Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Terhadap...
Transcript of Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Terhadap...
i
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP
KEPUASAN KERJA SUPERVISOR PT. TRIPILAR BETONMAS
SALATIGA
OLEH
AGUSTINA WIDOWATI
80 2013 716
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP
KEPUASAN KERJA SUPERVISOR PT. TRIPILAR BETONMAS
SALATIGA
Agustina Widowati
Sutarto Wijono
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
vi
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan
signifikan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar
Betonmas Salatiga. Penelitian ini dilakukan di PT. Tripilar Betonmas Salatiga dengan
jumlah 34 orang responden sebagai sampel penelitian. Karakteristik pekerjaan diukur
dengan menggunakan Job Characteristic Scale oleh Chao (2010), dan untuk kepuasan
kerja diukur dengan menggunakan Job Satisfaction Scale oleh Hong & Waheed (2011).
Analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman dan diperoleh hasil
r = 0,461 dengan signifikansi 0,006 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar
Betonmas Salatiga.
Kata kunci Karakteristik pekerjaan, Kepuasan kerja
vii
Abstract
The purpose of the study was to know whether there is relation between job
characteristics and job satisfaction of Supervisor who worked on the PT. Tripilar
Betonmas Salatiga. This research was conducted in the PT. Trpilar Betonmas Salatiga
the number of 34 respondents as research sample. Job characteristics is measured using
“the job characteristics scale” by Chao (2010), consisting of 15 questions, and to job
satisfaction is measured using “the job satisfaction scale” by Hong & Waheed (2011).
Data analysis using Spearman correlation technique and the result obtained r = 0,461
with significance 0,006 (p<0,05). Therefore the result of this study shows that there is a
positive and significant relationship between job characteristic and job satisfaction
Supervisor at PT. Tripilar Betonmas Salatiga.
Keywords Job characteristic, Job satisfaction
1
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya yang menjadi kekayaan utama bagi setiap perusahaan yaitu
sumber daya manusia (Hasibuan, 1994). Sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh setiap
perusahaan adalah sumber daya manusia yang berkualitas dimana mereka mampu berprestasi
secara maksimal. Dengan kata lain, sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya
manusia yang memiliki keterampilan dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan
global sekarang ini (Damanhuri, 2009). Sumber daya manusia sebagai karyawan perusahaan
adalah perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan
tujuan perusahaan. Seorang karyawan akan mengupayakan semaksimal mungkin untuk dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik, ketika ia merasakan kepuasan dalam bekerja. Kepuasan
kerja (job satisfaction) karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi,
kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat (Hasibuan, 1994).
PT. Tripilar Betonmas Salatiga adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi
asbes. Fenomena yang terjadi di perusahaan ini adalah terdapat beberapa orang Supervisor yang
merasa puas dan ada juga yang merasa tidak puas dalam bekerja. Dari hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa ada yang merasa puas dengan gaji yang diberikan.
Selain itu, diperoleh juga informasi bahwa mereka dapat menjalin hubungan kerja yang baik
dengan rekan kerja yang lain. Tunjangan yang diberikan perusahaan juga dirasa cukup
memuaskan, kesejahteraan kerja yang didapat mampu memberikan kenyamanan saat bekerja.
Ada pula sebagian Supervisor yang mendapat kesempatan berpartisipasi dalam mengambil
keputusan, aktivitas pekerjaan yang dilakukan pun juga cukup beragam, sehingga membuat
mereka tidak cepat merasa bosan.
Namun di samping itu, ada pula yang merasa tidak puas karena merasa pemenuhan
kebutuhan hidupnya semakin meningkat, sehingga dengan gaji yang ada dirasa masih kurang
cukup. Selain itu, ada Supervisor yang kurang bisa menjalin hubungan kinerja dengan rekan
kerjanya dengan baik. Salah seorang Supervisor juga mengatakan bahwa ia sering meninggalkan
kantor di jam kerja karena adanya tekanan atau pressing baik dari atasan maupun dari
bawahannya dan itu membuat dirinya merasa stress dan akhirnya meninggalkan kantor saat jam
kerja. Hal ini disebabkan karena sebagai seorang Supervisor, tanggung jawab yang diemban
2
semakin besar dan banyak. Deadline orderan barang produksi harus segera dikirim tepat waktu.
Adanya fenomena-fenomena tersebut, penulis menganggap bahwa ada persoalan menarik di PT
Tripilar Beton Mas Salatiga yang terkait dengan kepuasan kerja mereka.
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting, karena terbukti besar
manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri, dan masyarakat. Bagi individu, penelitian
tentang kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup
mereka. Bagi industri, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha
peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku
karyawan. Selanjutnya tentu masyarakat akan menikmati hasil kapasitas maksimum dari industri
(As’ad, 1999). Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat
kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerjanya ; seseorang yang tidak
puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya itu (Robbins,
2001). Pada kesempatan lain, Luthans (dalam Tanuwijaya, 2010), mengemukakan jika orang
tidak puas dalam bekerja, maka mereka tidak akan giat dalam bekerja, tidak termotivasi dalam
bertugas, tidak menjalankan tugas dengan optimal, dan kinerjanya akan menurun. Sementara itu,
ciri-ciri orang yang puas dalam bekerja adalah mereka akan bekerja dengan giat, sepenuh hati
dan senang hati sehingga hasil kerjanya akan semakin meningkat dan optimal.
