HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES...

13
HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES LANSIADI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUTUSIA BONDOWOSO Siti Risa Rofika 1 , Awatiful Azza 2 , Nikmatur Rohmah 3 1. Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected] 2,3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected] , [email protected] ABSTRAK Introduksi. Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Lansia mengalami banyak masalah kesehatan baik fisik maupun mental. Salah satu masalah kesehatan yang sering timbul pada lansia adalah stres. Aktivitas religi merupakan suatu kegiatan yang mampu menurunkan tingkat stres pada lansia. Metode. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas religi dengan tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian ini adalah lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut Usia Bondowoso yang berjumlah 84 dengan jumlah sampel 69 responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling. Result. Hasil penelitian dengan menggunakan uji spearmant’s rho dihasilkan p- value= 0,001 (<0,005) dengan koefisien korelasi -0,389 berarti terdapat korelasi negatif yang signifikan antara aktivitas religi dengan tingkat stres lansia. Semakin baik aktivitas religi lansia semakin rendah tingkat stres lansia. Diskusi. Pihak panti diharapkan dapat Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas religi lansia sehingga tingkat stres lansia tidak semakin meningkat dan perawat dapat meningkatkan asuhan keperawatan khususnya kepada klien lanjut usia yaitu mengangakat diagnosa keperawatan spiritual dan melakukan intervensi keperawatan spiritual dengan menerapkan hasil penelitian yang telah ada. Kata kunci: Aktivitas religi, Tingkat stres, Lansia. ABSTRACT Introductio.Elderly is the final stage of human development. Elderly have many health problems both physically and mentally. One of the health problems that often arise in the elderly are stressed. Religious activity is an activity that can reduce stress levels in the elderly. Methold.This study uses a correlation method with cross sectional desaign to analyze the relationship between religious activity with the level of stress in the elderly. The population was elderly in the Sociality elderly Bondowoso regency totaling 84 with a sample of 69 respondents. Sampling technique using purposive sampling technique. Result.The results using spearmant's rho test produced p-value = 0.001 (<0.005) with a correlation coefficient of -0.389 means that there is a significant negative correlation between religious activity with stress levels elderly. The better of elderly religious activity will make lower level of stress. 1

Transcript of HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES...

Page 1: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

1

HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES

LANSIADI UPT PELAYANAN SOSIAL

LANJUTUSIA BONDOWOSO

Siti Risa Rofika1, Awatiful Azza2, Nikmatur Rohmah3

1. Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah [email protected]

2,3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected],[email protected]

ABSTRAKIntroduksi. Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Lansiamengalami banyak masalah kesehatan baik fisik maupun mental. Salah satumasalah kesehatan yang sering timbul pada lansia adalah stres. Aktivitas religimerupakan suatu kegiatan yang mampu menurunkan tingkat stres pada lansia.Metode. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatancross sectional bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas religi dengantingkat stres pada lansia. Populasi penelitian ini adalah lansia di UPT PelayanaSosial lanjut Usia Bondowoso yang berjumlah 84 dengan jumlah sampel 69responden. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling.Result. Hasil penelitian dengan menggunakan uji spearmant’s rho dihasilkan p-value= 0,001 (<0,005) dengan koefisien korelasi -0,389 berarti terdapat korelasinegatif yang signifikan antara aktivitas religi dengan tingkat stres lansia. Semakinbaik aktivitas religi lansia semakin rendah tingkat stres lansia.Diskusi. Pihak panti diharapkan dapat Meningkatkan kegiatan-kegiatan yangberhubungan dengan aktivitas religi lansia sehingga tingkat stres lansia tidaksemakin meningkat dan perawat dapat meningkatkan asuhan keperawatankhususnya kepada klien lanjut usia yaitu mengangakat diagnosa keperawatanspiritual dan melakukan intervensi keperawatan spiritual dengan menerapkan hasilpenelitian yang telah ada.

Kata kunci: Aktivitas religi, Tingkat stres, Lansia.

ABSTRACTIntroductio.Elderly is the final stage of human development. Elderly have manyhealth problems both physically and mentally. One of the health problems thatoften arise in the elderly are stressed. Religious activity is an activity that canreduce stress levels in the elderly.Methold.This study uses a correlation method with cross sectional desaign toanalyze the relationship between religious activity with the level of stress in theelderly. The population was elderly in the Sociality elderly Bondowoso regencytotaling 84 with a sample of 69 respondents. Sampling technique using purposivesampling technique.Result.The results using spearmant's rho test produced p-value = 0.001 (<0.005)with a correlation coefficient of -0.389 means that there is a significant negativecorrelation between religious activity with stress levels elderly. The better ofelderly religious activity will make lower level of stress.

1

Page 2: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

2

Discussion.The regency employee is expected to Improve a religious activity sothat the elderly stress level not increase and nurses can improve nursing care toclients, especially elderly nursing to make spiritual diagnosis and doing theintervention by applying of research results.

Keywords: Religious activity, Stress level, Elderly

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia

yang berusia 60 tahun ke atas dari

tahun ketahun semakin meningkat.

Kenaikan pesat ini menjadikan

Indonesia sebagai Negara yang

memasuki era penduduk berstruktur

lansia (aging structured population).

Laporan data penduduk yang

dikeluarkan Bureau of the Census

Amerika Serikat (1999,dikutip dari

Darmojo & Martono, 2006 dalam

Syukra, 2012) memperlihatkan bahwa

selama kurun waktu 1990-2025,

Indonesia akan mengalami

peningkatan jumlah penduduk lansia

sekitar 414%. Pada tahun 2010

persentase penduduk lansia mencapai

9,77% dari total penduduk dan

prediksi pada tahun 2020 akan

mengalami peningkatan menjadi

11,34% (Departemen Sosial, 2006

dalam Syukra, 2012).

Lanjut usia merupakan tahap

akhir perkembangan manusia. Pada

masa ini biasanya terjadi penurunan

fungsi fisik dan psikologis. Banyak

masalah kesehatan yang dihadapi oleh

lansia berhubungan dengan

kemunduran yang dialaminya baik

fisik maupun mental. Salah satu

masalah kesehatan yang sering timbul

pada lansia adalah stres.

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia. Hal tersebut mendorong lansia

untuk melakukan adaptasi untuk

dapat menanggulanginya.

Kemampuan beradaptasi lansia yang

terbatas dapat memicu stres (Azizah,

2011).

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada tanggal 29 Desember

2014, jumlah lansia yang tinggal di

pelayanan sosial lanjut usia

Bondowoso adalah 90 orang yang

terdiri dari 40 laki-laki dan 50

perempuan. Hasil wawancara dan

observasi pada 10 orang lansia

didapatkan tanda-tanda stres pada

Page 3: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

3

lansia yaitu 6 orang merasa tidak

senang tinggal di panti, 5 orang

mencemaskan keluarga, 2 orang

mencemaskan penyakitnya, 7 orang

merasa tertekan dengan keadaan saat

ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang

mengalami penurunan nafsu makan.

