HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA …repository.usd.ac.id/35635/2/129114069_full.pdf ·...

117
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA MAHASISWA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Priskila Dayu Eldiana 129114069 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA …repository.usd.ac.id/35635/2/129114069_full.pdf ·...

  • HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK

    AGAMA DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK

    AGAMA PADA MAHASISWA

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Priskila Dayu Eldiana

    129114069

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “... kelahiranmu adalah untuk belajar

    bertumbuh menuju kesadaran sempurna.

    Untuk itulah kau Kuhadirkan di dunia ini.

    Untuk menyadari dirimu sendiri

    sebagai diri semestaKu.”

    “Aku membekalimu dengan suka

    agar kau menikmati kehidupan ini

    sebagai sesuatu yang berharga untuk

    dijalani sebagai pilihanmu. Sebaliknya, Aku

    juga membekalimu dengan duka dan lara agar

    kau tidak mudah melekat pada kehidupan ini hanya

    karena perasaan suka yang kau alami. Terakhir,

    Aku membekalimu dengan satu kepastian akan

    hadirnya kematian, agar kau mengerti

    bahwa kehidupan duniawimu ini akan

    berujung pada kematian.”

    “Maka jangan takut pada kehancuran semesta

    karena Aku akan menciptakannya kembali.

    Jangan sedih pada kehilangan karena

    Aku akan mempertemukannya kembali.

    Gembiralah pada setiap penciptaan,

    pemeliharaan dan bahkan pada kehancuran.

    Karena tak pernah ada yang hilang,

    tak pernah ada yang hancur.

    Yang ada hanya pembebasan dari

    keterikatan satu sama lain.”

    (Saat Semesta Bicara, Wayan Mustika)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan bagi seluruh

    pihak yang secara langsung maupun tidak langung

    terlibat dalam pembuatan skripsi ini

    dan

    kupersembahkan juga kepada

    orang-orang yang mengorbankan nyawa dan hidupnya

    untuk terciptanya perdamaian di dunia ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 26 Juni 2019

    Penulis,

    Priskila Dayu Eldiana

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA

    DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA

    MAHASISWA

    Priskila Dayu Eldiana

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontak

    antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada

    mahasiswa. Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif

    antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain

    pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian sebanyak 225 orang yang merupakan

    mahasiswa, berusia 18-25 tahun, dan mengidentifikasikan diri dengan kelompok agama

    atau kepercayaan tertentu. Instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan

    skala kontak antarkelompok agama dan skala prasangka terhadap kelompok agama lain

    yang disusun dengan model penskalaan Jenjang, Likert, dan Perbedaan Semantik.

    Teknik analisis yang digunakan merupakan analisis korelasi Product Moment Pearson

    dengan program SPSS 17.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

    negatif yang rendah antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap

    kelompok agama lain pada mahasiswa (r = -0.372, p = 0.000).

    Kata kunci : kontak antarkelompok agama, prasangka, mahasiswa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTERRELIGIOUS

    CONTACT AND INTERRELIGIOUS PREJUDICE IN UNIVERSITY

    STUDENTS

    Priskila Dayu Eldiana

    ABSTRACT

    This study aims to determine whether there is a relationship between intergroup

    religious contacts and prejudice against other religious groups in university students.

    The hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between

    contacts between religious groups and prejudice towards other religious groups in

    university students. Subjects in the study were 225 people who were college students,

    aged 18-25 years, and identified themselves with certain religious groups or beliefs.

    The measurement instruments in this study used a scale of intergroup religious contacts

    and prejudice scales against other religious groups compiled with a Level scaling

    model, Likert scaling model, and Semantic Differential. The analysis technique used is

    the Pearson Product Moment correlation analysis with the SPSS 17.0 program. The

    results of this study indicate that there is a low negative correlation between contacts

    between religious groups and prejudice towards other religious groups in university

    students (r = -0.372, p = 0.000).

    Keywords : interreligious contact, prejudice, university student

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Priskila Dayu Eldiana

    NIM : 129114069

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya, yang berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA

    DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA

    MAHASISWA

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

    kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

    dalam bentuk media lain, mengelolaya di internet atau di media lain untuk kepentingan

    akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Yogyakarta

    Pada tanggal : 26 Juni 2019

    Yang menyatakan,

    Priskila Dayu Eldiana

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Penulis mengucap syukur kepada Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan

    yang selalu melimpahkan kasih-Nya dalam hidup penulis melalui segala hal yang terjadi

    di hidup penulis khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini, baik suka maupun

    yang sering dianggap sebagai duka. Suka dan duka yang melengkapi satu sama lain

    sehingga memampukan penulis untuk berproses menemukan makna dari perjalanan

    hidup yang telah dijalani hingga saat ini.

    Kasih Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan salah satunya terwujud

    dalam kehadiran orang-orang yang terkasih dalam hidup penulis yang mana ucapan

    terima kasih pun tidak cukup untuk membalas kebaikan mereka. Orang-orang terkasih

    tersebut di antaranya keluarga, teman-teman, dosen pembimbing skripsi, teman-teman

    yang bersedia menjadi subjek penelitian, serta teman-teman yang bersedia membantu

    penyelesaian penelitian ini dari hal yang paling sederhana hingga yang cukup menguras

    pikiran dan tenaga.

    Penulis menyadari ada banyak kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini.

    Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang dapat membuat skripsi

    ini menjadi lebih baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................................... vii

    ABSTRACT ................................................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................................... ix

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi

    BAB I ................................................................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 9

    1. Manfaat Teoritis................................................................................................. 10

    2. Manfaat Praktis .................................................................................................. 11

    BAB II ............................................................................................................................. 12

    A. Kontak Antarkelompok ......................................................................................... 12

    1. Pengertian Kontak Antarkelompok................................................................... 12

    2. Aspek Kontak Antarkelompok ........................................................................ 14

    3. Dampak Kontak Antarkelompok ...................................................................... 15

    B. Prasangka ............................................................................................................... 16

    1. Pengertian Prasangka ........................................................................................ 16

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    2. Komponen Prasangka ....................................................................................... 18

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka.................................................. 19

    4. Dampak Prasangka............................................................................................ 24

    C. Kategori Sosial Agama .......................................................................................... 26

    D. Pluralisme .............................................................................................................. 28

    E. Mahasiswa ............................................................................................................. 30

    1. Pengertian Mahasiswa ..................................................................................... 30

    2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa................................................................. 30

    F. Hubungan Antara Kontak Antarkelompok Agama Dengan Prasangka Terhadap

    Kelompok Agama Lain.......................................................................................... 32

    G. Hipotesis ................................................................................................................ 39

    BAB III ........................................................................................................................... 40

    A. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 40

    B. Variabel Penelitian................................................................................................. 40

    1. Variabel Bebas .................................................................................................. 41

    2. Variabel Tergantung ......................................................................................... 41

    C. Definisi Operasional .............................................................................................. 41

    1. Kontak Antarkelompok Agama ........................................................................ 41

    2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain ................................................... 42

    D. Subjek Penelitian ................................................................................................... 42

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 44

    F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................... 50

    1. Validitas Skala .................................................................................................. 50

    2. Reliabilitas Skala .............................................................................................. 50

    G. Metode Analisis Data ............................................................................................ 51

    1. Uji Asumsi ........................................................................................................ 52

    2. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 53

    BAB IV ........................................................................................................................... 55

    A. Persiapan Penelitian ............................................................................................... 55

    B. Proses Penelitian .................................................................................................... 55

    C. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 56

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1. Uji Normalitas .................................................................................................. 56

    2. Uji Linearitas .................................................................................................... 57

    3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................ 58

    4. Hasil Uji Tambahan .......................................................................................... 58

    D. Pembahasan ........................................................................................................... 59

    E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 65

    BAB V ............................................................................................................................. 66

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 66

    B. Saran .............................................................................................................. 66

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 69

    LAMPIRAN .................................................................................................................... 83

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum Seleksi Aitem ................... 45 Tabel 2 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum Seleksi Aitem ........................................ 46

    Tabel 3 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Jenjang ............................................ 47

    Tabel 4 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Likert ............................................... 48

    Tabel 5 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Perbedaan Semantik ........................ 49

    Tabel 6 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem

    ......................................................................................................................................... 51

    Tabel 7 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem .................... 52

    Tabel 8 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ....................................................................... 56

    Tabel 9 Hasil Uji Statistik Non-Parametrik Kolmogorov Smirnov ............................... 57

    Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 57

    Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Kontak Antarkelompok

    dengan Prasangka ........................................................................................................... 58

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Skema 1 Kaitan antar Variabel ....................................................................................... 38

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Skala Penelitian .......................................................................................... 84

    Lampiran 2. Reliabilitas .................................................................................................. 92

    Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan .......................................................................... 101

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    “Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan

    kena parwanosen, mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, bhineka

    tunggal ika tan hana dharmma mangrwa”.

    Kutipan tersebut merupakan kutipan yang berasal dari kitab Sutasoma

    karangan Mpu Tantular yang menjelaskan perbedaan antara Buddha dan Siwa.

