan menggunakan emosi secara positif.
Kecerdasan emosi bukanlah sebuah kecerdasan yang dimiliki seseorang
sejak lahir, akan tetapi kecerdasan yang didasarkan atas pembelajaran,
pelatihan dan pembiasaan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ary Ginanjar
1 Taufik Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ; Antara Neurosains dan al-Qur’an, (Bandung: Mizan
Media Utama, 2002), Cet. I, hlm. 15. 2 Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca al-Qur’an, (Yogyakarta, Diva Press, 2007),
Cet. I, hlm. 234 3 Alex Tri Kantjono, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak, Terj Laurence E.
Shaphiro, (Jakarta: Gramedia, 2003), Cet. VI, hlm. 5. 4 Ary Nilandari, Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja; Mengasuh Dengan Cinta, Canda
dan Disiplin, (Bandung: Kaifa, 2003), Cet. II, hlm. 37.
3
Agustian, bahwa kecerdasan emosi dapat dibangun dengan beberapa cara
diantaranya melalui pembelajaran.5
Pembelajaran di sini dimaksudkan pada pembelajaran aqidah dan akhlak
yang bersumber pada agama, yang dinilai sebagai pengendali hati dan moral
manusia. Seperti dikatakan oleh Said Aqil Husin al-Munawar bahwa inti
ajaran agama ialah akhlak mulia yang bertumpu pada keimanan kepada Tuhan
dan keadilan sosial.6 Jadi apabila seseorang mempelajari tentang agama maka
akhlaklah yang terpenting, yaitu dengan menciptakan sikap-sikap positif
seperti jujur, benar, adil, pengabdian dan lain sebagainya. Sebagaimana
dikatakan dalam Hadits sebagai berikut:
م صاحل ما بعثت ألمتم انى اهللا عليه وسلقال رسول اهللا صل: هريرة قالعن أيب 7).رواه امحد. (خالقاأل
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia menyampaikan, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kebagusan akhlak (budi pekerti). (HR. Imam Ahmad)
Dari Hadits di atas dapatlah disimpulkan bahwa Allah mengutus
Rasulullah SAW hanya untuk menyempurnakan akhlak manusia melalui
agama Islam. Agama yang menjadi kontrol dalam diri setiap individu.
Dalam pembelajaran aqidah dan akhlak ini, bukan cuma memuat
hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.8 Di
antara ciri akhlak islami ialah universal. Maksudnya bahwa ruang lingkup
akhlak islami itu luas sekali, yakni mencakup semua tindakan manusia baik
5 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual;
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2001), Cet. xx, hlm. 116-131. 6 H. Said Aqil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. II, hlm. 40 7 Muhammad Abduh Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, juz.
II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1928), hlm. 381. 8 H. Said Agil Husain al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 3.
4
tentang dirinya maupun orang lain.9 Dari sinilah diharapkan bagi peserta
didik supaya memiliki akhlak yang mulia baik kepada Tuhannya ataupun
sesamanya sehingga tercapai suatu keberhasilan dan kesejahteraan baik di
dunia ataupun di akhirat kelak.
Hasil dari pembelajaran aqidah akhlak ini bukan hanya dilihat dari
tinggi rendahnya inteligensi saja, tetapi akan nampak dalam bentuk perubahan
tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur
kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa. Sehingga
akan tertanam dalam diri siswa akhlakul karimah.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ”Hubungan Antara Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan
Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VII MTs N I Semarang” sebagai judul skripsi.
B. Identifikasi Masalah
Sekarang ini sering sekali dijumpai kasus-kasus perilaku yang
menyimpang, diantaranya penganiayaan, bunuh diri, dan lain sebagainya. Hal
ini disebabkan tidak adanya kontrol dalam diri individu yang diakibatkan oleh
kelabilan pada emosinya. Oleh karena itu dikembangkanlah sebuah cabang
ilmu, yang dinamakan kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi berguna sebagai pengendali tingkah laku seseorang
supaya selalu baik dimanapun berada karena banyak sekali kasus kekerasan
yang terjadi belakangan ini . Salah satu pembelajaran yang efektif melalui
pelajaran aqidah akhlak, yang di dalamnya mengajarkan tentang tata cara
bertingkah laku terhadap sesama termasuk juga Tuhannya.
Dari latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah prestasi pelajaran aqidah akhlak berhubungan dengan kecerdasan
emosi.
9 Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi; Membangun Kepribadian
Muslim, (Bandung; Rosdakarya, 2006), Cet. I, hlm. 99
5
2. Bagaimana hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan
kecerdasan emosi.
3. Bagaimana kecerdasan emosi siswa yang memiliki prestasi pada pelajaran
aqidah akhlak.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan menghindari adanya kesalahpahaman dalam
penulisan judul di atas, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan beberapa
istilah yang terdapat dalam judul tersebut.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Hubungan
Hubungan artinya keadaan berhubungan, kontak, sangkut-paut,
ikatan.10 Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan berarti sesuatu
yang berangkai atau berkaitan dengan sesuatu yang lain.
2. Prestasi
Prestasi ialah hasil yang telah dicapai.11 Dan jika prestasi dikaitkan
dengan pelajaran, maka dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui pelajaran dan lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes ataupun angka nilai yang diberikan oleh
seorang guru.
Prestasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai atau
didapatkan. Jika dikaitkan dengan belajar yang merupakan proses transfer
yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan
kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman. Jadi yang penulis maksud mengenai prestasi ialah nilai yang
berdasar pada nilai raport.
10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1993), Cet. 4, hlm. 313. 11 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Ed. III, hlm.
895
6
3. Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran Aqidah Akhlak adalah suatu bidang studi yang
mengajarkan dan membimbing siswa untuk mengetahui, memahami dan
meyakini akidah Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah
laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.12 Pelajaran aqidah akhlak
dapat diartikan pula sebagai pelajaran yang didalamnya mengajarkan
seseorang untuk dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran
ajaran Islam serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Jadi pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu
yang mengajarkan tentang tata cara dalam berhubungan, baik dengan
Tuhannya ataupun dengan sesamanya sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.
4. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi ialah merupakan kecerdasan yang bersifat
kualitatif, lebih mengarah kepada objek-objek fenomenal kedirian (in
ward looking).13 Dan ada pula yang menjelaskan bahwa kecerdasan emosi
adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan
jalan yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan diri seluruh
kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting
untuk berfungsi secara efektif setiap hari.14
Dengan demikian kecerdasan emosi ialah suatu kemampuan untuk
memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain,
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi
yang muncul dalam dirinya dan dalam hubungan dengan orang lain.
12 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. 2, hlm. 134.
13 Suharsono, Mencerdaskan Anak; Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS) (Jakarta, Intisari Press, 2000), Cet. I, hlm. 38
14 Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Bandung: Penerbit Kaifa, 2003) cet. IV hlm. 30
7
Atau kecerdasan emosi itu bisa dikatakan juga sebagai informasi tentang
nilai yang mengisyaratkan terhadap seseorang tentang evaluasi sesuatu di
sekitarnya baik secara positif maupun negatif.
5. Siswa MTs N I Semarang
Siswa berarti pelajar pada akademis, perguruan tinggi.15 Siswa atau
peserta didik juga berarti anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.16
Siswa yang penulis maksud ialah siswa yang belajar di MTs. N I
Semarang.
Jadi yang dimaksud penulis, dalam hubungan antara prestasi
pelajaran aqidah akhlak dengan kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs.
N I Semarang ini ialah hubungan positif antara prestasi pelajaran aqidah
akhlak dengan kecerdasan emosi siswa.
D. Perumusan Masalah
Berpijak dari penegasan istilah tersebut di atas, maka permasalahan
yang menjadi kajian di sini adalah:
1. Bagaimana prestasi siswa pada pelajaran aqidah akhlak di MTs N I
Semarang?
2. Bagaimana Kecerdasan Emosi Siswa di MTs N I Semarang?
3. Adakah hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan
kecerdasan emosi siswa MTs N I Semarang?.
E. Manfaat Penelitian
Dalam mengadakan penelitian ini, penulis memperoleh manfaat baik
dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai
berikut:
15 Anwar Syarifudin, Kamus Saku Bahasa Indonesia ( Surabaya, Arkala, 1997) hlm. 362 16 UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung, Citra Umbara,
2005)hlm. 72.
8
1. Segi Teoritis (keilmuan)
Sebagai sumbangan wacana keilmuan dan hasanah intelektual tentang
prestasi pelajaran aqidah akhlak dan kecerdasan emosi.
2. Segi Praktis (terapan)
a. Bagi orang tua supaya senantiasa memperhatikan prestasi belajar anak,
khususnya pada pelajaran aqidah akhlak yang diharapkan bagi si anak
selalu terkontrol dalam bertingkah laku sehari-harinya.
b. Bagi sekolah supaya senantiasa meningkatkan mutu pendidikan
sehingga dunia pendidikan kita berkualitas.
c. Bagi peserta didik supaya membiasakan diri berakhlakul karimah
sesuai dengan ajaran Rasulullah.
d. Dalam masyarakat luas supaya selalu menghormati hak-hak orang lain.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Prestasi Pelajaran Aqidah Akhlak
1.1. Pengertian Prestasi
Prestasi ialah hasil yang telah dicapai.1 Dan jika prestasi
dikaitkan dengan pelajaran, maka dapat diartikan sebagai
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui pelajaran dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes ataupun
angka nilai yang diberikan oleh seorang guru.
Menurut WS. Winkell prestasi merupakan hasil belajar yang
ditampakkan oleh siswa berdasarkan kemampuan internal yang
diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional.2 Dan menurut
Sutratinah Tirtonegoro prestasi ialah sebagai hasil dari pengukuran
serta penilaian usaha belajar. Prestasi ini dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, maupun simbol yang ditentukan pada tiap-tiap periode
tertentu.3 Jadi menurut pendapat ini prestasi merupakan penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh seorang anak dalam periode tertentu.
Prestasi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai
atau didapatkan. Jika dikaitkan dengan belajar yang merupakan
proses transfer yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan,
tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai
hasil dari latihan dan pengalaman. Maka prestasi bukan hanya
1 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Ed. III, hlm.
895. 2 WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1989), Cet. II, hlm. 319. 3 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), Cet. II, hlm. 43.
10
terpatok pada nilai pengetahuan saja, akan tetapi terdapat pula pada
tingkah laku dan lain sebagainya.
1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh
peserta didik selama dalam proses pembelajaran, yang pastinya
memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil tersebut.
Dalam hal ini Ahmadi dan Widodo mengungkapkan, bahwa ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar,
diantaranya:
1. Faktor Internal
a. Faktor jasmani (fisiologi), yaitu yang menyangkut pada fisik
individu baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh,
antara lain penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
b. Faktor psikologi, yaitu yang menyangkut pada psikis
individu baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh,
antara lain:
- Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial
(kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata
(prestasi yang telah dimiliki).
- Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti: sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan,
motivasi, emosi dan lain-lain.
2. Faktor eksternal
a. Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar dan iklim.
11
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.4
Selain dari faktor-faktor di atas Nana Sudjana juga
mengungkapkan bahwa faktor kemampuan siswa juga besar
sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, di
samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor
lain, seperti: motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan
psikis.5
Senada dengan Ahmadi dan Widodo, Soemadi Suryabrata
membagi menjadi 2 faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar, diantaranya:
1. Faktor intern (dalam diri)
a. Faktor fisiologi, yaitu yang menyangkut pada jasmani.
b. Faktor psikologi, yaitu yang menyangkut pada rohani
seperti perasaan, kreatif dan lain-lain.
2. Faktor eksternal (dari luar)
a. Sosial yaitu yang menyangkut manusia sekitarnya.
b. Non sosial, seperti waktu, letak sekolah, alat-alat
sekolah dan lain-lain.6
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar hanya ada 2 bagian besar, yaitu faktor internal, yaitu
yang menyangkut diri pribadi peserta didik, dan faktor eksternal
yaitu lingkungan yang ada di sekitar peserta didik.
4 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. II,
hlm. 131-132. 5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1995), Cet. III, hlm. 39. 6 Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Edisi
II, hlm. 233-23.
12
1.3. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran Aqidah akhlak adalah suatu bidang studi yang
mengajarkan dan membimbing siswa untuk mengetahui, memahami
dan meyakini aqidah Islam serta dapat membentuk dan
mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran
Islam.7 Pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan pula sebagai
pelajaran yang didalamnya mengajarkan seseorang untuk dapat
memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam serta
bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Pelajaran aqidah akhlak bisa diartikan sebagai sub- mata
pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang
ajaran agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.8
Jadi pelajaran aqidah akhlak dapat diartikan sebagai suatu
cabang ilmu yang mengajarkan tentang tata cara dalam
berhubungan, baik dengan Tuhannya ataupun dengan sesamanya
sesuai dengan kaidah-kaidah Islam
Dan dapat disimpulkan bahwa prestasi pelajaran aqidah akhlak
ialah hasil belajar dalam menguasai bahan pelajaran aqidah akhlak,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang pada akhirnya
diwujudkan dalam angka nilai. Dan angka nilai tersebut berdasarkan
penilaian formatif dan sumatif. Dan yang terpenting dari prestasi
tersebut ialah tingah laku yang mencerminkan akhlakul karimah.
