Sistem Imun Spesifik Dan Non Spesifik

15
A. Sistem Imun Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sementara sistem imun itu sendiri adalah sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi. Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut terhadap mikroba disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009). Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 tipe, yaitu respon imun alamiah atau non-spesifik (innate immunity) dan respon imun adaptif atau spesifik (acquired immunity). Respon imun non-spesifik dan spesifik pada kenyataannya tidak terjadi secara terpisah, tetapi terjadi dengan saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain (Darwin, 2005). 1 Sistem Non- Spesifik Fisi Laru Selul Selul Selul

description

Sistem Imun Spesifik Dan Non Spesifik

Transcript of Sistem Imun Spesifik Dan Non Spesifik

A

PAGE

A. Sistem ImunImunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sementara sistem imun itu sendiri adalah sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi. Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut terhadap mikroba disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009). Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 tipe, yaitu respon imun alamiah atau non-spesifik (innate immunity) dan respon imun adaptif atau spesifik (acquired immunity). Respon imun non-spesifik dan spesifik pada kenyataannya tidak terjadi secara terpisah, tetapi terjadi dengan saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain (Darwin, 2005).

Kulit

Biokimia

- Fagosit

Sel B

Sel TSelaput lendir - Lisozim

> Mononuklear

- IgG

- Th1Silia

- Sekresisebaseus > Polimormouklear

- IgA

- Th2Batuk

- Asam lambung- Sel NK

- IgM

- Th3/Ts - Laktoferin- Sel Mast

- IgE

- Tdth - Asam neuraminik - Basofil

- IgD

- CLT/Tc

- Eosinofil

Sitokin

- NKTHumoral

-SD

- Th17- Komplemen

- APP

- Mediator asal lipid

- Sitokin

Gambar 1. Gambaran umum sistem imun (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009)B. Sistem Imun Spesifik (Aquired Immunity)

Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitifitatasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag dengan sel T (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

Sistem pertahanan spesifik terutama tergantung pada sel-sel limfoid. Ada dua populasi utama sel limfoid, yaitu sel T dan sel B. Rasio sel T terhadap sel B sekitar 3 : 1. Limfosit berkembang pada organ limfoid primer, sel T berkembang di timus, sedangkan sel B di hepar janin atau di sumsum tulang. Kedua jenis sel tersebut kemudian akan bermigrasi ke jaringan limfoid sekunder, tempatnya merespon antigen (Wahab dan Julia, 2002). Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler. Pada imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular. Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).C. Tipe Imunitas

Imunitas : alami dan di dapat

Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita). Setiap tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh terhadap para penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya bekerja dengan cara yang saling tergantung yang satu dengan yang lain.

Imunitas alami

Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing tampa memperhatikan kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan aalami semata-mata merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.

Mekanisme alami semacam ini mencakup :

a. Sawar ( barier) fisik

Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro organism tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut.

b. Sawar (barier) kimia

Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara non-spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus dihadapi dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon biologi yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami yang diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari sistem imun.

c. Sel darah putih ( leukosit)

Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama yang tiba pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe leukosit .ain yang neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon terhadap stress.

d. Respon inflamasi

Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi terhadap cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia turut membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi mokro organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera.

e. Imunitas yang di dapat.

Imunitas yang didapat (acquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak di jumpai pada saat lahir tetapi diperoleh dalam kehidupan seseorang. Imunitas didapat biasanya terjadi setelah seseorng terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas didapat yang aktif , pertahanan imunologi akan dibetuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut dan umumnya berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang di transmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebala setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.

D. Sistem Imun Spesifik Humoral

Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Pada unggas sel asal tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel B di dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang terletak dekat kloaka. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk zat antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi ini ialah untuk pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri (ekstraselular), dan dapat menetralkan toksinnya.Sel B merupakan asal dari sel plasma yang membentuk imunoglobulin (Ig) yang terdiri atas IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD. IgD berfungsi sebagai opsonin, dapat mengaglutinasikan kuman/virus, menetralisir toksin dan virus, mengaktifkan komplemen (jalur klasik) dan berperanan pada Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya merusak sel tunggal tetapi juga mikroorganisme multiselular seperti telur skistosoma, kanker, penolakan transplan, sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil berperan pada imunitas parasit. IgM dibentuk terdahulu pada respons imun primer sehingga kadar IgM yang tinggi menunjukkan adanya infeksi dini. IgM merupakan aglutinator antigen serta aktivator komplemen (jalur klasik) yang poten. IgA ditemukan sedikit dalam sekresi saluran napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu ibu dalam bentuk IgA sekretori (sIgA). IgA dan sIgA dapat menetralisir toksin, virus, mengaglutinasikan kuman dan mengaktifkan komplemen (jalur alternatif). IgE berperanan pada alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis. Peranan IgD belum banyak diketahui dan diduga mempunyai efek antibodi pada alergi makanan dan autoantigen (Baratawidjaja, 1993).Sel B mengenali epitop pada permukaan antigen dengan menggunakan molekul antibodi. Jika dirangsang melalui kontak langsung, sel B berproliferasi, dan klon yang dihasilkan dapat mengeluarkan antibodi yang spesifisitas adalah sama dengan reseptor permukaan sel yang mengikat epitop tersebut. Tanggapan biasanya melibatkan klon yang berbeda dari limfosit dan oleh karena itu disebut sebagai poliklonal. Untuk setiap epitop terdapat beberapa klon limfosit yang berbeda dengan berbagai sel B reseptor, yang masing-masing mengenali epitop dengan cara yang sedikit berbeda dan dengan kekuatan mengikat yang berbeda pula (afinitas) (Delves and Ivan, 2000).

