Aqidah Islam

22
Aqidah Islam Try Yurisandi (120110110178) Fajar Anugrah (120110110179) Aimer Chyntia Ningsih (120110110187) Lailani Angrum Sari 2 0 1 1 11/22/2011

description

aqidah islam

Transcript of Aqidah Islam

Page 1: Aqidah Islam

Aqidah Islam

Try Yurisandi (120110110178)

Fajar Anugrah (120110110179)

Aimer Chyntia Ningsih (120110110187)

Lailani Angrum Sari (120110110188)

2011

11/22/2011

Page 2: Aqidah Islam

AQIDAH ISLAM

$ م $س& ب *ه$ الل ح&م/ن$ الر* $ ح$يم الر*

PENGERTIAN AQIDAH

Secara istilah

Aqoda : membuat simpul, mengikat, memperkuat apa – apa yang diyakini dan menentramkan hati

Secara bahasa

Pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia dan kehidupan; apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan di dunia; serta hubungan kehidupan di dunia dan setelahnyaAqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.

Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya."

Page 3: Aqidah Islam

Ruang Lingkup Aqidah

1. Iman kepada Allah swt.2. Iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti Jin, iblis dan syaitan).3. Iman kepada kitab-kitab Allah4. Iman kepada Rasul Allah5. Iman kepada hari akhir6. Iman kepada taqdir Allah

Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman, yaitu:

1. Iman kepada Allah swt.Pengertian iman kepada Allah ialah:1) Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah2) Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya. 3) Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk).Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan.

Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 163.Terjemahnya:

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk, cara bagaimana memperoleh keimanan terhadap aqidah pokok. Selanjutnya Al-Qur’an memberikan pula petunjuk sekitar ketuhanan dengan menerangkan nama. Nama dan sifat-sifat Tuhan, yang menggambarkan zat Allah, kekuasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan dan layak baginya wajib kita iman.

Dalam mengimani Allah swt. bukan berarti Al-Qur’an memperkenalkan Allah swt. sebagai sesuatu yang bersifat ide atau material, yang tidak dapat diberi sifat atau digambaran dalam kenyataan atau dalam keadaan yang dijangkau oleh akal manusia.Karena itu Al-Qur’an menempuh cara pertengahan dalam memperkenalkan Tuhan, Dia, menurut Al-Qur’an antara lain Maha Mendengar, maha melihat, hidup, berkehendak, menghidupkan dan mematikan, Ar-Rahman.

Firman Allah QS. Al-A’raf (7): 80.Terjemahnya:

Page 4: Aqidah Islam

Ayat di atas mengajak manusia untuk berdoa/menyerunya dengan sifat-sifat-Nya, nama-nama yang terbaik itu dalam arti mengajak untuk menyesuaikan kandungan permohonan dengan sifat yang disandang Allah, sehingga jika seorang memohon rezeki ia menyeru Allah dengan sifat ar-Razak (pemberi rezeki).

Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt.

2. Iman Kepada malaikat-malaikat-Nya

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata malaikat diartikan makhluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya yang mempunyai tugas khusus dari Allah.

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat.

Firman Allah swt. QS. Fushshilat (41): 30.Terjemahnya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.

Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27Terjemahnya:

Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.

Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di dunia.

Page 5: Aqidah Islam

Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul2) Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.4) Malaikat Maut (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.5) Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia6) Malaikat ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga7) Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka8) Malaikat yang bertugas memikul Arasy9) Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran10)Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa lain.

Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah swt.

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

Firman Allah swt. QS. Al-Furqan (25): 35Terjemahnya:

Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur’an tidak bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak berlaku sepanjang

Page 6: Aqidah Islam

masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi penyempurna, kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi.

Firman Allah swt. dalam QS. Al-Isra’ (17): 88Terjemahnya:

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.

Al-Qur’an al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin Allah, dan ia selalu dipelihara.

Firman Allah QS. Al-Hijr (15): 9.Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Dari berbagai penjelasan dan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa1. Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang memberi petunjuk kepada manusia dari berbagai persoalan-persoalan aqidah, syari’ah, ibadah, tasyri, akhlak demi kebahagiaan hidup.2. Tiada pertentangan antara Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan3. Membenarkan atau menjalankan teori-teori ilmiah berdasarkan Al-Qur’an bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Qur’an dan bertentangan pula dengan ciri khas ilmu pengetahuan.4. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan penemuan-penemuan baru adalah ijtihad yang baik.

