Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

50
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA DI PANTI WREDA PUCANG GADING SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Universitas Negeri Semarang Oleh Nanik Sumiyati 6450401036 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2007

Transcript of Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

Page 1: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN

PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA DI PANTI

WREDA PUCANG GADING SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nanik Sumiyati

6450401036

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2007

Page 2: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

ii

Abstrak

Nanik Sumiyati. 2007 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pembimbing I Drs. Herry Koesyanto, M.S., Pembimbing II: dr. Yuni Wijayanti.

Kata Kunci: Tingkat Konsumsi Energi dan Protein , Status Gizi Pada Lansia

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.

Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode pendekatan crosssectional. populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wreda Pucang Gading Semarang sejumlah 54 orang dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu sampel diambil dan ditentukan dengan pertimbangan peneliti. Instrumen yang digunakan kuesioner, mikrotoa, timbangan badan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Kendall Tau dengan derajat kemaknaan (0,05).

Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi (p=0,00), tingkat konsumsi protein dengan status gizi (p=0,00).

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah bagi panti dapat menyusun menu dan menyediakan makanan yang bervariasi dan kandungan zat gizi yang seimbang sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, bagi dinas kesehatan diharapkan dapat melakukan monitoring terhadap tingkat konsumsi zat gizi dan status gizi secara berkala, bagi lansia diharapkan agar lansia makan sesering mungkin dengan porsi kecil dan olahraga secara teratur agar dapat mempertahankan berat badan secara optimal.

Page 3: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu, Sesungguhnya Allah

Beserta orang-orang yang sabar (Al Quran Surat Al Baqoroh ayat 153).

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al Quran Surat Alam

Nasyroh ayat 6).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Aku Persembahkan Kepada :

1.Ayah ( Alm ) tercinta Semoga Tenang di Sisi-Nya.

2.Ibu tercinta atas doa dan kasih sayangmu.

3.Mas Nono, Mas Aryo, Mbak Wiwi, Mbak Kartini.

4.Almamaterku IKM FIK UNNES.

Page 4: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya. Berkat

rahmat dan karuniaNya dan partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak

membantu baik moril maupun spiritual sehingga skripsi dengan judul

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN

DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA DI PANTI WREDA PUCANG

GADING SEMARANG dapat terselesaikan. Dengan kerendahan hati saya

menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1.Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Bapak Drs. Sutardji M.S., atas ijin

penelitian.

2.Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Ibu dr. Oktia Woro KH. M.kes.

3.Pembimbing I Bapak Drs. Herry Koesyanto M.S. atas bimbingan dan

arahannya dalam penyusunan skripsi ini.

4.Pembimbing II Ibu dr. Yuni Wijayanti atas bimbingan dan arahannya dalam

penyusunan skripsi ini.

5.Kepala Panti Wreda Pucang Gading Semarang Bapak Moch. Badrun SH yang

telah memberikan ijin dan waktu untuk penelitian.

6.Ayahku tercinta hanya ini yang dapat aku persembahkan tanpa dampinganmu

selama ini semoga tenang di sisi-Nya dan diampuni dosa-dosanya.

7.Ibuku tercinta terima kasih atas doa kesabaranmu serta kasih sayangmu selama

ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8.Mas Nono terima kasih atas doanya serta bantuan dalam membiayai selama ini

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

v

9.Mas Aryo terima kasih atas doanya serta bantuanmu dalam membiayai selama

ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Mbak Kartini terima kasih atas doanya motivasi dan semangat sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

11.Mbak Wiwi terima kasih doanya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Keluarga besarku (Mbah Putri, Om ,dan Bulik ) terima kasih atas doanya

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Maret 2007

Penyusun

Page 6: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

ABSTRAC.................................................................................................. iii

PENGESAHAN......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................ v

KATA PENGANTAR............................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori.................................................................................... 8

2.2 Kerangka Teori ................................................................................... 27

Page 7: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep................................................................................. 28

3.2 Hipotesis............................................................................................... 28

3.3 Definisi Operasional............................................................................. 28

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 29

3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................ 30

3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 31

3.7 Tehnik Pengambilan Data .................................................................... 31

3.8 Tehnik Analisis Data............................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 34

4.2 Pembahasan.......................................................................................... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................................. 39

5.2 Saran.................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 40

LAMPIRAN............................................................................................... 41

Page 8: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keaslian Penelitian........................................................................ 5

Tabel 2. Kategori Ambang batas IMT ........................................................ 22

Tabel 3. Disstribusi Jenis Kelamin.............................................................. 34

Tabel 4. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi............................................. 35

Tabel 5. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein............................................ 35

Tabel 6. Distribusi Tingkat status Gizi ...................................................... 36

Page 9: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori.......................................................................... 27

Gambar 2. Kerangka Konsep ..................................................................... 28

Page 10: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner................................................................................ 41

Lampiran 2. Rekap Hasil Penelitian............................................................ 44

Lampiran 3. Status Gizi Lansia................................................................... 46

Lampiran 4. Hasil Reccall 24 jam .............................................................. 47

Lampiran 5. Statistik Penelitian .................................................................. 49

Lampiran 6. Crosstabs Tingkat Konsumsi Energi Dengan Status Gizi..... 51

Lampiran 7. Crosstabs Tingkat Konsumsi Protein Dengan Status Gizi..... 52

Lampiran 8. Permohonan ijin Penelitian .................................................... 53

Lampiran 9. SK Pembimbing...................................................................... 54

Lampiran 10. SK Ujian ............................................................................... 55

Lampiran 11. Dokumentasi ........................................................................ 56

Page 11: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan secara tidak

langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta

meningkatkan usia harapan hidup Indonesia di tahun 2000 yaitu sekitar 64,5

tahun. menurut UU no. 13 tahun 1998 meskipun tidak sekaligus hal ini berarti

peningkatan mutu kehidupan akan menimbulkan perubahan struktur penduduk

dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia lanjut (Arisman, 2004: 76).

