HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

16
Manajemen Gizi dalam Bencana Kuliah 5, 27 Februari 2013 Selective Feeding Programmes Mirza Hapsari Sakti TP Ni’mah, Rani, Isti, Dani, Dira, Martha, Debby, Rindy, Teti, Rosa Yuk mari berdoa dulu sebelum belajar Sedikit recall materi sebelumnya. → Dalam kondisi bencana untuk mengakses makanan akan terbatas. Tetapi, walaupun akses makanan sudah mencukupi, sistem distribusi baik, akses tersedia, ada kemungkinan resiko terjadinya malnutrisi. Sehingga, perlu pemantauan suplai makanan. Selain itu, butuh suplemen untuk kelompok berisiko. → Pada kondisi bencana semua korban akan mendapat general food distribution yang sebesar 2100 kkal/hr/orang. Tapi kita tau sendiri kan kalo ada beberapa kelompok populasi yang butuh perhatian khusus karena emang kebutuhannya lebih tinggi, gampang kena penyakit, terus malnutrisi gitu deh. Maka dari itu kelompok- kelompok yang rentan tersebut diberi tambahan suplemen makanan untuk memperbaiki diet mereka. Suplemen disini jangan diartikan secara harfiah berupa suplemen kapsul-kapsul gitu, tapi ya tambahan makanan gitu. Mereka yang menderita malnutrisi akut harus mendapatkan perhatian baik secara medis dan gizinya untuk merehabilitasi mereka supaya status kesehatannya membaik. Tahap-tahap pemberian bantuan makan dalam kondisi emergency: Penyebab potensial kondisi darurat pangan dan gizi (kekeringan/musim kemarau, banjir, konflik bersenjata, krisis moneter, perpindahan penduduk, kemiskinan); itu merupakan indikator peringatan awal 1

description

manajemen gizi bencana

Transcript of HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

Page 1: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

Manajemen Gizi dalam Bencana Kuliah 5, 27 Februari 2013

Selective Feeding Programmes

Mirza Hapsari Sakti TP

Ni’mah, Rani, Isti, Dani, Dira, Martha, Debby, Rindy, Teti, Rosa

Yuk mari berdoa dulu sebelum belajar

Sedikit recall materi sebelumnya.

→ Dalam kondisi bencana untuk mengakses makanan akan terbatas. Tetapi, walaupun akses

makanan sudah mencukupi, sistem distribusi baik, akses tersedia, ada kemungkinan resiko

terjadinya malnutrisi. Sehingga, perlu pemantauan suplai makanan. Selain itu, butuh suplemen

untuk kelompok berisiko.

→ Pada kondisi bencana semua korban akan mendapat general food distribution yang sebesar 2100

kkal/hr/orang. Tapi kita tau sendiri kan kalo ada beberapa kelompok populasi yang butuh perhatian

khusus karena emang kebutuhannya lebih tinggi, gampang kena penyakit, terus malnutrisi gitu deh.

Maka dari itu kelompok-kelompok yang rentan tersebut diberi tambahan suplemen makanan untuk

memperbaiki diet mereka. Suplemen disini jangan diartikan secara harfiah berupa suplemen kapsul-

kapsul gitu, tapi ya tambahan makanan gitu. Mereka yang menderita malnutrisi akut harus

mendapatkan perhatian baik secara medis dan gizinya untuk merehabilitasi mereka supaya status

kesehatannya membaik.

Tahap-tahap pemberian bantuan makan dalam kondisi emergency:

Penyebab potensial kondisi darurat pangan dan gizi (kekeringan/musim kemarau, banjir, konflik

bersenjata, krisis moneter, perpindahan penduduk, kemiskinan); itu merupakan indikator peringatan

awal

Penilaian keadaan lapangan pada populasi yang terkena dampak bencana; informasi ini dapat

mengindikasikan adanya kedaruratan pangan

Usaha mendapatkan dan mendistribusikan general food ration pada populasi terkena dampak

bencana; merupakan situasi stabilisasi ketersediaan pangan

Monitoring gizi pada populasi terkena dampak bencana

Deteksi potensi kenaikan malnutrisi akut (nutrition emergency) ; implementasi pemberian

suplementasi mikronutrien serta suplementary & therapeutic feeding yang dibutuhkan