Oleh sebab itu penilaian tersebut harus meliputi aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (nilai), dan psikomotorik (keterampilan)
7 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. II, hlm. 134.
8 Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, (Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 1994), hlm. 1.
13
1.4. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak
Setiap sekolah dalam menerapkan bahan ajarnya pasti
memiliki tujuan. Adapun tujuan dari pelajaran aqidah akhlak sebagai
berikut:
1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
2. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah
ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui aqidah akhlak
4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari
5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya
ataupun dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari
6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan
akhlak, serta sistem dan fungsionalnya
7. Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.9
Dan ada pula yang mengatakan bahwa tujuan pelajaran aqidah
akhlak adalah sebagai berikut
1. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada
siswa akan hal-hal yang harus di imani, sehingga tercermin
dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
2. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat
untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak
yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
9 Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta, Dirjen Binbaga Islam,
2004), hlm. 22.
14
sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam
lingkungannya.
3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak
untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.10
Sebenarnya dari tujuan-tujuan yang tersebut di atas ialah
pembentukan akhlak. Seperti dijelaskan Omar Muhammad At-
Toumy Al-Syaibany, tujuan tertinggi agama dan akhlak adalah
menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa
bagi individu dan menciptakan kebahagiaan kemajuan kekuatan dan
keteguhan bagi masyarakat.11 Anwar Masy’ary mengatakan bahwa :
akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk
yang tertinggi dan sempurna dan membedakan dari makhluk lain.12
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
akhlaklah yang mendasari seseorang untuk berbuat, oleh sebab itu
akhlak juga bertujuan supaya dapat terbiasa melakukan yang baik,
indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina,
tercela.13
Dalam pelaksanaan pembelajaran pelajaran aqidah akhlak,
perlu adanya beberapa pendekatan yang bertujuan supaya dalam diri
peserta didik tertanam nilai-nilai akhlakul karimah. Pendekatan-
pendekatan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Pendekatan keimanan, yaitu yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah sebagai sumber kehidupan
2. Pendekatan rasional, yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran aqidah akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai- nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran
10 Moh. Rifai, Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 1994, (Semarang: CV.
Wicaksana, 1996), Jilid 1, hlm.5. 11 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan
langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.346. 12 Anwar Masy’ary, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu,1990), hlm. 22. 13 Barmawi Umary, Materia Akhlak, (Solo, Ramadhani, 1989), Cet. VIII, hlm. 2
15
3. Pendekatan emosional, yaitu upaya menggugah perasaan(emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
4. Pendekatan pengalaman, yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
5. Pendekatan pembiasaan, yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis serta dicontohkan oleh para ulama
6. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi aqidah akhlak yang memberi manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
7. Pendekatan keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cermin dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia14.
Dengan demikian pendekatan-pendekatan tersebut dapat kita
terapkan dalam berbagai keadaan. Tentunya dengan
mempertimbangkan lokalitas yang ada.
1.5. Evaluasi Pelajaran Aqidah Akhlak
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya ialah memberikan
pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu15. Lebih
jauh lagi Bloom berpendapat sebagaimana dikutip oleh Daryanto:
Evaluation as we see it, is the systematic collection of evidence to
determine whether in fact certain changes are taking places in the
learnes as well as to determine the amount or degree of change in
individual students.16
Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi pada peserta didik secara sistematis . Dalam
konteks ini, maka evaluasi tersebut sebagai pemberian nilai pada
pelajaran aqidah akhlak.
14 Depag RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Jakarta, Depag RI, tt)
hlm. 53 15 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara 1996) cet.III hlm.111 16 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet. I, hlm. 1.
16
Dan dalam pemberian nilai hendaklah memperhatikan
beberapa aspek. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam
evaluasi ialah sebagai berikut.
1. Aspek kognitif, yang meliputi perubahan-perubahan dalam segi
pengetahuan dan perkembangan atau kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
2. Aspek afektif, yang meliputi perubahan-perubahan dalam sikap
mental, perasaan dan kesadaran.
3. Aspek psikomotorik yang meliputi perubahan-perubahan dalam
bentuk-bentuk tindakan motorik17.
Selain ketiga aspek tersebut di atas, untuk mengetahui nilai
hasil belajar aqidah akhlak, penulis juga menggunakan nilai raport.
Indikator tercapainya tujuan pelajaran aqidah akhlak secara
kuantitatif dapat dilihat dari prestasi belajar siswa berupa nilai
raport. Tetapi secara kualitatif, siswa harus mampu bersikap dan
berperilaku yang terpuji termasuk akhlak siswa. Dengan kata lain
siswa berakhlakul karimah dilandasi dengan komitmen keimanan
yang mendalam.
Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:18
1. Penilaian kelas, yaitu yang dilakukan dengan ulangan harian,
ulangan umum, dan ujian akhir.
2. Tes kemampuan dasar, yaitu yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.
3. Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, pada setiap
akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan
penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
17 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Bumi Aksara,
1995), hlm. 197. 18 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. I, hlm. 258-261
17
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan
waktu tertentu.
4. Bencmarking, yang merupakan suatu standar untuk mengukur
kinerja yang seang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai
suatu keunggulan yang memuaskan.
5. Penialian program, yaitu yang dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan
berkesinambungan.
Dengan demikian keberhasilan belajar tidak hanya diukur
secara kuantitatif yang dapat dilihat dari prestasi hasil belajar siswa
berupa nilai raport, melainkan juga diukur secara kualitatif yaitu
kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku yang terpuji
termasuk juga akhlaknya.
1.6. Proses Pembentukan Akhlak
Proses pembentukan akhlak hampir saja menjadi tujuan di
dalam hidup, karena akhlaklah yang akan membawa manusia ke
mana tujuan hidupnya dan merupakan hal yang selalu dipandang
dan dinilai oleh orang lain dan juga Allah SWT. Selaras dengan ini
Imam Al-Ghazali menuliskan dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din
bahwa:
وخالق أهل األخرة بألخالق أهل , خالق أهل الدنيا بألخالق أهل الدينا 19.األخرة
Allah menciptakan ahli dunia dihiasi dengan akhlak dunia pula, dan Allah menciptakan ahli akhirat dihiasi dengan akhlak akhirat pula. Maksudnya bahwa Allah menciptakan manusia ahli dunia
dengan akhlak dunia pula yaitu orang-orang yang selalu
mementingkan dunia dan Allah menciptakan manusia ahli akhirat
dengan akhlak akhirat pula yaitu orang-orang yang selalu
19 Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1356 H), Juz 4, hlm. 145.
18
mementingkan akhirat dan beribadah kepada Allah SWT. Oleh
sebab itu pembentukan akhlak hendaklah dilakukan semasa kecil
atau anak-anak karena sesungguhnya anak ibarat selembar kain
putih, yang tanpa noda. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi SAW
dalam Haditsnya, yaitu:
عن ايب هريرة انه كان يقول قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ما من رواه . (مولود إال يولد على الفطرة فابواه يهودانه وينصرانه وميجسانه
).مسلمDari Abi Hurairah RA. Sesungguhnya ia berkata, Nabi bersabda: tidak seorang bayipun yang baru lahir melainkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Musyrik.(HR. Muslim)20
Dari Hadis tersebut di atas, maka seorang anak hendaklah
diperhatikan dan dibimbing dalam rangka pembentukan akhlakul
karimah. Karena sesungguhnya seorang anak akan mengikuti apa
yang diajarkan oleh orang yang lebih tua. Dari itulah anak harus
selalu mendapat perhatian yang lebih dalam berbagai lingkungan,
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas.
Penanaman nilai-nilai akhlak harus diterapkan sejak dini
karena akan menjadi pesona hidup yang selalu dijalankan oleh anak
tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena di dalam dirinya sudah
terpatri kemuliaan akhlak.
Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi 2 (dua). Pertama
akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta) dan kedua adalah
akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah).
1.6.1. Akhlak terhadap Allah SWT
Manusia wajib mengimani bahwa alam semesta ini
adalah ciptaan Allah, oleh sebab itu wajib pula bagi manusia
20 Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairy an Nisabury, Shahih Muslim (Beirut, Dar Ihya al-
Turots al-Araby, 1991) Juz. IV hlm. 2047
19
untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. Sebagaimana
firman Allah dalam surat al-Bayyinah ayat 5:
مروا إال ليعبدوا اهللا مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة أوما ).5: البينة. (ويؤتوا الزكوة وذلك دين القيمة
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5).21 Selain dari menyembah dan taat kepada Allah SWT.
Kita diwajibkan pula taat kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Sebagaimana Nabi Muhammad yang menjadi Rasul, yang
diutus paling terakhir oleh Allah SWT kepada umat manusia.
Diberi tugas oleh Allah untuk menyempurnakan Aqidah dan
Akhlak manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam hadits
Nabi, yaitu:
ما بعثت م انى اهللا عليه وسلقال رسول اهللا صل: هريرة قالعن أيب 22).رواه امحد. (خالقم صاحل األألمت
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia menyampaikan, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan kebagusan akhlak (budi pekerti). (HR. Imam Ahmad)
1.6.2. Akhlak terhadap makhluk (ciptaan Allah SWT)
Akhlak terhadap ciptaan Allah terbagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya:
a. Akhlak terhadap orang tua
Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat
baik pada orang tua telah menjadi akhlak yang mulia.
21 Soenarjo, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Depag RI, 1989) hlm. 1084. 22 Muhammad Abduh Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, juz.
II, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1928), hlm. 381.
20
Dalam hal ini Allah telah mengemukakan dalam al-Qur’an
adalah:
نا إما يبلغن احسإوقضى ربك أال تعبدوا إال إياه وبالوالدين رهنال تا أف ومقل لها فال تمكله ا أومهدأح رالكب كدعن
الذل واخفض لهما جناح) 23(هما وقل لهما قوال كريما : االسرأ( صغيرا يمن الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربين
23 -24.( Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (QS al-Isra: 23-24).23
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
kita menyembah dan taat kepada Allah SWT maka kita
dianjurkan untuk taat terhadap kedua orang tua, selain dari
berbuat jahat dan celaka pada diri sendiri dan orang lain.
Akhlak terhadap orang tua bukan hanya sebatas taat
pada perintah dan anjurannya saja, akan tetapi bisa juga
dengan kasih sayang kepada keduanya. Sebagaimana
dikatakan oleh Imam al-Ghazali bahwa:
24.إن األلفة مثرة حسن اخللق
Sesungguhnya kasih sayang itu buah dari bagusnya akhlak.
23 Soenarjo, op.cit, hlm. 427-428. 24 Imam al-Ghazali, op. cit., hlm. 140.
21
Maksudnya bahwa kasih sayang menjadi bagian dari
kebaikan akhlak manusia yang harus diterapkan dalam
masyarakat luas lebih-lebih kepada kedua orang tua.
b. Akhlak terhadap guru
Guru adalah orang tua kedua yang ikut bertanggung
jawab dan memperhatikan keberhasilan pendidikan anak,
dengan semangat berjuang memberikan bimbingan,
pengajaran, pengawasan serta senantiasa memantau anak
didiknya demi tercapainya pendidikan mereka sehingga
guru membina perkembangan anak didiknya tiada berbeda
dengan anak didiknya.
Oleh karena itulah perilaku seorang murid yang
mencari ilmu hendaklah untuk menghormati dan
memuliakan guru mereka, setidaknya adalah:
a) Mematuhi tata tertib dengan ikhlas dan setulus hati.
b) Mengikuti pelajaran dengan sopan dan tertib.
c) Berkata sopan dan ramah setiap berbicara dan
menyapa setiap berjumpa.
d) Mengerjakan tugas yang telah diberikan guru dengan
baik dan jujur.
e) Mencintai pelajaran (bersungguh-sungguh) dan
bersemangat mengamalkan ilmunya.
c. Akhlak terhadap masyarakat
Karena manusia itu hidup bermasyarakat, maka
mereka harus dapat hidup kasih sayang, tolong menolong
lebih-lebih dalam hal kebaikan, dan senantiasa menjaga
kerukunan terhadap sesamanya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Ali Imran ayat 103:
22
جميعا وال واعتصموا بحبل اهللاتفرقوا واذكروا نعمت اهللا عليكم إذ بكمقلو نيب اء فألفدأع متكنفأصبحتم بنعمته إخوانا وكنتم على
ذكم منها قن النار فأنشفا حفرة م لكم يته لعلكم أكذلك يبين اهللا
).103: ال عمران. (تهتدونDan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103).25
Islam adalah laksana sebuah bangunan dan muslim
adalah komponen dari bangunan tersebut. Demi tegaknya
bangunan yang kokoh, maka antara muslim yang satu
dengan yang lainnya dituntut kerja sama yang terpadu.
Sesungguhnya antara muslim dengan muslim yang
satunya ialah saudara. Mengenai persaudaraan, Imam al-
Ghazali menjelaskan bahwa:
, إن األخوين ىف اهللا إذا كان أحدمها أعلى مقاما من األخر 26.رفع األخر معه إىل مقامه
Sesungguhnya persaudaraan di hadapan Allah SWT ialah apabila salah satunya lebih tinggi derajatnya maka akan mengangkat yang satunya pada derajat yang sama.
