HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

download HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

of 117

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    1/117

    HUBUNGAN

    (The Correl

    PRO

    UNIVERSITAS INDONESIA

    NTARA KECERDASAN EMOSI

    INERJA PADA KARYAWAN

    tion between Emotional Intelligence

    Performance Among Employee)

    SKRIPSI

    ANDI HAKIM

    0806344212

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    RAM STUDI SARJANA REGULE

    DEPOK

    JUNI 2012

    NAL DAN

    and Job

    R

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    2/117

    HUBUNGAN

    (The Correl

    Diajukan Sebag

    PRO

    i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    NTARA KECERDASAN EMOSI

    INERJA PADA KARYAWAN

    tion between Emotional Intelligence

    Performance Among Employee)

    SKRIPSI

    i Salah Satu Syarat Memperoleh G

    ANDI HAKIM

    0806344212

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    RAM STUDI SARJANA REGULE

    DEPOK

    JUNI 2012

    NAL DAN

    and Job

    lar Sarjana

    R

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    3/117

    ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

    dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Andi Hakim

    NPM : 0806344212

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 25 Juni 2012

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    4/117

    iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Andi Hakim

    NPM : 0806344212

    Program Studi : Psikologi

    Judul Skripsi : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan

    Kinerja pada Karyawan

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

    Psikologi pada Program Studi Reguler, Fakultas Psikologi, Universitas

    Indonesia

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Dra. Bertina Sjabadhyni M. Si ( )

    NIP. 196109101987032001

    Penguji 1 : Dr. Semiati Ibnu Umar ( )

    NIP. 080903016

    Penguji 2 : Dra. Cecilia Yeti P., M.Si ( )

    NIP. 196701231992022002

    Ditetapkan di : Depok

    Tanggal : 25 Juni 2012

    DISAHKAN OLEH

    (Prof. Dr. Frieda Maryam Mangunsong Siahaan, M.Ed.)

    NIP. 195408291980032001

    (Dr. Wilman Dahlan Mansoer, M.Org.Psy.)

    NIP. 194904031976

    Ketua Program Sarjana Fakultas Psikologi

    Universitas Indonesia

    Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    5/117

    iv

    KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas

    segala karunia dan berkah yang diberikan sehingga saya diberi kesempatan untuk

    menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan bertujuan untuk

    memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas

    Psikologi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

    bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dra. Bertina Sjabadhyni, M.Si. sebagai pembimbing skripsi saya yang

    telah meluangkan waktu dan daya upaya untuk membimbing saya.

    2. Ibu Lembana Jogapranata Soemitro M.Psi. dan Ibu Dianti Endang

    Kusumawardhani, Psi., M.si., Ph.D., sebagai pembimbing skripsi awal

    saya yang telah membimbing dan memberi masukan kepada saya.

    3. Ibu Dini Rahma Bintari M.Psi. dan Ibu Erida Rusli M.Si., pembimbing

    akademis saya yang memberikan bimbingan, arahan dan dukungan kepada

    saya selama perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

    4. Dosen penguji, yaitu Ibu Dr. Semiati Ibnu Umar dan Ibu Dra. Cecilia Yeti

    P., M.Si. yang telah banyak memberikan arahan dan masukan terhadap

    skripsi ini.

    5. Kedua orang tua saya tersayang yang tak pernah henti memberikan kasih

    sayang, cinta yang tulus, makna hidup, motivasi, dukungan serta doa

    kepada saya hingga saya dapat menuntaskan studi hingga perkuliahan ini.

    Terima kasih tak terhingga untuk segalanya yang telah diberikan kepada

    saya, serta pembelajaran kehidupan yang telah diajarkan kepada saya. Tak

    lupa kedua adik saya yang selalu siap sedia membantu saya.6. Segenap dosen Psikologi UI, Bapak dan Ibu guru penulis sejak SD hingga

    SMA, yang telah mentransferkan ilmunya, yang telah mengasuh dan

    mengembangkan diri saya, terima kasih tak terhingga untuk jasa-jasa

    Bapak dan Ibu. Semoga penulis bisa meneladani kerendahan dan ketulusan

    hati serta bisa mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dengan optimal.

    7. Ibu Lanawati, yang telah memberi pemahaman kepada saya mengenai

    konsep kecerdasan emosional.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    6/117

    v

    8. Bapak Tulus Budi, Bapak Gagan Hartana, Mas Asup, Mbak Livi, Mbak

    Dian, dan Ibu Prapti, yang telah memberikan saya ilmu, pengetahuan, dan

    wawasan yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

    9. Mbak Icha, Pak Puguh, Pak Arief, Pak Aldi, Mbak Nia, Pak Robert, Pak

    Agus, dan Pak Heri, selaku mentor saya di perusahaan PT. XYZ dan PT.

    PQR yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada saya selama

    proses pengambilan data skripsi ini; serta Keluarga Besar PT. XYZ dan

    PT. PQR dan seluruh partisipan yang telah menyediakan waktu untuk

    terlibat dalam penelitian skripsi ini.

    10.Kak Ian, Kak Panji, Bang Amir, dan keluarga besar Bimbingan Belajar

    BTA 8 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada saya.

    11.Teman-teman saya, Arno, Derry, Fajar, Fitri, Mega, Hari, Rika, Sista,

    Ridho, Ardhy, dan Jeng Arin yang selalu memberikan semangat, saling

    memberi masukan satu sama lain, serta berbagi suka maupun duka.

    12.Seluruh sahabat-sahabat dan teman-teman Psikologi UI angkatan 2008

    (Psikomplit) yang memberikan suasana kekeluargaan dan pengalaman

    yang berharga selama perkuliahan.

    13.Mbak Maya PIO, Mas Budi fotokopi Kanlam, Bapak teknisi IT Labkom

    gd. H, Mas rental print Kanlam dan Stasiun UI, Bapak dan Ibu penjaga

    perpustakaan, terima kasih atas fasilitas yang telah diberikan kepada saya.

    14.Wanita istimewa yang saya sayangi, yang selalu memberikan semangat

    dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan warna

    dan makna yang berarti dalam hidup saya.

    Skripsi ini saya buat seoptimal dan semaksimal mungkin, tapi tidak menutup

    kemungkinan jika terdapat kekurangan di dalamnya. Jika ada hal-hal yang inginditanyakan atau didiskusikan lebih lanjut, bisa menghubungi

    [email protected]. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan berharap

    Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat

    bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Depok, 25 Juni 2012

    Andi Hakim

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    7/117

    vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Andi Hakim

    NPM : 0806344212

    Program Studi : Reguler

    Fakultas : Psikologi

    Jenis Karya : Skripsi

    demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive

    Royalty-Free Right)atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja pada Karyawan

    beserta perangkat (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,

    Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan bentuk,

    mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat, serta mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

    nama saya sebagai penulis atau pencipta dan juga sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok

    Pada tanggal : 25 Juni 2012

    Yang menyatakan

    (Andi Hakim)NPM : 0806344212

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    8/117

    vii

    ABSTRAK

    Nama : Andi Hakim

    Program Studi : Psikologi

    Judul : Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja pada

    Karyawan

    Tidak selamanya kecerdasan intelektual mampu menjamin kesuksesan seseorang.

    Kini, karyawan juga dinilai dari sebaik apa mereka mengelola dirinya dan

    hubungannya dengan orang lain atau yang disebut dengan kecerdasan emosional.

    Penelitian ini melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan kinerja pada

    karyawan. Pengukuran kecerdasan emosional menggunakan alat ukur EII

    (Emotional Intelligence Inventory) (Lanawati, 1999), dan kinerja menggunakanskor kinerja dari perusahaan. Partisipan berjumlah 80 orang dengan karakteristik

    telah bekerja lebih dari dua tahun. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan

    yang tidak signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja karyawan (r =

    0.042; p = 0.709). Penelitian lebih lanjut sebaiknya memasukkan variabel IQ

    sebagai kontrol dalam penelitian dan melakukan penelitian pada sampel jenis

    pekerjaan tertentu.

    Kata Kunci:

    Kecerdasan Emosional, Kinerja, Karyawan

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    9/117

    viii

    ABSTRACT

    Name : Andi Hakim

    Program of Study : Psychology

    Title : The Correlation between Emotional Intelligence and Job

    Performance among Employee

    IQ is no longer be the best predictor for success in workplace. Now, employees

    assessed also from how well they manage their self and their relationship with

    others, which is called emotional intelligence. This research was conducted to find

    the correlation between emotional intelligence and job performance among

    employee. Emotional intelligence was measured using Emotional Intelligence

    Inventory (EII) (Lanawati, 1999), and the measurement of job performance usingthe employees performance score produced by the company. The participants are

    80 employee who have worked more than two years. The main result of this

    research shows that there is no significant correlation betweeen emotional

    intelligence and job performance (r= 0.482;p= 0.709). Further research should

    put IQ as a control variable of the research and conduct the research in a specific

    job.

    Keyword:

    Emotional Intelligence, Job Performance, Employee

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    10/117

    ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

    KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ............................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ........................................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

    1.2 Permasalahan Penelitian ............................................................................... 6

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

    1.4.1Manfaat teoritis ................................................................................... 7

    1.4.2Manfaat Praktis ................................................................................... 7

    1.5 Sistematika penulisan ................................................................................... 7

    BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................................

