HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG...

49
HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG TUA DAN POLA ASUH IBU DENGAN KESEJAHTERAAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI RAHMI MAIDAH DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG...

Page 1: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN

ORANG TUA DAN POLA ASUH IBU DENGAN

KESEJAHTERAAN ANAK USIA SEKOLAH

PADA KELUARGA PETANI

RAHMI MAIDAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti
Page 3: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Alokasi

Waktu Pengasuhan Orang Tua dan Pola Asuh Ibu dengan Kesejahteraan Anak

Usia Sekolah pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Rahmi Maidah

NIM I24090046

Page 4: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

ABSTRAK

RAHMI MAIDAH. Hubungan Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua dan Pola

Asuh Ibu dengan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani.

Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI dan NETI HERNAWATI.

Anak merupakan anggota keluarga yang perlu untuk sejahtera.

Meningkatkan pengasuhan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

kesejahteraan bagi anak. Pengasuhan anak mencakup dua aspek, yaitu alokasi

waktu dan pola asuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alokasi waktu

pengasuhan orang tua, pola asuh ibu dan kesejahteraan anak usia sekolah pada

keluarga petani. Contoh pada penelitian ini adalah 89 keluarga petani yang

memiliki anak usia 6-12 tahun dan masih bersekolah di sekolah dasar. Hasil

penelitian menunjukkan rata-rata waktu yang dihabiskan ibu untuk kegiatan

pengasuhan adalah 120.8 menit (2 jam 1 menit) per hari dan ayah rata-rata 90.6

menit (1 jam 31 menit) per hari. Terdapat 25.8 persen ibu yang memiliki pola

asuh baik dan sisanya memiliki pola asuh cukup baik (74.2%). Lebih dari separuh

anak (53.9%) termasuk dalam kategori sejahtera dan sisanya terkategori tidak

sejahtera (46.1%). Berdasarkan hasil uji, terdapat hubungan positif signifikan

antara alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu. Selain itu,

terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh ibu dengan kesejahteraan

anak. Pada alokasi waktu pengasuhan orang tua tidak terdapat hubungan yang

signifikan dengan kesejahteraan anak.

Kata kunci: alokasi waktu pengasuhan, kesejahteraan anak, pola asuh ibu

ABSTRACT

RAHMI MAIDAH. Relationships between Parent’s Time Allocation of Parenting

and Maternal Parenting Pattern with School-Age Child Well-Being on Farm

Families. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI and NETI

HERNAWATI.

The child is family member who needs to be prosperous. Improving the

parenting is one of way for achieve of child-well-being. There are two aspects in

parenting of children namely time allocation and parenting pattern. This study

aimed to analyze parent’s time allocation of parenting, maternal parenting pattern,

and school-age child well-being on farm families. The study involved 89 sampels

farm families who has child 6–12 years old and still in primary school. The result

showed that mother spent her time for parenting average 120.8 minutes (2 hours 1

minute) per day while father spent average 90.6 minutes (1 hour 31 minutes).

Only 25.8 percents of mother had a good parenting pattern and 74.2 percents had

a good enough. More than half children (53.9%) categorized prosperous and

46.1% children included unprosperous. Based on the test, there was a significant

positive correlation between parent’s time allocation of parenting with maternal

parenting pattern. Moreover, there was a significant positive correlation between

maternal parenting pattern with child well-being. On parent’s time allocation of

parenting there was not significant correlation with child well-being.

Keywords: child well-being, maternal parenting pattern, time allocation of

parenting

Page 5: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN

ORANG TUA DAN POLA ASUH IBU DENGAN

KESEJAHTERAAN ANAK USIA SEKOLAH

PADA KELUARGA PETANI

RAHMI MAIDAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti
Page 7: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

Judul Skripsi : Hubungan Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua dan

Pola Asuh Ibu dengan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah pada

Keluarga Petani

Nama : Rahmi Maidah

NIM : I24090046

Disetujui oleh

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si

Pembimbing I

Neti Hernawati, SP., M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

Page 8: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti
Page 9: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Hubungan Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua dan Pola Asuh Ibu

dengan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani. Pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Neti Hernawati, SP., M.Si selaku

dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan, masukan dan

bimbingan serta nasehat yang membangun kepada penulis,

2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan dan dukungannya selama penulis belajar di Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen,

3. Orang tua, ayah (Ediyono) dan ibu (Tuti Haryati) serta kedua adik tercinta

Rizki Rahmandani dan Fachrul Ardiansyah atas doa, cinta dan kasih

sayang, serta semangat yang tidak pernah terhenti diberikan untuk penulis,

4. Dr. Tin Herawati, SP., M.Si dan Megawati Simanjuntak SP., M.Si selaku

dosen penguji sidang,

5. Bapak Rukmanta (sekretaris Desa Ciaruteun Ilir) sekeluarga dan Bapak

Bastari sekeluarga yang telah banyak membantu penulis dalam proses

pengambilan data di lapang,

6. Kesbangpol Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin tempat

penelitian kepada penulis,

7. Keluarga petani Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung Wangunjaya yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini serta masyarakat

sekitar di Desa Ciaruteun Ilir,

8. Para sahabat dan keluarga kedua bagi penulis Kakak Selvi, Mbak Ruri,

kakak fifi, Rahma, Aida, Damay, Susan, Salsa, Dita, Widya, Eva, dan Tiwi

yang selalu memotivasi dan mengingatkan akan harapan dan cita-cita serta

teman-teman di Griya Pink, kamar 272 dan 273 asrama A3, BEM TPB

IPB Keluarga 46 dan BEM FEMA IPB Kabinet Garda Toska dan Kabinet

Sinekologi atas kebersamaan dan pengalaman yang tak terlupakan,

9. Teman-teman IKK 46, khususnya teman-teman seperjuangan penelitian

Aila Nadiya, Noor Aspasia, Nur Hartanti dan Susanti Kartikasari atas

pengertian dan bantuan yang diberikan serta selalu bersama-sama

memberikan semangat dan motivasi, dan

10. Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah

memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

Rahmi Maidah

Page 10: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 6

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6 Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8 Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian 9 Pengolahan dan Analisis Data 10 Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 12 Karakteristik Keluarga dan Anak 12 Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua 14 Pola Asuh Ibu 15 Kesejahteraan Anak 17 Hubungan Antar Variabel 18

Pembahasan 21 Keterbatasan Penelitian 24

SIMPULAN DAN SARAN 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 37

Page 11: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

DAFTAR TABEL

Variabel dan cara pengumpulan data 8 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi 13 Rataan alokasi waktu pengasuhan ayah dan ibu berdasarkan jenis

kegiatan 15 Sebaran dimensi pola asuh ibu berdasarkan kategori pola asuh 17 Sebaran dimensi kesejahteraan anak berdasarkan kategori 18 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak 19 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak 20 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak 20 Koefisien korelasi antara alokasi waktu pengasuhan orang tua 21

DAFTAR GAMBAR

Kerangka berfikir 6 Teknik penarikan contoh 7

DAFTAR LAMPIRAN

Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga 29 Sebaran persentase jawaban kegiatan pengasuhan ibu dan ayah 30

Sebaran kategori pola asuh ibu 31 Sebaran jawaban kesejahteraan anak 34 Dokumentasi penelitian 36

Page 12: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti
Page 13: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Secara fluktuatif,

sektor publik di Indonesia masih didominasi oleh kelompok tenaga usaha

pertanian (BPS 2013). Data BPS (2013) menunjukkan bahwa terdapat 39.96

persen dari total penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Namun

demikian, menurut Butar-butar (2008) kepala keluarga yang bekerja di sektor

pertanian tergolong miskin dan lebih dari setengah (63.21%) penduduk miskin di

Indonesia berada di daerah perdesaan (BPS 2013).

Selain itu, menurut BPS (2010) tingkat partisipasi sekolah anak yang tinggal

di perdesaan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan yang tinggal di

perkotaan. Statistik pendidikan BPS (2010) menunjukkan bahwa rata-rata lama

sekolah penduduk di perkotaan sebesar 9.08 tahun dan di perdesaan sebesar 6.40

tahun. Hal ini berarti secara rata-rata jenjang pendidikan penduduk yang berusia

15 tahun ke atas baru mencapai kelas 3 SMP untuk daerah perkotaan dan kelas 6

SD untuk daerah perdesaan. Alasan utama anak tidak melanjutkan sekolah di

daerah perdesaan adalah karena tidak ada biaya (56.13%).

Kehidupan pada masa anak-anak merupakan masa kehidupan yang sangat

penting. Erik erikson membagi rentang kehidupan dalam delapan tahapan

(Hurlock 1980). Pada usia sekolah (6-12 tahun) anak berada pada tahap industry

(rasa mampu) vs inferiority (rasa rendah diri). Pada fase ini anak sedang

membangun kepribadian diri. Tercapai atau tidaknya anak dalam membangun

kepribadian diri tergantung kepada stimulasi yang diberikan oleh lingkungan

sekitarnya (rumah, sekolah, dan lingkungan teman sebaya). Jika anak tidak

mampu mengembangkan dirinya, baik secara akademik maupun non akademik

maka yang akan berkembang adalah perasaan rendah diri (Nurrohmaningtiyas

2008). Pada fase ini kecerdasaan emosional yang baik berperan penting dalam

menumbuhkan rasa mampu dalam diri anak. Kegagalan pada tahap tertentu akan

mempengaruhi tahap-tahap berikutnya dan akan berdampak pada kesejahteraan

anak.

Anak merupakan salah satu anggota keluarga yang perlu sejahtera juga.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 kesejahteraan anak adalah

suatu tatanan kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin

pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani,

maupun sosial. Fernandes et al. (2010) menyatakan terdapat tiga alasan utama

mengapa kesejahteraan anak memerlukan perhatian khusus, pertama adalah

karena masalah kesejahteraan anak bukan membicarakan untuk saat sekarang saja,

akan tetapi akan memiliki dampak pada masa depan anak-anak. Kedua, karena

anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling menderita karena

kemiskinan, dan yang ketiga yaitu masih kurangnya informasi langsung tentang

kehidupan anak-anak. Kesejahteraan merupakan terminologi lain dari kualitas

hidup manusia, yaitu suatu keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta

terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti 2006).

Pentingnya memiliki kesejahteraan mendorong ibu (pengasuh utama) untuk

ikut serta dalam membantu proses pencapaian kesejahteraan pada anaknya.

Page 14: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

2

Pengasuhan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan, kebahagiaan, dan kualitas

hidup yang baik bagi anak secara keseluruhan (Krisnatuti & Putrid 2012).

Penerapan pengasuhan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan cara

melakukan pola asuh yang baik. Pola asuh merupakan cara yang dilakukan ibu

dalam menjalankan praktik pengasuhan. Luarannya adalah anak diharapkan dapat

tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya sehingga nantinya menjadi orang

dewasa yang sehat secara fisik, mental, sosial dan emosional (Khomsan et al.

2013). Menurut Santrock (2003) melakukan pengasuhan merupakan peran penting

bagi keluarga. Pada teori struktural fungsional peran ekspresif atau pemberi cinta

dan kasih sayang diperankan oleh ibu. Fungsi ekspresif keluarga berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan emosi dan perkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan

sosialisasi anak (Sunarti 2004).

Selain pola asuh, aspek lain dari pengasuhan adalah alokasi waktu (Engel et

al. dalam Hastuti 2009). Menjalankan praktik pengasuhan memerlukan sumber

daya yang mendukung. Hample (2010) mengungkapkan bahwa orang tua

melakukan persiapan terhadap anak melalui sumber daya yang dimilikinya dengan

harapan anak-anak tersebut akan menjadi sukses di masa depan. Waktu

merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh orang tua. Selain itu, waktu

merupakan salah satu bentuk investasi orang tua untuk membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas (Hartoyo 1998). Bryant dan Zick (2006) juga sepakat

bahwa alokasi waktu merupakan salah satu bentuk investasi untuk anak.

