pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
-
Upload
dion-prayoga -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
1/117
HUBUNGAN
(The Correl
PRO
UNIVERSITAS INDONESIA
NTARA KECERDASAN EMOSI
INERJA PADA KARYAWAN
tion between Emotional Intelligence
Performance Among Employee)
SKRIPSI
ANDI HAKIM
0806344212
FAKULTAS PSIKOLOGI
RAM STUDI SARJANA REGULE
DEPOK
JUNI 2012
NAL DAN
and Job
R
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
2/117
HUBUNGAN
(The Correl
Diajukan Sebag
PRO
i
UNIVERSITAS INDONESIA
NTARA KECERDASAN EMOSI
INERJA PADA KARYAWAN
tion between Emotional Intelligence
Performance Among Employee)
SKRIPSI
i Salah Satu Syarat Memperoleh G
ANDI HAKIM
0806344212
FAKULTAS PSIKOLOGI
RAM STUDI SARJANA REGULE
DEPOK
JUNI 2012
NAL DAN
and Job
lar Sarjana
R
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
3/117
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Andi Hakim
NPM : 0806344212
Tanda Tangan :
Tanggal : 25 Juni 2012
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
4/117
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Andi Hakim
NPM : 0806344212
Program Studi : Psikologi
Judul Skripsi : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan
Kinerja pada Karyawan
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi pada Program Studi Reguler, Fakultas Psikologi, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dra. Bertina Sjabadhyni M. Si ( )
NIP. 196109101987032001
Penguji 1 : Dr. Semiati Ibnu Umar ( )
NIP. 080903016
Penguji 2 : Dra. Cecilia Yeti P., M.Si ( )
NIP. 196701231992022002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 25 Juni 2012
DISAHKAN OLEH
(Prof. Dr. Frieda Maryam Mangunsong Siahaan, M.Ed.)
NIP. 195408291980032001
(Dr. Wilman Dahlan Mansoer, M.Org.Psy.)
NIP. 194904031976
Ketua Program Sarjana Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
5/117
iv
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas
segala karunia dan berkah yang diberikan sehingga saya diberi kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Bertina Sjabadhyni, M.Si. sebagai pembimbing skripsi saya yang
telah meluangkan waktu dan daya upaya untuk membimbing saya.
2. Ibu Lembana Jogapranata Soemitro M.Psi. dan Ibu Dianti Endang
Kusumawardhani, Psi., M.si., Ph.D., sebagai pembimbing skripsi awal
saya yang telah membimbing dan memberi masukan kepada saya.
3. Ibu Dini Rahma Bintari M.Psi. dan Ibu Erida Rusli M.Si., pembimbing
akademis saya yang memberikan bimbingan, arahan dan dukungan kepada
saya selama perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
4. Dosen penguji, yaitu Ibu Dr. Semiati Ibnu Umar dan Ibu Dra. Cecilia Yeti
P., M.Si. yang telah banyak memberikan arahan dan masukan terhadap
skripsi ini.
5. Kedua orang tua saya tersayang yang tak pernah henti memberikan kasih
sayang, cinta yang tulus, makna hidup, motivasi, dukungan serta doa
kepada saya hingga saya dapat menuntaskan studi hingga perkuliahan ini.
Terima kasih tak terhingga untuk segalanya yang telah diberikan kepada
saya, serta pembelajaran kehidupan yang telah diajarkan kepada saya. Tak
lupa kedua adik saya yang selalu siap sedia membantu saya.6. Segenap dosen Psikologi UI, Bapak dan Ibu guru penulis sejak SD hingga
SMA, yang telah mentransferkan ilmunya, yang telah mengasuh dan
mengembangkan diri saya, terima kasih tak terhingga untuk jasa-jasa
Bapak dan Ibu. Semoga penulis bisa meneladani kerendahan dan ketulusan
hati serta bisa mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dengan optimal.
7. Ibu Lanawati, yang telah memberi pemahaman kepada saya mengenai
konsep kecerdasan emosional.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
6/117
v
8. Bapak Tulus Budi, Bapak Gagan Hartana, Mas Asup, Mbak Livi, Mbak
Dian, dan Ibu Prapti, yang telah memberikan saya ilmu, pengetahuan, dan
wawasan yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Mbak Icha, Pak Puguh, Pak Arief, Pak Aldi, Mbak Nia, Pak Robert, Pak
Agus, dan Pak Heri, selaku mentor saya di perusahaan PT. XYZ dan PT.
PQR yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada saya selama
proses pengambilan data skripsi ini; serta Keluarga Besar PT. XYZ dan
PT. PQR dan seluruh partisipan yang telah menyediakan waktu untuk
terlibat dalam penelitian skripsi ini.
10.Kak Ian, Kak Panji, Bang Amir, dan keluarga besar Bimbingan Belajar
BTA 8 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada saya.
11.Teman-teman saya, Arno, Derry, Fajar, Fitri, Mega, Hari, Rika, Sista,
Ridho, Ardhy, dan Jeng Arin yang selalu memberikan semangat, saling
memberi masukan satu sama lain, serta berbagi suka maupun duka.
12.Seluruh sahabat-sahabat dan teman-teman Psikologi UI angkatan 2008
(Psikomplit) yang memberikan suasana kekeluargaan dan pengalaman
yang berharga selama perkuliahan.
13.Mbak Maya PIO, Mas Budi fotokopi Kanlam, Bapak teknisi IT Labkom
gd. H, Mas rental print Kanlam dan Stasiun UI, Bapak dan Ibu penjaga
perpustakaan, terima kasih atas fasilitas yang telah diberikan kepada saya.
14.Wanita istimewa yang saya sayangi, yang selalu memberikan semangat
dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan warna
dan makna yang berarti dalam hidup saya.
Skripsi ini saya buat seoptimal dan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup
kemungkinan jika terdapat kekurangan di dalamnya. Jika ada hal-hal yang inginditanyakan atau didiskusikan lebih lanjut, bisa menghubungi
[email protected]. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan berharap
Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 25 Juni 2012
Andi Hakim
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
7/117
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Andi Hakim
NPM : 0806344212
Program Studi : Reguler
Fakultas : Psikologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja pada Karyawan
beserta perangkat (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan bentuk,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, serta mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis atau pencipta dan juga sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 25 Juni 2012
Yang menyatakan
(Andi Hakim)NPM : 0806344212
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
8/117
vii
ABSTRAK
Nama : Andi Hakim
Program Studi : Psikologi
Judul : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja pada
Karyawan
Tidak selamanya kecerdasan intelektual mampu menjamin kesuksesan seseorang.
Kini, karyawan juga dinilai dari sebaik apa mereka mengelola dirinya dan
hubungannya dengan orang lain atau yang disebut dengan kecerdasan emosional.
Penelitian ini melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan kinerja pada
karyawan. Pengukuran kecerdasan emosional menggunakan alat ukur EII
(Emotional Intelligence Inventory) (Lanawati, 1999), dan kinerja menggunakanskor kinerja dari perusahaan. Partisipan berjumlah 80 orang dengan karakteristik
telah bekerja lebih dari dua tahun. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang tidak signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja karyawan (r =
0.042; p = 0.709). Penelitian lebih lanjut sebaiknya memasukkan variabel IQ
sebagai kontrol dalam penelitian dan melakukan penelitian pada sampel jenis
pekerjaan tertentu.
Kata Kunci:
Kecerdasan Emosional, Kinerja, Karyawan
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
9/117
viii
ABSTRACT
Name : Andi Hakim
Program of Study : Psychology
Title : The Correlation between Emotional Intelligence and Job
Performance among Employee
IQ is no longer be the best predictor for success in workplace. Now, employees
assessed also from how well they manage their self and their relationship with
others, which is called emotional intelligence. This research was conducted to find
the correlation between emotional intelligence and job performance among
employee. Emotional intelligence was measured using Emotional Intelligence
Inventory (EII) (Lanawati, 1999), and the measurement of job performance usingthe employees performance score produced by the company. The participants are
80 employee who have worked more than two years. The main result of this
research shows that there is no significant correlation betweeen emotional
intelligence and job performance (r= 0.482;p= 0.709). Further research should
put IQ as a control variable of the research and conduct the research in a specific
job.
Keyword:
Emotional Intelligence, Job Performance, Employee
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
10/117
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ............................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Permasalahan Penelitian ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
1.4.1Manfaat teoritis ................................................................................... 7
1.4.2Manfaat Praktis ................................................................................... 7
1.5 Sistematika penulisan ................................................................................... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................................