    Kutipan itu memiliki arti walaupun keduanya berbeda, namun pada hakikatnya

    tetap sama, karena keduanya adalah kebenaran (Tunggal, 2017). Kitab Sutasoma

    menggambarkan situasi sosial yang terjadi pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu

    toleransi antara umat Hindu dan Buddha (Pertiwi, 2011). Bhinneka Tunggal Ika

    kemudian digunakan sebagai semboyan bangsa Indonesia, yang memiliki arti

    bahwa perbedaan merupakan hal yang bisa dipersatukan. Semboyan Bhinekka

    Tunggal Ika menggambarkan Indonesia sebagai negara multikultur. Seperti yang

    dikemukakan oleh Kusumohamidjojo (2000) bahwa Indonesia tersusun dari

    banyak kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang beraneka ragam

    (dalam Lestari, 2016).

    Perbedaan ini dapat menjadi sebuah kekayaan, di mana individu bisa saling

    belajar satu sama lain. Konsep mengenai perbedaan yang mendukung

    antarkelompok untuk memahami satu sama lain yaitu pluralisme. Pluralisme lebih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    cenderung mengajarkan untuk menerima perbedaan anggota kelompok lain dan

    menekankan pada keunikan dari kelompok tersebut (Kewuel, 2017). Pluralisme

    menerima semua budaya dan agama dan mendorong semua budaya berpartisipasi

    dalam masyarakat dengan caranya masing-masing (“From diversity to pluralism”,

    tanpa tahun).

    Di sisi lain, keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia bisa menjadi sebuah

    ancaman dengan adanya konflik. Menurut Tsai-Wei (2010) konflik secara

    horizontal atau vertikal merupakan sesuatu yang permanen terjadi di semua

    masyarakat majemuk. Konflik-konflik horizontal yang sering terjadi di

    masyarakat Indonesia merupakan konflik yang berkaitan dengan isu suku, agama,

    ras, dan antargolongan (SARA). Survei yang dilakukan oleh Pew Research (2014)

    menunjukkan bahwa kebencian agama dan etnis merupakan ancaman terbesar

    yang dirasakan masyarakat Indonesia dibandingkan dengan ancaman-ancaman

    lain, yakni sebesar 26 % dari 1000 orang yang disurvei.

    Penelitian yang dilakukan oleh Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika

    mengemukakan bahwa kasus kekerasan di Indonesia yang terjadi sejak masa

    reformasi hingga akhir tahun kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono paling

    banyak bersumber dari masalah agama (Fakhrana, 2014). Dari 2.393 kasus

    kekerasan yang terjadi sebanyak 65 persen atau 1.554 kasus merupakan kasus

    yang dilatarbelakangi isu agama. Kemudian, isu yang dilatarbelakangi perbedaan

    etnis sebagai alasan terjadinya tindak kekerasan terbanyak kedua setelah isu

    agama, yakni sebanyak 478 kasus atau 20 persen, dan sisanya merupakan

    kekerasan terhadap perempuan. Hal serupa juga dikemukakan oleh SETARA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Institute (Gabrillin, 2016) yang mencatat 197 peristiwa pelanggaran kebebasan

    beragama atau berkeyakinan dengan 263 bentuk tindakan selama tahun 2015.

    SETARA Institute mencatat adanya peningkatan jumlah yang cukup berarti dari

    tahun 2014. Pada tahun 2014, SETARA Institute mencatat 134 peristiwa dengan

    177 tindakan. Wilayah dengan peristiwa tertinggi diduduki oleh Jawa Barat

    dengan 44 peristiwa, Aceh 34 peristiwa, Jawa Timur 22 peristiwa, DKI Jakarta 22

    peristiwa, dan Yogyakarta 10 peristiwa.

    Isu agama menjadi isu yang tertinggi yang mudah menyulut tindakan

    kekerasan di Indonesia bukanlah hal yang mengherankan karena agama memiliki

    peran penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pew Research (2015)

    menyebutkan bahwa 95% dari 1000 orang Indonesia yang menjadi subyek survei

    menganggap agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Sejak pertama kali

    masuk ke Indonesia, agama besar dunia berakomodasi dan berakulturasi dengan

    budaya bangsa Indonesia (Bauto, 2014) sehingga norma-norma dan nilai-nilai

    agama berkaitan erat dengan budaya masyarakat Indonesia. Kehidupan dalam

    masyarakat mulai dipengaruhi dan diatur oleh agama dan saat ini agama menjadi

    salah satu identitas sosial masyarakat (Xie, 2013).

    Geertz (1965) menyatakan bahwa sifat dasar agama sebagai sebuah sistem

    simbol akan membentuk pandangan hidup penganutnya (dalam Mujani, 2007).

    Pemaknaan seseorang terhadap agamanya disebut sebagai orientasi keagamaan.

    Allport & Ross (1967) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis orientasi agama

    yang dimiliki oleh seseorang, yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Seseorang dengan

    orientasi ekstrinsik menggunakan agama sebagai penunjang kebutuhan akan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    status, rasa aman atau harga diri. Barret et al., (2004) orientasi intrinsik

    merupakan seseorang yang mampu menciptakan keselarasan antara keyakinan

    agama dengan konteks lingkungannya (dalam Wibisono, 2012). Orientasi

    keagamaan dapat mendorong seseorang memiliki kecenderungan untuk bersikap

    inklusif dan menghormati keyakinan lain atau bersikap eksklusif dan radikal.

    Kedua sikap tersebut dapat mempengaruhi seseorang berperilaku dalam

    kehidupan sehari-hari termasuk dalam interaksi dengan orang lain, baik dari

    agama yang sama maupun berbeda (Aryani, 2012). Dengan demikian,

    keberagaman agama di masyarakat Indonesia dapat membuat jurang pemisah

    antar pemeluk agama akibat perbedaan cara pandang dan nilai-nilai semakin lebar.

    Di tahun 2000 masyarakat Indonesia digemparkan dengan pemberitaan

    seseorang yang bernama Lia Eden, yang mengaku sebagai utusan nabi dan

    berakhir dengan dipenjara pada tahun 2006 dan 2009 karena dianggap menistakan

    agama (“Begini perjalanan metamorfosa Lia Eden”, 2015). Masih di tahun 2000,

    terdapat serangkaian serangan bom yang menargetkan gereja pada malam natal

    (“Sejumlah bom meledak serentak di malam natal”, 2000). Penyerangan terhadap

    tempat ibadah masih berlanjut, pada tahun 2015 terjadi pembakaran masjid di

    Tolikara dan pembakaran vihara di Tanjung balai di tahun 2016 (“Amuk massa di

    Tanjung Balai, vihara dan kelenteng dibakar”, 2016; Halidin, 2015). Pada tahun

    2017 mantan gubernur DKI, yang sedang mengikuti bursa calon gubernur DKI,

    dinyatakan bersalah atas tuduhan penistaan agama, di mana sebelum keputusan

    hakim sah, ada gerakan massa yang cukup masif yang menuntut agar Basuki

    Tjahaja Purnama divonis bersalah (Ayuningtyas, 2018). Pada tahun 2018 akibat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    banyaknya kasus terorisme yang menyeret kelompok wanita yang menggunakan

    cadar, terjadi diskriminasi terhadap wanita yang menggunakan cadar di

    masyarakat ("Kisah perempuan bercadar: Diteriaki maling, dilempar botol, hingga

    ditawari pekerjaan", 2018). Kemudian pada tahun 2018 masyarakat kota Manado

    menolak kehadiran ulama di kotanya (Gunadha, 2018). Semua hal ini bersumber

    dari persepsi ancaman yang mengancam agama dan kepercayaan yang dilakukan

    individu atau kelompok penganut agama dan kepercayaan lain, sehingga sosok

    yang dinilai mengancam perlu diberi hukuman dengan cara dipenjara atau dijauhi.

    Salah satu sikap negatif yang dapat ditimbulkan oleh persepsi ancaman yaitu

    prasangka. Prasangka merupakan sebuah sikap tidak suka terhadap kelompok lain

    yang muncul karena kesimpulan yang salah atau tidak fleksibel (Hafiz et al.,

    2018). Prasangka merupakan hal normal yang akan dilakukan oleh siapapun.

    Prasangka dapat ditujukan langsung terhadap sebuah kelompok sebagai

    keseluruhan atau ditujukan terhadap seseorang karena keanggotaan kelompok

    (Brown, 2005).

    Prasangka memiliki pengaruh terhadap relasi antarkelompok. Prasangka dapat

    menyebabkan munculnya sikap maupun perilaku permusuhan antarkelompok.

    Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh prasangka adalah diskriminasi terhadap

    kelompok lain. Prasangka merupakan komponen penting dalam konflik, yang

    menjadi masalah dunia yang serius (Pettigrew, 2008). Intervensi untuk

    mengurangi prasangka merupakan hal penting untuk dilakukan. Intervensi

    tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tindakan-tindakan kolektif dan

    keadilan sosial (Molina, Tropp, & Goode, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Allport (dalam Gaertner & Dovidio, 2005) menduga kontak antarkelompok

    dapat mempengaruhi sikap antarkelompok ke arah yang lebih positif. Kontak

    antarkelompok dapat mempengaruhi sikap terhadap out-group (anggota kelompok

    lain) dengan mengurangi persepsi ancaman yang dirasakan masing-masing

    anggota kelompok. Kontak antarkelompok dapat mengurangi tingkat persepsi

    ancaman simbolik maupun realistik yang dirasakan anggota kelompok (Tausch,

    Hewstone, Kenworthy, Cairns, & Christ, 2007). Kontak antarkelompok dapat

    mengurangi persepsi ancaman kelompok dengan memperlemah perhatian tentang

    akses terhadap sumber-sumber yang berharga dan perbedaan pada norma dan

    nilai, sehingga mengurangi sikap-sikap negatif terhadap anggota kelompok lain

    (McLaren 2003; Schlueter & Scheepers 2010; Stephan et al., 2002).