25 Soenarjo, op. cit., hlm. 93. 26 Imam al-Ghazali, op. cit., hlm. 143.
23
Maksudnya bahwa persaudaraan di hadapan Allah
SWT jika salah satu dari mereka lebih tinggi
kedudukannya maka ia akan mengangkat kedudukan
saudara yang satunya sehingga menjadi sederajat
kedudukannya dengannya. Oleh karena itu umat Islam
selalu dianjurkan untuk selalu bersatu sehingga menjadi
umat yang kokoh.
2. Kecerdasan Emosi
2.1.Pengertian Kecerdasan Emosi
Istilah kecerdasan emosi diusung dari barat, yang berasal dari
kata emotional intellegence. Intellegence menurut bahasa berarti
kecerdasan. Dan menurut istilah intellegen ialah kemampuan
seseorang untuk berfikir secara abstrak.27 Sedangkan kata emosional
berasal dari bahasa latin, yaitu motere yang berarti bergerak.28
Sedangkan menurut istilah kecerdasan emosi ialah merupakan
kecerdasan yang bersifat kualitatif, lebih mengarah pada objek-objek
fenomenal kedirian (in ward looking).29
Pada masa-masa permulaan Salovey dan Mayer mendifinisikan
kecerdasan emosi sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial
yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi pada diri
sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan.30
27 Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002),
Cet. III, hlm. 7 28 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional; Cara Baru Untuk Mendayagunakan
Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda (Bandung: Kaifa, 2001) hlm. 32 29 Suharsono, Mencerdaskan Anak, ; Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan
Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS) (Jakarta, Intisari Press, 2000), Cet. I, hlm. 38
30 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak Terj. Alex Tri Kantjono ( Jakrta: Garamedia Pustaka Utama, 2003) Cet. VI hlm. 8
24
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosi ialah sebagai
berikut:
Abilities such as being able to motivate one self and persists in the face of frustation: to control impulse and delay gratification: to regulate one’s mood and keep distress from swaming the ability to think: to empathize and to hope.31
Kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri
dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan
hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan menjaga
agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis.
Kecerdasan emosi diartikan pula sebagai serangkaian kecakapan
yang memungkinkan kita melapangkan jalan yang rumit, aspek
pribadi, sosial, dan pertahanan diri dari seluruh kecerdasan, akal sehat
yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara
efektif setiap hari.32
Menurut Davis dan rekan-rekannya sebagaimana dikutip oleh
Monty Satiadarma, kecerdasan emosi ialah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain,
membedakan emosi dengan lainnya, dan mungkin informasi tersebut
untuk menuntun proses berfikir serta perilaku seseorang.33
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa kecerdasan emosi ialah suatu kemampuan untuk memahami
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam hubungan dengan orang lain.
Dan kecerdasan emosi bisa juga dikatakan sebagai informasi
tentang nilai yang mengisyaratkan terhadap seseorang tentang evaluasi
sesuatu disekitarnya baik secara positif ataupun negatif.
31 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (New York: Bantam Book, 1996) hlm. 36 32 Trinanda Rainy Januarsari dan Yudi Murtanto, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Bandung: Kaifa, 2003) Cet. IV hlm. 30 33 Monty Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidk Kecerdasan; Pedoman Bagi Orang
Tua dan Guru Dalam Mendidk Anak Cerdas (Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2003) hlm. 27
25
Kecerdasan emosi bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual
atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara
dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.
Seperti yang dikatakan Suharsono dalam buku Mencerdaskan Anak,
bahwa ada tiga komponen penting yang dianggap sebagai esensi
kecerdasan, yaitu: penilaian (judgment), pengertian (comprehension),
dan penalaran (reasoning).34 Dari komponen-komponen tersebut
kecerdasan emosilah yang akan menjadi penyelaras ataupun
pengendali. Jadi idealnya, seseorang dapat menguasai kecerdasan
kognitif sekaligus keterampilan sosial dan emosional, sebagaimana
yang ditunjukan oleh negarawan-negarawan besar dunia ataupun
orang-orang sukses lainnya.
Apabila seseorang hanya mengandalkan kecerdasan kognitif
saja, maka hampir dipastikan tidak akan memperoleh hasil yang
maksimal dalam usahanya. Karena menurut JB. Watson seperti yang
dikutip Singgih Dirga Gunarsa, mengatakan bahwa manusia
mempunyai tiga emosi dasar yaitu:
1. Fear (takut) yang berkembang menjadi anxiety (cemas)
2. Rage yang berkembang menjadi anger (marah)
3. Love (cinta) yang berkembang menjadi simpati.35
Untuk menengarai emosi-emosi negatif tersebut di atas, Daniel
Goleman berpendapat bahwa: the mind can protect is self against
anxiety by dimming awarenes.36 Artinya pikiran mampu menjaga diri
untuk melawan kegelisahan yang ditimbulkan oleh kesadaran yang
suram. Maksudnya bahwa pikiran yang tenang dapat mencegah dari
kegelisahan.
Dan dikatakan pula bahwa, apabila hawa telah mendominasi,
yang secara pasti akan merusak dan menyesatkan, maka akan
34 Suharsono, op.cit, hlm. 34 35 Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi (Jakarta: Mutiara, 1983), Cet. II hlm. 129 36 Daniel Goleman, Vital Lies, Simple Truths; The Psychology of self-deception, (London:
International Universities Press, 1986), hlm. 22.
26
berakibat kegagalan bagi jiwa yang dipengaruhi keburukan dan akan
menyesal di akhirat nanti.37 Oleh sebab itulah kecerdasan emosi sangat
diperlukan dalam menjalani hidup demi tercapainya cita-cita yang
diharapkan.
2.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Dalam kenyataan yang ada, kecerdasan emosi tidaklah muncul
secara sporadis, artinya ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi. Dan sebenarnya ada dua faktor lingkungan yang
mempengaruhi kecerdasan emosi, yaitu faktor keluarga dan sekolah.
1. Faktor keluarga
Keluarga ialah suatu ikatan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,
dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.38 Keluarga memiliki
fungsi sebagai perlindungan dan pemeliharaan, pendidikan dan
lain sebagainya. Oleh sebab itulah pendidikan yang sangat
mendasar akan lebih mengena jika didalam keluarga tesebut
memperhatikan antara anggota keluarganya sendiri. Pemerhatian
itu bertujuan sebagai bentuk pembelajaran mengenai tingkah laku,
pembentukan emosi yang seimbang, kasih sayang dan lain
sebagainya. Perubahan-perubahan tingkah laku dan emosi akan
mudah dilihat dalam lingkungan keluarga. Perubahan-perubahan
itu akan dibimbing oleh orang yang dipandang lebih dewasa,
semisal orang tua atau orang yang dianggap lebih bijaksana.
Mengenai perubahan pada emosi, Claude Stainer mengemukakan
ada beberapa hal yang dapat mengembangkan emosi supaya
37 M. Djarot Sensa, Qur’anic Quotien “Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an”
(Jakarta: Hikmah, 2005) hlm. 44 38 Sayekti Pujosuwarno. Bimbingan dan Konseling Keluarga (Yogyakarta, Menara Mas
Offset, 1994) Cet. I hlm. 11
27
menjadi emosi yang matang atau yang biasa disebut kecerdasan
emosi, antara lain:
1. Membuka hati, artinya sebagai orang yang dipandang dewasa
harus bisa membuka hati orang yang akan dibimbingnya atau
dengan kata lain harus dihormati
2. Menjelajahi dataran emosi, artinya mengerti akan emosi diri
sendiri dan emosi orang lain
3. Mengambil tanggung jawab, artinya mengerti akan masalah
yang ada dan mau mengakui kesalahannya serta mau
memperbaiki kesalahannya.39
Tetapi menyadari semua ini tidaklah cukup. Kematangan
emosi menuntut agar seseorang juga menyesuikan diri yang berarti
sebuah kompromi.40 Dan ada lagi yang menyebutkan, bahwa cara
dalam mengembangkan kecerdasan emosi ialah sebagai berikut:
1. Menyadari emosi anak
2. Mengakui emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan
mengajar
3. Mendengarkan dengan segala empati apa yang diucapkan anak
dan meneguhkan perasaan anak
4. Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan
masalah
Dari beberapa cara tersebut di atas dititik beratkan pada
perhatian dan pemahaman, pada perasaan anak. Suharsono
mengemukakan ada tiga cara dalam mengembangkan kecerdasan
emosi di antaranya:
1. Menggunakan permintaan anak sebagai sarana untuk
meningkatkan kecerdasan emosi secara efektif, yaitu dengan
39 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum; Cara Cepat Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ Secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2002), Cet. IV, hlm. 100-102 40 Dorothy C. Finkelor. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda Terj. Hasyim
Kahhar (Yogyakarta: Zenith Publisher, 2004) Cet. I hlm. 29
28
menanyakan tujuan dari permintaan tersebut pada anak,
dengan tujuan anak berfikir dengan tujuan tersebut.
2. Orang tua memberikan tawaran ganda pada anak, yaitu dengan
tujuan untuk anak bisa memilah dan memilih apa yang
diharapkannya.
3. Menjadikan anak sebagai hakim dalam pelanggaran yang
dilakukannya sendiri, yaitu yang bertujuan untuk mendidik
anak supaya disiplin.41
Dalam cara pengembangan kecerdasan emosi di atas
terdapat inti, yaitu kasih sayang. Jadi cara pengembangan yang
baik yaitu dengan kasih sayang yang dicurahkan oleh orang tua
dengan sepenuhnya. Bukan sebaliknya, yaitu dengan cara otoriter.
2. Faktor sekolah
Sekolah sebagai institusi formal ikut dalam pembentukan
kecerdasan emosi pada anak. Dalam sekolah peran guru sangatlah
penting dalam membina anak didiknya untuk menjadi cerdas
dalam mengolah emosinya.
Guru merupakan orang kedua setelah orang tua, jadi faktor
terpenting bagi seorang guru ialah kepribadian.42 Guru melihat
dirinya sebagai pemberi tauladan yang baik sehingga seorang guru
dituntut memiliki kepribadian yang mantap dan perilaku yang
terpuji agar menjadi tauladan bagi anak didiknya. Seperti jujur,
bertanggung jawab, berkomitmen terhadap tugas, disiplin dalam
bekerja, kreatif dan respek terhadap siswa.
Ada beberapa cara mendidik kecerdasan emosi di sekolah,
dintaranya:
1. Sekolah harus mampu menciptakan rasa aman bagi siswa,
yakni atmosfer yang demokratis dan guru harus memahami
kondisi siswa.
41 Suharsono, Akselerasi Intellegence; Optimalkan IQ, EQ, SQ Secara Islami (Jakarta: Inisiasi Press, 2004) hlm. 205-208
42 Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, hlm. 11
29
2. Sekolah harus mampu menciptakan self eficcy (seperti sikap
percaya diri, optimis dan lain-lain) pada diri siswa.
3. Guru harus dapat membantu siswa dalam menyalurkan emosi
lewat kegiatan yang positif dan konstruktif.43
Karena kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang harus
diasah dan terus untuk berlatih, maka sekolah juga harus melatih
anak-anak didiknya melalui program yang menjurus pada
pelatihan kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi bukanlah kemampuan yang bersifat relatif
tetap, akan tetapi dapat terus dikembangkan yang menurut Syamsu
Yusuf kecerdasan emosi dapat diupayakan, jika seseorang tahu
bagaimana cara:
1. Memperdayakan diri sendiri dan orang lain untuk mengatasi rasa
sedih dan menderita yang melekat dalam kehidupan di dunia yang
penuh tuntutan dan tantangan.
2. Menciptakan situasi senang dan membangun hubungan-hubungan
dalam proses itu.
3. Mengelola emosi-emosinya sehingga mereka sungguh-sungguh
bisa mengungkapkan apa yang dirasakan.
4. Mendisiplinkan diri untuk mencapai sasaran sementara, masih
tetap termotivasi pada proses itu.
5. Bersikap tabah selama menghadapi konfrontasi dan kekecewaan.
6. Memiliki rasa empati dan kasihan pada orang lain.
7. Bersikap konsisten dan berimbang dalam kehidupan sosialnya.
8. Menciptakan kehidupan yang penuh gairah dan profesional
memuaskan.44
43 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001)
hlm. 90-91 44 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2000) Cet.I hlm.113-114
30
2.3.Ciri-ciri Kecerdasan Emosi
Ada beberapa ciri mengenai kecerdasan emosi, diantaranya:
1. Kemampuan mengenali emosi yang muncul dalam diri sebagai
reaksi terhadap suatu fenomena
2. Kemampuan mengelola emosi-emosi yang muncul dalam diri
3. Kemampuan memotivasi diri ketika menghadapi hambatan atau
kegagalan dalam meraih sesuatu
4. Kemampuan mengenali emosi orang lain
5. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan-kemampuan yang ada diatas merupakan salah satu
perubahan yang ada dalam diri seseorang dengan kemampuan
mengendalikan emosinya. Kenyataan yang ada bahwa banyak diantara
kita yang tidak mengantisipasi perubahan-perubahan dalam
perkembangan emosi pada diri kita sebagaimana kita memandang
perubahan-perubahan dalam pertumbuhan fisik dan kognisi yang dapat
menimbulkan banyak masalah yang seharusnya dapat dihindari. Yang
sebenarnya bahwa kecerdasan emosi lebih bervariasi dari pada
perkembangan fisik dan kognisi, yang dalam banyak hal dapat
diprakirakan.