1

Page 2: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

Monitoring gizi pada populasi terkena dampak bencana

Situasi ketersediaan pangan membaik dan sudah terstabilisasi; penurunan kejadian malnutrisi akut

Mekanisme penyediaan bantuan pangan dan gizi:

1. General Food Distribution

2. Selective Feeding Programmes : dibagi menjadi 2 program. Kedua tipe program di bawah

ini bersifat komplementer, artinya berarti saling melengkapi, dan juga tergantung situasi kondisi,

dapat juga diimplementasikan secara simultan:

a. Supplementary Feeding Programmes (SFP) : untuk merehabilitasi individu yang mengalami

moderate malnutrition atau untuk mencegah menurunnya status gizi pada kelompok beresiko.

Program ini dikhususkan untuk balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. SFP dibagi lagi menjadi dua

yaitu blanket SFP dan targeted SFP

b. Therapeutic Feeding Programmes (TFP) : untuk merehabilitasi severe malnutrition dan

mengurangi angka mortalitas.

Kriteria dalam pengadaan Selective Feeding Programmes

GAM Prevalence (%)

NCHS

GAM Prevalence (%)

WHO Standards

Classifications Typical Actions

<5 To be developed Acceptable No action required

5-9 Poor Continue to monitor the

situation

10 – 14 Serious Intervensi

>15 Critical Immediate emergency

intervention

→ Kriteria dalam memutuskan tipe atau kombinasi dari Selective Feeding Programmes berdasarkan

acuan dari NCHS.

2

Page 3: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

Pembahasan dari bagan di atas, yaitu: (untuk jelasnya, lihat slide)

→ Ketika terdapat kejadian emergency, semua orang dapet general ration dong ya. Berapa? yak

betul,< 2100 kkal/hari/orang. Ketika di tempat tersebut terdapat GAM (global accute malnutrition)

> 15% atau GAMnya 10-14% disertai aggravating factor (semacam faktor pemburuk) berarti itu

termasuk kondisi yang serius, jadi kita harus kasih Blanket SFP.

→ Lalu apabila di tempat tersebut terdapat GAM 10-14% atau GAMnya 5-9% dikarenakan

aggravating factors berarti itu termasuk kondisi waspada, dan harus kita kasih targeted SFP. Nah

→ Kalo kondisi GAMnya 5-9% tanpa aggravating factors atau GAMnya <5% disertai aggravating

factors maka kondisinya acceptable alias dapat ditoleransi.

Berikut adalah aggravating factors (non-exhaustive list):

a. Situasi gizi ditempat tersebut memburuk

b. General food ratio yang tersedia kurang dari kebutuhan rata-rata energi, protein, lemak yang

direkomendasikan

c. Angka kematian kasar >1 per 10.000/hari

d. Epidemik campak atau whooping cough (pertussis)

e. Prevalensi yang tinggi pada penyakit saluran pernapasan atau diare

→ tambahan:

3

Page 4: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

f. Household food insecurity. Saat bencana, mungkin ada orang yang memilih tetap tinggal di

rumahnya sendiri. Hal tersebut, menyebabkan kesulitan untuk mengakses makanan.

g. Tingginya prevalensi HIV/ AIDS

h. Angak kematian kasar balita >2 per 10.000/ hari

i. Tingginya prevalensi pre existing malnutrition, ex: stunting

Berikut adalah GAM (global acute malnutrition) rate:

a. GAM rate digunakan pada anak usia 6-59 bulan (basis WFH) dengan z score <-2 berdasar

acuan NCHS.

b. Trend yang berkembang dari GAM.

c. Ukuran populasi yang terkena (bencana).

