Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

21
PENGASUHAN SEBAGAI KURIKULUM Pertemuan ke 3

Transcript of Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Page 1: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

PENGASUHAN SEBAGAI KURIKULUM

Pertemuan ke 3

Page 2: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Pertanyaan Fokus

1. Rutinitas pengasuhan merupakan aktivitas penting daam kehidupan sehari-hari. Apakah beberapa kegiatan yang dilakukan pengasuh dengan infant-toddler berbasiskan regulasi?

2. Mengapa pemberian pengasuhan disebut suatu tari?3. Apa yang dimaksud dengan sistem utama pengasuhan dan

bagaimana sistem utama pengasuhan tersebut mendukung kelekatan?

4. Bagaimana rutinitas pengasuhan dapat mendukung kelekatan?

Page 3: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Pandan Kurikulummenekankan pengasuhan yang penuh rasa cinta pada anak dan menyediakan lingkungan yang aman untuk anak. Stimulasi intelektaual tidak perlu

1. infant-toddler memerlukan stimulasi intelektual dalam bentuk aktivitas yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dibawah arahan orang dewasa

2. memahami bagaimana menggunakan minat alamiah anak, rasa ingin tahu, dan motivasi anak sebagai dasar dalam mengarahkan pembelajaran anak secara individual

3. aktivitas pengasuhan diberikan secara teratur pada saat anak dalam pengasuhan yang sepenuhnya dalam perhatian orang dewasa berbasis individual, orang dewasa membutuhkan kehadiran secara penuh, suatu pemenuhan keinginan dalam waktu yang berkualitas.

Page 4: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Perencanaan untuk kelekatan

• Satu komponen penting dalam kurikulum sebagaimana terjadi selama pengasuhan dan saat bermain adalah kelekatan. Pembeajaran dan kelekatan saling berkaitan. Melalui interaksi pengasuhan, kelekatan bertumbuh. Pada saat pengasuhan yang berkualitas maka pembelajaran akan terjadi.

• Anak usia dini memerlukan kelekatan, keterikatan pada seorang secara khusus, yaitu orang yang sebaliknya menumbuhkan rasa bahwa ia juga penting yang biasanya dipermasalahkan oleh anak.

Page 5: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Penggunaan Sistem Pengasuh yang Utama

• Sistem pengasuh utama yaitu satu pengasuh melayani beberapa (3-4 orang) infat-toddler. Idenya apakah dengan mengasuh 3-4 anak tersebut dapat menumbuhkan kelekatan.

• Sistem pengasuh utama tidak dapat memecahkan semua permasalahan kelekatan tetapi dapat digunakan untuk mengenalkan kelekatan secara lebih baik.

Page 6: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Pembuatan Catatan

1. Pengalaman kelekatan anak kepada pengasuh tersebut perlu pencatatan guna membuat laporan kepada orang tua.

2. Pembuatan catatan tentang kelekatan diperlukan untuk membuat perencanaan.

3. Perencanaan dapat berjalan dengan baik apabila pengasuh menggunakan informasi sebelumnya untuk pendekatan atau respon yang akan digunakan.

Page 7: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Pengasuhan dan Hubungan

1. Kunci keefektifan pengasuhan adalah hubungan baik. 2. Salah satu contoh dalam tugas utama pengasuh adalah pada saat

sedang memberi makan.3. Perlu dipikirkan efek jangka panjang dalam memberi makan anak! 4. Seberapa baik pemberian makan dilakukan dengan sensitif, yang

dilakukan oleh orang yang peduli padanya.

Page 8: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Rutinitas Pengasuhan

1. Setiap saat pengasuh berinteraksi secara penuh memperhatikan anak secara individu dalam melakukan satu atau beberapa kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, waktu-waktu bersama tersebut akan mempengaruhi masa depan anak.

2. Pada saat pengasuh melakukan sesuatu pada badan anak, tetapi perhatian pengasuh kepada yang lain maka anak tersebut akan kehilangan pengalaman dalam interaksi intim manusiawi.