2.1 Kinerja ..........................................................................................................9
2.1.1 Definisi Kinerja (Job Performance) ................................................... 9
2.1.2 Dimensi Kinerja ................................................................................10
2.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja....................................... 12
2.1.4Pengukuran Kinerja ..........................................................................14
2.2 Kecerdasan Emosional ................................................................................ 15
2.2.1 Definisi Kecerdasan Emosional ....................................................... 15
2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosional ...................................................... 17
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional ............... 20
2.2.4 Pengukuran Kecerdasan Emosional............................................. 20
2.3 Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja .................... 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
3.1 Masalah Penelitian ...................................................................................... 24
3.1.1 Masalah Konseptual......................................................................... 24
3.1.2 Masalah Operasional........................................................................ 24
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
11/117
x
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 24
3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha) .................................................................. 25
3.2.2 Hipotesis Nol (Ho) ............................................................................ 25
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 25
3.3.1 Kecerdasan Emosional ..................................................................... 25
3.3.1.1 Definisi Konseptual ................................................................ 25
3.3.1.2 Definisi Operasional ............................................................... 25
3.2 Kinerja ................................................................................................. 26
3.4.2.1 Definisi Konseptual ................................................................ 26
3.4.2.2 Definisi Operasional ............................................................... 26
3.4 Tipe dan Desain Penelitian ......................................................................... 26
3.5 Partisipan Penelitian ................................................................................... 27
3.5.1 Karakteristik Partisipan .................................................................... 273.5.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 28
3.5.3 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................. 28
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 29
3.6.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional ...................................................... 29
3.6.1.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kecerdasan Emosional ................ 30
3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur.................................................................31
3.6.2 Alat Ukur Kinerja .............................................................................. 32
3.6.2.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kinerja ......................................... 32
3.6.3 Data Partisipan ................................................................................... 333.7 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 34
3.7.1 Tahap Persiapan ................................................................................. 34
3.7.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 35
3.7.3 Teknik Pengolahan Data.....................................................................35
3.8 Metode Pengolahan Data.............................................................................36
BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DATA ................................................................
4.1 Gambaran Umum Penelitian ..................................................................... ..38
4.1.1 Gambaran Demografis Penyebaran Partisipan Penelitian.............38
4.1.2 Gambaran Kecerdasan Emosional Partisipan...................................40
4.1.3 Gambaran Kinerja Partisipan ............................................................ 41
4.2 Hasil Utama Penelitian ............................................................................... 42
4.3 Data Tambahan ........................................................................................... 43
4.3.1 Gambaran kecerdasan emosional partisipan berdasarkan
data demografis partisipan ............................................................. 43
4.3.2 Gambaran kinerja partisipan berdasarkan data
demografis partisipan ................................................................ 46
4.4 Hasil Perhitungan Regresi .......................................................................... 48
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
12/117
xi
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................................
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 50
5.2 Diskusi ........................................................................................................ 51
5.2.1 Diskusi Hasil Utama Penelitian ......................................................... 51
5.2.2 Diskusi Hasil Tambahan Penelitian ................................................... 56
5.2.2.1 Diskusi Gambaran Kecerdasan Emosional Ditinjau
dari Data Demografis ............................................................. 56
5.2.2.2 Diskusi Gambaran Kinerja Ditinjau dari Data Demografis.... 58
5.2.3 Diskusi Metodologis .......................................................................... 58
5.3 Saran ........................................................................................................... 61
5.3.1 Saran Metodologis ............................................................................. 61
5.3.2 Saran Praktis ...................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN......................................................................................................... 67
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
13/117
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antaraPerformance Testdan Self-reportTest................. 21
Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Item Kecerdasan Emosional dan Penyebarannya..... 30Tabel 3.2 KlasifikasiItem Favourable,Item Unfavourable, danItem
Pengacau........................................................................................... 31
Tabel 4.1 Gambaran Demografis Partisipan Penelitian.................................... 39
Tabel 4.2 Gambaran statistik Kecerdasan Emosional Partisipan...................... 41
Tabel 4.3 Klasifikasi Kecerdasan Emosional Partisipan................................... 41
Tabel 4.4 Gambaran Statistik Kinerja Partisipan.............................................. 41
Tabel 4.5 Klasifikasi Tingkat Kinerja Partisipan.............................................. 42
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan
Kinerja Karyawan............................................................................ 43
Tabel 4.7 Gambaran Kecerdasan Emosional Partisipan Berdasarkan Data
Demografis Partisipan.................................................................... 43
Tabel 4.8 Gambaran Kinerja Partisipan Berdasarkan Data Demografis
Partisipan......................................................................................... 46
Tabel 4.9 Gambaran Regresi antara Dimensi Kecerdasan Emosional dengan
Kinerja............................................................................................. 49
UniversitasIndonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
14/117
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A...................................................................................................... 68
A.1 Validasi dan reliabilitas try out alat ukur................................... ............ 68
Lampiran B...................................................................................................... 71
B.1 Hasil Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Kinerja
Karyawan.................................................................................................... 71
B.2 Gambaran Skor Kecerdasan Emosional..................... . ...........................71
B.3 Gambaran Skor Kinerja................................................... . .....................72
B.4 Hasil Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja
KaryawanBack Office.... ....................................................................... 73B.5 Hasil Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja Karyawan
Teknisi ........................................................................................................ 73
Lampiran C Hasil tambahan Penelitian ....................................................... 74
C.1 Gambaran Data Demografis ................................................................... 74
C.2 Gambaran Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Data Demografis ....... 79
C.3 Gambaran Kinerja Ditinjau dari Data Demografis............................. . ..85
C.4 hasil Perhitungan Regresi....................................................................... 93
Lampiran D Kuesioner Penelitian................................................................ 95
Universitas Indonesia
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
15/117
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di era globalisasi ini, banyak sekali tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan, seperti persaingan yang semakin ketat dan terbuka, perubahan yang
sering datang tiba-tiba, dan kondisi lingkungan (keadaan pasar, kebijakan pemerintah,
animo masyarakat) yang fluktuatif. Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan
harus selalu siap dan semakin memantapkan langkahnya sehingga visi perusahaandapat dicapai. Salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan perusahaan adalah
kinerja karyawannya. Kinerja karyawan dapat berpengaruh terhadap langkah
perusahaan dalam mencapai visinya.
Setiap perusahaan menginginkan kinerja yang baik dari setiap karyawannya.
Kinerja karyawan merupakan faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya
perusahaan dalam menggapai visinya (Riggio, 2000). Jex & Britt (2008)
mengemukakan bahwa kinerja (job performance) merupakan suatu perilaku
karyawan yang terlibat di dalam pekerjaan. Kinerja merepresentasikan perilaku yang
secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan sebagai bagian dari
tanggung jawab dan kewajiban karyawan (Campbell, 1990, dalam Jex & Britt, 2008).
Kinerja (job performance) memiliki dua kategori besar, yaitu in-role (task)
performancedan extra-role (contextual) performance(Borman & Motowidlo, 1993;
Conway, 1999, dalam Jex & Britt, 2008). In-role performancemengacu pada aspek
teknis pada pekerjaan karyawan. Misalnya, seorang perawat diminta untuk dapat
melakukan tugas seperti memeriksa tekanan darah, menyuntik, dan memasang infus.
Sementara itu, extra-role performancemengacu pada keterampilan non-teknis seperti
kemampuan berkomunikasi dengan efektif, memperlihatkan motivasi dan antusiasme
pada pekerjaan, serta membantu rekan kerja yang kesulitan dalam melakukan
pekerjaannya. Keterampilan non-teknis ini juga perlu dimiliki oleh karyawan untuk
dapat menunjang kinerjanya.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
16/117
2
Universitas Indonesia
Kinerja karyawan diharapkan memiliki kontribusi positif terhadap tujuan
perusahaan. Perusahaan perlu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan karyawanyang mampu menampilkan kinerja tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi
positif terhadap perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam memperoleh kinerja
karyawan yang baik dapat dimulai dari proses perekrutan. Pada proses perekrutan,
indikator yang kerap dipertimbangkan untuk memprediksi apakah karyawan tersebut
akan menampilkan kinerja yang baik atau tidak adalah faktor kecerdasan intelektual
yang dimiliki karyawan tersebut (Jex & Britt, 2008).
Kecerdasan intelektual sering dijadikan standar dalam memprediksi baik atau
tidaknya kinerja seseorang di dalam dunia kerja. Kecerdasan intelektual telah lama
menjadi standar utama dalam pendekatan psikologis pada proses rekrutmen dan
seleksi (Schmidt & Hunter, 1998). Kemampuan intelektual telah lama ditetapkan
menjadi indikator terbaik pada seleksi tahap awal di pasar pekerjaan (Sjoberg, 2001).
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi sering kali dianggap akan
mampu menampilkan kinerja yang baik sehingga akan mudah menggapai kesuksesan
di dalam dunia kerja.
Akan tetapi kenyataannya, tidak selamanya faktor kecerdasan intelektual
mampu menjamin tingginya kualitas kinerja seseorang. McClelland (1973, dalam
Goleman, 1999) berpendapat bahwa inteligensi atau kemampuan akademik tidak
memprediksi seberapa baik kinerja seseorang dalam bekerja. Kemudian, Goleman
(1999) menyebut bahwa ada orang yang berinteligensi tinggi yang justru
menampilkan kinerja yang buruk dalam pekerjaan, sementara orang berinteligensi
sedang justru sangat berprestasi dalam kinerjanya.
