HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGUKUR MENGGUNAKAN …
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGUKUR MENGGUNAKAN …
i
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGUKUR MENGGUNAKAN
JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DENGAN HASIL
BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X.B
SMA NEGERI 18 PANGKEP
SKRIPSI
Oleh
RUSDIANI
10539115813
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGUKUR MENGGUNAKAN
JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DENGAN HASIL
BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X.B
SMA NEGERI 18 PANGKEP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RUSDIANI
10539115813
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Rusdiani
NIM : 10539115813
Jurusan : Pendidikan Fisika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Hubungan Antara Keterampilan Mengukur Menggunakan
Jangka Sorong Pada Materi Pengukuran Dengan Hasil
Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X.B SMA Negeri 18
Pangkep.
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil Asli karya saya
sendiri dan bukan hasil Jiblakan dari orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, November 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Rusdiani
NIM. 10539115813
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Rusdiani
NIM : 10539115813
Jurusan : Pendidikan Fisika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang
menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apabila perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Makassar, November 2020
Yang Membuat Perjanjian,
Rusdiani
NIM. 10539115813
vi
MOTTO
Jalan terjal, berliku, keras dan membatu...
Kutapaki walau harus mendaki !!
Mimpi, asa, dan citaku di seberang sana
Harus kugapai.....!!
Kebanggan terbesar adalah bukan karena tidak pernah gagal, tapi bangkit kembali
setiap kali terjatuh.
Berusaha dan berdoalah, serta serahkan semua kepada allah, insya allah segala
sesuatu akan menjadi lebih mudah dan indah dengan izin-nya. Amin
Kupersembahkan…………..
“Karya sederhana ini sebagai tanda
baktiku kapada kedua orang tuaku serta seluruh keluarga
tercinta yang senantiasa menyayangiku, berdoa dengan tulus dan ikhlas
dan selalu memberikan yang terbaik
serta selalu mengharapkan kesuksesanku
Doa…, Pengorbanan…, Nasehat…, serta kasih sayang yang
tulus menunjang kesuksesanku
dalam menggapai cita-citaku”
vii
ABSTRAK
Rusdiani. 2020. Hubungan Antara Keterampilan Mengukur Menggunakan
Jangka Sorong Pada Materi Pengukuran Dengan Hasil Belajar Fisika Peserta
Didik Kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Nurlina dan Pembimbing II Riskawati.
Penelitian ini adalah penelitian ex post facto korelasi yang bertujuan untuk:
1) Mengetahui gambaran keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong. 2)
Mengetahui hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B semester ganjil SMA
Negeri 18 Pangkep. 3) Mengetahui hubungan antara keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar peserta didik kelas X.B
semester ganjil SMA Negeri 18 Pangkep. Adapun sampel dalam penelitian ini
sebanyak 24 peserta didik yang terdiri dari 9 laki-laki dan 15 perempuan. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis
inferensial dengan bantuan aplikasi program Statistical Package for Social
Science (SPSS) versi 21.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Keterampilan peserta didik kelas
X.B semester ganjil SMA negeri 18 Pangkep dalam mengukur menggunakan
jangka sorong berada pada kategori cukup yakni sebesar 79,2%. 2) Hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X.B semester ganjil SMA Negeri 18 Pangkep berada
pada kategori cukup yakni sebesar 66,7%. 3) Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dengan
hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B semester ganjil SMA Negeri 18
Pangkep. Tingkat hubungan berada pada rentang interval 0,400-0,599. Hal ini
menunjukan tingkat hubungan kedua variabel tersebut adalah cukup/sedang.
Kata Kunci : Keterampilan Mengukur Jangka Sorong, Hasil Belajar Fisika
viii
KATA PENGANTAR
نٱللبسم ٱلرحيمٱلرحم
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “Hubungan Antara Keterampilan Mengukur Menggunakan Jangka
Sorong Dengan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X.B Ganjil SMA Negeri
18 Pangkep” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi penelitian ini adalah untuk memenuhi
salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar sekaligus dengan harapan akan dapat memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia
pengajaran secara umum.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
skripsi penulis ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Kepada orang tua yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat serta
kasih sayang yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika dan selaku
Dosen Pembimbing I yang telah mendidik dan memberikan bimbingan serta
memberikan semangat kepada penulis.
3. Ibu Riskawati, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah mendidik
dan memberikan bimbingan serta memberikan semangat kepada penulis.
ix
4. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberikan motivasi belajar dan
memberikan ilmu yang luar biasa berjasa kepada penulis.
5. Teman-teman Jurusan Pendidikan Fisika yang telah berjuang bersama-sama
penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi penelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
skripsi penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Makassar, November 2020
Penulis
Rusdiani
NIM. 10539115813
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 8
A. Kajian Pustaka .................................................................................... 8
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika .................................................... 8
2. Hasil Belajar .................................................................................. 12
3. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong .................................... 20
4. Hubungan Keterampilan Mengukur Dengan Hasil Belajar Fisika 27
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 20
C. Hipotesis ............................................................................................. 31
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 32
A. Jenis Penelitian..................................................... ............................. 32
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 32
C. Variabel dan Desain Penelitian........................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ........................................................................... 33
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 34
F. Prosedur Penelitian ............................................................................. 35
G. Instrumen Penelitian ........................................................................... 36
H. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 36
I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 42
1. Analisis Deskripsi .......................................................................... 42
2. Analisis Statistik Inferensial .......................................................... 47
B. Pembahasan ........................................................................................ 51
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 55
A. Simpulan ................................................................................................. 55
B. Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
3.1 Kategorisasi ..................................................................................... 38
3.2 Interprestasi Koefisien Korelasi (R) ................................................ 41
4.1 Analisis Statistk Deskriptif .............................................................. 43
4.2 Distribusi Frekuensi Kategorisasi Keterampilan Mengukur
Menggunakan Jangka Sorong .......................................................... 43
4.3 Analisis Statistk Deskriptif .............................................................. 45
4.4 Distribusi Frekuensi Kategorisasi Hasil Belajar Fisika ................... 46
4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................... 48
4.6 Hasil Uji Linieritas .......................................................................... 49
4.7 Hasil Uji Hipotesis Korelasi Product Moment ................................ 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Jangka Sorong .................................................................................. 22
2.2 Jangka Sorong Terkalibrasi ............................................................. 24
2.3 Mengukur Diameter Luar Benda ..................................................... 25
2.4 Mengukur Diameter Dalam Benda .................................................. 26
2.5 Mengukur Kedalaman Benda .......................................................... 26
2.6 Hasil Pengukuran Jangka Sorong .................................................... 27
2.7 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ 30
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 33
4.1 Diagram Lingkaran Keterampilan Mengukur Menggunakan
Jangka Sorong .................................................................................. 44
4.2 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Fisika ......................................... 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Lampiran A.1. Lembar Observasi Keterampilan Mengukur ............................. 60
Lampiran A.2 .Lembaran Soal Tes Hasil Belajar ............................................... 61
Lampiran A.3. Kisi- Kisi Instrument Hasil Belajar ............................................ 63
Lampiran B. Uji Gregory .................................................................................... 67
Lampiran C. Data Hasil Penelitian...................................................................... 70
Lampiran D.1. Analisis Statistik Deskripsi ......................................................... 72
Lampiran D.2. Analisis Statistik Inferensial ....................................................... 74
Lampiran D.3. Tabel Nilai Kritis Untuk Korelasi R Product – Moment ............... 76
Lampiran E. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kunci kemajuan sebuah bangsa. Negara dengan sistem
pendidikan yang baik, akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia akan lebih bernilai jika memiliki sikap,
perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai
dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Sari, 2019:1).
Dalam menghadapi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka
pemerintah berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui
pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut pemerintah berusaha semaksimal mungkin dalam
membenahi berbagai hal, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas di
bidang pendidikan, yang merupakan permasalahan utama. Oleh karena itu
perlu diadakan evaluasi atau perubahan terhadap pembelajaran di sekolah.
Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, terdapat beberapa
komponen yang perlu diperhatikan. Komponen tersebut antara lain tujuan
pembelajaran, materi atau bahan ajar, strategi belajar mengajar, dan evaluasi
atau penilaian (Rusman, 2011:6). Komponen pembelajaran bertujuan untuk
2
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan. Komponen
materi atau bahan ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan sesuai dengan indikator tujuan pembelajaran. Sementara itu,
komponen strategi belajar mengajar mencakup tentang pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik dan taktik
pembelajaran. Pada dasarnya, komponen ini menggambarkan tentang
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Komponen terakhir
adalah evaluasi atau penilaian yang menjelaskan tentang prosedur dan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar. Evaluasi atau penilaian yang
dilakukan harus sesuai dengan indikator tujuan pembelajaran.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Fisika merupakan mata
pelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir peserta didik yang
berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Saputra,
(2019:3-4), mengungkapkan, pembelajaran Fisika mulai dimunculkan oleh
seorang pendidik dengan upaya memberikan sebuah proses pembelajaran
yang mudah dipahami. Pada materi pengukuran dan alat ukur merupakan
implementasi praktik untuk menerapkan teori yang sudah dipelajari dalam
mata pelajaran Fisika materi pengukuran. Materi ini dapat membuat peserta
didik bertambah dan berkembang ilmunya jika praktikum dilaksanakan
dengan baik. Praktikum alat ukur di sekolah merupakan implementasi praktik
dari materi pengukuran yang wajib diikuti oleh peserta didik.