Hasil observasi terhadap 10 lansia

tersebut, terdapat 4 orang lansia

nampak murung, tidak bergairah, dan

lebih sering menyendiri.

Salah satu cara untuk

mengatasi stres adalah dengan

mendekatkan diri pada sang maha

pencipta, yaitu dengan cara

melakukan aktivitas religi. Salah satu

penelitian Larson (2001, dikutip dari

Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)

mengungkapkan bahwa religiusitas

atau penghayatan keagamaan ternyata

besar pengaruhnya terhadap taraf

kesehatan fisik dan mental lansia,

lansia yang religius lebih kuat dan

tabah menghadapi stres daripada yang

kurang atau nonreligius, sehingga

gangguan mental emosional jauh

lebih kecil.

MATERIAL DAN METODE

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan

desain penelitian korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengumpulan data

pada penelitian ini dilaksanakan pada

bulan 21-27 Mei 2015 di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Populasi Penelitian

Populasi penelitian iniadalah

semua lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 84 oranga.

Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 69.

Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampling

yang digunakan oleh peneliti ini

adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang

telah dibuat peniliti

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen

yang digunakan adalah kuisioner.

Kuesioner Aktivitas Religi digunakan

untuk mengukur variabel independen

dan kuesioner DASS digunakan untuk

mengukur variabel dependen.

3

lansia yaitu 6 orang merasa tidak

senang tinggal di panti, 5 orang

mencemaskan keluarga, 2 orang

mencemaskan penyakitnya, 7 orang

merasa tertekan dengan keadaan saat

ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang

mengalami penurunan nafsu makan.

Hasil observasi terhadap 10 lansia

tersebut, terdapat 4 orang lansia

nampak murung, tidak bergairah, dan

lebih sering menyendiri.

Salah satu cara untuk

mengatasi stres adalah dengan

mendekatkan diri pada sang maha

pencipta, yaitu dengan cara

melakukan aktivitas religi. Salah satu

penelitian Larson (2001, dikutip dari

Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)

mengungkapkan bahwa religiusitas

atau penghayatan keagamaan ternyata

besar pengaruhnya terhadap taraf

kesehatan fisik dan mental lansia,

lansia yang religius lebih kuat dan

tabah menghadapi stres daripada yang

kurang atau nonreligius, sehingga

gangguan mental emosional jauh

lebih kecil.

MATERIAL DAN METODE

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan

desain penelitian korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengumpulan data

pada penelitian ini dilaksanakan pada

bulan 21-27 Mei 2015 di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Populasi Penelitian

Populasi penelitian iniadalah

semua lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 84 oranga.

Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 69.

Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampling

yang digunakan oleh peneliti ini

adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang

telah dibuat peniliti

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen

yang digunakan adalah kuisioner.

Kuesioner Aktivitas Religi digunakan

untuk mengukur variabel independen

dan kuesioner DASS digunakan untuk

mengukur variabel dependen.

3

lansia yaitu 6 orang merasa tidak

senang tinggal di panti, 5 orang

mencemaskan keluarga, 2 orang

mencemaskan penyakitnya, 7 orang

merasa tertekan dengan keadaan saat

ini, 5 orang sulit tidur dan 2 orang

mengalami penurunan nafsu makan.

Hasil observasi terhadap 10 lansia

tersebut, terdapat 4 orang lansia

nampak murung, tidak bergairah, dan

lebih sering menyendiri.

Salah satu cara untuk

mengatasi stres adalah dengan

mendekatkan diri pada sang maha

pencipta, yaitu dengan cara

melakukan aktivitas religi. Salah satu

penelitian Larson (2001, dikutip dari

Ward, 2010 dalam Syukra, 2012)

mengungkapkan bahwa religiusitas

atau penghayatan keagamaan ternyata

besar pengaruhnya terhadap taraf

kesehatan fisik dan mental lansia,

lansia yang religius lebih kuat dan

tabah menghadapi stres daripada yang

kurang atau nonreligius, sehingga

gangguan mental emosional jauh

lebih kecil.

MATERIAL DAN METODE

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan

desain penelitian korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengumpulan data

pada penelitian ini dilaksanakan pada

bulan 21-27 Mei 2015 di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Populasi Penelitian

Populasi penelitian iniadalah

semua lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 84 oranga.

Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso yang

berjumlah 69.

Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampling

yang digunakan oleh peneliti ini

adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang

telah dibuat peniliti

Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen

yang digunakan adalah kuisioner.

Kuesioner Aktivitas Religi digunakan

untuk mengukur variabel independen

dan kuesioner DASS digunakan untuk

mengukur variabel dependen.

Page 4: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

4

Prosedur Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti

mengajukan ijin kepada kepala Badan

Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember

dengan surat pengantar dari Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jember. Kemudian

peneliti membuat proposal penelitian.

Setelah itu mengajukan ijin kepada

kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Bondowoso untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan ijin

dari kepala UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso peneliti

melakukan pengambilan data diawali

dengan mencari responden kriteria

penelitian.Peneliti memberikan dan

menjelaskan mengenai Informed

Consent. Setelah responden bersedia

untuk diteliti maka responden tersebut

harus menandatangani lembar

persetujuan. Setelah lembar kuesioner

terisi, dilakukan pengumpulan data

.

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Data Umum

Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015

NoRentanUsia

Frekuensi Persentase

1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwadari 69 respondensebagian

besar responden yaitu 40 orang

(58%) berada pada rentang usia 66-76

tahun

.

Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

NoJenis

KelaminFrekuensi %

1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55

Total 69 100

Tabel distribusi frekuensi di atas

menunjukkan bahwa jenis kelamin

responden sebagian besar berjenis

kelamin perempuan yaitu 38 orang

(55%)

Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%

Total 69 100%

Tabel diatas menunjukkan

seluruh responden yaitu 69 (100%)

lansia beragama islam.

4

Prosedur Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti

mengajukan ijin kepada kepala Badan

Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember

dengan surat pengantar dari Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jember. Kemudian

peneliti membuat proposal penelitian.

Setelah itu mengajukan ijin kepada

kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Bondowoso untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan ijin

dari kepala UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso peneliti

melakukan pengambilan data diawali

dengan mencari responden kriteria

penelitian.Peneliti memberikan dan

menjelaskan mengenai Informed

Consent. Setelah responden bersedia

untuk diteliti maka responden tersebut

harus menandatangani lembar

persetujuan. Setelah lembar kuesioner

terisi, dilakukan pengumpulan data

.