    2.1 Kinerja ..........................................................................................................9

    2.1.1 Definisi Kinerja (Job Performance) ................................................... 9

    2.1.2 Dimensi Kinerja ................................................................................10

    2.1.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja....................................... 12

    2.1.4Pengukuran Kinerja ..........................................................................14

    2.2 Kecerdasan Emosional ................................................................................ 15

    2.2.1 Definisi Kecerdasan Emosional ....................................................... 15

    2.2.2 Dimensi Kecerdasan Emosional ...................................................... 17

    2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional ............... 20

    2.2.4 Pengukuran Kecerdasan Emosional............................................. 20

    2.3 Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja .................... 22

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................

    3.1 Masalah Penelitian ...................................................................................... 24

    3.1.1 Masalah Konseptual......................................................................... 24

    3.1.2 Masalah Operasional........................................................................ 24

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    11/117

    x

    3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 24

    3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha) .................................................................. 25

    3.2.2 Hipotesis Nol (Ho) ............................................................................ 25

    3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 25

    3.3.1 Kecerdasan Emosional ..................................................................... 25

    3.3.1.1 Definisi Konseptual ................................................................ 25

    3.3.1.2 Definisi Operasional ............................................................... 25

    3.2 Kinerja ................................................................................................. 26

    3.4.2.1 Definisi Konseptual ................................................................ 26

    3.4.2.2 Definisi Operasional ............................................................... 26

    3.4 Tipe dan Desain Penelitian ......................................................................... 26

    3.5 Partisipan Penelitian ................................................................................... 27

    3.5.1 Karakteristik Partisipan .................................................................... 273.5.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 28

    3.5.3 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................. 28

    3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 29

    3.6.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional ...................................................... 29

    3.6.1.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kecerdasan Emosional ................ 30

    3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur.................................................................31

    3.6.2 Alat Ukur Kinerja .............................................................................. 32

    3.6.2.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kinerja ......................................... 32

    3.6.3 Data Partisipan ................................................................................... 333.7 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 34

    3.7.1 Tahap Persiapan ................................................................................. 34

    3.7.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 35

    3.7.3 Teknik Pengolahan Data.....................................................................35

    3.8 Metode Pengolahan Data.............................................................................36

    BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DATA ................................................................

    4.1 Gambaran Umum Penelitian ..................................................................... ..38

    4.1.1 Gambaran Demografis Penyebaran Partisipan Penelitian.............38

    4.1.2 Gambaran Kecerdasan Emosional Partisipan...................................40

    4.1.3 Gambaran Kinerja Partisipan ............................................................ 41

    4.2 Hasil Utama Penelitian ............................................................................... 42

    4.3 Data Tambahan ........................................................................................... 43

    4.3.1 Gambaran kecerdasan emosional partisipan berdasarkan

    data demografis partisipan ............................................................. 43

    4.3.2 Gambaran kinerja partisipan berdasarkan data

    demografis partisipan ................................................................ 46

    4.4 Hasil Perhitungan Regresi .......................................................................... 48

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    12/117

    xi

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................................

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 50

    5.2 Diskusi ........................................................................................................ 51

    5.2.1 Diskusi Hasil Utama Penelitian ......................................................... 51

    5.2.2 Diskusi Hasil Tambahan Penelitian ................................................... 56

    5.2.2.1 Diskusi Gambaran Kecerdasan Emosional Ditinjau

    dari Data Demografis ............................................................. 56

    5.2.2.2 Diskusi Gambaran Kinerja Ditinjau dari Data Demografis.... 58

    5.2.3 Diskusi Metodologis .......................................................................... 58

    5.3 Saran ........................................................................................................... 61

    5.3.1 Saran Metodologis ............................................................................. 61

    5.3.2 Saran Praktis ...................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64

    LAMPIRAN......................................................................................................... 67

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    13/117

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan antaraPerformance Testdan Self-reportTest................. 21

    Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Item Kecerdasan Emosional dan Penyebarannya..... 30Tabel 3.2 KlasifikasiItem Favourable,Item Unfavourable, danItem

    Pengacau........................................................................................... 31

    Tabel 4.1 Gambaran Demografis Partisipan Penelitian.................................... 39

    Tabel 4.2 Gambaran statistik Kecerdasan Emosional Partisipan...................... 41

    Tabel 4.3 Klasifikasi Kecerdasan Emosional Partisipan................................... 41

    Tabel 4.4 Gambaran Statistik Kinerja Partisipan.............................................. 41

    Tabel 4.5 Klasifikasi Tingkat Kinerja Partisipan.............................................. 42

    Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan

    Kinerja Karyawan............................................................................ 43

    Tabel 4.7 Gambaran Kecerdasan Emosional Partisipan Berdasarkan Data

    Demografis Partisipan.................................................................... 43

    Tabel 4.8 Gambaran Kinerja Partisipan Berdasarkan Data Demografis

    Partisipan......................................................................................... 46

    Tabel 4.9 Gambaran Regresi antara Dimensi Kecerdasan Emosional dengan

    Kinerja............................................................................................. 49

    UniversitasIndonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    14/117

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A...................................................................................................... 68

    A.1 Validasi dan reliabilitas try out alat ukur................................... ............ 68

    Lampiran B...................................................................................................... 71

    B.1 Hasil Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Kinerja

    Karyawan.................................................................................................... 71

    B.2 Gambaran Skor Kecerdasan Emosional..................... . ...........................71

    B.3 Gambaran Skor Kinerja................................................... . .....................72

    B.4 Hasil Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja

    KaryawanBack Office.... ....................................................................... 73B.5 Hasil Korelasi antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja Karyawan

    Teknisi ........................................................................................................ 73

    Lampiran C Hasil tambahan Penelitian ....................................................... 74

    C.1 Gambaran Data Demografis ................................................................... 74

    C.2 Gambaran Kecerdasan Emosional Ditinjau dari Data Demografis ....... 79

    C.3 Gambaran Kinerja Ditinjau dari Data Demografis............................. . ..85

    C.4 hasil Perhitungan Regresi....................................................................... 93

    Lampiran D Kuesioner Penelitian................................................................ 95

    Universitas Indonesia

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    15/117

    1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Di era globalisasi ini, banyak sekali tantangan-tantangan yang dihadapi oleh

    perusahaan, seperti persaingan yang semakin ketat dan terbuka, perubahan yang

    sering datang tiba-tiba, dan kondisi lingkungan (keadaan pasar, kebijakan pemerintah,

    animo masyarakat) yang fluktuatif. Dalam menghadapi tantangan ini, perusahaan

    harus selalu siap dan semakin memantapkan langkahnya sehingga visi perusahaandapat dicapai. Salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan perusahaan adalah

    kinerja karyawannya. Kinerja karyawan dapat berpengaruh terhadap langkah

    perusahaan dalam mencapai visinya.

    Setiap perusahaan menginginkan kinerja yang baik dari setiap karyawannya.

    Kinerja karyawan merupakan faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya

    perusahaan dalam menggapai visinya (Riggio, 2000). Jex & Britt (2008)

    mengemukakan bahwa kinerja (job performance) merupakan suatu perilaku

    karyawan yang terlibat di dalam pekerjaan. Kinerja merepresentasikan perilaku yang

    secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan sebagai bagian dari

    tanggung jawab dan kewajiban karyawan (Campbell, 1990, dalam Jex & Britt, 2008).

    Kinerja (job performance) memiliki dua kategori besar, yaitu in-role (task)

    performancedan extra-role (contextual) performance(Borman & Motowidlo, 1993;

    Conway, 1999, dalam Jex & Britt, 2008). In-role performancemengacu pada aspek

    teknis pada pekerjaan karyawan. Misalnya, seorang perawat diminta untuk dapat

    melakukan tugas seperti memeriksa tekanan darah, menyuntik, dan memasang infus.

    Sementara itu, extra-role performancemengacu pada keterampilan non-teknis seperti

    kemampuan berkomunikasi dengan efektif, memperlihatkan motivasi dan antusiasme

    pada pekerjaan, serta membantu rekan kerja yang kesulitan dalam melakukan

    pekerjaannya. Keterampilan non-teknis ini juga perlu dimiliki oleh karyawan untuk

    dapat menunjang kinerjanya.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    16/117

    2

    Universitas Indonesia

    Kinerja karyawan diharapkan memiliki kontribusi positif terhadap tujuan

    perusahaan. Perusahaan perlu melakukan berbagai cara untuk mendapatkan karyawanyang mampu menampilkan kinerja tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi

    positif terhadap perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam memperoleh kinerja

    karyawan yang baik dapat dimulai dari proses perekrutan. Pada proses perekrutan,

    indikator yang kerap dipertimbangkan untuk memprediksi apakah karyawan tersebut

    akan menampilkan kinerja yang baik atau tidak adalah faktor kecerdasan intelektual

    yang dimiliki karyawan tersebut (Jex & Britt, 2008).

    Kecerdasan intelektual sering dijadikan standar dalam memprediksi baik atau

    tidaknya kinerja seseorang di dalam dunia kerja. Kecerdasan intelektual telah lama

    menjadi standar utama dalam pendekatan psikologis pada proses rekrutmen dan

    seleksi (Schmidt & Hunter, 1998). Kemampuan intelektual telah lama ditetapkan

    menjadi indikator terbaik pada seleksi tahap awal di pasar pekerjaan (Sjoberg, 2001).

    Orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi sering kali dianggap akan

    mampu menampilkan kinerja yang baik sehingga akan mudah menggapai kesuksesan

    di dalam dunia kerja.

    Akan tetapi kenyataannya, tidak selamanya faktor kecerdasan intelektual

    mampu menjamin tingginya kualitas kinerja seseorang. McClelland (1973, dalam

    Goleman, 1999) berpendapat bahwa inteligensi atau kemampuan akademik tidak

    memprediksi seberapa baik kinerja seseorang dalam bekerja. Kemudian, Goleman

    (1999) menyebut bahwa ada orang yang berinteligensi tinggi yang justru

    menampilkan kinerja yang buruk dalam pekerjaan, sementara orang berinteligensi

    sedang justru sangat berprestasi dalam kinerjanya.