3. Akumulasi keintiman dalam berbagai interaksi dapat menjadi tugas-tugas kurikulum berbasis hubungan.

Page 9: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Rutinitas Pengasuhan 1. Pemberian makan2. Diapering3. Mencuci tangan, mandi dan mengelap badan4. Memekai baju5. Tidur siang

Page 10: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Pemberian Makan

1. Program bagi infant-toddler baik di sentra atau di penitipan anak arus diberi tempat bagi orang tua anak tersebut untuk menyusui. Keduanya baik ibu ataupun anak saling menikmati, walaupun hal tersebut kurang membuat nyaman pengasuh.

2. Anak yang diberi susu botol juga harus diperlakukan sebagaimana disusukan oleh ibunya dengan perhatian satu- lawan satu dan dekat secara fisik sebagaimana pada saat anak diberikan susu ibu.

3. Waktu makan harus berkualitas. Satu alasannya, saat pemberian makan kelekatan terbentuk antara anak dengan pengasuh.

4. Apabila anak sudah mulai dapat makan sendiri, maka berantakan merupakan hal yang biasa. Sebagaian besar pengasuh tidak masalah dengan berantakan karena anak mulai berusaha mandiri.

Page 11: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

beberapa kata kunci agar anak dapat makan sendiri1. Gunakan peralatan makan sesuai dengan ukuran anak dari peralatan yang anti

pecah.2. Sediakan makanan yang dapat diambil dengan jari. Makanan agak padat atau

lembut yang dapat diambil dengan tangan seperti pisang dapat digunakan sebelum anak belum bisa menggunakan peralatan makan.

3. Sediakan sedikit makanan. Lebih baik disiapkan sedikit makanan sehingga anak belajar untuk meminta tambahan dan mendorong anak untuk mengambil segala sesuatunya sesuai kebutuhan atau tidak dalam porsi besar. Disamping itu jumlah makanan yang sedikit lebih mudah untuk dibersihkan.

4. Beri kesempatan waktu untuk bermain dan bereksperimentasi, tetapi tetap mempunyai batas waktu. Akhiri memberi makan apabila anak bermain telah menggangu pengasuh. Penataan aktivitas bebas memberikan kesempatan dalam memberikan keterampilan makan sendiri.

Page 12: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Diapering1. Pengasuh dapat melibatkan anak dengan cara memberikan instruksi

seperti jongkok atau sesuai dengan posisi yang diharapkan dari anak untuk membersihkan kotorannya.

2. Dalam mengganti popok anak harus diperlakukan dengan manusiawi dan dengan penuh penghargaan.

3. Semua anak pernah mengalami tidak mau bekerjasama, sikap tidak kooperatif itu juga merupakan bagian pertumbuhan yang memang terkadang sulit bagi pengasuh.

4. Dengan penolakan berarti anak menunjukkan penghargaan terhadap keakuannya.

Page 13: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Toilet Learning (Pembelajaran Toilet)• Pembelajaran penggunaan toilet merupakan kejadian yang bisa

terjadi dalam perkembangan karena anak ingin seperti anak lain menggunakan toilet sendiri. Kunci utama dapat menggunakan toilet dengan mudah adalah kesiapan anak.

• siap secara fisik, yang berarti ia dapat duduk atau jongkong sebagaimana bentuk toiletnya.

• siap secara mental artinya anak mengerti apa yang diharapkan dari dirinya.

• siap secara emosional artinya dia mau atau berkeinginan melakukan itu.

Page 14: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

pembelajaran toilet agar Lebih mudah

1. Bantu anak merasa aman secara fisik dengan menyediakan dudukan WC yang standar atau toilet yang rendah jika mungkin. Mudah bagi anak untuk duduk/jongkok dan berdiri sendiri, makan mandiri anak dalam melakukannya akan lebih baik.

2. Jika cocok, minta orang tua membuat baju yang mudah dibuka anak, baju senderhana yang mudah dibuka dan dipasang oleh anak.

3. Harap tenang dan mengerti tentang kejadian yang tidak mengenakkan.

4. Hindari sesuatu yang memerlukan tenaga.

Page 15: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

(mencuci tangan), Bathing (mandi), and Grooming (mengelap badan)

• Persoalan bersih orang tua terkadang berbeda pendapat dengan pengasuh karena standar bersih diantara mereka berbeda-beda. Orang tua juga mungkin marah apabila anaknya pulang dengan kepala penuh pasir. Isu-isu budaya dapat memberikan pendangan yenag berbeda-beda dan sangat subjektif dalam menilai bersih, oleh sebab itu perbedaan yang ada tersebut harus dihormati.