Lebih lanjut, Goleman (1999) mengemukakan bahwa kriteria penilaian kinerjadi tempat kerja saat ini mengalami perubahan. Kini, karyawan dinilai dengan ukuran
yang baru, yaitu tidak hanya berdasarkan dengan kepintarannya atau pelatihan dan
pengalamannya saja, tetapi juga dilihat dari sebaik apa mereka mampu mengelola
dirinya dan hubungan dengan orang lain. Semua itu dipengaruhi secara kuat oleh
kualitas personal seperti ketekunan, pengendalian diri, dan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain. Dalam perusahaan, ukuran-ukuran baru tersebut dijadikan
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
17/117
3
Universitas Indonesia
penentuan untuk memilih siapa saja yang akan direkrut, siapa yang akan
diberhentikan, siapa yang akan dipertahankan, siapa yang akan dimutasi dan siapayang akan dipromosikan (Goleman, 1999). Lebih jauh, Goleman (2002) juga
menyatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya menyumbang dua puluh persen bagi
faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup.
Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kinerja seseorang di dalam dunia kerjanya sehingga ia mampu menampilkan kinerja
tinggi. Salah satu faktor tersebut adalah kecerdasan emosional (Emotional
Intelligence) (Goleman, 1999). Kecerdasan emosional adalah kapasitas dalam
mengenali perasaan pribadi dan orang lain, sebagai cara untuk memotivasi diri, dan
untuk mengelola emosi diri `dan hubungan kita dengan orang lain (Goleman, 1998).
Konsep kecerdasan emosional bersumber dari kajian psikologi yang mendalam
sejak puluhan tahun yang lalu. Kajian ini berawal dari Thorndike pada tahun 1920
yang memperkenalkan konsep social intelligence dan mendefinisikannya sebagai
kemampuan memahami dan mengelola orang lain untuk bertindak dengan bijak
dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 2002, dalam Law, Huang, Wong &
Li, 2007). Ini merupakan cikal bakal dari konsep kecerdasan emosional. Selanjutnya,
Gardner (1983, dalam Goleman, 2002) memasukkan personal intelligenceke dalam
teori multiple intelligence-nya. Personal intelligence terdiri dari intrapersonal
intelligenceyang merupakan pengetahuan akan aspek internal dari dalam diri; dan
interpersonal intelligence, yang berdasar pada kapasitas utama dalam memperhatikan
perbedaan antara satu sama lain, seperti suasana hati, temperamen, motivasi dan
intensi (Gardner, 1993, dalam Goleman, 2002).
Gagasan tentang kecerdasan emosional kemudian mucul pada tahun 1990-an.Salovey dan Mayer (1990, dalam Papadogianis et al., 2009) memberikan definisi
pertama mereka tentang kecerdasan emosional yaitu bagian kecil dari social
intelligenceyang meliputi kemampuan untuk mengamati emosi dan perasaan diri dan
orang lain. Kemudian, Goleman (1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional
meliputi keterampilan-keterampilan seperti kemampuan memahami keadaan diri
sendiri; kemampuan mengelola dorongan emosi; kemampuan memotivasi diri;
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
18/117
4
Universitas Indonesia
kemampuan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain,
serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Gagasan kecerdasanemosional ini dibutuhkan untuk menunjang tercapainya kinerja yang baik. Karyawan
yang cerdas emosinya akan lebih efisien dan efektif dalam mengelola diri dan
berinteraksi dengan lingkungan atau rekan kerjanya (Law et al., 2007).
Ciarrochi et al. (2001) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional penting
bagi kehidupan. Secara rasional kita dapat berasumsi bahwa orang yang kurang
mampu menangani emosinya akan memiliki masalah dalam hubungan interpersonal,
kesehatan mental yang buruk, dan kesuksesan karir yang rendah. Hal yang sama juga
berlaku ketika seseorang tidak mampu mengenali bagaimana perasaan seseorang,
maka ia bisa gagal dalam membangun interaksi sosial yang bermakna, membangun
hubungan, atau menjaga persahabatan (Ciarrochi et al., 2001).
Konsep kecerdasan emosional dapat digunakan oleh organisasi dalam
memprediksi kinerja yang baik (Mayer, 2001, dalam Ciarrochi et al., 2001). Goleman
(1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional dibutuhkan dalam menunjang
kinerja pada pekerjaan apapun. Beberapa studi yang pernah dilakukan menyatakan
bahwa kecerdasan emosional dan kinerja berhubungan secara positif (Afolabi, 2010).
Penemuan terbaru menyebutkan bahwa kecerdasan secara emosional membuat
kinerja seseorang lebih baik daripada yang tidak memiliki kecerdasan secara
emosional (Law et al., 2004, dalam Afolabi, 2010).
Penelitian yang dilakukan Goleman (1999) menyimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi di dalam pekerjaan.
Kecerdasan emosional bisa berkontribusi pada kinerja dengan memungkinkan
seseorang untuk memelihara hubungan yang positif di dunia kerja (Seibert et al.,2004 dalam Afolabi, 2010). Kemudian, kemampuan dalam mengelola emosi dapat
membantu seseorang memelihara perasaan positif, menghindari luapan perasaan
negatif dan mengatasi stres (Afolabi 2004, dalam Afolabi, 2010). Penelitian yang
dilakukan oleh Yu Chi Wu (2011) juga menunjukkan adanya hubungan yang positif
antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Dalam penelitiannya,
karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah kurang dapat mengatasi
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
19/117
5
Universitas Indonesia
tekanan-tekanan dalam pekerjaannya. Dengan demikian, berdasarkan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubunganyang positif antara kecerdasan emosional dan kinerja karyawan.
Akan tetapi, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, ketika
faktor inteligensi dikontrol, kecerdasan emosional hanya berperan sebesar dua persen
bagi kinerja (Van Rooy & Visewsvaran, 2004, dalam Jex & Britt 2008). Penelitian ini
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional bisa jadi tidak memiliki peran yang
signifikan terhadap kinerja karyawan, khususnya ketika faktor inteligensi dikontrol.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa inteligensi merupakan hal yang penting bagi
kinerja, khususnya pekerjaan yang menuntut kualifikasi pendidikan yang tinggi
(Ferris, Witt & Hochwarter, 2001; Landy, Shankster, & Kohler, 1994, dalam Law et
al., 2007).
Pernyataan yang dikemukakan dalam penelitian Van Rooy & Visewsvaran
(2004) dan Friss et al. (2001, dalam Law et al., 2007) menunjukkan bahwa faktor
inteligensi merupakan faktor yang menentukan tingginya kualitas kinerja karyawan.
Hal ini membantah pernyataan Goleman (1999) yang mengemukakan bahwa
inteligensi bukanlah faktor yang menjamin baiknya kinerja seseorang. Menurut Van
Rooy & Visewsvaran (2004) pernyataan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi
kinerja bukanlah sebuah fakta. Perbedaan pandangan ini menarik untuk ditelaah lebih
dalam untuk membuktikan apakah kecerdasan emosional memang benar-benar faktor
utama yang menentukan tinggi atau rendahnya kualitas kinerja karyawan seperti yang
dikemukakan oleh Goleman (1999). Sebaliknya, apakah justru pernyataan dari van
Rooy & Visewsvaran yang benar bahwa kecerdasan emosional tidak memiliki peran
apapun dalam menentukan tinggi atau rendahnya kualitas kinerja karyawan.Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan
antara kecerdasan emosional dengan kinerja pada karyawan. Peneliti ingin
mengetahui benarkah tinggi atau rendahnya kinerja seorang karyawan berhubungan
dengan tinggi atau rendahnya kecerdasan emosionalnya. Peneliti beranggapan bahwa
inteligensi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kualitas kinerja karyawan.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
20/117
6
Universitas Indonesia
ada faktor lain yang turut menentukan kinerja karyawan, yaitu faktor kecerdasan
emosional.Penelitian ini dilakukan pada karyawan di Indonesia. Dari sekian banyak studi
tentang kecerdasan emosional dan kinerja yang penulis ketahui, belum banyak studi
yang dilakukan pada sampel karyawan di perusahaan di Indonesia. Sampel yang
diambil adalah karyawan dengan tipe struktural yang bekerja back office dan
karyawan dengan tipe fungsional yang bekerja sebagai teknisi di lapangan. Kriteria
lainnya dari karyawan yang dijadikan sampel yaitu karyawan yang sudah bekerja
selama dua tahun atau lebih di perusahaan itu. Karyawan yang sudah bekerja selama
dua tahun atau lebih diharapkan sudah menampilkan kinerja yang konsisten. Pada
penelitian ini, kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan alat ukur
Emotional Intelligence Inventory (EII) yang disusun oleh Lanawati (1999) yang
sudah diadaptasikan sesuai dengan kultur Indonesia. Sementara kinerja karyawan
dilihat dari skor penilaian kinerja karyawan yang berasal dari perusahaan tempatnya
bekerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang berkorelasi dengan kinerja karyawan sehingga dapat dijadikan
pertimbangan bagi perusahaan untuk memaksimalkan faktor-faktor tersebut.