    Lebih lanjut, Goleman (1999) mengemukakan bahwa kriteria penilaian kinerjadi tempat kerja saat ini mengalami perubahan. Kini, karyawan dinilai dengan ukuran

    yang baru, yaitu tidak hanya berdasarkan dengan kepintarannya atau pelatihan dan

    pengalamannya saja, tetapi juga dilihat dari sebaik apa mereka mampu mengelola

    dirinya dan hubungan dengan orang lain. Semua itu dipengaruhi secara kuat oleh

    kualitas personal seperti ketekunan, pengendalian diri, dan kemampuan berinteraksi

    dengan orang lain. Dalam perusahaan, ukuran-ukuran baru tersebut dijadikan

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    17/117

    3

    Universitas Indonesia

    penentuan untuk memilih siapa saja yang akan direkrut, siapa yang akan

    diberhentikan, siapa yang akan dipertahankan, siapa yang akan dimutasi dan siapayang akan dipromosikan (Goleman, 1999). Lebih jauh, Goleman (2002) juga

    menyatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya menyumbang dua puluh persen bagi

    faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup.

    Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

    kinerja seseorang di dalam dunia kerjanya sehingga ia mampu menampilkan kinerja

    tinggi. Salah satu faktor tersebut adalah kecerdasan emosional (Emotional

    Intelligence) (Goleman, 1999). Kecerdasan emosional adalah kapasitas dalam

    mengenali perasaan pribadi dan orang lain, sebagai cara untuk memotivasi diri, dan

    untuk mengelola emosi diri `dan hubungan kita dengan orang lain (Goleman, 1998).

    Konsep kecerdasan emosional bersumber dari kajian psikologi yang mendalam

    sejak puluhan tahun yang lalu. Kajian ini berawal dari Thorndike pada tahun 1920

    yang memperkenalkan konsep social intelligence dan mendefinisikannya sebagai

    kemampuan memahami dan mengelola orang lain untuk bertindak dengan bijak

    dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 2002, dalam Law, Huang, Wong &

    Li, 2007). Ini merupakan cikal bakal dari konsep kecerdasan emosional. Selanjutnya,

    Gardner (1983, dalam Goleman, 2002) memasukkan personal intelligenceke dalam

    teori multiple intelligence-nya. Personal intelligence terdiri dari intrapersonal

    intelligenceyang merupakan pengetahuan akan aspek internal dari dalam diri; dan

    interpersonal intelligence, yang berdasar pada kapasitas utama dalam memperhatikan

    perbedaan antara satu sama lain, seperti suasana hati, temperamen, motivasi dan

    intensi (Gardner, 1993, dalam Goleman, 2002).

    Gagasan tentang kecerdasan emosional kemudian mucul pada tahun 1990-an.Salovey dan Mayer (1990, dalam Papadogianis et al., 2009) memberikan definisi

    pertama mereka tentang kecerdasan emosional yaitu bagian kecil dari social

    intelligenceyang meliputi kemampuan untuk mengamati emosi dan perasaan diri dan

    orang lain. Kemudian, Goleman (1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional

    meliputi keterampilan-keterampilan seperti kemampuan memahami keadaan diri

    sendiri; kemampuan mengelola dorongan emosi; kemampuan memotivasi diri;

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    18/117

    4

    Universitas Indonesia

    kemampuan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain,

    serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Gagasan kecerdasanemosional ini dibutuhkan untuk menunjang tercapainya kinerja yang baik. Karyawan

    yang cerdas emosinya akan lebih efisien dan efektif dalam mengelola diri dan

    berinteraksi dengan lingkungan atau rekan kerjanya (Law et al., 2007).

    Ciarrochi et al. (2001) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional penting

    bagi kehidupan. Secara rasional kita dapat berasumsi bahwa orang yang kurang

    mampu menangani emosinya akan memiliki masalah dalam hubungan interpersonal,

    kesehatan mental yang buruk, dan kesuksesan karir yang rendah. Hal yang sama juga

    berlaku ketika seseorang tidak mampu mengenali bagaimana perasaan seseorang,

    maka ia bisa gagal dalam membangun interaksi sosial yang bermakna, membangun

    hubungan, atau menjaga persahabatan (Ciarrochi et al., 2001).

    Konsep kecerdasan emosional dapat digunakan oleh organisasi dalam

    memprediksi kinerja yang baik (Mayer, 2001, dalam Ciarrochi et al., 2001). Goleman

    (1999) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional dibutuhkan dalam menunjang

    kinerja pada pekerjaan apapun. Beberapa studi yang pernah dilakukan menyatakan

    bahwa kecerdasan emosional dan kinerja berhubungan secara positif (Afolabi, 2010).

    Penemuan terbaru menyebutkan bahwa kecerdasan secara emosional membuat

    kinerja seseorang lebih baik daripada yang tidak memiliki kecerdasan secara

    emosional (Law et al., 2004, dalam Afolabi, 2010).

    Penelitian yang dilakukan Goleman (1999) menyimpulkan bahwa kecerdasan

    emosional merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi di dalam pekerjaan.

    Kecerdasan emosional bisa berkontribusi pada kinerja dengan memungkinkan

    seseorang untuk memelihara hubungan yang positif di dunia kerja (Seibert et al.,2004 dalam Afolabi, 2010). Kemudian, kemampuan dalam mengelola emosi dapat

    membantu seseorang memelihara perasaan positif, menghindari luapan perasaan

    negatif dan mengatasi stres (Afolabi 2004, dalam Afolabi, 2010). Penelitian yang

    dilakukan oleh Yu Chi Wu (2011) juga menunjukkan adanya hubungan yang positif

    antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Dalam penelitiannya,

    karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah kurang dapat mengatasi

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    19/117

    5

    Universitas Indonesia

    tekanan-tekanan dalam pekerjaannya. Dengan demikian, berdasarkan penelitian-

    penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubunganyang positif antara kecerdasan emosional dan kinerja karyawan.

    Akan tetapi, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, ketika

    faktor inteligensi dikontrol, kecerdasan emosional hanya berperan sebesar dua persen

    bagi kinerja (Van Rooy & Visewsvaran, 2004, dalam Jex & Britt 2008). Penelitian ini

    menunjukkan bahwa kecerdasan emosional bisa jadi tidak memiliki peran yang

    signifikan terhadap kinerja karyawan, khususnya ketika faktor inteligensi dikontrol.

    Penelitian lain juga menunjukkan bahwa inteligensi merupakan hal yang penting bagi

    kinerja, khususnya pekerjaan yang menuntut kualifikasi pendidikan yang tinggi

    (Ferris, Witt & Hochwarter, 2001; Landy, Shankster, & Kohler, 1994, dalam Law et

    al., 2007).

    Pernyataan yang dikemukakan dalam penelitian Van Rooy & Visewsvaran

    (2004) dan Friss et al. (2001, dalam Law et al., 2007) menunjukkan bahwa faktor

    inteligensi merupakan faktor yang menentukan tingginya kualitas kinerja karyawan.

    Hal ini membantah pernyataan Goleman (1999) yang mengemukakan bahwa

    inteligensi bukanlah faktor yang menjamin baiknya kinerja seseorang. Menurut Van

    Rooy & Visewsvaran (2004) pernyataan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi

    kinerja bukanlah sebuah fakta. Perbedaan pandangan ini menarik untuk ditelaah lebih

    dalam untuk membuktikan apakah kecerdasan emosional memang benar-benar faktor

    utama yang menentukan tinggi atau rendahnya kualitas kinerja karyawan seperti yang

    dikemukakan oleh Goleman (1999). Sebaliknya, apakah justru pernyataan dari van

    Rooy & Visewsvaran yang benar bahwa kecerdasan emosional tidak memiliki peran

    apapun dalam menentukan tinggi atau rendahnya kualitas kinerja karyawan.Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan

    antara kecerdasan emosional dengan kinerja pada karyawan. Peneliti ingin

    mengetahui benarkah tinggi atau rendahnya kinerja seorang karyawan berhubungan

    dengan tinggi atau rendahnya kecerdasan emosionalnya. Peneliti beranggapan bahwa

    inteligensi bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kualitas kinerja karyawan.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    20/117

    6

    Universitas Indonesia

    ada faktor lain yang turut menentukan kinerja karyawan, yaitu faktor kecerdasan

    emosional.Penelitian ini dilakukan pada karyawan di Indonesia. Dari sekian banyak studi

    tentang kecerdasan emosional dan kinerja yang penulis ketahui, belum banyak studi

    yang dilakukan pada sampel karyawan di perusahaan di Indonesia. Sampel yang

    diambil adalah karyawan dengan tipe struktural yang bekerja back office dan

    karyawan dengan tipe fungsional yang bekerja sebagai teknisi di lapangan. Kriteria

    lainnya dari karyawan yang dijadikan sampel yaitu karyawan yang sudah bekerja

    selama dua tahun atau lebih di perusahaan itu. Karyawan yang sudah bekerja selama

    dua tahun atau lebih diharapkan sudah menampilkan kinerja yang konsisten. Pada

    penelitian ini, kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan alat ukur

    Emotional Intelligence Inventory (EII) yang disusun oleh Lanawati (1999) yang

    sudah diadaptasikan sesuai dengan kultur Indonesia. Sementara kinerja karyawan

    dilihat dari skor penilaian kinerja karyawan yang berasal dari perusahaan tempatnya

    bekerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi

    faktor-faktor yang berkorelasi dengan kinerja karyawan sehingga dapat dijadikan

    pertimbangan bagi perusahaan untuk memaksimalkan faktor-faktor tersebut.