    Kontak dalam bentuk pertemanan antarkelompok (Levin, van Laar, &

    Sidanius, 2003; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004; Pettigrew, 1997) atau

    kontak terstruktur di bawah kondisi optimal yang dikemukakan oleh Allport

    (Pettigrew & Tropp, 2006) secara khusus lebih banyak mengurangi prasangka

    antarkelompok. Kondisi optimal yang harus dipenuhi menurut Allport (dalam

    Pettigrew & Tropp, 2008) adalah persamaan status antarkelompok, kerjasama

    antarkelompok, adanya tujuan bersama yang ingin dicapai, dan dukungan dari

    pihak otoritas. Akan tetapi, Pettigrew & Tropp (2008) menjelaskan bahwa kondisi

    optimal tersebut bukan sesuatu yang esensial untuk mengurangi prasangka.

    Pettigrew dan Tropp (2008) menyebutkan pertemanan antarkelompok merupakan

    situasi yang paling memungkinkan terjadinya kondisi optimal yang dikemukakan

    oleh Allport. Pertemanan dapat menyediakan kontak yang lebih luas dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    berbagai konteks sosial dengan akses terhadap jaringan pertemanan

    antarkelompok dan kesempatan-kesempatan untuk membuka diri. Pengurangan

    prasangka berkaitan dengan pertemanan antarkelompok dapat digeneralisasikan

    terhadap anggota kelompok lain yang tidak termasuk dalam situasi kontak

    (Pettigrew, 1997; Van Laar et al., 2005).

    Dalam lingkungan kampus, khususnya universitas yang memegang nilai

    multikulturalisme, mahasiswa sudah tidak asing dengan mahasiswa lain yang

    memiliki latar yang berbeda dari dirinya, termasuk latar belakang agama. Untuk

    itu, kontak yang berupa pertemanan antarkelompok dengan mahasiswa lain yang

    memiliki latar belakang berbeda dari dirinya merupakan hal yang tidak dapat

    dihindari. Kontak antarkelompok yang terjadi di mahasiswa, berkaitan dengan

    interaksi informal mahasiswa, yang merupakan salah satu jenis pengalaman

    keberagaman di lingkungan perguruan tinggi (Gurin et al, 2004). Chickering dan

    Reisser (1993) serta Erikson (1946, 1956) menyebutkan bahwa masa-masa di

    perguruan tinggi merupakan masa penting bagi perkembangan identitas seorang

    mahasiswa (dalam Laird, 2005). Tanpa pengalaman dengan keberagaman,

    mahasiswa memiliki resiko untuk membuat komitmen dengan pikiran-pikiran,

    kelompok-kelompok, atau karir tanpa mengeksplorasi berbagai pilihan-pilihan

    lainnya. Pengalaman dengan keberagaman di masa perkuliahan menantang

    mahasiswa untuk membentuk identitas mereka dari serangkaian pilihan-pilihan

    yang beragam dan mendorong mereka untuk membuat komitmen-komitmen yang

    lebih disadari terhadap identitas mereka dalam hal peran mereka dalam

    masyarakat (Laird, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Dari pengalaman keberagaman yang dialami oleh mahasiswa di lingkungan

    kampus, mahasiswa memiliki peran penting untuk menjaga pluralisme

    antarkelompok agama di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pandangan

    bahwa tugas mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control.

    Agent of change memiliki pengertian mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki

    potensi kepekaan dan kritis yang tinggi terhadap kehidupan sosial, sehingga dapat

    membuat sebuah perubahan menuju ke arah yang lebih baik di masyarakat. Tidak

    terkecuali mengenai isu-isu yang terkait dengan relasi antarkelompok agama.

    Relasi antarkelompok merupakan hal penting di masyarakat Indonesia, yang

    merupakan masyarakat majemuk, khususnya relasi antarkelompok agama. Agama

    yang masih menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia, terkadang

    memunculkan persepsi ancaman antarpemeluk agama. Tingginya persepsi

    ancaman yang dirasakan oleh masing-masing anggota pemeluk agama dapat

    menimbulkan sikap negatif terhadap out-group yang berupa prasangka. Prasangka

    memiliki peran penting dalam menentukan relasi yang terjalin diantara kelompok

    agama. Prasangka memiliki kemungkinan menimbulkan permusuhan dan konflik

    antarkelompok agama. Penelitan Allport (1954) memaparkan salah satu intervensi

    yang bisa dilakukan untuk mengurangi sikap negatif terhadap out-group yang

    berupa prasangka adalah kontak antarkelompok (dalam Pettigrew, 1998).

    Kontak antarkelompok berkaitan dengan informasi baru mengenai kelompok

    agama lain. Informasi baru dapat membentuk sebuah pengetahuan mengenai

    kelompok lain dan menyebabkan keakraban (familiarity) di antara anggota

    kelompok berbeda. Pengetahuan dan keakraban (familiarity) dapat mengubah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    pandangan negatif seseorang mengenai kelompok agama lain yang sebelumnya

    sudah diyakini seseorang, misalnya persepsi ancaman yang dirasakan seseorang

    mengenai anggota kelompok agama lain. Berubahnya pandangan negatif yang

    dimiliki oleh seseorang mengenai anggota kelompok lain berkaitan dengan

    prasangka. Oleh karena itu, kontak antarkelompok agama memiliki keterkaitan

    dengan prasangka antarkelompok agama.

    Selama ini penelitian mengenai kontak antarkelompok dan prasangka

    cenderung berfokus pada kelompok ras dan etnik (Hewstone, Cairns, Voci,

    Hamberger, & Niens, 2006; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004). Di

    Indonesia penyebab konflik tertinggi adalah perbedaan agama, sehingga penelitian

    yang dibutuhkan untuk ikut berkontribusi mengatasi konflik berkaitan dengan

    hubungan antarkelompok agama. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti

    memiliki ketertarikan untuk meneliti hubungan kontak antarkelompok agama

    dengan prasangka pada mahasiswa.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah secara empiris kontak

    antarkelompok agama memiliki hubungan negatif dengan prasangka terhadap

    kelompok agama lain pada mahasiswa?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan negatif kontak

    antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada

    mahasiswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memberi

    sumbangan pada pengembangan ilmu psikologi sosial, khususnya dalam

    bidang hubungan antarkelompok.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Mahasiswa

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

    mahasiswa terkait kontak antarkelompok agama sebagai salah satu cara

    yang dapat digunakan untuk mengurangi prasangka terhadap kelompok

    agama lain, sehingga mahasiswa mau mencoba dan mempertahankan

    kontak dengan teman yang berasal dari agama berbeda yang bertujuan

    untuk menjadi pelopor toleransi antar umat beragama di lingkungan

    kampus maupun di masyarakat.

    b. Bagi Perancang Kurikulum Perguruan Tinggi / Pihak Universitas

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

    perancang kurikulum perguruan tinggi dan pihak universitas terkait dengan

    kontak antarkelompok sebagai sarana untuk mengurangi prasangka

    terhadap kelompok agama lain, sehingga perancang kurikulum perguruan

    tinggi dan pihak kampus dapat menyediakan kesempatan mahasiswa untuk

    bertemu dan melakukan kontak dengan teman yang berasal dari agama

    berbeda dalam kegiatan di universitas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    c. Bagi Pembuat Kebijakan Publik

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

    pembuat kebijakan publik terkait dengan kontak antarkelompok, sehingga

    dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan toleransi

    antarkelompok umat beragama di Indonesia dengan mempertimbangkan

    kontak antarkelompok agama.

    d. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi

    LSM yang bergerak di bidang kerukunan umat beragama, sehingga

    semakin banyak LSM yang memiliki program yang berfokus menjadikan

    mahasiswa sebagai pelopor toleransi antarkelompok beragama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    BAB II

    Landasan Teori

    A. Kontak Antarkelompok Agama

    1. Pengertian Kontak Antarkelompok Agama

    Kontak antarkelompok merupakan salah satu intervensi sosial yang

    digunakan untuk mengurangi prasangka antarkelompok dan meningkatkan

    hubungan antarkelompok (Dovidio & Kawakami, 2003; Nell, 2017). Kontak

    antarkelompok merupakan interaksi langsung dan tatap muka (face-to-face)

    yang dilakukan anggota-anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda

    (Pettigrew & Tropp, 2013). Kontak antarkelompok memiliki definisi yang

    sama dengan interaksi antarkelompok, yaitu interaksi sosial diantara anggota-

    anggota dari kelompok yang berbeda. Akan tetapi, interaksi antarkelompok

    biasanya ditemukan untuk memperburuk bias antarkelompok, mempertinggi

    stress, kecemasan, dan group avoidance. Sementara itu, kontak

    antarkelompok dapat mengurangi bias antarkelompok, diprediksi dapat

    menurunkan intergroup anxiety dan mengurangi prasangka (MacInnis &

    Page-Gould, 2015).

    Interaksi antarkelompok merupakan bagian dari kontak antarkelompok.

    Orang yang memiliki kontak antarkelompok berapapun tingkatnya (dari mulai

    tidak pernah melakukan kontak sama sekali hingga yang melakukan kontak

    setiap hari) dapat terlibat dalam sebuah interaksi antarkelompok, tetapi tidak

    semua orang yang melakukan interaksi antarkelompok dapat dikatakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    memiliki kontak antarkelompok. Blascovich et al. (2001) dan Page-Gould et al.