Berikut adalah contoh nutrition situation dan langkah rekomendasinya:

4

Page 5: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

5

Page 6: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

6

Page 7: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

7

Page 8: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

Macam-macam komoditi bantuan pangan untuk Selective Feeding Programmes:

1. Therapeutic milk

Susu terapeutik mengandung campuran bubuk DSM (dried skimmed milk), minyak sayur,

maltodextrin (atau tepung sereal yang terdapat pada formula F-75 yang dibuat sendiri), gula,

mineral dan vitamin kompleks. Digunakan pada pasien rawat inap yang ditreatment dietetik karena

SAM (severe accute malnutrition). Susu terapeutik ini terdapat dalam 2 jenis, yaitu :

a. F-75 therapeutic milk, yang mengadung 75 kkal/100 ml dan 0,9 g protein per 100 ml.

Diberikan pada fase pertama penanganan pasien severe malnutrition pada kasus komplikasi di

perawatan rawat inap.

→ Pada inget kan penanganan kasus gizi buruk yang dibagi bagi fase2 itu, ya ini mirip2 gitu deh.

b. F-100 therapeutic milk, mengandung 100 kkal/100 ml dan 2,9 g protein per 100 ml.

Diberikan saat memasuki fase rehabilitasi pada kasus gizi buruk komplikasi. F-100 yang terdilusi

atau diencerkan bisa diberikan pada pasien rawat inap severely wasted pada bayi kurang dari 6

bulan.

→ Ketika RUTF (Ready to Use Therapeutic Milk) tidak tersedia, bahan-bahan yang dibutuhkan

untuk membuat F-75 dan F-100 dapat disediakan sendiri.

2. Breast milk substitutes (pengganti ASI)

Keputusan pendistribusian BMS (breast milk substitutes) harus sesuai dengan petunjuk

International Code of Marketing of Breast Milk Substitutes. Kepatuhan pada acuan Code tersebut

merupakan suatu persayaratan minimun untuk implementasi secara universal, termasuk saat

keadaan bencana.

→ Jadi kita nggak bisa asal ngasih BMS, tau sendiri kan banyak sekali bahaya yang mengintai kalo

bayi kita kasih BMS, di keadaan emergency pula.

Code ini dibuat untuk melindungi ibu/perawat/ibu susuan baik dari bayi ASI maupun bayi

non ASI serta anak kecil dari adanya pengaruh komersialisasi pemilihan pemberian jenis makanan

untuk bayi mereka. Code ini bukan dibuat untuk melarang penggunaan susu formula bayi atau

penggunaan botol tapi dibuat untuk mengontrol bagaimana cara mereka memproduksi, mengemas,

mempromosikan, serta menyediakan susu formula bayi.

→ Jadi, pada keadaan emergency itu ada pedoman operasional bagaimana memastikan pemberian

makanan untuk bayi dan anak-anak sesuai. Hal tersebut, dilakukan ketika distribusi BMMS

terjamin.

Rekomendasi penggunaan produk susu dari UNHCR (2007)

a. Tidak boleh mendistribusikan susu bubuk untuk dibawa pulang. Susu bubuk harus dicampur

dengan tepung sereal, enam bagian sereal menjadi satu bagian dari susu bubuk

→ pembuatan susu formula dapat dilakukan oleh tenaga terlatih atau dengan mengedukasi dan

melatih ibu.

8

Page 9: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

b. Tidak boleh memberikan susu cair untuk dibawa pulang. Tetapi dikonsumsi di tempat

tersebut.

c. Hanya mengguunakan dried milk untuk program pemberian bantuan berupa minuman

berenergi tinggi dengan campuran minyak dan gula.

d. Dried skimmed milk harus difortifikasi dengan vitamin A.

3. Fortified Blended Foods (FBF) (BMC terfortifikasi)

Adalah campuran dari sereal dan bahan-bahan lainnya (seperti kacang kedelai-diutamakan

yang dtanpa kulit, kacang-kacangan, minyak biji-bijjian, dried skimmed milk, dan jika

memungkinkan dapat ditambah gula) yang telah dihaluskan/digiling, dicampur, pre cooked dengan

tekanan atau roasting, dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral dengan jumlah yang sesuai.

