host spesifik Gyrodactylus sp
-
Upload
sevenrasyidridho -
Category
Documents
-
view
44 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of host spesifik Gyrodactylus sp

EKOLOGI PARASITMONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI
“Gyrodactylids”
M. Rasyid Ridha (B252140101)Ridi Arif (B161130071)
Noviriliensi Hartika (B252140031)
Dosen Pengampu:Dr. Drh. Elok Budi Retnani, MS
PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATANSEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................ 2
DAFTAR GAMBAR................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi.................................................................................... 6
Morfologi .................................................................................... 6
Fisiologi ...................................................................................... 6
Reproduksi .................................................................................. 7
Host specificity Gyrodactylids ................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15
2

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Morfologi Gyrodactylus sp............................................. 7
Gambar 2. Siklus hidup Gyrodactylus dan Ikan yang terserang
Gyrodactyliasis............................................................... 10
3

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan-ikan yang hidup di alam dapat teinfeksi oleh parasit cacing, salah
satunya ialah cacing dari kelas trematoda monogenea. Parasit monogenea pada
umumnya merupakan ektoparasit dan jarang yang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kabata (1985) bahwa monogenea merupakan salah satu parasit yang
sebagian besar menyerang pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang
menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan
insang.
Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm
bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang
dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh class monogenea yaitu Dactylogyridae
yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut
squamodis yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan bahwa ada sekitar
1500 spesies monogenea yang ditemukan pada ikan (Gusrina, 2008).
Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian
epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi
pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna,
kehilangan berat badan (kurus) melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi
kerusakan berat pada insang (Rukmono, 1998)
Contoh ikan yang terserang yaitu pada ikan kakap. Jenis cacing yang
ditemukan yaitu Diplectanum sp, yang berukuran antara 0,5-1,9 mm. cacing ini
menyerang pada bagian tubuh yaitu insang hingga pucat dan berlendir.
Selain ikan kakap, Ikan kerapu juga terinfeksi. Dengan memperlihatkan
gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada
permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini
dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian.
4

Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin
selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15
menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Secara taksonomi, Gyrodactylus mempunyai klasifikasi :
Kingdom : AnimaliaPhylum : PlatyhelminthesClass : TrematodaOrdo : MonopisthocokyleaFamily : GyrodactylidaeGenus : GyrodactylusSpesies : Gyrodactylus sp.
B. Morfologi
Hewan ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Pada bagian
tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki
struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu
baris. Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang
sangat kecil. mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2
pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian
posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang
terletak di daerah pharynx.
C. Fisiologi
Mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini
merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan
menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium.
Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh
inang. Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus
spp bersifatovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang
berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah
warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan
6

cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya. Habitat
Lingkungan yang kotor dan kumuh hewan ini banyak dijumpai.
D. Reproduksi
Gyrodactylus bisa bertahan beberapa hari di lingkungan lembab, misalnya di
dalam kantong plastik, pada ikan mati, dalam kemasan dan peralatan lainnya,
seperti sepatu bot untuk mengail, jaring, garis dan jaring mendarat. Reprodusinya
dengan cara aseksual maupun seksual.
Monogenea termasuk parasit trematoda atau biasa disebut sebagai cacing
pipih. Monogenea mempunyai siklus hidup yang sederhana. Gyrodactylus pada
umumnya terdapat pada permukaan tubuh dan sirip hampir semua jenis ikan (Kinne,
1984, Moler dan Anders, 1986; Woo, 1995). Bentuk monogenea pada dasarnya sama
dengan cacing pipih (Noble dan Noble, 1989; Hendrix, 1998), sedangkan menurut
Grabda (1991) monogenea berbentuk pipih dorso-ventral (jarang yang berbentuk
silindris), memanjang, oval atau menyerupai cakram melingkar. Gyrodactylus
merupakan salah satu genus monogenea yang termasuk subkelas Monopisthocotylea.
Gyrodactylus memiliki panjang 0,5-0,8 mm dan hidup pada permukaan air tawar.
Parasit dewasa melekat pada hospes dengan suatu modifikasi ujung posterior yang
dikenal dengan haptor atau lebih tepatnya opisthaptor sedangkan haptor yang
terletak di ujung anteriornya disebut prohaptor. Morfologi parasit Gyrodacylus sp
disajikan pada Gambar 1.
7