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Data Umum

Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015

NoRentanUsia

Frekuensi Persentase

1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwadari 69 respondensebagian

besar responden yaitu 40 orang

(58%) berada pada rentang usia 66-76

tahun

.

Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

NoJenis

KelaminFrekuensi %

1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55

Total 69 100

Tabel distribusi frekuensi di atas

menunjukkan bahwa jenis kelamin

responden sebagian besar berjenis

kelamin perempuan yaitu 38 orang

(55%)

Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%

Total 69 100%

Tabel diatas menunjukkan

seluruh responden yaitu 69 (100%)

lansia beragama islam.

4

Prosedur Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti

mengajukan ijin kepada kepala Badan

Kesatuan Bangsa Dan Politik Jember

dengan surat pengantar dari Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Jember. Kemudian

peneliti membuat proposal penelitian.

Setelah itu mengajukan ijin kepada

kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Bondowoso untuk melakukan

penelitian. Setelah mendapatkan ijin

dari kepala UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso peneliti

melakukan pengambilan data diawali

dengan mencari responden kriteria

penelitian.Peneliti memberikan dan

menjelaskan mengenai Informed

Consent. Setelah responden bersedia

untuk diteliti maka responden tersebut

harus menandatangani lembar

persetujuan. Setelah lembar kuesioner

terisi, dilakukan pengumpulan data

.

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Data Umum

Tabel 5.1Karakteristik RespondenMenurut Usiadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia bondowoso BulanMei 2015

NoRentanUsia

Frekuensi Persentase

1 55 - 65 29 42%2 66 - 76 40 58%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwadari 69 respondensebagian

besar responden yaitu 40 orang

(58%) berada pada rentang usia 66-76

tahun

.

Tabel 5.2 Karakteristik RespondenMenurut Jenis Kelamindi UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

NoJenis

KelaminFrekuensi %

1 Laki-laki 31 452 Perempuan 38 55

Total 69 100

Tabel distribusi frekuensi di atas

menunjukkan bahwa jenis kelamin

responden sebagian besar berjenis

kelamin perempuan yaitu 38 orang

(55%)

Tabel 5.3Karakteristik Respondenmenurut Agamadi UPT PelayananSosial Lanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015No Agama Frekuensi Persentase1 Islam 69 100%

Total 69 100%

Tabel diatas menunjukkan

seluruh responden yaitu 69 (100%)

lansia beragama islam.

Page 5: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

5

B. Analisa Data Khusus

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015

AktivitasReligi

Frekuensi Persentase

Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%

Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak

baik8 11,6%

Total 69 100%

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia dalam kategori

baik yaitu dengan jumlah 28 orang

(40,6%).

2. Tingkat Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015

Stres Frek PersentaseStres sangat

berat4 5,8%

Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian responden tidak

mengalami stres yaitu 24 orang

(34,8%).

3. Hubungan Aktivitas Religi

Dengan Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

Spearman'srho

Variabelp-

valuer N

AktivitasReligi 0,001 -0,389 69

Stres 0,001 -0,389 69

HasilujiSpearman’s

rhodiketahui r= -0,389 dengan p-

value 0,001. Karena p-value korelasi

lebih kecil dari 0,05 dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan tingkat stres lansia. Artinya

semakain baik aktivitas religi lansia

maka semakin rendah tingkat stres

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso.

5

B. Analisa Data Khusus

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015

AktivitasReligi

Frekuensi Persentase

Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%

Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak

baik8 11,6%

Total 69 100%

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia dalam kategori

baik yaitu dengan jumlah 28 orang

(40,6%).

2. Tingkat Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015

Stres Frek PersentaseStres sangat

berat4 5,8%

Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian responden tidak

mengalami stres yaitu 24 orang

(34,8%).

3. Hubungan Aktivitas Religi

Dengan Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

Spearman'srho

Variabelp-

valuer N

AktivitasReligi 0,001 -0,389 69

Stres 0,001 -0,389 69

HasilujiSpearman’s

rhodiketahui r= -0,389 dengan p-

value 0,001. Karena p-value korelasi

lebih kecil dari 0,05 dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan tingkat stres lansia. Artinya

semakain baik aktivitas religi lansia

maka semakin rendah tingkat stres

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso.

5

B. Analisa Data Khusus

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.4Distribusi AktivitasReligiLansia di UPT PelayananSosialLanjut Usia Bondowoso BulanMei 2015

AktivitasReligi

Frekuensi Persentase

Sangat baik 12 17,4%Baik 28 40,6%

Tidak baik 21 30,4%Sangat tidak

baik8 11,6%

Total 69 100%

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia dalam kategori

baik yaitu dengan jumlah 28 orang

(40,6%).

2. Tingkat Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat StresLansia di UPT Pelayanan SosialLanjut Usia Bondowoso Bulan Mei2015

Stres Frek PersentaseStres sangat

berat4 5,8%

Stres berat 6 8,7%Stres sedang 16 23,2%Stres ringan 19 27,5%Tidak stres 24 34,8%

Total 69 100%

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian responden tidak

mengalami stres yaitu 24 orang

(34,8%).

3. Hubungan Aktivitas Religi

Dengan Stres Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Tabel 5.6 Hubungan Aktivitas Religidengan Stres Lansia di UPTPelayanan Sosial Lanjut UsiaBondowoso Bulan Mei 2015

Spearman'srho

Variabelp-

valuer N

AktivitasReligi 0,001 -0,389 69

Stres 0,001 -0,389 69

HasilujiSpearman’s

rhodiketahui r= -0,389 dengan p-

value 0,001. Karena p-value korelasi

lebih kecil dari 0,05 dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan tingkat stres lansia. Artinya

semakain baik aktivitas religi lansia

maka semakin rendah tingkat stres

lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Bondowoso.

Page 6: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

6

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Aktifitas religi adalah

kegiatan keagamaan atau peribadatan.

Aktivitas religi islam terdiri dari

shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran. Hasil penelitian

yang dilaksanakan pada Mei 2015

menunjukkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

Aktivitas religi yang baik dipengaruhi

oleh beberapa hal salah satunya

adalah usia seseorang.

Faktot usia merupakan faktor

interna yang dibawa oleh seorang

individu. Semakin tua usia seseorang

maka akan semakin berkualitas

aktivitas religinya. Hasil penelitian

yang dilakukan kepada 69 responden

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso sebagian besar responden

yaitu 40 orang (58%) berada pada

rentan usia 66-76. Sesua dengan teori

yang ditulis oleh Mubarak et all

(2006) dalam Trisnawati (2011)

bahwa lanjut usia makin matang

dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari- hari.