Al-Qur’an menyangkut segala hal. Banyak ayat secara terperinci membahas tentang kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk akal. Kesederhanaan Al-Qur’an membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga mereka yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al-Qur’an dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari ajaran yang agung.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul

Page 7: Aqidah Islam

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.

Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.

Firman Allah QS. Al-Ahzab (33): 40.Terjemahnya:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Sebagai Nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang dimulai dikerjakan secara bertahap oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Yang wajib kita imani, sebagai Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai akhir kiamat.

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.

5. Iman kepada hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.

Firman Allah SWT. QS. An-Nisa (4): 87.Terjemahnya:

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.

Page 8: Aqidah Islam

Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.

Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat.

Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur untuk digiring kepada ma’syar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum lagi ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat, karena hari itu adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari kiamat terjadi.

Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing.

Firman Allah SWT. QS. Thaha (20): 15.

Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib beriman dengan hari akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberikan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. tanpa mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari akhirat juga menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya.

6. Iman kepada qada dan qadar

Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.

Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya huykum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada. Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.

Page 9: Aqidah Islam

Firman Allah QS. Al-Hijr (15): 21.Terjemahnya:

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan doa dan tawakkal. Seorang muslim wajib beriman dengan qada dan qadar kesalahan dalam memahaminya akan melahirkan dan sikap yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di dunia ini.

Kemampuan Iman Mendorong Ibadah

Iman dan ibadah ibarat benih dan buahnya. Benih yang bagus harus dapat menumbuhkan pohon dengan kwalitas buah yang terjamin. Dan begitu juga sebaliknya, buah yang berkwali-tas akan mampu menjadi benih di masa mendatang. Daur ulang kedua inilah yang nantinya akan menaikkan kualitas keduanya. Dengan peningkatan yang berkesinambungan antara iman dan ibadah ini secara bertahap akan mampu menaikkan derajat ketaqwaan kita kepada Allah sehingga, kita menjadi seo-rang mukmin yang sempurna. Iman semacam inilah yang kita harapkan mampu meredusir keinginan dan syahwat serta maksiat, sehingga ketaatan kita kepaa Allah semakin mantap. Ketika kita merasa yakin kepada Allah swt, maka kepasrahan kita kepada-Nya akan semakin total. Pada saat inilah kita mencapai pada satu tingkat yang disebut para sufi dengan ke-takukan (khauf) dan harapan (raja’) seperti yang tergambarkan dalam surat al-Anfal ayat 2

*م/ا $ن 9ون/ إ &م9ؤ&م$ن *ذ$ين/ ال $ذ/ا ال $ر/ إ Aه9 ذ9ك ل/ت& الل 9ه9م& و/ج$ 9وب $ذ/ا ق9ل /ت& و/إ $ي 9ل &ه$م& ت /ي 9ه9 ع/ل /ات &ه9م& آي اد/ت L ز/ $يم/انا Nه$م& و/ع/ل/ى إ ب ر/9ون/ *ل /و/ك /ت ي

Sesungguhnya   orang-orang   yang   beriman   ialah  mereka   yang   bila   disebut   nama   Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka 

(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Page 10: Aqidah Islam

TINGKATAN AQIDAH

Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain. Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilng sama sekali.

Tingkatan aqidah tersebut adalah:

1. TaqlidTaqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang

diikutinya tanpa dipikirkan dan tanpa diketahui alasan-alasanya. Sikap taklid ini dilarang oleh agama Islam sebagaimana disebutkan dalam QS al-Isra’ (17): 36.

ف� و�ال� ا ت�ق� ل�م" ب�ه� ل�ك� ل�ي�س� م� ع� إ�ن& ع� م� ر� الس& ال�ب�ص� اد� و� ؤ� ال�ف� ك�ان� أ�ول�ئ�ك� ك�ل3 و�

ئ�وال9 ع�ن�ه� م�س�  

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.

2. YaqinYaqin yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas, tetapi

belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dan dalil

yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-

sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam. Tingkat ilmul

yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis.

Sebagaimana yang disebutkan dalam QS at-takatsur (102): 1-5.