Dan Harry Alder mencirikan kecerdasan emosi sebagai berikut:
1. Orang yang mampu mengendalikan dan mengarahkan diri sendiri
2. Memiliki inisiatif
3. Tampak bebas dan tidak bergantung pada emosional
4. Bersikap dewasa
5. Tahu bagaimana mengurusi diri sendiri
6. Percaya diri dalam membuat rencana, dapat membuat keputusan-
keputusan penting untuk diri mereka sendiri
7. Integritas
31
8. Menikmati hubungan-hubungan yang ditandai dengan penghargaan
dan tanggung jawab
9. Tidak terpaku pada bantuan orang lain
10. Tidak hidup berdasarkan pendapat psikologi orang lain.45
Dari ciri yang ada di atas ialah ditekankan pada sikap-sikap yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam kecerdasan emosi.
2.4.Ruang Lingkup Kecerdasan Emosi
Mengenai kecerdasan emosi para ahli sepakat bahwa kecerdasan
ini hanya bisa dilihat pada perilaku-perilaku seseorang. Menurut
Goleman ada beberapa kecerdasan emosi, yang ditandai oleh beberapa
sikap, diantaranya: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati,
dan keterampilan sosial, 46 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kesadaran diri, yaitu mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan,
sumber daya, dan intuisi. Kesadaran diri dapat dilatih dengan cara
mengetahui tentang keadaan dirinya sendiri, sehingga individu
tersebut dapat menerima keadaan yang sedang dialaminya.
b. Pengaturan diri, yaitu mengelola kondisi, impuls dan sumber daya
diri sendiri. Kemampuan ini dapat berjalan jika individu tersebut
mampu mengelola keadaan yang ada disekitarnya dengan akal
sehat yang dikombinasikan dengan kemampuan pribadi masing-
masing.
c. Motivasi,yaitu kecenderungan emosi yang mengantar atau
memudahkan peraihan sasaran. Ada beberapa cara dalam
mengembangkan motivasi pada anak, diantaranya: 1) mengajari
berharap keberhasilan, 2) mengajari sikap tidak mudah menyerah,
3) mengajari pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan,
45 Harry Alder, Pacu EQ dan IQ Terj. Cristina Prianingsih (Jakarta: Erlangga, 2001) hlm. 80 46 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa Alex
Tri Kancono Widodo, (Jakarta: Gramedia, 1999), Cet. III, hlm. 42-43.
32
dan 4) memberikan pendidikan yang relevan dengan minat dan
gaya belajar anak. 47
d. Empati, yaitu kesadaran terhadap perasaan orang lain. Artinya
bahwa individu harus mampu memahami perasaan orang lain
dalam mengatasi keragaman. Ada beberapa cara dalam
mengembangkan empati, diantaranya: 1) mengajari sikap peduli
dan tanggung jawab, 2) mengajari untuk mempraktekkan
perbuatan baik secara acak, dan 3) melibatkan individu dalam
kegiatan masyarakat.
e. Keterampilan sosial, yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan
yang dikehendaki pada orang lain. Kemampuan ini menuntut
individu untuk mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan
orang lain sehingga dapat meyakinkan orang lain dengan rasa
aman. Ada beberapa hal untuk mengembangkan keterampilan
sosial, diantaranya: 1) berbagi informasi pribadi, 2) menyelaraskan
respon atas orang lain, 3) mengungkapkan kebutuhan pada orang
lain dengan penuh perasaan, dan 4) menunjukkan pada orang lain
bahwa kita mau memahami orang lain.
Dari beberapa sikap yang mencirikan pada kecerdasan emosi ini,
akan muncul indikator pada setiap sikapnya, antara lain: jujur, optimis
dan lain sebagainya.
3. Hubungan Antara Prestasi Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan
Emosi
Prestasi pelajaran aqidah akhlak merupakan hasil yang telah
dicapai oleh peserta didik dalam memahami dan menghayati sekaligus
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam melalui aktivitas merubah tingkah
laku sesuai dengan nilai-nilai agama Islam sehingga diharapkan menjadi
manusia sempurna, yaitu yang memiliki akhlakul karimah.
47 Op. cit. Lawrence E. Shapiro, hlm. 227-228
33
Salah satu tujuan mempelajari aqidah akhlak ialah membentuk
manusia yang memiliki tingkah laku yang mulia baik terhadap Tuhannya
ataupun terhadap sesama. Pengajaran tersebut meliputi iman terhadap
Allah dan Rasulnya, tolong menolong, saling menghormati dan lain
sebagainya. Yang sama halnya dengan tujuan pembentukan kecerdasan
emosi yaitu manusia yang memiliki sikap yang mulia dengan mengenali
dan memahami perasaan orang lain sehingga tingkah lakunya selalu dijaga
supaya tidak menyakiti perasaan orang lain.
Dalam mempelajari aqidah akhlak ada beberapa pendekatan, salah
satunya pendekatan emosional yaitu mengolah perasaan (emosi) peserta
didik dalam bertingkah laku. Hal inilah yang mendasari bahwa jika
manusia telah dapat mengendalikan emosinya maka manusia tersebut
tidak akan bertingkah laku kasar, justru sebaliknya yaitu bertingkah laku
baik.
Menurut Zakiyah Daradjat bahwa emosi memegang peranan
penting dalam sikap dan tindak agama seseorang. Tidak ada satu sikap
atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami tanpa mengindahkan
emosinya.48 Dari pendapat ini maka emosi memiliki pengaruh cukup besar
dalam penentuan perilaku seseorang termasuk di dalamnya akhlakul
karimah.
Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan yang dapat terus
ditingkatkan, tidak seperti halnya kecerdasan intelektual yang relatif tetap.
Ada beberapa hal yang dapat membangun dan meningkatkan
kecerdasan emosi, diantaranya:49
1. Melatih penjernihan emosi, emosi seseorang berpusat pada hati yang
penjernihannya yaitu dengan selalu dekat kepada Allah karena
sesungguhnya hati (qalb) mampu memperoleh ilmu secara langsung
dari Tuhan. Karena itu, selaras dengan al-Qur’an bahwa hati (qalb)
48 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. XXVII, hlm.
95. 49 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual;
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta, Arga, 2005), Cet. XXV, hlm. 204-212.
34
melebihi potensi otak.50 Hal ini dapat dilakukan dengan cara berwudlu,
shalat dan lain-lain.
2. Melatih prinsip bintang, yaitu dengan membentuk rasa aman,
membentuk rasa percaya diri serta motivasi. Melatih kebijaksanaan
dan membentuk integritas.
3. Melatih dan membangun prinsip kepercayaan. Kepercayaan bukanlah
semata-mata pemberian dari orang lain, melainkan suatu upaya yang
merupakan hasil timbal balik dari seseorang yang menunjukkan
integritas, komitmen dan loyalitas.
4. Melatih prinsip kepemimpinan, prinsip ini terbentuk setelah adanya
kepercayaan baik dari orang lain maupun dari Tuhannya.
5. Melatih prinsip pembelajaran. Manusia tidak hanya diminta oleh
Tuhan untuk dapat membaca alam fisik saja, tetapi juga manusia dan
hubungan sosialnya, bahkan tentang penciptanya. Oleh karena itu,
manusia diharuskan belajar baik dari diri sendiri, orang lain dan juga
alam sekitar. Jika manusia tidak mampu untuk meberdayakan
kemampuan nalar (reasoning power) dalam dirinya, maka manusia
dalam keadaan ”terputus”(dari mata rantai kehidupan) dan menjadi
kehilangan arah. Dengan kemampuan nalar pulalah, seseorang dapat
mencerna unsur-unsur penting yang ada pada alam ini sebagai satu
kesatuan sunnatullah. 51 Dari belajar itulah akan menimbulkan
pengaruh yang kuat pada seseorang, oleh karena itu Allah selalu
mengajak manusia untuk berfikir kritis, melatih otak dan hati manusia.
Dalam hal ini pembelajaran pada pelajaran aqidah akhlak yang
mengajarkan tentang tingkah laku manusia seutuhnya yaitu terhadap
Tuhan, sesama dan alam sekitar. Dalam pembelajaran aqidah akhlak
bukan saja ditekankan pada kognitifnya saja yaitu dengan membaca
50 M. Yaniyullah Delta Auliya, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak, (Jakarta, Raja
Grafindo, 2005), hlm. 15 51 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual;
The ESQ Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2006), Cet. XXIX, hlm. 182
35
namun juga pada bidang afektif (tingkah laku) yaitu berupa tingkah
laku orang lain dan alam sekitarnya yang bisa dijadikan sebagai
teladan. Penekanan pentingnya berfikir serta belajar ini sangat
dimuliakan oleh Allah.52 Karena selain predikat keutamaan sebagai
kaum muslimin yang beriman serta yang terus menerus berfikir
tentang hakekat penciptaannya di muka bumi yang hampir di sebutkan
Allah di setiap ayatnya, maka keutamaan manusia yang belajar aqidah
akhlak ialah mampu menyelamatkan dirinya dan sesamanya dari
kehancuran dan juga dapat mendorong manusia pada kemajuan
peradaban. Oleh karena itu manusia diwajibkan untuk belajar, baik
dari peristiwa-peristiwa, buku-buku, pengalaman-pengalaman diri
sendiri dan orang lain yang intinya dapat dipetik untuk dijadikan
teladan, peringatan ataupun kesimpulan.
6. Melatih simulasi dan visualisasi. Dalam hal ini penulis mencontohkan
pada sebuah ritual keagamaan, yaitu shalat yang merupakan visualisasi
dan simulasi dari kehidupan dan idialisme sebuah cita-cita yang luhur.
Shalat yang disebut sebagai do’a dapat memvisualisasikan otak kanan.
Jadi semakin banyak orang melakukan shalat secara rutin maka tingkat
visualisasinya semakin baik pula yang akan mengantarkan seseorang
pada cita-cita yang diharapkannya.
7. Melatih prinsip keteraturan. Disiplin merupakan sebuah contoh sikap
dari keteraturan, sikap disiplin inilah yang akan mampu menjaga dan
memelihara tatanan masyarakat, tanpa disiplin maka masyarakat akan
hancur.
Dari beberapa pelatihan tersebut yang bertujuan pada pengendalian
emosi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah terbiasa
dalam kesehariannya, maka dinamakan sebagai akhlak. Di dalam Islam
hal-hal yang tersebut seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati
(tawadlu), totalitas (kaffah), integritas dan penyempurnaan (ihsan) dan
keseimbangan (tawazun), semua itu disebut akhlakul karimah.
52 Ibid, hlm. 184.
36
Jadi semakin jelas jika keberhasilan dalam mempelajari aqidah
akhlak manusia tersebut akan dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya secara menyeluruh. Atau dengan kata lain semakin tinggi
prestasi pelajaran aqidah akhlak semakin tinggi pula kecerdasan emosi
seseorang.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Dari hasil survei kepustakaan di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, penelitian yang mengkaji mengenai prestasi belajar aqidah akhlak
dan kecerdasan emosi sangatlah banyak, diantaranya:
1. Penelitian yang berjudul ”Studi Korelasi Antara Prestasi Belajar Aqidah
Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak Usia Pubertas di MTs Darul Hikmah
Meganti Kedung Jepara” oleh Mukhlisin pada tahun 2002 menyatakan
”ada korelasi positif antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan perilaku
sosial anak usia pubertas”.
2. Penelitian yang berjudul ”Menanamkan EQ Melalui Kisah-kisah Dalam
Al-Qur’an” Oleh Hasanudin pada tahun 2002, yang berkisar pada cara
mengajarkan EQ kepada anak melalui cerita-cerita dalam al-Qur’an.
3. Penelitian yang berjudul ”Upaya Pengembangan Kecerdasan Emosional
Siswa di SD Hj. Isriati, Baiturrahman Semarang” Oleh Shokhifah pada
tahun 2005 yang memfokuskan pada usaha dalam mengembangkan
kecerdasan emosional yang dilakuan guru terhadap siswanya.
C. Pengajuan Hipotesis
Untuk menghindari penelitian yang tidak terarah dan memberikan
batasan yang tegas, maka diperlukan hipotesis; yaitu perumusan jawaban
sementara terhadap suatu soal yang dimaksud sebagai tuntunan untuk mencari
jawaban yang sebenarnya.
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan berkenaan dengan penelitian ini
ialah ”Ada hubungan positif antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan
kecerdasan emosi siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang”. Artinya apabila
37
prestasi pelajaran aqidah akhlak pada siswa baik, maka baik pula kecerdasan
emosi pada siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.1 Secara sederhana metodologi penelitian
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan dalam melakukan penelitian yang
meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian. Dalam metodologi penelitian
ini akan diuraikan antara lain: tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian,
variabel penelitian, metode penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan hipotesis.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang pokok, yang akan memberikan
arahan dalam melakukan penelitian terhadap peneliti, sehingga akan
memudahkan bagi peneliti untuk mengerjakan dan mencari data-data
permasalahan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prestasi pelajaran Aqidah Akhlak siswa MTs. N 1
Semarang.