Selain faktor usia ada

beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas religi pada

lansia diantaranya adalah faktor-

faktor yang dikemukakan oleh

Sururin, R.T (2004) dalam

Khirmayanti (2012) antara lain:

Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai

pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,

Proses pemikiran.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa dan berdzikir kepada

Allah SWT. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

berdoa kepada Allah SWT. Berdoa

merupakan aktivitas religi yang

sangat ringan sehingga semua orang

dapat melakukannya termasuk

seorang lansia. Berdoa juga dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja

sehingga meskipun seorang lansia

tidak dapat melakukan aktivitas

akibat sakit, lansia tetap dapat

melaksanakan ibadah ini.

6

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Aktifitas religi adalah

kegiatan keagamaan atau peribadatan.

Aktivitas religi islam terdiri dari

shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran. Hasil penelitian

yang dilaksanakan pada Mei 2015

menunjukkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

Aktivitas religi yang baik dipengaruhi

oleh beberapa hal salah satunya

adalah usia seseorang.

Faktot usia merupakan faktor

interna yang dibawa oleh seorang

individu. Semakin tua usia seseorang

maka akan semakin berkualitas

aktivitas religinya. Hasil penelitian

yang dilakukan kepada 69 responden

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso sebagian besar responden

yaitu 40 orang (58%) berada pada

rentan usia 66-76. Sesua dengan teori

yang ditulis oleh Mubarak et all

(2006) dalam Trisnawati (2011)

bahwa lanjut usia makin matang

dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari- hari.

Selain faktor usia ada

beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas religi pada

lansia diantaranya adalah faktor-

faktor yang dikemukakan oleh

Sururin, R.T (2004) dalam

Khirmayanti (2012) antara lain:

Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai

pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,

Proses pemikiran.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa dan berdzikir kepada

Allah SWT. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

berdoa kepada Allah SWT. Berdoa

merupakan aktivitas religi yang

sangat ringan sehingga semua orang

dapat melakukannya termasuk

seorang lansia. Berdoa juga dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja

sehingga meskipun seorang lansia

tidak dapat melakukan aktivitas

akibat sakit, lansia tetap dapat

melaksanakan ibadah ini.

6

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Aktivitas Religi Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso

Aktifitas religi adalah

kegiatan keagamaan atau peribadatan.

Aktivitas religi islam terdiri dari

shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran. Hasil penelitian

yang dilaksanakan pada Mei 2015

menunjukkan bahwa sebagian besar

aktivitas religi lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

Aktivitas religi yang baik dipengaruhi

oleh beberapa hal salah satunya

adalah usia seseorang.

Faktot usia merupakan faktor

interna yang dibawa oleh seorang

individu. Semakin tua usia seseorang

maka akan semakin berkualitas

aktivitas religinya. Hasil penelitian

yang dilakukan kepada 69 responden

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso sebagian besar responden

yaitu 40 orang (58%) berada pada

rentan usia 66-76. Sesua dengan teori

yang ditulis oleh Mubarak et all

(2006) dalam Trisnawati (2011)

bahwa lanjut usia makin matang

dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari- hari.

Selain faktor usia ada

beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas religi pada

lansia diantaranya adalah faktor-

faktor yang dikemukakan oleh

Sururin, R.T (2004) dalam

Khirmayanti (2012) antara lain:

Pengaruh-pengaruh sosial, Berbagai

pengalaman, Kebutuhan kebutuhan,

Proses pemikiran.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa dan berdzikir kepada

Allah SWT. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

berdoa kepada Allah SWT. Berdoa

merupakan aktivitas religi yang

sangat ringan sehingga semua orang

dapat melakukannya termasuk

seorang lansia. Berdoa juga dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja

sehingga meskipun seorang lansia

tidak dapat melakukan aktivitas

akibat sakit, lansia tetap dapat

melaksanakan ibadah ini.

Page 7: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

7

Aktivitas religi yang paling

sedikit dilaksanakan lansia adalah

membaca Al-Quran. Mayoritas lansia

tidak dapat membaca dan

keterbatasan dalam kemampuan

penglihatan sehingga lansia kesulitan

dalam membaca Al-Quran.

2. Stres Lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besarresponden tidak

mengalami stres yaitu berjumlah 24

orang (34,8%). penelitian ini juga

didapatkan bahwa lansia yang

mengalami stres berat berjumlah 6

orang (8,7%). Stres lansia

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah faktor agama,

jenis kelamin dan lama tinggal lansia

di panti.

Agama merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kejadian stres lansia.

Menurut Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011), tujuan dimensi

spiritual (agama) adalah untuk

memperoleh ketenangan. Responden

penelitian ini seluruhnya beragama

islam. Agama islam mengajarkan

bahwa seorang muslim harus taat dan

patuh pada ajaran agamanya. Bentuk

dari kepatuhan kepada agama islam

salah satunya adalah menjalankan

ibadah dengan iklas dan khusuk

kepada Allah SWT. Sesungguhnya

semua ibadah ditujukan untuk

mengingat Allah. Sedangkan dengan

mengingat Allah akan menentramkan

hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah

hanya dengan mengiat Allah hati

menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d

ayat 28 dalam Munandar, 2010).

Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut

Usia Bondowoso sebagian besar tidak

mengalami stres karena

melaksanakan aktivitas religi yaitu

Shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran dengan khusuk

dan iklas kepada Allah SWT.

Faktor lama lansia tinggal di

panti juga merupakan faktor yang

membuat lansia tidak mengalami

stres. Sesuai hasil penelitian

didapatkan dari 69 responden

sebagian besar lansia yaitu 44 orang

(63%) tinggal di panti lebih dari 1

7

Aktivitas religi yang paling

sedikit dilaksanakan lansia adalah

membaca Al-Quran. Mayoritas lansia

tidak dapat membaca dan

keterbatasan dalam kemampuan

penglihatan sehingga lansia kesulitan

dalam membaca Al-Quran.

2. Stres Lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besarresponden tidak

mengalami stres yaitu berjumlah 24

orang (34,8%). penelitian ini juga

didapatkan bahwa lansia yang

mengalami stres berat berjumlah 6

orang (8,7%). Stres lansia

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah faktor agama,

jenis kelamin dan lama tinggal lansia

di panti.

Agama merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kejadian stres lansia.

Menurut Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011), tujuan dimensi

spiritual (agama) adalah untuk

memperoleh ketenangan. Responden

penelitian ini seluruhnya beragama

islam. Agama islam mengajarkan

bahwa seorang muslim harus taat dan

patuh pada ajaran agamanya. Bentuk

dari kepatuhan kepada agama islam

salah satunya adalah menjalankan

ibadah dengan iklas dan khusuk

kepada Allah SWT. Sesungguhnya

semua ibadah ditujukan untuk

mengingat Allah. Sedangkan dengan

mengingat Allah akan menentramkan

hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah

hanya dengan mengiat Allah hati

menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d

ayat 28 dalam Munandar, 2010).

Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut

Usia Bondowoso sebagian besar tidak

mengalami stres karena

melaksanakan aktivitas religi yaitu

Shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran dengan khusuk

dan iklas kepada Allah SWT.

Faktor lama lansia tinggal di

panti juga merupakan faktor yang

membuat lansia tidak mengalami

stres. Sesuai hasil penelitian

didapatkan dari 69 responden

sebagian besar lansia yaitu 44 orang

(63%) tinggal di panti lebih dari 1

7

Aktivitas religi yang paling

sedikit dilaksanakan lansia adalah

membaca Al-Quran. Mayoritas lansia

tidak dapat membaca dan

keterbatasan dalam kemampuan

penglihatan sehingga lansia kesulitan

dalam membaca Al-Quran.

2. Stres Lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Bondowoso

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besarresponden tidak

mengalami stres yaitu berjumlah 24

orang (34,8%). penelitian ini juga

didapatkan bahwa lansia yang

mengalami stres berat berjumlah 6

orang (8,7%). Stres lansia

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah faktor agama,

jenis kelamin dan lama tinggal lansia

di panti.

Agama merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kejadian stres lansia.

Menurut Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011), tujuan dimensi

spiritual (agama) adalah untuk

memperoleh ketenangan. Responden

penelitian ini seluruhnya beragama

islam. Agama islam mengajarkan

bahwa seorang muslim harus taat dan

patuh pada ajaran agamanya. Bentuk

dari kepatuhan kepada agama islam

salah satunya adalah menjalankan

ibadah dengan iklas dan khusuk

kepada Allah SWT. Sesungguhnya

semua ibadah ditujukan untuk

mengingat Allah. Sedangkan dengan

mengingat Allah akan menentramkan

hati. Allah SWT berfirman, “ ingatlah

hanya dengan mengiat Allah hati

menjadi tentram.” (Quran surat Ra’d

ayat 28 dalam Munandar, 2010).

Lansia di UPT Pelayana Sosial lanjut

Usia Bondowoso sebagian besar tidak

mengalami stres karena

melaksanakan aktivitas religi yaitu

Shalat, berdzikir, berdoa dan

membaca Al-Quran dengan khusuk

dan iklas kepada Allah SWT.

Faktor lama lansia tinggal di

panti juga merupakan faktor yang

membuat lansia tidak mengalami

stres. Sesuai hasil penelitian

didapatkan dari 69 responden

sebagian besar lansia yaitu 44 orang

(63%) tinggal di panti lebih dari 1

Page 8: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

8

tahun. Menurut Wahit et all (2006)

dalam Sarah (2015), individu yang

telah tinggal lama di panti telah

menyatu dengan kegiatan-kegiatan di

panti dan dapat menikmati kegiatan

tersebut. Lanjut usia yang terlibat

dalam kegiatan-kegiatan di panti akan

merasakan dirinya masih berarti dan

masih memiliki peran sehingga

kemungkinan stres akan lebih sedikit.

Faktor lain yang

mempengaruhi lansia tidak

mengalami stres adalah jenis kelamin

lansia. Dalam penelitian ini jumlah

responden sebagian besar lansia

berjenis kelamin perempuan yaitu 38

orang (55%). Jenis kelamin

merupakan salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi ambang

stres individu jika dihubungkan

dengan stresor. Perempuan memiliki

daya tahan yang lebih baik terhadap

stresor dari pada laki-laki karena

memiliki hormon estrogen yang

masih bekerja normal. Namun, stres

pada wanita yang sudah berumur

lebih dari 60 tahun lebih tinggi

daripada yang dialami laki-laki yang

juga sudah berumur lebih dari 60

tahun. Hal ini dikarenakan adanya

transisi fungsi reproduksi dan

hormona atau menopause (Siswanto,

2007).

Lansia yang mengalami stres

memiliki beberapa tanda dan gejala

diantaranya perubahan emosi

misalnya mudah marah, mudah

tersingung, cemas dan mudah kesal

serta perubahan pola tidur pada

lansia. Sesuai hasil penelitian

sebagian besar lansia mengatakan

sulit beistirahat. Lansia yang tidak

dapat beristirahat dipengaruhi oleh

beberapa stresor, yaitu stresor internal

berupa stressor fisik, biologis dan

psikologis dan stressor eksternal yang

berasal dari lingkungan sosial.

3. Hubungan aktivitas religi

dengan stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Lansia mengalami perubahan-

perubahan, meliputi perubahan fisik

kondisi mental, psikososial, kognitif

dan spiritual. Perubahan spiritual

pada lansia dapat ditunjukkan seperti

agama atau kepercayaan yang makin

terintegrasi dalam kehidupannya.

Lanjut usia makin matur dalam

kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak

8

tahun. Menurut Wahit et all (2006)

dalam Sarah (2015), individu yang

telah tinggal lama di panti telah

menyatu dengan kegiatan-kegiatan di

panti dan dapat menikmati kegiatan

tersebut. Lanjut usia yang terlibat

dalam kegiatan-kegiatan di panti akan

merasakan dirinya masih berarti dan

masih memiliki peran sehingga

kemungkinan stres akan lebih sedikit.

Faktor lain yang

mempengaruhi lansia tidak

mengalami stres adalah jenis kelamin

lansia. Dalam penelitian ini jumlah

responden sebagian besar lansia

berjenis kelamin perempuan yaitu 38

orang (55%). Jenis kelamin

merupakan salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi ambang

stres individu jika dihubungkan

dengan stresor. Perempuan memiliki

daya tahan yang lebih baik terhadap

stresor dari pada laki-laki karena

memiliki hormon estrogen yang

masih bekerja normal. Namun, stres

pada wanita yang sudah berumur

lebih dari 60 tahun lebih tinggi

daripada yang dialami laki-laki yang

juga sudah berumur lebih dari 60

tahun. Hal ini dikarenakan adanya

transisi fungsi reproduksi dan

hormona atau menopause (Siswanto,

2007).

Lansia yang mengalami stres

memiliki beberapa tanda dan gejala

diantaranya perubahan emosi

misalnya mudah marah, mudah

tersingung, cemas dan mudah kesal

serta perubahan pola tidur pada

lansia. Sesuai hasil penelitian

sebagian besar lansia mengatakan

sulit beistirahat. Lansia yang tidak

dapat beristirahat dipengaruhi oleh

beberapa stresor, yaitu stresor internal

berupa stressor fisik, biologis dan

psikologis dan stressor eksternal yang

berasal dari lingkungan sosial.

3. Hubungan aktivitas religi

dengan stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Lansia mengalami perubahan-

perubahan, meliputi perubahan fisik

kondisi mental, psikososial, kognitif

dan spiritual. Perubahan spiritual

pada lansia dapat ditunjukkan seperti

agama atau kepercayaan yang makin

terintegrasi dalam kehidupannya.

