HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG...
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG
PERILAKU AGRESIF DENGAN SIKAP PERAWAT PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG AKUT
RS JIWA DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Dedy Ariwidiyanto
NIM. ST 130 16
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT TENTANG PERILAKU
AGRESIF DENGAN SIKAP PERAWAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUANG AKUT RS JIWA DAERAH SURAKARTA
Oleh :
Dedy Ariwidiyanto
NIM. ST130 16
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal, 29 Juli 2015 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Happy Indri Hapsari,S.Kep,Ns,M.Kep Rufaida Nur Fitriana,S.Kep,Ns
NIK 201284113 NIK 201187098
Penguji,
Rahajeng Putriningrum,S.S.T,M.Kes
NIK 201083059
Surakarta, Juli 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns.,M.Kep
NIK 201279102
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dedy Ariwidiyanto
NIM : ST 130 16
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta
maupun di perguruan tingi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan
Tim Penguji.
3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas di
cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesunguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah di peroleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Dedy Ariwidiyanto
NIM ST 13016
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah s.w.t yang telah melimpahkan karunia, rahmat
dan hidayah, sehingga penulis dapat menyusun penelitian dengan judul
“Hubungan Persepsi Perilaku Agresif dengan Sikap Perawat Pada Pasien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”. Karya Tulis Skripsi ini
disusun sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Stikes Kusuma Husada
Program Studi S-1 Keperawatan.
Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis banyak mendapat arahan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Dra. Agnes Suharti,M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Ns,Wahyu Rima Agustin,S.Kep,M.Kep, selaku Ketua Progam Studi S1
Keperawatan.
3. Ns. Happy Indri Hapsari,S.Kep,M.Kep, selaku pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan
proposal
4. Ns. Rufaida Nur Fitriana,S.Kep, selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan,arahan dan saran dalam penyusunan proposal ini
5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma husada yang
telah memberikan ilmu dan bimbingan.
6. Rekan Mahasiswa Prodi S-1 Transfer yang telah memberikan semangat dan
dorongan dalam pembuatan proposal ini
7. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberikan izin penelitian
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan sebagai bekal dalam penyempurnaan karya tulis skripsi yang akan
dilaksanakan
Harapan penulis, semoga proposal ini sebagai langkah awal dalam
penyusuan karya tulis skripsi dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
dan bermanfaat bagi profesi keperawatan.
Surakarta, Juli 2015
Peneliti
Dedy Ariwidiyanto
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori.................................................................... 9
2.1.1 Skizofrenia ............................................................... 9
2.1.2 Perilaku Agresif ...................................................... 11
2.1.3 Perawat .................................................................. 16
2.1.4 Sikap ...................................................................... 19
2.1.5 Persepsi ................................................................... 24
vii
2.2 Keaslian Penelitian .......................................................... 27
2.3 Kerangka Teori.................................................................. 28
2.3 Kerangka Konsep.............................................................. 29
2.4 Hipotesis ........................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 31
3.2 Populasi dan Sampel.......................................................... 31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran..... 33
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................... 37
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................ 45
3.7 Etika Penelitian .................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat...................... ........................................ 52
4.1.1 Karakteristik berdasarkar umur ............................. 52
4.1.2 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ..... 52
4.1.3 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin .............. 52
4.1.4 Karakteristik berdasarkan masa kerja .................. 54
4.1.4 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat ....... 54
4.1.4 Karakteristik berdasarkan sikap perawat ............. 55
4.2 Analisa Bivariat ...................... ........................................ 56
viii
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Persepsi perawat tentang perilaku agresif ...................... 57
5.2 Sikap perawat ...................... ........................................... 58
5.3 Pengaruh persepsi perawat tentang perilaku agresif
dengan sikap perawat .................................................... 59
BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 63
5.2 Saran ...................... ......................................................... 63
DAFTRA PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 27
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............ 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi .................................................... 38
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Sikap ....................................................... 39
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ...................... 52
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 52
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 52
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa kerja .............. 53
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Data persepsi perawat .................................. 53
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Data sikap perawat ...................................... 54
Tabel 4.7 Tabel Distribusi Data persepsi perawat dengan sikap ........... 55
Tabel 4.8 Tabel Hasil Analisis persepsi dan sikap perawat .................... 56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rentang Respon Marah .......................................................... 14
Gambar 2.2 Managemen Agresif ................................................................ 16
Gambar 2.3 Kerangka Teori ........................................................................ 28
Gambar 2.4 Kerangka Konsep ..................................................................... 29
Gambar 4.1 Rentang Skor Skala Persepsi Perawat ...................................... 54
Gambar 4.1 Rentang Skor Skala sikap Perawat ........................................... 55
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan
2 Surat Balasan Studi Pendahuluan
3 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas
4 Surat Balasan Ijin Uji Validitas
5 Surat Keterangan Uji Validitas
6 Surat Permohonan Ijin Penelitian
7 Surat Balasan Permohonan Ijin Penelitian
8 Surat Keterangan Ijin Penelitian
9 Surat Permohonan Menjadi Responden
10 Surat Persetujuan Menjadi Responden
11 Kuesioner Penelitian
12 Tabulasi Data Uji Coba Peneltitian
13 Uji Validitas Kuisioner
14 Uji Realibilitas Kuisioner
15 Tabulasi Data
16 Analisa Data
17 Lembar Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Dedy Ariwidiyanto
Hubungan Antara Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif Dengan Sikap
Perawat Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Akut RSJD Surakarta
Abstrak
Persepsi merupakan proses pemberian makna terhadap stimulus yang
ditangkap indera. Dalam mempersepsikan perilaku pasien, setiap perawat dapat
memiliki persepsi dan sikap yang berbeda, hal ini disebabkan karena kondisi
pasien dan lingkungan di Ruang Akut yang cenderung agresif. Seringnya indikasi
perilaku agresif yang ditunjukkan oleh pasien di Ruang Akut, maka perawat harus
mampu mempersepsikan perilaku agresif dan bersikap dengan benar terhadap
pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi
perawat tentang perilaku agresif pasien dengan sikap perawat pada pasien
skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta
Desain penelitian yaitu descriptif corelational dengan pendekatan cross
sectional pada 32 responden yang berdinas di Ruang Akut. Pengambilan sampel
dilakukan dengan total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki persepsi
benar terhadap perilaku agresif pasien sebanyak 13 perawat (40,62%) sedangkan
perawat yang memiliki persepsi salah sebanyak 19 perawat (59,38%) dan perawat
yang memiliki sikap positif sebanyak 15 perawat (46,87%) sedangkan perawat
yang memiliki sikap negatif sebanyak 17 perawat (53,13%).
Analisis data menggunakan koefisien kontingensi (c) dengan nilai korelasi
r sebesar 0,446 dan nilai p value 0,005 < alpha 0,05 yang artinya ada hubungan
antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasien
skizofrenia di Ruang Akut RS Jiwa Daerah Surakarta.
Kata Kunci : Persepsi, Sikap, Agresif, Perawat
Daftar Pustaka : 28 (2006-2014)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Dedy Ariwidiyanto
Correlation between Nurses’ Perception of Patients’ Aggressive Behavior
and Their Attitude on Schizophrenia Patients at Acute Ward of Local
Psychiatric Hospital of Surakarta
ABSTRACT
Perception is a process of giving meaning to stimulus received by human
senses. In perceiving the patients’ behavior, each nurse has different perceptions
and attitudes due to the patients’ conditions and environment at Acute Room in
which they tend to be aggressive. Due to the aggressiveness frequently shown by
the patients at the room, the nurses shall be able to perceive it and behave
appropriately upon them. The objective of this research is to investigate the
correlation between the nurses’ perception of the patients’ aggressive behavior
and their attitude on the schizophrenia patients at Acute Ward of Local Psychiatric
Hospital of Surakarta.
This research used the descriptive correlational method with the cross-
sectional approach. The samples of research were 32 nurses employed at Acute
Room of the aforementioned hospital and were taken by using the total sampling
technique.
The result of research shows that 13 nurses (40.62%) had an appropriate
perception of the patients’ aggressive behavior, and 19 nurses (59.38%) had an
inappropriate perception of the patients’ aggressive behavior. In addition, 15
nurses (46.87%) had a positive attitude on the schizophrenia patients, and 17
nurses (53.13%) had a negative attitude on the schizophrenia patients.
The result of the analysis with the contingency coefficient (c) shows that
the value of the correlation (r) was 0.446 and the p-value was 0.005 which was
less than 0.05. Thus, there was a correlation between the nurses’ perception of the
patients’ aggressive behavior and their attitude on the schizophrenia patients at
Acute Ward of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.
Keywords: Perception, attitude, aggressive, nurses
References: 28 (2006-2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang
paling banyak jumlahnya dan paling banyak berinteraksi dengan klien. Perawat
adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu yang
dimilikinya dalam batas kewenangan yang dimilikinya. Pelayanan keperawatan
menjadi salah satu tolak ukur pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena
perawatlah yang melaksanakan tugas keperawatan terhadap klien secara
langsung selama 24 jam di rumah sakit (Rudyanto,2010).
Merawat pasien dengan gangguan jiwa tentu berbeda dengan merawat
pasien dengan gangguan fisik. Menangani pasien dengan gangguan jiwa
membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi karena karakteristik
pasien penyakit jiwa yang unik, yaitu antara lain sulit diajak berkomunikasi,
menarik diri, atau bahkan cenderung agresif (Nuradi,2005).