Gambar 1. Morfologi Gyrodactylus sp (Hendrik, 1998)
Gyrodactylus merupakan parasit external atau ektoparasit yang sering terdapat
pada ikan air tawar. Infestasi Gyrodactylus akan menyebabkan suatu penyakit yang
disebut gyrodactyliasis. Gyrodactylus biasa menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang
terserang bisa diketahui dari kulit ikan yang pucat, bintik-bintik merah dibagian tubuh
ikan, produksi lendir tidak normal, sisik dan kulit terkelupas serta ikan berenang tidak
beraturan. Siklus reproduksi Gyrodactylus dan ikan yang sedang terserang
gyrodactiliasis disajikan pada Gambar 2.
8

Gambar 2. Siklus hidup Gyrodactylus dan Ikan yang terserang gyrodactyliasis (Woo,
1995)
Beberapa jenis parasit dari kelas monogenea diantaranya: Dactylogyrus spp.
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes,
kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae
dan genus Dactylogyrus . Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar,
payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak
memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular,
memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus spp
mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait
marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua
pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir
berlebih (Gusrina, 2008). Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp
bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang
bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya
9

menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa
menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Parasit Dactylogyrus spp mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan
satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang
dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium.
Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang inang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea
seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas
menjadi larva yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang
terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai
dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina,
2008).
Menurut Damarjati (2008), beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit yang
dapat digunakan sebagai presumtif diagnosa antara lain :
1. Ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan
berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
2. Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini
kualitas air terutama kadar oksigen lebih tinggi.
3. Sering mengapung dipermukaan air.
4. Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka.
Kerusakan pada insang menyebabkan sulit bernafas, sehingga tampak megap-
megap seperti gejala kekurangan oksigen. Insang ikan rusak, luka dan timbul
perdarahan serta berlebihan lendir (stadium awal). Dalam keadaan serius
filamen insang akan rusak dan operkulum ikan tidak tertutup dengan
sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas.
5. Secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna
kekuningan atau putih, selain itu juga terjadi proliferasi di kartilago hialin
pada lamella sekunder. Penyebabnya bisa karena tertular dari ikan yang
10

terinfeksi, kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan sumber air
tanah dan kurang bersih.
Pengobatan yang efektif untuk cacing Dactylogyrus spp. adalah dengan
pemberian formaldehide dan yang tidak kalah penting adalah selalu membersihkan
kolam atau aquarium serta memeriksa sirkulasi air, sirkulasi udara dan kepadatan
kolam (Damarjati, 2008).
b. Neobenedenia
Parasit jenis ini adalah jenis parasit yang paling sering ditemukan pada ikan
laut seperti kerapu,kakap,bawal bintang dll. Merupakan jenis cacing (monogenea)
dan merupakan ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh)
biasanya ditemukan di kulit (sisik), mata, insang.
Gejala klinis dari ikan yang terserang parasit ini kehilangan nafsu makan,
tingkah laku berenangnya lemah dan adanya luka karena infeksi sekunder bakteri.
Cara pencegahannya yang biasa dilakukan yaitu dengan perendaman air
tawar.
c. Diplectanum
Jenis ektoparasit yang biasa menyerang di lamella insang ikan laut (krapu,
kakap, napoleon, bawal). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili
Diplectanidae karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut
sebagai cacing insang. Pada beberapa kasus serangan parasit insang bisa
menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak, ikan yang terserang akan
mengalami gangguan dalam proses pernafasan, selain itu luka yang ditimbulkan bisa
menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
d. Gyrodactilus sp.
Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum
Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Gyrodactylidae, subfamily
Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat
rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar,
payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana
11

telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar
antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-
organ lokomosi hospes dan respirasi.
Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok
– kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil
isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya
dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai
kuping. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi
ender berlebih.
Host specificity Gyrodactylids
Sebagaian besar parasit kelas monogenea memiliki satu atau hanya beberapa
inang definitif. Lebih dari 70% parasit monogenea hanya memiliki satu inang saja.
Oleh karena itu, kelompok parasit ini dikenal memiliki host specificity yang tinggi,
termasuk Gyrodactylids. Beberapa faktor yang berperan dalam memengaruhi host
specificity antara lain faktor fisiologi parasit itu sendiri dan perilaku menginfeksinya.
Faktor fisiologi terkait dengan keberhasilan untuk dapat bertahan di tubuh host,
tumbuh, dan berkembang biak. Faktor tingkah laku menginfeksi meliputi mengetahui
lokasi host, mendekat, dan perlekatan pada tubuh host.
Permukaan tubuh hewan akuatik sebagai host dari parasit merupakan suatu
bentuk ekosistem yang kompleks. Lapisan epidermis dan sekreta yang disekresikan
pada permukaan tubuh dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan infeksi
Gyrodactylids. Oleh karena itu, Gyrodactylids akan memilih inang yang hanya sesuai
dan memungkinkan untuk dapat menginfeksi. Terdapat teori yang menyatakan bahwa
Gyrodactylids hanya akan menginfeksi host yang dapat memberikan nutrisi secara
optimal (Buchmann et al. 2003, 2004). Berdasarkan teori tersebut maka
Gyrodactylids akan memiliki tingkat kesukaan dan kecocokan yang tinggi terhadap
masing-masing hostnya. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa Gyrodactylids memiliki sistem sensoris yang berkembang
12

dengan baik. Melalui sistem sensoris tersebut Gyrodactylids dapat menemukan host
yang sesuai yang dapat memberinya nutrisi yang optimal. Ketika berhasil
menginfeksi namun nutrisi yang diserap dari host tidak optimal, maka infeksi tidak
akan berlanjut. Oleh karena itu Gyrodactylids tidak akan berusaha menginfeksi host
yang nantinya tidak akan memberinya nutrisi yang optimal.
Kemampuan perlekatan Gyrodactylids terhadap hostnya diperantarai oleh
adanya cephalic gland. Kelenjar ini akan mensekresikan senyawa kimia yang
kemudian beraksi dengan sekreta atau mucus di lapisan epidermis host. Hasil reaksi
tersebut membantu Gyrodactylids untuk dapat menempel,bergerak, dan berpindah di
permukaan tubuh host. Setelah berhasil melekat dengan menggunakan kaitnya
(haptor), kemudian Gyrodactylids mulai menyerap nutrisi dari hostnya. Selama
melekat, Gyrodactylids akan mendapat nutrisi dan memungkinkan untuk berkembang
biak. Gyrodactylids baru yang baru saja lahir akan langsung dapat menginfeksi host
yang sama. Infeksi terjadi melalui perlekatan Gyrodactylids menggunakan kait (di
bagian anterior) di epidermis host. Hipotesis oleh Whittington et al. (2000)
menyatakan bahwa inisiasi awal infeksi Gyrodactylids baru Karena adanya
mekanisme mekano dan kemosensori sehingga dapat mengenali epidermis host.
Selain itu, adanya reaksi dari mucus pada lapisan epidermis dengan senyawa adeshive
yang disekresikan parasit juga membantu dalam proses terjadinya infeksi baru.
Bucmann (1998) menyatakan bahwa area anterior dari Gyrodactylids memiliki gula
mannose yang kaya akan glikoprotein yang memudahkan proses perlekatan pada
tubuh host. Interaksi yang terjadi antara lapisan epidermis host dengan tegument
parasit secara kimiawi ini menjadi faktor penting dalam membangun spesifisitas yang
tinggi antara Gyrodactylids dengan inangnya (Whittington et al. 2000).
Infeksi oleh Gyrodactylus salaris pada ikan salmon merupakan salah satu
contoh infeksi Gyrodactylids yang telah banyak dibahas. Parasit G. salaris bersifat
pathogen pada strain ikan salmon di sungai River Lone (Norwegia) dan River
Altaelva (Norwegia utara) akan tetapi tidak menginfeksi pada ikan salmon dari sungai
River Neva. Penelitian tersebut membuktikan bahwa infeksi Gyrodactylids memiliki
13