Kesehatan dan gizi merupakan hak asasi manusia dan merupakan faktor

yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Dengan pesatnya

perkembangan IPTEK yang meliputi berbagai bidang termasuk kesehatan telah

dirumuskan paradigma sehat di mana perencanaan dan pelaksanaannya

pembangunan di semua sektor agar mempertimbangkan dampak positif dan

dampak negatif pada status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Untuk

mewujudkan paradigma sehat tersebut telah ditetapkan Visi dan Misi Indonesia

sehat 2010. Seiring kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah

kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut juga semakin meningkat. Berdasarkan dari

data Badan Pusat Statistik jumlah populasi usia lanjut di Indonesia yaitu

sejumlah 14.439.967 orang atau 7,18 % . Bahwa jumlah usia lanjut di Indonesia

semakin bertambah akan membawa pengaruh besar di dalam pengelolaan

masalah kesehatannya dan kesejahteraannya.(Republika,2005)

Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya di

samping masih ada kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi lebih kurang dari

Page 12: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

2

74% usia lanjut menderita penyakit kronis. Adapun lima utama penyakit yang

banyak diderita adalah anemia (50%), ISPA (12,2%), kanker (12,2%), tbc (11,5%)

dan penyakit jantung pembuluh darah (29%). Masalah gizi yang sering diderita di

usia lanjut adalah kurang gizi, kondisi kurang gizi tanpa disadari karena gejala

yang muncul hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut telah jatuh dalam

kondisi gizi buruk (Depkes,2003).

Usia senja merupakan fase kehidupan yang dilalui oleh setiap individu.

Kondisi kesehatan pada tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas

asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya penurunan prosentase

timbulnya penyakit dan angka kematian di usia lanjut. Di lain pihak kemunduran

biologis, adaptasi mental yang menyertai proses penuaan seringkali menjadi

hambatan bagi para usia lanjut. Masalah fisiologis seperti terjadi gangguan

pencernaan penurunan sensitivitas indera perasa dan penciuman, malabsorpsi

nutrisi serta beberapa kemunduran fisik lainya dapat menyebabkan rendahnya

asupan zat gizi (Emma Wirakusumah, 2002).

Bertambahnya usia bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan asupan

zat gizi yang cukup dan berkualitas. Pertambahan usia akan menimbulkan

beberapa perubahan baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan

mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan sosial

ekonomi sebagian besar kebutuhan zat gizi para lansia mengalami penurunan.

Adapun wujud perhatian tersebut adalah dengan pendirian Panti Wreda. Salah

satunya yaitu Panti Wreda Pucang Gading yang merupakan unit pelaksana teknis

Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah yang memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial pada lansia yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup secara

Page 13: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

3

biologis, psikologis, social, dan spiritual. Sehingga merasa dapat menikmati hari

tuanya dengan diliputi rasa tenang, tenteram, dan bahagia serta mendekatkan diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satu upaya untuk mempertahankan status gizi lansia tetap baik

adalah Panti Wreda perlu mempertahankan dan meningkatkan konsumsi zat gizi

agar tetap dengan proses penyelenggaraan makanannya. Dalam rangka

pelaksanaan upaya ini tentunya panti mempunyai cara pengaturan dan

penyelenggaran makanan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-

masing lansia. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian apakah ada

hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada

lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Alasan peneliti mengadakan

penelitian di sini karena selama ini belum pernah diadakan penelitian dan tidak

pernah diadakan pengukuran secara berkala pada lansia yang ada di Panti tersebut.

I.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian adalah Apakah ada hubungan

antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada lansia di Panti

Wreda Pucang Gading Semarang ?

I.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi pada lansia di Panti Wreda

Pucang Gading Semarang.

Page 14: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

4

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Panti Wreda

1. Panti dapat mengetahui konsumsi energi dan konsumsi protein yang

disajikan setiap hari.

2. Panti dapat mengetahui status gizi lansia.

3. Panti dapat mengetahui hubungan antara konsumsi energi dan protein

dengan status gizi pada lansia.

4. Panti dapat menyelenggarakan makanan yang cukup dan seimbang sesuai

dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan serta dapat lebih

meningkatkan status gizi secara berkala.

1.4.2 Bagi Pemerintah

Bagi Pemerintah Khususnya Dinas Kesehatan dan Dinas Kesejahteraan

Sosial dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam rangka menentukan kebijakan

dalam langkah-langkah yang berkaitan dengan penanggulangan masalah gizi dan

upaya perbaikan gizi di Panti Wreda.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menelaah sejauh mana teori yang diperoleh dan penerapan dalam

masyarakat.

Page 15: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

5

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1

Keaslian penelitian No Judul

Penelitian

Nama

Penelitian

Tahun

dan

Tempat

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

1

Hubungan

tingkat

asupan gizi

(energi,

protein,

lemak,

natrium)

dan status

gizi dengan

tekanan

darah lansia

(studi kasus

di Panti

Sosial

Tresna

Wreda

Bisma

Upakara

kab.

Pemalang)

Tahun 2001

Studi

preferensi

Arlinda

Widiawati

2001

Pemalang

Explanatory

research

dengan

metode

cross

sectional

Variable

bebas:

tingkat

asupan

gizi

(energi,

protein,

lemak,

natrium)

dan status

gizi

Variabel

terikat:

tekanan

darah

lansia

Tidak ada

hubungan

antara

asupan

gizi

dengan

tekanan

darah

Page 16: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

6

2

dan

hubungan

tingkat

konsumsi

energi

dengan

status gizi

lanjut usia

di Panti

Sosial

Tresna

Wreda

Pucang

gading

Kotamdya

Semarang

Eva Yanti

Tawas

1998

Semarang

Penjelasan

metode

survai cross

sectional

Variabel

terikat:

studi

preferensi

terhadap

mutu

hidangan,

tingkat

konsumsi

energi

variabel

bebas:

status

gizi

Ada

hubungan

antara

konsumsi

energi

dengan

status

gizi, tidak

ada

hubungan

antara

prefensi

penghuni

terhadap

mutu

hidangan

dengan

tingkat

konsumsi

energi

Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya:

1. Dalam penelitian Arlinda Widiawati hubungan tingkat asupan gizi (energi,

protein, lemak, natrium dan status gizi) dengan tekanan darah lansia.