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di
seluruh dunia adalah skizofrenia. Gejala skizofrenia dapat berupa gejala positif
dan gejala negatif. Gejala positif yang sering menjadi ketakutan tersendiri bagi
perawat maupun pasien lain. Beberapa penderita skizofrenia sering melakukan
tindakan agresif seperti tindakan kekerasan, bunuh diri, atau membunuh,
merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan
gangguan perilaku. (Kaplan & Sadock, 2007).
2
Prevalensi menunjukkan bahwa 1% dari seluruh penduduk dunia
menderita skizofrenia, dan meningkat sekitar 0.01% setiap tahunya.
(WHO,2007), Prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia, menurut
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 berjumlah 11,6% dari
populasi orang dewasa. Bila dihitung menurut jumlah populasi orang dewasa
Indonesia saat ini sebanyak lebih kurang 150.000.000 berarti terdapat
1.740.000 orang yang mengalami gangguan mental emosional (Litbang
Depkes, 2010).
Sebanyak 2.605 pasien, berobat di RSJD Surakarta tahun 2013 dengan
presentasi rawat inap 85,6%. Pasien dengan gangguan jiwa di bulan November
2014 terdapat 224 klien Rawat inap, dengan masalah keperawatan perilaku
kekerasan sebanyak 25%.
Menurut Foster, Bowers & Nijman (2007) masalah perilaku kekerasan
pasien hampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa. Beberapa riset
menunjukkan bahwa perawat jiwa sering mengalami kekerasan dari klien yang
berperilaku agresif. Hal tersebut jelas sangat mengganggu kenyamanan
suasana ruang perawatan termasuk pasien lain dan perawat. Dari hasil
penelitian tersebut diperoleh hasil dari 254 peristiwa agresi yang dicatat,
perawat adalah orang paling sering menjadi target dalam peristiwa perilaku
agresif yaitu sebanyak (57,1%).
Nuradi (2005) menyatakan bahwa perilaku pasien gangguan jiwa yang
sulit diprediksi dan berbahaya menuntut perawat untuk lebih hati-hati dan
waspada dalam memberikan asuhan keperawatan. Kondisi mental serta sikap
3
pasien penyakit jiwa yang labil juga memaksa perawat pasien penyakit jiwa
untuk bersikap sabar dalam melakukan berbagai macam peranan untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien penyakit jiwa.
Perilaku agresif tersebut merupakan satu ancaman bagi kesehatan fisik
dan psikologis perawat. Perawat cenderung menjadi korban dalam kejadian
perilaku kekerasan klien. Perawat harus menghadapi kekerasan baik
secaralisan maupun fisik yang terjadi hampir setiap hari. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, maka diperlukan keterampilan profesional dalam mengelola klien
perilaku kekerasan (As'ad & Soetjipto, 2010).
Azwar (2009) mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen yang
membentuk sikap, yaitu komponen kognitif (perceptual), komponen afektif
(emosional), serta komponen konatif (kecenderungan perilaku). Komponen
afektif mempunyai dua sifat, yaitu positif dan negatif. Individu yang
mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis cenderung akan
menyukai dan mempunyai sikap yang menyenangkan terhadap objek itu,
sedangkan individu yang mempunyai sikap yang negatif terhadap suatu objek
psikologis dikatakan mempunyai sikap yang tidak menyenangkan terhadap
objek tersebut.
Wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2014 terhadap
seorang perawat di RSJD Surakarta memang sering terjadi indikasi perilaku
agresif yang ditunjukkan oleh sebagian pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa.
Kekerasan yang dilakukan tersebut meliputi kekerasan fisik dan kekerasan
verbal, membentak, dan memukul. Kejadian yang di dapat peneliti pada
4
tanggal 2 Oktober 2014 perawat meminta kepada pasien untuk meminum obat
sebelum makan sore, tetapi pasien dengan nada dan suara yang keras
menolaknya, sehingga perawat menangkap bahwa itu adalah tantangan dan
menganggap pasien tersebut dalam kondisi marah, perawat membalas dengan
nada yang keras dan sikap negatif, sehingga muncul perselisihan diantara
mereka dan akhirnya pasien di fiksasi, mengapa hal tersebut terjadi, karena
kedua pihak memiliki sudut pandang yang berbeda, setelah di kaji kembali
maksud dari pasien menolak minum obat sebelum makan karena di rumah
terbiasa dengan minum obat setelah makan.
Sikap yang asertif untuk meredakan konflik akibat perbedaan persepsi
sangat dibutuhkan. Perbedaan daya tangkap indra mampu membawa makna
stimulus yang berbeda bagi siapapun yang meyakininya. dibutuhkan pemikiran
dan sikap terbuka seorang perawat untuk menjadikan sebuah perbedaan
menjadi alat untuk menyamakan persepsi. Sikap perawat yang cenderung
negatif tersebut tentu bertentangan dengan kode etik keperawatan. Idealnya
seorang perawat jiwa diharapkan mempunyai sikap yang positif dan
mempersepsikan keinginan pasien dengan benar, menerima pasien apa adanya
sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien untuk sembuh
dan berkembang (Wawan & Dewi, 2014)
Hal tersebut senada yang diungkapkan Indriasari (2007) bahwa kondisi
pasien yang labil membuat perawat harus ekstra sabar karena pasien bersikap
negatif, antara lain sulit diajak komunikasi, menarik diri, atau justru agresif.
Seorang perawat pasien penyakit jiwa ketika mempunyai sikap positif terhadap
5
pasien penyakit jiwa, maka ia akan cenderung menyenangi dan peduli dengan
keadaan pasien dengan gangguan jiwa. Sebaliknya, ketika seorang perawat
mempunyai sikap yang negatif terhadap pasien dengan gangguan jiwa, maka ia
cenderung akan membenci dan menjauhinya.
Dampak dari perilaku agresif dari klien adalah dapat melukai dirinya
sendiri, orang lain, merusak lingkunganya serta dapat mengalami kematian.
Klien dengan perilaku agresif yang tidak dapat dihentikan akan dibuat tidak
berdaya oleh perawat untuk mengamankan klien maupun lingkungannya,
kemungkinan akan bisa kehabisan tenaga dan bahkan bisa meninggal karena
cedera (As'ad & Soetjipto,2010).
Dampak yang dirasakan oleh perawat setelah menangani pasien dengan
perilaku agresif dapat berupa dampak negatif. Dampak tersebut juga bisa
terbentuk oleh persepsi yang salah, dampak fisik maupun dampak secara
psikologis. Ketakutan yang ditimbulkan oleh perilaku kekerasan klien akan
menimbulkan sikap negatif dalam memberikan dalam memberikan asuhan
keperawatan selanjutnya, dan dampak psikologis baik pada diri perawat
maupun klien lainnya (As'ad & Soetjipto,2010).
Kesiapan baik fisik maupun psikologis mutlak diperlukan perawat jiwa
dalam menjalankan tugasnya. Seringkali perawat menghadapi situasi yang
tidak menyenangkan di tempat kerjanya dengan perilaku pasien yang mampu
membuat perawat kehilangan konsentrasi dan kesalahan persepsi . Perilaku
kekerasan yang dilakukan pasien akan berakibat fatal baik bagi perawat
maupun pasien.
6
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap
perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut RS Jiwa Daerah Surakarta”,
karena kasus tersebut banyak terjadi di rumah sakit jiwa, sehingga menurut
peneliti dengan adanya penelitian ini akan mampu memberikan masukan
kepada management rumah sakit dalam mengelola Sumber Daya Manusia
(SDM) perawat untuk selalu memiliki sikap yang positif terhadap pasien dan
menjauhkan persepsi yang salah terhadap perilaku agresif pasien, sehingga
pelatihan tentang sikap, penempatan SDM yang sesuai dengan kepribadian
sikap akan sagat di perlukan demi terwujudnya pelayanan prima sesuai dengan
misi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yaitu melayani lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : “ Apakah ada hubungan antara persepsi perawat tentang
perilaku agresif terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
7
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku
agresif pasien dengan sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang
Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui karakteristik perawat tentang perilaku agresif
pada pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta.
1.3.2.2. Untuk mengetahui persepsi perawat tentang perilaku agresif di pada
pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta.
1.3.2.3. Untuk mengetahui sikap perawat tentang perilaku agresif pada
pasien skizofrenia di Ruang Akut RSJD Surakarta
1.3.2.4. Untuk menganalisis hubungan antara persepsi perawat tentang
perilaku agresif pasien dengan sikap perawat di Ruang Akut RSJD
Surakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi mengenai persepsi perawat terhadap
perilaku agresif dan sikap perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga rumah sakit dapat mempertimbangkan kebijakan
baru terkait dengan sikap perawat dan meminimalkan persepsi yang
salah terhadap pasien dengan skizofrenia.
8
1.4.2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan kajian terhadap
ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan menambah
pengetahuan tentang fenomena yang terjadi dalam keperawatan jiwa.
1.4.3. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian
selanjutnya dengan mengetahui pengaruh persepsi perawat tentang
perilaku agresif dengan sikap perawat terhadap pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Surakarta.