1.2Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional
dan kinerja pada karyawan?
1.3Tujuan penelitianBerdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan
kinerja pada karyawan.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
21/117
7
Universitas Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis1. Menambah referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai kecerdasan emosional dan hubungannya dan kinerja pada
karyawan.
2. Menambah wawasan pengetahuan di bidang PIO (Psikologi Industri
Organisasi) yaitu identifikasi terhadap faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
3. Menambah wawasan pengetahuan berupa manfaat dari kecerdasan
emosional di dunia kerja.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan
perusahaan sebagai pertimbangan dalam proses rekrutmen dan seleksi di perusahaan.
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan dan
pertimbangan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkorelasi
dengan kinerja karyawan sehingga dapat dibuat kebijakan seperti program training
tertentu.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab pendahuluan,
bab tinjauan pustaka, bab metodologi penelitian, bab hasil penelitian dan bab
kesimpulan, diskusi dan saran.
Bab pertama yaitu bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian danurgensi dilakukannya penelitian ini. Dalam bab ini juga dijabarkan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian secara teoritis dan praktis. Lalu terakhir terdapat
penjelasan umum dari sistematika penulisan penelitian.
Bab kedua yaitu bab tinjauan pustaka, merupakan penjelasan mengenai teori
dan dimensi-dimensinya dari variabel kinerja dan kecerdasan emosional. Bab ini juga
menjelaskan dinamika dari kedua variabel tersebut.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
22/117
8
Universitas Indonesia
Bab ketiga yaitu metodologi penelitian, bab ini berisi uraian permasalahan,
metode penelitian yang terdiri atas tipe penelitian, responden penelitian, teknikpengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, alat ukur penelitian, prosedur
penelitian dan metode pengolahan data.
Bab keempat yaitu hasil penelitian, bab ini membahas hasil penelitian yang
terdiri atas dua bagian, yaitu gambaran umum partisipan dan analisis data penelitian.
Bab kelima yaitu bab kesimpulan, diskusi dan saran, bab ini menyimpulkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, mendiskusikan hasil, dan saran-saran bagi
penelitian berikutnya.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
23/117
9 Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian-uraian teori yang berkaitan dengan variabel penelitian.
Penjelasan variabel penelitian melingkupi definisi, dimensi-dimensinya, dan faktor-
faktor penting yang terdapat pada variabel tersebut.
2.1. Kinerja
2.1.1 Definisi Kinerja
Kinerja merupakan konsep yang luas. Di dalam bukunya, Jex & Britt (2008)
mengemukakan bahwa secara umum, kinerja adalah segala perilaku karyawan yang
terkait dengan pekerjaannya. Akan tetapi, Jex & Britt (2008) berpendapat bahwa
pengertian ini memiliki kelemahan, yaitu bisa saja perilaku karyawan di tempat kerja
tersebut tidak terkait dengan tujuan perusahaan. Campbell (1990, dalam Jex & Britt,
2008) mendefinisikan kinerja dengan lebih spesifik, yaitu behaviors employees
engage in while at work that contribute to organizational goals. Berdasarkandefinisi ini, maka kinerja adalah segala perilaku karyawan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan. Kinerja
merupakan representasi dari perilaku karyawan yang secara formal dievaluasi oleh
organisasi atau perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab dan kewajiban
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Motowidlo (2003). Motowidlo (2003)
mendefinisikan kinerja sebagai the total expected value to the organization of the
discrete behavioral episodes that an individual carries out over a standard period of
time. Berdasarkan definisi ini kinerja mengandung gagasan bahwa kinerja
merupakan bagian dari perilaku, yaitu perilaku yang mengacu pada standar
pencapaian yang ditetapkan oleh organisasi. Perilaku-perilaku ini dilihat pada kurun
waktu yang telah ditetapkan.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
24/117
10
Universitas Indonesia
Definisi kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi dari
Campbell (1990), yaitu segala perilaku karyawan yang berkaitan denganpekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan yang
kemudian secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan.
2.1.2. Dimensi Kinerja
Ada beragam model yang menjelaskan kinerja. Di antaranya adalah model
yang dikemukakan oleh Campbell (1990) dengan delapan dimensi dan model yang
dikemukakan oleh Murphy (1994) dengan empat dimensi. Campbell mengemukakan
ada delapan dimensijob performance. Dimensi-dimensi tersebut yaitu:
Job specific task proficiency (keahlian khusus yang diperlukan dalamjob-
description)
Dimensi ini meliputi perilaku yang diasosiasikan dengan tugas
utama yang khas pada pekerjaan tertentu. Misalnya pekerjaan menghitung
uang, mencatat deposit, dan menguangkan cek merepresentasikan
beberapa dari tugas tertentu dari bank teller. Menurut Murphy (1994),
dimensi ini menggambarkan pelaksanaan tugas-tugas yang diasosiasikan
dengan pekerjaan.
Non-job specific task proficiency(keahlian umum)
Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam mengerjakan
tugas yang bukan merupakan tugas utamanya namun juga dibutuhkan
dalam pekerjaan secara umum. Selain itu, dimensi ini juga meliputi
perilaku yang harus dilakukan oleh beberapa atau semua anggotaorganisasi, tapi bukan pada khusus pekerjaan tertentu. Misalnya pekerjaan
utama seorang teknisi adalah menggunakan, merawat, dan memperbaiki
mesin. Namun, teknisi juga diminta untuk dapat menggunakan komputer
dan mampu menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada didalamnya karena
teknisi juga diminta melakukan tugas-tugas administratif.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
25/117
11
Universitas Indonesia
Written and oral communication task proficiency
Dimensi ini melihat seberapa baik keterampilan karyawan dalam
hal berkomunikasi baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Misalnya,
seorang guru yang harus berkomunikasi dengan siswanya dalam kegiatan
belajar mengajar. Di samping itu, guru juga butuh berkomunikasi dengan
orang tua siswa dalam menyampaikan kemajuan siswa.
Demonstrating effort
Dimensi ini melihat sejauh mana karyawan menunjukkan
komitmen dalam bekerja dan menunjukkan upaya yang optimal dalam
bekerja. Dimensi ini merepresentasikan tingkatan motivasi dan komitmen
karyawan terhadap tugas pekerjaannya, termasuk menunjukkan keinginan
untuk melakukan tugas sulit atau tugas yang tak menyenangkan.
Maintaining personal discipline
Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam menunjukkan
disiplin dirinya di pekerjaan. Hal-hal yang terkait dengan disiplin diri ini
juga meliputi apakah karyawan melanggar aturan perusahaan, sering
bolos kerja atau bahkan mengkonsumsi alkohol. Murphy (1994, dalam
Jex & Britt, 2008) menyebut dimensi ini sebagai Destructive / hazardous
behaviors yaitu perilaku yang meliputi hal-hal seperti pelanggaran
keamanan, kecelakaan, dan sabotase di tempat kerja.
Facilitating peer and team performanceDimensi ini melihat sebarapa baik karyawan bekerja sama dalam
tim. Karyawan dinilai berdasarkan kemampuannya dalam mendukung,
menolong dan mengembangkan anggota tim dan performa tim secara
keseluruhan. Muphy (1994, dalam Jex & Britt, 2008) mengemukakan
bahwa dalam bekerja sama dibutuhkan aspek Interpersonally oriented
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
26/117
12
Universitas Indonesia
behavior, yaitu bagaimana karyawan menampilkan hubungan
interpersonal dengan karyawan lainnya.
Supervision/leadership
Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam mengelola
hubungannya dan kemampuannya berinteraksi dengan bawahan. Dimensi
ini digunakan untuk pekerjaan yang memiliki tanggung jawab sebagai
seorang pengawas, yaitu mengawasi dan memimpin rekan kerja secara
efektif. Misalnya, mengawasi dan mengontrol keuangan, merancang
tujuan, mengajarkan karyawan bekerja dengan efektif dan kebiasaan kerja
yang baik dan sebagainya.
Management/administration
Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan mengorganisasikan
sesuatu seperti menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
organisasi, mengorganisasikan orang lain, memantau progress kerja,
mengontrol pengeluaran dan menemukan sumber-sumber tambahan yang
dapat mendukung kinerja.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kinerja
karyawan. Campbell (1990, 1994, dalam Jex, 2002) mengatakan bahwa kinerja
ditentukan dari interaksi antara declarative knowledge, procedural knowledge dan
motivasi. Berikut penjabarannya:A. Declarativeknowledge
Declarativeknowledgeadalah pengetahuan mengenai suatu fakta-
fakta dan hal apapun. Pekerja yang memiliki declarative knowledgeyang
tinggi memiliki pemahaman yang baik mengenai tugas yang harus ia
lakukan di pekerjaannya. Contoh, seorang teknisi yang memiliki
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
27/117
13
Universitas Indonesia
declarative knowledge yang tinggi mengetahui tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam memperbaiki mesin produksi.Ada sejumlah faktor yang membedakan declarative knowledge
seseorang yaitu keterampilan, kepribadian, minat, pendidikan, pelatihan,
pengalaman, dan interaksi antara bakat dan pelatihan pada karyawan.