Variabel bebas tingkat asupan gizi (energi, protein, lemak, natrium), variabel

terikatnya tekanan darah.

Page 17: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

7

2. Dalam penelitian Eva Yanti Tawas adalah studi preferensi dan hubungan

tingkat konsumsi energi dengan status gizi lansia. Variabel terikat studi

preferensi mutu hidangan, tingkat konsumsi energi dan variabel bebasnya

status gizi.

3. Dalam penelitian ini hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein

dengan status gizi pada lansia. Variabel bebas tingkat konsumsi energi dan

protein dan variabel terikatnya status gizi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan

Masyarakat tentang Gizi.

Page 18: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Gizi

GIZI adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara nomal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ serta

menghasilkan energi (I Dewa Nyoman Supariasa , 2001 : 17).

Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat yang diperlukan

tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air. Tujuan makanan secara

umum menurut ilmu kesehatan adalah untuk memperoleh energi serta

memperbaiki sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme tubuh dan

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Di mana setiap

makanan memiliki kandungan zat yang berbeda baik mutu dan jumlahnya, zat

makanan yang berperan inilah disebut gizi.

Setiap makhluk hidup membutuhkan zat yang berasal dari makanan yang

mereka konsumsi untuk pertumbuhan, berkembang serta mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung

zat yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan

tubuh yaitu untuk menyediakan energi pembangun dan memelihara jaringan

tubuh serta proses kehidupan dalam tubuh.

Page 19: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

9

Menurut Sunita Almatsier (2001: 8), dikatakan bahwa makanan sehari-

hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang

dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh yaitu terdiri dari karbohidrat, lemak,

vitamin, mineral dan air. Adapun fungsi zat makanan adalah sebagai sumber

energi atau tenaga, menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh

mengganti yang rusak, mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan,

pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Kesehatan pada manula dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,

jenis kelamin, aktivitas atau kegiatan fisik dan mental, postur tubuh,

pekerjaan, iklim atau suhu udara, kondisi fisik dan lingkungan. Klasifikasi zat

gizi menurut Achmad Djaeni (2000:17) adalah karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral.

Adapun Fungsi Zat Gizi adalah sebagai berikut:

1. Memberi Energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,

protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasuilkan energi yang diperlukan tubuh

untuk melakukan aktivitas. Ketiga zat gizi tersebut terdapat dalam jumlah paling

banyak dalam bahan pangan. Ketiga zat gizi ini termasuk ikatan organik yang

mengandung karbon yang dapat dibakar. Dalam fungsi sebagai sumber energi

ketiga zat ini dinamakan zat pembakar.

2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral, dan air diperlukan untuk membentuk sel-sel baru,

memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi

tersebut dinamakan zat pembangun.

Page 20: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

10

3. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.

Protein mengatur keseimbangan air dalam sel dan membentuk antibodi sebagai

penangkal organisme infektif. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur

dalam proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot. Air diperlukan untuk

melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan,

pencernaan, jaringan, dan lain-lain. Dalam fungsi mengatur proses tubuh, keempat

zat gizi dinamakan zat pengatur.

2.1.2 Kecukupan Energi dan Protein

Energi diartikan dengan suatu kapasitas untuk melakukan pekerjaan.

Di mana jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis

kelamin, berat badan, dan bentuk tubuh (Elly Nurachmah, 2001: 36). Adapun

sumber energi diperoleh dari masukan protein, karbohidrat, lemak, serta bahan

yang tersimpan dalam tubuh khususnya cadangan energi dalam tubuh manusia

dapat ditimbulkan karena adanya pembakaran karbohidrat dan protein dengan

demikian agar manusia tercukupi energinya diperlukan zat makanan yang cukup

dalam tubuh.

Untuk menilai tingkat konsumsi makanan (energi dan zat gizi) diperlukan

suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dientary Allowan

(RDA).

Angka kecukupan gizi diperoleh dari perbandingan berat badan asli

individu dengan berat badan standar menurut umur. Hasil perbandingan tersebut

dikalikan dengan AKG standar. AKG individu yang diperoleh ini kemudian

dicari prosentasenya.

Page 21: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

11

2.1.3 Tingkat Konsumsi Energi

Untuk menjaga kelangsungan hidup dan menjalankan kegiatan hidupnya.

setiap manusia membutuhkan energi perhari yang disesuaikan dengan berat badan

dan tingkat aktivitas dalam tingkat normal pria lansia membutuhkan sekitar

35 kkal/kg berat badan/hari. Wanita membutuhkan sekitar 32-34 kkal/kg berat

badan/hari. Menurut Wiess dalam buku Emma Wirakusumah kecukupan energi

lansia berkurang setelah mencapai usia 50 tahun.

2.1.4 Tingkat Konsumsi Protein

Protein adalah fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat

pembangun jaringan, membentuk stuktur tubuh, pertumbuhan, transportasi

oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. sumber protein yang baik yaitu

berasal dari protein hewani dan nabati. Angka kecukupan protein pada lansia

adalah 0,8. Perhitungan tingkat konsumsi protein dengan recall 24 jam kemudian

akan distandarkan dengan umur, berat badan, dan jenis kelamin. Sehingga dapat

dihitung angka kecukupan protein dan akhirnya dapat ditentukan tingkat

konsumsi protein.

2.1.5 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

2.1.5.1 Akibat Gizi Kurang Pada Proses Fungsi Tubuh

Menurut Sunita Almatsier (2001: 11-12) akibat gizi kurang pada proses

fungsi tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi

secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan

gangguan pada proses-proses:

(1) Pertumbuhan

Page 22: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

12

Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi

lembek dan rambut mudah rontok. Orang yang berasal dari tingkat sosial ekonomi

menengah keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial

ekonomi rendah.

(2) Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang tenaga

untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa

lemah, dan produktivitas kerja menurun.