3
Menurut Wulandhari (2013:2), salah satu kompetensi dasar mata
pelajaran Fisika di SMA kelas X, yaitu mengukur besaran Fisika (massa,
panjang, dan waktu). Dalam mengukur besaran panjang, yang tercantum
dalam standar kelulusan, yaitu mengukur besaran panjang menggunakan
jangka sorong. Oleh karena itu, siswa diharapkan menguasai materi
pengukuran. Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang
merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai
suatu besaran atau bukti kualitatif (Riskawati dkk, 2019:3). Alat-alat ukur
yang dipakai untuk mengukur panjang suatu benda yang umum digunakan
adalah jangka sorong. Menurut Syahrul dan Gumrowi (dalam Saputra,
2019:25), jangka sorong adalah alat yang diguakan untuk mengukur panjang,
kedalaman, tebal, kedalaman lubang,dan diameter dalam suatu benda. Jangka
sorong memiliki tingkat ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong terdiri dari dua
jenis, yaitu, jangka sorong digital dan jangka sorong analog, tingkat ketelitian
jangka sorong analog sebesar 0,05 mm.
Keterampilan mengukur adalah bagian dari keterampilan proses sains.
Menurut Lumbu dan Panda (2018:41), keterampilan proses sains adalah
keterampilan dasar bereksperimen, metode ilmiah, dan berinkuiri. Saat ini
keterampilan proses sains memang mempunyai peranan penting dalam
membantu peserta didik untuk menemukan konsep dan merupakan langkah
penting dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pengukuran.
Keterampilan proses sains ini memiliki pengaruh dalam pendidikan sains
4
karena membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan intelektual.
Kegiatan pembelajaran dengan melakukan percobaan sederhana dengan
menggunakan alat ukur pada peserta didik dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan proses sains dalam pembelajaran Fisika.
Pembelajaran Fisika dengan materi penggunaan alat ukur, merupakan
salah satu contoh mata pelajaran yang mempunyai karakteristik pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pembelajaran Fisika materi alat ukur
cocok dengan metode pengajaran secara langsung dengan praktikum.
Berdasarkan pengalaman mengajar saat melakukan praktek lapangan,
keterampilan mengukur dengan menggunakan jangka sorong ini sangat
membantu peserta didik dalam proses belajar, karena keterampilan
menggunakan alat ukur ini merupakan hal yang menjadi kebutuhan peserta
didik dalam menggunakan alat ukur yang merupakan besaran dasar dalam
pembelajaran Fisika.
Materi pengukuran merupakan salah satu diantaranya materi Fiska yang
mendasar dan sangat penting dipelajari peserta didik. Materi pengukuran
memiliki tingkat kesulitan yang semakin tinggi dan sangat penting untuk
mempelajari Fisika lebih lanjut, sehingga peserta didik diarahkan untuk
mampu menguasai materi tersebut serta diharapakan dapat memecahakan
masalah secara kontektual dalam kehidupan sehari-hari. Materi pengukuran
sangat bermanfaat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta penerapan
konsep pengukuran erat kaitannya pada pengaplikasian dengan materi lainnya
dijenjang SMA.
5
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika kelas X.B SMA Negeri
18 Pangkep pada tanggal 12 oktober 2020 diperoleh informasi masih terdapat
peserta didik yang bingung seperti dalam membaca hasil pengukuran dan
menuliskan hasil pengukuran. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang
telah dilakukan di Kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep ditemukan beberapa
fakta bahwa hasil belajar peserta didik khususnya mata pelajaran Fisika
tergolong rendah dan keterampilan proses sains yang dimiliki peserta didik
masih tergolong rendah pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dengan mengangkat sebuat judul “Hubungan Antara
Keterampilan Mengukur Menggunakan Jangka Sorong pada Materi
Pengukuran dengan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X.B Ganjil
SMA Negeri 18 Pangkep”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong pada peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA
Negeri 18 Pangkep?
3. Apakah terdapat hubungan antara keterampilan mengukur menggunakan
jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA
Negeri 18 Pangkep?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan gambaran keterampilan mengukur menggunakan
jangka sorong pada peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep.
2. Untuk mendeskripsikan gambaran hasil belajar Fisika peserta didik kelas
X.B SMA Negeri 18 Pangkep.
3. Untuk menganalisis hubungan antara keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik
kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan di atas, maka manfaat yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
nilai positif untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilan peserta didik dalam mengukur dengan menggunakan jangka
sorong dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
khususnya mata pelajaran Fisika.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran sebagai
alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,
khususnya pada mata pelajaran Fisika.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru Fisika dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran dan merancang pembelajaran yang
efektif terkait dengan hasil belajar peserta didik yang rendah khususnya
dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi untuk
meniliti lebih lanjut mengenai hubungan keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika
a. Pengertian Belajar
Hilgard (dalam Sanjaya, 2008:112), menyatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik
latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Dengan demikian belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.
Menurut Syah (2011:87), belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Sudjana (2011:28), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang
ada pada individu yang belajar. Selanjutnya Burton (Susanto, 2013:4),
9
menyatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku pada diri individu berkatadanya interaksi antara individu dengan
individe lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Fisika adalah bidang ilmu yang banyak membahas tentang alam
dan gejalanya, dari yang bersifat riil (terlihat secara nyata) hingga yang
bersifat abstrak atau bahkan hanya berbentuk teori yang
pembahasannya melibatkan kemampuan imajinasi atau keterlibatan
gambaran mental yang kuat (Lesmono dkk, 2020:1).
Permendikbud 2016 menyatakan bahwa Fisika merupakan sebuah
mata pelajaran yang masih tergolong dalam sains yang bisa membuat
keterampilan berpikir analitis, induktif, dan deduktif menjadi
berkembang dalam proses pemecahan permasalahan yang berhubungan
dengan fenomena alam, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan
mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya
pada diri sendiri.
Belajar Fisika merupakan suatu aktivitas yang meliputi proses
dalam mempelajari suatu fenomena yang terjadi dialam yang berkaitan
erat dengan kehidupan manusia, utamanya dalam memperlajari
fenomena gerak dan pengukuran. Mempelajari ilmu Fisika bukan hanya
mengenai menghafal fakta, konsep, hukum, prinsip, dan teori, tetapi
juga menekankan akan pengalaman langsung dan mengaitkan dengan
10
kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu belajar Fisika harus
menekankan pada pemberian pengalaman langsung (Astuti, 2017:8-9).
b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Corey (Susanto, 2013:20), pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai upaya menciptakan
kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
siswa berubah bertingkah laku. Sementara Gagne (Yuberti, 2014:12),
mendefinisikan pembelajaran sebagai peraturan peristiwa secara
seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil
guna.
Menurut Dimyati (Susanto, 2013:20), pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran adalah aktivitas guru dalam merancang
bahan pengajar agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.
Beberapa ciri pembelajaran menurut Yuberti (2014:13) adalah: (1)
Merupakan upaya sadar dan disengaja. (2) Pembelajaran harus
membuat siswa belajar. (3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu
11
sebelum proses dilaksanakan. (4) Pelaksanaannya terkendali, baik
isinya, waktu, proses mapun hasilnya.
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih
optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip
pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori
psikologi terutama teoribelajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan
pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan
diperoleh hasil yang maksimal. Selain itu akan meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan cara memperhatikan dasar-dasar teori untuk
membangun sistem instruksional yang berkualitas tinggi (Yuberti,
2014:15).
Berdasarkan pada beberapa pendapat tersebut maka pembelajaran
Fisika dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan jangka panjang
antara peserta didik dengan pendidik, dimana sumber pembelajaran
selama berlangsungnya proses transfer pengetahuan dan pengalaman
menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam mengembangkan
potensi pesera didik dengan cara mengorganisasi atau mengatur
lingkungan belajar sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang
optimal.
Menurut Astuti (2017:7), bahwa pembelajaran Fisika adalah suatu
proses yang dilakukan oleh pendidik dan sumber belajar dengan peserta
didik dalam menciptakan proses kegiatan belajar dalam bidang Fisika
12
untuk mencapai tujuan kurikulum. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan memiliki pola-pola tertentu sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai, pola ini disebut dengan model pembelajaran. Model
pembelajaran diawali dengan pendekatan pembelajaran (student of
teacher centered), kemudian strategi pembelajaran (exposition-
discovery learning or group-individual learning), dilanjutkan dengan
metode pembelajaran (ceramah, diskusi, simulasi, dan sebagainya),
kemudian diakhiri dengan teknik pembelajaran (spesifik, individual,
unik).
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi
tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan
hasil belajar. Sasaran dari kegiatan mengajar adalah hasil belajar.
Ditinjau dari segi bahasa, hasil belajar diartikan sebagai hasil yang
dicapai seseorang yang ditunjukkan oleh apa yang telah digunakan
sebagai alat ukur untuk melihat tingkat keberhasilan setelah melakukan
usaha tertentu (Kasmawati dkk, 2017:72).
Hasil belajar menurut Abdurrahman (dalam Hernawati, 2018:121),
merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang
relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru
13
menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Menurut Sudjana (2011:22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Wahidmurni, dkk
(2010:18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil
dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam
dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi
kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap
suatu objek.
Jika ditinjau lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang
dalam taksonomi bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah
(domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain
afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan.
Sehubungan dengan itu, Gagne (Sudjana, 2011:22) mengembangkan
kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil
belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan
berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan
memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah
intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari
kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4)
informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5)
14
keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan
hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan
melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat
sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil
belajar. Menurut Wahidmurni, dkk (2010:28), instrumen dibagi menjadi
dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Hasil belajar tampak terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur
melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami
proses belajar atau setelah mengalai interaksi dengan lingkungannya
guna untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang akan menimbulkan
tingkah laku sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Hasil Belajar
Setelah kegiatan belajar mengajar maka akan dilakukan evaluasi
hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris. Beberapa prosedur pengukuran hasil belajar
yaitu pengukuran secara tertulis, secara lisan, dan melalui observasi.
Prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya
15
kognitif dan afektif, sedangkan prosedur observasi dipakai untuk
mengukur hasil belajar yang bersifat motorik (Nasution, 2010:4).