اك�م� �ل�ه� ت&ى!الت&ك�اث�ر� أ ت�م� ح� ر� اب�ر� ز� و�ف� ك�ال&!ال�م�ق� و�ف� ك�ال& ث�م&!ت�ع�ل�م�ون� س� س�

ل�م� ت�ع�ل�م�ون� ل�و� ك�ال&!ت�ع�ل�م�ون� ين� ع� ال�ي�ق� !

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam

kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu

mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.”

Oleh: Ayatullah Anshari Syirazi Hf Yaqin   mempunyai tiga tingkatan yaitu; pertama Ilmul yaqin, Kemudian 'Ainul yaqin, 

Page 11: Aqidah Islam

dan terakhir adalah Haqqul   yaqin.  Al-Qur'an menyatakan: "Lau   ta'lamuna   ilmal yaqîn", Kalau kamu menemukan keyakinan terhadap Mabda  dan Ma'ad, surga dan neraka melalui ilmul  yaqin, kamu akan menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin. Kalau seorang manusia memandang kepada alam penciptaan ini dengan pandangan mata batin dan pandangan Ibrahim As "Wakazdalika nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi" (al-An'am: 75), sekarang ini dia akan menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam; yaitu kalau anda memperoleh derajat awal keyakinan itu, maka akan muncul dalam hati anda pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu (makrifat Ilahi). Sekarang, jika seseorang naik dan memperoleh tingkat keyakinan selanjutnya yaitu 'Ainul  yaqin  dan  Haqqul yaqin,  maka ilmu dan pengetahuan yang lebih dahsyat lagi akan muncul dan terbit dalam jiwa dan hatinya.Orang-orang, khususnya kaum penganut mazhab Islam Syiah diharuskan dalam memperoleh tingkatan-tingkatan keyakinan itu menggunakan metode yang benar yaitu menggunakan dalil-dalil burhan (argumen), al-Qur'an dan  sunnah. Salah seorang tokoh menukilkan perkataan dari anak almarhum sayyid Ali Aghai Qadhi bahwasanya ayahnya berkata: meskipun keraguan dan kebimbangan dalam agama ada sampai ajal tiba di tenggorokan dan kalau tidak, setelah kematian, segala sesuatunya nanti akan nampak dan keyakinan yang sebenarnya pun akan tercapai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Qur'an: Sesungguhnya   kamu berada  dalam Keadaan   lalai   dari   (hal)   ini,   Maka   Kami   singkapkan   daripadamu   tutup   (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam. Q.S. al-Qaf : 22.Jika setiap manusia betul-betul menjaga hukum-hukum Allah, yaitu melaksanakan yang wajib dan menjauhi segala yang dilarangnya serta keyakinannya terhadap Mabda'   dan Ma'ad  dan  sebagainya  mencapai pada maqam Yaqin, maka dia akan memperoleh sebuah kondisi dan pengalaman spiritual yang hal-hal itu tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata dan dialog. Dan ini dinyatakan dalam al-Qur'an : "Niscaya kamu melihat neraka jahim" atau dalam ayat 12 surat al-Hujurat dinyatakan : Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Q.S. al-Hujurat : 12. "Kalam wahyu itu bukanlah sesuatu yang majazi. Kenapa kalam wahyu itu kita predikasikan kepada sebuah ungkapan majazi?! Tariklah diri kita ini ke arah yang lebih tinggi mendekati maqam ishmat, sehingga semua hakikat itu tersingkap bagi kita. Dan selama kita masih terkurung dan berada di sangkar badan dan materi ini, kita tidak akan mampu dan mau menerima rahasia-rahasia al-Qur'an itu dan bahkan kita akan selalu mempredikasikannya (al-Qur'an) itu ke dalam bentuk yang majazi. Ada sekelompok manusia yang terbebas dari kurungan badanya dan memperoleh karunia penglihatan Ibrahim As, manusia-manusia langitan ini, menyaksikan dengan jelas bahwa bergibah itu seperti memakan daging saudara sendiri dan begitupun, mereka mampu melihat dan mendengar dengan mata batinnya kondisi penghuni