FBF dapat diberikan di tempat atau bisa juga jadi SFP yang dibawa pulang. Kandungan gizi

FBF dibuat berdasarkan sasaran yang akan diberikan FBF. Dalam hal ini, FBF untuk ibu hamil

sama balita berbeda karena kebutuhan gizinya beda.

Saat ini, spesifikasi FBF sedang direvisi untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan

yang menderita malnutrisi. Pada spesifikasi yang direvisi, mungkin termasuk premixed FBF, DSM,

dan atau minyak serta gula. Berbagai resep tersedia untuk keanekaragaman dalam persiapan FBF

berbasis makanan.

Di slide dosen nggak ada, tapi di referensinya UNHCR ada beberapa syarat untuk setiap FBF pada

setiap target sasaran. Dibaca ya, banyak e. lumayan tambah pengetahuan

4. Ready-to-Use Therapeutic Foods (RUTF)

Adalah makanan dengan densitas energi tinggi yang diperkaya mineral/vitamin. Makanan

ini dulu dibuat untuk menangani severe acute malnutrition. Setara dengan formula WHO F100 yang

direkomendasikan oleh WHO untuk treatment pada severe malnutrition.

Biasanya, RUTF ini oil-based dan sedikit mengandung air bebas, jadi berarti apa hayo?

Karena kadar air bebasnya rendah, berarti secara mikrobiologi, RUTF ini aman, dapat disimpan

untuk beberapa bulan pada kemasan sederhana dan dapat dibuat menggunakan teknologi yang

nggak terlalu canggih.

RUTF ini lembut dan merupakan makanan crushable (gampang dikunyah kali ya) sehingga

dapat dikonsumsi bayi usia >6 bulan tanpa ditambah air. Kan, di RUTF ini terdapat banyak sumber

mikronutrients yang baik yang dapat rusak karena adanya panas, makanya RUTF didisain seperti

itu, bisa dikonsumsi tanpa ditambah air.

→ Produk tersebut telah ditreatment dengan SAM sehingga dapat didistribusikan dari feeding

centres ke komunitas. Contoh RUTF itu plumpy nut, trus ada RUTF merk mana, dsb. Kalo mau liat

gambar ada di slide.

Berikut ini adalah RUTF yang sering digunakan: (kalo di luar negeri lho, di Indonesia

sendiri saya kurang tau) :

9

Page 10: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

a. Compressed Biscuits

Produk ini dibuat dari bahan yang bergizi tinggi yaitu, gandum dan oat bar yang dipanggang

. Produk ini digunakan dalam fase rehabilitasi untuk kasus severe malnutrition (anak dan dewasa).

Spesifikasi nutrisinya mirip dengan spesifikasi nutrisi susu terapeutik F-100.

Satu bar (2 tablet) dari produk ini mengandung ± 300 kcal, yang setara dengan 300 ml susu

terapeutik. Makanan ini bisa dimakan seperti biskuit atau dicampur dengan air. Teknologi yang

digunakan untuk membuat biskuit ini sangat rumit dan mahal, dan juga tidak bisa dilakukan di

pabrik skala kecil seperti di negara berkembang.

b. Lipid-Based Spreads

Pasta yang berbasis lemak ini dinamakan juga sebagai “RUTF Spread”. Ini merupakan pasta

kacang yang sangat padat nutrisi di formulasikan untuk perawatan dirumah dari kasus severe

malnutrition pada anak yang tidak memiliki komplikasi penyakit serius.

Produk ini biasanya dikemas dalam sachet atau dalam kaleng kecil untuk menjaga supaya

tidak terkontaminasi sehingga bisa disimpan selama 2 tahun dan tidak memerlukan pemasakan lebih

lanjut. Rasanya lebih manis dari selai kacang dan terdiri dari pasta kacang, minyak sayuran, gula,

susu bubuk, vitamin dan mineral.