Menurut Pollard dan Lee (2003) penting untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan anak, dengan menganalisis kekuatan yang dimiliki anak dapat

ditemukan unsur penting dari kesejahteran anak yang memungkinkan anak untuk

berkembang dan terus berkembang. Di Indonesia, penelitian mengenai

kesejahteraan keluarga sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian dengan

melihat kesejahteraan individu anak sebagai salah satu anggota keluarga masih

belum banyak dilakukan. Penelitian dengan melihat keterkaitan antara kuantitas

(alokasi waktu) dan kualitas (pengasuhan) pengasuhan dengan kesejahteraan anak

pada usia sekolah juga masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian,

penting untuk dilakukan penelitian mengenai hubungan antara alokasi waktu

pengasuhan orang tua dan pola asuh ibu dengan kesejahteraan anak usia sekolah.

Perumusan Masalah

Memiliki minimal satu anggota keluarga yang bekerja bukan berarti

membebaskan keluarga dari kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup.

Pendapatan buruh tani pada Januari 2012 sebesar Rp28 582 per hari1, apabila

dikonversi ke dalam bulan akan didapat angka Rp857 460 sebagai penghasilan

buruh tani per bulan. Jika terdapat empat anggota keluarga di dalam sebuah

keluarga dengan penghasilan Rp857 460 per bulan, maka pendapatan perkapita

keluarga tersebut sebesar Rp214 365 per bulan. Menurut BPS (2013), garis

kemiskinan daerah pedesaan di Indonesia pada Maret 2013, yaitu sebesar Rp253

273 per kapita per bulan, dengan analogi di atas maka keluarga tersebut bisa

dikatakan masih berada di bawah garis kemiskinan.

1Muspriyanto. 2012. [diunduh pada 20 Maret 2013 14:22]. Tersedia pada:

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/11/179899/Petani-Menipis-di-Negeri-

Agraris.

Page 15: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

3

Kemiskinan yang dialami keluarga petani akan berdampak pada

kesejahteraan anggota keluarga. Menurut Puspitawati (2012) tujuan membentuk

keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya.

Anak merupakan salah anggota keluarga, yang secara langsung akan merasakan

dampak dari kesejahteraan atau ketidaksejahteraan yang dialami oleh keluarganya.

Selain menjadi anggota keluarga, anak juga dikenal sebagai fungsi kesejahteraan

keluarga, dengan asumsi bahwa total kesejahteraan keluarga adalah jumlah

kesejahteraan orang tua digabungkan dengan kesejahteraan anak (Wahini 2012).

Strategi yang dilakukan petani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya adalah

dengan cara memiliki pekerjaan tambahan di luar sektor pertanian. Hasil

penelitian Risda (2010) menunjukkan bahwa waktu yang digunakan oleh petani

untuk melakukan usaha tani berada pada rentang 1-4 jam per hari sedangkan

waktu yang digunakan petani untuk melakukan pekerjaan sampingan (sektor non

pertanian) berada pada rentang 5-8 jam per hari. Hal ini menggambarkan bahwa

dalam sehari petani dapat memaksimalkan 12 jam waktu yang dimilikinya di

sektor publik. Umumnya, istri dari keluarga petani juga turut membantu suami

dalam melakukan pekerjaan pertanian. Pada keluarga petani, ibu melakukan

semua tugas rumah tangga, membantu pekerjaan pertanian seperti membantu

menanam, menyiangi dan memanen tanpa upah serta ada pula buruh tani dan

berdagang yang banyak digeluti ibu untuk memperoleh upah (Puspita 2004).

Dengan keadaan seperti ini, sumber daya waktu menjadi kendala bagi ibu dan

ayah yang bekerja. Banyaknya waktu yang dicurahkan pada sektor publik

mengakibatkan minimnya waktu di rumah untuk menjalankan kegiatan sektor

domestik khususnya kegiatan pengasuhan.

Selain melakukan tugas rumah tangga dan membantu ayah dalam sektor

publik, ibu juga memiliki tugas lain yaitu menjalankan tugas pengasuhan. Ibu

mempunyai fungsi yang penting sebagai pengasuh utama anak dalam keluarga.

Pola pengasuhan yang dilakukan ibu kepada anak akan memengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak (Tambingon 1999). Walaupun sedikit

peluang ibu pada keluarga petani untuk berinvestasi dalam bentuk materi guna

mencapai luaran anak yang yang diharapkan, ibu masih dapat berinvestasi dalam

bentuk non materi, yaitu mempraktikkan pola asuh yang baik dalam pengasuhan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Berapa lama alokasi waktu yang diberikan orang tua untuk pengasuhan

pada keluarga petani?

2. Bagaimana pola asuh ibu pada keluarga petani?

3. Bagaimana kesejahteraan anak pada keluarga petani?

4. Bagaimana hubungan alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola

asuh ibu pada keluarga petani?

5. Bagaimana hubungan alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola asuh

ibu dengan kesejahteraan anak pada keluarga petani?

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan menganalisis alokasi waktu

pengasuhan orang tua, pola asuh ibu dan kesejahteraan anak usia sekolah pada

Page 16: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

4

keluarga petani di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Secara khusus,

penelitian ini bertujuan:

1. Mengidentifikasi alokasi waktu pengasuhan orang tua pada keluarga

petani.

2. Mengidentifikasi pola asuh ibu pada keluarga petani.

3. Mengidentifikasi kesejahteraan anak usia sekolah pada keluarga petani.

4. Menganalisis hubungan alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan

pola asuh ibu pada keluarga petani.

5. Menganalisis hubungan alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola

asuh ibu dengan kesejahteraan anak usia sekolah pada keluarga petani.

Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai hubungan alokasi waktu orang tua dan pola asuh ibu

dengan kesejahteraan anak usia sekolah pada keluarga petani ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi banyak pihak seperti peneliti, institusi pendidikan, dan

pemerintah maupun non pemerintah. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai sarana

untuk melatih kemampuan berfikir logis dan ilmiah serta sebagai sarana peneliti

untuk mengenal kehidupan di keluarga petani. Bagi institusi pendidikan,

penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya literatur dalam

bidang keilmuan perkembangan anak dan sumber daya keluarga, terutama yang

berkaitan dengan pembahasan mengenai pola asuh ibu, alokasi waktu orang tua

untuk pengasuhan dan kesejahteraan anak khususnya anak usia sekolah. Lebih

jauh lagi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun non pemerintah mengenai

bagaimana tingkat kesejahteraan anak-anak Indonesia khususnya anak usia

sekolah dari keluarga petani saat ini.

KERANGKA PEMIKIRAN

Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang

yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan

perkawinan, dan adopsi (Puspitawati 2012). Menurut Hardjanto (2002) keluarga

merupakan lingkungan utama untuk menghasilkan mutu modal manusia yang

berkualitas. Tujuan dan fungsi keluarga tertuang dalam peraturan pemerintah.

Peraturan pemerintah (PP) nomor 21 tahun 1994 menyebutkan bahwa terdapat

delapan fungsi keluarga yang harus terpenuhi, yang meliputi fungsi keagamaan,

fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi,

fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan

lingkungan.

Parson dan Bales (Hill 2006) menyatakan bahwa bentuk struktur keluarga

pada teori struktural fungsional adalah kemampuan untuk berfungsi secara efektif.

Selain itu, keluarga yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota

keluarga dan industri ekonomi baru adalah keluarga inti yang terdiri dari seorang

laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Walaupun demikian, jika pengasuhan dilakukan secara bersama-sama antara ibu

Page 17: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

5

dan ayah akan memberikan dampak yang lebih baik terhadap anak. Lamb dan

Lewis (Mammen 2005) mengatakan bahwa waktu ayah adalah penting untuk

perkembangan anak-anak dan apabila ayah bermain dengan anak-anaknya, hal

tersebut dapat lebih merangsang dan memberikan dampak yang tidak terduga

daripada ibu.

Penggunaan waktu untuk perawatan anak merupakan waktu yang digunakan

untuk pendidikan dan pengasuhan anak seperti memakaikan baju, memberi makan

anak, mengantar ke sekolah atau ke dokter, membacakan cerita, menemani anak

usia sekolah mengerjakan pekerjaan rumah, mendidik anak, mengobrol, dan

bermain dengan anak (Bonke & Koch-Weser 2001). Alokasi waktu anggota

keluarga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, hal ini juga berlaku bagi alokasi

waktu ayah dan ibu. Faktor-faktor yang memengaruhi alokasi waktu tersebut

seperti pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga

(Simister 2005). Hasil penelitian Wahini (2012) juga menunjukan bahwa status

pekerjaan ibu, besar keluarga, dan alokasi waktu pekerjaan rumah tangga ibu

berpengaruh nyata terhadap nilai penggunaan waktu pekerjaan rumah tangga ibu.

Hasil penelitian Risda (2010) pada keluarga petani menunjukkan bahwa selain

dari pekerjaan utama yang dilakukan oleh petani, petani juga memiliki pekerjaan

sampingan diluar sektor pertanian. Hal ini bertujuan untuk menambah pendapatan

keluarga dan dampaknya adalah petani menjadi memiliki waktu sedikit untuk

berada di rumah.

Kuantitas dan kualitas adalah dua hal yang saling melengkapi satu sama

lain. Menurut Sunarti (2004), intensitas (kualitas pengasuhan) pengasuhan tidak

akan tercapai tanpa curahan waktu yang memadai (kuantitas pengasuhan). Hastuti

(2009) membagi pola asuh kedalam lima dimensi, yaitu pola asuh dimensi makan,

hidup sehat, akademik, sosial emosi, dan moral spiritual. Hasil penelitian Afriana

(2012) menunjukan bahwa anak dengan ibu yang memiliki pola pengasuhan

rendah adalah anak yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak.

Nurafifiah (2012) juga menunjukan bahwa praktik pengasuhan memiliki

hubungan positif signifikan dengan pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Semakin

tinggi pendidikan ayah dan pendidikan ibu, maka semakin baik praktik

pengasuhannya.

Kesejahteraan anak merupakan luaran yang diharapkan dari proses

pengasuhan. Moore et al. (2008) membagi kesejahteraan anak sesuai dengan

kelompok usia anak yaitu usia 6-11 tahun dan usia 12-17 tahun. Hasil penelitian

Moore (2008) menunjukkan bahwa rata-rata anak usia 6-11 tahun memiliki

kesejahteraan (dimensi fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan atau intelektual)

yang lebih baik dibandingkan dengan anak usia 12-17 tahun. Selain itu, hasil

penelitian Asih (2012) menyatakan bahwa anak perempuan memiliki

kesejahteraan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Selanjutnya, Philips

(2002) menyatakan bahwa anak yang berasal dari orang tua yang memiliki

pendidikan lebih tinggi biasanya akan memiliki kualitas dan kesejahteraan yang

lebih tinggi dibandingkan anak yang berasal dari orang tua yang berpendidikan

rendah.

Kesejahteraan yang dicapai oleh anak dapat tercipta dari dalam diri anak

dan faktor luar diri anak. Model ekologi dari Bronfenbrenner (Puspitawati 2012)

menyatakan bahwa anak sebagai pusat dalam model ekologi secara langsung

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Keluarga merupakan lingkungan

Page 18: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

6

terdekat bagi anak, sehingga kehadiran keluarga dapat memengaruhi

kesejahteraan anak.

Berdasarkan hasil uraian singkat dari teori dan hasil penelitian, maka

hipotesis penelitian ini adalah 1) adanya berbedaan antara curahan waktu yang

diberikan oleh ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan, 2) ibu yang memiliki

pendidikan yang rendah masih belum optimal dalam menjalankan pola asuh yang

baik, 3) anak yang memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

memiliki kesejahteraan yang lebih baik, 4) semakin banyak curahan waktu yang

diberikan orang tua untuk kegiatan pengasuhan maka pola asuh ibu akan semakin

baik, dan 5) alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola asuh ibu memiliki

hubungan dengan kesejahteraan anak (gambar 1).

METODE

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu penelitian

yang dilakukan dalam satu kali waktu. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul

data utama. Lokasi penelitian berada di Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung

Wangunjaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Pemilihan kampung dilakukan secara purposive. Hal ini didukung oleh data desa

2013, bahwa kedua kampung tersebut memiliki jumlah penduduk terbanyak pada

urutan pertama dan kedua di Desa Ciaruteun Ilir. Selain itu, sebagian besar

masyarakat di kedua kampung tersebut bermatapencarian sebagai petani. Kegiatan

penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal penelitian, pengambilan data,

pengolahan data, analisis data, dan penulisan hasil penelitian. Pengambilan data

dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2013.