Page 12: Aqidah Islam

kubur.Ada sebuah riwayat dari Rasulullah Saw: bahwa beliau masuk mesjid pada waktu subuh, di dalam mesjid beliau menyaksikan seorang pemuda kurus namun penuh cahaya di wajahnya duduk di salah satu sudut mesjid. Rasulullah bertanya: Bagaimana kondisi anda pada subuh ini? Pemuda itu menjawab: Saya pada subuh ini dalam kondisi yakin kepada Allah Swt.Bertanya  Rasulullah tentang kondisi ZaidBagaimana pagi subuh ini kau lalui wahai sahabat sejatiBerkata Aku hamba yang yakinBertanya mana bukti keyakinan yang menakjubkan itu??Berkata aku menyaksikan makhluk-makhluk penghuni langitDan aku melihat dan menyaksikan Arasy dan para penghuninya.Imam Ali As dalam khutbahnya (193), menta'birkan kelompok manusia seperti ini dengan ungkapannya yaitu: "Mereka   ada   di   alam   dunia   ini,  menyaksikan   Surga seakan-akan mereka juga sedang ikut  menikmati keindahannya". Manusia langitan seperti ini hanya dengan Allah SWT mengadakan transaksi : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Q.S. at-Taubah : 111. Kalau seseorang telah menemukan keyakinan maka tak akan pernah dia menampakkan ketakwaannya, karena segala sesuatu itu tidak semuanya bisa diungkapkan di dunia ini."Setiap orang yang mendapatkan karunia dan tarbiyah, rahasia-rahasia Ilahi   akan dicamkannya dan mulutnya terjahit" Ayat-ayat ini adalah sebuah peringatan dan ancaman bagi semuanya, khususnya ahli ilmu dan keutamaan. Mereka berkewajiban untuk memperkenalkan akan dunia gaib itu kepada masyarakat, segala sesuatu yang ada di alam malak, malakuti, mempunyai lahir dan batin. Tabarakallazi biyadihilmulku wa huwa 'ala kulli syain qadîr  (al-Mulk: 1), Fasubhanallazi biyadihi malakutu kulli syain (Yasin: 83) kedua ayat ini adalah dalil akan adanya alam malakut dan batin.Di alam ini terdapat berita-berita yang tidak pernah berhenti siang malam, yang mana kita tak bisa mendengar dan menyaksikannya karena kita buta. Mereka yang bisa melihat dan mendengar, siang malam tak pernah tidur mendengarkan ucapan-ucapan tasbihnya seluruh makhluk yang ada di alam ini. Makan dan minum telah menjauh dari tingkat cinta Saat itulah kau akan sampai pada sahabat yang mana tak ada tidur dan makan lagi Manusia dalam kondisi ini, merasakan nikmatnya berwudu, atau pada bulan ramadhan dikarenakan sedikit makan maka dia merasakan nikmatnya saat-saat mendekati waktu berbuka dimana hal itu bukanlah perumpamaan kenikmatan dunia. Allah Swt mengaruniakan nikmat ini kepada orang-orang mukmin supaya mereka

Page 13: Aqidah Islam

semakin yakin kepada-Nya seperti seorang ibu yang meletakkan tangannya yang berisi manisan di mulut bayi.[Diterjemahkan oleh Sultan Nur dari pelajaran Akhlaq dar Hauzeh karya Ayatullah Ansari Shirazi Hf, www.telagahikmah]

Mengenal Tingkat Keyakinan Diri

Barang siapa ingin hidupnya selalu dilindungi, dibela, dimudahkan urusannya oleh Allah, dikabulkan doa-doanya, tetapi tidak pernah bersungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu keyakinannya kepada Allah, maka keinginannya hanya akan menjadi sebuah angan-angan. Apalagi bila tanpa usaha nyata untuk mewujudkannya.

Ketahuilah, hanya Allah-lah yang seharusnya cukup menjadi penolong baginya, yang menjamin segala urusannya. Tidak ada satu pun penghalang jaminan Allah, kecuali su'udzan (buruk sangka) dari makhluk itu sendiri.

Kita harus terus meningkatkan mutu keyakinan kepada Allah, agar Allah juga selalu yakin untuk memberikan apa pun yang kita minta dan yang tidak kita minta. Lalu bagaimana cara meningkatkan keyakinan diri?