Wijono (2010), menyatakan bahwa karyawan yang bersikap positif terhadap
pekerjaannya akan memperoleh perasaan puas terhadap apa yang dikerjakannya. Sebaliknya, jika
karyawan bersikap negatif (tidak suka), maka ia akan merasa tidak puas terhadap apa yang
dikerjakannya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik pekerjaan,
gaji, penyeliaan, rekan-rekan sejawat yang menunjang, serta kondisi kerja yang menunjang
(Munandar, 2001). Sejalan dengan pernyataan di atas, Wexley & Yukl (dalam Muhaimin, 2004)
menyatakan bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh karakteristik individu, variabel situasional,
dan karakteristik pekerjaan. Dari beberapa faktor kepuasan kerja di atas, dalam penelitian ini
berfokus pada karakteristik kerja sebagai faktor penentu kepuasan kerja. Karakteristik kerja ini
mengidentifikasi lima dimensi inti dari karakteristik kerja yaitu keragaman keterampilan,
kejelasan tugas, signifikansi tugas, otonomi dan umpan balik.
3
Hasil-hasil riset terkait lima dimensi karakteristik pekerjaan ini menunjukkan bahwa
orang-orang yang pekerjaannya melibatkan adanya ketinggian tingkat dari variasi ketrampilan,
identitas tugas dan signifikansi tugas akan menganggap pekerjaan mereka sangat berarti. Tingkat
otonomi yang tinggi akan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar. Apabila
disediakan umpan balik yang memadai, karyawan akan mengembangkan suatu pemahaman yang
berguna mengenai peran dan fungsi mereka dengan lebih baik. Selanjutnya, rasa keberartian,
pemahaman, dan tanggung jawab hasil pekerjaan akan memengaruhi motivasi dan kepuasan
kerja (Djastuti, 2011).
Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas hubungan antara kepuasan kerja dan
karakteristik pekerjaan. Said & Munap (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada
hubungan yang positif disemua lima dimensi dari model karakteristik pekerjaan terhadap
kepuasan kerja supervisor di Selangor, Malaysia. Dari semua dimensi, umpan balik memiliki
hubungan yang kuat terhadap kepuasan kerja, karena melalui umpan balik yang diberikan para
karyawan bisa mengetahui letak kesalahan mereka dan memperbaikinya sehingga pada akhirnya
karyawan bisa merasakan kepuasan dalam bekerja. Otonomi dan keterampilan kerja juga
memiliki korelasi yang tinggi terhadap kepuasan kerja. Hal ini terjadi jika supervisor mampu
membuat keputusan yang tepat dan menyelesaikan permasalahan dengan baik akan
menimbulkan kepuasan kerja mereka. Dalam kesempatan lain, Kumar & Singh (2011)
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan dan
kepuasan kerja karyawan. Hal ini dikarenakan para karyawan merasa puas dalam bekerja karena
pekerjaan tersebut memberikan kesempatan untuk berprestasi, mendapat pengakuan, mengalami
pertumbuhan dalam bekerja, serta diberi kebebasan untuk melakukan pekerjaan sesuai keahlian
yang mereka miliki. Mullica & Sneed (dalam Sultan, 2012) memaparkan bahwa ada hubungan
yang positif antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan para
karyawan yang mempunyai keterampilan kerja yang memuaskan ternyata lebih suka bekerja
dalam tim daripada bekerja sendiri.
Demikian juga Nelwan (2008) juga menemukan ada hubungan positif dan signifikan
antara karakteristik kerja terhadap kepuasan kerja. Para karyawan mengatakan kepuasan dalam
bekerja akan dicapai apabila ada keragaman tugas dalam pekerjaan mereka sehingga tidak cepat
merasa bosan ketika melakukannya, ada tantangan dalam penyelesaian pekerjaan, adanya
4
identitas tugas yang membedakan pekerjaan antara karyawan satu dengan yang lainnya serta
keberartian tugas dan otonomi tugas harus dicapai untuk memajukan perusahaan dan
memberikan kontribusi bagi banyak orang. Dalam suatu penelitian, Mundung (2007) juga
menemukan ada karakteristik kerja yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
Karakteristik kerja memenuhi hampir semua dimensi manajemen kerja sehingga dengan
menerapkan karakteristik kerja secara optimal diharapkan akan dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kepuasan kerja itu sendiri.
Namun, ada penelitian yang menyatakan bahwa karakteristik pekerjaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja. Wijono (2002) mengatakan tidak ada hubungan yang
signifikan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja Supervisor pasaraya di Semarang.
Sependapat dengan Wijono (2002), Aloysius & Mahenthira (2011) juga menyatakan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja pada staff bank
tingkat bawah. Hal ini dikarenakan para karyawan bank lebih mementingkan besarnya gaji yang
diberikan daripada karakteristik pekerjaan.
Oleh karena masih adanya keterbatasan penelitian mengenai karakteristik kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan dan juga adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu, maka menarik
minat penulis untuk meneliti apakah ada hubungan positif dan signifikan antara karakteristik
pekerjaan terhadap kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar Betonmas di Salatiga.