Gambar 1 Kerangka berfikir

Kesejahteraan anak:

Dimensi fisik

Dimensi psikologis

Dimensi sosial

Dimensi pendidikan

Pola asuh ibu:

Pola asuh makan

Pola asuh hidup sehat

Pola asuh akademik

Pola asuh sosial emosi

Pola asuh moral dan spiritual

Alokasi waktu pengasuhan:

Alokasi waktu

pengasuhan ibu

Alokasi waktu

pengasuhan ayah

Karakteristik anak:

Usia

Jenis kelamin

Karakteristik

keluarga:

Usia

Besar keluarga

Lama pendidikan

Pekerjaan suami

Pekerjaan isteri

Pendapatan

Page 19: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

7

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga petani lengkap yang terdiri dari

ayah, ibu, dan anak yang masih berstatus sebagai siswa sekolah dasar (6-12 tahun)

yang bertempat tinggal di Kampung Ciaruteun Ilir dan Kampung Wangunjaya,

Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Responden

pada penelitian ini adalah ayah, ibu dan anak yang berjumlah 100 contoh. Jumlah

contoh didapat dari penghitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan

tingkat kesalahan lima persen.

Berikut ini adalah ringkasan teknik penarikan contoh yang terlihat pada

Gambar 2.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin

didapatkan jumlah contoh sebanyak 100. Akan tetapi, mempertimbangkan bahwa

terdapat 11 anak yang tidak bersedia memberikan keterangan mengenai

kesejahteraan dirinya maka contoh pada penelitian ini dikurangi 11. Oleh karena

itu, untuk proses pengolahan data selanjutnya akan menggunakan 89 contoh.

Gambar 2 Teknik penarikan contoh

n = =

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan (5%)

Kabupaten Bogor

Kecamatan Cibungbulang

Desa Ciaruteun Ilir

n = 100

Kampung Wangunjaya

N = 41 keluarga

n = 34

Kampung Ciaruteun Ilir

N = 81 keluarga

n = 66

Purposive berdasarkan

jumlah penduduk miskin

terbanyak

Purposive berdasarkan

produktivitas tertinggi pada

sektor pertanian

Purposive berdasarkan

produktifitas pertanian yang

cukup tinggi dan jumlah

penduduk terbanyak

Purposive berdasarkan

jumlah penduduk terbanyak

Propotional Random sampling

Page 20: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data

primer. Data sekunder didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) pusat dan daerah

serta desa. Data sekunder merupakan informasi mengenai gambaran umum dan

sosio demografi dari lokasi penelitian. Data primer merupakan data yang diambil

secara langsung dari lapang dengan melakukan wawancara dan menggunakan alat

bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik anak, karakteristik keluarga,

alokasi waktu pengasuhan orang tua, pola asuh ibu, dan kesejahteraan anak.

Rincian variabel, satuan, skala, dan responden disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel dan cara pengumpulan data

Variabel Satuan Skala Responden

Karakteritik anak

1. Usia Tahun Rasio

Ayah, ibu atau

anak

2. Jenis kelamin [1] Laki-laki

[2] Perempuan

Nominal

3. Urutan kelahiran - Nominal

4. Kelas anak - Nominal

Karakteristik keluarga

1. Usia Tahun Rasio

Ayah atau ibu

2. Besar keluarga Orang Rasio

3. Lama sekolah Tahun Rasio

4. Pekerjaan suami [1]Petani pemilik

[2]Petani bukan

pemilik

Nominal

5. Pekerjaan istri [1] Bekerja

[2]Tidak bekerja Nominal

6. Pendapatan Rupiah/bulan Rasio

Alokasi waktu pengasuhan

orang tua Menit Rasio Ayah dan ibu

Pola asuh ibu

Skor Ordinal Ibu

1. Pola asuh makan

2. Pola asuh hidup sehat

3. Pola asuh akademik

4. Pola asuh sosial emosi

5. Pola asuh moral dan

spiritual

Kesejahteraan anak

Skor Ordinal Anak

1. Dimensi fisik

2. Dimensi psikologis

3. Dimens sosial

4. Dimensi pendidikan

Data sosio demografi desa

- -

BPS pusat, BPS

daerah, dan

arsip desa

Page 21: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

9

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai cara pengukuran dan penilaian

variabel yang digunakan pada penelitian, yaitu:

a. Karakteristik anak

Karakteristik anak diukur dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada

ibu, ayah, atau anak. Pertanyaan tersebut mengenai usia anak, jenis kelamin

anak, urutan kelahiran anak, dan kelas anak.

b. Karakteristik keluarga

Karakteristik keluarga diukur dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

kepada ibu atau ayah. Pertanyaan tersebut meliputi usia, besar keluarga, lama

sekolah, pekerjaan, dan pendapatan.

c. Alokasi waktu pengasuhan orang tua

Pernyataan terkait alokasi waktu pengasuhan orang tua terdiri atas enam

belas butir pernyataan. Pernyataan dimodifikasi oleh peneliti dari Wahini (2012).

Pernyataan merujuk kepada lama waktu yang digunakan ibu dan ayah untuk

melakukan kegiatan pengasuhan. Waktu pengukuran dinyatakan dalam menit.

d. Pola asuh ibu

Kuesioner pola asuh makan, pola asuh hidup sehat dan pola asuh sosial

emosi adalah modifikasi dari Hastuti (2006). Kuesioner pola asuh akademik

adalah modifikasi dari Simanjuntak (2010), dan pola asuh moral dan spiritual

adalah modifikasi dari Mafriana (2003) dan Hastuti (2006). Nilai Cronbach’s

alpha pola asuh sebesar 0.804. Terdapat 42 butir pernyataan dalam pola asuh

yang terbagi menjadi lima dimensi, yaitu pola asuh makan (7 butir pernyataan),

pola asuh hidup sehat (8 butir pernyataan), pola asuh akademik (12 butir

pernyataan), pola asuh sosial emosi (8 butir pernyataan) dan pola asuh moral

dan spiritual (7 butir pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan empat

jawaban, yaitu tidak pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, sering diberi

skor 3, dan selalu diberi skor 4, kecuali pernyataan nomor 6 pada pola asuh

makan dilakukan invers terlebih dahulu. Selanjutnya, total skor masing-masing

dimensi ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, kemudian total skor

masing-masing dimensi yang telah ditransformasikan menjadi indeks

dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah dimensi yang ada yaitu lima dan

didapatkan skor untuk pola asuh ibu. Rumus indeks yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Indeks = x 100

Selanjutnya, untuk menentukan kategori pola asuh ibu menggunakan

interval kelas, dengan rumus:

Interval Kelas (IK) = = 33.33

sehingga diperoleh kategori sebagai berikut:

Kurang baik : 0-33.33

Cukup baik : 33.34-66.67

Baik : 66.68-100.00

Page 22: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

10

e. Kesejahteraan anak

Kuesioner kesejahteraan anak yang digunakan adalah modifikasi dari Moore

et al. (2008) yaitu instrumen Microdata Child Well-Being Index. Kuesioner

kesejahteraan anak terdiri atas 32 butir pernyataan. Kesejahteraan anak diukur

berdasarkan empat dimensi yaitu dimensi fisik (9 butir pernyataan), dimensi

psikologis (6 butir pernyataan), dimensi sosial (11 butir pernyataan), dan dimensi

pendidikan (6 butir pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan dua jawaban,

yaitu untuk “tidak” dan untuk “ya”, kecuali pada pernyataan dimensi fisik

nomor 3, 4, dan 5, dimensi sosial nomor 9, 10 dan 11, dan dimensi pendidikan

nomor 1, 2, dan 3 skornya diinvers terlebih dahulu. Selanjutnya total skor masing-

masing dimensi ditransformasikan ke dalam bentuk indeks. Setelah itu, total skor

indeks masing-masing dimensi dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah dimensi

yang ada yaitu empat dan menghasilkan skor untuk kesejahteraan anak. Rumus

indeks yang digunakan adalah sebagai berikut:

Indeks = x 100

Selanjutnya, untuk kategori kesejahteraan anak dibagi menjadi

dua, yaitu:

Tidak sejahtera : 0% - 74 %

Sejahtera : 75% -100%

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, entrying,

scoring, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara deskriptif dan

inferensia. Berikut adalah analisis yang digunakan:

1. Analisis deskriptif. Analisis ini meliputi rata-rata, standar deviasi, nilai

minimum dan maksimum yang digunakan untuk menggambarkan

karakteristik anak, karakteristik keluarga, alokasi waktu pengasuhan orang

tua, pola asuh ibu, serta kesejahteraan anak.

2. Analisis inferensia, yaitu:

a. Uji beda Independent-sampel t test. Uji ini digunakan untuk

membandingkan rata-rata alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah.

b. Uji korelasi Spearman dan Pearson. Uji korelasi Spearman dan

Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik

keluarga dan anak dengan alokasi waktu pengasuhan orang tua,

karakteristik keluarga dan anak serta alokasi waktu pengasuhan orang

tua dengan pola asuh ibu, karakteristik keluarga dan anak dengan

kesejahteraan anak, dan hubungan antara alokasi waktu pengasuhan

orang tua dan pola asuh ibu dengan kesejahteraan anak. Uji korelasi

Spearman digunakan untuk data dengan skala ordinal sedangkan uji

korelasi Pearson digunakan untuk data dengan skala rasio.

Page 23: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

11

Definisi Operasional

Keluarga petani adalah keluarga lengkap dengan ayah yang memiliki pekerjaan

utama sebagai petani pemilik atau petani non pemilik (petani

penggarap/petani sewa dan buruh tani).

Anak adalah seseorang yang merupakan bagian dari anggota keluarga petani yang

berada pada usia sekolah (6-12 tahun) dan sedang menempuh pendidikan

di tingkat sekolah dasar pada saat dilakukan wawancara.

Usia adalah tahun hidup saat dilakukan wawancara dan dinyatakan dalam satuan

tahun.

Jenis kelamin anak adalah jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki

dan perempuan.

Urutan kelahiran anak adalah kondisi dimana anak lahir menjadi anggota

keluarga sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah, atau anak

bungsu.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu

rumah.

Lama sekolah ibu dan ayah adalah lama sekolah formal yang ditamatkan oleh

ayah dan ibu dalam satuan tahun.

Pekerjaan ayah dan ibu adalah aktivitas ayah dan ibu yang menghasilkan uang

sebagai sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

Pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang dihasilkan oleh anggota

keluarga (ayah, ibu, atau anggota keluarga lainnya) setiap bulan dalam

satuan rupiah.

Alokasi waktu pengasuhan adalah jumlah waktu yang dicurahkan ibu dan ayah

untuk kegiatan pengasuhan kepada anak dan dinyatakan dalam satuan

menit.

Pola asuh adalah cara yang dilakukan ibu dalam menanamkan kebiasaan pada

anak yang terdiri dari pola asuh makan, pola asuh hidup sehat, pola asuh

akademik, pola asuh sosial emosi, dan pola asuh moral dan spiritual.

Pola asuh makan adalah cara pengasuhan yang dilakukan oleh ibu agar anak

dapat memiliki kebiasaan makan yang baik dan bergizi.

Pola asuh hidup sehat adalah cara pengasuhan yang dilakukan oleh ibu kepada

anak untuk mengajarkan dan membiasakan anak agar berperilaku hidup

sehat.

Pola asuh akademik adalah cara pengasuhan yang dilakukan oleh ibu agar anak

dapat mencapai prestasi dalam bidang akademik.

Pola asuh sosial emosi adalah cara pengasuhan yang dilakukan oleh ibu agar

anak memiliki kemampuan berhubungan sosial yang baik dengan orang

lain dan dapat memahami perasaan yang terjadi pada dirinya serta

memahami perasaan orang lain disekitarnya.

Pola asuh moral dan spiritual adalah cara pengasuhan yang dilakukan oleh ibu

terhadap penanaman moral dan spiritual kepada anak.

Kesejahteraan anak adalah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan anak yang dilihat

dari dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi

pendidikan.

Page 24: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

12

Dimensi fisik adalah dimensi kesejahteraan anak yang diukur dari aspek fisik dan

kesehatan yang dilihat secara keseluruhan dan dari kebiasaan hidup sehat

anak.

Dimensi psikologis adalah dimensi kesejahteraan anak yang diukur dari aspek

emosional anak dan bagaimana cara anak berfikir mengenai kemampuan

diri yang dimilikinya.