1.4.4. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat bersikap positif
dan mempunyai persepsi yang benar dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan skizofrenia.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Skizofrenia
2.1.1.1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia merupakan suatu diagnosis klinis yang
menunjukkan suatu sindrom yang tidak spesifik dengan etiologi
yang heterogen (Tomb,2005). Perihal tersebut senada yang di
ungkapkan Hawari (2007) bahwa skizofrenia adalah sebagai
gangguan jiwa yang tidak mampu menilai Realita Testing Ability
(RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk. Dari
pengertian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa skizofrenia
merupakan suatu gangguan jiwa dengan ciri ketidaksesuaian antara
pikiran perkataan dan perilaku.
2.1.1.2 Penyebab
Meurut Stuart dan Sundenn (2008), penyebab skizofrenia
adalah :
1. Biologis
Penelitian pencitraan otak menunjukkan bahwa pada
penderita skizofrenia terdapat lesi pada area frontal, temporal dan
limbik yang paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa kimia otak yan g berkaitan adalah peningkatan dopamin
di neurotransmiter yang berlebihan dan ketidakseimbangan antara
10
dopamin dengan neurotransmiter. Interaksi gen yang abnormal
dengan infeksi virus selama kehamilan yang dapat menggangu
perkebangan otak dan janin selama kehamilan.
2. Psikososial
Skizofrenia muncul akibat terjadinya konflik internal pada
seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar baik
pada lingkungan keluarga maupun interpersonal. Individu
mempunya tiga unsur psikologis yaitu id,ego dan superego.
Dengan ego yang lemah makan seseorang dapat berisiko
menderita psikosa.
3. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya merupakan keadaan yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga
seseorang beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Jika
seseorang tidak mampu mengendalikan diri dalam beradaptasi
maka akan menimbulkan gangguan jiwa.
2.1.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia
Tanda dan gejala umum skizofrenia menurut Hawari (2007) yaitu :
1. Gejala Positif Skizofrenia
a. Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional.
b. Halusinasi yaitu adanya pengalaman panca indra tanpa
adanya objek.
11
c. Kekacauan isi pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraan
d. Gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif,
bicara semangat dan berlebihan.
e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba
hebat.
f. Pikiranya penuh dengan kecurigaan dan seakan ada ancaman
pada dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
2. Gejala Negatif Skizofrenia
a. Alam perasaan atau afek tumpul.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul dan
kontak dengan orang lain.
c. Sulit dalam berfikir abstrak, pola pikir stereotype.
d. Tidak ada dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif.
2.1.2 Perilaku Agresif
2.1.2.1 Pengertian
Perilaku agresif adalah perilaku yang di tunjukkan dengan
kasar atau menggunakan kekuatan atau tenaga yang tidak seimbang
yang cenderung mencederai atau merusak, menyiksa atau menyerang
(Nurjannah, 2008).
Khulsum (2014) perilaku agresif adalah tingkah laku
pelampiasan dan perasaan frustasi untuk mengatasi perlawanan
12
dengan kuat atau menghukum orang lain, yang ditujukan untuk
melukai pihak lain baik secara fisik maupun secara verbal.
Berdasarkan uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
perilaku agresif merupakan segala bentuk perilaku yang bertujuan
merugikan, menyakiti, melukai, menghancurkan orang lain, baik
benda bergerak maupun tidak bergerak, dengan niat terencana atau
disengaja, secara fisik, verbal atau psikologis.
2.1.2.2 Faktor Timbulnya Perilaku Agresif
Menurut Khulsum (2014) terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan perilaku agresi yaitu :
1. Faktor Biologis
Gen berpengaruh terhadap pembentukan sistem neural
otak, seorang laki-laki akan lebih agresif dari pada perempuan.
Sistem otak dan Kimia darah berupa testosteron dan serotonin
dapat berpengaruh pada perilaku agresif. Perilaku agresif pada
wanita dapat menjadi lebih tinggi apabila mereka sedang dalam
kondisi diancam.
2. Faktor Sosial
Agresifitas muncul sebagai akibat hubungan sosial atau
struktur sosial dimana seseorang turut berada. Penyiksaan fisik
dan ejekan verbal dapat menimbulkan tidakan agresif, semakin
banyak seseorang menyaksikan kekerasan maka tingkat
agresifnya semakin besar.
13
3. Faktor Lingkungan
Seseorang yang berada pada lingkungan yang keras,
seperti lingkungan kemiskinan, kota besar maka secara otomatis
orang akan cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan
melakukan penyesuaian diri terhadap rangsang. Rangsangan indra
kognitif yang berlebihan bisa membuat lingkungan akan membuat
satu orang dengan yang lain tidak lagi saling mengenal, tiap
individu akan menjadi anonim.seseorang yang merasa anonim
cenderung berprilaku semuaunya sendiri.
4. Faktor Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri aktivitas
sistem syaraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak
suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya
kesalahan.
2.1.2.3. Bentuk agresif ditinjau dari objeknya
Menurut Indiasari (2007), menyebutkan ada 3 bentuk
agresif, yaitu :
1. Offensive aggression yaitu agresif secara tidak langsung dalam
membalas perilaku orang lain.
2. Instrumental agresion yaitu agresif yang timbul sebagai cara
karena ada tujuan tertentu.
3. Angger aggresion yaitu agresif yang melibatkan kondisi emosi
sesaat seperti kemarahan.
14
2.2.2.4 Bentuk Perilaku Agresif
Menurut Foster, Bowers, Nijman. (2007) bentuk perilaku
agresif menjadi 4 kategori. Pertama agresi verbal seperti ancaman,
penghinaan, profokatif dan pasif. Kedua, agresi fisik misalnya
ancaman fisik, kekerasan terhadap lingkungan , kekerasan fisik
yang menyebabkan cedera ringan, kekerasan fisik yang
menyebabkan cedera serius , kekerasan fisik pada diri sendiri yang
menyebabkan cedera rigan , kekerasan fisik pada diri sendiri
menyebabkan cedera serius, percobaan bunuh diri , berhasil bunuh
diri. Ketiga Godaan seksual dan kekerasan seksual.
2.2.2.5 Rentang Respon Kemarahan
Perilaku agresif merupakan respon kemarahan, respon marah
dapat berflukuasi dalam rentang adaptif sampai mal adaptif (Stuart &
Sundeen,2008).
Gambar 2.1 Rentang Respon Marah Menurut Stuart dan Sundeen (2008)
Respon negatif Respon positif
Asertif Pasif Agresif
15
1) Asertif
Adalah menyampaikan suatu perasaan diri dengan pasti dan merupakan
komunikasi untuk menghormati orang lain. Individu berbicara dengan jelas.
Pada saat berbicara kontak mata langsung tapi tidak mengganggu, intonasi
suara dalam berbicara tidak mengancam. Individu asertif dapat menolak
permintaan yang tidak beralasan dan menyampaikan rasionalnya kepada orang
lain, atau sebaliknya. Seseorang juga dapat menerima dan tidak merasa
bersalah bila permintaanya ditolak oleh orang lain (Stuart & Laraia,2009)
2) Pasif
Seseorang yang pasif sering mengesampingkan haknya dari persepsinya
terhadap orang lain. Ketika seorang yang pasif marah maka dia akan berusaha
menutupi kemarahanya sehingga meningkatkan tekanan pada dirinya. Pola
interaksi seperti ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan (Stuart &
Laraia,2009)
3) Agresif
Seseorang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa
harus bersaing untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, hidupnya selalu
mengarah pada kekerasan fisik dan verbal. Perilaku agresif pada dasarnya
disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri dan menutupi kekurangan.
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol,
sehingga individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan
(Stuart & Laraia,2009)
16
2.1.3 Perawat
2.1.3.1 Pengertian
Pengertian perawat dalam keputusan Menteri Kesehatan No
1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang registrasi dan Praktik Perawat
maka perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan
perawat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sesuai dengan
ketentuan perundang undangan yang berlaku. Jadi seorang perawat
dikatan sebagai perawat dan mempunyai fungsi peran sebagai perawat
apabila dirinya telah tamat menyelesaikan pendidikan keperawatan
dengan dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar sesuai
jenjang pendidikanya.
Menurut Lokakarya Keperawatan Nasonal tahun 2005 bentuk
pelayanan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan didasarkan kepada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan biopsikososial spiritual yang komprehensif ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit, mencakup
proses kehidupan manusia.
Gambar 2.2 Manajemen Agresif Menurut Stuart dan Laraia (2009)
Prevensi Antisipasi Pembatasan Gerak
1. Kesadaran Diri
2. Penkes
3. Latihan Asertif
4. Komunikasi
5. Perubahan
Lingkungan
6. Tindakan Perilaku
7. Psikofarmaka
8. Manajemen
Krisis
9. Pengasingan
10. Pengekangan
17
2.1.3.2 Tindakan Keperawatan Management Agresif
Menurut Stuart & Sundeen (2014) rentang tindakan keperawatan
dalam management agresif di bagi menjadi 3 strategi yaitu :
1. Strategi Prevensi
a. Kesadaran Perawat
1 ) Sadar perasaan sendiri.
2) Yakin klien dapat mengungkapkan marah dengan benar.
3) Hangat,tegas,menerima, tetap tenang.
4) Sikap dan suasana hubungan kerja yang akrab.
b. Manajemen perilaku
1) Mengidentifikasi penyebab perilaku agresif.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala.
3) Mendemontrasikan cara lama jika marah.
4) Mendemontrasikan cara baru yang konstruktif.
c. Latihan Asertif
1) Mempertahankan kontak.