KAJIAN TEORI
Kepuasan Kerja
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa kepuasan kerja didefinisikan sebagai perasaan
suka atau tidak suka para pekerja terhadap pekerjaannya. Sementara Robbins (dalam Ahmed,
Usman & Rana, 2011) menyatakan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seseorang terhadap
pekerjaannya. Sedangkan menurut Fleisman & Bass (dalam Wijono, 2010), kepuasan kerja
merupakan suatu tindakan efektif karyawan terhadap pekerjaannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan yang dirasakan karyawan ketika bekerja, baik itu
5
positif maupun negatif, terhadap berbagai aspek pekerjaan yang dihasilkan dari penilaian
maupun pengalaman kerja.
Teori Kepuasan Kerja
Wexley dan Yukl (dalam As’ad, 1999) menjelaskan ada tiga teori tentang kepuasan kerja,
yaitu :
a. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Porter (1967) seperti yang dikutip oleh As’ad
(1999). Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa
yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
b. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Adams (dalam As’ad, 1999). Prinsip dari teori ini adalah
bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan keadilan
(equity)atau tidak atas suatu situasi.
c. Teori Motivasi Dua Faktor (Two-Factors Theory of Motivation)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidak puasan kerja itu
merupakan dua hal yang berbeda. Artinya, kepuasan dan ketidak puasan terhadap
pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu (Herzberg dalam As’ad,
1999). Dalam teori ini terdapat kelompol satisfier atau motivator (prestasi, penghargaan,
tanggung jawab, kemajuan atau promosi, dan pekerjaan itu sendiri) dan kelompok
dissatisfiers atau hygiene factor (kebijakan perusahaan, teknik dan kualitas supervisi,
gaji, kualitas hubungan interpersonal diantara rekan sekerja; dengan atasan; dengan
bawahan, keamanan kerja, dan status).
Aspek Kepuasan Kerja
Dalam penelitian ini, penulis mengambil aspek kepuasan kerja dari Herzberg (dalam
Hong & Waheed, 2011) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki 11 aspek, yaitu:
a. Prestasi
Berhubungan dengan dorongan untuk berprestasi dan kepercayaan pada kemampuan diri.
6
b. Kemajuan
Berhubungan dengan kemajuan karir di perusahaan.
c. Pekerjaan itu sendiri
Berhubungan dengan perasaan terhadap pekerjaan yang dilakukan dan kemampuan
menyelesaikan tugas.
d. Penghargaan
Berhubungan dengan penghargaan dari atasan serta penghargaan dari rekan kerja.
e. Perkembangan
Berhubungan dengan perasaan terhadap jalur karir yang ada serta pemberian program
pendidikan dan pelatihan.
f. Kebijakan perusahaan
Berhubungan dengan ketaatan pada peraturan yang berlaku, kejelasan kebijaksanaan
perusahaan serta prosedur administrasi yang dijalankan.
g. Hubungan dengan teman sekerja
Berhubungan dengan kualitas hubungan dengan rekan kerja.
h. Keamanan kerja
Berhubungan dengan perasaan aman dalam melaksanakan pekerjaan dan perlindungan
atas kedudukan dalam perusahaan.
i. Hubungan dengan atasan
Berhubungan dengan kualitas hubungan dengan atasan.
j. Gaji
Berhubungan dengan perasaan terhadap imbalan yang diberikan serta sistem pengupahan
yang ada dan harapan peningkatan pendapatan.
k. Kondisi kerja
Berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja, intensitas pekerjaan, serta peralatan dan
perlengkapan penunjang.
Faktor- faktor Yang Memengaruhi Kepuasan Kerja
Munandar (2001) menyatakan ada lima faktor yang memengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
karakteristik Pekerjaan ; yang terdiri dari keragaman keterampilan, jati diri tugas, tugas yang
7
penting, otonomi, pemberian balikan pada pekerjaan ; Gaji penghasilan, Imbalan dirasa adil ;
Penyeliaan ; Rekan-rekan sejawat yang menunjang ; Kondisi kerja yang menunjang.
Karakteristik Pekerjaan
Teori kedua yang mendukung di dalam penelitian ini adalah teori karakteristik pekerjaan.
Hackman & Oldham (dalam Hadi & Adil, 2010) menyatakan bahwa karakteristik pekerjaan
adalah karakteristik dari pekerjaan khususnya derajat pekerjaan yang dirancang agar karyawan
dapat meningkatkan motivasi kerja internal dan kepuasan pekerjaan yang mapan. Sedangkan
menurut Robbins (2001) karakteristik pekerjaan adalah upaya mengidentifikasi karakteristik
tugas dari pekerjaan, bagaimana karakteristik itu digabung untuk membentuk pekerjaan-
pekerjaan yang berbeda, dan hubungan dengan motivasi, kepuasan, dan kinerja karyawan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa karakteristik pekerjaan adalah wujud dari aspek internal pekerjaan itu
sendiri mencakup variasi ketrampilan yang dibutuhkan, prosedur dan kejelasan tugas, tingkat
kepentingan tugas, kewenangan dan tanggung jawab, serta umpan balik dari tugas yang
dirancang agar karyawandapat meningkatkan motivasi internal serta kepuasan kerjanya.
Selanjutnya, Hackman & Oldham (dalam Schultz & Schultz, 1994) juga menyatakan
bahwa karakteristik pekerjaan mempunyai lima aspek, yaitu variasi keterampilan (skill variety),
identitas tugas (task identity), signifikansi tugas (task significance), otonomi (autonomy), dan
umpan balik (feedback).