Dimensi sosial adalah dimensi kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek sosial

anak yang diukur dari keterlibatan anak dan kemampuan anak dalam

bergaul dan berkelompok di lingkungan rumah dan sekolah serta

kemapuan anak untuk dapat berhubungan secara emosional dengan orang

lain.

Dimensi pendidikan adalah dimensi kesejahteraan anak yang dilihat dari aspek

pencapaian pendidikan dan diukur dari kemampuan anak dalam

menangkap materi pelajaran, prestasi, dan dukungan orang tua.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Secara geografis sebelah utara Desa Ciaruteun

Ilir berbatasan dengan Desa Cidokom, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Leuwengkolot, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujug, dan sebelah timur

berbatasan dengan Desa Ciampea. Desa Ciaruteun Ilir memiliki luas 360 Ha dan

memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.108 jiwa dengan 3.104 kepala keluarga.

Sebagian besar penduduk di Desa Ciaruteun Ilir bermatapencaharian sebagai

petani. Jenis komoditas pertanian didominasi oleh komoditas hortikultura seperti

bayam, kangkung, cesin, sawi dan daun bawang. Terdapat empat dusun yang

terbagi atas 10 Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT) di Desa

Ciaruteun Ilir. Selain itu, juga terdapat 10 kampung di Desa Ciaruteun Ilir, yaitu

Kampung Pabuaran, Kampung Tegal Salam, Kampung Ciaruteun Ilir, Kampung

Munjul, Kampung Tutul, Kampung Muarajaya, Kampung Wangunjaya, Kampung

Cikarang, Kampung Padati Mondok, dan Kampung Bubulak.

Karakteristik Keluarga dan Anak

Hasil penelitian menunjukan lebih dari separuh ayah (55.1%) berada pada

kategori usia dewasa madya sedangkan lebih dari separuh ibu (70.8%) berada

pada kategori dewasa awal. Pengkategorian usia ayah dan ibu berdasarkan Papalia

dan Old (1981), dimana terdapat 3 kategori usia dewasa, yaitu dewasa awal (21-

40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun). Pada

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata lama pendidikan ibu dan ayah adalah 5.60

dan 5.44 tahun (tidak tamat Sekolah Dasar). Tingkatan sekolah yang paling

banyak ditempuh oleh ayah dan ibu adalah SD, yaitu terdapat 42.7 persen ayah

dan 53.9 persen ibu merupakan tamatan SD. Besar keluarga responden rata-rata

empat orang dalam satu keluarga. Rata-rata pendapatan keluarga per kapita per

Page 25: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

13

bulan sebesar Rp626 472.1. Apabila merujuk pada garis kemiskinan daerah

pedesaan di Indonesia pada Bulan Maret 2013, yaitu sebesar Rp253 273 per kapita

per bulan, dari 89 keluarga terdapat 17 keluarga yang terkategori miskin dan 72

keluarga yang terkategori tidak miskin.

Ayah yang berstatus sebagai petani pemilik sebanyak 56.2 persen,

penggarap/sewa sebanyak 38.2 persen, dan sisanya (5.6%) berstatus sebagai buruh

tani. Selain memiliki pekerjaan utama pada sektor pertanian, lebih dari separuh

ayah juga memiliki pekerjaan tambahan diluar sektor pertanian. Terdapat 57.3

persen ayah memiliki pekerjaan tambahan seperti pedagang, buruh bangunan,

ojeg, supir, peternak dan pengontrakkan lahan. Rata-rata penghasilan yang didapat

ayah dari pekerjaan tambahan sebesar Rp1 223 011 per bulan. Hal ini masih lebih

rendah jika dibandingkan dengan rata-rata penghasilan utama yang dimiliki ayah

yaitu sebesar Rp1 709 202 per bulan. Selain itu, ada pula ibu yang turut bekerja

untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Terdapat 69.7 persen ibu yang

bekerja, 77.4 persen ibu bekerja pada sektor pertanian dan 22.6 persen ibu bekerja

di luar sektor pertanian yang terdiri atas karyawan konveksi, pedagang, sales

perabotan rumah tangga, dukun melahirkan, Pembantu Rumah Tangga (PRT),

guru, dan kader Posyandu. Rata-rata pendapatan yang dihasilkan ibu bekerja yaitu

sebesar Rp653 429.6 per bulan. Ibu yang bekerja di sektor pertanian melakukan

kegiatan seperti mengikat sayur dan membantu ayah di kebun.

Tabel 2 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi

karakteristik keluarga dan karakteristik anak Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± SD

Karakteristik

keluarga

Usia ayah (tahun) 28 63 42.10 ± 7.64

Usia ibu (tahun) 24 61 37.17 ± 7.34

Lama pendidikan ayah

(tahun)

0 12 5.44 ± 2.48

Lama pendidikan ibu

(tahun)

0 12 5.60 ± 2.12

Besar keluarga (orang) 3 9 4.70 ± 1.23

Pendapatan keluarga

(Rp/bulan/kapita)

112 666.67 2 314 583 626 472.10 ± 453 116.40

Karakteristik anak

Usia anak (tahun) 6 12 9.85 ± 1.61

Kelas anak 1 6 3.53 ± 1.70

Urutan kelahiran anak

(anak ke- )

1 4 3.09 ± 0.92

Karakteristik anak terdiri atas jenis kelamin, usia anak, urutan kelahiran

anak dan tingkatan kelas anak. Usia anak berkisar antara 6-12 tahun dengan rata-

rata usia anak adalah 9 tahun. Jumlah anak laki-laki (50.6%) lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan (49.4%). Pada Tabel 2 rata-rata anak merupakan

anak ketiga dalam keluarga dan rata-rata anak berada pada kelas 3 SD. Persentase

terbesar sebaran tingkatan kelas anak yaitu berada pada kelas 4 SD.

Page 26: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

14

Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua

Alokasi waktu pengasuhan orang tua dilihat dari waktu yang diluangkan

oleh ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara alokasi waktu pengasuhan ibu

dan ayah (Tabel 3). Rata-rata alokasi waktu pengasuhan ayah adalah 90.6 menit

per hari sedangkan ibu 120.8 menit per hari.

Ayah memiliki waktu antara 0 sampai 360 menit per hari untuk kegiatan

pengasuhan. Curahan waktu untuk kegiatan pengasuhan yang paling banyak

dilakukan oleh ayah adalah pada kegiatan mengobrol bersama anak di waktu

senggang. Terdapat 95.5 persen ayah yang melakukan kegiatan mengobrol

bersama anak di waktu senggang dengan rata-rata waktu 42.2 menit per hari

(Tabel 3). Selain itu, ada pula kegiatan pengasuhan yang tidak sama sekali

dilakukan oleh seluruh ayah, yaitu kegiatan menyuapi anak pada saat makan siang

dan menemani anak saat tidur siang. Terdapat satu orang ayah yang tidak

meluangkan waktunya sama sekali untuk kegiatan pengasuhan. Hal ini

dikarenakan bahwa ayah merasa sudah ada ibu yang dapat melakukan kegiatan

pengasuhan sehingga ayah lebih memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk

bekerja, beristirahat dan bergaul dengan tetangga. Kegiatan yang memdapatkan

alokasi waktu paling sedikit dari ayah yaitu kegiatan memandikan anak pada pagi

hari (1.1%), menyuapi anak ketika sarapan (1.1%), memandikan anak pada saat

sore hari (1.1%), dan menyuapi anak makan sore atau makan malam (1.1%).

Ibu memiliki waktu antara 4 sampai 330 menit per hari untuk kegiatan

pengasuhan. Kegiatan pengasuhan yang curahan waktunya paling banyak

diluangkan oleh ibu adalah kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang

dengan rata-rata waktu 52.60 menit per hari. Terdapat 96.6 persen ibu yang

melakukan kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang (Tabel 3).

Kegiatan pengasuhan yang tidak pernah dilakukan oleh seluruh ibu adalah

kegiatan menemani anak tidur siang, sedangkan kegiatan pengasuhan yang paling

sedikit mendapatkan curahan waktu dari ibu adalah kegiatan menjemput anak

sekolah (1.1%) dan menyuapi anak pada saat makan siang (1.1%).

Selain itu, kegiatan-kegiatan pengasuhan lain yang alokasi waktunya banyak

dilakukan oleh ayah dan ibu yaitu mengajarkan pengetahuan tentang agama,

mengajarkan anak mengenai keterampilan, dan menemani anak belajar. Terdapat

lebih dari separuh ibu (66.3%) dan ayah (65.2%) yang melakukan kegiatan

mengajarkan pengetahuan tentang agama. Kegiatan mengajarkan anak mengenai

keterampilan dilakukan oleh 60.7 persen ibu dan 56.2 persen ayah. Lebih dari

separuh ibu (65.2%) dan kurang dari separuh ayah (46.1%) melakukan kegiatan

menemani anak belajar.

Kegiatan mengajarkan pengetahuan tentang agama, bermain bersama anak

di rumah, mengantar anak ke sekolah, dan menjemput anak ke sekolah lebih

didominasi oleh ayah. Kegiatan memandikan anak pada pagi hari, menyuapi anak,

menyisirkan atau menguncir rambut anak, menemani anak belajar,

mendongengkan cerita pada anak, menemani anak tidur malam, dan mengajarkan

anak mengenai keterampilan dan membimbing anak dalam mengerjakan PR lebih

banyak dilakukan oleh ibu dibandingkan dengan ayah.

Page 27: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

15

Tabel 3 Rataan alokasi waktu pengasuhan ayah dan ibu berdasarkan jenis kegiatan

No. Kegiatan pengasuhan

Ayah Ibu

Melakukan

(%)

Waktu

(menit/hari)

Melakukan

(%)

Waktu

(menit/hari)

1. Memandikan anak pada

pagi hari

1.1 3.0 14.6 11.6

2. Menyuapi anak saat

sarapan

1.1 1.0 21.3 12.9

3. Menyisirkan atau

menguncir rambut anak

5.6 2.5 38.2 2.4

4. Mengantarkan anak ke

sekolah

12.4 8.4 3.4 9.0

5. Menjemput anak ke sekolah 6.7 10.3 1.1 10.0

6. Menyuapi anak makan

siang

0.0 0.0 1.1 10.0

7. Memandikan anak pada

sore hari

1.1 5.0 10.1 8.5

8. Menemani anak belajar 46.1 24.5 65.2 31.9

9. Mendongengkan cerita

kepada anak

12.4 16.6 12.4 21.2

10. Menyuapi anak makan

malam atau sore

1.1 3.0 10.1 10.0

11. Menemani anak tidur

malam

14.6 21.4 27.0 13.6

12. Mengobrol bersama di

waktu senggang

95.5 42.2 96.6 52.6

13. Bermain bersama anak di

rumah.

24.7 30.3 15.7 42.7

14. Mengajarkan pengetahuan

tentang agama kepada anak

sesuai dengan kepercayaan

di dalam keluarga

65.2 25.6 66.3 23.8

15. Mengajarkan anak

mengenai keterampilan

(membaca, menulis dan

berhitung) dan

membimbing dalam

mengerjakan PR.

56.2 13.6 60.7 20.7

Rata-rata alokasi waktu

pengasuhan 89 90.6 89 120.8

p-value 0.007** ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Pola Asuh Ibu

Pola asuh ibu dalam penelitian ini meliputi dimensi pola asuh makan, pola

asuh hidup sehat, pola asuh akademik, pola asuh sosial emosi, dan pola asuh

moral dan spiritual. Hasil penelitian menunjukan bahwa 74.2 persen ibu memiliki

pola asuh yang cukup baik dan 25.8 persen ibu memiliki pola asuh yang baik

(Tabel 4). Pola asuh yang cukup baik adalah ketika hal-hal yang baik dalam

pengasuhan belum dilakukan oleh ibu secara optimal sedangkan pola asuh yang

Page 28: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

16

baik yaitu ketika hal-hal yang baik dalam pengasuhan sudah diterapkan oleh ibu

kepada anak secara optimal. Skor rata-rata indeks pola asuh yaitu 60.52 dengan

skor indeks terendah sebesar 35.40 dan skor indeks tertinggi sebesar 87.10.

Tabel 4 menunjukkan skor rata-rata dimensi pola asuh makan sebesar 62.49.

Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat ibu yang memiliki pola asuh yang

kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya ibu yang membiarkan anak

apabila anak sedang tidak nafsu makan (47.2%) dan jarangnya ibu membiasakan

anak untuk konsumsi buah (40.4%). Ibu yang memiliki pola asuh makan yang

kurang baik yaitu ibu yang memiliki lama sekolah kurang dari 6 tahun (tidak

tamat SD) dan termasuk dalam kategori keluarga miskin. Selain itu, terdapat 29.2

persen ibu yang sudah memiliki pola asuh yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan

ibu yang membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan yang mengandung

protein hewani (88.8%) dan nabati (41.6%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata dimensi pola asuh hidup

sehat yaitu sebesar 56.18. Pada dimensi pola asuh hidup sehat terdapat 10.1 persen

ibu terkategori memiliki pola asuh yang kurang baik. Hal ini karena 10.1 persen

ibu tersebut tidak membiasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan, tidak pernah mengajak anak olahraga seminggu sekali dan tidak

membatasi waktu anak untuk menonton televisi. Ibu yang memiliki pola asuh

yang kurang baik merupakan ibu yang tidak tamat SD (44.4%), 44.4 persen tamat

SD, dan 11.1 persen ibu tamatan SMA sederajat. Selain itu, sebagian besar anak

yang memiliki ibu dengan pola asuh kurang baik merupakan anak dengan usia tua,

88.9 persen anak berusia 9 sampai dengan 12 tahun dan 11.1 persen berusia 8

tahun.

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa selain dimensi pola asuh hidup

sehat, dimensi pola asuh akademik juga memiliki skor rata-rata yang rendah yaitu

sebesar 56.09. Pada dimensi ini, terdapat 3.4 persen ibu yang terkategori memiliki

pola asuh yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan ibu tidak menentukan

waktu belajar anak pada saat di rumah, ibu tidak pernah menanyakan hasil

pelajaran sekolah anak, dan ibu tidak pernah membantu atau mengajari anak

dalam mengulang pelajaran. Tingkat pendidikan yang ditempuh ibu paling tinggi

yaitu tidak tamat SD (66.7%) sisanya adalah tamat SD (33.3%).

Dimensi pola asuh sosial emosi memiliki skor rata-rata indeks terbesar

dibandingkan dimensi yang lainnya, yaitu sebesar 64.23. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pola asuh sosial emosi ibu sudah cukup baik (61.8%). Hal ini

ditunjukkan dengan seringnya ibu mengajarkan kepada anak untuk meminta izin

terlebih dahulu jika ingin meminjam sesuatu atau barang kepada orang lain

(49.4%), meminta maaf bila salah (49.4%), mengungkapkan yang dirasakan

(47.2%), dan bekerja sama (40.4%). Hanya terdapat 1.1 persen ibu yang memiliki

pola asuh yang kurang baik yaitu keluarga yang terkategori keluarga sedang yang

memiliki besar keluarga sebanyak 7 orang. Selain itu, usia ibu termasuk dalam

usia dewasa madya (50 tahun).

Berdasarkan hasil pada Tabel 4 skor rata-rata dimensi pola asuh moral

spiritual sebesar 63.62. Hasil penelitian menunjukan bahwa dimensi pola asuh

moral spiritual yang dilakukan oleh ibu termasuk dalam kategori cukup baik

(61.8%). Akan tetapi, masih terdapat 3.4 persen ibu yang memiliki pola asuh yang

kurang baik. Hal ini karena 3.4 persen ibu belum mengajarkan kepada anak

mengenai konsep ikhlas secara sederhana seperti tidak meminta imbalan atas

Page 29: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

17

bantuan yang telah diberikan dan belum mengenalkan sifat-sifat baik yang disuka

oleh Tuhan, seperti sikap saling memaafkan antar sesama.

Tabel 4 Sebaran dimensi pola asuh ibu berdasarkan kategori pola asuh Dimensi

pola asuh

Kategori pola asuh ibu Skor

rata-rata±sd Kurang baik

(0-33.33)

Cukup baik

(33.34-66.67)

Baik

(66.68-100)

n % n % n %

Makan 2 2.3 61 68.5 26 29.2 62.49±15.77

Hidup sehat 9 10.1 57 64.0 23 25.9 56.18±16.60

Akademik 3 3.4 73 82.0 13 14.6 56.09±13.40

Sosial emosi 1 1.1 55 61.8 33 37.1 64.23±13.77

Moral spiritual 3 3.4 55 61.8 31 34.8 63.62±15.96

Pola asuh total 0 0.0 66 74.2 23 25.8 60.52±09.98

Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak merupakan luaran yang dimiliki oleh anak dari proses

pengasuhan orang tua. Pada penelitian ini, kesejahteraan anak meliputi empat

dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi

pendidikan. Tabel 5 menunjukkan bahwa kurang dari separuh anak (46.1%)

terkategori tidak sejahtera dan sisanya terkategori sejahtera (53.9%). Skor rata-

rata kesejahteraan anak sebesar 75.17 dengan skor terendah 50.25 dan skor

tertinggi 90.28.

Terdapat 38.2 persen anak yang terkategori tidak sejahtera pada dimensi

fisik (Tabel 5). Hal ini digambarkan dari seluruh anak tidak ada yang rutin

melakukan kontrol kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali dan seluruh anak hanya

melakukan olahraga satu minggu sekali, yaitu pada jam pelajaran Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) di sekolah. Anak yang terkategori tidak

sejahtera pada dimensi fisik memiliki ayah dengan alokasi waktu pengasuhan

yang sedikit. Ayah meluangkan waktu untuk pengasuhan rata-rata 70.51 menit per

hari, sedangkan anak yang terkategori sejahtera rata-rata mendapatkan waktu

pengasuhan dari ayah sebanyak 103.03 menit per hari.

Pada dimensi psikologis hampir seluruh anak (93.3%) termasuk dalam

kategori sejahtera. Hal ini dikarenakan anak dapat menunjukkan emosi yang

dirasakan dengan perbuatan (84.3%) dan anak percaya akan kemampuan dirinya

(82.0%). Hanya terdapat 6.7 persen anak yang termasuk dalam kategori tidak

sejahtera pada dimensi psikologis. Anak yang terkategori tidak sejahtera memiliki

ibu yang sebagian besar (83.33%) memiliki lama pendidikan 6 tahun dan sisanya

memiliki lama pendidikan 4 tahun. Selain itu, lebih dari separuh anak (66.67%)

termasuk dalam keluarga yang memiliki anak lebih dari empat.

Dimensi sosial memiliki lebih dari separuh anak (70.8%) yang termasuk ke

dalam kategori sejahtera dan sisanya terkategori tidak sejahtera (29.2%). Hal yang

menunjukkan bahwa anak memiliki kesejahteraan pada dimensi sosial antara lain

adalah anak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua (96.6%), anak izin

ketika ingin keluar rumah (83.1%), dan anak dapat bergaul dengan teman

seusianya (98.9%). Sementara itu, hal yang menunjukkan ketidaksejahteraan anak

pada dimensi sosial adalah masih terdapat lebih dari separuh anak (62.9%) yang

Page 30: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

18

suka mengejek temannya. Hal ini mengakibatkan anak sering bertengkar dan

dijauhi oleh temannya.

Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak (80.9%) pada dimensi

pendidikan merupakan anak yang terkategori sejahtera dan sisanya terkategori

tidak sejahtera (19.1%). Anak yang terkategori tidak sejahtera adalah anak yang

mengalami kesulitan dalam belajar seperti pemahaman anak dalam menerima

pelajaran di sekolah. Selanjutnya, hal yang menunjukkan kesejahteraan anak

adalah terdapat lebih dari separuh anak (53.9%) yang memiliki waktu untuk

membaca dalam sehari.

Tabel 5 Sebaran dimensi kesejahteraan anak berdasarkan kategori Dimensi Kategori kesejahteraan anak Rataan±sd

Tidak sejahtera (< 75%) Sejahtera (≥ 75%)

n % n %

Fisik 34 38.2 55 61.8 72.56±07.44

Psikologis 6 6.7 83 93.3 56.44±16.83

Sosial 26 29.2 64 70.8 90.22±12.45

Pendidikan 17 19.1 72 80.9 46.44±12.50

Total 41 46.1 48 53.9 75.17±07.65 Sumber: Modifikasi dari Moore et al. 2008

Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan alokasi waktu

pengasuhan orang tua

Berdasarkan Tabel 6, lama sekolah ibu berhubungan positif signifikan

dengan alokasi waktu pengasuhan ibu (r=0.231;p=0.029). Artinya, semakin lama

sekolah ibu maka alokasi waktu untuk pengasuhan akan semakin lama pula. Pada

variabel karakteristik anak (jenis kelamin dan usia anak) tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ibu.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa usia ibu memiliki hubungan negatif

sangat signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.296;p=0.005).

Artinya semakin tua usia ibu maka alokasi waktu yang diluangkan ayah untuk

pengasuhan anak akan semakin sedikit. Selanjutnya, lama sekolah ayah memiliki

hubungan positif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah

(r=0.253;p=0.017). Artinya, semakin lama sekolah ayah maka alokasi waktu

untuk kegiatan pengasuhan yang dilakukan ayah akan semakin lama pula. Lama

sekolah ibu memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan alokasi waktu

pengasuhan ayah (r=0.282;p=0.007). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama

sekolah ibu maka alokasi waktu untuk kegiatan pengasuhan yang dilakukan ayah

akan semakin lama pula. Selain itu, pekerjaan ayah memiliki hubungan negatif

signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.240;p=0.023). Artinya,

ayah yang merupakan petani pemilik memiliki waktu yang sedikit untuk kegiatan

pengasuhan. Usia anak juga memiliki hubungan yang negatif sangat signifikan

dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.277;p=0.009). Hal ini berarti

semakin tua usia anak maka alokasi waktu pengasuhan yang diluangkan oleh ayah

akan semakin sedikit.

Page 31: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

19

Tabel 6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak

dengan alokasi waktu pengasuhan orang tua Variabel Alokasi waktu pengasuhan orang tua

Ibu Ayah

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) 0.038 -0.201

Usia ibu (tahun) 0.039 -0.296 **

Lama sekolah ayah (tahun) 0.065 0.253 *

Lama sekolah ibu (tahun) 0.231 * 0.282 **

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik,

1=petani pemilik)

-0.040 -0.240 *

Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja,

1=bekerja)

0.080 -0.094

Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada,

1=ada)

0.065 0.109

Besar keluarga (orang) 0.054 0.001

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) -0.105 -0.056

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1=

perempuan)

-0.003 -0.053

Usia anak (tahun) -0.177 -0.277 ** Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak serta alokasi waktu

pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu

Tabel 7 menunjukkan nilai koefisien korelasi antara karakteristik keluarga

dan karakteristik anak serta alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh

ibu. Pada Tabel 7 lama sekolah ibu berhubungan positif signifikan dengan pola

asuh ibu (r=0.217;p=0.042). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama sekolah

ibu maka semakin baik pola asuh yang diterapkan oleh ibu kepada anaknya.

Selanjutnya, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pekerjaan tambahan ayah

memiliki hubungan yang positif sangat signifikan dengan pola asuh ibu

(r=0.273;p=0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ayah yang memiliki pekerjaan

tambahan mempunyai istri dengan pola asuh yang lebih baik. tidak terlihat adanya

hubungan yang signifikan antara karakteristik anak (jenis kelamin dan usia anak)

dengan pola asuh ibu.

Selain itu, hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa alokasi waktu

pengasuhan ibu berhubungan positif signifikan dengan pola asuh ibu

(r=0.253;p=0.017). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki waktu

pengasuhan yang banyak memiliki pola asuh yang lebih baik. Hasil uji korelasi

juga menunjukkan bahwa alokasi waktu pengasuhan ayah memiliki hubungan

yang positif sangat signifikan pola asuh ibu (r=0.373;p=0.000). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin banyak ayah mengalokasikan waktunya untuk

pengasuhan maka pola asuh ibu juga akan semakin baik.