    (2008) menyebutkan setelah melewati jumlah kritis tertentu dari interaksi

    antarkelompok yang baik yang disebut ambang kontak, maka interaksi antar

    kelompok berikutnya cenderung positif dan Paolini (2006) menyebutkan lebih

    banyak interaksi antarkelompok yang positif meningkatkan sikap

    antarkelompok (dalam MacInnis & Page-Gould, 2015). Dengan kata lain,

    terdapat “harga” yang harus dibayar dalam jangka pendek terhadap interaksi

    antarkelompok (misalnya meningkatnya kecemasan) tetapi terdapat

    keuntungan antarkelompok dalam jangka panjang (misalnya menurunnya

    prasangka) (MacInnis & Page-Gould, 2015).

    Teori yang terkenal yang berkaitan dengan kontak antarkelompok

    adalah hipotesis kontak dikemukakan oleh Gordon Allport. Asumsi yang

    mendasari hipotesis kontak yaitu jika anggota-anggota dari kelompok yang

    berbeda dan sering tersegregasikan berkumpul bersama, maka hubungan

    positif antarkelompok akan meningkat (Pettigrew & Tropp, 2008). Palluck

    (2006) menyebutkan bahwa pemikiran asli dari hipotesis kontak adalah untuk

    menyediakan kondisi optimal sehingga individu-individu dapat belajar

    mengenai satu sama lain dan menargetkan pengetahuan yang faktual dari

    kelompok lain sebagai salah satu cara untuk mengurangi bias. Chavous

    (2005) juga menyatakan bahwa hipotesis kontak merupakan kontak yang

    dilakukan kelompok-kelompok yang berbeda dapat memiliki efek positif

    pada perilaku-perilaku terhadap satu sama lain (Zagefka, 2015), khususnya

    jika memenuhi kondisi yang disyaratkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Allport (1954) menyebutkan kondisi-kondisi optimal yang disyaratkan

    yaitu pergaulan yang bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok

    yang berbeda, kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan

    mempertahankan tujuan-tujuan bersama, persamaan tingkat status sosial di

    masyarakat, dukungan institusi terhadap interaksi positif antarkelompok

    (dalam Chavous, 2005), dan Pettigrew (1998) menambahkan satu kondisi

    yaitu kesempatan untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara

    afektif, misalnya pertemanan antarkelompok.

    Jadi kontak antarkelompok agama merupakan interaksi-interaksi yang

    dilakukan oleh anggota-anggota antarkelompok agama berbeda. Kontak

    antarkelompok agama bertujuan untuk mengurangi bias antarkelompok

    agama sehingga dapat meningkatkan hubungan antarkelompok agama yang

    membutuhkan beberapa kondisi mendukung, seperti pergaulan yang

    bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda,

    kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan mempertahankan

    tujuan-tujuan bersama, persamaan status sosial di masyarakat, dukungan

    institusi terhadap interaksi positif antarkelompok, dan adanya kesempatan

    untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara afektif.

    2. Aspek Kontak Antarkelompok

    MacInnis dan Page-Gould (2015) menggunakan istilah kontak

    antarkelompok untuk mendeskripsikan perbedaan seorang individu dengan

    individu lainnya dalam sebuah kualitas dan kuantitas dari interaksi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    antarkelompok. Hal senada diungkapkan oleh Pettigrew dan Tropp (2013)

    serta Johnston dan Glasford (2017) yang menyatakan bahwa kontak

    antarkelompok dapat dilihat melalui kuantitas dan kualitas kontak. Kuantitas

    berkaitan dengan jumlah orang yang terlibat dalam kontak dan jumlah

    frekuensi pertemuan langsung antarkelompok yang dilakukan seseorang

    (Islam & Hewstone, 1993; Tausch, Tam, Hewstone, Kenworthy, Cairns,

    2007). Frekuensi merupakan seberapa banyak kontak yang dilakukan dengan

    out-group (Johnston & Glasford, 2017). Sementara itu, kualitas kontak

    mencerminkan sejauh mana pertemuan langsung antarkelompok baik yang

    dialami secara positif atau negatif (Islam & Hewstone, 1993). Kualitas kontak

    juga meliputi suasana sosial yang melingkupi kontak. Kualitas kontak

    merupakan valensi keseluruhan semua pengalaman. Hewstone dan Islam

    (1993) menyebutkan terdapat empat hal untuk mendeskripsikan kualitas

    kontak, yaitu perasaan memiliki kesamaan status dengan kelompok lain

    dalam melakukan kontak, kesukarelaan dalam melakukan kontak,

    kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan atau tidak,

    dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi.

    3. Dampak Kontak Antarkelompok

    Pettigrew (1998) menjelaskan bahwa kontak antarkelompok dapat

    mempengaruhi sikap terhadap out-group. Melalui kontak, seseorang dapat

    mempelajari informasi baru tentang out-group dan informasi baru ini dapat

    merubah informasi negatif yang sebelumnya ada tentang out-group.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Perubahan ini, selanjutnya, diikuti oleh perubahan sikap terhadap out-group.

    Kedua, seringnya terjadi kontak dengan anggota out-group, secara ideal

    dengan adanya kondisi yang difasilitasi, dapat memodifikasi perilaku melalui

    meningkatnya keakraban (familiarity) dengan anggota dari out-group.

    Modifikasi perilaku ini akan menghasilkan perubahan sikap positif. Ketiga,

    kontak, khususnya kontak positif, mengurangi afek negatif dan menyediakan

    banyak kesempatan untuk mengembangkan ikatan afektif seperti pertemanan.

    Dalam jangka panjang, ikatan afektif menghasilkan emosi-emosi positif di

    mana perubahan sikap dan perilaku terhadap out-group. Akhirnya, melalui

    kontak seseorang belajar tentang adanya sudut pandang alternatif dan cara

    pandang dari out-group di mana mungkin bisa berbeda dari seseorang yang

    dihargai oleh in-group. Ini mendorong untuk menilai kembali cara hidup in-

    group dan perspektif bersama, ini merupakan sebuah proses di mana

    Pettigrew (1998) menyebutnya sebagai deprovincialization.

    B. Prasangka

    1. Pengertian Prasangka

    Penelitian mengenai hubungan antarkelompok di dalam psikologi sosial

    meliputi streotipe, prasangka, dan diskriminasi. Prasangka telah menjadi

    pusat dalam penelitian yang berkaitan dengan hubungan antarkelompok

    (Jones, 1997). Menurut Brown (2005) prasangka didefinisikan sebagai sikap,

    emosi, atau perilaku apapun yang ditujukan kepada anggota kelompok, yang

    secara langsung atau tidak langsung mengimplikasikan beberapa hal negatif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    atau antipati terhadap kelompok itu. Akan tetapi, para peneliti cenderung

    mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif (Myers, 2012).

    Duckitt (2003) mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif

    antarkelompok yang melibatkan kategorisasi sosial, struktur dan dimensi dari

    sikap negatif antarkelompok. Sedangkan menurut Allport, prasangka terdiri

    dari pemikiran-pemikiran negatif tentang anggota kelompok lain tanpa bukti

    yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka juga diartikan sebagai sikap

    bermusuhan atau sikap negatif terhadap kelompok yang dapat dibedakan

    berdasarkan generalisasi yang berasal dari kesalahan atau ketidaklengkapan

    informasi (Aronson, 2012).

    Prasangka merupakan bias yang merendahkan orang karena

    keanggotaan dari sebuah kelompok sosial yang dirasakan (Abrams, 2010).

    Prasangka muncul ketika bias memiliki potensi bahaya dan memiliki dampak

    karena prasangka mengurangi kedudukan atau nilai yang melekat pada

    seseorang melalui keanggotaan kelompok mereka. Seseorang yang

    berprasangka mungkin tidak menyukai orang yang berbeda dari dirinya dan

    bersikap diskriminatif, percaya mereka bebal dan berbahaya (Myers &

    Twenge, 2016). Penilaian negatif yang menandai prasangka biasanya

    didukung oleh kepercayaan negatif, yang disebut stereotip.

    Jadi prasangka merupakan sebuah sikap yang biasanya bersifat negatif

    ditujukan bagi anggota kelompok lain didasari atas keanggotaan pada sebuah

    kelompok tertentu berasal dari generalisasi yang berasal dari kesalahan dan

    ketidaklengkapan informasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    2. Komponen Prasangka

    Menurut Allport (1954) prasangka merupakan sebuah sikap keengganan

    (aversion) dan permusuhan terhadap anggota sebuah kelompok karena

    keanggotaannya dan oleh karena itu diduga memiliki kualitas yang pantas

    dianggap berasal dari kelompok (dalam Zanden, 1989). Seperti sikap pada

    umumnya, prasangka terdiri dari beberapa komponen (Kleg, 1993; Hafiz et

    al., 2018), yaitu:

    a. Komponen kognitif, yaitu gambaran mental yang kita miliki mengenai

    orang lain. Komponen ini merupakan cara kita merasakan sebuah objek,

    kejadian, atau situasi pemikiran (pikiran, keyakinan, dan gagasan)

    mengenai sesuatu. Bentuk paling sederhana dari elemen kognitif adalah

    kategori yang kita gunakan dalam berpikir. Ketika manusia merupakan

    sebuah objek dari sikap, komponen kognitif biasnya sebuah stereotip,

    yaitu gambaran mental yang kita miliki dari orang-orang tertentu.