Kelima karakteristik kerja ini pada gilirannya akan mempengaruhi tiga kondisi psikologis
yang penting bagi karyawan, yaitu (Utami, 2004):
a. Keberartian kerja (meaningfulness of work)
Individu harus mempunyai persepsi bahwa pekerjaannya adalah bernilai atau penting
menurut sistem nilai yang diterimanya.
b. Tanggung jawab terhadap hasil kerja
Individu harus percaya bahwa dirinya bertanggung jawab secar pribadi terhadap hasil
usahanya.
c. Pengetahuan tentang hasil kerja
Individu harus dapat menentukan suatu ukuran tertentu, menurut hasil pekerjaannya baik
yang memuaskan atau tidak memuaskan.
8
Aspek Karakteristik Pekerjaan
Adapun lima aspek dalam karakteristik pekerjaan menurut Hackman & Oldham adalah
sebagai berikut (Schultz & Schultz, 1994) :
a. Variasi keterampilan (skill variety)
Bagaimana karyawan menggunakan beragam keterampilan dan kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Semakin menantang pekerjannya, semakin berarti pula
keterampilan tersebut.
b. Identitas Tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya
dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang.
c. Signifikansi tugas (task significance)
Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang
lain, baik orag etrsebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama
maupun orang lain di sekitar.
d. Otonomi (autonomy)
Seberapa besar kebebasan yang dimiliki para pekerja dalam menjadwalkan dan mengatur
pekerjaan mereka sendiri.
e. Umpan balik (feedback)
Besarnya informasi yang pekerja terima tentang efektivitas dan kualitas pekerjaan yang
mereka laksanakan.
Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan (1994), kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental yang
dilakukan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Ketika seorang individu bekerja pada
suatu organisasi, instansi ataupun suatu perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan akan
mempengaruhi terhadap tingkat produktivitas organisasi.oleh karena itu, pandangan dan juga
perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi positif dari pekerjaannya.
9
Dengan kata lain, individu tersebut harus memiliki dan menjaga kepuasan kerjanya agar
produktivitasnya dapat terus ditingkatkan.
Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi kepuasan kerja, salah satunya adalah
karakteristik pekerjaan. Hackman & Oldham (dalam Robbin, 2001) menjelaskan bahwa
karakteristik pekerjaan merupakan aspek internal dari suatu pekerjaan yang mengacu pada isi
dan kondisi dari pekerjaan. Terdapat lima karakteristik pekerjaan yang dapat memotivasi
karyawan dalam mendapat kepuasan kerja yaitu variasi keterampilan, identitas tugas, signifikansi
tugas, otonomi, dan umpan balik.
Terkait dengan kepuasan kerja karyawan, di PT. Tripilar Betonmas Salatiga ternyata
dapat dijumpai beberapa fenomena. Melalui hasil wawancara dan observasi peneliti, ditemukan
bahwa ada beberapa supervisor yang merasakan kepuasan dalam bekerja. Kepuasan dalam
bekerja ini antara lain karena gaji yang diberikan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan mereka, di samping itu mereka juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan rekan
kerja lainnya serta pekerjaan yang dilakukannya dirasakan beragam sehingga membuat mereka
tidak cepat bosan. Namun di satu sisi, ada juga supervisor yang merasa kurang puas dalam
bekerja karena gaji yang diberikan dirasakan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka,
selain itu ada supervisor yang kurang dapat menjalin hubungan kerja dengan rekannya dengan
baik. Ada pula supervisor yang membolos di saat jam kerja.
Beberapa hasil penelitian terdahulu menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja. Said & Munap (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa ada hubungan yang positif di semua lima dimensi dari model karakteristik
pekerjaan terhadap kepuasan kerja supervisor. Dari semua dimensi, umpan balik memiliki
hubungan yang kuat terhadap kepuasan kerja, karena melalui umpan balik yang diberikan para
karyawan bisa mengetahui letak kesalahan mereka dan memperbaikinya sehingga pada akhirnya
karyawan bisa merasakan kepuasan dalam bekerja. Otonomi dan keterampilan kerja juga
memiliki korelasi yang tinggi terhadap kepuasan kerja. Hal ini terjadi jika supervisor mampu
membuat keputusan yang tepat dan menyelesaikan permasalahan dengan baik akan
menimbulkan kepuasan kerja mereka. Kumar & Singh (2011) menyatakan bahwa para karyawan
merasa puas dalam bekerja jika pekerjaan tersebut memberikan kesempatan untuk berprestasi,
mendapat pengakuan, mengalami pertumbuhan dalam bekerja, serta diberi kebebasan untuk
10
melakukan pekerjaan sesuai keahlian yang mereka miliki. Chao (2010) dalam penelitiannya
menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan
terhadap kepuasan kerja karyawan. Ada temuan yang menunjukkan bahwa karakteristik
memiliki proporsi yang paling besar dalam memengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu sebesar
71%.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijono (2002) yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja supervisor pasaraya
di Semarang. Sependapat dengan Wijono (2002), Aloysius & Mahenthira (2011) juga
menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara karakteristik pekerjaan dan kepuasan
kerja pada staff bank tingkat bawah.
Atas dasar berbagai temuan yang menyeluruh dan adanya pertentangan antara temuan
yang satu dengan yang lainnya, para peneliti menemukan bahwa karakteristik pekerjaan dengan
kepuasan kerja berhubungan signifikan dan sementara itu, ada temuan lain yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja.
Oleh karena adanya pertentangan hasil penelitian tersebut, penulis dalam hal ini masih tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan
kerja Supervisor di PT. Tripilar Betonmas Salatiga.
Hipotesis
Dari uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif dan
signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar
Betonmas Salatiga.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
signifikansi hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja Supervisor PT.
Tripilar Betonmas Salatiga.
11
Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat : Kepuasan kerja
2. Variabel bebas : Karakteristik pekerjaan
Partisipan
Di dalam penelitian ini, populasi yang hendak diteliti adalah 34 Supervisor PT. Tripilar
Betonmas Salatiga. Adapun sampel yang dipergunakan adalah seluruh Supervisor PT. Tripilar
Betonmas yang berjumlah 34 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah saturation
sampling atau sampling jenuh.
Metode Pengumpulan Data
Data adalah keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan /
persoalan (Supramono & Sugiarto, 1993). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk angket. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, diperoleh dengan cara membagikan sejumlah kuesioner kepada Supervisor PT Tripilar
Betonmas Salatiga yang terpilih menjadi sampel. Caranya adalah dengan menemui Supervisor
yang kebetulan tidak sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya lalu meminta kesediannya untuk
mengisi kuesioner. Tentunya hal ini dilakukan setelah sebelumnya mendapatkan ijin untuk
melakukan penelitian di perusahaan.
Dalam kuesioner, analisis item diukur dengan menggunakan skala Likert, dengan empat
kategori jawaban yaitu : SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak
Setuju). Penggunaan skala Likert dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa variabel
penelitian bersifat kuantitatif, sehingga untuk memudahkan analisis statistik maka untuk
mengukur variabel tersebut menggunakan sejumlah indikator empirik dan penilaiannya
menggunakan skala Likert. Untuk pemberian bobotnya tidak dibedakan untuk angket
karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja. Jawaban pada setiap item diberi bobot 4, 3, 2, dan 1.
12
Nilai 4 diberikan apabila subyek merespon sangat setuju, nilai 3 untuk respon jawaban setuju,
nilai 2 untuk respon jawaban tidak setuju dan nilai 1 untuk respon jawaban sangat tidak setuju.
Skala Kepuasan Kerja
Skala kepuasan kerja mengacu pada skala yang diperkenalkan oleh Hong & Waheed
(2011) berdasarkan teori Herzberg. Aspek-aspek yang diukur antara lain: prestasi, kemajuan,
pekerjaan itu sendiri, penghargaan, perkembangan, kebijakan perusahaan, hubungan dengan
teman sekerja, keamanan kerja, hubungan dengan atasan, gaji, dan kondisi kerja. Tingkat
kepuasan kerja akan ditunjukkan oleh skor dari angket yang diisi subyek, semakin tinggi skor
tersebut maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja dan sebaliknya semakin rendah skor
berarti semakin rendah pula tingkat kepuasan kerja. Item pada skala ini berjumlah 30 pernyataan
item dan item tersebut dikatakan valid apabila koefisien korelasinya 0,30. Penentuan-
penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item
pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30.
Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari kepuasan kerja dengan 30
item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,910 yang berarti alat ukur tersebut tergolong
reliabel. Item yang gugur berjumlah 6 item, yaitu nomor 3,7,14,23,28 dan 30. Nilai korelasi item
total bergerak antara 0,385-0,711. Pada pengujian kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar
0,921 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0,375.
Skala Karakteristik Pekerjaan
Skala karakteristik pekerjaan mengacu pada skala yang dikembangkan oleh Hackman &
Oldham yang diadaptasi oleh Chao (2010) dengan aspek-aspek yang diukur yaitu: variasi
keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik. Item ini berisikan 15
pernyataan dan item tersebut dikatakan valid apabila koefisien korelasinya 0,30. Tingkat
karakteristik pekerjaan akan ditunjukkan oleh skor dari angket yang diisi subyek, semakin tinggi
skor tersebut maka semakin tinggi pula tingkat karakteristik pekerjaan dan sebaliknya semakin
rendah skor berarti semakin rendah pula tingkat karakteristik pekerjaan.
13
Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran pertama dari karakteristik pekerjaan
dengan 15 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,818 yang berarti alat ukur tersebut
tergolong reliabel. Item yang gugur berjumlah 2 item, yaitu nomor 4 dan 11. Nilai korelasi item
total bergerak antara 0,300-0,621. Pada pengujian kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar
0,836. Item yang gugur berjumlah 1 item, yaitu nomor 5. Dan pada pengujian ketiga didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,836 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0,343.
Teknik Analisis Data
Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif yang
signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar
Betonmas Salatiga yang perhitungan analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 17.0 for windows.
14
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas, variabel karakteristik pekerjaan memiliki nilai
K-S-Z sebesar 1,321 dan nilai K-S-Z kepuasan kerja sebesar 0,791 dengan tingkat signifikansi
p>0,05. Dengan demikian dapat dikatakan kedua variabel dalam penelitian ini berdistribusi
normal.
Tabel 1. Hasil Normalitas Karakteristik Pekerjaan Dengan Kepuasan Kerja Supervisor
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Karakteristik.kerja kepuasan.kerja
N 34 34
Normal Parametersa Mean 37.85 71.059
Std. Deviation 3.086 8.2863
Most Extreme Differences Absolute .227 .136
Positive .227 .072
Negative -.119 -.136
Kolmogorov-Smirnov Z 1.321 .791
Asymp. Sig. (2-tailed) .061 .559
a. Test distribution is Normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 17.0 for windows yang dapat dilihat pada tabel 2
berikut:
15
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,059 dengan sig.= 0,427 (p>0,05)
yang menunjukkan hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja adalah linear.
Hasil Analisa Deskriptif
Variabel Karakteristik Pekerjaan
Variabel karakteristik pekerjaan memiliki 12 item valid dengan 4 pilihan jawaban pada
setiap item, memiliki mean sebesar 37,85 dengan standar deviasi 3,086 dan jumlah subjek (N)
sebanyak 34 yang memperoleh nilai empirik minimum sebesar 34 dan maksimum 47. Untuk
menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel karakteristik pekerjaan, peneliti
menggunakan 4 (empat) kategori jawaban. Maka skor hipotesis maksimum 4x12 item valid = 48
dan skor minimum 1x12 item valid = 12, maka intervalnya adalah 9 (diperoleh dari perhitungan
interval).
Variabel Kepuasan Kerja
Variabel kepuasan kerja memiliki 24 item valid dengan 4 pilihan jawaban pada setiap
item, memiliki mean sebesar 71,06 dengan standar deviasi 8,286 dan jumlah subjek (N) sebanyak
34 yang memperoleh nilai empirik minimum sebesar 51 dan maksimum 95. Untuk menentukan
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kepuasan.kerja *
karakteristik.kerja
Between
Groups
(Combined) 1227.099 10 122.710 2.717 .023
Linearity 796.444 1 796.444 17.634 .000
Deviation
from Linearity 430.655 9 47.851 1.059 .427
Within Groups 1038.783 23 45.164
Total 2265.882 33
16
tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel karakteristik pekerjaan, peneliti menggunakan 4
(empat) kategori jawaban. Maka skor hipotesis maksimum 4x24 item valid = 96 dan skor
minimum 1x24 item valid = 24, maka intervalnya adalah 18 (diperoleh dari perhitungan interval).
Tabel 3. Hasil Analisa Deskriptif Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
karakteristik.kerja 34 34 47 37.85 3.086
kepuasan.kerja 34 51 95 71.06 8.286
Valid N (listwise) 34
Tabel 4. Kategorisasi Pengukuran Skala Karakteristik Pekerjaan
Keterangan: x = karakteristik pekerjaan
Tabel 5. Kategorisasi Pengukuran Skala Kepuasan Kerja
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 78 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 6 17,64%
2 60 ≤ x < 78 Tinggi 71,06 25 75,52%
3 42 ≤ x < 60 Rendah 3 8,82%
4 24 ≤ x < 42 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 34 100 %
SD = 8,286 Min = 51 Max = 95
Keterangan: x = kepuasan kerja
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 39 ≤ x ≤ 48 Sangat Tinggi 11 32,35%
2 30 ≤ x < 39 Tinggi 37,85 23 67,65%
3 21 ≤ x < 30 Rendah 0 0%
4 12 ≤ x < 21 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 34 100 %
SD = 3,086 Min = 34 Max = 47
17
Analisis Korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan
uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS seri 17.0 for windows. Hasil
korelasi antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada tabel 7
berikut ini:
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi antara Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja
Correlations
karakteristik.kerj
a kepuasan.kerja
Spearman's rho karakteristik.kerja Correlation Coefficient 1.000 .461**
Sig. (2-tailed) . .006
N 34 34
kepuasan.kerja Correlation Coefficient .461** 1.000
Sig. (2-tailed) .006 .
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara
karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja karyawan sebesar 0,461 dengan sig. = 0,006 (p <
0.05) yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan
dengan kepuasan kerja Supervisor PT. Tripilar Betonmas Salatiga.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara karakteristik pekerjaan terhadap
kepuasan kerja supervisor PT. Tripilar Betonmas Salatiga, didapatkan hasil yaitu terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki koefisien korelasi sebesar 0,461
dengan signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05) yang berarti kedua variabel yaitu karakteristik
18
pekerjaan dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi karakteristik pekerjaan, maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan.
Dengan kata lain, karakteristik pekerjaan mempunyai peran yang cukup signifikan
terhadap variabel kepuasan kerja. Dalam hal ini, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan
karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja berhubungan positif dan signifikan. Yang pertama,
ada kemungkinan sebagian besar Supervisor menganggap bahwa karakteristik perusahaan yang
ada dalam perusahan tersebut dapat memberikan peluang yang baik pada setiap Supervisor untuk
melakukan tugasnya secara lebih produktif. Dengan demikian, hal tersebut dapat membuat
kepuasan kerja mereka tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Kumar & Singh (2011) yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan dan
kepuasan kerja karyawan. Hal ini dikarenakan para karyawan merasa puas dalam bekerja karena
pekerjaan tersebut memberikan kesempatan untuk berprestasi, mendapat pengakuan, mengalami
pertumbuhan dalam bekerja, serta diberi kebebasan untuk melakukan pekerjaan sesuai keahlian
yang mereka miliki. Sejalan dengan Mullica & Sneed (dalam Sultan, 2012), penelitian yang
dilakukan oleh Mundung (2007) juga menemukan bahwa karakteristik kerja juga berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitiannya, karakteristik kerja memenuhi hampir
semua dimensi manajemen kerja sehingga dengan menerapkan karakteristik kerja secara optimal
maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan kerja itu sendiri.