Lipid-based spread bisa dibuat menggunakan teknologi yang simpel dan juga bisa dibuat di

pabrik skala kecil di negara berkembang. RUTF spread juga bisa diproduksi dalam kuantitas yang

cukup untuk mengobati beberapa ratus anak dengan menggunakan planetary mixer di klinik.

Pembuatan RUTF spread dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan melakukan kerja sama

dengan persuahaan makanan lokal

5. Ready-to-use Supplementary Foods (RUSF)

Informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi anak yang mengalami moderate acute malnutrition

masih sedikit diketahui. Sehingga, sebuah komite dibuat untuk mereview kebutuhannya. Sampai

komitenya memberikan guidelines, beberapa RUSF yang sudah dikembangkan berdasarkan bukti-

bukti anekdot digunakan untuk penanganan moderate acute malnutrition.

→ Beberapa makanan baru ini lebih mahal dari sereal tapi diharapkan mempunyai efektifitas dan

keuntungan yang lebih baik dalam menurunkan mortalitas dan morbiditas.

Kelebihan RUSF adalah tidak perlu dilakukan penambahan air atau minyak untuk dimasak

lagi. Selain itu, memiliki jumlah mikroba yang sedikit dan juga memiliki masa simpan yang lebih

lama dari FBF (fortified blended food). Produk ini juga tersedia dalam kemasan yang berbeda

seperti dalam kaleng untuk jatah konsumsi mingguan untuk anak (seperti kacang berdasar RUSF).

a. Soy-Based RUSF

b. Peanut-Based RUSF

c. Fortified Biscuits

6. Komoditas lain yang termasuk Selective Feeding Programmes

10

Page 11: HO 5 Manajemen Gizi Dalam Bencana

a. Iodised salt

Rekomendasi terkini mengindikasikan bahwa rata-rata konsumsi garam per hari seharusnya

<5g/hari (WHO 2003). Garam harus diperkaya dengan iodine 45.5-75 ppm

b. Vegetable oil and sugar

FBF didalam jatah makanan suplemen dipakai sebagai sumber energi utama dan protein,

sedangkan minyak sayuran yang diperkaya vitamin a digunakan untuk meningkatkan kepadatan

energi dari makanan. Gula biasanya ditambahkan untuk meningkatkan kepadatan energi, tapi

biasanya dipakai untuk menambah rasa

Dalam sistem UN, WFP bertanggung jawab dalam menangani komoditas berikut

dalam selective feeding programmes:

1. Minyak dan lemak yang dapat dimakan

2. Makanan campuran yang diperkaya

3. Garam teriodinisasi (beryodium)

4. Gula

5. Biskuit yang diperkaya

→ diperkaya maksudnya ditambahain vitamin/mineral dll tertentu ya

WFP dan UNICEF berkooperasi dalam bantuan rehabilitasi dan emergensi bagi orang yang

tertimpa musibah bencana alam atau bencana akibat ulah manusi dan tetap di kota asalnya. Sama

seperti pengungsi dan situasi IDP (internally displaced person) , WFP bertanggung jawab dalam

mengedarkan komoditas makanan yang dibutuhkan untuk supplementary feeding programmes,

sedangkan UNICEF bertanggung jawab untuk mengedarkan makanan untuk penanganan bagi anak

dan balita.

1. Susu terapeutik untuk digunakan di TFP

2. RUTF

→ UNICEF juga bertanggung jawab dalam mengcover kebutuhan mikronutrien (vitamin, mineral)

yang belum terpenuhi selama distribusi makanan dan juga obat-obatan

NutVal

WHO punya standar dalam mengatasi masalah emergensi yaitu dengan NutVal untuk

perencanaan, penghitungan, monitoring program bantuan makanan. NutVal tidak untuk

memformulasikan diet, tetapi hanya sebagai database.

→ bisa diakses di: Gizi Gawatdarurat \Copy of NutVal-v3.0.xls

Tantangan.

1. Bagaimana membuat formulasi bahan makanan untuk disaster yang sesuai dengan pangan

lokal setempat?.

2. Bagaimana menerapkan NutVal untuk Indonesia?.

11