spesifisitas yang tinggi. Pada strain ikan salmon tadi, G. salaries mampu untuk
establish, mendapat nutrisi, bereproduksi, dan berpindah untuk menginfeksi inang
baru. Meskipun demikian, infeksi Gyrodactylids dapat juga terjadi pada host yang
bukan inang pasangannya, misalkan pada kondisi terkontrol di laboratorium. Ikan
salmon yang diberikan kortisol dapat diinfeksi dengan spesies Gyrodactylids lain
yang bukan parasit spesifiknya di alam. Hal tersebut dapat terjadi karena terjadi
penurunan sistem imun salmon yang menyebabkan infeksi dapat terjadi.
Selain memiliki host specificity yang tinggi Gyrodactylids juga memiliki site
specificity pada tubuh inangnya. Beberapa spesies menunjukkan tingkat site
specificity yang tinggi bergantung pada sepesiesnya. Beberapa parasit hanya
menginfeksi kulit, sirip, dan juga insang. Selain menginfeksi secara lokal pada bagian
tersebut, spesies Gyrodactylids juga memiliki kemampuan bermigrasi saat berada
pada tubuh inangnya. Pada infeksi oleh G. colemanensis, infeksi awal dapat terjadi di
bagian tubuh mana saja namun kemudian akan bermigrasi menuju ke arah caudal dan
kemudian berkolonisasi di bagian sirip belakang. Pada kasus infeksi campuran oleh
beberapa spesies Gyrodactylids, spesies tertentu akan memiliki area kolonisasi yang
berbeda dengan spesies lainnya, misalkan saja pada sirip depan, belakang, atau dorsal
akan diinfeksi oleh spesies yang berbeda. Selain itu, distribusi parasit pada tubuh
inang juga dipengaruhi oleh intensitas infeksi yang ada. Pada infeksi oleh G. salaris,
infeksi kurang dari 100 parasit, klonisasi akan banyak di sirip dorsal, pectoral, dan
anal. Pada infeksi lebih dari 100 parasit, kolonisasi akan lebih banyak terjadi di sirip
caudal dan jika lebih dari 1000 maka tubuh ikan juga akan terinfeksi.
14

DAFTAR PUSTAKA
Buchmann, K. 1998. Binding and lethal effect of complement from Oncorhynchus mykiss on Gyrodactylus derjavini (Platyhelminthes: Monogenea). Diseases of Aquatic Organisms. 32: 195–200.
Buchmann, K., Lindenstrom, T. and Bresciani, J. 2003. Interactive associations between fish hosts and monogeneans. In: Parasite Host Interactions161–184
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. PWN. Police Scientific Publisher. Pp. 85-93.
Hendrix, C.M. 1998. Diagnostic Veterinary Parasitology. 2nd ed. Mosby (Anafilation of Elsivier). Pp. 45-48.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58586/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=4
http://zharifaflower.blogspot.com/2011/03/spesies-parasit-monogenea-dan-
digenea.html
Kinne, O. 1984. Disease of Marine animals. Biologische anstalt helgoland. Hamburg. Federal of Republic of Germany. 4(1):210-228
Moller, H and Anders, K. 1986. Disease and Parasities og marine Fishes. Verlog Moller Sternwartenweg. FRG. Pp. 137-147.
Noble, E. R. And Noble, G. A. 1989. Parasitology. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pp. 178-183; 288-294, 909-939.
Nurdiyanto, Sumatono. 2006. Model Distribusi Monogenea Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di daerah Istimewa Yogyakarta. (2):24
Publishers. Buchmann, K., Madsen, K.K. and Dalgaard, M.B. 2004. Homing of Gyrodactylus salaris and G. derjavini (Monogenea) on different hosts and response post-attachment. Folia Parasitologica. 51:263–267.
Whittington, I.D., Cribb, B.W., Hamwood, T.E. and Halliday, J. 2000. Host-specificity of monogenean (platyhelminth) parasites: a role for anterior adhesive areas? International Journal for Parasitology. 30: 305–320.
Woo, P. T. K. 1995. Fish Disease and Disorders. Protozoan and Metazon infection. CAB. International. (1): 289-329.
15