Kemungkinan kedua, yang menyebabkan karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja
berhubungan positif dan signifikan adalah para Supervisor menganggap bahwa karakteristik yang
ada dalam perusahaan tersebut dapat memberikan makna kepada mereka tentang arti pentingnya
tanggung jawab dalam kinerja sehingga dapat menciptakan kepuasan kerja diantara mereka. Hal
tersebut sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Utami (2004) bahwa karakteristik
pekerjaan akan mempengaruhi tiga kondisi psikologis yang penting bagi karyawan dan pada
akhirnya akan tercipta kepuasan kerja karyawan. Tiga kondisi psikologuis tersebut antara lain :
keberartian kerja, tanggung jawab terhadap hasil kerja, serta pengetahuan tentang hasil kerja.
Keberartian kerja dalam hal ini mengindikasikan bahwa individu mempunyai persepsi bahwa
pekerjaannya bernilai atau penting, tanggung jawab terhadap hasil kerja berarti invidu percaya
bahwa dirinya bertanggung jawab secara pribadi terhadap hasil kerja. Sedangkan pengetahuan
19
tentang hasil kerja berarti individu dapat menentukan suatu ukuran tertentu terhadap kinerjanya,
apakah sudah memuaskan atau belum.
Besarnya variabel karakteristik pekerjaan dalam mempengaruhi kepuasan kerja dapat
menjelaskan bahwa karakteristik pekerjaan memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja
sebesar 21% dan sisanya sebesar 79% yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar karakteristik
pekerjaan yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Faktor lain diluar karakteristik
pekerjaan tersebut antara lain gaji, hubungan dengan teman sekerja, hubungan dengan atasan
ataupun kondisi kerja.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pekerjaan
memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja karyawan, sehingga nampak jelas bahwa
karakteristik pekerjaan mempunyai hubungan positif dengan kepuasan kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik pekerjaan terhadap
kepuasan kerja karyawan PT. Tripilar Betonmas Salatiga, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Koefisien korelasi antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja karyawan PT.
Tripilar Salatiga adalah sebesar 0,461 dengan signifikansi 0,006 (p < 0,05). Nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti ada
hubungan positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja
karyawan, dalam hal ini supervisor, PT. Tripilar Betonmas Salatiga.
2. Karakteristik pekerjaan memiliki rata-rata sebesar 37,85 sehingga dapat dikatakan bahwa
karakteristik pekerjaan karyawan termasuk dalam kategori kategori tinggi (67,65%). Hal ini
bearti semakin tinggi karakteristik pekerjaan karyawan, semakin tinggi pula kepuasan
kerjanya.
3. Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,059 dengan sig.= 0,427 (p>0,05)
yang menunjukkan hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja adalah
linear.
4. Sumbangan efektif karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja sebesar 21% dan
sisanya sebesar 79% yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar karakteristik.
20
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bagi supervisor
a. Setiap supervisor hendaknya memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa melakukan
tugas-tugas pekerjaannya agar lebih bermakna dan bertanggung jawab sesuai dengan
karakteristik pekerjaan agar dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Hal ini dapat
ditempuh dengan mengadakan pertemuan rutin untuk membahas karakteristik
pekerjaan agar lebih bermakna dengan karyawan lain.
b. Memperhatikan dan menindaklanjuti dengan baik setiap umpan balik yang diperoleh
terkait dengan penyelesaian tugas yang ada, sehingga supervisor dapat bekerja lebih
baik lagi dan pada akhirnya tercipta kinerja yang baik serta kepuasan kerjanya dapat
tercapai.
2. Bagi perusahaan
a. Perusahaan hendaknya memberikan kesempatan pada Supervisor untuk bisa lebih
fokus terhadap karakteristik pekerjaan mereka. Oleh karena itu perusahaan harus
memfasilitasi para Supervisor dengan karakteristik pekerjaan sehingga bisa
melakukan pekerjaannya secara produktif. Hal ini dapat dilakukan dengan
diadakannya kegiatan diskusi atau sharing secara rutin sehingga dapat tercapai
kepuasan kerja diantara Supervisor.
b. Supervisor perlu diberi pekerjaan yang menantang yang prediksi tingkat keberhasilan
penyelesaian tugas tersebut tidak mudah. Salah satunya adalah melalui rolling
karyawan pada level Supervisor.
c. Mengadakan simulasi yang ditujukan bagi Supervisor terkait dengan cara mereka
menentukan metode kerja yang dianggap lebih efektif dan efisien dalam penyelesaian
tugasnya.
d. Perlu diciptakan kompetisi kerja dikalangan Supervisor dalam menyelesaikan
pekerjaan dan pemimpin memberikan feedback terkait dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh Supervisor tersebut.
21
3. Bagi peneliti selanjutnya
Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kepuasan kerja karyawan
hendaknya melibatkan faktor-faktor lain seperti gaji, kondisi kerja, hubungan dengan
sekerja ataupun hubungan dengan atasan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2004). Metode Penelitian. Jogjakarta : Pustaka Belajar.
Adianto, H. (2005). Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja Terhadap Performansi
Kerja Operator pada Bagian Produksi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Kristen Petra, 7(2).
Ahmed, I., Usman, A., Rana, S. (2011). Job Satisfaction Mediates Relationship Between Facets of Job and Citizenship Behaviour : A Study of Female Employees of Banking Sector of Pakistan. Information Management and Business Review, 3(4).
Aloysius & Mahenthira, S. (2011). The Relationship between Perceived Job Characteristics and Job Satisfaction Among Bank Employees. SSRN: http://ssrn.com/abstract=2137515
As’ad, M. (1999). Psikologi Industri : Seri Ilmu Sumber Daya Manusia (4rd ed). Yogyakarta: Liberty
Atrisia, E. (2012). Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Dengan Motivasi Kerja Karyawan pada PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Cabang Salatiga. Skripsi FPSI.
Chao. K.L. (2010). Relationship among Organizational Commitment, Job Characteristics, Job Satisfaction, and Turnover Intention Within Kindergartens : An Empirical Study in Malaysia. Early Childhood Education Research, 44(1): 179-204.
Damanhuri, D.S. (2009). SDM Indonesia dalam Persaingan Global, http://mediaedukasi.com
Djastuti, I. (2011). Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Tingkat Manajerial Perusahaan Jasa Konstruksi di Jawa Tengah. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13(1).
Faisal, S. (1990). Penelitian Kuantitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.
Gebremichael & Rao, H. (2013). Job Satisfaction and Organizational Commitment Between Academic Staff and Supporting Staff (Wollaita Sodo University- Ethiopia As A Case). Far East Journal of Psycologyand Business, 11(1).
Ghozali, H.I. (2005). Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hadi, R. & Adil, A. (2010). Job Characteristic as Predictors of Work Motivation and Job Satisfaction of
Bank Employees. Journal of The Indian Academy of Applied Psychology, 36(2).
Hasibuan, M. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung
Hong, T.T. & Waheed, A. (2011). Herzberg’s Motivation-Hygiene Theory and Job Satisfaction In The
Malaysian Retail Sector : The Mediating Effect of love Of Money. Asian Academy of Mangement
Journal, 16(1): 73-94.
Jogiyanto, H.M. (2004). Metode Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
23
Junita, A. (2012). Factor-Faktor Kepuasan Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan Kota Medan. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 4(1).
Kummar, A., dkk. (2011). Job Characteristics As Job Predictors Of Job Satisfaction And Motivation. Asian Journal of Business and Management Sciences, 1(4).
Kumar, N. & Singh, V. (2011). Job Satisfaction and Its Correlates. International Journal of Research in Economics and Social Sciences, 1(2).
http://www.euroasiapub.org/IJRESS/Nov2011/2.pdf
Kustono, A.S. (2011). Pengaruh Jender dan lokus Kendali Terhadap Kinerja Karyawan Perguruan Tinggi. Media Riset Akuntansi, 1(1).
Mangkunegara, A.P. (1993). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Mundung, M. (2007). Pengaruh Karakteristik Kerja, Iklim Kerja dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Wanita (Studi pada Perusahaan Ikan Kaleng”Joint Venture” di Kota Bitung). Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 8(1).
Nelwan, O. S. (2008). Pengaruh Karakteristik Pekerjaan, Kepemimpinan Transformasional, Peluang Promosi Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Turnover intention (Studi pada Karyawan Hotel Berbintang di Manado. Jurnal Analisis, 5(2).
Panudju, A. (2003). Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Unit Produksi PT. X Palembang. Jurnal Bisnis dan Manajemen Sriwijaya, 1(2).
Paramarta, V. & Haruman, T. (2005). Kepuasan Kerja : Konsep, Teori, Pendekatan, dan Skala Pengukurannya. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, 6(3): 487-502.
Puspasari, S. (2011). Gambaran Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta (PAM Jaya) Jakarta Pusat. Jurnal psikologi, 9(2).
Ramasodi, S. (2010). Factors Influencing Job Satisfaction Among Healthcare Proffesionals At South Rand Hospital. Research Dissertation Faculty of Health Systems Management And Policy.
Robbins, S. (2001). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Prehallindo
Said, N.A. & Munap R. (2011). Job Charateristics and Job Satisfaction: A Relationship Study On Supervisors Performance. Bussiness and Management Quarterly Review, 2(3).
Schultz, D.P & Schultz, S.E. (1994). Psychology and Work Today. New York:McMillan Publising Company Inc.
Semuel, H. (2003). Penerapan Total Quality Management Suatu Evaluasi Melalui Karakteristik Kerja (Studi Kasus Pada Perusahaan Gula Candi Baru Sidoarjo). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(1): 72-84.
24
Subyantoro, A. (2009). Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi oleh Motivasi Kerja (Studi Pada Pengurus KUD di Kabupaten Sleman). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 11(1): 11-19.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta.
Sujak, A. (1990). Kepemimpinan Manajer. Jakarta: Rajawali Pers. Sultan, S. (2012). Examining The Job Characteristics : A Matter of Employees’ Work Motivation and Job
Satisfaction. Journal of Behavioural Sciences, 22(2). Supramono & Sugiarto. (1993). Statistika. Yogyakarta: Andi Offset. Tanuwijaya, H. (2010) Hubungan Locus of Control dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Royal Bank of
Scotland Cabang Pandanaran, Semarang. Skripsi FPSI. Utami, N. (2004). Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja Karyawan.
Psikowacana, 3(2): 109-119. Widyastuti, H. 2008. Analisis Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT.Coca-Cola
Bottling Indonesia Central Java. Skripsi (diterbitkan). Wijono, S. (2002). Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja Supervisor Pasaraya
Semarang. Jurnal Psikologi, 9(1). Wijono, S. (2010). Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.