    1.2Permasalahan Penelitian

    Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan yang diangkat

    dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional

    dan kinerja pada karyawan?

    1.3Tujuan penelitianBerdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan

    kinerja pada karyawan.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    21/117

    7

    Universitas Indonesia

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat teoritis1. Menambah referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

    mengenai kecerdasan emosional dan hubungannya dan kinerja pada

    karyawan.

    2. Menambah wawasan pengetahuan di bidang PIO (Psikologi Industri

    Organisasi) yaitu identifikasi terhadap faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kinerja karyawan.

    3. Menambah wawasan pengetahuan berupa manfaat dari kecerdasan

    emosional di dunia kerja.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan

    perusahaan sebagai pertimbangan dalam proses rekrutmen dan seleksi di perusahaan.

    Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan dan

    pertimbangan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkorelasi

    dengan kinerja karyawan sehingga dapat dibuat kebijakan seperti program training

    tertentu.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab pendahuluan,

    bab tinjauan pustaka, bab metodologi penelitian, bab hasil penelitian dan bab

    kesimpulan, diskusi dan saran.

    Bab pertama yaitu bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian danurgensi dilakukannya penelitian ini. Dalam bab ini juga dijabarkan rumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian secara teoritis dan praktis. Lalu terakhir terdapat

    penjelasan umum dari sistematika penulisan penelitian.

    Bab kedua yaitu bab tinjauan pustaka, merupakan penjelasan mengenai teori

    dan dimensi-dimensinya dari variabel kinerja dan kecerdasan emosional. Bab ini juga

    menjelaskan dinamika dari kedua variabel tersebut.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    22/117

    8

    Universitas Indonesia

    Bab ketiga yaitu metodologi penelitian, bab ini berisi uraian permasalahan,

    metode penelitian yang terdiri atas tipe penelitian, responden penelitian, teknikpengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, alat ukur penelitian, prosedur

    penelitian dan metode pengolahan data.

    Bab keempat yaitu hasil penelitian, bab ini membahas hasil penelitian yang

    terdiri atas dua bagian, yaitu gambaran umum partisipan dan analisis data penelitian.

    Bab kelima yaitu bab kesimpulan, diskusi dan saran, bab ini menyimpulkan

    hasil penelitian yang telah dilakukan, mendiskusikan hasil, dan saran-saran bagi

    penelitian berikutnya.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    23/117

    9 Universitas Indonesia

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Bab ini berisi uraian-uraian teori yang berkaitan dengan variabel penelitian.

    Penjelasan variabel penelitian melingkupi definisi, dimensi-dimensinya, dan faktor-

    faktor penting yang terdapat pada variabel tersebut.

    2.1. Kinerja

    2.1.1 Definisi Kinerja

    Kinerja merupakan konsep yang luas. Di dalam bukunya, Jex & Britt (2008)

    mengemukakan bahwa secara umum, kinerja adalah segala perilaku karyawan yang

    terkait dengan pekerjaannya. Akan tetapi, Jex & Britt (2008) berpendapat bahwa

    pengertian ini memiliki kelemahan, yaitu bisa saja perilaku karyawan di tempat kerja

    tersebut tidak terkait dengan tujuan perusahaan. Campbell (1990, dalam Jex & Britt,

    2008) mendefinisikan kinerja dengan lebih spesifik, yaitu behaviors employees

    engage in while at work that contribute to organizational goals. Berdasarkandefinisi ini, maka kinerja adalah segala perilaku karyawan yang berkaitan dengan

    pekerjaan yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan. Kinerja

    merupakan representasi dari perilaku karyawan yang secara formal dievaluasi oleh

    organisasi atau perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab dan kewajiban

    karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.

    Pendapat lainnya dikemukakan oleh Motowidlo (2003). Motowidlo (2003)

    mendefinisikan kinerja sebagai the total expected value to the organization of the

    discrete behavioral episodes that an individual carries out over a standard period of

    time. Berdasarkan definisi ini kinerja mengandung gagasan bahwa kinerja

    merupakan bagian dari perilaku, yaitu perilaku yang mengacu pada standar

    pencapaian yang ditetapkan oleh organisasi. Perilaku-perilaku ini dilihat pada kurun

    waktu yang telah ditetapkan.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    24/117

    10

    Universitas Indonesia

    Definisi kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi dari

    Campbell (1990), yaitu segala perilaku karyawan yang berkaitan denganpekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan yang

    kemudian secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan.

    2.1.2. Dimensi Kinerja

    Ada beragam model yang menjelaskan kinerja. Di antaranya adalah model

    yang dikemukakan oleh Campbell (1990) dengan delapan dimensi dan model yang

    dikemukakan oleh Murphy (1994) dengan empat dimensi. Campbell mengemukakan

    ada delapan dimensijob performance. Dimensi-dimensi tersebut yaitu:

    Job specific task proficiency (keahlian khusus yang diperlukan dalamjob-

    description)

    Dimensi ini meliputi perilaku yang diasosiasikan dengan tugas

    utama yang khas pada pekerjaan tertentu. Misalnya pekerjaan menghitung

    uang, mencatat deposit, dan menguangkan cek merepresentasikan

    beberapa dari tugas tertentu dari bank teller. Menurut Murphy (1994),

    dimensi ini menggambarkan pelaksanaan tugas-tugas yang diasosiasikan

    dengan pekerjaan.

    Non-job specific task proficiency(keahlian umum)

    Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam mengerjakan

    tugas yang bukan merupakan tugas utamanya namun juga dibutuhkan

    dalam pekerjaan secara umum. Selain itu, dimensi ini juga meliputi

    perilaku yang harus dilakukan oleh beberapa atau semua anggotaorganisasi, tapi bukan pada khusus pekerjaan tertentu. Misalnya pekerjaan

    utama seorang teknisi adalah menggunakan, merawat, dan memperbaiki

    mesin. Namun, teknisi juga diminta untuk dapat menggunakan komputer

    dan mampu menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada didalamnya karena

    teknisi juga diminta melakukan tugas-tugas administratif.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    25/117

    11

    Universitas Indonesia

    Written and oral communication task proficiency

    Dimensi ini melihat seberapa baik keterampilan karyawan dalam

    hal berkomunikasi baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Misalnya,

    seorang guru yang harus berkomunikasi dengan siswanya dalam kegiatan

    belajar mengajar. Di samping itu, guru juga butuh berkomunikasi dengan

    orang tua siswa dalam menyampaikan kemajuan siswa.

    Demonstrating effort

    Dimensi ini melihat sejauh mana karyawan menunjukkan

    komitmen dalam bekerja dan menunjukkan upaya yang optimal dalam

    bekerja. Dimensi ini merepresentasikan tingkatan motivasi dan komitmen

    karyawan terhadap tugas pekerjaannya, termasuk menunjukkan keinginan

    untuk melakukan tugas sulit atau tugas yang tak menyenangkan.

    Maintaining personal discipline

    Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam menunjukkan

    disiplin dirinya di pekerjaan. Hal-hal yang terkait dengan disiplin diri ini

    juga meliputi apakah karyawan melanggar aturan perusahaan, sering

    bolos kerja atau bahkan mengkonsumsi alkohol. Murphy (1994, dalam

    Jex & Britt, 2008) menyebut dimensi ini sebagai Destructive / hazardous

    behaviors yaitu perilaku yang meliputi hal-hal seperti pelanggaran

    keamanan, kecelakaan, dan sabotase di tempat kerja.

    Facilitating peer and team performanceDimensi ini melihat sebarapa baik karyawan bekerja sama dalam

    tim. Karyawan dinilai berdasarkan kemampuannya dalam mendukung,

    menolong dan mengembangkan anggota tim dan performa tim secara

    keseluruhan. Muphy (1994, dalam Jex & Britt, 2008) mengemukakan

    bahwa dalam bekerja sama dibutuhkan aspek Interpersonally oriented

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    26/117

    12

    Universitas Indonesia

    behavior, yaitu bagaimana karyawan menampilkan hubungan

    interpersonal dengan karyawan lainnya.

    Supervision/leadership

    Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan dalam mengelola

    hubungannya dan kemampuannya berinteraksi dengan bawahan. Dimensi

    ini digunakan untuk pekerjaan yang memiliki tanggung jawab sebagai

    seorang pengawas, yaitu mengawasi dan memimpin rekan kerja secara

    efektif. Misalnya, mengawasi dan mengontrol keuangan, merancang

    tujuan, mengajarkan karyawan bekerja dengan efektif dan kebiasaan kerja

    yang baik dan sebagainya.

    Management/administration

    Dimensi ini melihat seberapa baik karyawan mengorganisasikan

    sesuatu seperti menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan

    organisasi, mengorganisasikan orang lain, memantau progress kerja,

    mengontrol pengeluaran dan menemukan sumber-sumber tambahan yang

    dapat mendukung kinerja.