Faktor-faktor ini menunjang tinggi atau rendahnya declarative knowledge
seseorang. Karyawan yang terampil, terbuka terhadap pengetahuan baru,
memiliki minat yang tinggi terhadap pekerjaannya, memiliki pendidikan
yang mumpuni untuk pekerjaannya, serta memiliki pengalaman dan
pelatihan yang memadai akan lebih mampu menunjukkan declarative
knowledgeyang tinggi.
B. Proceduralknowledge/skill
Ketika seorang karyawan telah mencapai declarative knowledge
yang tinggi, ia telah berada dalam posisi untuk mencapai procedural
knowledge. Pada tahap ini, karyawan tidak hanya tahu apa yang harus
dilakukan, tapi juga mengerti bagaimana cara melakukannya dan mampu
melakukannya. Seorang teknisi mesin yang memiliki procedural
knowledgemampu memperbaiki mesin dengan benar sebagaimana yang
diketahuinya. Faktor-faktor yang membedakan procedural knowledge
atau skill seorang karyawan juga sama seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi declarative knowledge-nya.
C. MotivasiKetika pekerja telah mencapai procedural knowledge, ia telah
mampu menunjukkan kinerja yang tinggi. Pada tahap ini, pekerja
memiliki potensi untuk menampilkan kinerja yang baik. Potensi yang
akan mengarahkan pada level yang tinggi dari kinerja ditentukan oleh
motivasi. Motivasi yang kuat dalam bekerja mendorong seseorang untuk
bekerja dengan lebih keras dan menunjukan kinerja yang lebih baik.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
28/117
14
Universitas Indonesia
2.1.4. Pengukuran KinerjaPengukuran kinerja adalah sebuah sistem yang secara formal mengevaluasi
dan meninjau kinerja seseorang pada suatu periode (Mondy, Noe & Edward, 1986
dalam Mondy & Noe, 1993). Pengukuran kinerja dilakukan untuk berbagai tujuan.
Mandy dan Noe (1993) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja berguna untuk
perencanaan tenaga kerja, proses rekrutmen dan seleksi, pengembangan tenaga kerja,
perencanaan dan pengembangan karir, program kompensasi, menilai hubungan
internal karyawan dan untuk mengukur potensi karyawan.
Dalam mengukur kinerja biasanya ada kriteria kinerja yang digunakan.
Kriteria kinerja adalah ukuran-ukuran yang digunakan untuk menentukan sukses atau
tidaknya kinerja (Riggio, 2000). Ada dua jenis kriteria kinerja, yaitu objectivecriteria
kinerja dansubjectivecriteriakinerja. Objectivecriteriamelibatkan pengukuran pada
aspek-aspek dari kinerja yang dapat dihitung, seperti jumlah unit yang diproduksi,
jumlah produk yang berhasil dijual, atau waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Sementara itu subjective criteria terdiri dari penilaian atau rating
yang dilakukan oleh orang yang mengetahui kinerja individu yang dinilai, seperti
atasan atau rekan kerja (Riggio, 2000).
Ada dua keuntungan yang diperoleh dari penggunaan objectivecriteria, yaitu
(1) kemungkinan bias dan distorsi lebih kecil; dan (2) biasanya lebih secara langsung
terikat dengan inti pokok penilaian sebuah kesusksesan organisasi. Sementara itu,
subjektif kriteria biasanya dilakukan ketika objektif kriteria tidak tersedia, sulit
dinilai, atau tidak tepat dilakukan (Riggio, 2000).
Pada penelitian ini, kriteria pengukuran kinerja yang digunakan adalah tipeobjective criteria, yaitu dengan menggunakan data penilaian kinerja karyawan dari
perusahaan. Data penilaian kinerja ini berupa skor akhir kinerja berdasarkan hasil
atau output kerja yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan di perusahaan.
Penilaian kinerja dilihat dari empat domain yang telah ditetapkan oleh perusahaan,
yaitu keuangan, pelayanan pelanggan, proses bisnis, dan pembelajaran &
pengembangan.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
29/117
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
30/117
16
Universitas Indonesia
intelligence, yaitu kemampuan merasakan emosi, menggunakan emosi dalam
memfasilitasi pikiran, memahami emosi dan meregulasi emosi.Daniel Goleman, sebagai tokoh yang mempopulerkan kecerdasan emosional
memiliki definisi tersendiri mengenai kecerdasan emosional. Definisi yang
dikemukakan Goleman cukup berbeda dengan yang dikemukakan oleh Salovey &
Mayer. Goleman (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai:
abilities such as being able to motivate oneself and persist in the face
of frustrations; to control impulse and delay gratifications; to regulate ones
moods and keep distress from swamping the ability to think; to emphatize and
hope.
Being able, for example, to rein in emotional impulse; to readanothers innermost feelings; to handle relationship smoothly
Berdasarkan definisi di atas, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengelola suasana hati agar
dapat mencegah stres yang melumpuhkan kemampuan berpikir; kemampuan
berempati dan harapan. Kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan
mengendalikan dorongan emosional, kemampuan membaca perasaan orang lain, dan
kemampuan membina hubungan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dirinya dan
mengelola hubungan dengan orang lain. Goleman (2002) menyatakan bahwa
kecerdasan emosional mencakup lima ranah, yaitu self awareness (kesadaran diri),
self control (pengendalian diri), self motivation (kemampuan memotivasi diri),
empathy (empati), dansocial skill(keterampilan sosial).
Tokoh lain yang juga memberi pandangan mengenai kecerdasan emosional
adalah Bar-On. Bar-On (1997, dalam Papadogianis et al, 2009) mendefinisikan EIsebagai an array of non-cognitive capabilities, competencies, and skills that
influence ones ability to succeed in coping with environmental demands and
pressures (Bar-On, 1997, p. 14, dalam Papadogianis et al, 2009).
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah
rangkaian kemampuan, kompetensi dan keterampilan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Ada 15
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
31/117
17
Universitas Indonesia
komponen konseptual dari kecerdasan emosional yang dikemukakan Bar-On yang
kemudian dikelompokkan ke dalam lima dimensi: intrapersonal, interpersonal, stressmanagement, adaptability, dangeneral mood.
Pada penelitian ini, definisi kecerdasan emosional yang digunakan adalah
definisi dari Goleman (1997) yaitu kemampuan mengendalikan dorongan emosional,
kemampuan membaca perasaan orang lain, dan kemampuan membina hubungan
dengan baik. kecerdasan emosional merupakan kemampuan dalam mengelola emosi
diri sendiri dan mengelola hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional
memiliki lima dimensi yaitu self awareness, self control, self motivation, empathy,
dansocial skill.
2.2.2. Dimensi Kecerdasan Emosional
Dimensi kecerdasan emosional yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dimensi dari Goleman (1997). Goleman (1997) menyatakan ada lima dimensi
kecerdasan emosional, yaitu:
Self Awareness
Self awarenessatau kesadaran diri adalah kemampuan individu dalam
mengenali emosi dirinya. Orang yang memiliki kemampuan ini
mengenali emosi yang sedang mereka rasakan, kemudian menyadari
keterkaitan antara perasaan mereka dengan apa yang mereka pikirkan,
katakan, dan lakukan. Orang yang memiliki keterampilan ini juga akan
mengetahui bagaimana persasaan mereka mempengaruhi kinerja mereka
(Goleman, 1999). Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan
intrapersonal yang disebut oleh Bar-On.
Self Control
Self control adalah kemampuan individu dalam mengendalikan,
mengontrol dan mengelola emosi. Orang yang mampu menampilkan self
control dengan baik mampu mengelola dengan baik persaan dan emosi
mereka. Selain itu mereka juga mampu bersikap positif dalam
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
32/117
18
Universitas Indonesia
menghadapi situasi-situasi yang berat. Mereka mampu tetap berpikir
jernih dan tetap fokus meskipun dalam tekanan (Goleman, 1999). Salovey& Mayer (1999, dalam Papadogianis et al, 2009) menyebutkan bahwa
mengelola emosi yaitu kemampuan memahami dan menggunakan emosi
diri secara efektif. Dimensi ini juga melihat kemampuan individu
menjaga emosi (misalnya dengan menjaga mood baik), memperbaiki
emosi (misalnya dengan menenangkan diri setelah marah) dan
menampilkan emosi sesuai situasi yang ada dengan tepat (misalnya
memotivasi dan mendukung rekan kerja sebelum melakukan presentasi
penting).