2. Untuk mengetahui tentang kecerdasan emosi siswa MTs. N 1 Semarang.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prestasi pelajaran Aqidah
Akhlak dengan kecerdasan emosi siswa MTs. N 1 Semarang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Demi memperoleh data tentang hubungan antara prestasi pelajaran
Aqidah Akhlak dengan kecerdasan emosi siswa, maka penelitian ini
dilakukan:
Waktu penelitian : Pada tanggal 1 sampai dengan 30 November 2007.
Tempat penelitian : MTs N 1 Semarang.
1 Husairi Usman dan Purmono Setiadi Akbar, Metodologi Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 42.
38
Alamat : Jln. Kethileng Raya Baru Semarang
C. Variabel Penelitian
Variabel ialah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.2 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu variabel independent (pengaruh/ bebas) dan variabel dependent
(terpengaruh/ terikat). Variabel tersebut yaitu:
1. Variabel independent (pengaruh/ bebas)
Variabel independent di sini ialah prestasi pelajaran Aqidah Akhlak (X)
dengan indikator sebagai berikut:
- Prestasi pada nilai raport semester gasal dan genap tahun ajaran
2006/2007, yaitu dengan penilaian pada pengetahuan dan pengamalan
siswa.
2. Variabel dependent (terpengaruh/ terikat)
Variabel dependent di sini ialah kecerdasan emosi siswa (Y) dengan
indikator:
- Kesadaran diri
- Pengaturan diri
- Motivasi
- Empati
- Keterampilan sosial
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis pendekatan
correlation research (penelitian korelasi), yang bertujuan untuk mendeteksi
sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain, berdasarkan pada koefisien korelasi. Metode
penelitian korelasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara
menggabungkan variabel bebas (X), yaitu prestasi pelajaran Aqidah Akhlak
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 94.
39
yang berpengaruh pada variabel terikat (Y), yaitu kecerdasan emosi siswa
yang dipakai untuk menganalisis data-data tersebut adalah dengan
menggunakan analisis data satu prediktor.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Jadi semua elemen
yang terdapat di dalam wilayah penelitian merupakan obyek yang harus
diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi
penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang . Jumlah
semua siswa kelas VIII MTs N 1 Semarang ialah 253 siswa.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Oleh karena populasinya besar sementara kemampuan peneliti
terbatas, maka peneliti menggunakan penelitian sample. Menurut pendapat
Suharsimi Arikunto bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100, maka
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka dapat
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.3
Berdasarkan pendapat ini maka peneliti menetapkan 20% dari
populasi untuk dijadikan sampel. Berarti jumlah yang diambil peneliti
adalah 20% dari 253 siswa yaitu 51 siswa sebagai sample.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Berkaitan dengan teknik pengambilan sample, penulis memilih
random sampling, yaitu pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi
dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua
kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel
mempunyai peluang yang sama.4 Teknik pengambilan sampel ini juga
berkelompok karena keseluruhan populasi dikelompokkan ke dalam kelas-
kelas yaitu kelas A, kelas B, kelas C, Kelas D, kelas E, kelas F, dan
3 Ibid., hlm. 112. 4 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimuddin Tuwu, (Jakarta; UI
Press, 1993), Cet. I, hlm. 163
40
kelas G. Teknik ini juga acak karena seluruh individu dalam populasi
tersebut mempunyai kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel.
Peneliti mengambil siswa 51 (20%) dari populasi sebagai sample.
Sebagaimana disebutkan Suharsimi Arikunto bahwa untuk populasi yang
terdiri dari 100 orang atau lebih, maka peneliti bisa mengambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih dari populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data dari lapangan peneliti menggunakan instrumen
angket (kuesioner), pengamatan (observasi), dokumentasi, dan wawancara
(interview).
Dalam rangka untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Metode Angket
Metode angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.5 Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan responden yang menjadi obyek
penelitian.
2. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode yang dilakukan dengan cara
memperhatikan sesuatu menggunakan mata atau pengamatan langsung.
Penggunaan metode ini didasarkan pada alasan bahwa penelitian ini akan
lebih akurat. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
situasi umum sekolah, yaitu keadaan dan letak geografis, struktur
organisasi, sarana dan prasarana dan lain-lain di MTs N 1 Semarang.
3. Metode Interview
Metode interview yaitu suatu metode pengumpulan data dengan
jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis dan berlandaskan
5 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 128.
41
pada tujuan penelitian.6 Metode ini digunakan untuk mengadakan
wawancara dengan pihak sekolah tentang situasi proses belajar mengajar
di kelas.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu “Suatu metode yang digunakan dengan
cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya.7 Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah siswa,
data hasil belajar aqidah akhlak yang diambil dari nilai standar dan nilai
raport siswa, keadaan guru, karyawan, peserta didik dan data lain yang
diperlukan.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Pendahuluan
Setelah data terkumpul yang berisi tentang nilai raport pada
pelajaran aqidah akhlak dan kecerdasan emosi, yang kemudian
dimasukkan ke dalam tabel persiapan. Dari tabel masing-masing variabel
tersebut kemudian dicari mean dengan rumus:
NMM Σ
=
Keterangan:
M : Nilai rata-rata/mean
ΣM : Jumlah keseluruhan nilai rata-rata yang dicari.
N : Jumlah responden.
2. Analisis uji hipotesis
Pada tahap ini menghitung lebih lanjut pada distribusi frekuensi dan
diajukan dengan uji hipotesis, yaitu dengan menggunakan rumus regresi
satu prediktor. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
6 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II. (Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 2004), hlm. 218. 7 Ibid., hlm. 135.
42
a. Mencari korelasi antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi
moment tangkar pearson untuk mencari hubungan antara variable
bebas (X) dengan variable terikat (Y). Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
( ) ( )( )( ){ } ( ){ }2222 .. yyNxxN
yxxyNrxy
Σ−Σ−Σ
ΣΣ−Σ= 8
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
ΣX : Variabel bebas, yaitu prestasi pada nilai raport
ΣY : Variabel terikat, yaitu kecerdasan emosi
N : Jumlah responden (sampel)
Σ : Sigma (jumlah)
b. Uji signifikansi korelasi melalui uji tabel t sebagai berikut:
( )21
2
r
Nrt xy
−
−=
c. Mencari persamaan garis regresi
y = a + bX 9
Keterangan:
Y : (baca y topi), subyek variabel terikat yang diproyeksikan
X : variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
a : nilai konstanta harga y, jika X = 0
b : nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukkan nilai
peningkatan (X) atau nilai penurunan variabel Y .
d. Uji signifikansi nilai Freg
Berikut ringkasan rumus-rumus analisis regresi dengan satu
prediktor skor deviasi.10
8 I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1990), Cet. I, hlm. 119. 9 http://analistat.com/regresi/regresilinear.php. 10 Ibid.
43
Sumber variasi Db Jk Rk Freg
Regresi (reg) 1 ( )2
2
xxyΣΣ
reg
reg
dbjk
res
reg
RkRk
Residu (res) N-2 ( )2
22
xxyyΣΣ
=Σres
res
dbjk
res
reg
RkRk
Total N-1 2yΣ
3. Analisis Lanjut
Analisis ini akan menguji signifikansi untuk membandingkan Freg
yang telah diketahui Ft (Ft 5% atau 1%) dengan kemungkinan.
b. Jika Freg > Ft 5% atau 1%, maka hasilnya signifikan (diterima).
c. Jika Freg < Ft 5% atau 1%, maka hasilnya non signifikan (ditolak).
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum MTs N I Semarang
1.1. Profil MTs N I Semarang
Madrasah Tsanawiyah Negeri I Semarang merupakan salah satu
lembaga pendidikan menengah di kota Semarang yang memiliki peran
strategis pada masa datang dalam rangka mempersiapkan generasi
muda yang beriman, berilmu, cerdas, jujur dan bertanggung jawab
sebagai salah satu ciri ke-Islam-an. Dari peran inilah, MTs N I
Semarang diharapkan mampu membentuk manusia sempurna
seutuhnya menurut nilai-nilai Islam.
Pada awal mulanya MTs N I Semarang merupakan alih fungsi
dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), yang berdasarkan SK
Menteri Agama RI No. 113 Tahun 1978 pada tanggal 7 Desember
1978 tentang perubahan status dari PGAN Semarang beralih menjadi
MTs N I Semarang mulai berlaku pada ajaran baru 1 Juni 1979.
Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) semula bertempat di jln.
Sisingamangaraja 5, yang kemudian pada tahun 1993 menempati
gedung yang berada di Jl. Ketileng Raya Baru sampai dengan
sekarang dengan nama MTs N I Semarang
Pada awalnya MTs. N I Semarang menggunakan kurikulum
1994 yang berisi daftar mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
siswa untuk menyelesaikan studinya. Namun berdasarkan surat edaran
kepala kantor wilayah Departemen Agama Jawa Tengah No. WK/5.a/
PP.00/2004 pada tanggal 14 April 2004, menggunakan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) mulai tahun ajaran 2004/2005. dan
belum genap masa penggunaan kurikulum tersebut, oleh pemerintah
diganti dengan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
45
Pelajaran (KTSP) yang dalam pelaksanaannya telah disesuaikan
dengan kurikulum di MTs N I Semarang.
1.2. Visi dan Misi MTs N I Semarang
Dalam menjalankan proses pendidikan MTs N I Semarang
memiliki semangat yang tinggi, yaitu berusaha untuk senantiasa
meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM siswa semaksimal
mungkin, dengan menciptakan Nilai Akhlak Mulia (NAM) dan nilai
evaluasi belajar
Visi MTs N I Semarang ialah berakhlak terpuji dan bersaing
dalam prestasi. Selain itu, MTs N I Semarang juga memiliki misi
sebagai berikut:
a. USWAH HASANAH NABI SEBAGAI IDOLA
b. BANGGA TERHADAP AGAMANYA
c. BERDEDIKASI TINGGI
d. DISIPLIN DAN BERSAHAJA
e. MEMILIKI TANGGUNG JAWAB KEILMUAN, DAN
f. OUTPUT YANG UNGGUL
1.3. Kondisi Personalia
Dalam perjalanannya, MTs N I Semarang memiliki beberapa
orang pemimpin yang pernah menjabat menjadi kepala sekolah,
diantaranya:
a. SOEBARI MUSYTAQ, BA TAHUN 1976 SAMPAI 1980
b. DRS. H. MUHAMMADI TAHUN 1980 SAMPAI 1988
c. DRS. H. HARYONO TAHUN 1988 SAMPAI 1994
d. DRS. H. MUHAMMAD ASYIQ TAHUN 1994 SAMPAI 1998
e. DRS. H. ISTICHSAN TAHUN 1998 SAMPAI 2002
f. DRS. NASICHUN TAHUN 2002 SAMPAI 2003
g. DRS. H. FIRDAUS FAISOL TAHUN 2003 SAMPAI SEKARANG
SECARA KUANTITATIF JUMLAH TENAGA PENGAJAR YANG ADA DI
MTS N I SEMARANG BERJUMLAH 53 ORANG YANG MELAYANI KURANG
LEBIH 920 SISWA. DI MTS N I SEMARANG TENAGA PENDIDIK YANG ADA
46
BERASAL DARI PEGAWAI DEPARTEMEN AGAMA (NIP. 15) DAN
ADAPULA YANG BERASAL DARI PEGAWAI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL (NIP. 13) DENGAN PENDIDIKAN TERAKHIR S1, S2, DARI
IAIN, UNNES, UNDIP, DAN IKIP. DAN MEMILIKI TENAGA
ADMINISTRASI SEBANYAK 9 ORANG. (TERLAMPIR)
1.4. KONDISI SISWA
KEADAAN SISWA MTS N I SEMARANG TIDAK KALAH DENGAN
SLTP/MTS LAINNYA, KARENA SAMPAI SEKARANG SISWA MTS N I
SEMARANG MENCAPAI PENINGKATAN YANG SANGAT BAIK. UNTUK
MENGETAHUI KEADAAN SISWA MTS N I SEMARANG TAHUN AJARAN
2007/2008 DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT:
TABEL 1
JUMLAH SISWA MTS N I SEMARANG
NO. KELAS JUMLAH
1. KELAS VII 346
2. KELAS VII 320
3. KELAS IX 253
JUMLAH 919
1.5. KONDISI FISIK SEKOLAH
DEMI TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH, MAKA
MTS N I SEMARANG MENYEDIAKAN FASILITAS SEKOLAH,
DIANTARANYA SEBAGAI BERIKUT;
a. Jumlah Kelas
Jumlah ruang kelas seluruhnya di MTs N I Semarang ialah
sebanyak 24 kelas dengan penataan memanjang kebelakang.
b. BANGUNAN LAIN
SALIN KELAS, DI MTS N I SEMARANG JUGA TERDAPAT
FASILITAS LAIN DIANTARANYA;
1. RUANG PRAMUKA
2. MUSHOLLA
47
3. RUANG OSIS
4. PERPUSTAKAAN
5. RUANG KETERAMPILAN
6. TEMPAT OLAH RAGA
7. RUANG TATA USAHA (TU)
8. AULA (GEDUNG SERBA GUNA)
9. LABORATORIUM KOMPUTER
10. LABORATORIUM BAHASA
11. LABORATORIUM MIPA
12. RUANG UKS
13. KOPERASI SISWA
14. RUANG BP
15. KANTIN SEKOLAH
16. PARKIR, DAN
17. KAMAR MANDI (GURU DAN SISWA)
1.6. STRUKTUR SEKOLAH MTS N I SEMARANG
SUPAYA MEKANISME KERJA BERJALAN DENGAN LANCAR DAN
TERTIB, MAKA DIPERLUKAN ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB
DALAM BIDANG MASING-MASING YANG AKAN MEMEGANG RODA
ORGANISASI SUPAYA DAPAT BERJALAN KE ARAH YANG LEBIH BAIK
(DITENTUKAN). BERKENAAN DENGAN HAL TERSEBUT, MAKA
DISUSUNLAH STRUKTUR SEKOLAH. ADAPUN STRUKTUR SEKOLAH MTS
N I SEMARANG SEBAGAIMANA TERLAMPIR.
2. DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN
KECERDASAN EMOSI
DALAM MENCARI DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK, PENULIS MENGGUNAKAN NILAI RAPORT RESPONDEN, YANG
NANTINYA AKAN DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS STATISTIK.
48
ADAPUN DATA TENTANG PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG , DAPAT DILIHAT DALAM TABEL
BERIKUT:
TABEL 2
DATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Resp. Smt. Gasal Smt. Genap Total Resp_1 70 70 70 70 68 69 69.5 Resp_2 65 65 65 70 68 69 67 Resp_3 65 65 65 80 78 79 72 Resp_4 67 70 68.5 79 79 79 73.75 Resp_5 70 70 70 80 79 79.5 74.75 Resp_6 75 75 75 80 79 79.5 77.25 Resp_7 70 69 69.5 80 76 78 73.75 Resp_8 75 75 75 88 82 85 80 Resp_9 70 75 72.5 81 79 80 76.25 Resp_10 65 65 65 69 67 68 66.5 Resp_11 67 72 69.5 85 80 82.5 76 Resp_12 72 75 73.5 89 80 84.5 79 Resp_13 73 75 74 65 72 68.5 71.25 Resp_14 75 75 75 87 80 83.5 79.25 Resp_15 72 68 70 85 80 82.5 76.25 Resp_16 89 80 84.5 72 75 73.5 79 Resp_17 78 80 79 88 85 86.5 82.75 Resp_18 72 75 73.5 80 80 80 76.75 Resp_19 65 65 65 72 70 71 68 Resp_20 74 76 75 80 80 80 77.5 Resp_21 76 73 74.5 86 81 83.5 79 Resp_22 70 69 69.5 80 76 78 73.75 Resp_23 76 73 74.5 89 82 85.5 80 Resp_24 75 75 75 84 80 82 78.5 Resp_25 65 65 65 70 70 70 67.5 Resp_26 82 80 81 84 80 82 81.5 Resp_27 65 65 65 74 70 72 68.5 Resp_28 65 65 65 70 68 69 67 Resp_29 76 74 75 70 70 70 72.5 Resp_30 65 64 64.5 70 70 70 67.25 Resp_31 68 67 67.5 86 85 85.5 76.5 Resp_32 65 65 65 70 69 69.5 67.25 Resp_33 80 80 80 84 80 82 81 Resp_34 65 65 65 78 70 74 69.5
49
Resp_35 65 65 65 70 68 69 67 Resp_36 65 65 65 70 68 69 67 Resp_37 65 65 65 68 66 67 66 Resp_38 70 70 70 70 68 69 69.5 Resp_39 80 80 80 78 76 77 78.5 Resp_40 65 65 65 68 65 66.5 65.75 Resp_41 65 65 65 70 68 69 67 Resp_42 65 65 65 70 68 69 67 Resp_43 65 65 65 86 84 85 75 Resp_44 65 65 65 68 66 67 66 Resp_45 70 69 69.5 79 79 79 74.25 Resp_46 78 80 79 88 85 86.5 82.75 Resp_47 80 78 79 84 80 82 80.5 Resp_48 75 75 75 80 79 79.5 77.25 Resp_49 75 74 74.5 86 82 84 79.25 Resp_50 75 75 75 88 82 85 80 Resp_51 67 72 69.5 85 80 82.5 76
SEDANGKAN DALAM MENCARI DATA TENTANG KECERDASAN EMOSI,
PENULIS MENGGUNAKAN ANGKET. YAITU DENGAN CARA MENGUMPULKAN
INFORMASI DENGAN MEMBERIKAN SEJUMLAH PERNYATAAN ATAUPUN
PERTANYAAN TERTULIS TERHADAP RESPONDEN.
ANGKET TENTANG KECERDASAN EMOSI TERDIRI DARI LIMA
INDIKATOR, DIANTARANYA;
1. KESADARAN DIRI
2. PENGATURAN DIRI
3. MOTIVASI
4. EMPATI, DAN
5. KETERAMPILAN SOSIAL.
DARI INDIKATOR-INDIKATOR KECERDASAN EMOSI TERSEBUT, PENULIS
MEMBERIKAN LIMA PERNYATAAN YANG BERSIFAT POSITIF PADA SETIAP
INDIKATOR. DAN UNTUK MENGANALISIS HASIL JAWABAN ANGKET
KECERDASAN EMOSI DIGUNAKAN SKORING SEBAGAI BERIKUT: UNTUK
PERNYATAAN JAWABAN SELALU (S) MENDAPAT SKOR 4, SERING (SR)
MENDAPAT SKOR 3, KADANG-KADANG (KD) MENDAPAT SKOR 2, DAN TIDAK
PERNAH (TP) MENDAPAT SKOR 1.
50
ADAPUN DATA HASIL ANGKET KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII
MTS N I SEMARANG DAPAT DILIHAT DALAM TABEL BERIKUT:
TABEL 3
DATA ANGKET KECERDASAN EMOSI SISWA
INDIKATOR Kesad. Diri Pengat. Diri Motivasi Empati Ket. Sosial TotalResponden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Resp_1 4 3 4 2 3 4 4 2 3 4 4 3 4 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 2 78 Resp_2 4 3 3 3 2 2 4 4 2 2 2 4 3 1 2 2 4 4 4 2 3 3 3 2 3 71 Resp_3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 2 4 3 4 85 Resp_4 4 2 4 2 2 4 2 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 1 3 3 2 3 4 3 2 74 Resp_5 2 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 86 Resp_6 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 3 1 80 Resp_7 3 4 4 2 4 2 3 2 4 4 2 3 2 1 3 3 3 4 1 2 4 2 3 2 3 70 Resp_8 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 4 3 82 Resp_9 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 2 4 3 2 82 Resp_10 1 2 4 2 3 2 4 1 1 2 3 2 2 1 4 3 3 1 3 2 1 1 2 4 4 58 Resp_11 4 3 3 2 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 87 Resp_12 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 4 3 2 87 Resp_13 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 4 2 4 60 Resp_14 4 3 3 2 3 2 4 2 4 4 2 2 3 1 2 2 4 4 3 2 4 3 3 3 2 71 Resp_15 4 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 4 3 4 68 Resp_16 2 2 4 2 2 2 4 2 4 4 2 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 74 Resp_17 4 4 4 2 2 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 2 84 Resp_18 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 63 Resp_19 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 79 Resp_20 4 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 4 3 4 4 3 3 2 3 71 Resp_21 4 2 3 2 4 4 3 2 4 2 2 4 4 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 2 3 78 Resp_22 4 3 2 4 3 2 3 2 1 4 4 2 4 2 4 2 2 4 3 2 4 2 2 4 4 73 Resp_23 4 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 2 2 4 4 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 71 Resp_24 4 3 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 2 3 2 2 2 4 81 Resp_25 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 79 Resp_26 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 80 Resp_27 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 3 4 2 3 4 4 2 2 4 4 4 4 86 Resp_28 3 4 4 3 2 4 2 2 2 3 4 3 2 3 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 67 Resp_29 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 80 Resp_30 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 2 4 3 3 85 Resp_31 4 3 3 4 2 3 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 2 3 2 4 2 78 Resp_32 4 2 2 4 4 4 4 3 2 4 4 2 3 2 4 4 2 1 2 4 2 4 3 2 2 74
51
Resp_33 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 3 4 4 1 3 4 4 2 4 3 2 83 Resp_34 4 3 4 3 4 3 2 4 4 4 2 1 4 1 1 4 4 4 3 3 4 2 2 3 4 77 Resp_35 4 2 4 2 3 2 3 2 4 3 4 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 2 4 2 73 Resp_36 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 4 4 3 1 4 2 2 3 4 2 4 4 3 73 Resp_37 4 3 4 4 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 3 4 4 4 2 4 4 2 3 2 79 Resp_38 3 2 2 4 2 3 4 2 2 4 4 2 3 2 2 3 3 4 3 4 2 4 2 2 3 71 Resp_39 4 3 4 2 2 4 3 2 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 85 Resp_40 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 57 Resp_41 2 2 2 3 2 2 2 3 4 4 3 1 4 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 63 Resp_42 4 2 2 3 4 4 4 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 63 Resp_43 3 2 2 3 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 2 4 4 3 3 3 2 4 2 3 2 71 Resp_44 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 64 Resp_45 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 2 4 4 2 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 74 Resp_46 3 2 2 2 2 4 2 3 4 4 2 2 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 72 Resp_47 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 3 1 80 Resp_48 4 2 4 2 2 4 4 2 3 4 2 4 2 3 2 2 3 3 4 4 4 2 4 4 4 78 Resp_49 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 2 3 1 4 80 Resp_50 4 4 3 4 4 3 4 2 2 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 86 Resp_51 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 2 2 3 4 3 4 85
Jumlah 3856
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
PADA BAGIAN INI AKAN DIBAHAS MENGENAI PENGOLAHAN DATA ATAU
ANALISIS DARI PRESTASI PADA NILAI RAPORT DAN ANALISIS HASIL JAWABAN
ANGKET KECERDASAN EMOSI YANG TERDIRI DARI LIMA INDIKATOR, YAITU:
KESADARAN DIRI, PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI, EMPATI, DAN KETERAMPILAN
SOSIAL.
DALAM MENGETAHUI ADA TIDAKNYA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI
PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA MTS N I
SEMARANG, PENULIS AKAN MENGADAKAN ANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS KUANTITATIF ATAU ANALISIS STATISTIK, YANG DAPAT DIJELASKAN
SEBAGAI BERIKUT:
1. ANALISIS PENDAHULUAN
DARI HASIL DATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN
KECERDASAN EMOSI SISWA DAPAT DIKETAHUI RERATA DARI KESELURUHAN
RESPONDEN YANG DAPAT DILIHAT PADA TABEL BERIKUT:
TABEL 4
TABEL RERATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
52
DAN KECERDASAN EMOSI SISWA
Rerata X Rerata Y69.5 3.12
67 2.84 72 3.40
73.75 2.96 74.75 3.44 77.25 3.20 73.75 2.80
80 3.28 76.25 3.28 66.5 2.32
76 3.48 79 3.48
71.25 2.40 79.25 2.84 76.25 2.72
79 2.96 82.75 3.36 76.75 2.52
68 3.16 77.5 2.84
79 3.12 73.75 2.92
80 2.84 78.5 3.24 67.5 3.16 81.5 3.20 68.5 3.44
67 2.68 72.5 3.20
67.25 3.40 76.5 3.12
67.25 2.96 81 3.32
69.5 3.08 67 2.92 67 2.92 66 3.16
69.5 2.84 78.5 3.40
65.75 2.28 67 2.52 67 2.52 75 2.84 66 2.56
74.25 2.96
53
82.75 2.88 80.5 3.20
77.25 3.12 79.25 3.20
80 3.44 76 3.40
3765 154.24 UNTUK MENGETAHUI RATA-RATA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG, MAKA DENGAN
MENGGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
a. Mencari interval kelas dengan rumus sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 51
= 1 + 5,61
= 6,61, dibulatkan menjadi 7.
b. MENCARI RANGE
R = H - L
KETERANGAN:
R = RANGE
H = NILAI TERTINGGI
L = NILAI TERENDAH
DENGAN DEMIKIAN,
R = H – L
= 82,75 – 65,75
= 17
c. Untuk menentukan interval kelas
KRi =
74285714285,27
17
=
=
Dibulatkan menjadi 2.
Jadi interval kelas ialah 2 dan jumlah interval ialah 7.
54
d. UNTUK MENCARI MEAN
NMM Σ
=
Keterangan:
M : Nilai rata-rata/mean
ΣM : Jumlah keseluruhan nilai rata-rata yang dicari.
N : Jumlah responden.