    2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

    Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kinerja

    karyawan. Campbell (1990, 1994, dalam Jex, 2002) mengatakan bahwa kinerja

    ditentukan dari interaksi antara declarative knowledge, procedural knowledge dan

    motivasi. Berikut penjabarannya:A. Declarativeknowledge

    Declarativeknowledgeadalah pengetahuan mengenai suatu fakta-

    fakta dan hal apapun. Pekerja yang memiliki declarative knowledgeyang

    tinggi memiliki pemahaman yang baik mengenai tugas yang harus ia

    lakukan di pekerjaannya. Contoh, seorang teknisi yang memiliki

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    27/117

    13

    Universitas Indonesia

    declarative knowledge yang tinggi mengetahui tahap-tahap yang harus

    dilakukan dalam memperbaiki mesin produksi.Ada sejumlah faktor yang membedakan declarative knowledge

    seseorang yaitu keterampilan, kepribadian, minat, pendidikan, pelatihan,

    pengalaman, dan interaksi antara bakat dan pelatihan pada karyawan.

    Faktor-faktor ini menunjang tinggi atau rendahnya declarative knowledge

    seseorang. Karyawan yang terampil, terbuka terhadap pengetahuan baru,

    memiliki minat yang tinggi terhadap pekerjaannya, memiliki pendidikan

    yang mumpuni untuk pekerjaannya, serta memiliki pengalaman dan

    pelatihan yang memadai akan lebih mampu menunjukkan declarative

    knowledgeyang tinggi.

    B. Proceduralknowledge/skill

    Ketika seorang karyawan telah mencapai declarative knowledge

    yang tinggi, ia telah berada dalam posisi untuk mencapai procedural

    knowledge. Pada tahap ini, karyawan tidak hanya tahu apa yang harus

    dilakukan, tapi juga mengerti bagaimana cara melakukannya dan mampu

    melakukannya. Seorang teknisi mesin yang memiliki procedural

    knowledgemampu memperbaiki mesin dengan benar sebagaimana yang

    diketahuinya. Faktor-faktor yang membedakan procedural knowledge

    atau skill seorang karyawan juga sama seperti faktor-faktor yang

    mempengaruhi declarative knowledge-nya.

    C. MotivasiKetika pekerja telah mencapai procedural knowledge, ia telah

    mampu menunjukkan kinerja yang tinggi. Pada tahap ini, pekerja

    memiliki potensi untuk menampilkan kinerja yang baik. Potensi yang

    akan mengarahkan pada level yang tinggi dari kinerja ditentukan oleh

    motivasi. Motivasi yang kuat dalam bekerja mendorong seseorang untuk

    bekerja dengan lebih keras dan menunjukan kinerja yang lebih baik.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    28/117

    14

    Universitas Indonesia

    2.1.4. Pengukuran KinerjaPengukuran kinerja adalah sebuah sistem yang secara formal mengevaluasi

    dan meninjau kinerja seseorang pada suatu periode (Mondy, Noe & Edward, 1986

    dalam Mondy & Noe, 1993). Pengukuran kinerja dilakukan untuk berbagai tujuan.

    Mandy dan Noe (1993) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja berguna untuk

    perencanaan tenaga kerja, proses rekrutmen dan seleksi, pengembangan tenaga kerja,

    perencanaan dan pengembangan karir, program kompensasi, menilai hubungan

    internal karyawan dan untuk mengukur potensi karyawan.

    Dalam mengukur kinerja biasanya ada kriteria kinerja yang digunakan.

    Kriteria kinerja adalah ukuran-ukuran yang digunakan untuk menentukan sukses atau

    tidaknya kinerja (Riggio, 2000). Ada dua jenis kriteria kinerja, yaitu objectivecriteria

    kinerja dansubjectivecriteriakinerja. Objectivecriteriamelibatkan pengukuran pada

    aspek-aspek dari kinerja yang dapat dihitung, seperti jumlah unit yang diproduksi,

    jumlah produk yang berhasil dijual, atau waktu yang dibutuhkan dalam melakukan

    suatu pekerjaan. Sementara itu subjective criteria terdiri dari penilaian atau rating

    yang dilakukan oleh orang yang mengetahui kinerja individu yang dinilai, seperti

    atasan atau rekan kerja (Riggio, 2000).

    Ada dua keuntungan yang diperoleh dari penggunaan objectivecriteria, yaitu

    (1) kemungkinan bias dan distorsi lebih kecil; dan (2) biasanya lebih secara langsung

    terikat dengan inti pokok penilaian sebuah kesusksesan organisasi. Sementara itu,

    subjektif kriteria biasanya dilakukan ketika objektif kriteria tidak tersedia, sulit

    dinilai, atau tidak tepat dilakukan (Riggio, 2000).

    Pada penelitian ini, kriteria pengukuran kinerja yang digunakan adalah tipeobjective criteria, yaitu dengan menggunakan data penilaian kinerja karyawan dari

    perusahaan. Data penilaian kinerja ini berupa skor akhir kinerja berdasarkan hasil

    atau output kerja yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan di perusahaan.

    Penilaian kinerja dilihat dari empat domain yang telah ditetapkan oleh perusahaan,

    yaitu keuangan, pelayanan pelanggan, proses bisnis, dan pembelajaran &

    pengembangan.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    29/117

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    30/117

    16

    Universitas Indonesia

    intelligence, yaitu kemampuan merasakan emosi, menggunakan emosi dalam

    memfasilitasi pikiran, memahami emosi dan meregulasi emosi.Daniel Goleman, sebagai tokoh yang mempopulerkan kecerdasan emosional

    memiliki definisi tersendiri mengenai kecerdasan emosional. Definisi yang

    dikemukakan Goleman cukup berbeda dengan yang dikemukakan oleh Salovey &

    Mayer. Goleman (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai:

    abilities such as being able to motivate oneself and persist in the face

    of frustrations; to control impulse and delay gratifications; to regulate ones

    moods and keep distress from swamping the ability to think; to emphatize and

    hope.

    Being able, for example, to rein in emotional impulse; to readanothers innermost feelings; to handle relationship smoothly

    Berdasarkan definisi di atas, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

    memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengelola suasana hati agar

    dapat mencegah stres yang melumpuhkan kemampuan berpikir; kemampuan

    berempati dan harapan. Kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan

    mengendalikan dorongan emosional, kemampuan membaca perasaan orang lain, dan

    kemampuan membina hubungan dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

    emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dirinya dan

    mengelola hubungan dengan orang lain. Goleman (2002) menyatakan bahwa

    kecerdasan emosional mencakup lima ranah, yaitu self awareness (kesadaran diri),

    self control (pengendalian diri), self motivation (kemampuan memotivasi diri),

    empathy (empati), dansocial skill(keterampilan sosial).

    Tokoh lain yang juga memberi pandangan mengenai kecerdasan emosional

    adalah Bar-On. Bar-On (1997, dalam Papadogianis et al, 2009) mendefinisikan EIsebagai an array of non-cognitive capabilities, competencies, and skills that

    influence ones ability to succeed in coping with environmental demands and

    pressures (Bar-On, 1997, p. 14, dalam Papadogianis et al, 2009).

    Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah

    rangkaian kemampuan, kompetensi dan keterampilan yang dapat mempengaruhi

    keberhasilan seseorang dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Ada 15

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    31/117

    17

    Universitas Indonesia

    komponen konseptual dari kecerdasan emosional yang dikemukakan Bar-On yang

    kemudian dikelompokkan ke dalam lima dimensi: intrapersonal, interpersonal, stressmanagement, adaptability, dangeneral mood.

    Pada penelitian ini, definisi kecerdasan emosional yang digunakan adalah

    definisi dari Goleman (1997) yaitu kemampuan mengendalikan dorongan emosional,

    kemampuan membaca perasaan orang lain, dan kemampuan membina hubungan

    dengan baik. kecerdasan emosional merupakan kemampuan dalam mengelola emosi

    diri sendiri dan mengelola hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional

    memiliki lima dimensi yaitu self awareness, self control, self motivation, empathy,

    dansocial skill.

    2.2.2. Dimensi Kecerdasan Emosional

    Dimensi kecerdasan emosional yang akan digunakan dalam penelitian ini

    adalah dimensi dari Goleman (1997). Goleman (1997) menyatakan ada lima dimensi

    kecerdasan emosional, yaitu:

    Self Awareness

    Self awarenessatau kesadaran diri adalah kemampuan individu dalam

    mengenali emosi dirinya. Orang yang memiliki kemampuan ini

    mengenali emosi yang sedang mereka rasakan, kemudian menyadari

    keterkaitan antara perasaan mereka dengan apa yang mereka pikirkan,

    katakan, dan lakukan. Orang yang memiliki keterampilan ini juga akan

    mengetahui bagaimana persasaan mereka mempengaruhi kinerja mereka

    (Goleman, 1999). Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan

    intrapersonal yang disebut oleh Bar-On.

    Self Control

    Self control adalah kemampuan individu dalam mengendalikan,

    mengontrol dan mengelola emosi. Orang yang mampu menampilkan self

    control dengan baik mampu mengelola dengan baik persaan dan emosi

    mereka. Selain itu mereka juga mampu bersikap positif dalam

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    32/117

    18

    Universitas Indonesia

    menghadapi situasi-situasi yang berat. Mereka mampu tetap berpikir

    jernih dan tetap fokus meskipun dalam tekanan (Goleman, 1999). Salovey& Mayer (1999, dalam Papadogianis et al, 2009) menyebutkan bahwa

    mengelola emosi yaitu kemampuan memahami dan menggunakan emosi

    diri secara efektif. Dimensi ini juga melihat kemampuan individu

    menjaga emosi (misalnya dengan menjaga mood baik), memperbaiki

    emosi (misalnya dengan menenangkan diri setelah marah) dan

    menampilkan emosi sesuai situasi yang ada dengan tepat (misalnya

    memotivasi dan mendukung rekan kerja sebelum melakukan presentasi

    penting).

    SelfMotivation

    Self motivationadalah kemamuan individu dalam memotivasi dirinya.