    Lippman (1922) menjelaskan tujuan dari memberikan stereotip adalah

    untuk mengkonstruksi dunia yang beragam menjadi sebuah model yang

    sederhana sebelum kita dapat mengaturnya (dalam Zanden, 1989).

    Walaupun stereotip tepat, tetapi tidak selalu akurat. Stereotip merupakan

    hal yang tidak ilmiah, sebab itu generalisasi yang kita buat tentang orang

    lain, sebagai individu atau kelompok, tidak dapat dipercaya.

    b. Komponen afektif, yaitu perasaan atau emosi yang ditimbulkan oleh

    orang lain. terdiri dari perasaan atau emosi bahwa objek, peristiwa, atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    situasi yang sebenarnya atau representasi simbolisnya muncul dalam diri

    seseorang. Takut, simpatik, kasihan, benci, marah, iri, cinta, dan jijik

    merupakan emosi yang dibangkitkan oleh individu atau kelompok

    tertentu. Walaupun level emosional berbeda dari kognitif, keduanya

    mungkin muncul bersamaan (Zanden, 1989).

    c. Komponen perilaku, yaitu kecenderungan atau predisposisi untuk

    bertindak dengan cara tertentu terhadap orang tertentu (Kramer, 1949;

    Mann, 1959). Komponen perilaku dari prasangka merupakan

    kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu

    dengan mengacu pada beberapa objek, kejadian, atau situasi. Penekanan

    dari komponen perilaku jatuh pada kecederungan untuk bertindak, bukan

    pada tindakan itu sendiri. Beberapa orang mungkin lebih suka untuk

    memberi batasan untuk kelompoknya, dan hal tersebut dapat mengarah

    ke perilaku diskriminasi. Hanya karena orang ingin bertindak dengan

    cara-cara tertentu tidak selalu berarti bahwa mereka sebenarnya bertindak

    dengan cara-cara ini, mereka mungkin gagal menerjemahkan

    kecenderungan mereka ke dalam tindakan nyata (Zanden, 1989).

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka

    Myers & Twenge (2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi munculnya prasangka. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    munculnya prasangka, yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    a. Faktor sosial atau faktor yang berkaitan dengan hubungan dan interaksi

    dengan orang lain. Prasangka dapat bersumber dari status yang tidak

    setara dan dari sumber sosial yang lain, termasuk nilai-nilai dan sikap-

    sikap yang kita dapatkan. Castelli et al., (2007) menjelaskan bahwa

    pengaruh dari sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga yang muncul

    pada prasangka yang dimiliki anak-anak, biasanya mencerminkan

    persepsi dari orangtua mereka (dalam Myers & Twenge, 2016).

    Keluarga dan budaya kita membawa semua jenis informasi mulai dari

    pemilihan pasangan hingga kepada siapa kita dapat percaya dan kita

    sukai. Prasangka juga berkaitan dengan kepribadian otoriter. Orang

    yang memiliki kepribadian otoriter cenderung lebih mudah memiliki

    prasangka terhadap kelompok lain, terutama kelompok yang statusnya

    dianggap lebih rendah. Apabila prasangka diterima secara sosial,

    banyak orang akan mempertahankan prasangka itu agar diterima oleh

    masyarakat, sehingga konformitas juga menjadi salah satu faktor

    pembentuk prasangka. Orang yang otoriter cenderung tunduk terhadap

    mereka yang memiliki kuasa atas mereka dan agresif atau bersikap

    menghukum terhadap orang-orang yang dianggap memiliki status yang

    lebih rendah dari mereka (Altemeyer, 1988; Altemeyer & Hunsberger,

    1992).

    b. Faktor motivasional atau faktor yang berkaitan dengan dorongan untuk

    mempertahankan keberadaan diri. Kompetisi merupakan sumber

    penting dari frustasi yang dapat memicu prasangka. Ketika dua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    kelompok berkompetisi untuk memperebutkan pekerjaan, lahan

    perumahan, atau prestise sosial, tercapainya tujuan salah satu kelompok

    dapat mengakibatkan frustasi bagi kelompok lainnya. Realistic group

    conflict theory menjelaskan bahwa prasangka meningkat ketika

    kelompok saling berkompetisi untuk memperebutkan sumber langka

    atau terbatas (Maddux et al., 2008; Pereira et al., 2010; Sassenberg et

    al., 2007). Selanjutnya, kita menyesuaikan diri terhadap norma

    kelompok yang diakibatkan oleh identifikasi sosial. Crocker dan

    Luhtanen (1990) dan Hinkle et al., (1992) menjelaskan semakin penting

    identitas sosial bagi seseorang dan semakin merasa terikat dengan

    sebuah kelompok, maka seseorang semakin bereaksi dalam bentuk

    prasangka terhadap ancaman dari kelompok lain (dalam Myers &

    Twenge, 2016). Teori manajemen teror menjelaskan bahwa seseorang

    melindungi diri mereka dari ancaman kematian dengan merendahkan

    pihak lain yang mengancam cara pandang mereka yang menyebabkan

    kecemasan. Prasangka membantu memperkuat sistem kepercayaan

    yang terancam, ketika seseorang sudah merasa rentan tentang kematian

    mereka. Pemikiran tentang kematian dapat meningkatkan perasaan

    kebersamaan, seperti identifikasi in-group, kebersamaan, dan altruisme

    (McGregor et al., 2001; Sani et al., 2009).

    c. Faktor kognitif atau faktor yang berkaitan dengan cara berpikir.

    Prasangka juga merupakan hasil dari proses berpikir yang normal.

    Stereotip cenderung lebih dibentuk oleh pikiran daripada perasan benci.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Seperti ilusi persepsi, yang merupakan hasil sampingan dari

    kemampuan kita untuk menafsirkan dunia, stereotip dapat menjadi hasil

    sampingan dari bagaimana kita menyederhanakan dunia kita yang

    kompleks. Salah satu cara kita untuk menyederhanakan lingkungan kita

    adalah dengan mengategorikan, yaitu untuk mengorganisasikan dunia

    dengan membuat kluster objek ke dalam sebuah kelompok (Macrae &

    Bodenhausen, 2000, 2001). Kategorisasi bukanlah prasangka, tetapi

    merupakan dasar bagi prasangka. Ada sebuah kecenderungan yang kuat

    untuk melihat obyek dalam sebuah kelompok lebih beragam dari yang

    sebenarnya. Kita menempatkan orang pada kelompok, kemudian

    cenderung melebih-lebihkan kesamaan dalam kelompok dan perbedaan

    di antara mereka (Taylor, 1981; Wilder & Allen, 1978). Kita

    mengasumsikan bahwa kelompok lain lebih homogen daripada

    kelompok kita. Pemisahan ke dalam kelompok dapat menciptakan

    sebuah out-group homogenity effect, yaitu sebuah perasaan bahwa

    “mereka” semua serupa dan berbeda dari “kami” dan kelompok kita

    (Ostrom & Sedikides, 1992). Pada umumnya kita menyukai orang yang

    dirasa memiliki persamaan dengan kita dan tidak menyukai orang yang

    dirasa berbeda, dan hasilnya adalah bias in-group (Byrne & Wong,

    1962; Rokeach & Mezei, 1966; Stein et al., 1965).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, Edwards, Marangio, Blaher-

    Lucas, Moore, Ganino-Day (2014) menyatakan ada beberapa faktor yang

    dapat mengurangi prasangka. Faktor-faktor tersebut, yaitu:

    a. Pendidikan

    Terbentuknya prasangka dapat dihambat melalui program pendidikan di

    sekolah di mana anak-anak diajarkan mengenai toleransi, konsekuensi

    dari prasangka, dan apa yang disebut sebagai diskriminasi.

    b. Kontak Antarkelompok

    Prasangka dapat dikurangi melalui kontak langsung antara sekelompok

    orang yang memiliki sikap berprasangka satu sama lain. Akan tetapi,

    terdapat faktor lain yang juga penting; yaitu kontak yang berkelanjutan,

    interaksi kontak yang bersifat interpersonal, saling bergantung (mutual

    interdependence), dimana kelompok terlibat dalam kegiatan-kegiatan

    kooperatif persamaan status antarkelompok norma sosial yang

    mendukung pengurangan prasangka.

    c. Intervensi kognitif

    Prasangka dapat diatasi dengan mengurangi stereotip melalui kognisi.

    Sebagai contoh, membuat informasi tersedia bagi seseorang

    mengurangi stereotipe dengan meminimalkan informasi yang tidak

    relevan mengenai kelompok lain. Hal itu merupakan hal yang penting

    untuk memastikan bahwa informasi tersebut diperhatikan, dan untuk

    menyediakan waktu yang cukup bagi seseorang untuk memproses

    informasi yang bertolakbelakang dengan sterotipe.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    d. Superordinate goals

    Bekerja untuk sebuah tujuan yang sama dapat memfasilitasi

    pengetahuan dan pemahaman antarkelompok. Akan tetapi, tujuan itu

    harus dibagikan ke semua anggota kelompok dan hal itu membutuhkan

    kontribusi dari kedua kelompok.

    e. Pengalaman langsung

    Mengalami langsung budaya atau gaya hidup lain dapat membantu

    mengurangi prasangka. Pengalaman langsung terdiri dari belajar bahasa

    lain, belajar mengenai budaya lain dan ikut berpartisipasi budaya lain.

    Pengalaman langsung dapat menghasilkan pengetahuan dan

    pemahaman yang lebih baik, dan dapat mengurangi ketidakpedulian.