(3) Pertahanan Tubuh

Daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres menurun. sistem imunitas

dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi, seperti pilek, batuk,

dan diare.

(4) Struktur dan Fungsi Otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan

mental, dengan demikian kemampuan berfikir menurun. Otak mencapai bentuk

maksimal pada usia dua tahun. kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya

fungsi otak secara permanen.

(5) Perilaku

Baik pada anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi

menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, apatis, cengeng.

2.1.6 Lansia

Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Di Indonesia

M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dinyatakan lansia jika mereka

Page 23: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

13

telah berumur di atas 60 tahun. Jika mengacu pada usia pensiun, lansia ialah

mereka yang telah berusia 56 tahun.

2.1.6.1 Keadaan Kesehatan Lansia

Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam

penilaian kebutuhan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada lansia

mengidap penyakit kronis. Disamping itu sebagian lansia masih mampu mengurus

diri sendiri. Sementara sebagian lain masih sangat tergantung pada belas kasihan

orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka tergolong aktif biasanya berbeda dengan

orang dewasa sehat. Penuaan tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan

mereka.

2.1.6.2 Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan

Usia tua hampir selalu datang bersamaan dengan kesengsaraan fisik,

psikis, kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka. Akibatnya kepala dan

leher terfleksi ke depan sementara ruas tulang belakang mengalami

pembengkokan (kifosis) panggul dan lutut juga terfleksi sedikit keadaan tersebut

menyebabkan postur tubuh terganggu.

2.1.6.3 Kemunduran dan Kelemahan Lansia

1. Pergerakan dan kesetabilan terganggu

2. Intelektual terganggu (dementia)

3. Isolasi diri (depresi)

4. Inkontinensia dan impotensia

5. Defisiensi imunologis

6. Infeksi konstipasi dan malnutrisi

7. Lantrogenesis dan insomnia

Page 24: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

14

8. Kemunduran penglihatan, pendengaran, dan pengecapan, pembauan,

komunikasi dan integritas

9. Kemunduran proses penyembuhan.

2.1.6.4 Adanya Perubahan Pada Saluran Pencernaan

2.1.6.4.1 Rongga Mulut

Bagian dalam rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi, gusi

dan ludah mudah tanggalnya gigi bukan hanya disebabkan oleh ketuaan

tetapi juga dikondisikan oleh pemeliharaan yang tidak baik, ketidakbersihan

mulut menyebabkan gigi dan gusi kerap terinfeksi selain itu sekresi air ludah

berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut dan

berkemungkinan menurunkan cita rasa.

2.1.6.4.2 Esofagus

Penuaan esofagus berupa pengerasan sfringfar bagian bawah sehingga

sekarang mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus melebar

(presbysofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan esofagus dan tidak

jarang berlanjut sebagai hernianhiatal. Gangguan menelan biasanya

berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya

tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskoler

seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot polos menebal

dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan esofagus.

2.1.6.4.3 Lambung

Lapisan lambung menipis diatas usia 60 tahun sekresi HCL dan Pepsin

berkurang, dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.

Page 25: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

15

2.1.6.4.4 Usus

Berat total usus halus diatas usia 40 tahun berkurang meskipun

penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali

kalsium (di atas usia 60 tahun) dan zat besi.

2.1.6.5 Perubahan Pada Sistem Endokrin

Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi respon terhadap

stimulasi struktur kelenjar endokrin. Talbert (1977) menemukan bahwa pada

usia di atas 60 tahun sekresi testosteron akan menurun. Goldfer (1979)

menyatakan bahwa produksi estrogen dan progesterone pada usia di atas

juga menurun.

2.1.6.6 Perubahan Pada Sistem Pernafasan

Diameter anteroposterior paru membesar sehingga menimbulkan barrel

chast pengapuran tulang rawan menyebabkan kelenturan tulang iga berkurang.

Di samping itu osteoporosis yang progretif dan kifosis menyebabkan gangguan

kelenturan (fleksibilitas) paru yang selanjutnya menurunkan kapasitas vital sakur

paru membesar sementara dindingnya menipis untuk kemudian bersatu sama

lain membentuk sakur baru yang lebih besar. Semua perubahan ini berujung

pada penurunan fungsi paru tampak emfisme pada klise foto roentgen.

2.1.6.7 Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan

perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pembesaran pada bilik kiri

jantung disertai oleh fibrosis dan sklerosis. Di endokardium kutub mitral

mengecil (fibrosis) dan klasifikasi jumlah jaringan ikat meningkat sehingga

efisiensi fungsi pemompaan jantung berkurang. Pembuluh darah besar,

Page 26: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

16

terutama aorta menebal dan menjadi fibrosis pengerasan ini selain mengurangi

aliran darah efisienan baroreseptor tertanam pada dinding aorta, arteri,

pulmonis sinus karotikus dan pembuluh darah di daerah dada, mengurangi

kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Itulah sebabnya para lansia

cenderung menderita hipotensi postural curah jantung menyusut sebesar 50%

pada usia 80 tahun sementara tekanan sistolik dan diastolik cenderung

meningkat.

2.1.7 Masalah gizi pada lansia

Pada lansia terdapat dua masalah gizi yaitu gizi lebih dan gizi kurang

2.1.7.1 Gizi Lebih

Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan pertambahan

usia. Pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncak pada usia 5-55 tahun.

Pada wanita antara usia 55-60 tingkat metabolisme basal dan pengeluaran untuk

aktivitas fisik menurun saat memasuki usia dewasa. Akan tetapi asupan kalori

tidak diimbangi sehingga berat badan meningkat.

2.1.7.2 Gizi Kurang

Penurunan asupan kalori biasanya sejalan dengan penurunan tingkat

metabolisme susutnya masa tubuh serta menurunnya penggunaan energi untuk

aktivitas fisik. Hampir 20% lansia mengkonsumsi 1000 kalori sehari kekurangan

protein kalori umum ditemukan pada lansia.