2) Mempertahankan posisi tubuh.
3) Berbicara tegas.
4) Nada suara tegas.
5) Ekspresi tubuh penuh dengan penekanan.
18
2. Strategi Antisipasi
a. Tindakan komunikasi
1) Bicara dengan lembut.
2) Nada rendah.
3) Tidak membalas suara keras.
4) Gunakan kalimat pendek dan simpel.
5) Hindari tertawa dan senyum tidak pada tempatnya.
6) Beri kesempatan untuk ventilasi.
7) Sikap rileks dan terapeutik.
8) Jaga jarak 1-3 langkah dengan klien.
b. Tindakan perilaku
Melakukan interaksi dengan kontrak yang
disepakati antara perawat dengan klien, perilaku yang
disepakati dan perilaku yang tidak di sepakati, perilaku yang
di perbolehkan dan perilaku yang tidak di bolehkan.
3. Strategi Pembatasan Gerak
a. Manajemen Krisis
1) Identifikasi leader tim krisis.
2) Menyusun dan mengumpulkan tim krisis.
3) Menyiapkan alat pengekangan.
4) Menyusun strategi dan beri anggota tim.
5) Jelaskan setiap tindakan pada klien.
6) Ikat / mengekang sesuai instruksi leader.
19
7) Memberikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.
8) Jaga tetap tenang dan konsisten.
9) Evaluasi tindakan dengan tim.
b. Pengasingan
Klien dibatasi dalam berinteraksi dengan orang lain, area
yang terbatas dan aman, betujuan untuk adaptasi dan nantinya di
tingkatkan secara bertahap. Ruangan yang sepi akan menurunkan
stimulus bagi klien untuk melakukan perilaku agresif.
c. Pengekangan
Mengurangi gerakan fisik klien dan melindungi klien dan orang
lain dari cidera.
4.1.1 Sikap
4.1.1.1. Pengertian sikap
Sikap merupakan respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulasi suatu objek. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas tertapi merupakan presdiposisi tindakan atau perilaku. Sikap
masih merupakan reaksi tertutup bukan reaksi terbuka atau tingkah laku
terbuka ( Notoatmojo,20014).
Menurut walgito (2011) sikap merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang
20
disertai dengan perasaan tertentu dan memberikan dasar seseorang untuk
berespon atau berperilkau dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Dari uraian diatas , penulis merumuskan bahwa sikap adalah
kecenderungan bertindak dari individu berupa respons tertutup terhadap
stimulus ataupun objek tertentu.
4.1.1.2 Struktur sikap
Menurut Sunaryo (2005) struktur sikap terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Kognitif (Komponen Persepsi)
Merupakan representasi tentang apa yang di percayai oleh
individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan individu
mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang di lihat dan di
ketahui, Pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,
kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain.
2. Afektif (Komponen Emosi)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif
sedangkan rasa tidak senang menunjukkan kepada hal negatif .
3 . Komponen Konasi (Komponen Perilaku)
Berkaitan dengan presdisposisi atau kecenderungan bertindak
atau berperilaku tertentuu sesuai dengan sikap yang dimiliki terhadap
objek yang dihadapinya. Berkaitan dengan objek yang dihadapi dan
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
21
4.1.1.3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoaadmojo (2014) sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni :
1. Menerima (receive)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan ( objek ).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila di tanya dan mengerjakan
tugas yang diberikan. Karena dengan mengerjakan tugas maka
seseorang tersebut telah menerima ide.
3. Menghargai (valuing)
Sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap individu akan bertanggung jawab dan siap
menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang dipilih.
4.1.1.4. Sifat sikap
Menurut Wawan & Dewi (2014) sikap sikap dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Sikap positif tindakan kecenderungan mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu .
2. Sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membeci, tidak menyukai objek tertentu.
22
4.1.1.5. Ciri Sikap
Menurut Walgito (2011) ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dapat dipelajari berdasarkan
pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan dalam hubungan
dengan objek.
2. Sifat dapat berubah dalam situasi yang memenuhi syarat sehingga dapat
dipelajari.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap
4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun tertuju pada banyak objek
5. Sikap dapat berlangsung lama maupun sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga dapat
membedakan dengan pengetahuan.
4.1.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut azwar (2014) faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
objek antara lain :
1. Pengalaman pribadi
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
terjadi dalam situasi emosional.
2. Pengaruh orang lain
Individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang di anggap penting.
23
3. Spiritual
Semua agama mengajarkan kebaikan, konsep moral dan ajaran
spiritual kepercayaan tidaklah mengherankan jika konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
4. Faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
4.1.1.7. Sikap Perawat Dalam Merawat Pasien
Menurut Sunaryo (2005) sikap yang perlu dimiliki oleh perawat
dalam merawat pasien agar memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan harapan pasien aadalah :
1. Perawat harus memiliki sikap yang ramah, menunjukkan rasa kasih
sayang dan menaruh perhatian terhadap semua orang, terlebih terhadap
pasien.
2. Perawat harus memiliki sikap yang memberikan rasa aman pada pasien,
bukan menimbulkan kecemasan, kegelisahan dan takut.
3. Perawat harus dapat menahan diri dalam segala situasi, jangan sampai
menyalahkan, mengkritik, menyudutkan ataupun mempermalukan pasien
maupun keluarga yang dapat memperberat penyakitnya.
4. Perawat harus memiliki sifat kooperatif, mudah diajak bekerja sama
dengan pasien maupun tim kesehatan lain.
24
5.1.1 Persepsi
5.1.1.1 Pengertian
Merupakan proses kognitif yang kompleks, dapat memberikan
gambaran unik tentang dunia yang sangat berbeda menjadi bagian
struktur pembentuk sikap. Respon kognitif terhadap stimulasi dalam
bentuk verbal adalah pernyataan mengenai apa yang di yakini objek,
sedangkan respon kognitif non verbal reaksi perseptual terhadap sikap
objek (Azwar,2014).
Khulsum (2014) mendefinisikan bahwa persepsi adalah suatu
proses pencarian informasi yang menyangkut interprestasi lingkungan
sekitar melalui pengindraan. Dalam mempersepsikan objek beberapa
orang mengalami kekeliruan dalam memberikan refleks sistematisnya
yang berbeda dengan pendapat lainya, hal ini disebut dengan persepsi
bias.
Berdasarkan pengertian persepsi di atas maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa persepsi merupakan proses pemberian makna yang
di tangkap oleh indra, karena persepsi merupakan aktifitas yang
terintegrasi, Maka dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi sekalipun
stimulusnya sama, kerangka acuan belum tentu sama, adanya
kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang
lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa
persepsi bersifat individual.
25
5.1.1.2 Proses terjadinya persepsi
Persepsi terbentuk karena adanya objek berupa stimulus yang di
tangkap oleh panca indra (reseptor) melalui saraf sensorik dalam
bentuk pesan kemudian di bawa ke otak, kemudian jawaban terhadap
stimulus berupa kesan di kembalikan ke indra melalui berupa
pengalaman hasil pengolahan otak melalui saraf motorik, dengan
demikian persepsi terbentuk karena adanya asosiasi kontak sesama
indra dengan indra yang lain (Sunaryo,2005).
Dalam Proses persepsi terdapat fenomena penting yang di sebut
atensi atau perhatian. Pengertian perhatian adalah konsep yang
diberikan pada proses perspsi yang menyeleksi input tertentu untuk
diikutsertakan pada pengalaman yang di sadari dalam waktu tertentu
(Khulsum, 2014).
5.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi perspsi
Menurut Khulsum (2014) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Keadaan stimulus
Kejelasan stimulus akan berpengaruh dalam persepsi,
stimulus yang kurang jelas akan berpengaruh terhadap ketepatan
persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsikan, maka stimulus harus
cukup kuat menimbulkan kesadaran individu.
26
2. Keadaan lingkungan
Bila situasi sosial yang melatar belakanginya berbeda hal
tersebut dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Objek
yang sama dengan situasi sosial yang berbeda akan berpengaruh
terhadap persepsi seseorang.
3. Keadaan individu
Keadaan individu dapat mempengaruhi hasil persepsi,
datang dari luar individu ( eksternal ) , maupun dari dalam individu
(internal ) seperti perasaan, pengalaman, berfikir. Segi jasmani dan
segi psikologis, bila sistem fisiologisnya terganggu maka akan
mempengaruhi persepsi.
27
2.2. Keaslian Penelitian
Sepanjang pengetahuan penulis beluma ada penelitian yang berjudul
hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap
perawat pada pasien skizofrenia di RSJD Surakarta, tetapi ada penelitian
sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini :
No Nama Peneliti Judul Penelitian
Metode
yang
digunakan
Hasil
Penelitian
1 Sumarso
(2012)
Hubungan Antara
Persepsi Perawat
tentang kekerasan
pasien terhadap
kecenderungan perilaku
agresif perawat di
ruang rawat inap RSJD
surakarta
Metode
diskriptif
korelasi
Desain
Penelitian
pendekatan
cross
secional
Tehnik
Penelitian
Analisis
regresi
sederhana
Sig.uji F
sebesar 0,000
(<0.05) ada
korelasi
2 Jumali (2012) Hubungan Antara Sikap
dengan Pengetahuan
Pada Pasien Perilaku
Kekerasan di RSJD
Surakarta
Metode
diskriptif
korelasi
Desain
Penelitian
pendekatan
cross
secional
Tehnik
Penelitian
Korelasi
Kendal Tau
Hasil p value
sebesar 0,002
(<0.005) ada
hubungan
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian.