    Orang yang memiliki keterampilan ini memiliki semangat juang yang

    tinggi untuk dapat meraih tujuan dan memenuhi standar. Mereka juga

    cenderung berani mengambil resiko. Mereka terus belajar untuk

    meningkatkan kinerja mereka (Goleman, 1999). Goleman (2005)

    mengemukakan bahwa di dalam dimensi ini terkandung rasa optimisme.

    Rasa optimisme menimbulkan ketekunan dalam mengejar sasaran

    meskipun banyak rintangan dan kegagalan (Goleman, 1999). Dalam salah

    satu dimensinya, Bar-On juga menyebutkan adanya kebahagiaan dan

    optimisme, yaitu merefleksikan tingkatan kepuasan pada kehidupan dan

    secara umum memiliki pandangan masa depan yang positif.

    Empathy

    Empathy adalah kemampuan individu dalam mengenali dan

    memahami emosi orang lain. Menurut Goleman (1999), orang yang

    memiliki kecakapan ini mampu menunjukkan kepekaan dan pemahaman

    terhadap perspektif orang lain. Selain itu individu juga menampilkan

    sikap membantu orang lain berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    33/117

    19

    Universitas Indonesia

    dan perasaan orang lain. Salovey & Mayer (1990, dalam Papadogianis et

    al., 2009) mengemukakan bahwa kemampuan memahami emosi yaitumemahami hubungan-hubungan antara emosi dirinya dengan orang lain.

    Contoh empati yaitu mampu memahami keadaan atau peraasan rekan

    kerja yang sedang terkena musibah, kemudian memberinya bantuan yang

    dapat meringankan bebannya.

    Menurut Goleman (1999), orang yang memiliki keterampilan empati

    memiliki kecakapan-kecakapan, yaitu: memahami orang lain; mampu

    mengindra perasaan dan sudut pandang orang lain; menunjukkan minat

    terhadap kepentingan-kepentingan orang lain; berorientasi melayani,

    mengantisipasi, mangakui, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    pelanggan; mengembangkan orang lain, mampu mengindra kebutuhan

    orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka;

    memanfaatkan keberagaman, yaitu menumbuhkan kesempatan-

    kesempatan melalui keragaman pada banyak orang.

    Social Skill

    Social skill adalah kemampuan individu dalam membangun dan

    memelihara hubungan dengan orang lain. Dimensi ini berkaitan dengan

    kemampuan interpersonal yang merupakan kemampuan sosial dalam

    membangun dan menjaga hubungan yang bermakna, dekat secara

    emosional, dan memuaskan. Bar-On menyebutkannya dengan social

    responsibility, atau sikap pro-sosial seseorang.

    Keterampilan sosial di dunia kerja dapat dilihat dengan ciri memilikikemampuan dalam melakukan persuasi; memiliki kemampuan

    berkomunikasi dengan baik, yaitu mampu menyampaikan pesan dengan

    jelas; memilki kemampuan dalam bernegosiasi dan memiliki manajemen

    konflik yang baik; kemampuan menjaga dan memelihara hubungan

    dengan orang lain; dan kemampuan dalam bekerja sama atau bekerja di

    dalam satu tim (Goleman, 1999).

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    34/117

    20

    Universitas Indonesia

    2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosionalSalovey & Mayer (1990, dalam Papadogianis et al, 2009) mengemukakan

    bahwa kecerdasan emosional dapat dikembangkan. Kecerdasan emosional bukanlah

    suatu keadaan yang tetap. Goleman (1999) juga menyatakan bahwa kecerdasan

    emosional tidak berkaitan dengan faktor genetis. Menurut Goleman, kecerdasan

    emosional dapat diperoleh dan dikembangkan melalui pembelajaran dan pengalaman

    hidup. Seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan seseorang dalam menangani

    emosi, memotivasi diri, mengasah empati dan keterampilan sosial dapat tumbuh

    semakin baik.

    2.2.4. Pengukuran Kecerdasan Emosional

    Pada tahun 1995, Goleman mengatakan bahwa belum ada alat ukur yang

    dapat menghasilkan nilai kecerdasan emosional. Kemudian pada tahun 1997, Bar-On

    mengkonstruksi alat ukur kecerdasan emosional yang dinamakan Emotional Quotient

    Inventory (EQ-I). Alat ukur ini kerap digunakan dalam konteks pekerjaan.

    Menurut Ciarrichi, dkk. (2001), ada dua tipe pengukuran kecerdasan

    emosional, yaituperformance testdanself-report test. Padaperformance test, respon

    dapat dinilai secara lebih objektif sebab penilaian dilihat dari kemampuan seseorang

    dalam mengidentifikasi emosi. Sedangkan pada self-report test, respon dilihat

    berdasarkan penilaian terhadap diri sendiri atas pernyataan-pernyataan yang

    menggambarkan tingkat kecerdasan emosionalnya. Contohnya, pada performance

    test individu diberi sebuah gambar, kemudian ia diminta untuk mengidentifikasi

    emosi apa yang terjadi di dalam gambar itu. Sementara pada self-report test,kecerdasan emosional individu dilihat dari jawabannya atas pernyataan seperti sebaik

    apa mengenali emosi yang ada di dalam gambar.

    Pada tabel 2.1 dapat dilihat mengenai perbedaan antara performancetestdan

    selfreporttestyang dikemukakan oleh Ciarrochi et al. (2001):

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    35/117

    21

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1

    Perbedaan antara performance test dan self-report testPerformance Test Self Report Test

    Menilai kecerdasan emosional secara

    aktual (actual EI)

    Menilai kecerdasan emosional

    berdasarkan persepsi mengenai

    kecerdasan emosional (Perceived EI)

    Lebih banyak memakan waktu Tidak banyak memakan waktu

    Ada observasi dalam pengukuran Tidak ada observasi dalam pengukuran

    Cenderung berkorelasi dengan

    pengukuran kecerdasan tradisional

    Cenderung berkorelasi dengan trait

    kepribadian yang sudah ada

    Contoh alat ukur: Multifactor Emotional

    Intelligence Scale (MEIS), Mayer-

    Salovey-Caruso Emotional Intelligence

    Test (MSCEIT), Levels of Emotional

    Awareness Scale (LEAS).

    Contoh alat ukur: Bar-On Emotional

    Quotient Inventory (EQ-i), Trait Meta-

    Mood Scale (TMMS), Schutte Self-

    Report Inventory (SSRI), Toronto

    Alexithymia Scale (TAS-20).

    Pengukuran melalui self report dilakukan atas dasar bahwa individu adalah

    yang paling mengetahui keadaan internal dalam dirinya. Pengukuran dengan self

    reportmemungkinkan seseorang untuk menilai tingkat kecerdasan emosional dirinya

    sendiri. Namun, cara ini memiliki kelemahan, yaitu bisa jadi orang tersebut tidak

    memiliki pemahaman yang akurat tentang emosinya. Selain itu, orang tersebut juga

    dapat memilih jawaban yang paling baik atau yang paling buruk.

    Beberapa ahli membuat alat ukur kecerdasan emosional. Pertama kali,

    Salovey & Mayer menyusun alat ukur yang dikenal dengan nama Multifactor

    EmotionalIntelligenceScales (MEIS). Kemudian, mereka membuat alat yang lebih

    komprehensif yang bernama Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test

    (MSCEIT). Kedua alat ini mengukur kecerdasan individu yang mengacu pada

    dimensi-dimensi kecerdasan emosional yang mereka kemukakan, yaitu kemampuan

    mempersepsi, memfasilitasi, memahami dan mengelola emosi. Alat ukur ini termasuk

    dalam performancetest. Kekurangan dari alat ini adalah biayanya mahal dan proses

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    36/117

    22

    Universitas Indonesia

    pengadministrasiannya agak rumit. Ahli lainnnya yaitu Baron, menyusun Emotional

    QuotientInventory(EQ-i). Alat ukur ini termasuk ke dalamself-reporttest.Alat ukur yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu alat ukur EII. Alat

    ukur ini diadaptasi dan disusun oleh Lanawati (1999) dari penggabungan antara EQ-I

    (Emotional Quotient Inventory) yang dikonstruksi oleh Bar-On (1997), konsep-

    konsep EI dari Goleman (1995), dan Trait Meta Mood Scale(TMMS) yang disusun

    oleh Salovey. Alat ukur ini sudah diadaptasikan sesuai dengan kultur Indonesia. Alat

    ukur ini memiliki lima dimensi yang mengukur kecerdasan emosional, yaitu self

    awareness, self control, self motivation, empathy, dansocial skills.

    2.3. Dinamika Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja

    Goleman (1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor

    yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Kualitas-kualitas seperti kemampuan

    berkomunikasi dengan baik, kemampuan kerja sama, kemampuan mengelola emosi,

    dan kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain merupakan kualitas-kualitas

    yang mampu meningkatkan kinerja seseorang. Hal ini didukung oleh Yu Chi Wu

    (2011), dalam penelitiannya mengenai stres keja dan kinerja karyawan yang dikaitkan

    dengan kecerdasan emosional, yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang

    positif antara kecerdasan emosional dengan kinerja (job performance). Artinya,

    merekrut karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat

    memberikan dampak positif bagi kesuskesan organisasi. Kecerdasan emosional

    karyawan juga dapat ditingkatkan dengan coachingatau bentuk lain seperti training.

    Selain itu, Yu Chi Wu (2011) juga menemukan bahwa kecerdasan emosional

    menengahi hubungan antara stres kerja dan kinerja. Karyawan yang memilikikecerdasan emosional yang rendah kurang dapat mengatasi hal-hal yang membuat

    stres pada pekerjaannya.