2.1.8 Kebutuhan Gizi Pada Lansia

Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan

khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan

Page 27: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

17

lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan

yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur

dan asupan gizi yang baik maka lansia mampu mempertahankan daya tahan

tubuhnya secara optimal. Adalah sebuah persepsi yang salah bahwa kaum lansia

tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak

lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang

benar lansia tidak membutuhkannya justru mereka sangat membutuhkan untuk

mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya

(Margatan Arcole, 1996:81-82).

Adapun kebutuhan zat gizi lansia adalah sebagai berikut:

2.1.8.1 Karbohidrat

Lansia sebaiknya mengkonsumsi tepung gandum, tepung beras dan bahan

pangan pokok sehari-hari yaitu beras, ketan, sagu, dan ubi. Dewasa ini banyak

penyakit yang diderita karena kekurangan serat.

2.1.8.2 Lemak

Lemak merupakan sumber energi sehingga seseorang mengkonsumsi

lemak dalam takaran yang berlebihan. Sedangkan aktivitas menurun maka

kegemukan akan menyerang. Sebaiknya asupan lemak dibatasi yaitu 20-25 % dari

total kalori.

2.1.8.3 Protein

Tubuh sangat memerlukan protein atau zat putih telur sebagai zat

pembentuk atau pembangun. Golongan lansia membutuhkan protein guna

mengganti jaringan-jaringan yang rusak sehingga kebutuhan protein lansia tidak

Page 28: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

18

jauh berbeda dengan orang dewasa. Pada lansia sebaiknya mengkonsumsi protein

hewani (susu, telur, daging, dan ikan). Mengingat lansia banyak terjadi kerusakan

sel-sel tubuh . Asupan protein yang dianjurkan sekitar 15- 20% dari total kalori.

2.1.8.4 Vitamin.

Vitamin digunakan untuk menjaga kestabilan daya tahan tubuh lansia

adapun jenisnya adalah vitamin A untuk kesehatan mata, kulit dan melawan

infeksi tubuh. Minyak ikan, hati, telur, dan susu merupakan sumber vitamin A.

Serta bahan pangan nabati, seperti wortel, bayam, buah-buahan ,Vitamin D untuk

penguat tulang, vitamin E untuk kesehatan organ hati, memperlebar pembuluh

kapiler, melancarkan aliran darah serta memperkuat dan meningkatkan daya tahan

otot. Vitamin B1 berperan dalam mendatangkan energi, mencegah kelelahan,

menjaga syaraf telinga, memacu pertumbuhan. Vitamin B2 berperan sebagai

koenzim dalam katabolisme. Vitamin C berperan melawan infeksi dan

menanggulangi flu.

2.1.8.5 Mineral

Mineral sangat dibutuhkan lansia untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

Jenis dari mineral adalah kalsium untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang.

Kalium untuk pengaturan stabilitas kalium dalam darah

2.1.8.6 Air

Lansia sebaiknya mengkonsumsi air sebanyak 3-5 liter untuk

meningkatkan fungsi ginjal dalam mengekskresikan sisa-sisa proses metabolisme.

Page 29: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

19

2.1.9 Status Gizi

Status Gizi diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

dan penggunaan zat gizi (Sunita Almatsier 2001: 1). Menurut I Dewa Nyoman

Supariasa (2001: 18), status gizi adalah sebagai ekskresi dari keadaan

keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Selanjutnya Suhardjo (1996: 55), status gizi adalah keadaan kesehatan

individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kesehatan fisik dan

energi zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang

dampak fisiknya diukur dengan antropometri.

Status gizi dihubungkan dengan sel tubuh dan pergantian atas zat

makanan proses yang berkenaan dengan pertumbuhan dan pemeliharaan

serta perbaikan dan pembentukan seluruh kehidupan bagian tubuh akan

menghasilkan status gizi yang tinggi dan rendah. Gizi merupakan bagian

penting bagi kesehatan dan kesejahteraan yang cukup gizinya apabila

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang

optimal dan pemeliharaan energi. Status gizi adalah gambaran tentang

keadaan gizi seseorang sebagian dimakan dan yang dibutuhkan oleh tubuh

sehingga dapat menggambarkan seseorang tersebut dalam kondisi gizi baik

gizi kurang atau gemuk. Untuk mengetahui penilaian status gizi dapat

diketahui dengan penilaian status gizi secara langsung dan status gizi secara

tidak langsung. Secara langsung dengan antropometri, klinis, biokimia, klinis.

Secara tidak langsung survai konsumsi makanan, statistik vital, faktor ekologi.

Page 30: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

20

Di sini untuk mengetahui status gizi dapat digunakan dengan antropometri

dan survai konsumsi makanan.

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut

pandang gizi maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat

gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 36). Antropometri digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, ketidakseimbangan ini

dapat dilihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

otot dan jumlah air di dalam tubuh.

Survai konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, individu. Survai ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Metode pengukurannya

dengan metode recall 24 jam yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut.

2.1.9.1 Keuntungan dan kelemahan dari pengukuran TB/ BB

2.1.9.2 Keuntungan

1) Tidak memerlukan data umur

2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus).

Page 31: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

21

2.1.9.3 Kelemahan pengukuran TB/ BB

1) Tidak dapat memberikan gambaran apakah pendek, cukup tinggi atau

kelebihan tinggi badan, menurut umur karena faktor umur tidak

dipertimbangkan

2) Mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi

3) Membutuhkan dua macam alat ukur

4) Pengukuran relatif lama

5) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya

6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila

dilakukan kelompok non profesional.

2.1.10 Penentuan Status Gizi

Berdasarkan dari laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985. Batasan berat

badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index BMI.

Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh (IMT). IMT

merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya

yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai

usia harapan hidup lebih panjang (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2002:60).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun .

IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Cara menghitung IMT menggunakan rumus berikut ini:

IMT = (m)Badan Tinggi (m)Badan Tinggi

(kg)Badan Barat ×

Page 32: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

22

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Tabel kategori ambang batas IMT

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal 18,5 - 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 - 27,0 Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, ( 2002: 61 )

2.1.10.1 Faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi pada lansia

1) Aktivitas Fisik

Pada umunya para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah

satunya faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan

terjadi kemunduran biologis kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas

yang menuntut ketangkasan fisik penurunan aktivitas fisik pada lansia. Harus

dimbangi dengan penurunan asupan kalori. hal ini untuk mencegah terjadinya

obesitas jika pasokan kalori tidak diimbangi dengan penggunaan kalori akan

mengakibatkan keseimbangan kalori positif (kelebihan kalori) sehingga akan

meningkatkan risiko terjadi serangan beberapa penyakit degeneratif.

2) Kemunduran Biologis

Memasuki usia senja seseorang akan mengalami beberapa perubahan baik

secara fisik maupun biologis. Misal tanggal gigi, kulit keriput, penglihatan

berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun dan depresi, sensitif indera

berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya proses

Page 33: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

23

pencernaan dan penyerapan dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh karena

itu asupan gizi pada lansia harus disesuaikan dengan perubahan organ-organ

tubuh lansia sehingga dapat mencapai kesehatan gizi lansia yang optimal.

3) Pengobatan

Kadang-kadang bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat.

Pada dasarnya pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan

meningkatkan kualitas hidup tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat

mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. Efek ini timbul karena obat-obat

tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi tidak jarang lansia harus

mengkonsumsi obat-obat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu harus

berkonsultasi dengan dokter ahli mengenai waktu yang tepat untuk

mengkonsumsi obat-obat sehingga penggunaan obat-obat lebih efektif dan tidak

mengganggu proses penyerapan zat gizi.

4) Depresi dan Kondisi Mental

Depresi hampir dialami oleh 12-14% populasi lansia. perubahan

lingkungan sosial kondisi yang terisolasi, kesediaan, dan berkurang aktivitas

menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi dan berkurang bersemangat

akibatnya selera makan terganggu dan pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadi

penurunan berat badan dengan demikian kondisi mental yang tidak sehat secara

tidak langsung dapat meniru terjadi status gizi buruk.

5) Penyakit

Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap

serangan penyakit sering menyebabkan keadaan gizi yang buruk. Bahwa penyakit

Page 34: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

24

yang diderita seseorang dapat berpengaruh terhadap ketersediaan dan kebutuhan

zat gizi didalam tubuhnya.

2.1.10.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada lansia

1) Usia

Bertambahnya usia seseorang juga akan mempengaruhi asupan

makanannya. Pertambahan usia akan disertai dengan penurunan fungsi dan

metabolisme organ tubuh serta komposisi tubuh. Gejala menurunnya fungsi organ

tubuh sering baru tampak setelah seseorang mencapai usia lanjut. Perubahan

tersebut menyebabkan kebutuhan gizi dan jumlah asupan makanan berkurang.

2) Jenis kelamin

Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda hal ini

tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan, dan tinggi rendahnya tingkat

aktivitas seseorang. Di samping itu angka kecukupan gizi untuk pria dan wanita

berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran komposisi tubuh.

3) Pengetahuan gizi

Berbagai upaya perbaikan gizi dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

pengetahuan gizinya. Sehingga diharapkan mereka akan mengetahui dan merubah

perilaku mereka di bidang gizi. Yaitu dengan perbaikan gizi keluarga tingkat

pengetahuan mereka akan mempengaruhi mereka dalam sikap dan perilakunya

dalam memilih makan selanjutnya akan mempengaruhi asupan makanan sehari-

hari.

Page 35: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

25

4) Aktivitas fisik

Pada umumnya lansia akan mengalami kemunduran dalam aktivitas

fisiknya. Kemunduran ini disebabkan oleh hal-hal yang kompleks dan faktor

fisiologis memegang peranan penting yaitu kekuatan kontraksi otot, koordinasi

gerak otot yang merupakan susunan saraf pusat, fungsi kardiovaskuler respirasi

yang harus memenuhi kebutuhan otot yang terkait dengan kebutuhan oksigen dan

nutrisi juga fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa metabolisme dari darah, fungsi

hormon dalam mengatur proses metabolisme serta efektivitas susunan bufer dalam

darah. Penurunan aktivitas lansia harus diimbangi dengan penurunan kalori jika

pasokan kalori tidak diimbangi dengan penggunaan kalori maka akan

mengakibatkan keseimbangan kalori tidak seimbang.

5) Perubahan fisiologis

Perubahan fisiologis pada lansia yang akan mempengaruhi gizinya adalah

penurunan BMR, gangguan gigi geligi, penurunan sekresi HCL, penurunan fungsi

hati, antrofi mukosa dan otot usus, penurunan sekresi usus, perubahan

metabolisme glukosa, penurunan fungsional ginjal, perubahan tulang.

6) Keadaan psikologis

Datangnya usia lanjut merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari

dalam kehidupan manusia. Harapan mencapai usia panjang merupakan

pengharapan manusia pada umumnya. Faktor psikologis yang mempengaruhi gizi

pada lansia adalah perubahan pola makan, depresi, kesepian, kebingungan,

demensia dan mereka beranggapan sudah tidak berharga lagi.

Page 36: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

26

7) Penyakit pada lansia

Meningkatnya usia menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit

tertentu sehingga menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk antara lain diabetes

mellitus, hipertensi, penyakit yang diderita seseorang akan berpengaruh terhadap

ketersediaan kebutuhan zat gizi di dalam tubuhnya.

8) Sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi seperti penurunan pendapatan masa pensiun,

perubahan ukuran keluarga, perubahan lingkungan sosial, keterbatasan fasilitas

untuk menyiapkan dan menyimpan makanan akan menyebabkan seseorang rawan

gizi.

9) Tingkat penerimaan menu

Berkurangnya daya kecap makanan terasa tidak enak sehingga lansia

hanya makan sedikit. Kadang lansia merasakan makan kurang sempurna karena

citarasa makanpun kurang lezat sehingga lansia menjadi makan lunak yang bisa

menyebabkan menu makan tidak seimbang.