SelfMotivation
Self motivationadalah kemamuan individu dalam memotivasi dirinya.
Orang yang memiliki keterampilan ini memiliki semangat juang yang
tinggi untuk dapat meraih tujuan dan memenuhi standar. Mereka juga
cenderung berani mengambil resiko. Mereka terus belajar untuk
meningkatkan kinerja mereka (Goleman, 1999). Goleman (2005)
mengemukakan bahwa di dalam dimensi ini terkandung rasa optimisme.
Rasa optimisme menimbulkan ketekunan dalam mengejar sasaran
meskipun banyak rintangan dan kegagalan (Goleman, 1999). Dalam salah
satu dimensinya, Bar-On juga menyebutkan adanya kebahagiaan dan
optimisme, yaitu merefleksikan tingkatan kepuasan pada kehidupan dan
secara umum memiliki pandangan masa depan yang positif.
Empathy
Empathy adalah kemampuan individu dalam mengenali dan
memahami emosi orang lain. Menurut Goleman (1999), orang yang
memiliki kecakapan ini mampu menunjukkan kepekaan dan pemahaman
terhadap perspektif orang lain. Selain itu individu juga menampilkan
sikap membantu orang lain berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
33/117
19
Universitas Indonesia
dan perasaan orang lain. Salovey & Mayer (1990, dalam Papadogianis et
al., 2009) mengemukakan bahwa kemampuan memahami emosi yaitumemahami hubungan-hubungan antara emosi dirinya dengan orang lain.
Contoh empati yaitu mampu memahami keadaan atau peraasan rekan
kerja yang sedang terkena musibah, kemudian memberinya bantuan yang
dapat meringankan bebannya.
Menurut Goleman (1999), orang yang memiliki keterampilan empati
memiliki kecakapan-kecakapan, yaitu: memahami orang lain; mampu
mengindra perasaan dan sudut pandang orang lain; menunjukkan minat
terhadap kepentingan-kepentingan orang lain; berorientasi melayani,
mengantisipasi, mangakui, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pelanggan; mengembangkan orang lain, mampu mengindra kebutuhan
orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka;
memanfaatkan keberagaman, yaitu menumbuhkan kesempatan-
kesempatan melalui keragaman pada banyak orang.
Social Skill
Social skill adalah kemampuan individu dalam membangun dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Dimensi ini berkaitan dengan
kemampuan interpersonal yang merupakan kemampuan sosial dalam
membangun dan menjaga hubungan yang bermakna, dekat secara
emosional, dan memuaskan. Bar-On menyebutkannya dengan social
responsibility, atau sikap pro-sosial seseorang.
Keterampilan sosial di dunia kerja dapat dilihat dengan ciri memilikikemampuan dalam melakukan persuasi; memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik, yaitu mampu menyampaikan pesan dengan
jelas; memilki kemampuan dalam bernegosiasi dan memiliki manajemen
konflik yang baik; kemampuan menjaga dan memelihara hubungan
dengan orang lain; dan kemampuan dalam bekerja sama atau bekerja di
dalam satu tim (Goleman, 1999).
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
34/117
20
Universitas Indonesia
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosionalSalovey & Mayer (1990, dalam Papadogianis et al, 2009) mengemukakan
bahwa kecerdasan emosional dapat dikembangkan. Kecerdasan emosional bukanlah
suatu keadaan yang tetap. Goleman (1999) juga menyatakan bahwa kecerdasan
emosional tidak berkaitan dengan faktor genetis. Menurut Goleman, kecerdasan
emosional dapat diperoleh dan dikembangkan melalui pembelajaran dan pengalaman
hidup. Seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan seseorang dalam menangani
emosi, memotivasi diri, mengasah empati dan keterampilan sosial dapat tumbuh
semakin baik.
2.2.4. Pengukuran Kecerdasan Emosional
Pada tahun 1995, Goleman mengatakan bahwa belum ada alat ukur yang
dapat menghasilkan nilai kecerdasan emosional. Kemudian pada tahun 1997, Bar-On
mengkonstruksi alat ukur kecerdasan emosional yang dinamakan Emotional Quotient
Inventory (EQ-I). Alat ukur ini kerap digunakan dalam konteks pekerjaan.
Menurut Ciarrichi, dkk. (2001), ada dua tipe pengukuran kecerdasan
emosional, yaituperformance testdanself-report test. Padaperformance test, respon
dapat dinilai secara lebih objektif sebab penilaian dilihat dari kemampuan seseorang
dalam mengidentifikasi emosi. Sedangkan pada self-report test, respon dilihat
berdasarkan penilaian terhadap diri sendiri atas pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan tingkat kecerdasan emosionalnya. Contohnya, pada performance
test individu diberi sebuah gambar, kemudian ia diminta untuk mengidentifikasi
emosi apa yang terjadi di dalam gambar itu. Sementara pada self-report test,kecerdasan emosional individu dilihat dari jawabannya atas pernyataan seperti sebaik
apa mengenali emosi yang ada di dalam gambar.
Pada tabel 2.1 dapat dilihat mengenai perbedaan antara performancetestdan
selfreporttestyang dikemukakan oleh Ciarrochi et al. (2001):
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
35/117
21
Universitas Indonesia
Tabel 2.1
Perbedaan antara performance test dan self-report testPerformance Test Self Report Test
Menilai kecerdasan emosional secara
aktual (actual EI)
Menilai kecerdasan emosional
berdasarkan persepsi mengenai
kecerdasan emosional (Perceived EI)
Lebih banyak memakan waktu Tidak banyak memakan waktu
Ada observasi dalam pengukuran Tidak ada observasi dalam pengukuran
Cenderung berkorelasi dengan
pengukuran kecerdasan tradisional
Cenderung berkorelasi dengan trait
kepribadian yang sudah ada
Contoh alat ukur: Multifactor Emotional
Intelligence Scale (MEIS), Mayer-
Salovey-Caruso Emotional Intelligence
Test (MSCEIT), Levels of Emotional
Awareness Scale (LEAS).
Contoh alat ukur: Bar-On Emotional
Quotient Inventory (EQ-i), Trait Meta-
Mood Scale (TMMS), Schutte Self-
Report Inventory (SSRI), Toronto
Alexithymia Scale (TAS-20).
Pengukuran melalui self report dilakukan atas dasar bahwa individu adalah
yang paling mengetahui keadaan internal dalam dirinya. Pengukuran dengan self
reportmemungkinkan seseorang untuk menilai tingkat kecerdasan emosional dirinya
sendiri. Namun, cara ini memiliki kelemahan, yaitu bisa jadi orang tersebut tidak
memiliki pemahaman yang akurat tentang emosinya. Selain itu, orang tersebut juga
dapat memilih jawaban yang paling baik atau yang paling buruk.
Beberapa ahli membuat alat ukur kecerdasan emosional. Pertama kali,
Salovey & Mayer menyusun alat ukur yang dikenal dengan nama Multifactor
EmotionalIntelligenceScales (MEIS). Kemudian, mereka membuat alat yang lebih
komprehensif yang bernama Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test
(MSCEIT). Kedua alat ini mengukur kecerdasan individu yang mengacu pada
dimensi-dimensi kecerdasan emosional yang mereka kemukakan, yaitu kemampuan
mempersepsi, memfasilitasi, memahami dan mengelola emosi. Alat ukur ini termasuk
dalam performancetest. Kekurangan dari alat ini adalah biayanya mahal dan proses
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
36/117
22
Universitas Indonesia
pengadministrasiannya agak rumit. Ahli lainnnya yaitu Baron, menyusun Emotional
QuotientInventory(EQ-i). Alat ukur ini termasuk ke dalamself-reporttest.Alat ukur yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu alat ukur EII. Alat
ukur ini diadaptasi dan disusun oleh Lanawati (1999) dari penggabungan antara EQ-I
(Emotional Quotient Inventory) yang dikonstruksi oleh Bar-On (1997), konsep-
konsep EI dari Goleman (1995), dan Trait Meta Mood Scale(TMMS) yang disusun
oleh Salovey. Alat ukur ini sudah diadaptasikan sesuai dengan kultur Indonesia. Alat
ukur ini memiliki lima dimensi yang mengukur kecerdasan emosional, yaitu self
awareness, self control, self motivation, empathy, dansocial skills.
2.3. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja
Goleman (1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Kualitas-kualitas seperti kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kemampuan kerja sama, kemampuan mengelola emosi,
dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain merupakan kualitas-kualitas
yang mampu meningkatkan kinerja seseorang. Hal ini didukung oleh Yu Chi Wu
(2011), dalam penelitiannya mengenai stres keja dan kinerja karyawan yang dikaitkan
dengan kecerdasan emosional, yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kecerdasan emosional dengan kinerja (job performance). Artinya,
merekrut karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat
memberikan dampak positif bagi kesuskesan organisasi. Kecerdasan emosional
karyawan juga dapat ditingkatkan dengan coachingatau bentuk lain seperti training.