28
2.3. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori, dapat digambarkan sebagai berikut :
Dikembangkan dari : Azwar,S. (2008), Foster.J.,Bowers.L.,Nijman.H, (2007),
Notoatmojo, S.(2014), Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008), Walgito, B. (2011).,
Gambar 2.3 Kerangka Teori.
Faktor internal
mempengaruhi sikap
1) fisiologis
2) psikologis
3 ) motif
SIKAP
PERSEPSI
PERILAKU
AGRESIF:
1) fisik
2) verbal
3) seksual
Faktor eksternal
mempengaruhi sikap
1) pengalaman
2) situasi
3) pendorong
3) norma
Pasien
Skizofrenia
Faktor yang
mempengaruhi persepsi
1) stimulus
2) lingkungan sosial
3) individu
Perawat
Perawatan Pada
Pasien
Skizofrenia
29
2.4. Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep.
Persepsi perawat tentang
perilaku agresif :
Variabel Independen
Sikap perawat pada pasien
skizofrenia :
Variabel Dependen
Variabel Confounding
Pengetahuan
Jenis kelamin
Usia
Lama bekerja
30
2.5. Hipotesis
Menurut Anwar (2011) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian. Berdasarkan diskripsi teori dan kerangka
konsep sebagaimana telah dirumuskan di atas, maka hipotesis dari penelitian
ini adalah :
2.5.1 Hipotesis Nihil
Hipotesis dibuat untuk menyatakan tidak adanya suatu
hubungan yang bermakna antara kedua kelompok mengenai suatau hal
yang dipermasalahkan (Notoatmodjo,2012). Hipotesis nol untuk
penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku
agresif terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang
Akut RSJD Surakarta.
2.5.2. Hipotesis Kerja
Dugaan adanya hubungan dari dua veriabel. Hipotesis kerja
dari penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif
terhadap sikap perawat pada pasien skizofrenia di Ruang Akut
RSJD Surakarta.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional,
yaitu peneliti berupaya menggambarkan hubungan antara dua variabel atau
lebih dan menganalisa atau menguji hipotesis yang dirumuskan
(Sugiyono,2010). Penelitian ini menggunakan rancangan survey cross
sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus (Notoadmodjo,2012). Metode yang dipakai adalah metode
penelitian survey yaitu metode penelitian yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek, biasanya cukup banyak, tapi hanya mengambil sebagian
dari populasi tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengukur data pokok (Notoadmodjo,2012).
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2010). Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perawat yang berdinas
di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan jumlah 32 orang
(Kepegawaian RSJD Surakarta, 2014)
32
3.2.2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo,2012) . Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh
perawat yang berdinas RSJD Surakarta yang bekerja di ruang akut putra R.
Punta Dewa 16 orang dan ruang akut putri R. Sumbadra 16 orang.
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono,2009).
Hal ini dilakukan untuk membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan
yang sangat kecil. Hal Senada disampaikan oleh Riwidikdo (2006), bahwa
apabila subjek atau populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua
dengan batas minimal 30, sehingga penelitianya merupakan penelitian
populasi. Berdasarkan teori di atas maka dalam penelitian ini, semua
jumlah populasi perawat yang berdinas di Ruang Akut RSJD Surakarta
dijadikan sampel yaitu sebanyak 32 orang.
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat
Tempat / lokasi penelitian adalah lokasi yang digunakan untuk
pengambilan data selama penelitian berlangsung (Notoatmodjo,2012).
33
Dalam penelitian ini tempat yang digunakan adalah di Ruang Akut Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta,
3.3.2 Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6-11 Juni 2015
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala pengukuran
3.4.1 Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
suatu konsep penelitian (Notoatmodjo,2012).
3.4.1.1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi variabel dependent. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah persepsi perawat tentang perilaku agresif.
3.4.1.2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
sikap perawat.
3.4.1.3 Variabel Perancu (Confouding)
Adalah variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen. Variabel
confouding dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, usia,
jenis kelamin, dan lama bekerja.
34
3.4.2 Definisi Operasional & Skala Pengukuran
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap objek
atau fenomena (Notoadmojo,2014).
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur dan Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Variabel Independen
Persepsi
perawat
pemahaman
perawat
mengenai
bentuk
perilaku
agresif yang
dilakukan oleh
pasien
Cara Ukur :
Bertanya kepada
perawat
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
Penilaian :
Skala Likert,
untuk pernyataan benar
Sangat setuju = 4
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Untuk pernyataan salah
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak setuju = 4
1. Persepsi
benar jika nilai
total > 57
2. Persepsi
salah jika nilai
total ≤ 57
Nominal
35
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 20
dikonversikan dalam
0-100 dengan rumus :
�� x100
B = skore
A = total skore
Variabel Dependen
Sikap
perawat
reaksi perawat
terhadap
perilaku
agresif yang
dilakukan oleh
pasien
Cara Ukur :
Bertanya kepada
perawat
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
Penilaian :
Menggunakan Skala
Likert, untuk pernyataan
positif (favourable) :
Sangat setuju = 4
Setuju = 3
Tidak setuju = 2
Sangat tidak setuju = 1
Negatif (unfavourable) :
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak setuju = 3
Sangat tidak setuju = 4
Nilai tertinggi 80
1. Sikap Positif
jika nilai total
> 58
2. Sikap
Negatif jika
nilai total ≤ 58
Nominal
36
Nilai terendah 20
dikonversikan dalam
rentang
0-100 dengan rumus :
�� x100
B = skore
A = total skore
Confounding Variabel
tingkat
pendidikan,
pendidikan
formal yang
telah
diselesaikan
berdasarkan
ijasah terakhir
Cara Ukur :
1 item pada kuisioner
tentang tingkat
pendidikan
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
1. D3
2. S1
3. S1 + Ners
Ordinal
usia
Masa hidup
rseseorang
berdasarkan
tingkat
perkembangan
ya
Cara Ukur :
1 item pada kuisioner
tentang usia
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
1. Muda
18-40 th
2. Madya
41-60 th
Nominal
jenis
kelamin,
Pembagian
jenis seksual
yang dilakukan
secara biologis
dan anatomis
Cara Ukur :
1 item pada kuisioner
tentang jenis kelamin
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
37
Masa kerja
Lamanya
responden
bekerja
Cara Ukur :
1 item pada kuisioner
tentang masa kerja
Alat Ukur :
Lembar Kuisioner
1. Baru ≤ 5 th
2. Sedang
6-10 th
3. Lama ≥11th
Ordinal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Menurut Sugiono (2010), instrumen penelitian merupakan alat ukur
dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data mengenai
suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum,
dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner,
diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapat
tanggapan,informasi dan jawaban. Penggunaan instrumen kuisioner dengan
pertimbangan dalam waktu singkat dapat diperoleh data yang banyak, hemat
tenaga dan biaya, responden dapat memilih waktu yang senggang untuk
mengisi, secara psikologis responden tidak merasa terpaksa dan responden
dapat menjawab pertanyaan lebih terbuka (Notoatmodjo,2012). Intrumen
dalam penelitian ini yaitu :
3.5.1.1. Kuisioner A (Karakteristik)
Berisi pertanyaan mengenai data karakteristik responden yang terdiri
dari usia, jenis kelamin, lama kerja dan tingkat pendidikan. Kuisioner diisi
oleh responden dengan mencantumkan tanda check list pada pilihan jawaban
yang tersedia
38
3.5.1.2. Kuisioner B (Persepsi perawat tentang perilaku agresif)
Berisi pertanyaan persepsi perawat tentang perilaku agresif ditekankan
pada pemahaman persepsi perawat mengenai bentuk perilaku agresif yang
dilakukan oleh pasien terhadap stategi tindakan keperawatan management
agresif (Stuart & Sundeen ,2014) dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu strategi
prevensi, strategi antisipasi, stategi pembatasan gerak
Kuesioner dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu kategori persepsi
benar dan kategori persepsi salah . Alat ukur yang digunakan menggunakan
skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item berupa pernyataan
persepsi benar sebanyak 10 item dan pernyataan persepsi salah sebanyak 10
item. Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=
tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =
sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner persepsi perawat tentang perilaku agresif
Variabel Indikator
Jumlah
Item
Persepsi
Benar
Persepsi
Salah
Skor
Max
Persepsi
Strategi Prevensi 6 1,2,3 4,5,6, 24
Strategi Antisipasi 6 7,8,9 10,11,12, 24
Strategi Pembatasan
Gerak 8 13,14,15,16, 17,18,19,20 32
Jumlah 20 10 10 80
39
Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :
������� ���� x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner ini
menjelaskan dua kategori yaitu persepsi benar dan persepsi salah, dikatakan
benar apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 57, dan
dikatakan salah jika nilai total ≤ 57
3.5.1.2. Kuisioner C (Sikap perawat)
Parameter yang digunakan untuk mengetahui reaksi perawat terhadap
perilaku agresif yang dilakukan oleh pasien dengan menggunakan klasifikasi
rentang respon marah (Stuart & Laraia, 2005). pertanyaan berupa pertanyaan
tertutup sebanyak 20 item, dibagi dalam tiga kategori yaitu reaksi pasif, reaksi
asertif, reaksi agresif.