Gambar 5. Pengenalan epitop pada sel B (Delves and Ivan, 2000).E. Sistem Imun Spesifik SelulerImunitas seluler ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi di bawah pengaruh timus (Thymus), sehingga diberi nama sel T. Cabang efektor imunitas spesifik ini dilaksanakan langsung oleh limfosit yang tersensitisasi spesifik atau oleh produk-produk sel spesifik yang dibentuk pada interaksi antara imunogen dengan limfosit-limfosit tersensitisasi spesifik. Produk-produk sel spesifikasi ini ialah limfokin-limfokin termasuk penghambat migrasi (migration inhibition factor = MIF), sitotoksin, interferon dan lain sebagainya yang menjadi efektor molekul-molekul dari imunitas seluler (Delves and Ivan, 2000).

Sel T merupakan 65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Kebanyakan sel T mempunyai 3 glikoprotein permukaan yang dapat diketahui dengan antibodi monoklonal T11, T1 dan T3 (singkatan T berasal dari Ortho yang membuat antibodi tersebut) (Delves and Ivan, 2000). Fungsi sel T umumnya ialah: 1. Membantu sel B dalam memproduksi antibodi 2. Mengenal dan menghancurkan sel yang diinfeksi virus 3. Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis 4. Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun (Baratawidjaya dan Rengganis, 2009).Pada tubuh ditemui beberapa jenis sel T, yaitu Thelper atau Th; Tinducer, Tdelayed hypersensitivity atau Td, Tcytotoxic atau Tc dan Tsupressor atau Ts. Thelper atau Th membantu sel B dalam pembuatan antibodi. Untuk membuat antibodi terhadap kebanyakan antigen, baik sel B maupun sel T harus mampu mengenali kembali bagian-bagian tertentu dari antigennya. Th bekerja sama juga dengan Tc dalam pengenalan kembali sel-sel yang dilanda infeksi viral dan jaringan cangkokan alogenik. Th membuat dan melepaskan limfokin yang diperlukan untuk menggalakkan makrofag dan tipe sel lainnya. Tinducer adalah istilah yang digunakan untuk Th yang sedang menggalakkan jenis sel T lainnya. Tdelayed hypersensitivity atau Td adalah sel T yang bertanggungjawab atas pengarahan makrofag dan sel-sel inflamasi lainnya ke tempat-tempat dimana terjadi reaksi hipersensitivitas yang terlambat. Mungkin sekali Td bukan suatu sub jenis sel T melainkan kelompok Th yang sangat aktif. Tcitotoxic atau Tc adalah sel T yang bertugas memusnahkan sel atau jaringan cangkokan alogenik dan sel-sel yang dilanda infeksi viral, yang dikenali kembali dalam interaksi dengan berbagai antigen dalam MHC molekul pada permukaaan sel tujuannya. Tsupressor atau Ts mengatur kegiatan sel T lain dan sel B. Sel tersebut dapat dikelompokkan dalam 2 golongan , yaitu Tc yang dapat menekan aktivitas sel yang memiliki reseptor antigen spesifik atau yang non-spesifik (Black, 2002)2.3 Interaksi Sistem Imun Non-Spesifik dengan Sistem Imun SpesifikImunitas non-spesifik berperan sebagai pertahanan pertama terhadap agen infeksius, dimana mikroorganisme patogen akan dihancurkan sebelum berkembang biak dan sebelum menimbulkan infeksi. Apabila pertahanan pertama tidak dapat mencegah infeksi sehingga menimbulkan penyakit, maka sistem imun spesifik akan diaktivasi. Penyembuhan melalui respon imun spesifik akan meninggalkan memori imunologi yang spesifik sehingga infeksi selanjutnya dengan agen infeksius yang sama tidak akan menimbulkan penyakit (Darwin, 2005).Sistem kekebalan tubuh non-spesifik menyediakan sinyal, yang bersama-sama dengan proliferasi antigen spesifik dan aktivasi limfosit T dan B, menyebabkan sinyal dari sistem imun non-spesifik meningkatkan dan memodulasi respon imun spesifik. Sistem kekebalan tubuh non-spesifik memainkan peran sebagai adjuvant pada aktivasi sistem kekebalan tubuh spesifik (Engelhardt, 2009).

Gambar 7. Stimulasi yang terbentuk dari respon imun non-spesifik kepada respon imun spesifik (Abbas et al., 2000 dalam Engelhardt, 2009).Sistem Imun

Spesifik

Selular

Fisik

Selular

Selular

Larut

Non-spesifik

5