Dengan demikian
NMM Σ
=
8235294117,7351
3765
=
=
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel prestasi pelajaran aqidah
akhlak kelas VIII dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5
Tabel kualitas prestasi pelajaran aqidah akhlak
Interval Frekuensi Prosentase Keterangan
40-59 0 0% Kurang
60-69 18 35,5% Cukup
70-79 25 49,3% Baik
80-90 8 15,8% Baik sekali
DARI DATA DI ATAS DAPAT DIKETAHUI BAHWA INTERVAL 40-59
DENGAN NILAI 0%, UNTUK INTERVAL 60-69 DENGAN NILAI 35,5%, UNTUK
INTERVAL 70-79 DENGAN NILAI 49,3% DAN UNTUK INTERVAL 80-90
DENGAN NILAI 15,8%.
DARI ANALISA DATA DI ATAS DIKETAHUI BAHWA PRESTASI
PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG
TERMASUK DALAM KATEGORI BAIK YAITU BERADA PADA INTERVAL 70-79
DENGAN NILAI RATA-RATA 73,82.
55
UNTUK MENGETAHUI RATA-RATA KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS
VIII MTS N I SEMARANG, MAKA DIGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
a. Mencari interval kelas dengan rumus
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 51
= 1 + 5,61
= 6,61, dibulatkan menjadi 7.
b. MENCARI RANGE DENGAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT
R = H – L
= 3,48 – 2,28
= 1,20
c. Untuk menentukan interval kelas dengan rumus sebagai berikut:
KRi =
720,1
=
= 0,17142857142 atau 0,17
Jadi interval kelas ialah 0,17 dan jumlah interval adalah 7.
d. Untuk mengetahui rata-rata (mean) kecerdasan emosi siswa dengan
rumus:
NMM Σ
=
5124,154
=
= 3,02
ADAPUN UNTUK MENGETAHUI KUALITAS KECERDASAN EMOSI SISWA
PERLU DIBUAT TABEL SEBAGAI BERIKUT:
Tabel 6
Tabel kualitas kecerdasan emosi siswa
Interval Frekuensi Prosentase Keterangan
56
1,25-2,0 0 0% Kurang
2,05-2,8 16 31,7% Cukup
2,85-3,6 35 68,7% Baik
3,65-4,4 0 0% Baik sekali
Dari tabel di atas diketahui bahwa interval 1,25-2,0 dengan nilai
0%, interval 2,05-2,8 dengan nilai 31,7%, interval 2,85-3,6 dengan nilai
68,7% dan interval 3,65-4,4 dengan nilai 0%.
Dari analisa data di atas dapat diketahui bahwa kecerdasan emosi
siswa kelas VIII MTs N I Semarang termasuk dalam kategori baik yaitu
pada interval 2,85-3,6 dengan nilai rata-rata 3,02.
2. ANALISIS UJI HIPOTESIS
PENGUJIAN HIPOTESIS DIMAKSUDKAN UNTUK MENGOLAH DATA YANG
TELAH TERKUMPUL BAIK DARI DATA VARIABEL PRESTASI PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK (X) DENGAN VARIABEL KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS
VIII DI MTS. N I SEMARANG (Y) YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBUKTIKAN
DITERIMA ATAU TIDAKNYA HIPOTESIS YANG TELAH DIAJUKAN PENULIS.
UNTUK MEMUDAHKAN PENGOLAHAN DATA MAKA PERLU DIBUAT
TABEL KERJA SEBAGAIMANA DALAM TABEL BERIKUT INI:
TABEL 6
TABEL KERJA KOEFISIEN KORELASI ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN KECERDASAN EMOSI
SISWA KELAS VIII
Resp. X Y X2 Y2 XY R_1 69.50 3.12 4830.25 9.73 216.84 R_2 67.00 2.84 4489.00 8.07 190.28 R_3 72.00 3.40 5184.00 11.56 244.80 R_4 73.75 2.96 5439.06 8.76 218.30 R_5 74.75 3.44 5587.56 11.83 257.14 R_6 77.25 3.20 5967.56 10.24 247.20 R_7 73.75 2.80 5439.06 7.84 206.50 R_8 80.00 3.28 6400.00 10.76 262.40 R_9 76.25 3.28 5814.06 10.76 250.10 R_10 66.50 2.32 4422.25 5.38 154.28
57
R_11 76.00 3.48 5776.00 12.11 264.48 R_12 79.00 3.48 6241.00 12.11 274.92 R_13 71.25 2.40 5076.56 5.76 171.00 R_14 79.25 2.84 6280.56 8.07 225.07 R_15 76.25 2.72 5814.06 7.40 207.40 R_16 79.00 2.96 6241.00 8.76 233.84 R_17 82.75 3.36 6847.56 11.29 278.04 R_18 76.75 2.52 5890.56 6.35 193.41 R_19 68.00 3.16 4624.00 9.99 214.88 R_20 77.50 2.84 6006.25 8.07 220.10 R_21 79.00 3.12 6241.00 9.73 246.48 R_22 73.75 2.92 5439.06 8.53 215.35 R_23 80.00 2.84 6400.00 8.07 227.20 R_24 78.50 3.24 6162.25 10.50 254.34 R_25 67.50 3.16 4556.25 9.99 213.30 R_26 81.50 3.20 6642.25 10.24 260.80 R_27 68.50 3.44 4692.25 11.83 235.64 R_28 67.00 2.68 4489.00 7.18 179.56 R_29 72.50 3.20 5256.25 10.24 232.00 R_30 67.25 3.40 4522.56 11.56 228.65 R_31 76.50 3.12 5852.25 9.73 238.68 R_32 67.25 2.96 4522.56 8.76 199.06 R_33 81.00 3.32 6561.00 11.02 268.92 R_34 69.50 3.08 4830.25 9.49 214.06 R_35 67.00 2.92 4489.00 8.53 195.64 R_36 67.00 2.92 4489.00 8.53 195.64 R_37 66.00 3.16 4356.00 9.99 208.56 R_38 69.50 2.84 4830.25 8.07 197.38 R_39 78.50 3.40 6162.25 11.56 266.90 R_40 65.75 2.28 4323.06 5.20 149.91 R_41 67.00 2.52 4489.00 6.35 168.84 R_42 67.00 2.52 4489.00 6.35 168.84 R_43 75.00 2.84 5625.00 8.07 213.00 R_44 66.00 2.56 4356.00 6.55 168.96 R_45 74.25 2.96 5513.06 8.76 219.78 R_46 82.75 2.88 6847.56 8.29 238.32 R_47 80.50 3.20 6480.25 10.24 257.60 R_48 77.25 3.12 5967.56 9.73 241.02 R_49 79.25 3.20 6280.56 10.24 253.60 R_50 80.00 3.44 6400.00 11.83 275.20 R_51 76.00 3.40 5776.00 11.56 258.40
Jumlah 3765.00 154.24 279410.88 471.55 11422.61 Rerata 73.82 3.02
Tertinggi 82.75 3.48 Terendah 65.75 2.28 Rentang 17.00 1.20 Korelasi 0.418
58
DARI TABEL DI ATAS DAPAT DIKETAHUI:
N = 51 ΣX2 = 279410,88
ΣX = 3765 ΣY2 = 471,55
ΣY = 154,24 ΣXY = 11422,61
SELANJUTNYA DATA TERSEBUT DIOLAH KE DALAM RUMUS ANALISIS
REGRESI DENGAN SKOR MENTAH (ANALISIS REGRESI SATU PREDIKTOR)
DENGAN LANGKAH-LANGKAH SEBAGAI BERIKUT:
1. MENCARI KORELASI ANTARA KRITERIUM DENGAN PREDIKTOR
UNTUK MENCARI KORELASI ANTARA PREDIKTOR X DENGAN
KRITERIUM Y DAPAT DICARI MELALUI TEKNIK KORELASI MOMENT
TANGKAR DENGAN PEARSON, DENGAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
a. ( )Nxxx
222 Σ−Σ=Σ
( )
511417522588,279410
51376588,279410
2
−=
−=
= 279410,88-277945,58
= 1465,3
b. ( )Nyyy
222 Σ−Σ=Σ
( )
5197,2378955,471
5124,15455,471
2
−=
−=
= 471,55-466,47
= 5,08
59
c. ( )( )N
yxxyxy ΣΣ−Σ=Σ
( )( )
516,58071361,11422
5124,154376561,11422
−=
−=
= 11422,61-11386,54
= 36,07
d. ( ) ( )( )( ){ } ( ){ }2222 .. yyNxxN
yxxyNrxy
Σ−Σ−Σ
ΣΣ−Σ=
KETERANGAN:
RXY : KOEFISIEN KORELASI VARIABEL X DAN VARIABEL Y
ΣX : VARIABEL BEBAS, YAITU PRESTASI PADA NILAI RAPORT
ΣY : VARIABEL TERIKAT, YAITU KECERDASAN EMOSI
N : JUMLAH RESPONDEN (SAMPEL)
Σ : SIGMA (JUMLAH)
DENGAN DEMIKIAN:
( ) ( )( )( ){ } ( ){ }2222 .. yyNxxN
yxxyNrxy
Σ−Σ−Σ
ΣΣ−Σ=
( ) ( )( )( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]
{ }{ }
( )( )
051064,440051,1839
36,1936044951,1839
0724,25988,7472951,1839
9776,2378905,240491417522588,142499546,58071311,582553
24,15455,47151376588,27941051
24,154376561,114225122
=
=
=
−−−
=
−−
−=
= 0,418065602
60
= 0,418
2. MENGUJI KORELASI ITU SIGNIFIKAN ATAU TIDAK
UNTUK MENGUJI KORELASI ITU SIGNIFIKANSI ATAU TIDAK, MAKA
DAPAT DILAKUKAN MELALUI UJI T SEBAGAI BERIKUT:
21
)2(
r
nrt h
−
−=
908447026,0926,2
825276,0926,2
174724,01251418,0
=
=
−−
=
= 3,220881258
DIBULATKAN MENJADI: 3,222
KARENA THITUNG = 3,222 > TTABEL (0,05) = 2,008 DAN THITUNG = 3,222 >
TTABEL (0,01) = 2,678 BERARTI ADA KORELASI YANG SIGNIFIKAN ANTARA X
DAN Y.
3. MENCARI PERSAMAAN REGRESI
UNTUK MENCARI PERSAMAAN GARIS MENGGUNAKAN RUMUS
SEBAGAI BERIKUT:
bxaY +=ˆ
KETERANGAN :
Y = SUBJEK DALAM VARIABEL DEPENDEN YANG DIPREDIKSIKAN
(KRITERIUM)
A = KONSTANTA (HARGA Y BILA X=0)
61
B = ANGKA ARAH ATAU KOEFISIEN REGRESI
X = SUBJEK VARIABEL INDEPENDEN YANG MEMPUNYAI NILAI
TERTENTU.
DARI DATA YANG DIKUMPULKAN DAPAT DICARI:
NYY ∑
=
5124,154
=
= 3,02
NXX ∑
=
513765
=
= 73,82
UNTUK MENGETAHUI Y TERLEBIH DAHULU HARUS DICARI
HARGA B DAN A DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS SEBAGAI BERIKUT:
22 )( XXNYXXYNb
Σ−ΣΣΣ−Σ
=
1417522588,142499546,58071311,582553
)3765(88,279410.5124,154.376561,11422.512
−−
=
−−
=
= 1,207
SEDANGKAN NILAI A DAPAT DICARI MELALUI RUMUS SEBAGAI
BERIKUT:
bxYa −=
= 3,02-1,207.73,82
= 0,0246
62
DARI PERHITUNGAN DI ATAS DAPAT DIKETAHUI BAHWA HARGA B
ADALAH 1,207 DAN NILAI A ADALAH 0,0246 DENGAN DEMIKIAN
PERSAMAAN GARIS REGRESINYA ADALAH Ŷ = 1,207 + 0,0246X.