Setiap pilihan jawaban diberikan skor 4 = sangat setuju, 3= setuju, 2=
tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan negatif yaitu 1 =
sangat setuju, 2= setuju, 3= tidak setuju, dan 4= sangat tidak setuju
Tabel 3.3 Kisi-kisi Sikap perawat
Variabel Indikator
(reaksi)
Jumlah
Item
Sikap
Positif
Sikap
Negatif
Skor
Max
Sikap
Reaksi Pasif 5 1,2,3,4,5, 20
Reaksi Asertif 10
6,7,8,9,10,
11,12,13,14,
15
40
Reaksi Agresif 5 16,17,18,19,
20 20
Jumlah 20 20 20 80
40
Perhitungan skoring nilai dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus :
������� ���� x100. dengan skore terendah 20 dan skore tertinggi 80. Kuesioner
ini menjelaskan dua kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif, dikatakan
positif apabila responden menjawab pertanyaan dengan nilai total > 58, dan
dikatakan negatif jika nilai total ≤ 58.
3.5.2. Uji Instrumen
3.5.2.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur untuk
mengukur tentang apa yang diukur, mengukur valid tidaknya suatu butir
pertanyaan (Notoatmodjo,2012). Peneliti menggunakan pendekatan
construct validity untuk menguji kevalidan instrumen. Instrumen yang
mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur gejala sesuai yang didefinisikan (Sugiyono,2010).
Uji validitas dilaksanakan di UPIP RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Klaten, dengan jumlah responden sebanyak 16 orang, dengan kriteria
perawat hampir sama dengan RSJD Surakarta, sama sama merupakan
Rumah Sakit Jiwa milik Propinsi Jawa Tengah, dimana validitas isi
(content validity), validitas kriteria (criterion related validity) distribusi
usia, tingkat pendidikan, hampir sama dengan RSJD surakarta dan
validitas variabel mengenai persepsi dan sikap perawat di ruang akut
memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan sejumlah item yang
representatif dan mewakili konsep yang yang hampir sama dengan
41
populasi yang di ukur (Sunyoto,2011). Pengujian validitas setiap
pertanyaan dilakukan dengan menghitung korelasi product moment
antara skor pertanyaan dengan skor total, yang rumusnya sebagai
berikut:
� = ��ΣXY� − �ΣXΣY��[�Σ�� − �Σ���][�Σ�� − �Σ���]
X = pertanyaan nomor 1
Y = skor total
XY = skor pertanyaan nomor 1 x skor total
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang
dimaksud. Jikar hitung lebih besar dari r tabel dan memiliki nilai positif,
maka pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid dan dapat digunakan.
Uji instrumen dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 sd 21 Mei
2015 di Ruang Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. RM.
Soedarwaji Klaten sebanyak 16 responden. Hasil instrumen persepsi
perawat dan sikap perawat sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan
dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari pada r tabel pada tingkat
signifikasi 5% nilai r tabel dengan jumlah 16 responden adalah 0,497.
Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar
0,636 hingga tertinggi sebesar 0,971. Tidak terdapat t hitung yang lebih
kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan sikap perawat dinyatakan
valdi sebagai instrumen penelitian.
42
Hasil uji validitas pertanyaan persepsi memperoleh r hitung sebesar
0,710 hingga tertinggi sebesar 0,952. Tidak terdapat t hitung yang lebih
kecil dari 0,497, sehingga 20 item pertanyaan persepsi perawat
dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian.
3.5.2.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen yang
dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas internal, dimana
nilai yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari suatu pengetesan.
Adapun rumus yang digunakan adalah dengan koefisien cronbach alpha,
yaitu :
r = � ��−1 {1 − ΣSi2
St2 }
k : banyaknya item
S'2 : Jumlah varian item
S�2 : Varian total
Pengujian reliabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach
0,979 dan nilai reabilitas kuisioner persepsi diperoleh alfa cronbach
0,974. Menurut Sugiyono (2010) dimana instrumen dikatakan reliabel
jika nilai alfa > 0,60 sehingga demikian instrumen ini reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur.
43
3.5.3 Cara pengumpulan data
Data dalam penelitian ini adalah
3.5.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari
responden (Riwidikdo,2006). Dalam penelitian ini data primer
didapatkan dari pengisian kuisioner oleh perawat yang berdinas di
RSJ Daerah Surakarta.
3.5.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang
lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi digunakan
untuk tujuan penelitian ( Riwidikdo,2006). Dalam penelitian ini data
sekunder didapatkan dari Data Rekam Medis dan Data Kepegawaian
RSJD Surakarta
3.5.3.3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian yaitu :
1. Tahap Orientasi
Tahap ini mempersiapkan beberapa materi dan konsep yang
mendukung, mengajukan ijin penelitian, studi pendahuluan dan
penyusunan proposal
2. Tahap Uji Coba Intrumen
Penelitian melakukan uji coba instrumen di UPIP RSJD
Dr. RM Soedjarwadi Klaten
44
3. Tahap pelaksanaan
Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian, Tahap
kedua, peneliti mengambil sampel penelitian, Tahap ketiga peneliti
melakukan pengambilan data dengan mendatangi secara langsung
perawat sebagai calon responden, memberikan penjelasan kepada
calon responden yang memenuhi syarat inklusi tentang tujuan,
manfaat dan prosedur pengambilan data penelitian, meminta
persetujuan calon responden dengan memberikan lembaran inform
consent , responden menandatangani persetujuan menjadi calon
responden, apabila responden tidak setuju, diperkenankan
mengundurkan diri dan tidak ikut dalam penelitian, apabila responden
setuju, dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan yang telah
disediakan. Kuisioner diberikan secara langsung kepada responden
dengan dijelaskan cara pengisian dan diberikan kesempatan untuk
mengisi kuisioner tersebut. Setelah kuisioner terisi peneliti langsung
menarik untuk dilakukan analisi data.
4. Tahap Akhir
Tahap penulisan laporan, setelah semua data dianalisa melalui
komputerisasi kemudian menyusun konsep laporan, membuat laporan
laporan akhir dan persiapan pendadaran penelitian.
45
3.6. Teknik Pengiolahan dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan data
Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah
pengolahan data, beberapa cara pengolahan data yaitu (Arikunto,2006) :
3.6.1.1. Editing, adalah dengan memeriksa kembali data yang telah
dikumpulkan, semua data harus diteliti kelengkapanya. Apabila ada
kekurangan data maka di tanyakan kembali kepada responden
yang bersangkutan.
3.6.1.2. Coding merupakan pemberian skor pada setiap item jawaban. Data
yang terkumpul berupa angka. Untuk memudahkan dalam
pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang
telah disebarkan diberi kode sesuai dengan jawaban yang diberikan
responden.
1) Data persepsi tentang perilaku agresif
a) Persepsi benar bila skor nilai > 57 diberi kode 1
b) Persepsi salah bila skor nilai ≤ 57 diberi kode 2
2) Data sikap perawat
a) Sikap positif bila skor nilai > 58 diberi kode 1
b) Sikap negatif apabila skor nilai ≤ 58 diberi kode 2
46
3.6.1.3. Entery data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan
membuat tabel kontingensi. Jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk ‘kode’ (angka/huruf) dimasukkan ke
dalam program atau ‘software’ komputer. Salah satu program
paket yang paling sering digunakan untuk entry data penelitian
adalah paket program komputer SPSS.
3.6.1.4. Cleaning, merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
di masukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukan data kedalam
komputer
3.6.1.5. Tabulating, adalah penyajian data dalam bentuk tabel sehingga
memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian dan
merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data.
3.6.2. Analisa Univariat
Adalah analisa yang menggambarkan tiap variabel dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dalam analisa Univariat ini data
akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk data
kategorik yaitu persepsi, sikap, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama
kerja. Sedangkan data numerik disajikan dalam varian data yaitu variasi usia
47
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase
tiap-tiap variabel ( Notoatmojo,2010)
( )* x 100%
Keterangan :
X : hasil presentase
F : frekuensi hasil pencapaian
N : total seluruh observasi
3.6.3. Analisa Bivariat
Dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka setelah
data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa
data. Dua variabel berhubungan atau korelatif, dengan skala variabel
persepsi tentang perilaku agresif yaitu skala kategorik nominal dan variabel
kedua yaitu sikap perawat dengan skala kategorik nominal, dan berdistribusi
tidak normal atau non parametrik maka metode statistik yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan uji koefisien kontingensi yaitu uji
analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah
variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara variabel satu
dengan variabel nominal lainya (Dahlan,2014).
48
Adapun rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sunyoto,2011)
:
(� = +Σ�, 0 − , ��, .
Dimana :
(2 = nilai chi kuadrat
, � = frekuensi yang diharapkan
, = frekuensi yang diperoleh
Mencari (2 tabel dengan rumus :
dk = (k-1)(b-1)
Keterangan :
k = banyaknya kolom
b = banyaknya baris
Untuk mengetahui hubungan atara persepsi perawat tentang perilaku agresif
dengan sikap digunakan taraf signifikan yaitu α (0,05) :
a. Apabila p ≤0,05 : Ho ditolak, berarti ada hubungan antara persepsi perawat
tentang perilaku agresif dengan sikap perawat
b. Apabila p > 0,05 : Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara persepsi
perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat
49
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat, maka digunakan coefisien cotingensi ( CC). Formula
untuk koefisien kontingensi menurut Sugiono,2007 adalah :
c= / 01201
c = koefisien kontingensi
N = total banyaknya observasi
(2 = Chi-square hasil perhitungan
Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi
yaitu sebagai berikut :
a. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah
b. 0,20-0,39 = hubungan lemah
c. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat
d. 0,60-0,79 = hubungan kuat
e. 0,20-0,39 = hubungan sangat kuat ( Sugiyono,2007)
3.7. Etika Penelitian
Peneliti memnentukan masalah etika penelitian kepada calon
responden dengan menekankan etika yaitu :
3.7.1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan di sampaikan kepada responden dan
dijelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang akan terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon responden bersedia
50
untuk diteliti, maka responden dipersilahkan untuk mengisi lembar
persetujuan. Tetapi apabila responden menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak boleh memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak
responden.
3.7.2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjamin kerahasiaan responden, maka dalam lembar
persetujuan maupun lembar kuesioner nama dan identitas responden
tidak di cantumkan. Peneliti hanya mencantmkan tingkat pendidikan dan
umur, serta menggunakan kode tertentu untuk setiap responden, yang
berupa nomor urut pada waktu pengambilan data. Jika di tengah
pengisian kuesioner responden ingin mengundurkan diri,
makadipersilahkan dan kuesioner tidak diikutsertakan dalam pengolahan
data.
3.7.3. Confidentiality ( kerahasiaan )
Informasi yang telah diperoleh dari responden disimpan dan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, karena hanya kelompok data tertentu
saja yang disajikan sebagai hasil penelitian
3.7.4 Benefience ( manfaat )
3.7.4.1. Bebas dari penderitaan
Peelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada responden, terutaja jika menggunakan tindakan khusus
51
3.7.4.2. Bebas dari ekspoitasi
Partisipasi responden dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntukngkan. Responden harus diyakinkan
bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan tidak dipergunakan dalam hal yang dapat merugikan
responden.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Univariat
4.1.1. Karakteristik berdasarkan umur responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Presentase
Dewasa Muda (18- 40th )
Dewasa Madya (41- 60th)
26
6
81.25%
18.75%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
Tabel 4.1 menunjukkan responden paling banyak adalah kategori
dewasa muda yaitu sebanyak 26 orang (81.25%)
4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase
D-3
S-1
S-1 Ners
17
9
6
53,1%
28,1%
18,8%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah
lulus D3, yaitu sejumlah 17 orang (53,1%).
4.1.3 Karakteristik respon3en berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Presentase
Laki-Laki
Perempuan
16
16
50%
50%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
53
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden adalah sama yaitu laki-
laki berjumlah 16 responden atau sebesar 50 % dan responden perempuan
sebanyak 16 responden atau sebesar 50 %
4.1.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan masa kerja
Masa Kerja Frekuensi Presentase
Baru (≤5th)
Sedang (6-10th)
Lama (≥11)
11
13
8
34,4%
40,6%
25,1%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan masa kerja responden paling
banyak adalah responden yang telah bekerja selama 5-10 th (kategori
sedang ) sebanyak 13 responden atau sebesar 40,6 %
4.1.5 Karakteristik berdasarkan persepsi perawat tentang perilaku agresif
Data persepsi perawat tentang perilaku agresif diperoleh dengan
kuisioner sebanyak 20 item. Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka
dapat dilihat dalam tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Data Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif
Persepsi Frekuensi Presentase
Benar
Salah
13
19
40,62%
59,38%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
54
Tabel 4.5 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat
tentang perilaku agresif paling banyak adalah persepsi salah sebanyak 19
responden atau sekitar 59,38 %, sedangkan persepsi benar sebanyak 13
responden (59,38%)
Gambar 4.1 Rentang skor skala Persepsi Perawat Tentang Perilaku Agresif
Salah Benar
34,0 57,19 73
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori salah yaitu
rentang skor 34-57,19 sebanyak 19 orang
4.1.6 Karakteristik berdasarkan sikap perawat
Data sikap perawat diperoleh dengan kuisioner sebanyak 20 item.
Berdasarkan tabulasi data yang terlampir maka dapat dilihat dalam tabel
yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Data Sikap perawat
Sikap Frekuensi Presentase
Positif
Negatif
15
17
46,87%
53,13%
32 100% Sumber : Olah Data Primer
Tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai persepsi perawat
tentang perilaku agresif paling banyak dalah sikap negatif yaitu sebanyak
15 responden (46,87 %), sedangkan sikap positif sebanyak 17 responden
(53,13%)
55
Gambar 4.2 Rentang sikap perawat
Negatif Positif
46 58,00 78
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa subjek berada dalam kategori negatif
yaitu rentang skor 46-57,00 sebanyak 17 orang
4.2 Analisis bivariat
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah hasil peneitian
dapat membuktikn hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan melakukan analisis data dengan menggunakan uji analisis
keofisien kontingensi yaitu uji analitik yang berguna untuk menguji hubungan atau
pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuat hubunganya antara
persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat Hasil analisis uji
koefisien kontingensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi persepsi perawat dengan sikap perawat
Sikap Total
Persepsi Positif Negatif
Benar 10 3 13
Salah 5 14 19
Total 15 17 32
Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa distribusi frekuensi data responden terbanyak
mempunyai persepsi yang salah terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap
negatif sebanyak 14 orang atau sekitar 43,75 %, sedangkan responden yang
memiliki persepsi benar terhadap perilaku kekerasan dan memiliki sikap positif
adalah sebanyak 10 responden atau sekitar 31,25%
56
Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan persepsi perawat dengan sikap perawat
Value (r) Approx. Sig. (p)
Coefisient Coningency (cc) 0,446 0,005
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan koefisien
kontingensi diperoleh nilai korelasi sebesar 0,446, dengan nilai r berada
diantara 0,40-0,59 artinya hubungan antar variabel dikatakan cukup kuat. Nilai
p sebesar 0,005. Nilai p < alpha 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan
antara persepsi perawat tetang perilaku agresif dengan sikap perawat pada pasien
skizofrenia di RSJD Surakarta.
57
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Persepsi perawat tentang perilaku agresif
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 perawat yang berdinas di
ruang akut RSJD Surakarta, sebagian besar mempersepsikan perilaku agresif
dengan persepsi salah, yaitu sebesar 59,38 %. Masalah ini perlu mendapat
perhatian bahwa perawat di Ruang Akut RSJD Surakarta sebagian besar belum
dapat mempersepsikan perilaku agresif dengan benar.
Khulsum (2014) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses
pencarian informasi yang menyangkut interprestasi lingkungan sekitar melalui
pengindraan. Dalam mempersepsikan perilaku agresif beberapa responden
mengalami kekeliruan dalam memberikan refleks. Kekeliruan refleks ini terjadi
karena sebagian besar disebabkan oleh faktor keadaan lingkungan.
Senada yang diungkapkan oleh Khulsum (2014) bahwa situasi lingkungan
yang melatar belakanginya dapat membawa perbedaan tentang hasil persepsi
seseorang. Objek yang sama dengan situasi lingkungan yang berbeda akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Dari hasil penelitian Menurut Foster,
Bowers & Nijman (2007) diperoleh hasil dari 254 peristiwa agresi yang dicatat,
perawat adalah orang paling sering menjadi target dalam peristiwa perilaku
agresif yaitu sebanyak (57,1%).
Penelitian ini mendukung penelitian Sumarso (2012), dengan judul
Pengaruh persepsi perawat tentang kekerasan pasien terhadap kecenderungan
perilaku agresif perawat di ruang rawat inap di RSJD Surakarta. Tehnik analisa
58
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Hasil
analisis penelitian Sig. Uji F sebesar 0,000 (<0.05) yang artinya ada korelasi
hubungan yang signifikan antara persepsi perawat dengan kekerasan pasien
terhadap kecenderungan perilaku agresif perawat.
Hasil analisa diatas, dampak terhadap pelayanan keperawatan di ruang
akut RSJD Surakarta dapat terhambat dan tidak berjalan sesuai dengan prosedur
tetap, hal ini dapat berimplikasi kepada asuhan keperawatan secara langsung,
sehingga pelayanan keperawatan tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
5.2 Sikap Perawat
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 perawat yang berdinas di
ruang akut RSJD Surakarta, sebagaian besar bersikap negatif yaitu sebesar
53,12%, Masalah ini perlu mendapat perhatian bahwa perawat di Ruang Akut
RSJD Surakarta sebagian besar perawat yang berdinas di Ruang Akut RSJD
Surakarta bersikap negatif.
Menurut Sunaryo (2005) struktur sikap diantaranya adalah komponen
persepsi, yang representasi tentang apa yang di percayai oleh individu.
Kepercayaan tersebut berhubungan dengan individu mempersepsi terhadap objek
sikap, dengan apa yang di lihat dan di ketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari orang lain.
Dari variabel persepsi didapatkan bahwa komponen persepsi perawat di
ruang akut RSJD Surakarta dalam kondisi persepsi salah dalam menginterprestasi
perilaku agresif pasien. Hal ini terjadi karena faktor yang mempengaruhi sikap
59
terhadap objek lain adalah pengetahuan, pengaruh orang lain dan faktor emosional
(Sunaryo, 2005)
Hal ini medukung penelitian Jumali (2012) dengan judul Hubungan sikap
dan pengetahuan pada pasien prilaku kekerasan di Ruang Akut RSJD Surakarta
Hasil analisis penelitian p value sebesar 0,002 (<0.05) yang artinya ada korelasi
hubungan yang signifikan antara sikap dengan pengetahuan perawat di Ruang
Akut RSJD Surakarta.