Selain itu, Yu Chi Wu (2011) juga menemukan bahwa kecerdasan emosional
menengahi hubungan antara stres kerja dan kinerja. Karyawan yang memilikikecerdasan emosional yang rendah kurang dapat mengatasi hal-hal yang membuat
stres pada pekerjaannya.
Sementara itu, di sisi lain, Goleman (1999) menyatakan bahwa IQ bukanlah
satu-satunya faktor utama dalam menentukan baik atau buruknya kinerja seseorang.
Padahal, IQ telah lama dijadikan standar dalam memprediksi kinerja karyawan (Jex
& Britt, 2008). Karyawan dengan IQ tinggi diprediksi akan mampu menampilkan
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
37/117
23
Universitas Indonesia
kinerja yang tinggi sebab ia akan mampu memperlihatkan keahliannya dalam
pekerjaanya dengan baik. Goleman mengemukakan bahwa IQ saja tidak cukup untukmenjamin tingginya kinerja karyawan. Karyawan perlu memiliki keterampilan dalam
mengelola emosi dirinya. Ini bermanfaat bagi karyawan untuk menyadari keadaan
dirinya, untuk dapat mampu mengendalikan dirinya dan untuk dapat memotivasi
dirinya sendiri. Karyawan yang memiliki keterampilan ini akan memiliki rasa percaya
diri, optimisme, mampu beradaptasi dengan baik, dan memiliki dorongan untuk
berprestasi. Karyawan dengan kemampuan ini pun akan mampu mengatasi tekanan
dalam pekerjaannya seperti yang terdapat dalam hasil penelitian Yu Chi Wu (2011).
Kemampuan-kemampuan ini tentunya akan dapat membantu meningkatkan
kinerjanya.
Selanjutnya, karyawan juga perlu keterampilan dalam mengelola hubungan
dengan orang lain. Keterampilan ini berupa empati dan keterampilan sosial.
Karyawan yang memiliki keterampilan ini akan dapat menampilkan kemampuan
dalam memahami orang lain (rekan kerja, bawahan atau atasan), berorientasi pada
pelayanan, kemampuan berkomunikasi dengan baik, memanajemen konflik dan
bekerja sama. Kemampuan-kemampuan ini akan menunjang kinerja seorang
karyawan.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
38/117
24 Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan tentang tipe dan desain penelitian, masalah
penelitian, hipotesis penelitian dan variabel-variabel penelitian. Selain itu, pada bab
ini akan dijelaskan juga tentang subjek penelitian, instrumen penelitian yang
digunakan, penyusunan penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data.
3.1 Masalah Penelitian
Masalah penelitian yang dijelaskan pada bagian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu
masalah konseptual dan masalah operasional.
3.1.1 Masalah Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosional dan kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan ini, masalah konseptual yang
diambil dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dan kinerja karyawan?
3.1.2 Masalah Operasional
Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi
yang signifikan antara skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional
Intelligence Inventory) dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja
karyawan perusahaan?
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang ingin dijawab, maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu:
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
39/117
25
Universitas Indonesia
3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yangsignifikan antara skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional
Intelligence Inventory) dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja
karyawan perusahaan.
3.2.2. Hipotesis Null (H0)
Sementara itu, hipotesis null (H0) yang akan diuji berdasarkan perhitungan
statistik dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional Intelligence Inventory)
dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja karyawan perusahaan.
3.3 Variabel Penelitian
Pada sub bab ini, akan dijelaskan mengenai definisi konseptual dan definisi
operasional dari masing masing variabel, yaitu variabel kecerdasan emosional dan
variabel kinerja karyawan.
3.3.1 Kecerdasan Emosional
3.3.1.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual kecerdasan emosional mengacu pada definisi dari
Goleman (1997) yaitu kemampuan untuk mengendalikan dorongan emosional,
kemampuan membaca perasaan orang lain, dan kemampuan membina hubungan
dengan baik.
3.3.1.2 Definisi Operasional
Definisi operasional kecerdasan emosional adalah skor total dari masing-
masing dimensi yang terdiri dari dimensiself awareness, self control,self motivation,
empathy, dansocial skillpada alat ukur kecerdasan emosionalEmotional Inteligence
Inventory yang dikembangkan oleh Lanawati (1999). Pengukuran kecerdasan
emosional menunjukkan sejauh mana tingkat kecerdasan secara emosional dari
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
40/117
26
Universitas Indonesia
karyawan. Hasil dari pengukuran kecerdasan emosional ditunjukkan dari skor
masing-masing dimensi. Semakin tinggi skor suatu dimensi akan mengidentifikasikankecerdasan emosional yang juga semakin tinggi pada dimensi tersebut. Kemudian,
semakin tinggi skor total dari seluruh dimensi tersebut, maka semakin tinggi pula
skor variabel kecerdasan emosional secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan
semakin tingginya tingkat kecerdasan secara emosional dari karyawan.
3.3.2 Kinerja
3.3.2.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual kinerja mengacu pada Campbell (1990) yang
mendefinisikan kinerja sebagai segala perilaku karyawan yang berkaitan dengan
pekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan yang
kemudian secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan.
3.3.2.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari kinerja karyawan adalah skor rata-rata dari tiga skor
kinerja karyawan terakhir yang berasal dari penilaian kinerja yang dilakukan oleh
perusahaan atas kinerja karyawannya. Semakin tinggi rata-rata skor karyawan maka
semakin tinggi kinerja yang ditampilkan karyawan tersebut.
3.4 Tipe dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi penelitian kuantitatif. Sesuai definisi
yang dikemukakan oleh Graveter dan Forzano (2009), penelitian kuantitatif
didasarkan pada pengukuran variabel partisipan secara individu untuk memperolehskor yang biasanya berupa nilai numerik yang dimasukkan ke dalam analisis statistik
untuk diambil kesimpulan dan interpretasi. Alasan penggunaan strategi kuantitatif
adalah karena penelitian ini mengukur seberapa besar hubungan antara kecerdasan
emosional dengan kinerja karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
kecerdasan emosinal dengan kinerja. Berdasarkan tujuan ini, maka tipe penelitian ini
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
41/117
27
Universitas Indonesia
adalah tipe penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dua variabel dalam penelitian ini yangdicari hubungannya yaitu kecerdasan emosional dan kinerja karyawan. Korelasi
adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengukur dan menggambarkan
hubungan antara dua variabel (Graveter & Wallnau, 2008).
Kumar (1999) mengklasifikasikan beberapa desain penelitian dari tiga
perspektif, yaitu jumlah pertemuan, referensi periode, dan sumber investigasi.
Berdasarkan perspektif jumlah pertemuan, penelitian ini termasuk cross-sectional
design sebab penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kali waktu untuk melihat
suatu fenomena Penelitian cross-sectional berguna dalam memperoleh gambaran
keseluruhan dari penelitian pada saat itu juga (Kumar, 1999). Pengambilan data yang
ditujukan untuk melihat adanya hubungan kecerdasan emosional dan kinerja tidak
dilakukan secara berkelanjutan. Tidak ada pengamatan terhadap perubahan yang
mungkin terjadi setelah pengambilan data.
Berdasarkan referensi periode, desain penelitian ini termasuk retrospective
study design, yaitu penelitian untuk mencari informasi tentang fenomena, situasi,
masalah atau isu tertentu yang terjadi di masa lalu di mana umumnya menggunakan
data yang sudah ada atau dari respon partisipan terhadap kejadian yang sudah terjadi
(Kumar, 1999).
Berdasarkan perspektif sumber investigasi (nature of investigation), penelitian
ini termasuk penelitian non-eksperimental. Graveter dan Forzano (2009)
mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian non-eksperimental adalah untuk
menunjukkan hubungan antara variabel-variabel tanpa menjelaskan hubungannya.
Peneliti hanya ingin mengeksplorasi variabel 1 dan variabel 2 tanpa melakukanmanipulasi dan intervensi.
3.5 Partisipan Penelitian
3.5.1 Karakteristik Partisipan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional
dengan kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka partisipan yang
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
42/117
28
Universitas Indonesia
diambil adalah karyawan perusahaan. Lebih spesifik, karyawan yang termasuk di
dalam penelitian ini yaitu karyawan dengan tipe yang bekerja di dalam kantor (backoffice)dan teknisi. Dalam penelitian ini terdapat karakteristik partisipan sampel yang
harus dipenuhi, antara lain:
1) Terdaftar sebagai karyawan perusahaan
2) Pendidikan terakhir SLTA atau sederajat. Partisipan diharapkan mampu
memahami instruksi dan item pernyataan pada kuesioner dengan tepat.
3) Telah bekerja selama minimal dua tahun. Dengan masa kerja dua tahun ini
diharapkan karyawan tersebut telah menampilkan kinerjanya secara konsisten.