Page 37: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

27

2.2 Kerangka Teori

Konsumsi energi dan protein Karbohidrat dan protein

Kurus Normal Gemuk

Usia Jenis Kelamin Pengetahuan Gizi Aktivitas Fisik Perubahan Fisiologi Keadaan Psikologis Sosial Ekonomi Tingkat Penerimaan Menu Penyakit pada Lansia

Status Gizi

Page 38: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada Hubungan Antara

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Dengan Status Gizi Pada Lansia. Di Panti

Wreda Pucang Gading Semarang.

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein adalah Jumlah energi total yang

dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya. Dibandingkan dengan

kecukupan energi yang dianjurkan. Sedangkan tingkat konsumsi protein

adalah jumlah protein total yang dikonsumsi oleh setiap orang setiap

harinya dibandingkan dengan angka kecukupan protein yang dianjurkan ( I

Dewa Nyoman Supariasa,dkk,2001:113).

Variabel disini diukur dengan recall 24 jam .

Skala: ordinal

Variabel Bebas Variabel Terikat

Konsumsi Energi Konsumsi Protein

Status Gizi

Pengetahuan Gizi Penerimaan Menu Sosial Ekonomi

Page 39: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

29

3.3.2 Status Gizi adalah Ekskresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu

(I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001:18). Status gizi ini dikategorikan

dalam tingkat kurus, normal, gemuk.

Variabel dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan.

Skala : ordinal

3.3.3 Lansia adalah Mereka yang telah berusia 60 tahun keatas (Irwanto,

2002:5). Pemerintah Indonesia menentukan lansia adalah mereka yang

telah berusia 60 tahun ke atas (Suparto,2000:11).

Skala : ordinal

3.3.4 Panti adalah Rumah, Tempat (kediaman) (Poerwadarminta, 2002:710).

Skala : ordinal

3.3.5 Wreda adalah Tua, Lanjut usia (Poerwadarminta,2002:1151).

Skala : ordinal

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu mencari hubungan suatu keadaan lain dalam satu

populasi serta variabel terikat dan bebas diukur dalam waktu bersamaan (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002:26).

Page 40: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

30

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam penelitian

ini adalah semua lansia yang berusia tahun di Panti Wreda Pucang Gading

Semarang yang berjumlah 115 orang.

3.5.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:79).

Sampel ditentukan berdasarkan pada jumlah populasi yang diteliti dan

kemampuan peneliti dalam hal pendanaan, tenaga dan waktu. Sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling sampel yang

ditentukan dengan pertimbangan peneliti yaitu dengan menetapkan kriteria inklusi

antara lain: lansia dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, tidak dalam keadaan

sakit, Kriteria eksklusi: lansia sakit yang tidak mau dijadikan responden. Menurut

Soekidjo (2002:92) dalam penentuan besar sampel. Sampel dipilih jika populasi

kecil atau lebih kecil dari 10.000 maka digunakan rumus sbb:

( )21 dNNn

+=

keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan

Dari Rumus diatas diperoleh sampel sejumlah 54 orang sebagai sampel.

Page 41: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

31

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena dan maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2002:84). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Formulir recall 24 jam selama 4 hari

2) Timbangan injak (bathroomscale) dengan ketelitian 0,5 kg

3) Mikrotoa alat pengukur tinggi badan

4) Kuesioner.

3.7 Tehnik Pengambilan Data

3.7.1 Data Primer

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi responden tentang pengetahuan gizi dan penerimaan menu

1) Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri adalah penilaian status gizi dengan melakukan

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan terhadap sampel.

2) Pengukuran Status Gizi

Pengukuran status gizi berdasarkan perhitungan IMT dengan BB/TB.

3.7.2 Data Skunder

1) Observasi

Observasi disebut juga dengan pengamatan dalam penelitian ini observasi

saat pengukuran tinggi badan dan berat badan.

Page 42: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

32

2) Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti mengkaji dokumen yang terkait dengan profil

panti wreda, nama, umur, tanggal lahir.

3.8 Tehnik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini

berupa distribusi dan prosentase pada setiap variabel yaitu meliputi jenis kelamin,

status gizi, tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mencari hubungan dengan membuktikan hipotesis

dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Kendall Tau dengan bantuan SPSS

karena skala variabel ordinal dan ordinal.

( )2

1−−

= ∑ ∑NN

BAZ

3.8.3 Tehnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisis data yang

terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer

meliputi.

1) Editing

Sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi dan dibetulkan

apabila masih ada kesalahan.

Page 43: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

33

2) Coding

Data yang sudah dikumpulkan berupa angka, kalimat pendek data tersebut

diberi kode untuk memudahkan dalam mengelompokan data

3) Entry

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program komputer

untuk diolah

4) Tabulasi

Data disajikan dalam model tabel agar mudah membaca.

Page 44: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Panti Wreda Pucang Gading

Semarang didapatkan hasil sebagai berikut.

4.1.1 Deskriftif Data

4.1.1.1 Jenis Kelamin

Dari 54 responden yang diteliti terdapat 24 responden (44,4%) berjenis

kelamin laki-laki dan selebihnya 30 responden (55,6%) berjenis kelamin

perempuan.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

No. Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%)

1. Laki-laki 24 44,4

2. Perempuan 30 55,6

Jumlah 54 100

4.1.1.2 Tingkat Konsumsi Energi

Dari 54 responden yang diteliti terdapat 14 responden (25,9%) dalam

kategori baik, selebihnya 11 responden (20,4%) sedang, 3 responden (5,6%)

kurang dan 26 responden (48,1%) tingkat konsumsi energi defisit.