Page 32: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

20

Tabel 7 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak

serta alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu Variabel Pola asuh ibu

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) -0.084

Usia ibu (tahun) -0.073

Lama sekolah ayah (tahun) 0.130

Lama sekolah ibu (tahun) 0.217 *

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik, 1=petani

pemilik)

-0.080

Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) -0.027

Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada, 1=ada) 0.273 **

Besar keluarga (orang) 0.031

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 0.083

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1= perempuan) -0.076

Usia anak (tahun) 0.032

Alokasi waktu pengasuhan orang tua

Alokasi waktu pengasuhan ibu 0.253 *

Alokasi waktu pengasuhan ayah 0.373 ** Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan kesejahteraan

anak

Pada Tabel 8, jenis kelamin anak dan usia anak memiliki hubungan tidak

signifikan dengan kesejahteraan anak. Jenis kelamin anak memiliki hubungan

yang positif tidak signifikan dengan kesejahteraan anak. Selanjutnya, usia anak

berhubungan negatif tidak signifikan dengan kesejahteraan anak.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak

dengan kesejahteraan anak Variabel Kesejahteraan anak

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) -0.098

Usia ibu (tahun) -0.044

Lama sekolah ayah (tahun) 0.145

Lama sekolah ibu (tahun) 0.156

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik, 1=petani pemilik) -0.012

Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) 0.003

Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada, 1=ada) 0.043

Besar keluarga (orang) 0.050

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 0.030

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1= perempuan) 0.178

Usia anak (tahun) -0.050 Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Page 33: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

21

Hubungan antara alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola asuh ibu

dengan kesejahteraan anak

Pada Tabel 9 alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah berhubungan tidak

signifikan dengan kesejahteraan anak. Hanya variabel pola asuh ibu yang

memiliki hubungan dengan kesejahteraan anak. Pada pola asuh ibu terdapat

hubungan yang positif signifikan dengan kesejahteraan anak (r=0.257;p=0.015).

Artinya, semakin baik pola asuh yang dilakukan oleh ibu maka akan semakin

tinggi tingkat kesejahteraan anaknya.

Tabel 9 Koefisien korelasi antara alokasi waktu pengasuhan orang tua

dan pola asuh ibu dengan kesejahteraan anak Variabel Kesejahteraan anak

Alokasi waktu pengasuhan orang tua

- Alokasi waktu pengasuhan ibu 0.146

- Alokasi waktu pengasuhan ayah 0.206

Pola asuh ibu 0.257 * Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Pembahasan

Waktu merupakan salah satu komponen investasi anak (Bryant & Zink

2006). Pada pelaksanaan pengasuhan, waktu menjadi sumber daya yang dimiliki

orang tua. Alokasi waktu pengasuhan adalah waktu yang diluangkan oleh orang

tua untuk melakukan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan yang baik dari orang tua

dapat menjadikan anak berkembang dengan baik pula. Selain ibu, ayah juga

memiliki tanggung jawab yang sama dalam pengasuhan agar anak dapat mencapai

perkembangan fisik, komunikasi, kognisi dan sosial secara optimal (Briawan &

Herawati 2005). Meskipun demikian, tetap terdapat pembagian peran ayah dan

ibu yang spesifik sesuai dengan kodratnya masing-masing.

Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata alokasi

waktu yang disediakan oleh ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan. Alokasi

waktu yang diluangkan ibu (2 jam 1 menit) untuk kegiatan pengasuhan anak lebih

lama dibandingkan dengan alokasi waktu yang diluangkan oleh ayah (1 jam 31

menit). Hal ini karena ibu memiliki waktu di rumah lebih banyak dibandingkan

dengan ayah. Pada penelitian ini semua ayah adalah pencari nafkah utama di

sektor publik sedangkan ibu yang bekerja di sektor publik terdapat 69.7 persen

dan sisanya (30.3%) merupakan ibu yang tidak bekerja.

Temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori struktural fungsional yang

menyatakan terdapat fungsi-fungsi yang harus dijalankan dengan baik didalam

keluarga (Megawangi 1999). Salah satu fungsi yang harus dijalankan oleh

keluarga yaitu fungsi suami sebagai pencari nafkah utama dan istri sebagai

pengurus rumah tangga. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian

Del Boca et al. (2003) yang menyatakan bahwa rata-rata ibu di Negara Eropa

(Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, dan Portugal)

menghabiskan waktu untuk kegiatan pengasuhan lebih lama dibandingkan dengan

ayah. Ibu menghabiskan waktu 4 jam 45 menit per hari sedangkan ayah

menghabiskan 2 jam 30 menit per hari untuk kegiatan pengasuhan.

Page 34: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

22

Pemanfaatan waktu untuk kegiatan pengasuhan merupakan tindakan

merealisasikan konsep yang dimiliki orang tua tentang bagaimana cara mengasuh,

mendidik, dan memelihara anak yang mereka miliki. Pengasuhan memiliki

beberapa pola yang menunjukan adanya hubungan dari satu aspek dengan aspek

yang lainnya. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada kehidupan anak di masa

yang akan datang. Pola asuh adalah teknis dari suatu praktik pengasuhan yang

mencakup pengasuhan makan, pola hidup sehat, akademik sosial emosi, dan pola

asuh moral spiritual (Hastuti 2009). Pola asuh merupakan pedoman bagi orang tua

mengenai bagaimana cara mengasuh anak agar anak memiliki luaran yang sesuai

dengan harapan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar.

Pada penelitian ini hanya 25.8 persen anak yang memiliki ibu dengan pola

asuh yang baik dan 74.2 persen ibu memiliki pola asuh yang cukup baik. Dimensi

akademik merupakan dimensi yang memiliki persentase ibu dengan pola asuh

baik paling rendah. Hal ini karena masih terdapat 71.9 persen ibu yang tidak

menentukan waktu belajar anak dan terdapat 38.2 persen ibu yang tidak

membantu dan mengajari anak dalam mengulang pelajaran sekolah. Padahal, pada

usia sekolah anak memerlukan stimulus untuk mengasah potensi akademik yang

dimilikinya agar keterampilan anak juga akan semakin meningkat. Menurut

Havighurst, salah satu tugas perkembangan masa kanak-kanak adalah

mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar (Hurlock 1980). Keterampilan

dasar anak usia sekolah meliputi membaca, menulis, berhitung dan, memahami

pelajaran. Selain itu, Piaget (Santrock 2012) juga menyatakan bahwa anak

memasuki sebuah tahap perkembangan kognitif yang baru di masa kakak-kanak

pertengahan dan akhir (7-11 tahun).

Perawatan merupakan cakupan dari interaksi dalam pengasuhan. Perawatan

tersebut seperti mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan

melindungi, maupun sosialisasi. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan tingkah laku

umum yang diterima oleh masyarakat (Wahyuning et al. 2003). Interaksi yang

terjadi antara orang tua dan anak akan membantu meningkatkan kesejahteraan

anak. Anak yang memiliki interaksi yang baik dengan keluarga akan memiliki

kesejahteraan yang baik pula. Menurut Moore et al. (2008) kesejahteraan anak

artinya anak telah memiliki status biologis individu (kesehatan secara keseluruhan

dan fungsinya, serta gaya hidup sehat), kesehatan psikologis (bagaimana individu

berpikir tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka menangani dan

mengatasi situasi dan menjadi bebas dari masalah yang ada), kesehatan sosial

(mengacu pada kemampuan bergaul dalam ekologi sosial, termasuk keterampilan

dasar, keterlibatan dalam kegiatan yang konstruktif, kemampuan untuk dapat

berhubungan secara emosional dengan orang dan teman-teman), dan pendidikan

atau intelektual (keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan seorang

anak untuk belajar, mengingat, alasan memadai untuk usia mereka, mampu

menerapkan keterampilan kognitif untuk menjadi produktif dan terlibat di

sekolah) yang baik.

Terdapat 46.1 persen anak yang termasuk dalam kategori tidak sejahtera dan

53.9 persen anak yang terkategori sejahtera. Beberapa indikator yang belum

terpenuhi oleh anak adalah anak mengalami kesulitan belajar (89.9%), anak suka

mengejek temannya (62.9%), dan anak hanya melakukan olahraga satu minggu

sekali (100%). Hasil di lapang menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang dialami

anak karena anak merasa sulit untuk menerima pelajaran yang disampaikan oleh

Page 35: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

23

guru. Selanjutnya, kebiasaan anak mengejek menjadikan anak dijauhi oleh teman-

temannya dan dianggap sebagai anak yang nakal. Padahal menurut Havighurst

belajar menyesuaikan diri dengan teman seusia merupakan salah satu tugas

perkembangan masa kanak-kanak (Hurlock 1980).

Temuan lain dari penelitian ini adalah bahwa orang tua (ibu dan ayah)

dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki alokasi waktu pengasuhan

yang lebih banyak. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan yang ditempuh

orang tua dapat menentukkan cara berfikir dan pemahaman orang tua akan sesuatu

hal. Idealnya, semakin tinggi sekolah yang ditempuh maka akan semakin

memperkaya pengetahuan. Selain itu, semakin tinggi tingkatan sekolah ibu maka

akan semakin tinggi pula alokasi waktu pengasuhan ayah kepada anak.

Selanjutnya, ayah yang berstatus sebagai petani pemilik memiliki alokasi

waktu pengasuhan lebih sedikit dibandingkan dengan ayah yang bukan seorang

petani pemilik. Hasil lapang menunjukkan bahwa lebih banyak petani pemilik

yang memiliki anak dengan usia tua dibandingkan dengan petani yang bukan

pemilik. Hasil ini berkorelasi dengan usia anak, artinya semakin tua usia anak

maka alokasi waktu pengasuhan ayah kepada anak akan semakin berkurang. Hasil

ini diperkuat oleh teori ekonomi keluarga (Bryant & Zink 2006) yang

menyebutkan bahwa semakin meningkatnya usia anak maka investasi terhadap

waktu akan semakin menurun sedangkan investasi terhadap uang akan semakin

meningkat. Semakin tua usia ibu maka alokasi waktu pengasuhan ayah akan

semakin berkurang. Bertambahnya usia ibu akan menambah pengalaman

mengenai kegiatan pengasuhan, hal ini dapat menjadikan alasan ayah lebih

mempercayai kegiatan pengasuhan kepada ibu.

Ibu dengan pendidikan yang tinggi memiliki pola asuh yang lebih baik

dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Selanjutnya, ibu yang

mengalokasikan lebih banyak waktunya untuk pengasuhan akan memiliki pola

asuh yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan yang

lebih tinggi memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai pola asuh sehingga

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya berupa waktu untuk kegiatan

pengasuhan. Sementara itu, ayah yang memiliki pekerjaaan tambahan memiliki

istri dengan pola asuh yang lebih baik. Hal ini dapat terjadi karena minimnya

waktu yang dimiliki ayah untuk turut serta dalam menanamkan kepribadian

kepada anak menyebabkan ibu menjadi lebih dominan dalam melakukan praktik

pengasuhan guna membentuk pribadi anak yang baik. Selain itu, semakin banyak

ayah mencurahkan waktunya untuk kegiatan pengasuhan maka akan semakin baik

pula pola asuh yang diterapkan oleh ibu. Alokasi waktu pengasuhan ayah yang

meningkat memungkinkan mendukung ibu untuk menerapkan pola asuh yang

lebih baik. dalam hal ini adanya kerja sama antara ayah dan ibu akan

mengoptimalkan perkembangan anak.

Hasil penelitian Asih (2012) menyatakan bahwa anak perempuan memiliki

kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki, karena anak

perempuan lebih bisa mengembangkan komponen kesejahteraannya pada usia ini.

Pada penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara jenis kelamin anak

dengan kesejahteraan anak tetapi hubungannya tidak signifikan. Selanjutnya, hasil

penelitan Moore et al. (2008) menyatakan bahwa anak usia muda memiliki

kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan anak usia tua. Lain dengan,

hasil pada penelitian ini yang hanya menunjukkan hubungan yang negatif antara

Page 36: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

24

usia anak dengan kesejahteraan anak akan tetapi tidak signifikan. Apabila dilihat

dari tugas perkembangan menurut Havighurst maka semakin tua usia anak maka

tugas perkembangannya akan semakin banyak sehingga semakin sulit untuk

mencapai kesejahteraan.