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih
baik, sehingga bermanfaat untuk: (a) Menambah pengetahuan, (b)
Lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) Lebih
mengembangkan keterampilannya, (d) Memiliki pandangan yang baru
atas sesuatu hal, (e) Lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya
(Sudjana dan Ibrahim, 2009:3).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan hasil belajar yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan
perilaku siswa ke arah yang lebih baik dan untuk memberikan motivasi
kepada siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Menurut Wasliman (Susanto, 2013:12-
13), hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor
internal maupun eksternal.
1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
siswa itu sendiri yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor
internal ini meliputi; kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
16
2) Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajarnya yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. keadaan keluarga yang tidak harmonis, serta kurangnya
perhatian dari orang tua dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Sekolah juga merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar
siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggipula
hasil belajar siswa.
Selanjutnya menurut Sabri (2010:59-60), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara garis besar terbagi
dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal Siswa
a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik, serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan
pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi,
motivasi, dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,
ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang
dimiliki.
2) Faktor-faktor Eksternal Siswa
a) Faktor lingkungan siswa. Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama,
faktor lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam), letak
17
madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial
seperti manusia dan budayanya.
b) Faktor instrumental. Yang termasuk faktor instrumental antara
lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran,
media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi pelajaran
serta strategi pembelajaran (Sabri, 2010:59-60).
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor-
faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-
faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar
siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses
pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.
d. Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang
dalam mennguasai ilmu pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat
dilihat melalui prestasinya. Peserta didik akan dikatakan berhasil
apabila prestasinya baik dan sebaliknya, ia tidak berhasil jika
prestasinya rendah (Purwanto, 2010:42).
Indikator sangat berhubungan dengan Kompetensi Dasar (KD),
kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
siswa dalam pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan. Indikator
sendiri merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, atau proses yang
18
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (Jihad dan Haris dalam
Udayana, 2017:55).
Pada komponen indikator, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1) Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-
tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh
peserta didik.
2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karaktersitik pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik.
3) Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur atau dapat diobservasi.
4) Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat
penilaian (Udayana, 2017:56).
Pada tingkat yang sangat umum sekali, hasil belajar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1) Keefektifan (Effectiveness).
2) Efesiensi (Efficiency).
3) Daya Tarik (Appeal) (Purwanto, 2010:42).
e. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar harus bersifat menyeluruh, menurut Bloom
(Sudjana, 2011:22), menggolongkan tipe hasil belajar yang meliputi
tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Penjelasan lebih rinci
dari ketiga aspek tersebut diantaranya:
19
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam tingkat, yakni pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari
tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
Tingkatannya yaitu: (a) Recieving/attending, yakni semacam
kepekaan penerimaan rangsangan (stumulasi) dari luar yang datang
kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. (b)
Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. (c) Valuing
(penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. (d)
Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
20
pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya.Yang termasuk
kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai
dan lain-lain. (e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
3) Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil belajar
ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan
bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar),
keterampilan pada gerak-gerak sadar, kemampuan perceptual,
termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,
motorik dan lain-laian, kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, gerakan-gerakan skill, mulai
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang komplek,
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondecursive,
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
3. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
a. Pengertian Pengukuran
Pengukuran dalam Fisika adalah kegiatan menggunakan alat-alat
ukur dengan tujuan mengetahui nilai suatu besaran. Menurut Shabrina
(2018:39), sains dan engineering didasarkan pada pengukuran dan
perbandingan. Oleh karena itu, kita memerlukan aturan-aturan tentang
21
bagaimana sesuatu itu diukur dan dibandingkan, dan kita juga
memerlukan eksperimen untuk menetapkan satuan dari pengukuran dan
perbandingan tersebut. Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat
bergantung pada metode pengukuran dan alat ukur. Hasil pengamatan
yang baik akan berarti/bermanfaat jika pengolahan dikerjakan secara
tepat.
Mengukur adalah Membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran disebut
mengukur. Alat-alat dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Selain
faktor alat ukur, untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang akurat
perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur,
proses pengukuran, kondisi lingkungan, dan orang yang melakukan
pengukuran (Nurafni, 2018:37).
b. Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala
utama, skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang
pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman. Rahang pengatur
garis tengah dalam dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian
dalam sebuah benda. Adapun rahang pengatur garis tengah bagian luar
dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar sebuah benda.
(Nurafni, 2018:38).
22
Menurut Warigan (2013:6), jangka sorong merupakan alat ukur
yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat ukur ini mempunyai banyak
sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar sorong, mistar
geser, schuifmaat atau verniercaliper. Pada batang ukurnya terdapat
skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada
ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur
tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan
rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari
benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong dilengkapi pula
dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Gambar 2.1 Jangka Sorong
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara
satu nilai skala utama dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka
sorong pada gambar di atas memiliki jumlah skala 20 maka skala
terkecil dari jangka sorong tersebut adalah 1 mm 20 = 0,05 mm. Nilai
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil
23
sehingga jika dituliskan secara matematis, diperoleh ∆X= ½ x 0,05 mm
= 0,025 mm (Nurafni, 2018:38-39).
c. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Secara umum cara menggunakan jangka sorong adalah misalnya
kita mengukur diameter luar sebuah pipa. Setelah pipa kita jepit, maka
kita kunci dengan memutar sekrup pengunci. Kemudian kita baca skala
pada rahang tetap, yaitu garis skala di depan garis skala nonius yang
tepat berimpit dengan garis skala rahang tetap. Hasil pembacaannya =
skala tetap + skala nonius.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci
yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala
nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran
objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek
akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.
Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala
utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan
dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001cm) (Riskawati dkk, 2019:39).
d. Kalibrasi Jangka Sorong
Sebelum melakukan proses pengukuran dengan menggunakan
suatu alat ukur, sebaiknya alat ukur tersebut dikalibrasi terlebih dahulu.
Kalibrasi adalah proses verifikasi bahwa akurasi suatu alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Tujuan atau fungsi kalibrasi adalah untuk
24
memastikan akurasi atau ketelitian dari alat ukur tersebut sehingga
instrumen yang digunakan dapat menghasilkan pengukuran yang akurat
(Riskawati dkk, 2019:39-40). Berikut ini adalah langkah-langkah
kalibrasi jangka sorong:
1) Putar sekrup pengunci berlawanan arah dengan jarum jam untuk
mengendurkan rahang geser.
2) Dorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.
3) Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol,
yaitu angka nol pada skala utama dan angka nol pada skala nonius
saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong sudah
terkalibras siap untuk digunakan.
Gambar 2.2 Jangka Sorong Terkalibrasi
e. Prosedur Pengukuran Jangka Sorong
1) Mengukur Diameter Luar Suatu Benda
a) Putar sekrup pengunci berlawanan arah jarum jam, kemudian
geser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang
akan diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang
geser dan rahang tetap).
b) Letakkan benda yang akan diukur di antara kedua rahang.
25
c) Geser sekali lagi rahang geser ke kiri sedemikian rupa sehingga
benda yang akan diukur terjepit oleh kedua rahang.
d) Putar sekrup pengunci searah jarum jam untuk mengunci rahang
geser agar tidak bergerak.
e) Baca dan catat hasil pengukuran.
Gambar 2.3 Mengukur Diameter Luar Benda
2) Mengukur Diameter Dalam Suatu Benda
a) Putar sekrup pengunci berlawanan arah jarum jam, kemudian
geser rahang geser jangka sorong sedikit ke kanan.
b) Letakkan benda seperti cincin atau tabung yang akan diukur
diamater dalamnya sedemikian rupa sehingga kedua rahang (atas)
jangka sorong masuk ke dalam cincin/tabung tersebut.
c) Geser rahang geser ke kanan, sehingga kedua rahang (atas) jangka
sorong menyentuh kedua dinding dalam cincin atau tabung yang
diukur.
d) Putar sekrup pengunci searah jarum jam untuk mengunci rahang
geser agar tidak bergerak.
26
e) Baca dan catat hasil pengukuran.
Gambar 2.4 Mengukur Diameter Dalam Benda
3) Mengukur Kedalaman Suatu Benda
a) Letakkan benda seperti tabung yang akan diukur dalam posisi
berdiri tegak.
b) Posisikan jangka dalam posisi vertikal, kemudian letakkan ujung
jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur
kedalamannya.
c) Geser rahang geser ke bawah sehingga ujung dept probe
(pengukur kedalaman) menyentuh dasar tabung.
d) Putar sekrup pengunci searah jarum jam untuk mengunci rahang
geser.
e) Baca dan catat hasil pengukuran.
Gambar 2.5 Mengukur Kedalaman Benda
4) Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong
27
Untuk membaca skala hasil pengukuran jangka sorong perhatikan
gambar dibawah ini.
Gambar 2.6 Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Adapun rumus hasil pengukuran menggunakan jangka sorong adalah
sebagai berikut:
𝐇𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 = 𝐒𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐔𝐭𝐚𝐦𝐚 + (𝐒𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐍𝐨𝐧𝐢𝐮𝐬 𝐗 𝐒𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥)
Keterangan:
Skala Utama : Pada skala utama, lihat skala yang tepat berhimpit
dengan angka nol skala nonius, jika tidak ada,
gunakan skala utama yang berada tepat disebelah
kiri angka nol skala nonius.
Skala Nonius : Pada skala nonius lihat skala nonius yang tepat
berhimpit dengan skala utama.
Skala Terkecil : Untuk menentukan skala terkecil, lihat jumlah
skala nonius.
4. Hubungan Keterampilan Mengukur Dengan Hasil Belajar Fisika
Keterampilan mengukur dalam pembelajaran sains khususnya Fisika
berarti memberikan peluang kepada peserta didik untuk memecahkan
sendiri permasalahan yang menjadi topik pembelajaran, yakni dengan cara
melakukan rentetan kegiatan-kegiatan praktikum. Dengan demikian, akan
memberikan kepuasan intrinsik kepada peserta didik yang telah melakukan
sendiri praktik mengukur besaran Fisika.