    4. Dampak Prasangka

    Prasangka merupakan sikap yang kekal dan tidak dapat dihindari.

    Prasangka juga melibatkan penilaian yang terbentuk sebelumnya, sehingga

    prasangka mengarahkan perhatian dan ingatan kita. Setelah kita menilai

    objek sebagai kepemilikan sebuah kategori atau kelompok, ingatan kita

    mengenai hal itu kemudian kita akan mengasosiasikan atribut tersebut

    dengan kategori atau kelompok itu (Myers & Twenge, 2018).

    Prasangka juga menyebabkan subtyping dan subgrouping. Subtyping

    yaitu melihat seseorang yang menjadi target prasangka namun tidak sesuai

    dengan prasangka sebagai pengecualian. Sementara subgrouping yaitu

    membentuk sebuah cabang stereotip, yang cenderung mengarah ke

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    perubahan sederhana dalam stereotip ketika stereotip menjadi lebih berbeda

    (Richards & Hewstone, 2001). Sebuah cara yang berbeda untuk

    mengakomodasi informasi yang tidak konsisten adalah dengan membentuk

    sebuah stereotip baru bagi yang tidak cocok dengan stereotip yang lama.

    Subtype adalah pengecualian terhadap kelompok, sedangkan subgroup

    diakui sebagai bagian dari keseluruhan kelompok yang beragam (Myers &

    Twenge, 2018).

    Sikap yang bersamaan dengan hierarki sosial tidak hanya sebagai

    sebuah rasionalisasi untuk itu tetapi juga menyebabkan diskriminasi bagi

    korbannya. Allport menyebutkan 15 kemungkinan dampak dari

    victimization. Reaksi dapat dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu

    menyalahkan diri sendiri, terdiri dari penarikan diri, membenci diri sendiri,

    agresi terhadap kelompok seseorang, dan menyalahkan penyebab eksternal,

    terdiri dari menyerang balik, kecurigaan, meningkatkan harga diri kelompok

    (dalam Myers & Twenge, 2018). Allport (1958) mengatakan bahwa reputasi

    seseorang tidak dapat dilekatkan tanpa melakukan sesuatu terhadap karakter

    seseorang. Jika victimization memakan korban, misalnya meningkatkan

    kasus kriminal, orang-orang akan menggunakan hasilnya sebagai

    pembenaran diskriminasi (dalam Myers & Twenge, 2018).

    Prasangka juga dapat menyebabkan fenomena ancaman stereotip, yaitu

    sebuah ketakutan bahwa perilaku seseorang sebagai anggota sebuah

    kelompok, akan membenarkan (self-confirming) stereotip negatif yang

    sudah melekat pada kelompoknya (Steele, 2010; Steele et al., 2002).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Ancaman dalam menghadapi sebuah stereotip negatif dapat menurunkan

    kinerja dan disidentifikasi atau merasa identitas sebagai anggota kelompok

    mengancam diri seseorang (Myers & Twenge, 2018).

    C. Kategori Sosial Agama

    Teori kategorisasi sosial menyatakan bahwa individu memiliki

    kecenderungan untuk mengelompokkan diri dengan orang lain berdasarkan

    kategori-kategori tertentu (Hafiz et al., 2018). Bodenhausen, Kang, dan Peery

    (2012) menyebutkan bahwa fungsi dari kategorisasi sosial adalah

    mengorganisasikan dan menstrukturkan pengetahuan individu mengenai

    dunia (dalam Hafiz et al., 2018). Kategorisasi membuat individu

    mendapatkan pengetahuan dasar tentang objek sosial yang dihadapi, cara

    bersikap berperilaku pada saat tertentu, serta memprediksi perilaku objek

    sosial di masa yang akan datang. Pengkategorian diri ini selanjutnya akan

    meningkatkan persepsi bahwa lingkungan sosial seseorang terdiri dari suatu

    in-group, yaitu kelompok di mana individu menjadi anggotanya dan berbagai

    out-group, yaitu kelompok di mana individu bukan sebagai anggotanya

    (Turner et al., 1987; Turner et al., 1994). Kategorisasi sosial dapat didasarkan

    atas berbagai macam atribut, misalnya suku, ras, agama, pekerjaan, usia, jenis

    kelamin.

    Kategorisasi sosial merupakan dasar terbentuknya identitas sosial.

    Identitas sosial merupakan cara anggota kelompok membentuk konsep diri

    seseorang, dan bagaimana sense of self diperluas sebagai sebuah konsekuensi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    dari identifikasi dengan individu lainnya dan kelompok secara keseluruhan

    (Brewer & Hewstone, 2004). Saat seseorang tergabung dalam sebuah

    kelompok tertentu dan merasa bahwa keanggotaan tersebut penting bagi

    konsep dirinya, maka seseorang akan berusaha menjaga kelompok tersebut

    dinilai positif agar konsep dirinya juga positif. Hal tersebut dinamakan in-

    group bias.

    Bias merupakan pemikiran dan perilaku yang tidak netral. Tajfel dan

    Wilkes (1963) menjelaskan bahwa individu cenderung melihat banyak

    perbedaan daripada kesamaan antara dirinya dengan anggota kelompok lain

    (dalam Hafiz et al., 2018). Selanjutnya, individu memperkuat penilaian

    positif mengenai kelompok sendiri sehingga mengukuhkan identitas sosial

    (Tajfel & Turner, 1979), atau menilai kesalahan kelompok sendiri lebih

    sedikit daripada kelompok lain atau sebaliknya (Taylor, Fiske, Etcoff, dan

    Ruderman, 1978).

    Agama merupakan salah satu atribut kategori sosial yang sangat

    berpengaruh. Agama didefinisikan sebagai kegiatan dan sebuah cara hidup.

    Dykstra (1986) menjelaskan bahwa agama merupakan pembentukan emosi

    yang unik, penciptaan kebiasaan, praktik, atau kebajikan yang khas,

    pembentukan tujuan, keinginan, hasrat, dan komitmen yang khas, serta

    keyakinan dan cara berpikir yang khas, bersama dengan sebuah cara hidup

    bersama yang unik dan sebuah bahasa untuk mendiskusikan "apa yang

    mereka lakukan dan mengapa". Agama tidak hanya berkaitan dengan hal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    transenden yang melampaui apa yang tak terlihat tetapi juga berkaitan dengan

    kehidupan jasmani, pengalaman sehari-hari, dan praktik kita.

    Jadi kategorisasi sosial agama merupakan pengelompokkan individu

    yang terbentuk dari sekumpulan individu yang mengkategorikan diri mereka

    berdasarkan kesamaan cara hidup yang sama dalam memahami hal yang

    bersifat transeden yang diterapkan dalam praktik dan pengalaman sehari-hari.

    Pengkategorian diri tersebut menciptakan konsep in-group dan out-group

    bagi setiap anggota kelompok.

    D. Pluralisme

    Bagi masyarakat majemuk konsep mengenai multikulturalisme dan

    pluralisme merupakan suatu konsep yang tidak asing. Multikulturalisme dan

    pluralisme merupakan konsep yang mengingatkan kepada keberagaman

    sebagai kenyataan yang ada disekitar kita (Kewuel, 2017). Akan tetapi,

    keduanya memiliki konsep yang berbeda mengenai keberagaman.

    Multikulturalisme menekankan pada penerimaan kelompok yang memiliki

    budaya dan susunan yang berbeda tanpa harus menyetujui budaya kelompok

    lain dan menganggap kelompok lain tidak sebaik kelompoknya (Lubis, 2006).

    Sementara itu, pluralisme merupakan kesediaan untuk menerima secara

    terbuka etnis dan budaya lain dan menganggap budaya lain itu sama baiknya

    dengan budayanya. Pluralisme yang terkait dengan budaya merupakan

    kesediaan dan keterbukaan semua pihak terhadap keragaman budaya dan

    mengusahakan supaya setiap etnis dan budaya bisa mengembangkan dirinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau banyak dan

    isme yang berarti paham atau aliran. Kamus Merriam-Webster (Pluralism,

    n.d) mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah keadaan masyarakat di mana

    anggota kelompok etnis, ras, agama, atau kelompok sosial yang beragam

    memelihara dan mengembangkan budaya tradisional atau minat khusus

    mereka dalam batas-batas kebudayaan bersama. Menurut Alwi Shihab,

    pluralisme berbeda dari kosmopolitanisme, yang hanya hidup berdampingan,

    namun tidak ada keakraban yang terjalin di antara kelompok (dalam Talib,

    2014). Pluralisme berbeda pula dengan relativisme yang tidak mengakui

    kebenaran universal. Pluralisme juga berbeda dari sinkretisme yang

    menciptakan sebuah agama baru dari penggabungan komponen-komponen

    ajaran dari beberapa agama yang sudah ada (Talib, 2014).

    Pluralisme merupakan salah satu konsep keberagaman yang

    menekankan pemahaman perbedaan satu kelompok dengan yang lainnya.