Page 45: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

35

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Energi Responden No. Tingkat konsumsi energi Frekuensi Prosentase (%)

1. Baik 14 25,9

2. Sedang 11 20,4

3. Kurang 3 5,6

4. Defisit 26 48,1

Jumlah 54 100

4.1.1.3 Tingkat Konsumsi Protein

Dari 54 responden yang diteliti terdapat 48 responden (88,9%)

mempunyai tingkat konsumsi protein baik. Selebihnya 6 responden (11,8%)

dalam kategori sedang.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Protein Responden No Tingkat konsumsi protein Frekuensi Prosentase (%)

1 Baik 48 88,9

2 Sedang 6 11,1

Jumlah 54 100

4.1.1.4 Status Gizi

Dari 54 responden yang diteliti terdapat 13 responden (24,1%)

mempunyai berat badan kurus tingkat berat, 4 responden (7,4%) kurus tingkat

ringan, 29 responden (53,7%) normal selebihnya 3 responden (5,6%) gemuk

tingkat ringan dan 5 responden (9,3%) gemuk tingkat berat.

Page 46: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

36

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden No. Status gizi Frekuensi Prosentase (%)

1. Kurus tingkat berat 13 24,1

2. Kurus tingkat ringan 4 7,4

3. Normal 29 53,7

4. Gemuk tingkat ringan 3 5,6

5. Gemuk tingkat berat 5 9,3

Jumlah 54 100

4.1.2 Analisis Data

4.1.2.1 Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status

gizi dengan menggunakan uji Kendall Tau. Dari hasil penelitian 54 responden di

Panti Wreda Pucang Gading Semarang terdapat 14 responden (25,9%) tingkat

konsumsi energi baik, 11 responden (20,4|%) tingkat konsumsi energi sedang,

selebihnya 3 responden (5,6%) tingkat konsumsi energi kurang dan 26 responden

(48,1%) tingkat konsumsi energi defisit. Sedangkan dari hasil penelitian 54

responden bahwa responden denga status gizi kurus tingkat berat sebesar 13

responden (24,1%), kurus tingkat berat 4 responden (7,4%). Selebihnya 29

responden (53,7%) normal 3 responden (5,6%) gemuk tingkat ringan dan 5

responden (9,3%) gemuk tingkat berat.

Berdasarkan dari hasil analisis korelasi Kendall Tau dengan r=0,557

dengan p=0,000< 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat

Page 47: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

37

konsumsi energi dengan status gizi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading

Semarang sebesar 5,57%.

4.1.2.2 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi

Untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi

dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau. Dari hasil penelitian 54 responden

di Panti Wreda Pucang Gading Semarang terdapat 48 responden (88,9%) tingkat

konsumsi energi baik, selebihnya 6 responden (11,1%) tingkat konsumsi sedang.

Sedangkan dari hasil penelitian 54 responden dengan status gizi kurus tingkat

berat sebesar 13 responden (24,1%), kurus tingkat ringan sebesar 4 responden

(7,4%), selebihnya 29 responden (53,7%) normal 3 responden (5,6%) gemuk

tingkat ringan dan 5 responden (9,3%) gemuk tingkat berat.

Berdasarkan dari hasil analisis korelasi kendall tau dengan r=0,491 dengan

p=0,000<0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi

protein dengan status gizi pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang

sebesar 4,91%.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Pada

Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.

Dari hasil korelasi Kendall Tau dapat diketahui bahwa ada hubungan yang

signifikan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan nilai r= 0,557, dan nilai p= 0,000 (p< 0,05).

Dari hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan tingkat konsumsi energi

memiliki pengaruh terhadap status gizinya. Hubungan yang diperoleh merupakan

Page 48: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

38

hubungan searah yang artinya semakin baik tingkat konsumsi energi maka akan

semakin baik pula status gizinya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tingkat

konsumsi energi pada waktu dewasa jumlah kalori yang dibutuhkan semakin

menurun karena tingkat aktivitas juga menurun. Sementara itu asupan kalori

cenderung berlebihan, sedangkan aktifitas fisik mengalami penurunan akibatnya

kondisi ini dapat memicu terjadinya peningkatan berat badan atau kegemukan

sehingga berat badan melebihi normal.

4.2.2 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi Pada

Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.

Dari hasil analisis korelasi Kendall Tau dapat diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi . Hal

ini ditunjukkan dengan nilai r= 0,491 dan nilai p= 0,000 (p<0,05).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan searah yang artinya

semakin baik tingkat konsumsi protein maka semakin baik pula status gizi lansia

tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lansia membutuhkan protein untuk

mengganti jaringan-jaringan yang rusak atau aus. Jika konsumsi protein yang

diperoleh dari makanan itu mencukupi maka akan diperoleh status gizi yang baik.

Page 49: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Ada hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi Pada

Lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Yaitu hubungan yang

searah dengan tanda Positif (+) sebesar 5,57%.

2) Ada Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi Pada

Lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Yaitu hubungan yang

searah dengan tanda Positif (+) sebesar 4,91%.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Panti Wreda

Disarankan agar lebih berupaya memperhatikan menu dan menyediakan

menu makanan yang bervariasi dengan kandungan gizi yang seimbang

sehingga kebutuhan zat gizi energi dan protein dapat terpenuhi.

5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Diharapkan selalu melaksanakan monitoring terhadap tingkat konsumsi zat

gizi dan status gizi secara berkala.

5.2.3 Bagi Lansia

Diharapkan agar lansia makan sesering mungkin dengan porsi kecil dan

olahraga secara teratur agar dapat mempertahankan berat badan secara

optimal.

Page 50: Hub Antara Tingkat Konsumsi Enrgi Lansia

40

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Hidup. Jakarta: EGC. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rhineka Cipta. Ahmad, Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat. Depkes RI. 2003. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga

Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.

Emma Wirakusumah. 2000. Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus

Agriwidya. ___________. 2002. Menu Sehat Untuk Lanjut Usia . Jakarta: Puspa Swara. Elly Nurachmah. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: CV Agung Seto. I Dewa Nyoman Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: Total Grafika. Margatan Arcole. 1996. Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut. Solo: CV Aneka. Oktia Woro. 2006. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa. Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat: Semarang. Poerwadarminta. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka. Sunita, Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama . Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rhineka Cipta . Sugiyono. 2002. Statistik Penelitian. Bandung: AlfaBeta. Suhardjo . 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara. ________. 2005. Republika. http://www.co.id/suplemen/cetak.Detail./sp/mid.

22 Nopember 2005.