Setiap keterampilan peserta didik memiliki dampak yang posotf jika
keterampilan tersebut dilakukan. Sebagai contoh, peserta didik yang
28
melaksanakan keterampilan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
membuat dia tahu dan mengenal alat tersebut. Dengan mengenal alat ukur
yang akan digunakan itu menjadikannya tahu fungsi dan kegunaan alat
tersebut. Selanjutnya, dengan mengenal jenis dan fungsi alat yang
digunakan membuat peserta didik tersebut bisa menggunakan alat yang
dimaksud termasuk di dalamnya mengkalibrasi dan mengoperasikannya.
Oleh karena itu jika suatu ketika peserta didik tersebut diuji/diberikan
pertanyaan tentang spesifikasi, bagaimana prinsip kerjanya, bagaimana
cara mengkalibrasinya, dan atau bahkan tentang bagaimana cara membaca
hasil pengukuran suatu alat ukur (yang nota benenya sudah pernah
digunakan untuk praktikum) misalnya, peserta didik tersebut akan dengan
mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga hasil belajar
peserta didik tersebut dapat meningkat.
Hal yang telah dijelaskan di atas, didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Syafriyansyah, dkk (2013:440), yang menyatakan bahwa
keterampilan sains khususnya materi pengukuran berpengaruh terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa. Bahkan, tingkat kontribusinya cukup besar,
yakni sebesar 36,7%. Ini berarti, siswa yang nilai keterampilan sains yang
dimiliki oleh siswa meraih hasil belajar yang tinggi, begitu pula
sebaliknya siswa yang memiliki keterampilan sains yang rendah meraih
hasil belajar yang relatif rendah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika perubahan yang terjadi pada
keterampilan proses sains khususnya keterampilan mengukur, dikarenakan
29
adanya proses eksperimen yang dilakukan. Proses eksperimen yang
dilakukan dapat membuat siswa menjadi aktif ketika proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang meibatkan siswa aktif dalam proses yang
dilaksanakan dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam menggunakan
keterampilan proses sains dengan merumuskan pertanyaan yang mengarah
pada kegiatan penyelidikan, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen,
mengumpukan dan mengolah data, dan mengkomunikasikan hasil
temuannya dalam proses pembelajaran (Rizal dalam Suryanu, dkk
2019:94).
B. Kerangka Pikir
Belajar dan pembelajaran Fisika akan menjadi efektif bila bahan yang
dipelajari dikaitkan dengan tujuan yang akan dicapai dan dihubungkan
dengan masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Fisika, pada saat ini
masih berpusat pada guru, padahal kurikulum sudah diubah dengan
memusatkan pada peserta didik (student centered), sehingga kurang
mengembangkan kemampuan peserta didik dan hasil belajar yang belum
baik.
Salah satu alternatif pembelajaran Fisika yang dapat dijadikan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan materi pengukuran
melalui praktikum secara langsung. Keterampilan mengukur khususnya
menggunakan jangka sorong dalam pembelajaran sains khususnya Fisika
memberikan peluang kepada peserta didik untuk memecahkan sendiri
permasalahan yang menjadi topik pembelajaran, yakni dengan cara
30
melakukan rentetan kegiatan-kegiatan praktikum. Melalui kegiatan
praktikum, siswa dapat dengan sendiri membuktikan kebenaran suatu kajian
Fisika tertentu sehingga mereka akan dapat menemukan suatu pengalaman
langsung yang lebih hidup dalam belajar Fisika.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafriyansyah, dkk
(2013:440), keterampilan sains khususnya materi pengukuran berpengaruh
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Bahkan, tingkat kontribusinya cukup
besar, yakni sebesar 36,7%. Ini berarti, siswa yang nilai keterampilan sains
pada materi pengukuran meraih hasil belajar yang tinggi, begitu pula
sebaliknya siswa yang memiliki keterampilan sains pada materi pengukuran
yang rendah meraih hasil belajar yang relatif rendah.
Guna memperjelas kerangka pikir yang dideskripsikan di atas, maka
kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebegai berikut:
Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian
Keterampilan mengukuran
Menggunakan Jangka Sorong
(X)
Hasil Belajar Fisika Pada
Materi Pengukuran
(Y)
SMA NEGERI 18 PANGKEP
Hubungan Keterampilan Mengukur
Menggunakan Jangka Sorong Dengan Hasil
Belajar Fisika Pada Materi Pengukuran
31
C. Hipotesis
Hipotesis yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan
positif dan signifikan antara keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B pada materi
pengukuran semester ganjil SMA Negeri 18 Pangkep.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi karena data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data yang sudah ada
sehingga penelitiannya menggunakan metode penelitian ex post facto.
Riduwan menjelaskan bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian
yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kejadian tersebut (Riduwan, 2012:50).
Penelitian ini bermaksud bahwa peneliti tidak memberikan perlakukan
terhadap variable yang diteliti. Pada penelitian variable bebas (independen
variable) dan variable terikat (dependen variable) telah diyatakan secara
eksplisit, untuk kemudian dihubungkan sebagai penelitian korelasi atau
dipredisikan jika variable bebas mempunyai hubungan tertentu dengan
variable terikat.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 18 Pangkep yang terletak
di Pulau Sailus, Kecamatan Liukang Tangaya, Kab. Pangkajene Kepulauan
Provinsi Sulawesi Selatan.
33
C. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel yang dugunakan dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan
terikat, dimana diantara varibel satu dengan variabel lain saling
berhubungan. Varibel bebas (X) yang dugunakan dalam penelitian ini
adalah keterampilan menggunakan jangka sorong, sedangkan varibel
terikat (Y) adalah hasil belajar peserta didik.
2. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk
mengetahui hubungan keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong terhadap hasil belajar peserta didik kelas X.B di SMA Negeri 18
Pangkep, maka gambaran desain penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,
Keterampilan Mengukur
Menggunakan Jangka
Sorong
(X)
Hasil Belajar
Fisika
(Y)
34
2014:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X.B
SMA Negeri 18 Pangkep yang berjumlah 24 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Besarnya sampel yang ditarik dari populasi tergantung pada
variasi yang ada dikalangan anggota populasi. Adapun teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Teknik sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika populasi relatif kecil atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini
sebanyak 24 peserta didik yang terdiri dari 9 laki-laki dan 15 perempuan.
E. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong adalah kemampuan
peserta didik dalammenggunakan jangka sorong yang ddiperoleh dari hasil
pengamatan peneliti dengan bantuan lembar observasi yang dikonfersikan
dalam bentuk skala: kurang, cukup dan baik.
2. Hasil Belajar Fisika merupakan kemampuan peserta didik dalam
menyelesiakan soal tes pada materi pengukuran yang dimana hasilnya
dinyatakan dalam bentuk skor.
35
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 3 tahap yakni: tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Berkomunikasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika
untuk meminta izin melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan obsevasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek
penelitian.
c. Membuat instrumen penelitian berupa tes hasil belajar dan instrumen
lembar observasi untuk mengetahui keterampilan siswa menggunakan
jangka sorong.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Sebelum membagikan instrumen penelitian kepada peserta didik,
peneliti menjelaskan terlebih dahulu jenis tes yang akan dilakukan.
b. Membagikan instrumen berupa tes hasil belajar dan instrumen lembar
observasi untuk mengetahui keterampilan siswa menggunakan jangka
sorong.
c. Mengumpulkan semua instrumen tersebut.
36
3. Tahap Akhir
Setelah seluruh kegiatan penelitian dilaksanakan maka dilakukan
analisis dari data yang telah diperoleh untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari penelitian yang dilakukan terjawab.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan
demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar
dan lembar observasi keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong.
Adapun tes hasil belajar Fisika peserta didik diperoleh dari instrumen tes
yang terdiri dari dari 7 soal tes. Sedangkan keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong terdapat 13 aspek yang dinilai dengan skor
penilaian terdiri dari: 1 = Kurang, 2 = Cukup 3 = Baik.
H. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri teknik test dan non-test.
1. Teknik tes diberikan yaitu membagikan instrumen test dan memberikan
waktu pada peserta didik untuk mengerjakan soal pada instrumen yang
telah dibagikan.
37
2. Teknik non-tes berupa pengamatan (observasi) yang digunakan untuk
menilai keterampilan peserta didik dalam menggunakan jangka sorong
pada saat proses praktikum dan diskusi.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-
penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun serta berarti.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
statistik deskriptif dan analisis data statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskripsi
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan
keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dan hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X.b SMA Negeri 18 Pangkep. Menurut Sugiono
(2014:207), statistik deskriptif adalah statistik digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah dikumpulkan, dimana tidak memiliki maksud untuk membuat
kesimpulan yang berlaku umum. Dalam penelitian ini analisis statistik
deskriptif digunakan untuk mengetahui bagaimana keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dan hasil belajar Fisika peserta didik kelas
X.B SMA Negeri 18 Pangkep berupa nilai test dan nontest pada semester
semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
Pengkategorian terdiri dari tinggi, cukup, dan kurang. Untuk
mengetahui gambaran dari masing-masing variabel maka peneliti
menggunakan analisis deskriptif, yang dilakukan dengan bantuan SPSS
38
versi 21, penentuan 3 kategori tersebut menggunakan mean dan standar
deviasi dari skor tersebut dengan menggunakan patokan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kategorisasi
Kategori Batas Kategori
Tinggi (µ + 1,0 𝜹) ≤ X
Cukup (µ − 1,0 𝜹) ≤ X < (µ + 1,0 𝛿)
Kurang X ≤ ( µ − 1,0 𝜹)
Keterangan :
µ = Mean
𝜹 = Standar Deviasi
X = Skor Total Setiap Peserta Didik
2. Analisis Statistik Inferensial
Pada analisis statistik inferensial dilakukan beberapa pengujian untuk
keperluan penguji hipotesis. Pertama dilakukan pengujian dasar yaitu uji
normalitas dan linieritas. Setelah itu dilakukan uji kolerasi pearson
product moment untuk keperluan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Adapun uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Nonparametric Test One-Sample
Kolmogorov-Smirnov (1-Sample K-S). Jika hasil Kolmogorov-Sminrnov
menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual
terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogorov-Smirnov
39
menunjukkan nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual
terdistribusi tidak normal. Uji normalitas dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi program Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 21.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak, secara signifikan yaitu
keterampilan menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika.
Uji tersebut digunakan sebagai prasayarat dalam analisis korelasi. Uji
linieritas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
bantuan aplikasi program Statistical Package for Social Science (SPSS)
versi 21.
Kriteria Pengujian:
Jika Sig. dari deviation from linearity > 0,05, maka dikatakan
terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
Jika Sig. Dari deviation from linearity < 0,05, maka dikatakan tidak
terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
c. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yang merupakan
hipotesis hubungan, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan
penghitungan korelasi product moment. Menurut Sugiono (2014:212),
40
analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat kuantitatif. Analisis korelasi parsial digunakan untuk
mengetahui kekuatan hubungan atau korelasi antara variabel
independen dan dependen. Pengukuran keeratan hubungan antara
variabel independen dan dependen digunakan korelasi Product moment
(Pearson) untuk menguji hubungan asosiatif atau bila data berbentuk
interval atau rasio. Penentuan koefisien korelasi dengan menggunakan
metode analisis korelasi Pearson Product moment dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑟 =𝑛∑𝑋𝑖𝑌𝑖 − (∑𝑋𝑖)(∑𝑌𝑖)
√{𝑛∑𝑋2𝑖 − (∑𝑋𝑖)2}{𝑛∑𝑌2𝑖 − (∑𝑌𝑖)2}
Keterangan:
𝑟 = Koefisien korelasi product moment.
𝑋𝑖 = Variabel independen (variabel bebas).
𝑌𝑖 = Variabel dependen (variabel terikat).
𝑛 = Jumlah responden (sampel).
Σ𝑋𝑖𝑌𝑖 = Jumlah perkalian variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun Statistik Hipotesis :
Ha : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan
mengukur menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X.B semester ganjil SMA Negeri 18
Pangkep.
41
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara
keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dengan
hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B semester ganjil SMA
Negeri 18 Pangkep.
Adapun ketentuan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Apabila rhitung ≥ rtabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak ditolak.
Apabila rhitung ≤ rtabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interprestasi Koefisien Korelasi (R)
Interval Koefisien Keterangan
0,00 – 0,199 Antara Variabel X dan variabel Y
memeng terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi tersebut sagat lemah
atau sangat rendah sehingga korelasi
itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi)
0,20 – 0,399 Antara variabel X dab variabel Y
terdapat korelasi yang lemah
(rendah)
0,40 – 0,599 Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sedang
(cukup)
0,60 – 0,799 Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang kuat (tinggi)
0,80 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yangs angat kuat
(sangat tinggi)
Sumber : Sugiono (2014:250)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab IV ini diuraikan secara rinci hasil penelitian dengan
memaparkan bukti yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.
Pemaparan ini merujuk pada rumusan masalah yang telah dikemukakan pada
bab pertama. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes
hasil belajar Fisika peserta didik diperoleh dari instrumen tes yang terdiri dari
dari 7 soal tes yang berkaitan dengan materi pengukuran. Sedangkan
instrumen nontest keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong
terdapat 13 aspek yang dinilai melalui observasi dengan skor penilaian terdiri
dari: 1 = Kurang, 2 = Cukup 3 = Baik. Selanjutnya, data-data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial
dengan bantuan aplikasi program Statistical Package for Social Science
(SPSS) versi 21 for windows.
1. Analisis Statistik Deskripsi
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan
keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dan hasil belajar
fisika peserta didik kelas X.B pada materi pengukuran semester ganjil
SMA Negeri 18 Pangkep. Untuk mengetahui gambaran masing-masing
variabel, dimana rumus kategorisasi yang terdiri dari tinggi, cukup dan
kurang yang diukur dengan mean dan standar deviasi.
43
a. Keterampilan mengukur peserta didik kelas X.B menggunakan jangka
sorong pada materi pengukuran
Adapaun gambaran hasil analisis deskripsi kategorisasi keterampilan
mengukur peserta didik kelas X.B menggunakan jangka sorong secara
keseluruhan yang diperoleh dari hasil mean (rata-rata) dan standar deviasi
yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisis Statistk Deskriptif
Keterampilan Mengukur
N Valid 24
Missing 0
Mean 31,25
Median 31,50
Mode 30
Std. Deviation 3,981
Minimum 20
Maximum 39
Sum 750
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik variabel keterampilan
menggunakan jangka sorong (X1) di atas, diperoleh skor rata-rata
(mean) sebesar 31,25 dan standar deviasi sebesar 3,981. Untuk
mengetahui gambaran keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep dapat dilihat
pada tabel kategorisasi dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategorisasi Keterampilan
Mengukur Menggunakan Jangka Sorong
Batas Ketegori Interval F % Ket
(µ + 1,0 𝜹) ≤ X 35,231 < X 4 16,7 Tinggi (µ − 1,0 𝜹) ≤ X < (µ + 1,0 𝛿) 27,269 < X < 35,231 19 79,2 Cukup
X ≤ ( µ − 1,0 𝜹) X < 27,269 1 4,2 Kurang
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
44
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa peserta didik
yang memiliki keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong
dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 4 orang peserta didik, peserta
didik yang memiliki keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong dalam kategori cukup yaitu 19 orang peserta didik. Sedangkan
peserta didik yang kurang memiliki keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong sebanyak 1 orang peserta didik. Untuk
lebih jelasnya disajikan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Keterampilan
Mengukur Menggunakan Jangka Sorong
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan gambar 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa peserta
didik yang memiliki persentase keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dalam kategori tinggi yaitu sebanyak
16,7% dan 79,2% peserta didik yang memiliki keterampilan
mengukur menggunakan jangka sorong dalam kategori cukup,
sedangkan peserta didik yang memiliki keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dalam kategori kurang yaitu sebanyak
4,2%. Berdasarkan kategori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan peserta didik kelas X.B SMA negeri 18 Pangkep dalam
16,7%
79,2%
4,2%
Keterampilan Mengukur
45
mengukur menggunakan jangka sorong dominan berada pada
kategori cukup yakni sebanyak 19 orang peserta didik dengan
persentase sebesar 79,2%
b. Hasil belajar fisika peserta didik kelas X.B pada materi pengukuran
semester ganjil SMA Negeri 18 Pangkep
Data hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini
menggunakan instrumen tes yang dibagikan kepada peserta didik kelas
X.B SMA Negeri 18 Pangkep yang terdiri dari 7 soal yang harus
dijawab oleh peserta didik. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar
Fisika peserta didik pada materi pengukuran dapat disederhanakan ke
dalam tiga kategori yaitu tinggi, cukup dan rendah. Adapun hasil
deskripsi statistk hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Analisis Statistk Deskriptif
Hasil Belajar Fisika
N Valid 24
Missing 0
Mean 78,71
Median 79,00
Mode 70a
Std. Deviation 6,623
Minimum 70
Maximum 90
Sum 1889
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik variabel hasil belajar
Fisika (Y) di atas, diperoleh skor rata-rata (mean) sebesar 78,71 dan
standar deviasi sebesar 6,623. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar
46
Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep dapat dilihat
pada tabel kategorisasi dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategorisasi Hasil Belajar Fisika
Batas Ketegori Interval F % Ket
(µ + 1,0 𝜹) ≤ X 85,333 < X 4 16,7 Tinggi (µ − 1,0 𝜹) ≤ X < (µ + 1,0 𝛿) 72,087 < X < 85,333 16 66,7 Cukup
X ≤ ( µ − 1,0 𝜹) X < 72,087 4 16,7 Kurang
Jumlah 24 100
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa peserta didik
yang memperoleh hasil belajar fisika dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 4 orang peserta didik, peserta didik yang memperoleh hasil
belajar fisika dalam kategori cukup yaitu sebanyak 16 orang peserta
didik. Sedangkan peserta didik yang memperoleh hasil belajar fisika
dalam kategori kurang sebanyak 4 orang peserta didik. Untuk lebih
jelasnya disajikan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Fisika
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan gambar 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa peserta
didik yang memperoleh hasil belajar fisika dalam kategori tinggi
yaitu sebanyak 16,7% dan 66,7% peserta didik yang memperoleh
16,7%
66,7%
16,7%Hasil Belajar Fisika
Tinggi
Cukup
Kurang
47
hasil belajar fisika dalam kategori cukup, sedangkan peserta didik
yang memperoleh hasil belajar fisika dalam kategori kurang yaitu
sebanyak 16,7%. Berdasarkan kategori di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas X.B SMA
negeri 18 Pangkep dominan berada pada kategori cukup yakni
sebanyak 16 orang peserta didik dengan persentase sebesar 66,7 %.
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menjawab hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Uji hipotesis dilakukan
setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Berdasarkan uji
normalitas dan uji linearitas, diperoleh sebaran data berdistribusi normal,
dan terdapat hubungan yang linear antara variabel independen dengan
variabel dependen. Untuk lebih jelasnya analisis statistik inferensial dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
Nonparametric Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov (1-Sample K-
S). Jika hasil Kolmogorov-Sminrnov menunjukkan nilai signifikan di
atas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan
jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan di bawah
0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas
dengan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
48
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 24
Uniform
Parametersa,b
Minimum -12,08025
Maximum 11,17901
Most Extreme
Differences
Absolute ,130
Positive ,107
Negative -,130
Kolmogorov-Smirnov Z ,636
Asymp. Sig. (2-tailed) ,814
a. Test distribution is Uniform.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov Z yang diperoleh adalah 0,636 dan tingkat
signifikansi pada 0,814 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang linier atau
tidak secara signifikan variabel penelitian. Uji ini digunakan sebagai
persyaratan dalam analisis korelasi. Pengujian linieritas pada penelitian
ini menggunakan sig linierity dan sig deviation from linierity. Variabel
penelitian dikatakan mempunyai hubungan yang linier apabila linierity
< 0,05 dan deviation from linierity > 0,05. Adapun hasil uji linearitas
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
49
Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Hasil Belajar Fisika * Keterampilan Mengukur
Between Groups
(Combined) 525,175 10 52,518 1,411 ,276
Linearity 183,681 1 183,681 4,936 ,045
Deviation from Linearity
341,494 9 37,944 1,020 ,473
Within Groups 483,783 13 37,214 Total 1008,958 23
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan hasil uji linieritas antara keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong menunjukan nilai sig linierity sebesar
0,045 < 0.05 dan nilai sig deviation from linierity adalah sebesar 0,473
> 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
variabel keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dengan
hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep
berjalan linear.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau
penolakan hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik Korelasi
Product Moment dengan bantuan aplikasi program Statistical Package
for Social Science (SPSS) versi 21. Penggunaan teknik Korelasi
Product Moment karena data kedua variabel berjenis interval.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam uji Korelasi Product Moment
adalah sebagai berikut:
50
Ha : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan
mengukur menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep.
H0 : Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara
keterampilan mengukur menggunakan jangka sorong dengan
hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18
Pangkep.
Adapun hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Korelasi Product Moment
Correlations
Keterampilan
Mengukur Hasil Belajar
Fisika
Keterampilan Mengukur Pearson Correlation 1 ,427*
Sig. (2-tailed) ,038
N 24 24
Hasil Belajar Fisika Pearson Correlation ,427* 1
Sig. (2-tailed) ,038
N 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Hasil Olah Data, 2020.
Berdasarkan data pada tabel 4.20 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
koefisien korelasi (R) atau rhitung sebesar 0,427. Hal ini menunjukan
adanya korelasi yang positif sebesar 0,427 antara keterampilan
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik
kelas X.B di SMA negeri 18 Pangkep. Selanjutnya dilakukan uji
signifikansi dengan membandingkan nilai koefisien korelasi dengan
nilai rtabel. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel maka Ha diterima dan
51
H0 ditolak, sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka H0 diterima
dan Ha ditolak.
Nilai rtabel dengan N = 24 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai
rtabel sebesar 0,404. Jika rhitung dibandingkan dengan rtabel maka dapat
diketahui bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (0,427 ≥ 0,404).
Dengan demikian koefisien korelasi sebesar 0.427 dikatakan signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik
kelas X.B semester ganjil SMA Negeri 18 Pangkep, dengan demikian
Ha diteri dan H0 ditolak.
Selanjutnya, untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya
hubungan kedua variabel digunakan pedoman interpretasi koefisien
korelasi. Dengan menggunakan pedoman interprestasi terhadap
koefisien korelasi maka dapat diketahui tingkat hubungan antara
variabel keterampilan menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar
Fisika peserta didik kelas X.B di SMA Negeri 18 Pangkep ada pada
rentang interval 0,400-0,599. Hal ini menunjukan tingkat hubungan
kedua variabel tersebut adalah cukup/sedang.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskripsi, sebagaimana yang telah diuraikan di
atas, menunjukan bahwa keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong peserta didik kelas X.B semester ganjil di SMA Negeri 18 Pangkep
52
paling dominan berada pada kategori cukup dengan persentase frekuensi
terbanyak yaitu sebesar 79,2% hal ini dikarenakan peserta didik dominan
memperoleh skor yang berada pada taraf interval 27,269-35,231. Hasil
penelitian ini juga mengungkapkan bahwa peserta didik kelas X.B SMA
Negeri 18 Pangkep menyadari pentingnya keterampilan mengukur khusunya
menggunakan jangka sorong untuk memperluas wawasan dan pengetahuan.
Dimana wawasan dan pengetahuan tersebut sangat berguna untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suryanu, dkk (2019:94) menyatakan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika perubahan yang terjadi pada
keterampilan mengukur dikarenakan adanya proses eksperimen yang
dilakukan. Proses eksperimen yang dilakukan dapat membuat siswa menjadi
aktif ketika proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang meibatkan
siswa aktif dalam proses yang dilaksanakan dapat menumbuhkan kemampuan
siswa dalam menggunakan keterampilannya.
Berdasarkan analisis deskripsi, nilai hasil belajar Fisika pada 24 peserta
didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep terdapat 4 orang peserta didik
(16,7%) memperoleh hasil belajar Fisika yang tinggi, peserta didik yang
memperoleh hasil belajar Fisika yang cukup sebanyak 16 orang (66,7%).
Sedangkan peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang rendah
sebanyak 4 orang (16,7%). Berdasarkan data tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri
53
18 Pangkep dominan berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 16 orang
atau (66,7%). Pada umunya, hasil belajar Fisika dapat diketahui setelah
melakukan pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Hasil belajar tersebut dapat
diwujudkan dengan pembelajaran Fisika yang memiliki karakteristik
tersendiri. Karakteristik Fisika yaitu mengukur hal-hal yang bersifat fisik,
tidak bersifat abstrak, bahkan dapat mengukur secara kuantitatif (Markawi,
2013:13).
Hasil perhitungan dengan teknik Korelasi Product Moment menunjukan
nilai Koefisien Korelasi (R) dari variabel keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dan hasil belajar Fisika sebesar 0,427. Nilai rtabel
dengan N = 24 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai rtabel sebesar 0,404.
Jika rhitung dibandingkan dengan rtabel maka dapat diketahui bahwa nilai rhitung
lebih besar dari nilai rtabel (0,427 ≥ 0,404). Dari nilai tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan yang positif sebesar 0,427 antara keterampilan
mengukur menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar peserta didik
kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep pada semester ganjil. Hubungan yang
positif artinya semakin tinggi keterampilan mengukur menggunakan jangka
sorong peserta didik, maka hasil belajar Fisikapun akan semankin meningkat.
Dan sebaliknya, semakin rendah keterampilan mengukur menggunakan
jangka sorong peserta didik maka akan semakin rendah pula hasil belajar
Fisika yang diperoleh peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep. Hasil
tersebut dapat diterima, oleh karena hasil belajar Fisika merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah melalui eksperimen.
54
Eksperimen ini merupakan upaya peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan tentang Fisika khususnya materi pengukuran. Selanjutnya
besarnya hubungan antara variabel keterampilan menggunakan jangka sorong
dengan hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep
ada pada rentang interval 0,400-0,599. Hal ini menunjukan tingkat hubungan
kedua variabel tersebut adalah cukup/sedang.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Sinuraya, dkk (2019). Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan
proses sains mempunyai hubungan yang searah dengan hasil belajar kognitif.
Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien keterampilan proses sains untuk
sebesar 0.271 dan bertanda positif, berdasarkan hasil tersebut maka setiap
kenaikan keterampilan proses sains satu satuan maka variabel Beta akan naik
sebesar 0,271. Hal ini membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
keterampilan proses sains akan diikuti secara positif oleh perubahan
penguasaan keterampilan siswa.
Selanjutnya penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Syafriyansyah, dkk (2013). Dimana hasil penelitian menunjukan bahwa
ada pengaruh secara signifikan keterampilan proses sains khususnya materi
pengukuran terhadap hasil belajar Fisika siswa melalui metode eksperimen.
Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi linier sederhana menunjukan
bahwa nilai thitung nya adalah sebesar 4,169. Nilai tersebut jauh lebih besar
dibandingkan dengan ttabel yang hanya sebesar 2,035.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan
sebelumnya pada bab IV, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan peserta didik kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep dalam
mengukur menggunakan jangka sorong dominan berada pada kategori
cukup dilihat dari skor rata-rata yaitu 31,25.
2. Hasil belajar Fisika peserta didik kelas X.B pada materi pengukuran SMA
Negeri 18 Pangkep dominan berada pada kategori cukup dilihat dari nilai
rata-rata yaitu 78,71.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan mengukur
menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika peserta didik
kelas X.B SMA Negeri 18 Pangkep.
B. Saran
1. Bagi Guru: Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam
kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai hasil belajar peserta didik
yang lebih baik (tinggi).
2. Bagi Peserta didik: Diharapkan peserta didik agar lebih terampil dalam
menggunakan jangka sorong, agar hasil belajar khususnya Fisika dapat
meningkat.
56
3. Bagi Peneliti Selanjutnya: Penelitian ini hanya meneliti hubungan antara
keterampilan menggunakan jangka sorong dengan hasil belajar Fisika
peserta didik. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor-faktor
keterampilan lainnya yang berhubungan dengan hasil belajar Fisika peserta
didik.
57
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Nuzula Dwi. 2017. Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Menggunakan Model
Course Review Horay dan Model Direct Instruction. Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta. Online. Tersedia Pada:
https://eprints.uny.ac.id/47967/1/SKRIPSI_NUZULA%20DWI%20ASTUTI_133
02241053.pdf. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2020.
Hernawati, Eneng. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Penggunaan Metode
Demonstrasi dan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas X MAN 4 Jakarta.
Andragogi Jurnal Diklat Teknis. Vol. 6 No. 2 : 118-131.
Kasmawati, dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 5 No. 2, 70-75.
Lumbu, Albert dan Panda, M. Florentina. 2018. Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Dasar Dalam Menggunakan Alat Ukur Pada Pembelajaran Fisika di SMA Negeri
6 Skouw Jayapura. Jurnal Pengabdian Papua. Vol. 2 No. 2; 39-42.
Markawi, Napis. 2013. Pengaruh Keterampilan Proses Sains, Penalaran, dan Pemecahan
Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif. Vol. 3 No. 1 : 11-25.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurafini. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik Pada Materi Pengukuran di Kelas X SMAN 1
Baitussalam Aceh Besar. Online. Tersedia Pada: http://docplayer.info/89715827-
Skripsi-diajukan-oleh-nur-afni-nim-mahasiswi-fakultas-tarbiyah-dan-keguruan-
program-studi-pendidikan-fisika.html. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2020.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Riskawati, dkk. 2019. Alat Ukur dan Pengukuran. Makassar: LPP Unismuh Makassar.
Rusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sabri, M. Alisuf. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf.
Saputra, Dimas. 2019. Pengembangan Modul Praktikum Alat Ukur Fisika Berbasis
Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar. Skripsi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung. Online.
Tersedia Pada:
58
http://repository.radenintan.ac.id/7768/1/skripsi%20dimas%20fiks.pdfDiakses
Pada Tanggal 20 Maret 2020.
Sari, Widia. 2019. Tinjauan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Program Lintas
Minat Fisika Kelas X IPS di MAN 4 Aceh Besar. Skripsi Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh. Online. Tersedia Pada:
https://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/7780/3/Full%20Skripsi_Widia%20Sari_140204021_FTK%
20PFS.pdf. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2020.
Shabrina, Annisa. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Web Enhanced
Course Dengan Model Inkuiri Terbimbing Pada Materi Pengukuran Sma Kelas
X. Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Online.
Tersedia Pada: http://repository.radenintan.ac.id/4950/1/SKRIPSI.pdf. Diakses
Pada Tanggal 20 Maret 2020.
Sinuraya, Jurubahasa., dkk. 2019. Analisis Hubungan Keterampilan Proses Sains dan
Kreatifitas Dengan Hasil Belajar Kognitif Melalui Penggunaan LKM Berorientasi
Icare Pada Pembelajaran Matakuliah Fisika SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.
8 No. 2 : 91-96.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kuliatatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafriyansyah, dkk. 2013. Pengaruh Keterampilan Proses Sains (KPS) Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Melalui Metode Eksperimen Dengan Pendekatan Inkuiri
Terbimbing. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 1 No. 1 : 433-443.
Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik).Yogyakarta:
Nuha Litera.
Warigan. 2013. Penggunaan Alat-Alat Ukur Metrologi Industri. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish (Grub Penerbitan CV. Budi Utama).
Yuberti. 2014. Teori Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar dalam Pendidikan.
Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA).
59
60
Lampiran A.1
LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN MENGUKUR
Nama Sekolah :
Nama Siswa :
Kelas/Semester :
Materi :
Hari/Tanggal :
Petunjuk Pengisian :
Belilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan hasil pengamatan
menyangkut keterampilan mengukur peserta didik berdasarkan skala sebagai
berikut:
1. Kurang
2. Cukup
3. Baik
No. Aspek Yang Dinilai Skor Penilaian
3 2 1
1. Mengetahui bagian-bagian jangka sorong.
2. Mengetahui fungsi bagian-bagian jangka sorong.
3. Mengetahui cara mengukur ketebalan suatu benda
dengan menggunakan jangka sorong.
4. Mengetahui cara mengukur diameter luar suatu benda
dengan menggunakan jangka sorong.
5. Mengetahui cara mengukur diameter dalam suatu benda
dengan menggunakan jangka sorong.
6. Mengetahui cara mengukur kedalaman suatu benda
dengan menggunakan jangka sorong.
7. Mengetahui batas ukur jangka sorong yang digunakan.
8. Mengetahui NST jangka sorong yang digunakan.
9. Mengetahui cara membaca hasil pengukuran skala
nonius jangka sorong.
10. Mengetahui cara membaca hasil pengukuran skala
utama jangka sorong.
11. Mengetahui cara menentukan hasil pengukuran.
12. Mengetahui besaran dan satuan hasil pengukuran.
13. Mengetahui jumlah angka penting hasil pengukuran
jangka sorong.
Total Skor
61
Lampiran A.2
LEMBARAN SOAL TES HASIL BELAJAR
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 18 Pangkep
Kelas/Semester : X.B
Pokok Bahasan : Pengukuran
Waktu : 90 Menit
Jawablah soal-soal berikut dengan benar !
1. Tuliskan dan jelaskan bagian-bagian dari alat ukur jangka sorong !
2. Sebuah balok diukur ketebalannya menggunakan jangka sorong dengan hasil
pengukuran seperti pada gambar di bawah ini. Hitunglah berapa besar hasil
pengukurannya !
3. Sebuah gelas diukur diameternya menggunakan jangka sorong dengan hasil
pengukur seperti pada gambar dibawah ini. Hitunglah besar hasil
pengukurannya !
4. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala yang
ditunjukan dari hasil pengukuran tampak pada gambar dibawah ini. Tentukan
besarnya hasil pengukuran balok tersebut !
62
5. Tentukan ketidakpastian pengukuran dengan menggunakan jangka sorong !
6. Tuliskan cara mengukur diameter dalam sebuah cincin menggunakan jangka
sorong !
7. Dari hasil pengamatan mengukur ketebalan dengan menggunakan jangka
sorong (ketelitiannya 0,025 mm) dari suatu bahan secara berulang-ulang di
dapat hasil pengukurannya sebagai berikut:
No. Skala Utama Skala Nonius Hasil Pengukuran
1. 1,2 cm 3 ..........
2. 1,4 cm 5 ..........
3. 1,6 cm 7 ..........
Tentukan hasil pengukuran berdasarkan tabel tersebut di atas !
63
Lampiran A.3
KISI- KISI INSTRUMENT HASIL BELAJAR
indikator Soal Jawaban Ranah
Kognitif
Skor
3.2.5
Menjelaskan
cara penggunaan
alat ukur beserta
ketelitiannya.
1. Tuliskan dan jelaskan bagian-bagian dari
alat ukur jangka sorong.
a. rahang dalam
terdiri atas rahang geser dan rahang tetap. Rahang
dalam berfungsi untuk mengukur dimensi luar atau
sisi bagian luar sebuah benda misalnya tebal, lebar
sebuah benda kerja.
b. Rahang luar
Terdiri atas rahang geser dan rahang tetap. Rahang
luar berpungsi untuk mengukur diameter dalam
atau sisi bagian dalam sebuah benda.
c. Pengukur ke dalam ( depth probe )
Fungsinya untuk mengukur kedalaman sebuah
benda.
d. Skala utama dalam centimeter (cm)
Untuk menyatakan ukuran utama dalam bentuk
centimeter.
e. Skala utama dalam inchi
Untuk menyatakan ukuran utama dalam bentuk
inchi.
f. Skala nonius dalam milimeter
Skala nonius dalam bentuk milimeter berpungsi
sebagai skala pengukuran praksi dalam bentuk
millimeter
g. Skala nonius dalam inchi
Skala nonius dalam bentuk inchi berpungsi sebagai
skala pengukuran praksi dalam bentuk inchi.
h. pengunci
C2
15
64
pungsinya untuk menahan bagian-bagian yang
bergeser saat berlangsungnya proses pengukuran
missal rahamg dan depth probe.
4.2.3 Melakukan
pengukuran
besaran panjang
dan mengelola
hasil percobaan
pengukuran
besaran panjang
dengan
menggunakan
jangka sorong.
4.2.4 Mengelola
data hasil
percobaan
pengukuran.
2. Sebuah balok diukur ketebalannya
menggunakan jangka sorong dengan hasil
pengukuran seperti pada gambar di bawah
ini. Hitunglah berapa Besar hasil
pengukurannya?
Skala utama = 5,7 cm
Skala nonius = 5 x 0,1 x 0,1 = 0,05 cm
Hasil pengukuran = (5,7 + 0,05) cm = 5,75 cm
C4 15
4.2.3 Melakukan
pengukuran
besaran panjang
dan mengelola
hasil percobaan
pengukuran
besaran panjang
dengan
menggunakan
jangka sorong.
4.2.4 Mengelola
3. Sebuah gelas diukur diameternya
menggunakan jangka sorong dengan hasil
pengukuran seperti pada gambar.
Hitunglah besar hasil pengukurannya.
Skala utama = 0,8 cm
Skala nonius = 3 x 0,01 cm = 0,03 cm
Diameter dalam gelas = 0,8 cm + 0,03 cm = 0,83 cm
C4 15
65
data hasil
percobaan
pengukuran.
4.2.3 Melakukan
pengukuran
besaran panjang
dan mengelola
hasil percobaan
pengukuran
besaran panjang
dengan
menggunakan
jangka sorong.
4.2.4 Mengelola
data hasil
percobaan
pengukuran.
4. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan
jangka sorong. Skala yang ditunjukkan
dari hasil pengukuran tampak pada
gambar. Tentukan besarnya hasil
pengukuran balok tersebut.
Skala utama = 3,1 cm
Skala nonius = 9 x 0,01 = 0,09 cm
Tebal balok = 3,1 cm + 0,09 cm = 3,19 cm
C4 15
3.2.7
Menuliskan
hasil
pengukuran
dengan
ketidakpastianny
a berdasarkan
aturan angka
penting.
5. Tentukan ketidakpastian pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah
dari skala terkecil sehingga jika dituliskan secara
matematis, diperoleh :
∆𝑥 =1
2× 0,05 𝑚𝑚 = 0,025 𝑚𝑚 C3 15
66
3.2.5
Menjelaskan
cara penggunaan
alat ukur beserta
ketelitiannya.
6. Tuliskan cara mengukur diameter dalam
sebuah cincin menggunakan jangka sorong
Cara mengukur diameter dalam :
a. Putarlah pengunci kekiri
b. Masukkan rahang bagian atas kedalam benda
yang akan diukur.
c. Geser rahang tetap pada benda dan putar pengunci
kekanan.
d. Bacalah skala utama dan skala noniusnya.