    Pluralisme tidak hanya fokus dengan toleransi tetapi juga melibatkan usaha

    aktif untuk memahami perbedaan, sehingga dapat menjaga dan mewujudkan

    kehidupan berbangsa ke arah manusia yang bermartabat. (Eck, 2006; Talib,

    2014). Pluralisme digunakan untuk merawat keberagaman dengan mengubah

    pemisahan menjadi sebuah cara positif bagi orang-orang yang berbeda untuk

    berhubungan satu sama lain (Spickard, 2017). Pluralisme menekankan kita

    untuk menerima perbedaan kelompok lain sebagaimana perbedaan itu ada

    (Kewuel, 2017).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    E. Mahasiswa

    1. Pengertian Mahasiswa

    Mahasiswa didefinisikan dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun

    1990 merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan

    tinggi tertentu. Perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah

    tinggi, institut dan universitas. Mahasiswa memiliki rentang usia 18 tahun

    sampai 25 tahun (Hulukati & Djibran, 2018). Jadi mahasiswa merupakan

    seseorang yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi memiliki rentang

    usia 18 tahun sampai 25 tahun.

    2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa

    Menurut psikologi perkembangan, usia mahasiswa termasuk dalam

    kategori remaja akhir dan dewasa awal. Masa remaja dimulai dari usia 13

    tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa remaja terbagi menjadi dua

    kategori, yaitu masa remaja awal yang memiliki rentang usia 13-17 tahun dan

    masa remaja akhir dengan rentang usia 17-21 tahun (Soesilowindradini,

    1996). Setelah melewati masa remaja, seseorang akan memasuki masa

    dewasa. Masa dewasa merupakan masa terpanjang di antara kategori masa

    kehidupan manusia. Masa dewasa terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase dewasa

    awal dengan rentang usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa pertengahan

    dengan rentang usia 41 tahun – 65 tahun, dan dewasa akhir dengan usia diatas

    66 tahun (Hewston, Fincham, & Foster, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Larson et al., (2002) menyebutkan remaja memiliki tugas pokok yaitu

    mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa (dalam Santrock, 2007),

    sehingga masa remaja adalah salah satu periode yang cukup penting.

    Hoffman (1980) mengembangkan teori disekuilibrium kognitif yang

    menyatakan bahwa masa remaja adalah sebuah periode penting bagi

    perkembangan moral (dalam Santrock, 2007). Perkembangan moral

    merupakan hal yang penting ketika seseorang mulai memasuki lingkungan

    yang lebih heterogen dari yang sebelumnya homogen, seperti di sekolah

    menengah atas dan kampus. Di lingkungan yang heterogen, individu

    dihadapkan pada berbagai konsep-konsep moral yang berbeda dari konsep

    yang diterima dan dialami sebelumnya. Di masa ini remaja mulai menemukan

    berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti bahwa keyakinan

    mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada. Sementara itu, Erikson

    (1946, 1956) menyatakan dewasa awal merupakan masa kritis di mana

    seseorang membentuk identitas sosial dan personalnya (dalam Bowman &

    Brandenberger, 2012). Di masa setelah mengalami masa kanak-kanak dan

    remaja, seorang individu akan mengalami masa di mana ia telah

    menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk

    berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya

    (Jahja, 2017), sehingga seseorang akan semakin banyak menemui orang lain

    yang berbeda dari dirinya, yang tentunya memiliki nilai yang berbeda dari

    dirinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dinilai cenderung memiliki sifat

    yang melekat pada setiap individunya, yaitu tingkat intelektualitas yang

    tinggi, dapat berpikir kritis, serta bertindak dengan cepat dan tepat (dalam

    Hulukati & Djibran, 2018). Penilaian ini membuat mahasiswa diharapkan

    dapat menjadi agen perubahan (agent of change) di masyarakat, yang

    memiliki arti mahasiswa diharapkan mampu mencetuskan sebuah perubahan

    di masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga memiliki peran sebagai cadangan

    masa depan (iron stock) sebuah bangsa (Kusumah, 2007). Hal tersebut berarti

    mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan, sehingga baik

    atau buruknya sebuah bangsa tergantung pada baik-buruknya pemuda dan

    mahasiswa.

    F. Hubungan Kontak Antarkelompok Agama dengan Prasangka

    Terhadap Kelompok Agama Lain Pada Mahasiswa

    Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri

    dari berbagai kelompok agama. Hubungan antar anggota kelompok agama

    tidak selalu harmonis. Konflik masih membayangi interaksi-interaksi yang

    terjadi di antara anggota kelompok. Konflik dapat disebabkan dan dapat

    menyebabkan prasangka.

    Allport (1954) menyebutkan bahwa kontak antarkelompok merupakan

    salah satu cara untuk mengurangi prasangka, yang merupakan salah satu

    bentuk sikap negatif terhadap out-group (dalam Pettigrew, 2008). Christ et

    al., (2014) memaparkan bahwa kontak memiliki peran penting dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    mengurangi prasangka yang artinya dapat meningkatkan hubungan

    antarkelompok karena dapat mempengaruhi orang banyak secara serempak.

    Kontak mengurangi prasangka tidak hanya di tingkat mikro atau melalui

    pengalaman kontak seseorang secara langsung dengan anggota kelompok

    lain. Kontak juga mengurangi prasangka pada tingkat makro, yaitu di mana

    seseorang dipengaruhi oleh perilaku orang lain di lingkungan sosialnya

    (Christ et al., 2014).

    Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk

    berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki

    sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan

    anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.

    Allport memaparkan bahwa interaksi intensif dengan out-group secara

    personal dapat membantu untuk lebih mengenal anggota out-group tidak

    hanya berdasar dari stereotip yang ada di masyarakat (dalam Dahesihsari,

    Kartikawangi, Ajisuksmo, Sihotang, & Murniati, 2015). Dengan

    bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan

    mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Kontak

    antarkelompok yang lebih didasarkan pada hubungan jangka panjang, seperti

    persahabatan antarkelompok dihubungkan dengan rendahnya tingkat

    kecemasan antarkelompok, kemudian akan menyebabkan lebih banyak sikap

    positif yang kuat terhadap out-group (Paolini et al., 2004;Vonofakou et al.,

    2007).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Sebagai mahasiswa, pengalaman dengan keberagaman semakin banyak

    dialami. Lingkungan kampus merupakan sarana mempertemukan individu

    dengan berbagai latar belakang. Pengalaman keberagaman, khususnya

    interaksi dengan teman sebaya yang berbeda, menyediakan tantangan yang

    dibutuhkan untuk perkembangan dari sense of self yang sehat dan struktur

    kognitif yang lebih rumit. Hasilnya menyatakan bahwa pengalaman dengan

    keberagaman merupakan pengaruh penting bagi perkembangan pembelajaran

    mahasiswa dan hasil akhir yang berkaitan dengan perilaku demokratis (Laird,

    2005). Gurin et al., (2002) menjelaskan bahwa melalui keterlibatan dengan

    keberagaman, seseorang belajar mengenai perspektif, pengalaman, dan cara

    hidup orang yang berbeda dari dirinya atau orang yang mereka pernah temui

    sebelumnya. Keterlibatan ini membantu meningkatkan pengetahuan, yang

    dapat mempengaruhi proses seseorang membentuk komitmen mereka

    terhadap sikap, peran, dan hubungan, ketiganya merupakan proses

    perkembangan identitas.

    Prasangka merupakan penilaian, keyakinan, dan perasaan negatif

    tentang seseorang yang disebabkan oleh keanggotaan di kelompok sosial

    (Akrami, 2005). Allport (1954) menyebutkan prasangka antarkelompok

    terdiri dari opini-opini negatif yang ditujukan terhadap out-group tanpa bukti

    yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka terbentuk akibat proses

    pemisahan antara in-group dan out-group yang berasal dari kategorisasi

    sosial dan identitas sosial (Billig & Tajfel, 1973). Allport (1954) berpendapat

    bahwa kategorisasi merupakan proses yang dibutuhkan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    menyederhanakan dunia yang rumit dan merupakan sebuah faktor penting

    untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan orang memiliki bias negatif

    terhadap orang atau kelompok lain (dalam Akrami, 2005). Sementara itu,

    identitas sosial tidak dapat lepas dari masing-masing individu karena identitas

    sosial merupakan hasil dari keterlibatan individu dalam kelompok sosial

    (Tajfel, 1982). Tajfel (1978) menjelaskan bahwa identitas sosial merupakan

    bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan tentang

    keanggotaan dari sebuah kelompok sosial bersama dengan nilai dan arti

    emosional yang melekat pada keanggotaan tersebut (dalam Akrami, 2005).

    Berdasarkan teori identitas sosial yang diperkenalkan oleh Tajfel,

    pengategorian diri sebagai anggota sebuah kelompok merupakan cara untuk

    meningkatkan harga diri mereka dengan menyukai in-group dan

    mengorbankan out-group, sehingga individu cenderung memberikan evaluasi

    positif terhadap kelompoknya atau disebut dengan in-group favoritism (dalam

    Akrami, 2005; Mila & Yustisia, 2017). Motif yang mendasari untuk

    meningkatkan harga diri membuat seseorang memberikan perhatian pada

    perbedaan dan kualitas positif in-group mereka dan merendahkan out-group

    (Nelson, 2009), sehingga kategorisasi dan identitas sosial akan menentukan

    sikap terhadap anggota in-group dan out-group. Kemudian, adanya kompetisi

    diantara kelompok akan memperbesar atau memicu munculnya sikap tersebut

    (Billig & Tajfel, 1973).