• Mencuci tangan dapat dikenal baik oleh toddler dan bahkan sering dilakukannya sehari-hari. mencuci tangan dapat menjadi aktivitas utama bagi toddler karena kegiatan tersebut sangat menyenangkan apalagi jika sabun dan air tesedia sehingga ia dapat melakukan kegiatan sensory motorik

• Mengelap badan juga merupakan masalah yang bersifat subjektif. Seberapa rapi/necis anak terlihat pada saat anak dijemput oleh orang tua/keluarganya juga menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

Page 16: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Dressing (Memasang Baju)

• Pengasuh dapat memperkenalkan otonomi keada anak dengan cara membuat tugas sedemikian rupa sehingga anak dapat berkontribusi secara maksimum.

• Usia toddler yang didorong untuk memasang dan membuka akan menguasai pekerjaan itu, kecuali sedikit bantuan untuk memasang kancing atau resleting.

Page 17: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Napping (Tidur Siang)• Sangat penting bagi anak untuk beristirahat sesuai dengan

kebutuhannya dari pada menyuruh anak untuk istirahat yang tekah dijadwalkan orang lain. Pola tidur anak terkadang berubah dari hari ke hari termasuk pada periode tertentu.

• Orang tua merupakan sumber informsi yang terbaik tentang pola tidur bayi dan kebutuhan bayi.

• Anak harus ditidurkan dalam posisi yang nyaman baginya. Namun demikian penting juga untuk diketahui bahwa posisi tidur anak dengan hasil penelitian tentang penyebab kematian anak yang tidak pasti (SIDS) pada saat anak tidur.

• Masing-masing anak mempunyai kebiasaan tidur pada tempat tertentu.

Page 18: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

beberapa kunci agar anak mau tidur siang yaitu:1. Berikan pemandangan visual bagi anak yang membutuhkan.

Beberapa toddler akan terstimulasi untuk tidur apabila dekat dengan toddler lain yang akan tidur.

2. Ciptakan suasana tenang dan nyaman. Beberapa program penitipan anak menggunakan musik lembut pada jam tidur anak. Awali tidur anak dengan menghembuskan angin segar sebelum anak tidur.

3. Pastikan seluruh anak memperoleh udara segar dan gerak badan yang cukup sbeelum tidur. Anak yang kelelahan daat menjadi pemicu anak untuk tidur.

4. Jangan biakan anak terlalu capek. Beberapa anak ada yang tidak dapat tidur apabila kondisinya terlalu lelah.

Page 19: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Prinsip-Prinsip dalam Tindakan

Prinsip 1 libatkan infant toddler dalam suatu yang menjadi perhatiannya. Jangan bekerja di sekitar anak atau menggangu mereka untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

Page 20: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

Kesimpulan1. membangun kelekatan yang dapat mendorong waktu anak untuk

belajar yaitu membuat perencanaan kelekatan, menciptakan hubungan, dan mengeksplorasi bagaimana pembelajaran terjadi sebagai hasil dari selama rutinitas pengasuhan.

2. Perencanan untuk kelekatan berarti menciptakan suatu sistem pengasuh utama sehingga tercipta hubungan personal yang erat antara bayi dengan pengasuh utamanya.

3. Pencatatan merupakan hal penting dalam pengembangan kurikulum bagi infant-toddler dan juga merupakan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari bagi pengasuh.

Page 21: Pertemuan ke 3 pengasuhan sebagai kurikulum

1. Penentuan kebutuhan masing-masing anak adalah keterampilan yang harus dibangun oleh pengasuh.

2. Tidaklah mudah untuk mengetahui kebutuhan anak khususnya sebelum anak dapat berbicara untuk mengemukakan keinginannya.

3. Membaca tanda-tanda non verbal penting bagi pengasuh masing-masing rutinitas, memberi makan, diapering, belajar toilet, mencuci tangan, mandi, berpakaian dan tidur siang merupakan kesempatan bagi pengasuh untuk berinteraksi dengan anak secara personal.

4. Interaksi dengan anak secara personal ini sangat berharga bagi pembelajaran, utamanya apabila rutinitas dilakukan dengan penuh penghargaan sehingga menjadi saat yang teat untuk membangun kelekatan.