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel
Jenis pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling, di
mana sampel dipilih berdasarkan tersedianya individu dan kemauan untuk mengikuti
penelitian (Kumar, 2005). Teknik sampling ini masuk ke dalam non-random/non
probability sampling karena tidak semua orang di dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi partisipan penelitian. Selain itu jumlah pasti
dari populasi tidak diketahui (Kumar, 2005)
3.5.3 Jumlah Sampel Penelitian
Kumar (1999) mengemukakan bahwa jumlah sampel dipengaruhi oleh hal
yang ingin dilakukan dari hasil penelitian dan tipe hubungan penelitian yang ingin
dicapai. Semakin banyak jumlah sampel maka data penelitian akan semakin
representatif. Kumar juga berpendapat bahwa semakin besar jumlah sampel, maka
semakin tinggi tingkat akurasi yang didapat. Namun, penentuan jumlah sampel jugadipertimbangkan dari segi ketersediaan waktu, tenaga, aksesibilitas dan dana. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampelk juga disesuaikan dengan
pertimbangan hal-hal tersebut.
Batas minimum sampel menurut Guilford dan Fruchter (1981) yaitu sebanyak
30 orang, hal ini untuk mendapatkan penyebaran data mendekati normal. Selain itu
Guilford dan Fruchter (1981) juga menyatakan bahwa penggunaan sampel yang
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
43/117
29
Universitas Indonesia
semakin besar dapat mengurangi terjadinya bias. Untuk itu, sampel yang
direncanakan ditetapkan dalam penelitian ini adalah minimal 30 orang dengan targetpeneliti mendapatkan hingga 60 orang.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang jawabannya diisi sendiri oleh partisipan
(Kumar, 1999). Penggunaan kuesioner dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbatasan waktu, biaya, menjaga anonimitas, dan kemudahan penyebaran terhadap
partisipan yang jumlahnya cukup banyak (Kumar, 1999). Untuk variabel kecerdasan
emosional, penelitian ini menggunakan alat ukur Emotional Intelligence Inventory
yang terdiri dari 92 item. Kuesioner ini juga dilengkapi dengan lampiran data
demografis sebagai data partisipan. Penjelasan mengenai alat ukur ini akan dibahas
pada sub-bab 3.6.1. Sementara itu, untuk pengukuran kinerja, penelitian ini
menggunakan data skor kinerja karyawan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai pengukuran variabel kinerja ini akan dibahas pada
sub-bab 3.6.2.
3.6.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional
Alat ukur kecerasan emosional yang digunakan adalah Emotional Intelligence
Inventory (EII) yang dikembangkan oleh Lanawati (1999) dan sudah diadaptasi
dengan kultur Indonesia. Alat ukur ini pertama kali berjumlah 150 item. Setelah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta analisa faktor oleh Lanawati, jumlah item
alat ukur ini menjadi 80 item. Alat ukur ini terdiri dari lima dimensi yaitu selfawareness, self control, self motivation, empathy, dan social skill seperti yang
dikemukakan oleh Goleman.
Pengukuran alat ukur ini bersifat kontinu dengan menggunakan skala Likert
dengan empat pilihan jawaban. Pilihan jawaban yaitu sangat tidak sesuai, tidak
sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pilihan empat jawaban dimaksudkan agar
menghindari kecenderungan netral.
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
44/117
30
Universitas Indonesia
Tabel 3.1Tabel kisi-kisi item Kecerdasan Emosional dan penyebarannya
No. Dimensi Contoh Item No. Item
1. Self awareness Aku dapat merasakan apabila seseorang
menerima atau menolak kehadiranku.
6, 9, 13, 17, 53, 61, 68,
74, 75, 81, 84, 87
2. Self control Aku sukar untuk menunda keinginan agar
memperoleh sesuatu yang aku sangat
inginkan.
10, 28, 29, 31, 32, 36,
37, 40, 43, 46, 55, 58,
62, 63, 65, 69, 70, 71,
77, 83, 85, 86, 88, 91,
92
3. Self motivation Menyadari kekuatan dan kelemahanku, aku
bangga dengan diriku sendiri.
2, 23, 26, 38, 39, 41,
44, 47, 49, 52, 72, 76,
79, 89
4. Empathy Aku ikut merasa terharu bila orang lain
menangis.
11, 14, 19, 20, 33, 34,
50, 56, 59, 60, 64, 66,
67, 73, 78, 80, 82,
5. Social skill Mudah bagiku untuk menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
1, 3, 4, 7, 15, 18, 22,
24, 27, 54, 57, 90
3.6.1.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kecerdasan Emosional
Variabel kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi yang mana
seluruhnya berjumlah 80 item. Terdapat item yang bersifat positif terhadap dimensi
(favourable) dan ada yang bersifat negatif terhadap dimensi (unfavourable). Untuk
item favorable, sistem skoring yang digunakan yaitu pilihan Sangat Tidak Sesuai
mendapat poin 1 dan pilihan Sangat Sesuai mendapat poin 4. Sebaliknya, untuk
item unfavorable, pilihan Sangat Tidak Sesuai mendapat poin 4 dan pilihan
Sangat Sesuai mendapat poin 1.
Selain item favourable dan unfavourable, terdapat juga item pengacau yang
tidak berkaitan dengan konstruk kecerdasan emosional yang berjumlah 12 item.
Pembagian item favourabledan unfavourabledan item pengacau dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
45/117
31
Universitas Indonesia
Tabel 3.2Klasifikasi Item Favourable, Item Unfavourable, dan Item Pengacau
No Kategori Item Nomor Item
1 Favorable 1, 2, 4, 6, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 23, 26, 34, 38,
39, 41, 44, 47, 50, 52, 53, 54, 56, 59, 60, 61, 64, 66, 67,
68, 72, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 87, 89
2 Unfavorable 3, 7, 9, 10, 22, 24, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 36, 37, 40, 43,
46, 49, 55, 57, 58, 62, 63, 65, 69, 70, 71, 73, 77, 82, 83,
84, 85, 86, 88, 90, 91, 92
3 Item Pengacau 5, 8, 12, 16, 21, 25, 30, 35, 42, 45, 48, 51
3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur
Sebelum dilakukan uji coba, alat ukur ini dikonsultasikan ke pembimbing
untuk mendapatkan penilaian (expert judgement). Hasil dari konsultasi tersebut yaituadanya revisi yang dilakukan seperti mengubah kata aku menjadi saya untuk
menyesuaikan dengan partisipan. Selain itu dilakukan juga revisi instruksi dan format
penyusunan item sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Setelah proses expert
judgement tersebut, alat ukur ini dilakukan uji ccoba.
Uji coba alat ukur EII dilakukan kepada 31 orang karyawan perusahaan.
Tujuan dari uji coba alat ukur ini adalah untuk mengetahui reliabilitas dan validitas
alat ukur EII, sehingga dapat diperbaiki item-itemnya sebelum pengambilan data
yang sesungguhnya dilakukan. Teknik reliabilitas alat ukur EII yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji reliabilitas dengan menggunakan single-trial test.Kemudian
metode perhitungannya dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien
Alpha Cronbach digunakan untuk tes yang bersifat non-dikotomi (Anastasi dan
Urbina, 1997). Teknik ini digunakan untuk menguji konsistensi antar-item pada suatu
alat ukur. Hasil uji coba reliabilitas alat ukur didapatkan nilai Alfa Cronbach sebesar
Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012
-
8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN
46/117
32
Universitas Indonesia
0.945, di mana nilai ini menandakan bahwa alat ukur EII sudah konsisten antar item-
nya dalam mengukur kederdasan emosional karena berdasarkan Anastasi & Urbina(1997) nilai ini sudah berada di atas batas minimal nilai reliabilitas, yaitu 0.7.
Sementara itu, teknik uji validitas alat ukur EII yang digunakan adalah dengan
metode internal consistency, yaitu skor yang diperoleh pada sub tes dihubungkan
dengan skor total tes (Anastasi Urbina, 1997). Hasil dari uji validitas alat ukur EII
terdapat 11 item yang memiliki indeks correlated item-totalcorrelation di bawah 0.2.
Menurut Aiken & Groth-Marnat (2006), 0.2 adalah batas nilai minimal item tersebut
dikatakan valid. Kesebelas item tersebut sudah dilakukan revisi bersama pembimbing
dan sudah diberi penilaian oleh pembimbing (expert judgement) sehingga ketika
mengambil data diharapkan nilai validitasnya naik.
3.6.2 Alat Ukur Kinerja
Peneliti tidak menggunakan alat ukur untuk mengukur variabel kinerja. Nilai
variabel kinerja pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data penilaian
kinerja karyawan yang didapat dari perusahaan tempat karyawan bekerja. Data
tersebut berupa skor penilaian kinerja masing-masing karyawan. Nilai minimum dari
skor penilaian kerja tersebut adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 135.