    Teori ancaman terintegrasi yang diperkenalkan oleh Stephan dan

    Stephan (2000) menyatakan bahwa ancaman berkaitan dengan teori identitas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    sosial, yang menjelaskan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh out-

    group sering kali memicu in-group merasa seolah-olah status kelompok

    mereka diancam (Branscombe et al., 1999). Definisi identitas sosial tentang

    ancaman status melingkupi sumber-sumber nyata dan harga diri sebuah

    kelompok. Teori ancaman terintegrasi menyebut ancaman terhadap sumber-

    sumber nyata disebut sebagai realistik, sedangkan ancaman terhadap harga

    diri disebut simbolik. Kedua jenis ancaman ini dapat memicu munculnya

    prasangka (Stephan & Stephan, 1996). Persepsi ancaman ini dapat

    menyebabkan prasangka tanpa memperhatikan apakah ancaman tersebut

    benar-benar nyata atau tidak (Stephan & Stephan, 1996).

    Stephan, Diaz-Loving, & Duran, (2000) menjelaskan mengenai teori

    ancaman terintegrasi, yaitu bahwa persepsi ancaman muncul karena

    ketidakakraban (unfamiliarity) anggota antarkelompok, ketakutan, dan

    persepsi sosial yang negatif (dalam Al Ramiah, 2013). Kurangnya kontak

    antarkelompok atau tingkat kontak yang rendah dapat mempengaruhi orang

    untuk merasakan out-group sebagai ancaman. Salah satu alasan bahwa

    tingkat kontak yang rendah berkaitan dengan kurangnya pengetahuan

    (knowledge) tentang out-group (Pettigrew & Tropp, 2008). Kurangnya

    pengetahuan memiliki arti bahwa anggota in-group mungkin memiliki

    pemahaman yang terbatas tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki

    out-group. Pengabaian out-group juga mungkin menghasilkan ketidakpastian,

    ketidakpercayaan (mistrust), dan kecurigaan. Kurangnya kontak

    antarkelompok juga mengisyaratkan bahwa anggota in-group memiliki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    kesempatan yang sedikit untuk belajar mengenai apa menjadi persamaan

    mereka dengan anggota out-group. Oleh karena itu, kurangnya kontak, karena

    dihubungkan dengan kurangnya pengetahuan tentang out-group, dapat

    melebih-lebihkan ancaman seakan-akan benar-benar ada (Nelson, 2009).

    Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk

    berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki

    sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan

    anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.

    Dengan bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan

    mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Dengan

    demikian, prasangka dapat menurun.

    Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang

    sering melakukan kontak dengan anggota kelompok agama lain akan semakin

    mengenal. Saat tingkat kontak antarkelompok agama semakin tinggi maka

    prasangka mahasiswa terhadap kelompok agama lain diprediksi akan semakin

    rendah. Hal ini didukung oleh teori kontak antarkelompok yang menjelaskan

    bahwa prasangka dapat dikurangi dengan interaksi antarkelompok yang

    berbeda pada kondisi tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Skema 1

    Kaitan antar Variabel

    Kontak

    Antarkelompok

    Agama

    Informasi baru

    mengenai out-

    group.

    Pengetahuan

    tentang out-group

    dan keakraban

    (familiarity).

    Pandangan

    negatif,

    misalnya

    pandangan out-

    group

    mengancam in-

    group.

    Prasangka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    G. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah "terdapat

    hubungan negatif antara kontak antarkelompok agama dan prasangka terhadap

    kelompok agama lain pada mahasiswa". Semakin tinggi kontak antarkelompok

    agama yang dialami mahasiswa, maka akan semakin rendah tingkat prasangka

    yang dirasakan mahasiswa. Semakin rendah kontak antarkelompok agama yang

    dialami mahasiswa, maka akan semakin tinggi prasangka yang dirasakan

    mahasiswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    kuantitatif dengan dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Creswell (2009)

    penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menitikberatkan pada data

    numerik dan bertujuan untuk menguji teori secara objektif (dalam Supratiknya,

    2015; Bordens & Abbot, 2011). Penelitian korelasional merupakan penelitian

    yang memiliki tujuan untuk menentukan dua variabel atau lebih saling

    berhubungan atau tidak dan apabila memiliki hubungan dapat dilihat arah,

    derajad, dan bentuk dari hubungan yang dapat diamati. Penelitian ini tidak bisa

    manipulasi tapi mengamati variabel apa adanya. Desain penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei

    merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data

    dengan sampel dari suatu populasi (Effendi & Tukiran, 2012).

    B. Variabel Penelitian

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontak antarkelompok agama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    2. Variabel Tergantung

    Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah prasangka terhadap kelompok

    agama lain.

    C. Definisi Operasional

    1. Kontak Antarkelompok Agama

    Kontak antarkelompok agama pada mahasiswa merupakan interaksi

    sosial yang dilakukan secara langsung oleh seorang mahasiswa dengan teman

    yang memiliki agama berbeda. Kontak antarkelompok agama dapat

    ditunjukkan melalui dua komponen kontak, yaitu kuantitas kontak dan

    kualitas kontak. Kuantitas kontak yang berkaitan dengan seberapa sering

    mahasiswa berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain dan jumlah

    teman yang dimiliki dari anggota kelompok agama lain. Kualitas kontak

    merupakan pengalaman kontak yang dirasakan mahasiswa dengan teman

    yang berbeda agama.

    Kontak antarkelompok agama dapat diukur dengan skala kontak

    antarkelompok agama. Aitem-aitem yang yang terdapat dalam skala disusun

    berdasarkan dua aspek kontak yang dilakukan, yakni kuantitas dan kualitas

    kontak. Tingkat kontak dapat dilihat dari perolehan skor total pada skala

    kontak antarkelompok agama. Semakin tinggi skor yang diperoleh

    mengindikasikan tingkat kontak antarkelompok yang tinggi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain

    Prasangka adalah respon yang diberikan mahasiswa berupa pemikiran,

    perasaan, dan kecenderungan berperilaku yang sifatnya negatif terhadap

    anggota kelompok agama lain. Prasangka dapat dilihat dari tiga komponen,

    yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen behavioral.

    Komponen kognitif merupakan stereotip atau label negatif yang diberikan

    mahasiswa terhadap kelompok agama lain. Komponen afektif merupakan

    perasaan atau emosi negatif yang dirasakan oleh mahasiswa mengenai

    kelompok agama lain. Sementara komponen behavioral merupakan

    kecenderungan mahasiswa untuk berperilaku negatif terhadap kelompok

    agama lain.

    Prasangka dapat diukur dengan skala prasangka. Aitem-aitem yang

    yang terdapat dalam skala disusun berdasarkan tiga komponen prasangka,

    yakni kognitif, afektif, dan behavioral. Tingkat prasangka dapat dilihat dari

    perolehan skor total pada skala prasangka. Semakin tinggi skor yang

    diperoleh mengindikasikan tingkat prasangka yang tinggi.

    D. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah subjek

    yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Mahasiswa berusia 18-25 tahun

    Alasan pemilihan subjek dengan rentang 18-25 tahun didasarkan pada

    rentang usia mahasiswa (Hulukati & Djibran, 2018). Mahasiswa merupakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    sebuah kelompok masyarakat yang memiliki peran penting di masyarakat dan

    bangsa, yaitu sebagai agen perubahan (agent of change) dan penerus bangsa

    (iron stock) (Kusumah, 2007), sehingga baik atau buruknya suatu bangsa di

    masa depan bergantung dengan baik atau buruknya mahasiswa dan pemuda

    saat ini. Selain itu, Monk menyebutkan usia ini tergolong dalam masa remaja

    akhir dan dewasa awal (dalam Gunawati et al., 2006). Di masa ini individu

    mulai menemukan berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti

    bahwa keyakinan mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada dan

    mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama

    dengan orang dewasa lainnya (Jahja, 2017).

    2. Mengidentifikasi diri dengan agama atau kepercayaan tertentu

    Subjek mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan

    tertentu. Alasan pemilihan subjek dengan karakteristik tersebut didasarkan

    pada definisi prasangka dalam konteks penelitian ini, yaitu sikap negatif yang

    dimiliki anggota suatu kelompok agama atau kepercayaan terhadap anggota

    kelompok agama lainnya. Individu yang mengidentifikasikan diri dengan

    agama dimungkinkan akan lebih representatif dibandingkan dengan individu

    yang tidak mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan tertentu,

    misalnya atheis.

    Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

    sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang digunakan

    ketika peneliti menginginkan sampel penelitian yang terdefinisikan secara

    jelas (Clark-Carter & David, 2004). Alasan pemilihan metode sampling

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    dengan purposive sampling didasarkan pada pertimbangan karakteristik

    subjek yang dipilih oleh peneliti.

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

    Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

    dengan cara menyebarkan skala pengukuran penelitian kepada subjek yang telah

    ditentukan untuk melakukan pengisian pada skala pengukuran. Alat yang

    digunakan adalah skala kontak antarkelompok dan skala prasangka. Kedua skala

    disusun sendiri oleh peneliti.

    Skala kontak antarkelompok terdiri atas 32 aitem yang disusun

    berdasarkan dua aspek kontak antarkelompok, yaitu kuantitas kontak dan kualitas

    kontak. Aspek kuantitas kontak meliputi jumlah teman dari agama lain dan

    seberapa sering individu berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain.

    Aspek kualitas kontak meliputi baik atau buruknya kontak yang dirasakan

    mahasiswa dengan teman yang berbeda agama, yang dilihat dari perasaan

    memiliki kesamaan status dengan kelompok lain dalam melakukan kontak,

    kesukarelaan kontak, kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan

    atau tidak, dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi. Skala

    kontak antarkelompok memuat pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan

    unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang