HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN …eprints.ums.ac.id/31927/9/02. Naskah Publikasi.pdf ·...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN …eprints.ums.ac.id/31927/9/02. Naskah Publikasi.pdf ·...
i
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Gelar sarjana (s-1) psikologi
Diajukan Oleh:
ARFITIAN DEA MARTHA
F 100 100 204
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
Gelar sarjana (s-1) psikologi
Diajukan Oleh:
ARFITIAN DEA MARTHA
F 100 100 204
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
v
ABSTRAKSI
HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Arfitian Dea Martha
SusatyoYuwono
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Organizational Citizenship Behavior (OCB) sering diartikan sebagai perilaku
yang melebihi kewajiban formal (extra role) yang tidak berhubungan dengan
kompensasi langsung. OCB merupakan perilaku positif orang-orang yang ada dalam
organisasi. Perilaku ini akan muncul karena memiliki perasaan sebagai anggota
organisasi dan merasa puas bila melakukan sesuatu yang lebih bagi organisasi.
Kondisi ini terjadi jika pegawai memiliki persepsi positif pada organisasinya,
termasuk pada iklim dalam organisasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan OCB pada karyawan
UMS. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara iklim organisasi
dengan OCB di UMS. Populasi dalam penelitian ini adalah dosen dan karyawan FAI,
FKI, BAA, dan Perpustakaan di UMS. Subjek penelitian ini adalah staff FAI, FKI,
BAA, dan Perpustakaan di UMS. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive non random sampling. Metode penelitian menggunakan metode
kuantitatif dengan alat ukur skala. Analisis data menggunakan korelasi Product
Moment. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat
signifikan antara iklim organisasi dengan OCB dapat dilihat pada nilai korelasi (r)
sebesar 0,508 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01). Hasil analisis kategorisasi
diketahui bahwa variabel OCB memiliki rerata empirik sebesar 64,58 dan rerata
hipotetik sebesar 45 yang berarti tergolong sangat tinggi. Variabel iklim organisasi
memiliki rerata empirik 60,37 dan rerata hipotetik sebesar 40 yang berarti tergolong
sangat tinggi. Sumbangan efektif iklim organisasi terhadap OCB sebesar 25,8%
sisanya sebesar 74,2% dipengaruhi oleh faktor lain diluar iklim organisasi.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan
antara iklim organisasi dengan OCB di Universitas Muhammdiyah Surakarta.
Kata Kunci: Iklim Organisasi, Organizational Citizenship Behavior
1
PENDAHULUAN
Seseorang yang merasakan
kepuasan dalam bekerja tentunya ia
akan berupaya semaksimal mungkin
dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk memberikan performa
terbaiknya kepada organisasi tempat ia
bekerja dengan menyelesaikan tugas
pekerjaannya sebaik mungkin.
Bahkan, karyawan yang puas akan
memiliki kesediaan untuk melakukan
hal lebih diluar tanggung jawab
formalnya. Kesediaan inilah yang
kemudian dikenal sebagai
Organizational Citizenship Behavior
(OCB) (Waspodo, 2012).
Organizational Citizenship
Behavior (OCB) ini juga sering
diartikan sebagai perilaku yang
melebihi kewajiban formal (extra role)
yang tidak berhubungan dengan
kompensasi langsung. OCB
merupakan perilaku positif orang-
orang yang ada dalam organisasi.
Perilaku ini terekspresikan dalam
bentuk kesediaan secara sadar dan
sukarela untuk bekerja, memberikan
kontribusi pada organisasi lebih dari
pada apa yang dituntut secara formal
oleh organisasi. Pendapat lain
mengenai pengertian OCB
dikemukakan oleh Garay (2006) ia
menjelaskan bahwa OCB merupakan
perilaku sukarela dari seorang pekerja
untuk mau melakukan tugas atau
pekerjaan di luar tanggung jawab atau
kewajibannya demi kemajuan atau
keuntungan organisasinya.
Menurut Organ (2006), ada lima
aspek yang mempengaruhi
Organizational Citizenship Behavior
(OCB), diantaranya: Altruisme,
Courtesy, Sportmanship,
Conscientiousness, dan Civic Virtue.
Graham (Bolino, 2002)
memberikan konseptualisasi OCB
yang berbasis pada filosofi politik dan
teori modern. Dalam menggunakan
perspektif teoritis ini, Graham
mengemukakan tiga bentuk OCB,
yaitu:
a. Ketaatan (Obidience) yang
menggambarkan kemauan
karyawan untuk menerima dan
mematuhi peraturan dan prosedur
organisasi.
2
b. Loyalitas (Loyality) yang
menggambarkan kemauan
karyawan untuk menempatkan
kepentingan pribadi mereka untuk
keuntungan dan kelangsungan
organisasi.
c. Partisipasi (Participation) yang
menggambarkan kemauan
karyawan untuk secara aktif
mengembangkan seluruh aspek
kehidupan organisasi.
Lin dkk (2008) menjelaskan
bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi Organizational
Citizenship Behavior, meliputi: Faktor
Individu, Faktor Kelompok, dan
Faktor Organisasi (Iklim organisasi
dan budaya organisasi).
Secara umum iklim organisasi
diartikan sebagai persepsi terhadap
lingkungan organisasi baik secara
individu maupun kelompok menurut
Patterson (Wirawan, 2007).
Bagi Umstot (Idrus, 2006) iklim
organisasi merupakan salah satu cara
untuk mengukur budaya organisasi,
dan iklim organisasi itu sendiri
dimaknai sebagai cara karyawan
memahami lingkungan organisasinya.
Situasi ini tampaknya yang
menjadikan Umsot berpendapat bahwa
faktor tertentu dapat penting pada
organisasi tertentu, namun tidak
memiliki makna yang berarti pada
organisasi lain.
Aspek-aspek yang dikemukakan
oleh Litwin & Stringer, 2001 (Susilo,
2007) yang terdiri dari, standar,
penghargaan, kejelasan organisasi,
dukungan, pengambilan keputusan,
mengurangi konflik, dan identitas
organisasi.
Robert Stringer (Wirawan, 2007)
mengemukakan bahwa terdapat lima
faktor yang menyebabkan terjadinya
iklim suatu organisasi, yaitu
lingkungan eksternal, strategi, praktik
kepemimpinan, pengaturan organisasi,
dan sejarah organisasi. Masing-masing
faktor ini sangat menentukan, oleh
karena itu orang yang ingin mengubah
iklim suatu organisasi harus
mengevaluasi masing-masing faktor
tersebut.
Adapun masalah atas rendahnya
tingkat OCB dapat terjadi di
3
perusahaan manapun ataupun
perguruan tinggi, termasuk di UMS
ini. Peneliti juga melakukan
penyebaran kuesioner terbuka pada
saat pra riset diseluruh fakultas di
UMS serta unit-unit yang lain, seperti
Biro Administrasi Akademik (BAA)
dan perpustakaan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah
adanya masalah pada OCB karyawan
pada UMS. Berdasarkan hasil
pengambilan pra riset tersebut peneliti
menemukan bahwa adanya karyawan
yang kurang berperilaku OCB, yaitu
pada Fakultas A, Fakultas B,unit A
serta unit B.
Dari hasil tabel rekap data
dengan kuesioner terbuka telah
menunjukkan masalah OCB, pada
Fakultas A yaitu sebagian karyawan
terkadang masih melakukan
pekerjaannya belum sesuai waktu yang
ditentukan atau masih sering terlambat
masuk kerja. Pada Fakultas B, yaitu
ada beberapa karyawan yang belum
pernah mengerjakan pekerjaan diluar
pekerjaan pokoknya. Di unit A
terdapat masalah, yaitu jika disalah
satu bagian administrasi ada masalah,
karyawan lain hanya memberikan
saran atau pendapat saja namun tidak
pernah membantu secara langsung atau
secara nyata dalam pekerjaan. Selain
itu ada salah satu karyawan yang pada
saat itu sedang mengalami overload
dalam pekerjaannya dan sama sekali
tidak ada karyawan lain yang
membantunya ataupun bekerja sama.
Serta ada seorang karyawan yang
hanya menjalankan tugasnya itu
dengan cara menunggu perintah dari
atasannya saja, dengan kata lain
karyawan tersebut tidak mempunyai
inisiatif sendiri untuk melakukan
pekerjaannya dan melakukan
pekerjaan lain atau diluar tugas
pokoknya. Kemudian masalah yang
muncul di unit B, yaitu jika salah
karyawan ada yang belum datang atau
terlambat ataupun pergi, maka
mahasiswa yang berkepentingan
dibagian tersebut diminta untuk
menunggu dan terkadang jarang ada
karyawan lain yang menggantikan
tugas tersebut.
4
Jika pegawai memiliki OCB
maka pegawai mampu mengendalikan
perilakunya sendiri atau memilih
perilaku yang sesuai untuk
kepentingan organisasi. Perilaku ini
akan muncul karena memiliki perasaan
sebagai anggota organisasi dan merasa
puas bila melakukan sesuatu yang
lebih bagi organisasi. Kondisi ini
terjadi jika pegawai memiliki persepsi
positif pada organisasinya, termasuk
pada iklim dalam organisasi tersebut.
Bersona dan Avilio (Dewi, 2010)
menemukan pada beberapa penelitian
bahwa salah satu faktor penting yang
membentuk OCB adalah iklim
organisasi. Iklim organisasi akan
menentukan apakah seseorang dapat
melaksanakan tugas dan
tanggungjawab sesuai prosedur atau
tidak (Brahmana, 2007). Lebih lanjut
Luthans (Dewi, 2010) menjelaskan
bahwa iklim organisasi adalah
lingkungan internal organisasi.
Iklim organisasi akan berdampak
positif jika iklim organisasi memenuhi
perasaan dan kebutuhan pegawai.
Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun dan
dihargai oleh organisasi sehingga
membentuk pola perilaku positif,
antara lain OCB. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Wahyuli (Dewi,
2010) yang menunjukkan adanya
hubungan yang sangat signifikan
antara Iklim Organisasi dengan OCB
karyawan. Hal ini berarti semakin
kondusif iklim organisasi dalam suatu
perusahaan akan diikuti dengan
tingginya OCB karyawan.
Apabila dilihat dari fenomena diatas
dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu apakah iklim organisasi akan
mempengaruhi Organizational
Citizenship Behavior (OCB)?.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui: 1) Hubungan antara
iklim organisasi dengan OCB pada
karyawan UMS. 2) Sumbangan efektif
iklim organisasi terhadap OCB pada
karyawan UMS. 3) Tingkat OCB pada
karyawan UMS. 4) Tingkat iklim
organisasi tempat subjek penelitian.
HIPOTESIS
Berdasarkan teori yang telah
diuraikan di atas, maka dapat ditarik
5
hipotesis bahwa ada hubungan positif
antara iklim organisasi dengan OCB di
UMS. Semakin baik iklim organisasi
maka semakin tinggi perilaku OCB
yang ditampilkan, sebaliknya semakin
buruk iklim organisasi maka semakin
rendah perilaku OCB yang
dimunculkan.
METODE PENELITIAN
Variable yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel
tergantung (Organizational
Citizenship Behavior (OCB), variabel
bebas (iklim organisasi). Subjek
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karyawan dan
dosen UMS dan diambil dari
Fakultas Agama Islam (FAI),
Fakultas Komunikasi dan Informatika
(FKI), Perpustakaan, dan Biro
Administrasi Akademik (BAA).
Total subjek dalam penelitian ini
adalah dengan jumlah 93 orang.
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan
mnggunakan dua skala yaitu skala
OCB dan skala Iklim Organisasi.
a. Skala Organizational Citizenship
Behavior (OCB) yang digunakan
pada penelitian ini disusun oleh
peneliti dan dibantu dengan dua
rekannya berdasarkan pada aspek-
aspek yang dikemukakan oleh
Organ (1999) yang meliputi
Altruism, Courtesy, Civic Virtue,
Conscientiousness, dan
Sportmanship. 0.309 - 0.478
dengan p<0.05, koefisien
reliabilitas sebesar 0.790.
b. Skala Iklim Organisasi yang
digunakan pada penelitian ini
disusun oleh peneliti berdasarkan
pada aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Litwin &
Stringer (2001) yang terdiri dari,
standar, penghargaan, kejelasan
organisasi, dukungan,
pengambilan keputusan,
mengurangi konflik, dan identitas
organisasi. Skala ini mempunyai
daya beda aitem antara 0.301
sampai 0.555 dengan p<0.05,
6
koefisien reliabilitas sebesar
0.779.
Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah
analisis Product Moment.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan
teknik analisis product moment dari
Pearson dengan menggunakan
program SPSS 19 for windows dapat
diketahui nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0.508; p = 0,000 (p < 0.01)
artinya ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara
Organizational Citizenship Behavior
(OCB) dengan iklim organisasi.
Semakin tinggi nilai iklim organisasi
maka semakin tinggi OCB (karyawan
UMS), sebaliknya semakin rendah
nilai iklim organisasi maka semakin
rendah pula OCB.
Iklim organisasi akan berdampak
positif jika iklim organisasi memenuhi
perasaan dan kebutuhan pegawai.
Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun dan
dihargai oleh organisasi sehingga
membentuk pola perilaku positif,
antara lain OCB. Hal ini didukung
oleh Hasil penelitian Wahyuli (Dewi,
2010) yang menunjukkan adanya
hubungan yang sangat signifikan
antara Iklim Organisasi dengan OCB
karyawan. Hal ini berarti semakin
kondusif iklim organisasi dalam suatu
perusahaan akan diikuti dengan
tingginya OCB karyawan.
Iklim organisasi memiliki aspek-
aspek berdasarkan teori dari Litwin &
Stringer (2001) yaitu, standart,
penghargaan, kejelasan organisasi,
dukungan, pengambilan keputusan,
mengurangi konflik, dan identitas
organisasi. Ketika, kondisi iklim
organisasi yang buruk dalam suatu
organisasi menjadikan karyawan
memiliki semangat kerja yang rendah,
sulit untuk bekerja sama dengan
karyawan lain dalam bekerja, merasa
terbebani dengan aturan organisasi,
prestasi kerja akan menurun, dan
loyalitas kerja rendah. Hal tersebut,
menjadikan karyawan memiliki sikap
kerjasama dan sukarela yang rendah.
Sedangkan kondisi iklim organisasi
7
yang baik dalam suatu organisasi akan
menjadikan pegawai memiliki
semangat yang tinggi dalam bekerja,
dapat bekerjasama dengan karyawan
lain, aturan dalam organisasi dijadikan
semangat dalam bekerja, prestasi kerja
meningkat, saling membantu antar
karyawan, dan loyalitas kerja tinggi
dalam organisasi.
Kunci keberhasilan organisasi
adalah bagaimana organisasi dapat
memberikan kontribusi atau
sumbangan positif pada pelaksanaan
dan implementasi tugas-tugas dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Organizational Citizenship Behavior
(OCB) merupakan suatu perilaku
positif individu dalam organisasi, yaitu
suatu bentuk kesediaan secara sadar
dan sukarela untuk bekerja dan
memberikan kontribusi pada
organisasi lebih daripada apa yang
dituntut secara formal dalam
organisasi. OCB penting bagi
keberhasilan organisasi. Demikian
halnya dalam lingkungan perguruan
tinggi. Karyawan kampus memiliki
tugas yang harus dijalankan, yaitu
sebagai pengajar dan pendidik serta
melayani kebutuhan mahasiswanya.
Selain itu terdapat kegiatan lain yang
harus dijalankan misalnya menjadi
anggota panitia kegiatan kampus.
Seringkali pekerjaan harus dilakukan
diluar jam kerja, yang berarti pula
pekerjaan yang kompleks. Perguruan
tinggi juga memiliki tantangan untuk
menuju kearah yang lebih baik,
sehingga hal ini juga tergantung pada
rasa memiliki karyawan dalam
menjalankan tugas.
Iklim organisasi yang kondusif
adalah iklim yang sesuai dengan
kebutuhan karyawan secara umum,
yang membuat karyawan merasa
nyaman dalam bekerja dan mampu
memberikan pengaruh positif terhadap
perilaku karyawan Miner, 1988 (Idrus,
2006). Agar iklim yang kondusif
dalam suatu organisasi dapat
diwujudkan, hal pertama yang perlu
diperhatikan adalah iklim tersebut bisa
diterima oleh anggota secara umum.
Suatu iklim dapat diterima jika iklim
tersebut sesuai dengan kebutuhan
karyawan. Hal ini nantinya akan
8
menimbulkan kepercayaan karayawan
terhadap organisasi, dan membuat
karyawan termotivasi untuk
memberikan kontribusi positif dalam
mencapai tujuan perusahaan.
As'ad, 1991 (Idrus, 2006) juga
menjelaskan bahwa salah satu faktor
penentu kerja adalah hubungan antar
karyawan dan juga atasan serta
lingkungan kerjanya. Sehingga jelas
bahwa penyeseuaian diri seseorang
terhadap lingkungan kerjanya juga
menjadi hal yang amat penting untuk
mencapai kemajuan suatu organisasi
atau perusahaan.
OCB sebagai perilaku individu
yang secara eksplisit dapat dikenali
dalam sistem kerja formal yang secara
keseluruhan mampu meningkatkan
efektifitas fungsi organisasi (Organ,
1988). Efektifitas fungsi organisasi
dalam hal ini instansi sangat
tergantung pada usaha karyawan
terutama pada kesediaan karyawan
secara sukarela bekerja melebihi
tanggungjawab formalnya. OCB
sebagai indikator penting untuk
penampilan kerja karayawan yang
berdampak pada hasil positif berupa
kualitas layanan yang lebih baik dan
keefektifan organisasi (Godot, 2007).
Lebih lanjut Gadot dkk. (2007)
menjelaskan hubungan antara iklim
organisasi dengan OCB, yaitu jika
iklim organisasi dipersepsikan secara
positif maka perilaku OCB akan
muncul. Instansi memiliki
tanggungjawab sosial pada lingkungan
sehingga secara alamiah karyawan
akan mengembangkan kesediaan untuk
bekerja melebihi tugas utamanya untuk
membantu mencapai tujuan instansi.
Atmosfer iklim organisasi yang positif
akan terakumulasi menjadi perilaku
OCB.
Hasil penelitian menunjukkan
rerata empirik (RE) pada variabel
iklim organisasi sebesar 60.37 dengan
rerata hipotetik (RH) sebesar 40. Hal
ini menunjukkan bahwa iklim
organisasi pada karyawan UMS
tergolong sangat tinggi. Sedangkan
OCB karyawan UMS tergolong sangat
tinggi juga, dilihat dari hasil rerata
empirik 64.58 dan rerata hipotetik
sebesar 45.
9
Sumbangan efektif (SE) variabel
iklim organisasi terhadap OCB
karyawan UMS sebesar 25.8 %
ditunjukkan oleh koefisien determinan
(r2) sebesar 0.258. Hal ini memiliki
arti bahwa masih terdapat 74.2 %
faktor lain yang mempengaruhi di luar
faktor iklim organisasi seperti
kepemimpinan transformasional,
keterlibatan kerja, komitmen
organisasi, kepuasan kerja, dan lain-
lain. Bersona dan Avilio menemukan
pada beberapa penelitian bahwa salah
satu faktor penting yang membentuk
OCB adalah iklim organisasi. Iklim
organisasi akan menentukan apakah
seseorang dapat melaksanakan tugas
dan tanggungjawab sesuai prosedur
atau tidak (Brahmana & Sofyandi,
2007). Lebih lanjut Luthans (1998)
menjelaskan bahwa iklim organisasi
adalah lingkungan internal organisasi.
Iklim organisasi mempengaruhi
praktik dan kebijakan SDM yang
diterima oleh anggota organisasi.
Perlu diketahui bahwa setiap
organisasi akan memiliki iklim
organisasi yang berbeda.
Keanekaragaman pekerjaan yang
dirancang di dalam organisasi, atau
sifat individu yang ada akan
menggambarkan perbedaan tersebut.
Semua organisasi tentu memiliki
strategi dalam memanajemen SDM.
Iklim organisasi yang terbuka,
bagaimanapun juga hanya tercipta jika
semua anggota memiliki persepsi
positif pada organisasinya. Iklim
organisasi penting untuk diciptakan
karena merupakan persepsi seseorang
tentang apa yang diberikan oleh
organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota
selanjutnya.
Namun demikian, tingginya
tingkat OCB dalam suatu perusahaan
bisa menjadi kurang menguntungkan
bila karyawan menganggap OCB
sebagai bagian dari peran kerja formal
(In-Role Behovior) yang pasti
direward oleh perusahaan. Karena
karyawan yang menganggap OCB
sebagai In-Role Behavior akan
menggunakan OCB sebagai media
untuk bertransaksi dengan perusahaan.
Semakin tinggi keuntungan yang
10
didapat dengan menunjukkan OCB
maka karyawan akan semakin suka
untuk menunjukkan OCB (Lam Hui,
law, 1999).
Sebuah penelitian tentunya
terdapat kelemahan, adapun
kelemahan dalam penelitian ini antara
lain; isi pernyataan dalam skala yang
digunakan masih abstrak dan susah
dipahami secara nyata, dimana
keterbatasan dari peneliti menjadi
kurang mendalam dalam mengungkap
variabel-variabel yang diukur, selain
itu jumlah subyek yang relatif sedikit
menyebabkan tidak dapat dilakukan
generelisasi terhadap hasil penelitian,
hasil penelitian hanya berlaku di
tempat penelitian saja yaitu di
Universitas Muhammdiyah Surakarta,
dan populasi terbatas yang hanya bisa
digunakan dibeberapa fakultas dan
instansi yang ada di UMS saja.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah diuraikan di
atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada
hubungan positif antara iklim
organisasi dengan organizational
citizenship behavior (OCB). 2)
Tingkat OCB dalam iklim organisasi
tergolong sangat tinggi. 3) Tingkat
iklim organisasi tergolong sangat
tinggi. 4) Sumbangan efektif iklim
organisasi terhadap OCB di UMS
sebesar 25.8 % dapat dilihat pada
koefisien determinan (r2) = 0258. Hal
ini berarti masih ada 74.2 % faktor
yang mempengaruhi organizational
citizenship behavior (OCB) diluar
iklim organisasi, seperti
kepemimpinan transformasional,
keterlibatan kerja, komitmen
organisasi, kepuasan kerja, dan lain-
lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dari pembahasan dan
kesimpulan maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pimpinan Dan Instansi
Setiap pimpinan diinstansi
diharapkan perlu memberikan contoh
yang baik bagi para bawahan atau
karyawannya serta pimpinan dapat
membantu mempertahankan
lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan dengan cara
11
membantu pegawai untuk saling
bekerja sama dan dapat jadi penengah
bila terjadi masalah antar pegawai
serta membantu mencari solusi untuk
masalah tersebut. Sehingga antar
pimpinan dan karyawan bisa saling
berkomunikasi dan mempertahankan
suasana kantor yang lebih nyaman.
Pimpinan mempunyai persepsi yang
positif terhadap pegawai begitu pula
sebaliknya.
2. Pegawai
Bagi karyawan diharapkan dapat
meningkatkan kenyamanan dan
kerjasama antar pegawai lain dengan
cara berdiskusi dalam menghadapi
permasalahan lingkungan kerja.