Ilmul yaqin

Ilmul yaqin adalah orang yang menyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu. Misalnya, di Mekkah ada Kakbah. Kita percaya, karena menurut teorinya begitu, ilmunya begitu. Apa pun yang terjadi pada Kakbah kita percaya, karena belum tahu yang sebenarnya bagaimana.

‘Ainul Yakin‘Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional,

ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya. Tingkat ‘ainul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan di dalam QS at-Takatsur (102): 6-7.

و�ن& يم� ل�ت�ر� ح� ا ث�م&!ال�ج� ن&ه� و� ين� ع�ي�ن� ل�ت�ر� ال�ي�ق� !“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya

kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin”.

Haqqul Yakin

Page 14: Aqidah Islam

Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman agamanya. Tingkat haqqul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan pengamalan (empiris). Sebagaimana disebutkan di dalam QS al-Waqi’ah (56): 88-89.

ا م&أ� ن� ك�ان� إ�ن� ف� ب�ين� م� ر& و�ح"!ال�م�ق� ر� ان" ف� ي�ح� ن&ة� و�ر� ا!ن�ع�يمQ و�ج� م&

أ� ن� ك�ان� إ�ن� و� م�

اب� ح� ص�ين� أ� م"!ال�ي�م� ال� ن� ل�ك� ف�س� اب� م� ح� ص�

ين� أ� ا!ال�ي�م� م&أ� ن� ك�ان� إ�ن� و� ك�ذUب�ين� م� ال�م�

الUين� ل"!الض& ن�ز� ن� ف� يمQ م� م� ل�ي�ة�!ح� ت�ص� يمQ و� ح� ذ�ا إ�ن&!ج� و� ه� ق3 ل�ه� ين� ح� بUح�!ال�ي�ق� م� ف�س� ب�اس� بUك� ال�ع�ظ�يم� ر� !

“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta surga keni`matan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”

MACAM – MACAM AQIDAH

Aqidah Diniyah (Agama) baik dalam bentuk hukum maupun pikiran dan pandangan Aqidah Adabiyah yaitu suatu anggapan bahwa hasil pikiran suatu bangsa sesuai dengan taraf kemajuan dan kecerdasannya.

Aqidah Ijtimayyah (masyarakat) yang beranggapan bahwa masyarakat memiliki hak perseorangan yang harus dipenuhi, tolong-menolong sesamanya merupakan kewajiban.

Aqidah Khuluqiyah (akhlak) yang beranggapan bahwa keberanian, kesabaran dan kebenaran paling utama karena menghasilkan manfaat bagi masyarakat.

Aqidah Ilmiyah yang beranggapan bahwa segala sesuatu itu ada sebabnya.

Aqidah adatiyah, yakni keyakinan yang dijelaskan berdasarkan peristiwa berulang – ulang. Contohnya: keyakinan bahwa api itu panas. Kita tidak perlu membuktikan bahwa apakah benar api itu panas dengan cara menyentuhnya tiap kali ada api, tetapi karena dahulu kala peristiwa itu telah ada dan berulang-ulang, kita jadi tahu bahwa api itu panas.

Aqidah itu lebih merupakan keimanan yang tumbuh dari sumber yang tidak dapat dirasakan dan memaksa manusia mempercayainya tanpa memerlukan dalil-dalil. Dalam hal ini akal

Page 15: Aqidah Islam

tidak punya peran apa pun. Ia hanya berfungsi sebagai penguat sesudah aqidah ini terwujud. Inilah sebabnya kadang-kadang aqidah itu sesuai dengan kenyataan dan adakalanya tidak. Aqidah itu berbentuk ilham yang tumbuh tanpa kemauan atau renungan mendalam.Dalam menganut sesuatu aqidah para ulama berbeda pendapat tentang caranya :

1. Dalam menganut sesuatu aqidah wajib bertaqlid saja, tidak boleh menggunakan penyelidikan akal karena ditakuti akan menjadi kesimpangsiuran, kesamaran dan kesesatan. Pandangan ini banyak kelemahannya karena dalam a-Quran sendiri Allah swt melarang manusia bertaqlid. Manusia harus mengadakan penyelidikan dengan melihat kepada kejadian alam semesta, termasuk masalah aqidah ini. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 170 yang artinya:” . Dan dalam Surat Yunus ayat 101 yang artinya: “ .

2. Dalam menganut sesuatu aqidah, taqlid (ikut saja) dan nadhar (mengadakan penyelidikan) diperbolehkan. Karena dalam nasalah aqidah ada yang mengharuskan taqlid karena akal tidak mampu mencernanya. Ada pula yang memerlukan dalil dimana akal mampu menjelaskannya. Allah swt berfirman dalam al-Quran Surat Al-Hujarat ayat 15

AQIDAH SEBAGAI LANDASAN SYARI’AH DAN

AKHLAK

Syari’ah adalah peraturan – peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok – pokoknya supaya manusia berpegang kepadanya di dalam berhubungan dengan tuhan, dengan saudaranya sesama muslim, dengan saudaranya sesama manusia beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupannya. Istilah syariah dalam konteks kajian hukum islam lebih menggambarkan kumpulan norma – norma hukum yang merupakan hasil dari proses “tasyri”. Mahmud Shaltout memberikan pengertian dengan jelas, mengartikan bahwa syariah itu adalah ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh Allah atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut. Untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan dengan alam maupun dalam menata kehidupan ini.

Aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu “aqada” yang berarti ikatan atau simpulan. Dari ikatan atau simpulan yang bermakna ini maka lahirlah akidah yaitu ikatan atau simpulan khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, akidah bermaksud kepercyaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang sehingga tidak mungkin tercerai atau terurai. Akidah menurut istilah ialah kepercayaan atau keimanan kepada hakikat – hakikat atau nilai – nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal, yang pasti dan hakiki, yang kudus dan

Page 16: Aqidah Islam

suci seperti yang diwajibkan oleh “syara” yaitu beriman kepada Allah SWT, rukun – rukun iman, rukun – rukun islam dan perkara – perkara ghaibiyyat.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang mempunyai akidah yang sangat kuat tetapi berbanding terbalik dengan syari’atnya yang lemah. Ia beriman dan mengakui adanya Allah sebagai Tuhannya, tetapi dia tidak mau melaksanakan kewajiban – kewajiban agama, yaitu tidak pernah shalat ataupun menjalankan puasa. Memang dia seorang muslim, namun Islamnya tidak sempurna karena hanya merupakan pengakuan saja tanpa bukti.

Lalu, apa yang menyebabkan tingkatan keimanan seseorang mampu mendorong intensitas ibadahnya? Seseorang, ketika ingin melakukan sesuatu tentu akan berpikir dahulu dan mempertimbangkan kata hatinya. Manusia memiliki akal dan hati. Kedua hal tersebut dikombinasikan dan terciptalah sebuah keputusan. Akal dan hati ini dapat dikontrol dan dimanipulasi sebagian besar oleh lingkungan. Maka dari itu, perlulah fondasi yang kuat agar hati dan akal ini mampu berada pada jalan yang lurus.

Pertama-tama, kaitan yang akan dibahas adalah akidah seseorang. Keyakinan sesorang akan sesuatu berperan besar dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan, termasuk ibadah. Seseorang yang memiliki akidah kuat akan menjadikan landasan terhadap dirinya dalam berperilaku. Sebagai contoh, si Fulan menganut kepercayaan terhadap liberalisme, maka dalam kehidupan sehari-harinya dia akan menanamkan nilai liberal.

Coba kita bayangkan apabila dari kecil si Fulan senantiasa dibimbing oleh orang tuanya sehingga si Fulan menjadi anak yang saleh, maka akidah si Fulan terasah pada jalan yang benar, dan akan mudah selanjutnya bagi si Fulan untuk melaksanakan ibadah dengan sebenar-benarnya. Bukan hanya ibadahnya saja, tetapi akhlaknya dan pelaksanaan syariahnya.

Contoh rasional dan aktual dalam kehidupan sehari-hari dari akidah seseorang: si Fulan pada saat UAS Pengantar Akuntansi sudah buntu dan tidak bisa menjawab soal-soal yang disediakan. Di lingkungan hidupnya, si Fulan selalu diajarkan nilai-nilai kejujuran, maka tidak seperti kebanyakan orang yang kalau panik mampu melakukan hal-hal yang irrasional, si Fulan akan tetap tawakal dan mengerjakannya semampunya walaupun dia tahu jawaban yang dia tulis tidak tepat.