Lanjut usia makin matur dalam

kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak

8

tahun. Menurut Wahit et all (2006)

dalam Sarah (2015), individu yang

telah tinggal lama di panti telah

menyatu dengan kegiatan-kegiatan di

panti dan dapat menikmati kegiatan

tersebut. Lanjut usia yang terlibat

dalam kegiatan-kegiatan di panti akan

merasakan dirinya masih berarti dan

masih memiliki peran sehingga

kemungkinan stres akan lebih sedikit.

Faktor lain yang

mempengaruhi lansia tidak

mengalami stres adalah jenis kelamin

lansia. Dalam penelitian ini jumlah

responden sebagian besar lansia

berjenis kelamin perempuan yaitu 38

orang (55%). Jenis kelamin

merupakan salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi ambang

stres individu jika dihubungkan

dengan stresor. Perempuan memiliki

daya tahan yang lebih baik terhadap

stresor dari pada laki-laki karena

memiliki hormon estrogen yang

masih bekerja normal. Namun, stres

pada wanita yang sudah berumur

lebih dari 60 tahun lebih tinggi

daripada yang dialami laki-laki yang

juga sudah berumur lebih dari 60

tahun. Hal ini dikarenakan adanya

transisi fungsi reproduksi dan

hormona atau menopause (Siswanto,

2007).

Lansia yang mengalami stres

memiliki beberapa tanda dan gejala

diantaranya perubahan emosi

misalnya mudah marah, mudah

tersingung, cemas dan mudah kesal

serta perubahan pola tidur pada

lansia. Sesuai hasil penelitian

sebagian besar lansia mengatakan

sulit beistirahat. Lansia yang tidak

dapat beristirahat dipengaruhi oleh

beberapa stresor, yaitu stresor internal

berupa stressor fisik, biologis dan

psikologis dan stressor eksternal yang

berasal dari lingkungan sosial.

3. Hubungan aktivitas religi

dengan stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso

Lansia mengalami perubahan-

perubahan, meliputi perubahan fisik

kondisi mental, psikososial, kognitif

dan spiritual. Perubahan spiritual

pada lansia dapat ditunjukkan seperti

agama atau kepercayaan yang makin

terintegrasi dalam kehidupannya.

Lanjut usia makin matur dalam

kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak

Page 9: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

9

dalam sehari- hari (Mubarak et all,

2006 dakam Trisnawati, 2011).

Hasil penelitian diketahui

bahwa besar korelasi antara aktivitas

religi dengan stres menghasilkan

korelasi negatif yang ditunjukkan

oleh tanda negatif di depan koefisien

korelasi yaitu -0,389 dengan p-value

0,001. Karena p-value korelasi lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan stres. Artinya semakain baik

aktivitas religi lansia maka semakin

rendah tingkat stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso.

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Faktor yang

mempengaruhi stres lansia

diantaranya adalah faktor usia, jenis

kelamin dan faktor agama.

Faktor agama merupakan

faktor yang memiliki pengaruh yang

besar tehadap stres lansia. Hasil

penelitian ini menunjukkan Aktivitas

religi lansia sebagian besar dalam

kategori baik dan sebagaian besar

lansia tidak mengalami stres. Lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

khusuk dan iklas. Kegiatan religi

lansia membuat lansia tenang dan

tentram sehingga berpengaruh pada

tingkat stres lansia.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa kepada Allah SWT.

lansia memilih aktivitas religi berdoa

karena berdoa merupakan aktivitas

religi yang ringan dan semua orang

dapat melakukannya dimanapun dan

kapanpun.

Lansia yakin dengan

melaksanakan aktivitas religi, Allah

SWT akan selalu memberikan jalan

keluar kepada seluruh masalah yang

dihadapi oleh hambanya. Dengan

keyakinan inilah maka seorang lansia

akan menerima segala hal yang terjadi

dalam hidupnya dan meneyerahkan

semuanya kepada Allaha SWT.

Sehingga tingkat stres lansia akan

rendah.

Pernyataan tersebut sesuai

dengan Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011) yang mengatakan

9

dalam sehari- hari (Mubarak et all,

2006 dakam Trisnawati, 2011).

Hasil penelitian diketahui

bahwa besar korelasi antara aktivitas

religi dengan stres menghasilkan

korelasi negatif yang ditunjukkan

oleh tanda negatif di depan koefisien

korelasi yaitu -0,389 dengan p-value

0,001. Karena p-value korelasi lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan stres. Artinya semakain baik

aktivitas religi lansia maka semakin

rendah tingkat stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso.

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Faktor yang

mempengaruhi stres lansia

diantaranya adalah faktor usia, jenis

kelamin dan faktor agama.

Faktor agama merupakan

faktor yang memiliki pengaruh yang

besar tehadap stres lansia. Hasil

penelitian ini menunjukkan Aktivitas

religi lansia sebagian besar dalam

kategori baik dan sebagaian besar

lansia tidak mengalami stres. Lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

khusuk dan iklas. Kegiatan religi

lansia membuat lansia tenang dan

tentram sehingga berpengaruh pada

tingkat stres lansia.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa kepada Allah SWT.

lansia memilih aktivitas religi berdoa

karena berdoa merupakan aktivitas

religi yang ringan dan semua orang

dapat melakukannya dimanapun dan

kapanpun.

Lansia yakin dengan

melaksanakan aktivitas religi, Allah

SWT akan selalu memberikan jalan

keluar kepada seluruh masalah yang

dihadapi oleh hambanya. Dengan

keyakinan inilah maka seorang lansia

akan menerima segala hal yang terjadi

dalam hidupnya dan meneyerahkan

semuanya kepada Allaha SWT.

Sehingga tingkat stres lansia akan

rendah.

Pernyataan tersebut sesuai

dengan Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011) yang mengatakan

9

dalam sehari- hari (Mubarak et all,

2006 dakam Trisnawati, 2011).

Hasil penelitian diketahui

bahwa besar korelasi antara aktivitas

religi dengan stres menghasilkan

korelasi negatif yang ditunjukkan

oleh tanda negatif di depan koefisien

korelasi yaitu -0,389 dengan p-value

0,001. Karena p-value korelasi lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara aktivitas religi

dengan stres. Artinya semakain baik

aktivitas religi lansia maka semakin

rendah tingkat stres lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bondowoso.

Stres lansia adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan

bagi lansia dapat disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan lansia dan

stresor psikososial yang berhubungan

dengan perubahan dalam kehidupan

lansia (Azizah, 2011). Faktor yang

mempengaruhi stres lansia

diantaranya adalah faktor usia, jenis

kelamin dan faktor agama.