    Sementara itu, di sisi lain, Goleman (1999) menyatakan bahwa IQ bukanlah

    satu-satunya faktor utama dalam menentukan baik atau buruknya kinerja seseorang.

    Padahal, IQ telah lama dijadikan standar dalam memprediksi kinerja karyawan (Jex

    & Britt, 2008). Karyawan dengan IQ tinggi diprediksi akan mampu menampilkan

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    37/117

    23

    Universitas Indonesia

    kinerja yang tinggi sebab ia akan mampu memperlihatkan keahliannya dalam

    pekerjaanya dengan baik. Goleman mengemukakan bahwa IQ saja tidak cukup untukmenjamin tingginya kinerja karyawan. Karyawan perlu memiliki keterampilan dalam

    mengelola emosi dirinya. Ini bermanfaat bagi karyawan untuk menyadari keadaan

    dirinya, untuk dapat mampu mengendalikan dirinya dan untuk dapat memotivasi

    dirinya sendiri. Karyawan yang memiliki keterampilan ini akan memiliki rasa percaya

    diri, optimisme, mampu beradaptasi dengan baik, dan memiliki dorongan untuk

    berprestasi. Karyawan dengan kemampuan ini pun akan mampu mengatasi tekanan

    dalam pekerjaannya seperti yang terdapat dalam hasil penelitian Yu Chi Wu (2011).

    Kemampuan-kemampuan ini tentunya akan dapat membantu meningkatkan

    kinerjanya.

    Selanjutnya, karyawan juga perlu keterampilan dalam mengelola hubungan

    dengan orang lain. Keterampilan ini berupa empati dan keterampilan sosial.

    Karyawan yang memiliki keterampilan ini akan dapat menampilkan kemampuan

    dalam memahami orang lain (rekan kerja, bawahan atau atasan), berorientasi pada

    pelayanan, kemampuan berkomunikasi dengan baik, memanajemen konflik dan

    bekerja sama. Kemampuan-kemampuan ini akan menunjang kinerja seorang

    karyawan.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    38/117

    24 Universitas Indonesia

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini berisi penjelasan tentang tipe dan desain penelitian, masalah

    penelitian, hipotesis penelitian dan variabel-variabel penelitian. Selain itu, pada bab

    ini akan dijelaskan juga tentang subjek penelitian, instrumen penelitian yang

    digunakan, penyusunan penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data.

    3.1 Masalah Penelitian

    Masalah penelitian yang dijelaskan pada bagian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu

    masalah konseptual dan masalah operasional.

    3.1.1 Masalah Konseptual

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

    emosional dan kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan ini, masalah konseptual yang

    diambil dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara kecerdasan

    emosional dan kinerja karyawan?

    3.1.2 Masalah Operasional

    Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi

    yang signifikan antara skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional

    Intelligence Inventory) dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja

    karyawan perusahaan?

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan masalah penelitian yang ingin dijawab, maka hipotesis dalam

    penelitian ini yaitu:

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    39/117

    25

    Universitas Indonesia

    3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)

    Hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yangsignifikan antara skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional

    Intelligence Inventory) dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja

    karyawan perusahaan.

    3.2.2. Hipotesis Null (H0)

    Sementara itu, hipotesis null (H0) yang akan diuji berdasarkan perhitungan

    statistik dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

    skor total kecerdasan emosional dari alat ukur EII (Emotional Intelligence Inventory)

    dengan skor total kinerja karyawan dari data skor kinerja karyawan perusahaan.

    3.3 Variabel Penelitian

    Pada sub bab ini, akan dijelaskan mengenai definisi konseptual dan definisi

    operasional dari masing masing variabel, yaitu variabel kecerdasan emosional dan

    variabel kinerja karyawan.

    3.3.1 Kecerdasan Emosional

    3.3.1.1 Definisi Konseptual

    Definisi konseptual kecerdasan emosional mengacu pada definisi dari

    Goleman (1997) yaitu kemampuan untuk mengendalikan dorongan emosional,

    kemampuan membaca perasaan orang lain, dan kemampuan membina hubungan

    dengan baik.

    3.3.1.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional kecerdasan emosional adalah skor total dari masing-

    masing dimensi yang terdiri dari dimensiself awareness, self control,self motivation,

    empathy, dansocial skillpada alat ukur kecerdasan emosionalEmotional Inteligence

    Inventory yang dikembangkan oleh Lanawati (1999). Pengukuran kecerdasan

    emosional menunjukkan sejauh mana tingkat kecerdasan secara emosional dari

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    40/117

    26

    Universitas Indonesia

    karyawan. Hasil dari pengukuran kecerdasan emosional ditunjukkan dari skor

    masing-masing dimensi. Semakin tinggi skor suatu dimensi akan mengidentifikasikankecerdasan emosional yang juga semakin tinggi pada dimensi tersebut. Kemudian,

    semakin tinggi skor total dari seluruh dimensi tersebut, maka semakin tinggi pula

    skor variabel kecerdasan emosional secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan

    semakin tingginya tingkat kecerdasan secara emosional dari karyawan.

    3.3.2 Kinerja

    3.3.2.1 Definisi Konseptual

    Definisi konseptual kinerja mengacu pada Campbell (1990) yang

    mendefinisikan kinerja sebagai segala perilaku karyawan yang berkaitan dengan

    pekerjaannya yang berkontribusi terhadap tujuan organisasi atau perusahaan yang

    kemudian secara formal dievaluasi oleh organisasi atau perusahaan.

    3.3.2.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional dari kinerja karyawan adalah skor rata-rata dari tiga skor

    kinerja karyawan terakhir yang berasal dari penilaian kinerja yang dilakukan oleh

    perusahaan atas kinerja karyawannya. Semakin tinggi rata-rata skor karyawan maka

    semakin tinggi kinerja yang ditampilkan karyawan tersebut.

    3.4 Tipe dan Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan strategi penelitian kuantitatif. Sesuai definisi

    yang dikemukakan oleh Graveter dan Forzano (2009), penelitian kuantitatif

    didasarkan pada pengukuran variabel partisipan secara individu untuk memperolehskor yang biasanya berupa nilai numerik yang dimasukkan ke dalam analisis statistik

    untuk diambil kesimpulan dan interpretasi. Alasan penggunaan strategi kuantitatif

    adalah karena penelitian ini mengukur seberapa besar hubungan antara kecerdasan

    emosional dengan kinerja karyawan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

    kecerdasan emosinal dengan kinerja. Berdasarkan tujuan ini, maka tipe penelitian ini

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    41/117

    27

    Universitas Indonesia

    adalah tipe penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

    hubungan antara dua variabel atau lebih. Dua variabel dalam penelitian ini yangdicari hubungannya yaitu kecerdasan emosional dan kinerja karyawan. Korelasi

    adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengukur dan menggambarkan

    hubungan antara dua variabel (Graveter & Wallnau, 2008).

    Kumar (1999) mengklasifikasikan beberapa desain penelitian dari tiga

    perspektif, yaitu jumlah pertemuan, referensi periode, dan sumber investigasi.

    Berdasarkan perspektif jumlah pertemuan, penelitian ini termasuk cross-sectional

    design sebab penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kali waktu untuk melihat

    suatu fenomena Penelitian cross-sectional berguna dalam memperoleh gambaran

    keseluruhan dari penelitian pada saat itu juga (Kumar, 1999). Pengambilan data yang

    ditujukan untuk melihat adanya hubungan kecerdasan emosional dan kinerja tidak

    dilakukan secara berkelanjutan. Tidak ada pengamatan terhadap perubahan yang

    mungkin terjadi setelah pengambilan data.

    Berdasarkan referensi periode, desain penelitian ini termasuk retrospective

    study design, yaitu penelitian untuk mencari informasi tentang fenomena, situasi,

    masalah atau isu tertentu yang terjadi di masa lalu di mana umumnya menggunakan

    data yang sudah ada atau dari respon partisipan terhadap kejadian yang sudah terjadi

    (Kumar, 1999).

    Berdasarkan perspektif sumber investigasi (nature of investigation), penelitian

    ini termasuk penelitian non-eksperimental. Graveter dan Forzano (2009)

    mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian non-eksperimental adalah untuk

    menunjukkan hubungan antara variabel-variabel tanpa menjelaskan hubungannya.

    Peneliti hanya ingin mengeksplorasi variabel 1 dan variabel 2 tanpa melakukanmanipulasi dan intervensi.

    3.5 Partisipan Penelitian

    3.5.1 Karakteristik Partisipan

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional

    dengan kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka partisipan yang

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    42/117

    28

    Universitas Indonesia

    diambil adalah karyawan perusahaan. Lebih spesifik, karyawan yang termasuk di

    dalam penelitian ini yaitu karyawan dengan tipe yang bekerja di dalam kantor (backoffice)dan teknisi. Dalam penelitian ini terdapat karakteristik partisipan sampel yang

    harus dipenuhi, antara lain:

    1) Terdaftar sebagai karyawan perusahaan

    2) Pendidikan terakhir SLTA atau sederajat. Partisipan diharapkan mampu

    memahami instruksi dan item pernyataan pada kuesioner dengan tepat.

    3) Telah bekerja selama minimal dua tahun. Dengan masa kerja dua tahun ini

    diharapkan karyawan tersebut telah menampilkan kinerjanya secara konsisten.