Pola asuh memiliki hubungan positif signifikan dengan kesejahteraan anak,

semakin baik pola asuh yang dilakukan oleh ibu maka akan semakin tinggi tingkat

kesejahteraan anaknya. Ketika ibu menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam praktik

pengasuhan akan membentuk kepribadian anak yang baik juga sehingga anak

akan merasa percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, secara

tidak langsung pendidikan yang dimiliki oleh ibu memiliki hubungan yang positif

dengan kesejahteraan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki

pola asuh yang baik, dari pola asuh yang baik akan menciptakan anak yang

sejahtera. Sejalan dengan penelitian Philips (2002) yang menyatakan bahwa

pendidikan orang tua berpengaruh terhadap luaran anak. Anak yang berasal dari

orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya akan memiliki kualitas

dan kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang berasal dari orang tua

yang berpendidikan rendah. Sementara itu, alokasi waktu pengasuhan ibu dan

ayah hanya menunjukkan hubungan positif tetapi tidak signifikan dengan

kesejahteraan anak.

Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini pengukuran kesejahteraan anak melibatkan responden

anak berusia 6-12 tahun. Rentang usia tersebut cukup jauh sehingga berpotensi

terjadinya perbedaan pemahaman berkaitan dengan variabel yang diukur kepada

anak. Selain itu, kemampuan berkomunikasi anak dengan situasi rentang usia

yang jauh juga beragam.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada keluarga petani, ibu lebih banyak mengalokasikan waktu pengasuhan

dibandingkan dengan ayah. Rata-rata waktu yang dihabiskan ibu untuk kegiatan

pengasuhan anak adalah 120.8 menit (2 jam 1 menit) per hari dan ayah rata-rata

90.6 menit (1 jam 31 menit) per hari. Pada penelitian ini, hanya ada 25.8 persen

ibu yang memiliki pola asuh yang baik dan sisanya memiliki pola asuh yang

cukup baik (74.2%). Lebih dari separuh anak (53.9%) termasuk dalam kategori

sejahtera dan sisanya terkategori tidak sejahtera (46.1%). Terdapat hubungan

antara alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu. Semakin banyak

waktu yang diluangkan ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan maka pola asuh

ibu akan semakin baik. Pola asuh ibu memiliki hubungan dengan kesejahteraan

anak. Semakin baik pola asuh yang diterapkan oleh ibu maka akan meningkatkan

kesejahteraan anak. Tidak terdapat hubungan antara alokasi waktu pengasuhan

orang tua dengan kesejahteraan anak.

Pola asuh akademik dan pola asuh hidup sehat yang dilakukan oleh ibu

masih belum cukup baik. Ibu perlu diberikan penyuluhan mengenai praktik pola

asuh yang baik. Kehadiran penyuluh dapat membantu para ibu dalam

meningkatkan pengetahuannya mengenai pola asuh. Pemerintah dapat

Page 37: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

25

memberdayakan para kader setempat untuk menjadi penyuluh. Selain itu,

perguruan tinggi juga dapat memanfaatkan lembaga pemberdayaan masyarakat

yang ada guna membantu memberikan sosialisasi akan pentingnya pola asuh yang

baik kepada para ibu. Peningkatan pola asuh ibu diharapkan dapat sejalan dengan

meningkatnya kesejahteraan anak.

Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya menggunakan rentang usia yang lebih

dekat apabila melibatkan anak usia sekolah sebagai responden. Selain itu, anak

juga telah mampu berkomunikasi dengan baik. Selanjutnya, penelitian ini belum

sampai pada meneliti hubungan faktor eksternal anak usia sekolah (lingkungan

rumah dan sekolah) dengan kesejahteraan yang dimiliki anak. Dengan

keterbatasan penelitian ini, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat

memasukkan variabel eksternal anak dalam meneliti kesejahteraan anak usia

sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Afriana H. 2012. Analisis investasi dan kualitas anak pada keluarga nelayan di

Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Asih DSCI. 2012. Pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap kesejahteraan

anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bonke J, Koch-Weser E. 2001. The welfare state and time allocation Denmark,

Italy, France, and Sweden. Welfare distribution working paper (9:2001)

[internet]. [diunduh 2013 Oktober 11]. Tersedia pada:

http:///www.sfi.dk/grapihics/SFI/pdf/working_papers/workingpapers.2001_

9.pdf.

BPS. 2010. Statistik Pendidikan 2009 Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta

(ID): BPS

____. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta (ID): BPS.

Briawan D, Herawati T. 2005. Peran anggota rumah tangga di dalam pengasuhan

pertumbuhan dan perkembangan anak balita [Laporan akhir penelitian studi

kajian wanita]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.

Bryant WK, Zink CD. 2006. The Economic Organization of the Household,

Second Edition. New York (US): Cambridge Univ Pr.

Butar-Butar D. 2008. Analisis sosial ekonomi rumah tangga kaitannya dengan

kemiskinan di pedesaan (studi kasus di Kabupaten Tapanuli Tengah). Jurnal

Perencanaan & pembangunan Wilayah. 4(1).

Del Boca D, Pasqua S, Pronzato C, Wetzels C. 2003. Labour market participation

and motherhood. [Final report the rationale of motherhood choices:

influence of employment conditions and of public policies]. Belgia (BE):

Université Libre de Bruxelles.

Fernandes L, Mendes A, Teixeira AAC. 2010. A review essay on child well-being

measurement: uncovering the paths for future research. FEP working papers

(396:2010): Porto (PT): Universidade De Porto.

Hample K. 2010. Intergenerational transfer of human capital among immigrant

families. Journal Park Place Economist. 18(1).

Page 38: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

26

Hardjanto. 2002. Mutu modal manusia dan pertumbuhan ekonomi human capital

and economic growth. Jurnal Managemen Hutan Tropis. 8(1).

Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Istiwidayanti, Soedjarwo,

Penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Developmental

Psycology.

Hartoyo. 1998. Investing in children: study of rural families in indonesia

[disertasi]. Blacksburg (AS): Virginia Tech University.

Hastuti D. 2009. Pengasuhan: Teori dan Prinsip Serta Aplikasinya di Indonesia.

Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hill SA. 2006. Marriage among African American Women: A Gender

Perspective. Journal of Comparative Family studies. 37(3).

Khomsan A, Anwar F, Hernawati N. Suhanda NS, Oktarina. 2013. Tumbuh

Kembang dan Pola Asuh Anak. Bogor (ID): IPB Press.

Krisnatuti D, Putrid HA. 2012. Gaya pengasuhan orang tua, interaksi serta

kelekatan ayah-remaja, dan kepuasan ayah. Jurnal ilmu keluarga dan

konsumen. 5(2)

Mammen K. 2005 Fathers’ time investments in children: do sons get more?.

Columbia (US): Columbia University.

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda; Sudut Pandang Baru tentang Relasi

Gender. Jakarta (ID): mizan.

Moore KA, Theokas C, Lippman L, Bloch M, Vandivere S,O’hare W 2 A

microdata child well-being index: conceptualization, creation, and findings.

Journal Child Ind Res. (1).

Nurafifah D. 2012. Analisis nilai anak, investasi anak, dan potensi perdagangan

anak (kasus di Kabupaten Subang) [skripsi]. Bogor (IPB): Institut Pertanian

Bogor.

Nurrohmaningtyas S. 2008. Pengaruh gaya pengasuhan dan model sekolah

terhadap kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa sekolah dasar

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Papalia DE, Olds SW. 1981. Human Development. USA (US): McGraw-Hill, Inc.

Philips KR. 2002. Parent work and child well-being in low-income families, urban

institute. Assessing the New Federalism. Occasional paper (56). Washington

DC (AS): The Urban Institute.

Pollard EL, Lee PD. 2002. Child well-being: a systematic review of the literature.

Journal Soc Indicat Resear. 61(1).

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia.

Bogor (ID): IPB Press.

Puspita Y. 2004. Peran ibu dalam pembentukan pola konsumsi pangan keluarga

petani (studi kasus di Desa Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang 2004) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Risda A. 2010. Analisis pendapatan keluarga petani di Desa Binuang Kecamatan

Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar [skripsi]. Padang (ID):

Universitas Andalas.

Santrock JW. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. 1. Shinto BA, Sherly S,

Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence 6th

Edition.

Page 39: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

27

____________. 2012. Life-Spain Development: Perkembangan Masa Hidup 1.

Benedictine W, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Life-Spain

Development 13th

Edition.

Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga

dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima Program Keluarga

Harapan (PKH) [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Simister J. 2005. Unpaid Work in Indonesia: testing Unitary and Bargaining

Theories. Working paper. [internet]. [diunduh 11 Oktober 2013]. Tersedia

pada: www.development-ideas-and-practices.org.

Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan Hati, Tantangan yang Menyenangkan. Jakarta

(ID): PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

______. 2006. Indikator Keluarga sejahtera: Sejarah pengembangan, evaluasi, dan

keberlanjutannya [naskah akademik]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Tambingon HN. 1999. Pola pengasuhan anak berdasarkan gender dalam keluarga

ibu bekerja dan tidak bekerja serta kaitannya dengan status gizi anak balita

(di Kotamadya Manado Propinsi Sulawesi Utara) [thesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Wahini M. 2012. Nilai ekonomi dan non-ekonomi pekerjaan rumah tangga istri

[Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Wahyuning W, Jash, Diana MR. 2003. Mengkomunikasikan Moral kepada Anak.

Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Page 40: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

28

Page 41: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

29

LAMPIRAN

Lampiran 1 Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga

Usia

anak

Usia

ayah

Usia

ibu

Urut

lahir

Lama

sekolah

ayah

Lama

sekolah

ibu

Pekerjaan

ayah

Pekerjaan

ibu

Pekerjaan

tambahan

ayah

Besar

keluarga

Pendapatan/

bulan/ kapita

Jenis kelamin

anak

0.047 0.033 0.084 0.019 0.119 0.089 -0.055 -0.083 -0.072 -0.013 0.015

Usia anak 1 0.235* 0.240

* 0.016 -0.108 0.001 0.065 -0.044 -0.135 -0.002 -0.104

Usia ayah 1 0.794**

0.468**

-0.351**

-0.221* 0.285

** 0.169 -0.153 0.174 -0.012

Usia ibu 1 0.441**

-0.314**

-0.106 0.275**

0.159 -0.316**

0.080 0.003

Urut lahir 1 -0.218* -0.192 0.204

* 0.398

** -0.097 -0.074 0.090

Sekolah ayah 1 0.388**

-0.082 -0.186 0.064 -0.149 0.076

Sekolah ibu 1 -0.037 -0.203* -0.136 -0.018 0.034

Pekerjaan ayah 1 0.009 -0.194 0.050 0.277**

Pekerjaan ibu 1 0.048 -0.050 -0.132

Pekerjaan

tambahan ayah

1 -0.003 0.054

Besar keluarga 1 -0.218*

Page 42: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

30

Lampiran 2 Sebaran persentase jawaban kegiatan pengasuhan ibu dan ayah

No. Kegiatan pengasuhan

Sebaran persentase jawaban kegiatan pengasuhan

ibu dan ayah (n=89 contoh)

Ibu Ayah

Melakukan Tidak melakukan Melakukan Tidak melakukan

n % n % n % n %

1. Memandikan anak pada pagi hari 13 14.6 76 85.4 1 1.1 88 98.9

2. Menyuapi anak saat sarapan 19 21.3 70 78.7 1 1.1 88 98.9

3. Menyisirkan atau menguncir rambut anak 34 38.2 55 61.8 5 5.6 84 94.4

4. Mengantarkan anak ke sekolah 3 3.4 86 96.6 11 12.4 78 87.6

5. Menjemput anak ke sekolah 1 1.1 88 98.9 6 6.7 83 93.3

6. Menyuapi anak makan siang 1 1.1 88 98.9 0 0 89 100

7. Menemani anak tidur siang 0 0 89 100 0 0 89 100

8. Memandikan anak pada sore hari 9 10.1 80 89.9 1 1.1 88 98.9

9. Menemani anak belajar 58 65.2 31 34.8 41 46.1 48 53.9

10. Mendongengkan cerita kepada anak 11 12.4 78 87.6 11 12.4 78 87.6

11. Menyuapi anak makan malam atau sore 9 10.1 80 89.9 1 1.1 88 98.9

12. Menemani anak tidur malam 24 27.0 65 73.0 13 14.6 76 85.4

13. Mengobrol bersama di waktu senggang 86 96.6 3 3.4 85 95.5 4 4.5

14. Bermain bersama anak di rumah. 14 15.7 75 84.3 22 24.7 67 75.3

15. Mengajarkan pengetahuan tentang agama kepada

anak sesuai dengan kepercayaan di dalam keluarga

59 66.3 30 33.7 58 65.2 31 34.8

16. Mengajarkan anak mengenai keterampilan

(membaca, menulis dan berhitung) dan membimbing

dalam mengerjakan PR.