Selain itu diharapkan pegawai dapat
menerapkan fikiran positif terhadap
rekan kerja, sehingga akan
memperkecil kemungkinan terjadinya
persaingan tidak sehat antar pegawai
serta dapat tercipta kondisi iklim
organisasi yang menyenangkan bagi
antar pegawai. Karyawan juga dapat
mengedepankan kepentingan
organisasi dari pada kepentingan
pribadi, serta menumbuhkan rasa
bangga dan keinginan yang kuat pada
diri karyawan untuk menjadi bagian
dari perusahaan, sehingga karyawan
terpacu untuk bekerja lebih giat.
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dengan penelitian
ini dapat dijadikan referensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya,
khususnya dalam bidang psikologi
industri dan organisasi yang
berhubungan dengan iklim
organisasidan organizational
citizenship behavior (OCB).
Penulis menyarakan untuk
memperluas populasi,
memperbaiki isi instrument supaya
dapat mengungkap lebih dalam
setiap aspeknya, pernyataan-
pernyataan dalam alat ukur dibuat
singkat dan jelas agar mudah
dipahami oleh responden,
melengkapi dengan teknik
pengumpulan data yang lain atau
menyertakan variabel dari faktor-
faktor lain yang mempengaruhi
organizational citizenship
behavior (OCB).
12
DAFTAR PUSTAKA
Bolino, M. C., Turnley, W. H.,
Gilstrap, J. B., & Bloodgood, J.
M. (2002). Citizenship Behavior
and the Creation of Social
Capital in Organizations. The
Academy of Management
Review, Vol. 27, No. 4 (Oct.,
2002), pp. 505-522.
Brahmana, S.S. & Sofyandi, H.
(2007). Transformational
Leadership dan Organization
Citizenship Behavior di Utama.
Laporan Penelitian. Tidak
diterbitkan.
Dewi, K.S.(2010). Hubungan Iklim
Organisasi dan Organizational
Citizens Behavioral (OCB)Guru
di Kecamatan Mojolaban
Sukoharjo. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro.Vol 7,
No 1, April 2010, 11-17.
Gadot, E.V. (2007). Group-Level
Organizational Citizenship
Behavior in The Education
System: a Scale Reconstruction
and Validation. Educational
Administration Quarterly.
Vol.XX No.X (XXXX 200X)
XX-XX.
Garay, Hannah Dara Vanzuela, (2006).
Kinerja Extra-Role dan
Kebijakan Kompensasi,
SINERGI, Kajian Bisnis Dan
Manajemen, Vol. 8, No. 1,
Januari 2006: 33-42.
Idrus, M. (2006). Implikasi Iklim
Organisasi terhadap Kepuasan
Kerja dan Kualitas Kehidupan
Kerja Karyawan. Jurnal
Psikologi Universitas
Diponegoro, Vol. 3, No. 1, 94-
106.
Lin, C.P., Hung, W.T., Chiu, C.K.
(2008). Being Good Citizens:
Understanding a Mediating
Mechanism of Organizational
Commitment and Social
Network Ties in Organizational
Citizenship Behavior. Journal of
Business Ethics. No 81. pp. 561-
578.
Novliadi, F. (2006). Organizational
Citizenship BehaviorKaryawan
Ditinjau Dari Persepsi
Terhadap Kualitas Interaksi
Atasan-Bawahan Dan Persepsi
Terhadap Dukungan
Organisasional. PSIKOLOGIA,
Volume 2, No. 1, Juni 2006:
39-46.
Organ, D. W., Podsakoff, P. M., and
Mckenzie, S. B. 2006.
Organizational alCitizenship
Behavior: Its Nature
Antecedents, and
Consequences. GE
Publications.
Susilo, A. (2007). Hubungan Anatara
Iklim Organisasi dengan
Perilaku di Luar Kerja Peran
Kerja Pada Dosen Politeknik
Negeri Semarang. Skripsi (tidak
diterbitkan). Semarang: UNDIP
13
Waspodo, A. A & Minadaniati, L.
(2012). Pengaruh Kepuasan
Kerja Dan Iklim Organisasi
Terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB)
Karyawan Pada PT. Trubus
Swadaya Depok. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) Vol. 3, No. 1, 2012,
115-125.
Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim
Organisasi Tepri Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba
Empat.