    3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel

    Jenis pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling, di

    mana sampel dipilih berdasarkan tersedianya individu dan kemauan untuk mengikuti

    penelitian (Kumar, 2005). Teknik sampling ini masuk ke dalam non-random/non

    probability sampling karena tidak semua orang di dalam populasi memiliki

    kesempatan yang sama untuk menjadi partisipan penelitian. Selain itu jumlah pasti

    dari populasi tidak diketahui (Kumar, 2005)

    3.5.3 Jumlah Sampel Penelitian

    Kumar (1999) mengemukakan bahwa jumlah sampel dipengaruhi oleh hal

    yang ingin dilakukan dari hasil penelitian dan tipe hubungan penelitian yang ingin

    dicapai. Semakin banyak jumlah sampel maka data penelitian akan semakin

    representatif. Kumar juga berpendapat bahwa semakin besar jumlah sampel, maka

    semakin tinggi tingkat akurasi yang didapat. Namun, penentuan jumlah sampel jugadipertimbangkan dari segi ketersediaan waktu, tenaga, aksesibilitas dan dana. Oleh

    sebab itu, dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampelk juga disesuaikan dengan

    pertimbangan hal-hal tersebut.

    Batas minimum sampel menurut Guilford dan Fruchter (1981) yaitu sebanyak

    30 orang, hal ini untuk mendapatkan penyebaran data mendekati normal. Selain itu

    Guilford dan Fruchter (1981) juga menyatakan bahwa penggunaan sampel yang

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    43/117

    29

    Universitas Indonesia

    semakin besar dapat mengurangi terjadinya bias. Untuk itu, sampel yang

    direncanakan ditetapkan dalam penelitian ini adalah minimal 30 orang dengan targetpeneliti mendapatkan hingga 60 orang.

    3.6 Instrumen Penelitian

    Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu sejumlah

    pertanyaan atau pernyataan tertulis yang jawabannya diisi sendiri oleh partisipan

    (Kumar, 1999). Penggunaan kuesioner dilakukan dengan mempertimbangkan

    keterbatasan waktu, biaya, menjaga anonimitas, dan kemudahan penyebaran terhadap

    partisipan yang jumlahnya cukup banyak (Kumar, 1999). Untuk variabel kecerdasan

    emosional, penelitian ini menggunakan alat ukur Emotional Intelligence Inventory

    yang terdiri dari 92 item. Kuesioner ini juga dilengkapi dengan lampiran data

    demografis sebagai data partisipan. Penjelasan mengenai alat ukur ini akan dibahas

    pada sub-bab 3.6.1. Sementara itu, untuk pengukuran kinerja, penelitian ini

    menggunakan data skor kinerja karyawan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

    Penjelasan lebih lanjut mengenai pengukuran variabel kinerja ini akan dibahas pada

    sub-bab 3.6.2.

    3.6.1 Alat Ukur Kecerdasan Emosional

    Alat ukur kecerasan emosional yang digunakan adalah Emotional Intelligence

    Inventory (EII) yang dikembangkan oleh Lanawati (1999) dan sudah diadaptasi

    dengan kultur Indonesia. Alat ukur ini pertama kali berjumlah 150 item. Setelah

    dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta analisa faktor oleh Lanawati, jumlah item

    alat ukur ini menjadi 80 item. Alat ukur ini terdiri dari lima dimensi yaitu selfawareness, self control, self motivation, empathy, dan social skill seperti yang

    dikemukakan oleh Goleman.

    Pengukuran alat ukur ini bersifat kontinu dengan menggunakan skala Likert

    dengan empat pilihan jawaban. Pilihan jawaban yaitu sangat tidak sesuai, tidak

    sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Pilihan empat jawaban dimaksudkan agar

    menghindari kecenderungan netral.

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    44/117

    30

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.1Tabel kisi-kisi item Kecerdasan Emosional dan penyebarannya

    No. Dimensi Contoh Item No. Item

    1. Self awareness Aku dapat merasakan apabila seseorang

    menerima atau menolak kehadiranku.

    6, 9, 13, 17, 53, 61, 68,

    74, 75, 81, 84, 87

    2. Self control Aku sukar untuk menunda keinginan agar

    memperoleh sesuatu yang aku sangat

    inginkan.

    10, 28, 29, 31, 32, 36,

    37, 40, 43, 46, 55, 58,

    62, 63, 65, 69, 70, 71,

    77, 83, 85, 86, 88, 91,

    92

    3. Self motivation Menyadari kekuatan dan kelemahanku, aku

    bangga dengan diriku sendiri.

    2, 23, 26, 38, 39, 41,

    44, 47, 49, 52, 72, 76,

    79, 89

    4. Empathy Aku ikut merasa terharu bila orang lain

    menangis.

    11, 14, 19, 20, 33, 34,

    50, 56, 59, 60, 64, 66,

    67, 73, 78, 80, 82,

    5. Social skill Mudah bagiku untuk menyesuaikan diri

    dengan situasi baru.

    1, 3, 4, 7, 15, 18, 22,

    24, 27, 54, 57, 90

    3.6.1.1 Teknik Skoring Alat Ukur Kecerdasan Emosional

    Variabel kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi yang mana

    seluruhnya berjumlah 80 item. Terdapat item yang bersifat positif terhadap dimensi

    (favourable) dan ada yang bersifat negatif terhadap dimensi (unfavourable). Untuk

    item favorable, sistem skoring yang digunakan yaitu pilihan Sangat Tidak Sesuai

    mendapat poin 1 dan pilihan Sangat Sesuai mendapat poin 4. Sebaliknya, untuk

    item unfavorable, pilihan Sangat Tidak Sesuai mendapat poin 4 dan pilihan

    Sangat Sesuai mendapat poin 1.

    Selain item favourable dan unfavourable, terdapat juga item pengacau yang

    tidak berkaitan dengan konstruk kecerdasan emosional yang berjumlah 12 item.

    Pembagian item favourabledan unfavourabledan item pengacau dapat dilihat pada

    tabel di bawah ini:

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    45/117

    31

    Universitas Indonesia

    Tabel 3.2Klasifikasi Item Favourable, Item Unfavourable, dan Item Pengacau

    No Kategori Item Nomor Item

    1 Favorable 1, 2, 4, 6, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 23, 26, 34, 38,

    39, 41, 44, 47, 50, 52, 53, 54, 56, 59, 60, 61, 64, 66, 67,

    68, 72, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 87, 89

    2 Unfavorable 3, 7, 9, 10, 22, 24, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 36, 37, 40, 43,

    46, 49, 55, 57, 58, 62, 63, 65, 69, 70, 71, 73, 77, 82, 83,

    84, 85, 86, 88, 90, 91, 92

    3 Item Pengacau 5, 8, 12, 16, 21, 25, 30, 35, 42, 45, 48, 51

    3.6.1.2 Uji Coba Alat Ukur

    Sebelum dilakukan uji coba, alat ukur ini dikonsultasikan ke pembimbing

    untuk mendapatkan penilaian (expert judgement). Hasil dari konsultasi tersebut yaituadanya revisi yang dilakukan seperti mengubah kata aku menjadi saya untuk

    menyesuaikan dengan partisipan. Selain itu dilakukan juga revisi instruksi dan format

    penyusunan item sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Setelah proses expert

    judgement tersebut, alat ukur ini dilakukan uji ccoba.

    Uji coba alat ukur EII dilakukan kepada 31 orang karyawan perusahaan.

    Tujuan dari uji coba alat ukur ini adalah untuk mengetahui reliabilitas dan validitas

    alat ukur EII, sehingga dapat diperbaiki item-itemnya sebelum pengambilan data

    yang sesungguhnya dilakukan. Teknik reliabilitas alat ukur EII yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah uji reliabilitas dengan menggunakan single-trial test.Kemudian

    metode perhitungannya dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien

    Alpha Cronbach digunakan untuk tes yang bersifat non-dikotomi (Anastasi dan

    Urbina, 1997). Teknik ini digunakan untuk menguji konsistensi antar-item pada suatu

    alat ukur. Hasil uji coba reliabilitas alat ukur didapatkan nilai Alfa Cronbach sebesar

    Hubunga antara..., Andi Hakim, Fpsi UI, 2012

  • 8/13/2019 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KINERJA PADA KARYAWAN

    46/117

    32

    Universitas Indonesia

    0.945, di mana nilai ini menandakan bahwa alat ukur EII sudah konsisten antar item-

    nya dalam mengukur kederdasan emosional karena berdasarkan Anastasi & Urbina(1997) nilai ini sudah berada di atas batas minimal nilai reliabilitas, yaitu 0.7.

    Sementara itu, teknik uji validitas alat ukur EII yang digunakan adalah dengan

    metode internal consistency, yaitu skor yang diperoleh pada sub tes dihubungkan

    dengan skor total tes (Anastasi Urbina, 1997). Hasil dari uji validitas alat ukur EII

    terdapat 11 item yang memiliki indeks correlated item-totalcorrelation di bawah 0.2.

    Menurut Aiken & Groth-Marnat (2006), 0.2 adalah batas nilai minimal item tersebut

    dikatakan valid. Kesebelas item tersebut sudah dilakukan revisi bersama pembimbing

    dan sudah diberi penilaian oleh pembimbing (expert judgement) sehingga ketika

    mengambil data diharapkan nilai validitasnya naik.

    3.6.2 Alat Ukur Kinerja

    Peneliti tidak menggunakan alat ukur untuk mengukur variabel kinerja. Nilai

    variabel kinerja pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data penilaian

    kinerja karyawan yang didapat dari perusahaan tempat karyawan bekerja. Data

    tersebut berupa skor penilaian kinerja masing-masing karyawan. Nilai minimum dari

    skor penilaian kerja tersebut adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 135.