54 60.7 35 39.3 50 56.2 39 43.8

Page 43: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

31

Lampiran 3 Sebaran kategori pola asuh ibu No. Indikator Jawaban

Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

n % n % n % n %

Pola asuh makan

1. Ibu membiasakan anak untuk

minum susu sekali dalam

sehari

19 21.3 46 51.7 12 13.5 12 13.5

2. Ibu

menyediakan/membiasakan

anak untuk makan buah

2 2.2 36 40.4 28 31.5 23 25.8

3. Ibu

menyediakan/membiasakan

anak untuk makan sumber

protein hewani (ikan, ayam,

telur, daging, susu)

0 0.0 3 3.4 7 7.9 79 88.8

4. Ibu selalu menyediakan tahu

dan tempe setiap hari

0 0.0 33 37.1 19 21.3 37 41.6

5. Ibu menyediakan menu

makanan lengkap setiap hari:

nasi-lauk pauk-sumber protein

nabati dan hewani-sayuran

1 1.1 21 23.6 35 39.3 32 36.0

6. Ibu biasa menyediakan nasi

dan sayur saja atau nasi dan

lauk saja untuk konsumsi anak

dalam sehari

32 36.0 35 39.3 21 23.6 1 1.1

7. Ibu menyuapi anak apabila

anak sedang tidak nafsu makan

42 47.2 19 21.3 12 13.5 16 18.0

Pola asuh hidup sehat

1. Ibu membiasakan anak

mencuci kaki sebelum tidur

8 9.0 20 22.5 19 21.3 42 47.2

2. Ibu membiasakan anak

mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan

40 44.9 12 13.5 10 11.2 27 30.3

3. Ibu

mengguntingkan/mengajarkan

anak untuk menggunting kuku

seminggu sekali

23 25.8 7 7.9 4 4.5 55 61.8

4. Ibu memeriksa kebersihan

telinga anak

27 30.3 19 21.3 11 12.4 32 36.0

5. Ibu membiasakan anak untuk

memakai sandal/ alas kaki

ketika keluar rumah

2 2.2 15 16.9 14 15.7 58 65.2

6. Ibu membiasakan anak untuk

mengganti pakaian sekolahnya

setelah pulang dari sekolah

3 3.4 5 5.6 14 15.7 67 75.3

7. Ibu mengajak anak berolahraga

seminggu sekali

84 94.4 3 3.4 2 2.2 0 0.0

8. Ibu membatasi waktu anak

untuk menonton televisi

37 41.6 3 3.4 22 24.7 27 30.3

Page 44: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

32

No. Indikator Jawaban

Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

n % n % n % n %

Pola asuh akademik

1. Ibu menentukan waktu belajar

anak di rumah

64 71.9 9 10.1 10 11.2 6 6.7

2. Ibu menganjurkan anak untuk

mengulang kembali pelajaran

sekolah saat berada di rumah

11 12.4 22 24.7 45 50.6 11 12.4

3. Ibu biasa menanyakan hasil

pelajaran sekolah kepada anak

12 13.5 23 25.8 36 40.4 18 20.2

4. Ibu membantu/mengajari anak

dalam mengulang kembali

pelajaran sekolah

34 38.2 33 37.1 18 20.2 4 4.5

5. Ibu menemani anak saat belajar

hingga selesai

42 47.2 18 20.2 10 11.2 19 21.3

6. Ibu menjelaskan pertanyaan

anak mengenai pelajaran

dengan penuh kesabaran

4 4.5 43 48.3 26 29.2 16 18.0

7. Ibu menanyakan kepada anak

tentang kesulitan anak dalam

belajar

15 16.9 21 23.6 49 55.1 4 4.5

8. Ketika anak akan ada ulangan,

ibu akan menyuruh dan

membantu anak belajar

1 1.1 3 3.4 17 19.1 68 76.4

9. Ibu menanyakan nilai ulangan

anak

9 10.1 11 12.4 28 31.5 41 46.1

10. Ibu memeriksa kertas/buku

hasil ulangan anak

0 0.0 2 2.2 23 25.8 64 71.9

11. Ibu akan menegur anak jika

hasil belajar anak di sekolah

jelek

10 11.2 11 12.4 25 28.1 43 48.3

12. Ibu memberikan ucapan

selamat atau pujian apabila

anak mendapatkan nilai yang

bagus/baik di sekolah

21 23.6 17 19.1 25 28.1 26 29.2

Pola asuh sosial emosi

1. Ibu mengajarkan kepada anak

untuk meminta izin terlebih

dahulu, jika ingin meminjam

sesuatu atau barang kepada

orang lain

8 9.0 21 23.6 44 49.4 16 18.0

2. Ibu mengajarkan anak untuk

menghormati orang yang lebih

tua

2 2.2 9 10.1 50 56.2 28 31.5

3. Anak diajarkan untuk santun

saat bertamu ke rumah orang

lain, misalnya mengucapkan

salam dan berpamitan kepada

pemilik rumah

0 0.0 16 18.0 35 39.3 38 42.7

4. Ibu membiasakan anak untuk 1 1.1 11 12.4 52 58.4 25 28.1

Page 45: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

33

No. Indikator Jawaban

Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu

n % n % n % n %

mengucapkan terima kasih

apabila diberi sesuatu

5. Ibu mengajarkan anak untuk

meminta maaf kepada yang lain

bila ia salah

9 10.1 21 23.6 44 49.4 15 16.9

6. Ibu membiasakan kepada anak

untuk dapat mengungkapkan apa

yang dirasakan oleh dirinya

3 3.4 15 16.9 42 47.2 29 32.6

7. Ibu mengajarkan kepada anak

untuk bekerja sama

20 22.5 14 15.7 36 40.4 19 21.3

8. Ibu mengajarkan anak untuk

berperilaku bergiliran/mau antri

dalam bermain

12 13.5 18 20.2 46 51.7 13 14.6

Pola asuh moral spiritual

1. Ibu membiasakan anak untuk

berkata jujur

2 2.2 11 12.4 43 48.3 33 37.1

2. Ibu mengajarkan anak agar

dapat menepati janji

12 13.5 27 30.3 36 40.4 14 15.7

3. Ibu mengajari anak bahwa

membantu orang yang sedang

kesusahan akan mendapat

pahala dari Tuhan

5 5.6 20 22.5 52 58.4 12 13.5

4. Ibu mengajarkan anak untuk

menghormati / tidak

mengganggu orang yang sedang

ibadah

3 3.4 9 10.1 58 65.2 19 21.3

5. Ibu mengajarkan anak agar

dapat menyisihkan uang

jajannya untuk bersedekah

5 5.6 15 16.9 28 31.5 41 46.1

6. Ibu mengajarkan anak untuk

tidak meminta imbalan atas

bantuan yang diberikan anak

kepada orang lain.

9 10.1 17 19.1 48 53.9 15 16.9

7. Ibu mengajarkan anaknya bahwa

sikap saling memaafkan dipuji

oleh Tuhan

5 5.6 21 23.6 52 58.4 11 12.4

Page 46: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

34

Lampiran 4 Sebaran jawaban kesejahteraan anak

No Indikator

Jawaban

Ya Tidak

n % n %

Kesejahteraan dimensi fisik anak

1. Anak minimal menggosok gigi 2 kali sehari 81 91.0 8 9.0

2. Anak melakukan kontrol kesehatan mulut 6 bulan

sekali

0 0.0 89 100.0

3. Anak memiliki keterbatasan fisik (alat gerak dan

mental)

0 0.0 89 100

4.

Anak memiliki penyakit menahun (contoh asma dan

diabetes)

4 4.5 85 95.5

5.

Anak memiliki keterbatasan panca indra (contoh tuna

rungu, tuna wicara, tuna netra, penglihatan tidak

optimal)

0 0.0 89 100.0

6. Anak mau makan berbagai jenis makanan sehat 72 80.9 17 19.1

7. Anak tidur 8 jam dalam sehari 83 93.3 6 6.7

8. Anak melakukan olahraga minimal 3 kali dalam satu

minggu

0 0.0 89 100.0

9. Anak menonton maksimal 3 jam dalam sehari 82 92.1 7 7.9

Kesejahteraan dimensi psikologis anak

1. Anak tidak merasa depresi 81 91.0 8 9.0

2.

Orang tua mengetahui ketika anak sedang merasa

depresi atau gelisah

70 78.7 19 21.3

3. Anak mampu mengutarakan perasaan yang

dirasakannya

66 74.2 23 25.8

4. Anak menunjukkan emosi yang dirasakan dengan

perbuatan

75 84.3 14 15.7

5. Anak percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya 73 82.0 16 18.0

6.

Orang tua mendukung anak mengembangkan

kemampuannya

Kesejahteraan dimensi sosial anak

1. Anak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua 86 96.6 3 3.4

2. Anak mudah berkomunikasi dengan orang tua 78 87.6 11 12.4

3. Anak mampu bekerja sama dalam kegiatan

berkelompok

81 91.0 8 9.0

4. Anak meminta izin kepada orang tua ketika pergi atau

pulang

74 83.1 15 16.9

5. Anak mau membantu orang tua 76 85.4 13 14.6

6. Anak bisa bergaul dengan anak yang seusianya 88 98.9 1 1.1

7. Anak mengetahui ketika orang tua atau temannya

sedang sedih

55 61.8 34 38.2

8. Anak mampu menyelesaikan secara mandiri mengenai

masalahnya dengan orang lain

57 64.0 32 36.0

9. Anak suka mengejek temannya 56 62.9 33 37.1

10. Anak suka mengganggu temannya 39 43.8 50 56.2

11. Anak sulit untuk diajak berdiskusi 44 49.4 45 50.6

Kesejahteraan dimensi pendidikan anak

1.

Orang tua pernah dipanggil ke sekolah karena perilaku

bermasalah anak

0 0.0 89 100.0

2. Anak pernah tinggal kelas 12 13.5 77 86.5

3. Anak mengalami kesulitan belajar 80 89.9 9 10.1

Page 47: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

35

No Indikator

Jawaban

Ya Tidak

n % n %

4.

Orang tua membantu anak dalam mengatasi kesulitan

belajar

65 73.0 24 27.0

5. Dalam sehari anak meluangkan waktu untuk membaca 48 53.9 41 46.1

6.

Orang tua mendukung anak untuk berprestasi 84 94.4 5 5.6

Page 48: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

36

Lampiran 5 Dokumentasi penelitian

Gambar rumah responden

Gambar keadaan jalan di lokasi penelitian

Gambar sekolah dasar di lokasi penelitian

Gambar lahan pertanian di lokasi penelitian

Page 49: HUBUNGAN ALOKASI WAKTU PENGASUHAN ORANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69373/I14rma.pdf · terealisasikannya nilai-nilai hidup (Bubolz & Sontag 1993 dalam Sunarti

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Ediyono dan Ibu

Tuti Haryati, AMK. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 maret 1991.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 4 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis

diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,

Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

kemahasiswaan. Penulis merupakan anggota Koperasi Mahasiswa pada tahun

2009. Pada tahun 2009-2010 penulis menjadi staf dan bendahara Departemen

Kajian dan Strategi di BEM TPB IPB, tahun 2010-2011 penulis menjadi staf

Departemen Sosial dan Lingkungan di BEM Fakultas Ekologi Manusia dan

penulis menjadi ketua Departemen Sosial dan Lingkungan di BEM Fakultas

Ekologi Manusia pada tahun 2011-2012. Penulis juga aktif dalam mengikuti

berbagai kepanitian di tingkat kampus, fakultas dan departemen. Penulis juga

pernah mengikuti kegiatan riset dan pengabdian masyarakat di tingkat fakultas.

Pada Bulan Juni – Agustus 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi

(KKP) di Desa Kalirejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan dengan judul

Pemanfaatan Nilai Guna Sampah Plastik Rumah Tangga sebagai Sarana

Peningkatan Ekonomi Keluarga dan Peminimalisiran Sampah Pertanian Guna

Terciptanya Lingkungan yang Bersih Melalui Partisipasi Masyarakat.