Analisis sikap diatas, dapat berdampak terhadap pelayanan keperawatan di
ruang akut RSJD Surakarta sehingga pelayanan keperawatan tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Menurut Sunaryo (2005) sikap yang perlu dimiliki
oleh perawat dalam merawat pasien agar memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan harapan pasien yaitu perawat harus memiliki sikap yang ramah,
menunjukkan rasa kasih sayang dan menaruh perhatian terhadap semua pasien.
5.3 Hubungan persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan sikap perawat
Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa berdasarkan uji koefisien
kontingensi dari 32 responden dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh p value
sebesar 0,005 dan tingkat keeratan 0,446. Nilai p value < α maka H0 ditolak
artinya ada hubungan antara persepsi perawat tentang perilaku agresif dengan
sikap perawat dengan keeratan hubungan 44,6%. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan cukup kuat antara antara persepsi perawat tentang perilaku agresif
dengan sikap perawat. Analisis data menunjukan bahwa faktor persepsi perawat
memberikan sumbangan terhadap sikap perawat dalam merawat pasien dengan
perilaku agresif, Semakin benar persepsi perawat tentang perilaku agresif
60
diharapkan semakin baik juga sikap perawat dapat merawat pasien dengan
perilaku agresif. Sebaliknya semakin salah persepsi maka diduga akan semakin
negatif dalam merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Diana (2007)
yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap adalah
persepsi terhadap sumber agresi, dalam penelitian ini sumber agresi yang
dimaksud adalah pasien dengan skizofrenia. Pasien dapat dikatakan sebagai
sumber agresi karena dalam kesehariannya seorang perawat berhadapan langsung
dengan pasien penyakit jiwa yang mempunyai kondisi emosional yang labil.
Kondisi pasien yang labil membuat perawat harus ekstra sabar karena
karakteristik pasien agresif, antara lain sulit diajak komunikasi, menarik diri, atau
justru agresif. Seorang perawat ketika mempunyai sikap positif terhadap
pasien,maka ia akan cenderung menyenangi dan peduli dengan keadaan pasien.
Sebaliknya, ketika seorang perawat sikap yang negatif terhadap pasien, maka ia
cenderung akan membenci dan menjauhinya (Diana,2007)
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sikap perawat di Ruang Akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah negatif. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Indriasari, (2007) yang meneliti tentang “Hubungan
persepsi kekerasan yang dialami dengan kecenderungan perilaku agresif pada
perawat pasien penyakit jiwa di RSJD Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi kekerasan
yang dialami dengan kecenderungan perilaku agresif pada perawat pasien
penyakit jiwa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku
61
agresif perawat pasien penyakit jiwa di RSJD Surakarta adalah sedang. Sikap
negatif ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) belum
adanya kesadaran akan tanggung jawab perawat terhadap pasien, (2) faktor jenis
kelamin, dan (3) faktor lama bekerja (Sunaryo,2005)
Pertama, karena belum adanya kesadaran akan tanggung jawab perawat
terhadap. Indriasari (2007) mengemukakan bahwa individu yang sadar akan
tanggung jawabnya cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak, termasuk dalam
bersikap. Hal ini dikarenakan adanya perhitungan berat ringannya tanggung jawab
yang harus dipikul apabila ia bersikap negatif. Seorang perawat akan dihadapkan
pada berbagai masalah apabila bersikap negatif terhadap pasien,baik
permasalahan dengan pihak Rumah Sakit maupun dengan pihak keluarga pasien.
Kedua, karena faktor jenis kelamin. Indriasari (2007) laki-laki lebih
bersikap negatif dari pada wanita. Hal ini terjadi akibat kontrol emosional yang
cukup tinggi pada wanita dibandingkan pria. Berdasarkan data subjek penelitian,
data menunjukkan bahwa dari 32 perawat, 16 perawat (50%) adalah laki-laki,
yang bersikap negatif sebanyak 10 responden (62,5%) dan dari 16 perawat
perempuan (50%) yang melakukan sikap negatif sebanyak 7 responden (43,75%).
Selanjutnya, karena faktor lama bekerja. Berdasarkan data subjek
penelitian, terdapat 8 perawat (25,1 %) yang lama bekerjanya lebih dari 10 tahun,
13 perawat (40,6%) yang lama kerjanya 5 sampai 10 tahun, dan 11 perawat
(34,4%) yang lama kerjanya kurang dari 5 tahun. Dari 8 perawat yang bekerja
lebih dari 10 tahun hanya 3 responden (30%) yang memiliki sikap negatif.
Indriasari (2007) mengemukakan bahwa lamanya masa kerja perawat bekerja
62
berhubungan dengan keanekaragaman pengalaman mereka dalam bekerja. yang
mempunyai banyak pengalaman kerja lebih mampu untuk mengontrol emosi dan
mampu menguasai keadaan ketika berinteraksi langsung dengan pasien penyakit
jiwa, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin lama perawat pasien penyakit jiwa
bekerja, maka sikapnya akan semakin positif.
63
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1 Sebagian besar perawat berusia dewasa muda yaitu sebesar 81.25%,
berpendidikan D-3 sebesar 53,1% dan masa kerja sedang sebesar 40,6%.
5.1.2 Sebagian besar perawat memiliki persepsi salah terhadap perilaku agresif
pasien yaitu sebesar 59,38%
5.1.3 Sebagian besar perawat memiliki sikap negatif terhadap pasien yaitu
sebesar 53,13%.
5.1.4 Terdapat hubungan yang cukup kuat antara persepsi perawat tentang
perilaku agresif dengan sikap perawat dengan tingkat keeratan (r) sebesar
0,446 dan ada hubungan antar variabel dengan nilai p sebesar 0.005.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
5.2.1. Bagi Rumah Sakit
1. Diselenggarakan pelatihan mengenai persamaan persepsi tentang perilaku
agresif pasien, sehingga perawat mampu menilai tingkat agresi pasien dan
tindakan yang sesuai dengan prosedur.
64
2. Meningkatkan sikap positif perawat dengan cara berfikir positif,
mempelajari lebih lanjut tentang tanda dan gejala pada pasien dengan
perilaku agresif.
3. Memperbarui Standar Prosedur Operasional, menambahkan alat ukur baku,
untuk mengukur pasien agresi, (RUFA, CTRS atau PANSS) sehingga
kriteria untuk mengukur kondisi pasien akut atau sub akut, sebagai
panduan dasar perawat untuk bekerja di ruang akut.
4. Meningkatkan fasilitas, peralatan yang standar dengan pengamanan
ruangan, untuk menciptakan lingkungan perawatan yang aman dan
nyaman bagi pasien dan perawat
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian dalam ilmu
keperawatan sebagai sarana atau metode pengembangan ilmu psikologi
keperawatan atau ilmu keperawatan jiwa
5.2.3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih
lanjut, dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengarui persepsi
perawat akibat pengaruh usia, masa kerja, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan.
5.2. 4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan perawat dapat bersikap positif dan
mempunyai persepsi yang benar dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto(2006), Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
As'ad & Soetjipto.(2010). Agresi pasien dan strategi coping perawat. Jurnal
Psikologi Indonesia, 111.
Anwar, (2011). Metode Penelitian,8, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar,.(2009). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Badan Penelitian dan Pengembangan,(2007) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Diana, R. (2007). Agresivitas siswa SMA dan SMK Yogyakarta. Jurnal Psikologi
Proyeksi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung
Foster,Bowers,Nijman. (2007). Aggressive behaviour on acute psychiatric wards:
prevalence, severity and management .Journal of Advanced
Nursing,58,140-149.
Hawari,D.(2007). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Jakarta :
FKUI.
Ibrahim, N., Desa, A., & Chiew-Tong, N.K. (2011). Illnes Perception and
Depression in Patients. The Social Science, 6 , 221-226.
Indriasari,F.(2007). Hubungan Persepsi Kekerasan yang Dialami dengan
Kecenderungan Perilaku Agresif pada Perawat Jiwa di RSJD Surakarta.
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan,3, Yogyakarta.
Jumali,(2012). Hubungan Antara Sikap dengan Pengetahuan Pada Pasien
Perilaku Kekerasan di RSJD Surakarta. Surakarta : Universitas Sahid
Surakarta
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. (2007) Synopsis of Psychiatric:Behavioral Science
Clinical. USA. Philadelphia.
Khulsum,U.(2014). Pengantar Psikologi Sosial, Jakarta : Prestasi Pustaka.
Notoadmojo.,S (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nuradi, P.(2005) . Burnout pada Perawat Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Ditinjau
Dari Persepsi Terhadap Gaji. Semarang : Universitas Katolik
Soegijapranata.
Nurjannah,I.(2008), Penanganan klien dengan Masalah Psikiatrik Agresi,
Yogyakarta : Moco Medika.
Riwidikdo,H(2006) Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendekia.
Rudyanto,E. (2010). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan
Spiritual Dengan Prilaku Prososial Pada Perawat, Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
Sugiyono (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Sunaryo.(2005) . Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.
Sunyoto,.D.(2011). Analisis Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Muha Medika.
Stuart,D.W. & Sundenn,S.J.,(2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa( terjemahan).
Jakarta: EGC.