Faktor agama merupakan

faktor yang memiliki pengaruh yang

besar tehadap stres lansia. Hasil

penelitian ini menunjukkan Aktivitas

religi lansia sebagian besar dalam

kategori baik dan sebagaian besar

lansia tidak mengalami stres. Lansia

melaksanakan aktivitas religi dengan

khusuk dan iklas. Kegiatan religi

lansia membuat lansia tenang dan

tentram sehingga berpengaruh pada

tingkat stres lansia.

Kegiatan keagamaan lansia di

panti terdiri dari Shalat 5 waktu,

berdzikir, berdoa dan membaca Al-

Quran. Kegiatan keagamaan yang

paling sering dilakukan oleh lansia

adalah berdoa kepada Allah SWT.

lansia memilih aktivitas religi berdoa

karena berdoa merupakan aktivitas

religi yang ringan dan semua orang

dapat melakukannya dimanapun dan

kapanpun.

Lansia yakin dengan

melaksanakan aktivitas religi, Allah

SWT akan selalu memberikan jalan

keluar kepada seluruh masalah yang

dihadapi oleh hambanya. Dengan

keyakinan inilah maka seorang lansia

akan menerima segala hal yang terjadi

dalam hidupnya dan meneyerahkan

semuanya kepada Allaha SWT.

Sehingga tingkat stres lansia akan

rendah.

Pernyataan tersebut sesuai

dengan Hawari (2007) dalam

Trisnawati (2011) yang mengatakan

Page 10: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

10

bahwa tujuan dimensi spiritual

(agama) adalah untuk memperoleh

ketenangan. Menurut Suwarjo,

Iswanti dan Suardiman (2004),

penghayatan agama yang baik

membuat lansia lebih menerima

semua proses penurunan kondisi

fisiknya, bahkan sering diikuti dengan

berbagai penyakit yang kronis sebagai

hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu

hal yang memang harus terjadi dan

dengan lapang dada. Tidak ada

penyesalan, tidak ada kekecewaan

atau perasaan tidak adil maupun

marah. Aktivitas religi sangat besar

pengaruhnya terhadapa stres lansia,

lansia yang aktivitas religinya baik

akan tabah dan kuat dalam

menghadapi segala sesuatu yang

menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc

Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)

mengatakan dari beberapa responden

dengan tingkat religius tinggi

memiliki status kesehatan yang sangat

baik, lebih sedikit mengalami depresi.

Trisnawati (2011) mengatakan

sebagian besar aktivitas religi yang

termasuk dalam kategori baik, tidak

terjadi depresi. Hal ini dikarenakan

para lansia melaksanakan sholat,

puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.

B. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki

keterbatasan yaitu alat ukur yang

digunakan tidak sesuai dengan

keadaan reponden, sebagian besar

responden tidak dapat membaca dan

menulis. Hal itu berdampak pada

objektivitas data yang diperoleh.

Peneliti juga tidak mencantumkan

lama lansia tinggal di panti sehingga

peneliti harus melakukan studi

dokumenter.

C. Implikasi untuk Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat Memberikan konstribusi ilmu

pengetauan dibidang gerontologi

khususnya dalam keperawatanyaitu

tentang cara mengatasi stres pada

lansia dengan menggunakan terapi

spiritual.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aktivitas religi lansia sebagian

besar dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

2. Tingkat stres lansia sebagian

basar dalam kategori tidak stres

berjumlah 24 orang (34,8%).

3. Terdapat korelasi negatif yang

signifikan antara aktivitas religi

10

bahwa tujuan dimensi spiritual

(agama) adalah untuk memperoleh

ketenangan. Menurut Suwarjo,

Iswanti dan Suardiman (2004),

penghayatan agama yang baik

membuat lansia lebih menerima

semua proses penurunan kondisi

fisiknya, bahkan sering diikuti dengan

berbagai penyakit yang kronis sebagai

hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu

hal yang memang harus terjadi dan

dengan lapang dada. Tidak ada

penyesalan, tidak ada kekecewaan

atau perasaan tidak adil maupun

marah. Aktivitas religi sangat besar

pengaruhnya terhadapa stres lansia,

lansia yang aktivitas religinya baik

akan tabah dan kuat dalam

menghadapi segala sesuatu yang

menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc

Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)

mengatakan dari beberapa responden

dengan tingkat religius tinggi

memiliki status kesehatan yang sangat

baik, lebih sedikit mengalami depresi.

Trisnawati (2011) mengatakan

sebagian besar aktivitas religi yang

termasuk dalam kategori baik, tidak

terjadi depresi. Hal ini dikarenakan

para lansia melaksanakan sholat,

puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.

B. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki

keterbatasan yaitu alat ukur yang

digunakan tidak sesuai dengan

keadaan reponden, sebagian besar

responden tidak dapat membaca dan

menulis. Hal itu berdampak pada

objektivitas data yang diperoleh.

Peneliti juga tidak mencantumkan

lama lansia tinggal di panti sehingga

peneliti harus melakukan studi

dokumenter.

C. Implikasi untuk Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat Memberikan konstribusi ilmu

pengetauan dibidang gerontologi

khususnya dalam keperawatanyaitu

tentang cara mengatasi stres pada

lansia dengan menggunakan terapi

spiritual.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aktivitas religi lansia sebagian

besar dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

2. Tingkat stres lansia sebagian

basar dalam kategori tidak stres

berjumlah 24 orang (34,8%).

3. Terdapat korelasi negatif yang

signifikan antara aktivitas religi

10

bahwa tujuan dimensi spiritual

(agama) adalah untuk memperoleh

ketenangan. Menurut Suwarjo,

Iswanti dan Suardiman (2004),

penghayatan agama yang baik

membuat lansia lebih menerima

semua proses penurunan kondisi

fisiknya, bahkan sering diikuti dengan

berbagai penyakit yang kronis sebagai

hal -hal yang biasa-biasa saja, suatu

hal yang memang harus terjadi dan

dengan lapang dada. Tidak ada

penyesalan, tidak ada kekecewaan

atau perasaan tidak adil maupun

marah. Aktivitas religi sangat besar

pengaruhnya terhadapa stres lansia,

lansia yang aktivitas religinya baik

akan tabah dan kuat dalam

menghadapi segala sesuatu yang

menimbulkan stres. Idler, E.L., Mc

Laughlin, J., & Kasl, S. (2009)

mengatakan dari beberapa responden

dengan tingkat religius tinggi

memiliki status kesehatan yang sangat

baik, lebih sedikit mengalami depresi.

Trisnawati (2011) mengatakan

sebagian besar aktivitas religi yang

termasuk dalam kategori baik, tidak

terjadi depresi. Hal ini dikarenakan

para lansia melaksanakan sholat,

puasa, zakat, berdoa dan berdzikir.

B. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki

keterbatasan yaitu alat ukur yang

digunakan tidak sesuai dengan

keadaan reponden, sebagian besar

responden tidak dapat membaca dan

menulis. Hal itu berdampak pada

objektivitas data yang diperoleh.

Peneliti juga tidak mencantumkan

lama lansia tinggal di panti sehingga

peneliti harus melakukan studi

dokumenter.

C. Implikasi untuk Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat Memberikan konstribusi ilmu

pengetauan dibidang gerontologi

khususnya dalam keperawatanyaitu

tentang cara mengatasi stres pada

lansia dengan menggunakan terapi

spiritual.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Aktivitas religi lansia sebagian

besar dalam kategori baik yaitu

dengan jumlah 28 orang (40,6%).

2. Tingkat stres lansia sebagian

basar dalam kategori tidak stres

berjumlah 24 orang (34,8%).

3. Terdapat korelasi negatif yang

signifikan antara aktivitas religi

Page 11: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

11

dengan tingkat stress lansia di

UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso.

B. Saran

1. Institusi pendidikan

Institusi pendidikan disarankan

dapat mempublikasikan hasil

penelitia terkait penangan stres

lansia dan melakukan sosialisasi

kepada kelompok-kelompok usia

lanjut

2. Profesi Perawat

Perawat dapat meningkatkan

asuhan keperawatan khususnya

kepada klien lanjut usia yaitu

dengan mengangakat diagnosa

keperawatan spiritual dan

melakukan intervensi

keperawatan spiritual dengan

menerapkan hasil penelitian yang

telah ada.

3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia

Meningkatkan kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan

aktivitas religi lansia sehingga

tingkat stres lansia tidak semakin

meningkat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan kepada peneliti

selanjutnya agar

menggunakan alat ukur yang

sesuai dengan kemampuan

responden yaitu dengan

menggunakan alat ukur

wawancara atau observasi

b. Mencantumkan lama lansia

tinggal di panti pada alat ukur

yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu

Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14

Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14

Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14

Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI

11

dengan tingkat stress lansia di

UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso.

B. Saran

1. Institusi pendidikan

Institusi pendidikan disarankan

dapat mempublikasikan hasil

penelitia terkait penangan stres

lansia dan melakukan sosialisasi

kepada kelompok-kelompok usia

lanjut

2. Profesi Perawat

Perawat dapat meningkatkan

asuhan keperawatan khususnya

kepada klien lanjut usia yaitu

dengan mengangakat diagnosa

keperawatan spiritual dan

melakukan intervensi

keperawatan spiritual dengan

menerapkan hasil penelitian yang

telah ada.

3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia

Meningkatkan kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan

aktivitas religi lansia sehingga

tingkat stres lansia tidak semakin

meningkat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan kepada peneliti

selanjutnya agar

menggunakan alat ukur yang

sesuai dengan kemampuan

responden yaitu dengan

menggunakan alat ukur

wawancara atau observasi

b. Mencantumkan lama lansia

tinggal di panti pada alat ukur

yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu

Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14

Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14

Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14

Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI

11

dengan tingkat stress lansia di

UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia

Bondowoso.

B. Saran

1. Institusi pendidikan

Institusi pendidikan disarankan

dapat mempublikasikan hasil

penelitia terkait penangan stres

lansia dan melakukan sosialisasi

kepada kelompok-kelompok usia

lanjut

2. Profesi Perawat

Perawat dapat meningkatkan

asuhan keperawatan khususnya

kepada klien lanjut usia yaitu

dengan mengangakat diagnosa

keperawatan spiritual dan

melakukan intervensi

keperawatan spiritual dengan

menerapkan hasil penelitian yang

telah ada.

3. Bagi Panti Sosial Lanjut Usia

Meningkatkan kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan

aktivitas religi lansia sehingga

tingkat stres lansia tidak semakin

meningkat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Disarankan kepada peneliti

selanjutnya agar

menggunakan alat ukur yang

sesuai dengan kemampuan

responden yaitu dengan

menggunakan alat ukur

wawancara atau observasi

b. Mencantumkan lama lansia

tinggal di panti pada alat ukur

yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011.Keperawatan Lanjut Usia.Jakarta:Graha Ilmu

Idler, E.L. , McLaughlin, J., & Kasl,S. (2009). Religion and thequality of life in the last yearof life.Journal ofGerontology: Social Sciences,64B(4), 528–537,doi:10.1093/geronb/gbp028.Advance Accesspublication on May12,2009.Diaksespada 17-10-14

Khirmayanti. 2012. Prilaku beraganasiswa.Eprint.walisongo.ac.id/560/3/083111016bab2.pdfdiakasespada 18-10-14

Sarah. 2015. Hubungan AntaraReligiositas Dengan TingkatKemandirian Orang LanjutUsiahttp://core.ac.uk/download/pdf/ 11720962.pdf–diakses pada17-10-14

Siswanto.2007.Kesehatan Mental:Konsep, Cakupan DanPerkembangan. yogyakarta:ANDI

Page 12: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

12

Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.

Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14

Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan

Aktivitas Religi Dengan

Tingkat Depresi Pada Lanjut

Usia Dl Panti Sosial Tresna

Werda Unit Budi Luhur

Yogyakarta Jurnal

KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,

http://download.portalgaruda.

org/article.php?article=11962

2&val=5479diakses pada 18-

10-14

12

Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.

Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14

Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan

Aktivitas Religi Dengan

Tingkat Depresi Pada Lanjut

Usia Dl Panti Sosial Tresna

Werda Unit Budi Luhur

Yogyakarta Jurnal

KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,

http://download.portalgaruda.

org/article.php?article=11962

2&val=5479diakses pada 18-

10-14

12

Suwarjo, Iswanti, S & Suardiman,S.P. (2004). Masalah kesepian(loneliness) dan kehidupanberagama para lansia.Yogyakarta: Pusat StudiSumber Daya LansiaLembaga Penelitian UNY.

Syukra, anita. 2012.Hubungan AntaraReligiusitas Dengan KejadianDepresi Pada Lansia Di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan AluihSicincin Kabupaten PadangPariaman.http://repository.unand.ac.id/Hubungan_Antara_Religiusitas_Dengan_Kejadian_Depresi_Pada _Lansia.pdf diakses 18-10-14

Trisnawati, dewi. 2011.Hubungan

Aktivitas Religi Dengan

Tingkat Depresi Pada Lanjut

Usia Dl Panti Sosial Tresna

Werda Unit Budi Luhur

Yogyakarta Jurnal

KesMaDaSka, Vol 2 No. 2,

http://download.portalgaruda.

org/article.php?article=11962

2&val=5479diakses pada 18-

10-14

Page 13: HUBUNGAN AKTIVITAS RELIGI DENGAN TINGKAT STRES …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/70/umj-1x-sitirisaro-3491-1-artikel-l.pdf · tingkat stres pada lansia. Populasi penelitian

13