4. MENCARI VARIANS GARIS REGRESI
UNTUK MENGUJI VARIAN GARIS REGRESI, MAKA DIGUNAKAN
ANALISIS REGRESI BILANGAN F (UJI F) DENGAN RUMUS SEBAGAI
BERIKUT:
res
regreg RK
RK F =
KETERANGAN :
RREG = HARGA F REGRESI
RKREG = RERATA KUADRAT GARIS REGRESI
RKRES = RERATA KUADRAT GARIS RESIDU
SEDANGKAN LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHITUNG UJI
SIGNIFIKANSI PADA PERSAMAAN REGRESI DENGAN MENGGUNAKAN
HITUNGAN-HITUNGAN YANG SUDAH DIMILIKI, YAITU:
Σ X2 = 279410,88 B =1,207
Σ Y2 = 471,55 A = 0,0246
Σ XY = 11422,61
SELANJUTNYA DIMASUKKAN KE DALAM RUMUS SEBAGAI
BERIKUT:
1) 2
2)(xxyJKreg ∑
∑=
( )
3,14650449,13013,1465
07,36 2
=
=
= 0,88790343274 DIBULATKAN MENJADI 0,888
2) 2
22 )(
xxyyJKres ∑
∑−∑=
63
( )
3,14650449,130108,5
3,146507,3608,5
2
−=
−=
= 5,08-0,888
= 4,191
3) res
regreg db
JKRK = DI MANA DBREG = 1
1888,0
=
= 0,888
4) res
resres db
JKRK = DI MANA DBRES = N-2 ATAU DBRES = 50 – 2 =
49
49191,4
=
= 0,086
JADI, FREG NYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
res
regreg Rk
Rk F =
086,0888,0
=
= 10,381
SESUDAH HARGA F ATAU (FREG) DIPEROLEH KEMUDIAN
DIKONSULTASIKAN DENGAN HARGA F TABEL PADA TARAF SIGNIFIKANSI
1% DAN 5% DAN DB = N-1. HIPOTESIS DITERIMA JIKA FREG HITUNG > F
TABEL. UNTUK MENGETAHUI LEBIH LANJUT DAPAT DILIHAT DALAM
TABEL BERIKUT:
TABEL 7
TABEL RINGKASAN HASIL ANALISIS REGRESI
64
FT SUMBER
VARIAN DK JK RK FREG
1% 5% KESIMPULAN
REGRESI 1 0,888 0,888 10,381 7,31 4,08
RESIDU 49 4,191 0,086
TOTAL 50 5,079
SIGNIFIKAN
HARGA FREG DIPEROLEH SEBESAR 10,381 KEMUDIAN
DIKONSULTASIKAN DENGAN HARGA F PADA TARAF 5 % SEBESAR 4,08 DAN
HARGA F PADA TARAF SIGNIFIKANSI 1 % SEBESAR 7,31 KARENA FREG > FT
PADA TARAF SIGNIFIKANSI 5 % DAN 1 %, MAKA SIGNIFIKAN DAN
HIPOTESIS YANG DIAJUKAN DITERIMA
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
DARI HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA VARIABEL PRESTASI PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK SEBESAR 73,82 DAN KECERDASAN EMOSI SEBESAR 3,02
SETELAH DIKETAHUI RATA-RATA DAN KUALITAS MASING-MASING VARIABEL,
MAKA LANGKAH BERIKUTNYA IALAH ANALISIS UJI HIPOTESIS DENGAN RUMUS
REGRESI SATU PREDIKTOR. DARI ANALISIS UJI HIPOTESIS DIKETAHUI BAHWA
ADA HUBUNGAN POSITIF ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG.
HAL INI DITUNJUKKAN DARI NILAI KOEFISIEN KORELASI DENGAN MOMENT
TANGKAR PEARSON YANG DIKETAHUI BAHWA RXY = 0,418 > RT (0,05) DAN RXY =
0,418 > RT (0,01) = 0,418 YANG BERARTI SIGNIFIKAN, DAN HIPOTESIS YANG
MENYATAKAN ADA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII MTS N I SEMARANG IALAH
DITERIMA.
SEMENTARA ITU, DALAM UJI FREG DIKETAHUI BAHWA NILAINYA SEBESAR
10,381 KEMUDIAN HASIL YANG DIPEROLEH DIKONSULTASIKAN DENGAN TABEL
FT 0,05 (1 : 51) = 4,08 DAN FT 0,01 (1 : 51) = 7,31 DENGAN DEMIKIAN FREG
=10,381> FT 0,05 (1 : 51) = 4,08 SEDANGKAN FREG = 10,381> FT 0,01 (1 : 51) =
7,31 KARENA FREG > FT BERARTI SIGNIFIKAN.
65
DARI URAIAN DI ATAS DAPAT DISIMPULKAN BAHWA ADA HUBUNGAN
POSITIF ANTARA PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN KECERDASAN
EMOSI PADA SISWA KELAS VIII MTS. N I SEMARANG, HAL INI DITUNJUKKAN
DALAM PERSAMAAN GARIS REGRESI Y= 1,207+0,0246X
DALAM KENYATAANNYA KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII DI MTS.
N I SEMARANG BUKAN SAJA DIPENGARUHI OLEH ADANYA PRESTASI YANG BAIK
PADA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK AKAN TETAPI DIPENGARUHI JUGA OLEH
FAKTOR LAIN, DI ANTARANYA ADALAH KELUARGA. KARENA KELUARGA
MERUPAKAN LEMBAGA PENDIDIKAN YANG UTAMA DAN PERTAMA BAGI
SESEORANG, SEHINGGA POLA ASUH DALAM KELUARGA ATAU KONDISI
KELUARGA DAPAT MEMPENGARUHI KECERDASAN EMOSI SISWA. SELAIN ITU,
FAKTOR MASYARAKAT JUGA BERHUBUNGAN DENGAN KECERDASAN EMOSI
SISWA, KARENA MASYARAKAT ATAU LINGKUNGAN ADALAH TEMPAT MEREKA
BERINTERAKSI. FAKTOR LAINNYA MISALNYA KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI,
KARENA KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI SESEORANG DAPAT MEMPENGARUHI
POLA PIKIR, DAN POLA PIKIR ITU SENDIRI AKAN MEMPENGARUHI KECERDASAN
EMOSI SISWA TERSEBUT.
D. KETERBATASAN PENELITIAN
HASIL APAPUN YANG TELAH DILAKUKAN SECARA OPTIMAL OLEH
PENELITI, PERLU DISADARI ADA BEBERAPA KETERBATASAN, WALAUPUN
DEMIKIAN HASIL PENELITIAN YANG DIPEROLEH TERSEBUT TETAP DAPAT
DIJADIKAN ACUAN AWAL BAGI PENELITIAN SELANJUTNYA. DALAM HAL INI
PENULIS PERLU MENJELASKAN BEBERAPA KETERBATASAN PENELITIAN YANG
DIMAKSUD, ANTARA LAIN:
1. SEBAGAI MANUSIA BIASA TENTUNYA PENELITI MEMPUNYAI KEKURANGAN-
KEKURANGAN, YAKNI KETERBATASAN TENAGA, WAKTU DAN INTELEKTUAL,
SERTA KURANGNYA OBSERVASI DI SEKOLAH.
2. DALAM PENGAMBILAN SAMPEL YANG DIPILIH TIDAK BISA SECARA PERSIS
MENCERMINKAN KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS VIII DI MTS. N I
SEMARANG SECARA MENYELURUH. SEBAB ITULAH HASIL PENELITIAN INI
66
TIDAK BISA DIGENERALISASIKAN UNTUK SEMUA SISWA DI INDONESIA,
HANYA BISA DIGENERALISASIKAN UNTUK TEMPAT PENELITIAN SAJA.
3. TIDAK DAPAT DIAMBIL KESIMPULAN, BAHWA KECERDASAN EMOSI SISWA
KELAS VIII DI MTS. N I SEMARANG ITU HANYA DIPENGARUHI ADANYA
PRESTASI PELAJARAN AQIDAH AKHLAK SAJA, TETAPI JUGA KARENA ADANYA
FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHINYA, MISALNYA FAKTOR KELUARGA
DAN LINGKUNGAN DI SEKITARNYA, MAKA SEMUA YANG DIHASILKAN DARI
PENELITIAN INI HANYA BERSIFAT KASUISTIK.
66
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan
oleh peneliti pada Bab IV, maka dapat dipaparkan kesimpulan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Dari hasil pembahasan dan analisis prestasi pelajaran Aqidah Akhlak,
dapat disimpulkan bahwa prestasi pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas
VIII MTs. N 1 Semarang termasuk pada kategori baik. Hal ini terbukti dari
raport siswa, yang diperoleh hasil rata-rata sebesar 73,82.
2. Kecerdasan emosi selalu mengalami proses, hal tersebut dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan ataupun pembiasaan.
Tingkat kecerdasan emosi peserta didik MTs. N 1 Semarang masuk dalam
kategori baik, karena dalam rata-rata 3,02.
3. Dalam penelitian ini terdapat hubungan positif, yaitu berdasarkan pada
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus analisis regresi yang di
peroleh Freg = 10,381 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5% maupun
1%. Dengan demikian hasil penghitungan rumus tersebut telah
menguatkan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara prestasi pelajaran Aqidah Akhlak dengan kecerdasan emosi.
2. Saran
1. Guru merupakan figur bagi anak setelah orang tua, oleh sebab itu seorang
guru dituntut menanamkan nilai-nilai kecerdasan emosi yang berdasar
pada keimanan dan ketaqwaan terhadap anak didiknya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kecintaan terhadap risalah Allah yang terakhir merupakan salah satu
sarana dalam menuju kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di
akhirat. Dari itulah, bagi guru dan orang tua agar selalu memotivasi
67
terhadap anak-anak mereka untuk senantiasa berakhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits.
3. Anak merupakan penerus bagi orang tuanya, untuk itu bagi seorang anak
harus menjadi pribadi yang dapat dibanggakan bagi orang tua dan
gurunya.
3. Penutup
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan kemampuan
yang dimiliki. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kepada semua
pihak yang berkompeten untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif
guna pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga apa yang penulis buat ini mendapat ridho dari Allah dan
termasuk orang-orang yang beruntung karena selalu diberi hidayah oleh Allah
SWT.
Akhir kata, penulis hanya bisa berdo’a semoga skripsi ini berguna bagi
agama, nusa dan bangsa pada umumnya serta pada penulis pada khususnya
Amin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad, Al-Salam Abduh Al-Syafi’i, Musnad Imam Ahmad Ibn
Hambal, juz. II, Beirut: Dar Al-Fikr, 1928.
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta, Arga, 2005, Cet. XXV.
______________, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; The ESQ Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2006, Cet. XXIX.
Ahmadi, Abu, Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. II.
Alder, Harry, Pacu EQ dan IQ Terj. Cristina Prianingsih, Jakarta: Erlangga, 2001.
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Ed. III
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. XI.
_____________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Auliya, M. Yaniyullah Delta, Melejitkan Kecerdasan Hati dan Otak, Jakarta, Raja Grafindo, 2005.
Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, Cet. III.
______________, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. XXVII.
______________, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara 1996, Cet. III .
______________, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. IV.
______________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Cet. I.
Depag RI, GBPP MTs: Pelajarn Aqidah Akhlak, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 1994.
________, Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta, Depag RI, tt.
________, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 2004.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, Cet. IV.
Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara, 1983, Cet. II.
Finkelor, Dorothy C.. Bagaimana Emosi Berperan Dalam Hidup Anda Terj. Hasyim Kahhar, Yogyakarta: Zenith Publisher, 2004, Cet. I.
Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, New York: Bantam Book, 1996.
____________, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa Alex Tri Kancono Widodo, Jakarta: Gramedia, 1999, Cet. III.
____________, Vital Lies, Simple Truths; The Psychology of self-deception, London: International Universities Press, 1986.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II. Yogyakarta, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 2004.
http://analistat.com/regresi/regresilinear.php.
Husain, H. Said Agil, al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Fikr, 1356 H, Juz IV.
Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairy an Nisabury, Shahih Muslim Beirut, Dar Ihya al-Turots al-Araby, 1991, Juz. IV.
Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001.
Januarsari, Trinanda Rainy, dan Murtanto, Yudhi, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Bandung: Penerbit Kaifa, 2003, Cet. IV.
Kantjono, Alex Tri, Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak, Terj Laurence E. Shaphiro, Jakarta: Gramedia, 2003, Cet. VI.
Masy’ary, Anwar, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu,1990.
Muhammad, Oemar, Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Nggermanto, Agus, Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum; Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Bandung: Nuansa, 2002, Cet. IV.
Nilandari, Ary, Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja; Mengasuh Dengan Cinta, Canda dan Disiplin, Bandung: Kaifa, 2003, Cet. II.
Pasiak, Taufik, Revolusi IQ/EQ/SQ; Antara Neurosains dan al-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2002, Cet. I.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Depag, 1985, Cet. II.
Pujosuwarno, Sayekti. Bimbingan dan Konseling Keluarga, Yogyakarta: Menara Mas Offset, 1994, Cet. I.
Putrawan, I Made, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. I.
Rifai, Moh., Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 1994, Semarang: CV. Wicaksana, 1996, Jilid 1.
Satiadarma, Monty dan Fidelis E. Waruwu, Mendidk Kecerdasan; Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Mendidk Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2003.
Segal, Jeanne, Melejitkan Kepekaan Emosional; Cara Baru Untuk Mendayagunakan Potensi Insting dan Kekuatan Emosi Anda, Bandung: Kaifa, 2001.
Sensa, M. Djarot, Qur’anic Quotien “Kecerdasan-kecerdasan Bentukan Al-Qur’an”, Jakarta: Hikmah, 2005.
Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emosional Intelligence Pada Anak Terj. Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003 Cet. VI.
Sholeh, Mohamad dan Musbikin, Imam, Agama Sebagai Terapi; Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I.
Soenarjo, Al-qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Depag RI, 1989.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, Cet. III.
Suharsono, Akselerasi Intellegence; Optimalkan IQ, EQ, SQ Secara Islami Jakarta: Inisiasi Press, 2004.
________, Mencerdaskan Anak, Mensintesakan Kembali Intelegensi Umum (IQ) dan Intelegensi Emosi(IE) dengan Intelegensi Spiritual(IS), Jakarta, Intisari Press, 2000, Cet. I.
Suryabrata, Soemadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, Edisi II.
Syarifudin, Anwar, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkala, 1997.
Tirtonegoro, Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, Cet. II.
Umary, Barmawi, Materia Akhlak, Solo, Ramadhani, 1989, Cet. VIII.
Usman, Husairi dan Purmono Setiadi Akbar, Metodologi Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2005.
WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 1989, Cet. II.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, Cet. I.