C2 10
3.2.7
Menuliskan
hasil
pengukuran
dengan
ketidakpastianny
a berdasarkan
aturan angka
penting.
7. Dari hasil pengamatan mengukur
ketebalan dengan menggunakan jangka
sorong (keteliannya 0,025 mm) dari suatu
bahan secara berulang-ulang di dapat hasil
pengukurannya sebagai berikut.
no Skala
utama
Skala
nonius
Hasil
pengukuran
1
2
3
1,2 cm 1,4 cm 1,6 cm
3
5
7
……..
……..
……..
Tentukan hasil pengukuran dengan
ketidakpastiannya berdasarkan aturan angka
penting pada tabel diatas!
Ketelitian jangka sorong menjadi = 0,0025 cm
no Skala
utama
Skala
nonius
Hasil pengukuran
1
2
3
1,2 cm
1,4 cm
1,6 cm
3
5
7
=1,2 cm + (3 x 0,005)cm
= (1,2150 ± 0,0025)cm
=1,4 cm + (5 x 0,005)cm
= (1,4250 ± 0,0025 )cm
=1,6 cm + (7 x 0,005)cm
= (1,6350 ± 0,0025)cm
C3 15
Total Skor 100
67
Validator 2
Kuat (3-4)
Lemah (1-2)
Lampiran B
UJI GREGORY
Ada dua validator yang dilibatkan dalam proses validasi yaitu dosen dari
Universitas Negeri Makassar. Penilaian yang diberikan yakni penilaian terhadap
instrumen keterampilan mengukur dan instrumen tes hasil belajar.
Validator 1
Lemah kuat
(1-2) (3-4)
A B
C D
A. Keterampilan Mengukur
No Aspek Yang Dinilai Validator
Ket V1 V2
1 Format observasi:
a. Format jelas sehingga memudahkan melakukan
penilaian
b. Proporsional
4
3
4
3
D
D
2 Isi:
a. Dirumuskan secara jelas dan operasional sehingga
mudah diukur.
b. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
c. Dapat digunakan untuk mengukur keterampilan
mengukur
d. Kelengkapan komponen lembar observasi
keterampilan mengukur
4
3
3
4
3
3
3
3
D
D
D
D
3 Bahasa dan Tulisan:
a. Bahasa yang digunakan baik dan benar
b. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
4
4
4
4
D
D
68
c. Penyampaian petunjuk jelas
d. Penulisan mengikuti aturan EYD
4
4
4
4
D
D
“uji Gregory” dengan syarat 𝑟 ≥ 0,75
𝑟 =𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
=10
0+0+0+10
=10
10 =1
B. Tes Hasil Belajar
Bidang
Telaah Kriteria
validator Ket
V1 V2
Soal
1. Soal-soal sesuai dengan indikator
2. Soal-soal sesuai dengan aspek yang diukur
3. Batasan pertanyaan dirumuskan dengan
jelas
4. Mencakup materi pelajaran secara
reprensentatif
3
3
4
4
4
4
3
4
D
D
D
D
Konstruksi
1. Petunjuk mengerjakan soal dinyatakan
dengan jelas
2. Kalimat soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda
3. Rumusan pertanyaan soal menggunakan
kalimat tanya atau perintah yang jelas
4. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif
sama
4
4
3
3
4
4
4
3
D
D
D
D
Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang benar
2. Menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti
4
4
4
4
D
D
69
3. Menggunakan istilah (kata-kata) yang
dikenal peserta didik
3
4 D
Waktu Waktu yang digunakan sesuai 3 3 D
“uji Gregory” dengan syarat 𝑟 ≥ 0,75
𝑟 =𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
=12
0+0+0+12
=12
12 =1
70
Lampiran C
DATA HASIL PENELITIAN
Keterampilan Mengukur Menggunakan Jangka Sorong
(X)
Hasil Belajar Fisika
(Y)
No
. Nama Peserta Didik
L/P Aspek Yang Dinilai Total
Skor Ket
Nilai Yang
Diperoleh Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Asmadi L 3 1 3 2 2 3 1 2 2 3 1 2 2 27 Cukup 70 Kurang
2. Amrullah L 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 28 Cukup 70 Kurang
3. Dani L 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 32 Cukup 75 Cukup
4. Dewi Sartika P 1 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 3 2 30 Cukup 80 Cukup
5. Helmalia Putri P 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 36 Baik 70 Kurang
6. Hengki Cahyadi L 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 33 Cukup 85 Cukup
7. Jasman L 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 36 Baik 89 Tinggi
8. Jumita P 2 3 2 2 1 3 3 2 3 1 3 2 3 30 Cukup 76 Cukup
9. Madinah P 1 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 27 Cukup 73 Cukup
10. Mayani P 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 32 Cukup 82 Cukup
11. Muh. Supan L 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 20 Kurang 74 Cukup
12. Nabila Salsabila P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 Baik 90 Tinggi
13. Nurhayati P 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 2 3 32 Cukup 82 Cukup
14. Puja Asmara P 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 34 Cukup 80 Cukup
15. Putri P 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 36 Baik 74 Cukup
16. Putri Ayuna P 2 3 2 1 2 3 3 2 2 1 3 2 2 28 Cukup 82 Cukup
17. Ratna indah P 2 3 3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 30 Cukup 89 Tinggi
18. Sahawia P 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 34 Cukup 76 Cukup
71
19. Salman S L 2 3 2 1 3 2 2 1 2 2 3 2 3 28 Cukup 78 Cukup
20. Siti Aisyah P 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 3 30 Cukup 72 Cukup
21. Subhan L 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 Cukup 90 Tinggi
22. Sukmawati P 3 2 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 2 31 Cukup 70 Kurang
23. Suriandes L 2 3 2 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 32 Cukup 82 Cukup
24. Ulya Nita P 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 30 Cukup 80 Cukup
Lampiran D.1
ANALISIS STATISTIK DESKRIPSI
1. Deskripsi Kategorisasi Variabel Penelitian
Frequencies
Statistics
Keterampilan
Mengukur Hasil Belajar
Fisika
N Valid 24 24
Missing 0 0 Mean 31,25 78,71 Median 31,50 79,00 Mode 30 70a Std. Deviation 3,981 6,623 Minimum 20 70 Maximum 39 90 Sum 750 1889
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
a. Deskripsi Statistik Keterampilan Mengukur Jangka Sorong (X)
Tinggi (µ + 1,0 𝜹) ≤ X
(31,25 + 1,0. 3,981) < X
35,231 < X
Cukup (µ − 1,0 𝜹) ≤ X < (µ + 1,0 𝛿)
(31,25 – 1,0. 3,981) < X < (31,25 + 1,0. 3,981)
27,269 < X < 35,231
Kurang X ≤ ( µ − 1,0 𝜹)
X < (31,25 – 1,0. 3,981)
X < 27,269
Frequency Table
Keterampilan Mengukur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi 4 16,7 16,7 16,7
Cukup 19 79,2 79,2 95,8
Kurang 1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
b. Deskripsi Hasil Belajar Fisika (Y)
Tinggi (µ + 1,0 𝜹) ≤ X
(78,71 + 1,0. 6,623) < X
85,333 < X
Cukup (µ − 1,0 𝜹) ≤ X < (µ + 1,0 𝛿)
(78,71 – 1,0. 6,623) < X < (78,71 + 1,0. 6,623)
72,087 < X < 85,333
Kurang X ≤ ( µ − 1,0 𝜹)
X < (78,71 – 1,0. 6,623)
X < 72,087
Frequency Table
Hasil Belajar Fisika
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi 4 16,7 16,7 16,7
Cukup 16 66,7 66,7 83,3
Kurang 4 16,7 16,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Lampiran D.2:
ANALISIS STATISTIK INFERENSIAL
1. Hasil Uji Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 24
Uniform Parametersa,b Minimum -12,08025
Maximum 11,17901
Most Extreme Differences Absolute ,130
Positive ,107
Negative -,130
Kolmogorov-Smirnov Z ,636
Asymp. Sig. (2-tailed) ,814
a. Test distribution is Uniform.
b. Calculated from data.
2. Hasil Uji Linieritas
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Belajar Fisika *
Keterampilan Mengukur 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
Hasil Belajar Fisika * Keterampilan Mengukur
Between Groups
(Combined) 525,175 10 52,518 1,411 ,276
Linearity 183,681 1 183,681 4,936 ,045
Deviation from Linearity 341,494 9 37,944 1,020 ,473
Within Groups 483,783 13 37,214 Total 1008,958 23
3. Hasil Uji Korelasi Product Moment
Correlations
Correlations
Keterampilan
Mengukur
Hasil Belajar
Fisika
Keterampilan Mengukur Pearson Correlation 1 ,427*
Sig. (2-tailed) ,038
N 24 24
Hasil Belajar Fisika Pearson Correlation ,427* 1
Sig. (2-tailed) ,038
N 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran D.3
Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product – Moment
Taraf Taraf Taraf
N Signifikansi N Signifikansi N Signifikansi
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.380 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317
6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105
21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361
Lampiran E
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto Tes Hasil Belajar
Foto Kegiatan Mengukur
Lampiran F
PERSURATAN
RIWAYAT HIDUP
Rusdiani, lahir di da’dah pada tanggal 27 Desember 1994.
Penulis adalah anak pertama dari ketiga bersaudara dari
pasangan Ruslan dan Nurhayati. Penulis memulai pendidikan
SD negeri 170 Da’dah pada tahun 2007, kemudian pada tahun
yang sama pula penulis memulai pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 1 Malua dan tamat pada tahun 2010, selanjutnya pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Malua.
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah kejuruan pada tahun 2013 dan
ditahun yang sama penulis memulai pendidikan di bangku perguruan tinggi
tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika