Gizi Pada Keadaan Bencana

download Gizi Pada Keadaan Bencana

of 34

Transcript of Gizi Pada Keadaan Bencana

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    1/94

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI2012

    613.2  Ind  p

    PEDOMAN KEGIATAN GIZI

    DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

    KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    2/94

      Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI613.2Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat

    Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anakp Pedoman kegiatan gizi dalam penanggulangan  bencana,-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,

    2012. 

    ISBN 978-602-235-138-2

      1. Judul I. NUTRITIONII. FOOD III. EMERGENCY CARE

      IV. CIVIL DEFENSE V. DISASTER

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    3/94

    613.2

      Ind  p

    PEDOMAN KEGIATAN GIZI

    DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

    KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI2012

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    4/94

    PEDOMAN KEGIATAN GIZIDALAM PENANGGULANGAN BENCANA

    KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

    DIREKTORAT BINA GIZI2012

    613.2Indp

    KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

    B       

    A     K    T    

    I     H  U   S    A      D

          A

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    5/94

      Katalog Dalam Terbitan. Kementrian Kesehatan RI623.2Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal  Bina Kesehatan Masyarakat,P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi  darurat. - Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010.

      I. Judul 1. NUTRITION 2. FOOD 3. EMERGENCY CARE

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    6/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I iii

    KATA PENGANTAR

      Indonesia secara geografis dan demografis rentan terhadap terjadinya

    bencana alam dan bencana non alam, termasuk potensi bencana akibatkonflik sosial. Kejadian bencana mengakibatkan korban bencana harusmengungsi dengan segala keterbatasan. Kondisi ini dapat berdampak padaperubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan yaitubayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia.

      Untuk mengantisipasi kejadian bencana dengan segala dampaknya,Direktorat Bina Gizi telah menerbitkan buku “Pedoman PenanggulanganMasalah Gizi Dalam Keadaan Darurat, 2002” dan telah digunakan selama 1dekade dalam penanganan kegiatan gizi di berbagai daerah bencana denganbeberapa revisi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Buku“Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana” ini, merupakanpenyempurnaan dari edisi sebelumnya, antara lain dengan melengkapibagan kegiatan penanganan gizi mulai dari pra bencana, tanggap daruratdan pasca bencana.

      Pedoman ini merupakan acuan bagi petugas untuk mengelola kegiatan

    penanganan gizi dalam situasi bencana. Terima kasih kepada semua pihakyang telah berpartisipasi aktif dalam pembahasan pedoman edisi revisi ini.

    Saran dan masukan konstruktif dari semua pihak sangat diharapkanuntuk penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang.

    Jakarta, Mei 2012

    Direktur Bina Gizi,

    DR. Minarto, MPS

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    7/94

    iv  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    8/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I v

    DAFTAR ISI

      Halaman

    KATA PENGANTAR .............................................................................. iiiDAFTAR ISI ........................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viiDAFTAR TABEL ................................................................................ viiiBAB I PENDAHULUAN  .................................................................... 1  A. Latar Belakang ............................................................... . 1  B. Tujuan ............................................................................ 3  1. Tujuan Umum ............................................................. 3

      2. Tujuan Khusus ............................................................. 3  C. Definisi Operasional ....................................................... 4 BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM

    PENANGGULANGAN BENCANA ............................................ 7  A. Pra Bencana ................................................................... 7  B. Situasi Keadaan Darurat Bencana .................................... 9  1. Siaga Darurat .................................................... ........... 9

      2. Tanggap Darurat ................................................ ........... 9  3. Transisi Darurat ....................................................... 15  C. Pasca Bencana ........................................................... 16

    BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI .................... 17  A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan ................................ 18  1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan ...................... 18  2. Penanganan Gizi Anak Balita Usia 24-59 bulan .......... 25  3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui ............ 25  4. Penanganan Gizi Lanjut Usia ..................................... 28

    B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa ...................................... 28 

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    9/94

    vi  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI  ............................................. 29  1. Pra Bencana ...................................................... ........... 29

    2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut ..............29  3. Pasca Bencana .............................................................. 30

     BAB V DAFTAR PUSTAKA ..................................................................31 LAMPIRAN ...........................................................................................32

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    10/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Contoh Ransum Fase II Tahap Tanggap

    Darurat Awal dan Cara PerhitunganKebutuhan Bahan Makanan Untuk Pengungsi .................. 32

    Lampiran 2 Penyusunan Menu Pemberian Makanan PadaBayi Dan Anak (PMBA) Usia 6 – 59 Bulan ........................ 37

    Lampiran 3 Angka Kecukupan Gizi Yang DianjurkanBagi Bangsa Indonesia (Orang/Hari) ................................47

    Lampiran 4 Formulir I Registrasi Keluarga, Balitadan Ibu Hamil ................................................................... 48

    Lampiran 5 Formulir II Hasil Pengukuran Antropometridan Faktor Penyulit Pada Anak Balita ...............................49

    Lampiran 6 Formulir III Hasil Pengukuran Antropometri

    Pada Ibu Hamil .................................................................50

    Lampiran 7 Pernyataan Bersama United Nations ChildrensFund (Unicef), World Health Organization (WHO)dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ......................... 51

    Lampiran 8 Rekomendasi Ikatan Dokter AnakIndonesia (IDAI) Mengenai Air Susu Ibu (ASI)dan Menyusui ................................................................... 57

    Lampiran 9 Checklist Pemantauan dan Evaluasi .................................76

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    11/94

    viii  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    DAFTAR TABEL

    HalamanTabel 1 Contoh Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap

    Darurat Awal .......................................................................32Tabel 2 Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan MakananMentah untuk 1500 Orang Selama 3 Hari pada Fase ITahap Tanggap Darurat Awal ............................................... 33

    Tabel 3  Contoh Perhitungan Bahan Makanan Mentah Fase IITahap Tanggap Darurat Awal ...................................... 34

    Tabel 4 Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas UntukDibawa Pulang (Dry Ration) orang/hari .............................35

    Tabel  5 Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas UntukDimakan Ditempat/Dapur Umum ( Wet Ration )  g/orang/hari ......................................................................36Tabel 6 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Bayi  6-8 Bulan (650 kkal) ................................................................... 38Tabel 7  Contoh Menu Hari I sampai V Untuk Bayi 6-8 Bulan  (650 kkal) .................................................................................... 38Tabel 8  Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk

    Bayi 9-11 Bulan (900 kkal) ................................................39Tabel 9  Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Bayi 9 - 11

    Bulan (900 kkal) ................................................................40Tabel 10 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk

    Anak 12-23 Bulan (1250 kkal) ...........................................41Tabel 11 Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 12 - 23  Bulan (1250 kkal) ..............................................................42Tabel 12 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk

    Anak 24-47 Bulan (1300 kkal) ...........................................43Tabel 13  Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 24-47

    Bulan (1300 kkal) ..............................................................44Tabel 14  Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari  Untuk Anak 48-59 Bulan (1750 kkal) .................................45Tabel 15  Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 48-59

    Bulan (1300 kkal) ..............................................................46

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    12/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPosisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis rawanterjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik, tsunami,banjir dan angin puting beliung. Bencana non alam akibat ulah manusiayang tidak mengelola alam dengan baik dapat mengakibatkan timbulnyabencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaranhutan dan kekeringan. Selain itu, keragaman sosio-kultur masyarakatIndonesia juga berpotensi menimbulkan gesekan sosial yang dapat

    berakibat terjadi konflik sosial.

    Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, KementerianKesehatan RI, pada tahun 2009 tercatat 287 kali kejadian bencanadengan korban meninggal sebanyak 1.513 orang, luka berat/rawatinap sebanyak 1.495 orang, luka ringan/rawat jalan 56.651 orang,korban hilang 72 orang dan mengakibatkan 459.387 orang mengungsi.Selanjutnya, pada tahun 2010 tercatat 315 kali kejadian bencana dengankorban meninggal sebanyak 1.385 orang, luka berat/rawat inap sebanyak4.085 orang, luka ringan/rawat jalan 98.235 orang, korban hilang 247orang dan mengakibatkan 618.880 orang mengungsi. Sementara itu,pada tahun 2011 tercatat 211 kali kejadian bencana dengan korbanmeninggal sebanyak 552 orang, luka berat/rawat inap sebanyak 1.571orang, luka ringan/rawat jalan 12.396 orang, korban hilang 264 orangdan mengakibatkan 144.604 orang mengungsi. Dampak bencanatersebut, baik bencana alam maupun konflik sosial, mengakibatkanterjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasimasalah kesehatan dan gizi.

      Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagaisarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitaspelayanan umum dan sarana transportasi serta fasilitas umum lainnya.Namun demikian, dampak yang lebih mendasar adalah timbulnyapermasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    13/94

    2  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    bencana akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalurdistribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkunganyang buruk.

    Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita,bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dariibunya dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat.bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan danterbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisiyang ada.

      Masalah lain yang seringkali muncul adalah adanya bantuan pangandari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masa

    kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halalserta melimpahnya bantuan susu formula bayi dan botol susu. Masalahtersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalampenyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan balita.

    Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompokyang paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberianmakanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkanrisiko kesakitan dan kematian, terlebih pada situasi bencana. Risiko

    kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita kekurangangizi terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizimikro. Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anakbalita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompokumur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencanamenjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dantepat.

      Dalam pelaksanaannya, upaya penanganan gizi dalam situasi bencanamerupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinyabencana (pra bencana), pada situasi bencana yang meliputi tahaptanggap darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan pasca bencana.Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat awal adalahkegiatan pemberian makanan agar pengungsi tidak lapar dan dapat

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    14/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 3

    mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatangizi pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangimasalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada. Dalamrangka pelaksanaan kegiatan tersebut di atas perlu memaksimalkan

    pemanfaatan anggaran operasional penanggulangan bencanaKementerian Kesehatan.

    Buku ini merupakan acuan bagi petugas gizi dan para pemangkukepentingan lainnya yang terlibat dalam penanggulangan bencana agarpenanganan gizi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

    B. Tujuan

    1. Tujuan Umum

      Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencanamulai dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secaracepat dan tepat untuk mencegah terjadinya penurunan status gizikorban bencana.

    2. Tujuan Khususa. Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra

    bencana

    b. Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makananpada situasi bencana

    c. Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid HealthAssessment (RHA) kejadian bencana

    d. Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibuhamil korban bencana.

    e. Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasipasca bencana

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    15/94

    4  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    C. Definisi Operasional

    a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmanusia disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnyakorban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta bendadan dampak psikologis.

    b. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yangmenderita atau meninggal dunia

    c. Pengungsi (Internal Displaced People)  adalah orang atau kelompokorang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggal untuk

    jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak burukbencana.

    d. Kelompok rentan adalah sekelompok orang yang membutuhkanpenanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar sepertibayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia baik denganfisik normal maupun cacat.

    e. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang

    terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sertaturunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatanmanusia.

    f. Surveilans gizi pada situasi bencana adalah proses pengamatankeadaan gizi korban bencana khususnya kelompok rentan secaraterus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukantindakan intervensi.

    g. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahanselain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhikebutuhan gizi.

    h. Makanan tambahan bagi balita adalah makanan tambahan yangdiperuntukan bagi balita usia 24 - 59 bulan dengan kandungan gizisekitar 1/3 dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 350-400kkal dan 12 - 15 g protein per hari makan.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    16/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 5

    i. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makananbergizi yang diberikan disamping ASI bagi anak usia 6 – 24 bulanuntuk mencapai kecukupan gizi, dengan kandungan yaitu energiminimum 400 kkal dan 8 - 12 g protein per hari makan.

    j. Makanan tambahan bagi ibu hamil adalah makanan tambahanyang diperuntukan bagi ibu hamil, dengan kandungan gizi sesuaidengan AKG, yaitu energi 300 kkal dan 17 g protein per hari makan.

    k. Keadaan serius (serious situation) adalah keadaan yang ditandaidengan prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan15%, atau 10-14,9% dan disertai faktor penyulit.

    l. Blanket supplementary Feeding adalah makanan tambahan yang

    diberikan kepada seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibuhamil yang diberikan pada keadaan gawat (serious situation).

    m. Keadaan berisiko (risky situation) adalah keadaan yang ditandaidengan prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan10-14,9%, atau 5-9,9% dan disertai faktor penyulit.

    n. Targetted supplementary feeding adalah makanan tambahan yangdiberikan kepada kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus

    dan ibu hamil risiko KEK dengan LiLA 1 per 10.000/hari.

    • Angka kematian balita > 2 per 10.000/hari.

    • Terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak atau pertusis.

    • Peningkatan kasus ISPA dan diare.

    p. Prevalensi balita kurus adalah jumlah anak berusia 0 – 59 bulanyang berdasarkan indeks antropometri BB/TB mempunyai nilai

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    17/94

    6  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    z score

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    18/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 7

    BAB II

    RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGANBENCANA

    Kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana merupakan rangkaiankegiatan yang dimulai sejak pra bencana, pada situasi bencana dan pascabencana, sebagaimana digambarkan pada Bagan 1. Kegiatan Gizi DalamPenanggulangan Bencana.

    A. Pra Bencana

      Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatanantisipasi terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana.Kegiatan yang dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugasseperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kontinjensikegiatan gizi, konseling menyusui, konseling Makanan Pendamping AirSusu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal daerah rentan bencana,penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan pendampingankepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan berbagaikegiatan terkait lainnya.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    19/94

    8  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Bagan 1Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

    Sumber: Diadaptasi dari The Management of Nutrition in Major Emergencies:WHO, 2000. p.75-77 

     Sosialisasi dan Pelatihan PetugasPembinaan Teknis

    Rencana KontinjensiPengumpulan Data Awal

    dll

    Pemantauan dan Evaluasi

    P  r   a 

    - B  

     e n  c  a n  a 

    FASE I TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:Analisis data pengungsi dari hasil Rapid Health Assessment (RHA)

    FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:Pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/PB atau BB/TB dan TB/U),

    ibu hamil (LiLA)

    TAHAP TANGGAP DARURAT LANJUT:Analisis hasil pengukuran antropometri dan faktor penyulit

    Situasi Serius(Serious Situation):

    Persentase balita kurus

    ( 15%

    atau

    Persentase balita kurus

    (

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    20/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 9

    B. Situasi Keadaan Darurat Bencana

      Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siagadarurat, tanggap darurat dan transisi darurat.

    1. Siaga Darurat  Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana

    yang ditandai dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumberdaya. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuaidengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatangizi seperti pada tanggap darurat.

    2. Tanggap Darurat

    Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapatdikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap daruratawal dan tanggap darurat lanjut.

    a. Tahap Tanggap Darurat Awal

      1) Fase I Tanggap Darurat Awal

      Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandaidengan kondisi sebagai berikut: korban bencana bisa

    dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian,petugas belum sempat mengidentifikasi korban secaralengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan danadanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.

      Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisisetempat di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 harisetelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang dilakukanadalah:

    • Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsitidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya

    • Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan

    • Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)

      Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    21/94

    10  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    bencana mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standarransum. Rasum adalah bantuan bahan makanan yangmemastikan korban bencana mendapatkan asupan energi,protein dan lemak untuk mempertahankan kehidupan dan

    beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering (dryration) dan basah (wet ration). Dalam perhitungan ransumbasah diprioritaskan penggunaan garam beriodium danminyak goreng yang difortifikasi dengan vitamin A.

    Contoh standar ransum pada Fase I Tahap Tanggap DaruratAwal dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1Contoh Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal

    Bahan MakananKebutuhan/Orang/ 

    Hari (g)Ukuran Rumah Tangga

    (URT)1

    Biskuit 100 10-12 bh

    Mie Instan 320 3 gls (4 bks)

    Sereal (Instan) 50 5 sdm (2 sachets)

    Blended food (MP-ASI) 50 10 sdm

    Susu untuk anak balita (1-5 tahun) 40 8 sdm

    Energi (kkal) 2.138

    Protein (g) 53

    Lemak (g) 40

    Catatan:

    1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan

    2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended food (MP-ASI)

    dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan ransum

    3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum

    4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau kehilangan

    1 Ukuran Rumah Tangga (URT): bh = buah; gls = gelas; sdm = sendok makan; bks = bungkus

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    22/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 11

    Contoh perhitungan kebutuhan bahan makanan sesuai standar ransumberdasarkan jumlah korban bencana dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2

    Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 1500Orang Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal

    Bahan MakananKebutuhan/ 

    Orang/Hari (g)

    Kebutuhan BahanMakanan

    Untuk 1500Pengungsi

    Tambahan10% (kg)

    JumlahKebutuhan

    (kg)

    Per Hari (kg)Per 3Hari

    (kg)Biskuit 100 150 450 45 495

    Mie Instan 320 480 1440 144 1584

    Sereal (Instan) 50 75 225 22,5 247,5

    Blended food(MP-ASI)

    50 75 225 22,5 247,5

    Susu untuk anakbalita (1-5 tahun)

    40 60 180 18 198

    2) Fase II Tanggap Darurat Awal

      Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:

    a) Menghitung kebutuhan gizi

      Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur,

    selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi denganmemperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusunmenu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yangtersedia. Contoh menu dapat dilihat pada Lampiran 1.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    23/94

    12  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umumyang meliputi:

    • Tempat pengolahan

    • Sumber bahan makanan• Petugas pelaksana

    • Penyimpanan bahan makanan basah

    • Penyimpanan bahan makanan kering

    • Cara mengolah

    • Cara distribusi

    • Peralatan makan dan pengolahan

    • Tempat pembuangan sampah sementara• Pengawasan penyelenggaraan makanan

    • Mendistribusikan makanan siap saji

    • Pengawasan bantuan bahan makanan untukmelindungi korban bencana dari dampak buruk akibatbantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan danlain-lain, yang meliputi:

    P  Tempat penyimpanan bantuan bahan makananharus dipisah antara bahan makanan umum danbahan makanan khusus untuk bayi dan anak

    P  Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadaitermasuk makanan dalam kemasan, susu formuladan makanan suplemen

    P  Untuk bantuan bahan makanan produk dalam

    negeri harus diteliti nomor registrasi (MD),tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan carapenyiapan dan target konsumen

    P  Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeriharus diteliti nomor registrasi (ML), bahasa,tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dantarget konsumen

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    24/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 13

      Jika terdapat bantuan makanan yang tidak memenuhisyarat-syarat tersebut di atas, petugas harus segeramelaporkan kepada Koordinator Pelaksana.

    b. Tanggap Darurat Lanjut

      Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap tanggapdarurat awal, dalam rangka penanganan masalah gizi sesuaitingkat kedaruratan. Lamanya tahap tanggap darurat lanjuttergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana.

      Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaanpengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur danjenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan

    sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:

    1) A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid HealthAssessment (RHA).

    2) Pengumpulan data antropometri balita (berat badan,panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui(Lingkar Lengan Atas).

    Besar sampel untuk pengumpulan data antropometri :

    • Populasi korban bencana sampai 3.000 orang, seluruh (total) balitadiukur

    • Populasi korban bencana kurang dari 10.000 rumah tangga, gunakansystematic random sampling dengan jumlah sampel minimal  450balita

    • Populasi korban bencana lebih dari 10.000 rumah tangga, gunakancluster sampling, yaitu minimum 30 cluster yang ditentukan secaraProbability Proportion to Size (PPS) dan tiap cluster minimum 30balita

    Sumber :

    The Management of Nutrition In Major mergencies,Geneva,WHO,2000. P45.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    25/94

    14  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    3) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    26/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 15

    kesehatan untuk mendapat perawatan sesuai Tatalaksana AnakGizi Buruk.

    5) Melaksanakan pemberian makanan tambahan dansuplemen gizi.

    • Khusus anak yang menderita gizi kurang perludiberikan makanan tambahan disamping makanankeluarga, seperti kudapan/jajanan, dengan nilai energi350 kkal dan protein 15 g per hari.

    • Ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari,selama 90 hari.

    • Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin Adosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari pertama dan 1kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24jam)

    • Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayiberusia 6-11 bulan; dan kapsul vitamin A merah(200.000 IU) bagi anak berusia 12-59 bulan, bilakejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30

    hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari danAgustus) maka balita tersebut tidak dianjurkan lagimendapat kapsul vitamin A.

    • Melakukan penyuluhan kelompok dan konselingperorangan dengan materi sesuai dengan kondisisaat itu, misalnya konseling menyusui dan MP-ASI.

    • Memantau perkembangan status gizi balita melalui

    surveilans gizi.3. Transisi Darurat

    Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasidan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisidarurat disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapatdilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    27/94

    16  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    C. Pasca Bencana

      Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalahmelaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans,untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment)dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjutatau respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengankegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response)untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatankorban bencana.

     

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    28/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 17

    BAB III

    PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BadanPenanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan penanggung jawabutama dalam penanggulangan bencana. Pusat Penanggulangan KrisisKesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan merupakan unsur dari BNPBdalam penanggulangan masalah kesehatan dan gizi akibat bencana. Pengelolakegiatan gizi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakanbagian dari tim penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yangdikoordinasikan PPKK, PPKK Regional dan Sub regional, Dinas Kesehatan

    Provinsi serta Kabupaten dan Kota. Penanganan gizi pada situasi bencanamelibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) nasional maupun internasional.

    Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan agarefektif dan efisien, antara lain sebagai berikut:

    a. Penghitungan kebutuhan ransum;

    b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak;

    c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;

    d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampaipendistribusian;

    e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susuformula bayi;

    f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsikhususnya balita dan ibu hamil;

    g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;

    h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dankonseling MP-ASI;

    i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tabletbesi untuk ibu hamil);

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    29/94

    18  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Penanganan gizi dalam situasi bencana terdiri dari penanganan gizi padakelompok rentan dan dewasa selain ibu menyusui dan ibu hamil. Penjelasanlebih rinci penanganan pada kelompok tersebut sebagai berikut:

    A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan

      Penanganan gizi kelompok rentan diprioritaskan bagi anak usia 0-23bulan, anak usia 24-59 bulan, ibu hamil dan ibu menyusui serta lanjutusia.

    1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 Bulan

      Bayi dan anak usia 0-23 bulan atau di bawah dua tahun (baduta)

    merupakan kelompok yang paling rentan sehingga memerlukanpenanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepatserta kekurangan gizi pada kelompok tersebut dapat meningkatkanrisiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasibencana.

    Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anakbalita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semuakelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizibagi kelompok ini dalam situasi bencana menjadi bagian pentinguntuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat.

    Penanganan gizi anak usia 0-23 bulan mengikuti prinsip PemberianMakanan Bayi dan Anak (PMBA) sebagai berikut:

    a. Prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

    1) Pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetapdiberikan pada situasi bencana

    2) PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalamsituasi bencana

    3) PMBA dalam situasi bencana harus dilakukan denganbenar dan tepat waktu

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    30/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 19

    4) Institusi penyelenggara PMBA adalah Pemerintah Daerahyang dibantu oleh Dinas Kesehatan setempat yangmempunyai tenaga terlatih penyelenggara PMBA dalamsituasi bencana

    5) Apabila Dinas Kesehatan setempat belum memiliki atauketerbatasan tenaga pelaksana PMBA dalam situasibencana, dapat meminta bantuan tenaga dari DinasKesehatan lainnya

    6) PMBA harus di integrasikan pada pelayanan kesehatanibu, bayi dan anak

    7) Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat

    untuk mengidentifikasi keadaan ibu, bayi dan anaktermasuk bayi dan anak piatu

    8) Ransum pangan harus mencakup kebutuhan makananyang tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizibayi dan anak

    9) Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidaktermasuk dalam pengadaan ransum.

    b. Pelaksanaan PMBA Pada Situasi Bencana

    1) Penilaian Cepat

      Penilaian cepat dilakukan sebagai berikut:

    a) Penilaian cepat dilakukan untuk mendapatkan datatentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dananak termasuk bayi piatu

    b) Penilaian cepat dilakukan pada tahap tanggap daruratawal fase pertama sebagai bagian dari menghitungkebutuhan gizi

    c) Penilaian cepat dilakukan oleh petugas gizi yangterlibat dalam penanganan bencana

    d) Penilaian cepat dilakukan dengan mencatat, mengolah

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    31/94

    20  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    dan melaporkan data tentang jumlah dan keadaan ibumenyusui, bayi dan anak termasuk bayi piatu

    e) Instrumen penilaian cepat meliputi:

    • Prol penduduk terutama kelompok rentan dananak yang kehilangan keluarga

    • Kebiasaan penduduk terkait PMBA, termasukpemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI serta bayipiatu

    • Keberadaan susu formula, botol dan dot

    • Data ASI Eksklusif dan MP-ASI sebelum bencana

    • Risiko keamanan pada ibu dan anak

      Jika hasil penilaian cepat memerlukan tambahaninformasi, dilakukan pengumpulan data kualitatif dankuantitatif sebagai bagian dari analisis faktor risikopenyebab masalah gizi dalam situasi bencana.

      Data kualitatif meliputi:

    • Akses ketersediaan pangan terutama bagi bayidan anak

    • Kondisi lingkungan misalnya sumber air dankualitas air bersih, bahan bakar, sanitasi, MCK(Mandi, Cuci, Kakus), perumahan, fasilitaspenyelenggaraan makanan

    • Dukungan pertolongan persalinan, pelayananpostnatal (ibu nifas dan bayi neonatus) serta

    perawatan bayi dan anak

    • Faktor-faktor penghambat ibu menyusui bayi danPMBA

    • Kapasitas dukungan potensial pemberian ASIEksklusif dan MP-ASI (Kelompok Pendukung

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    32/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 21

    Ibu Menyusui, nakes terlatih, konselor menyusui,konselor MP-ASI, LSM perempuan yangberpengalaman)

    • Kebiasaan PMBA termasuk cara pemberiannya(cangkir/botol), kebiasaan PMBA sebelum situasibencana dan perubahannya

    Data kuantitatif meliputi:

    • Jumlah bayi dan anak baduta dengan atau tanpakeluarga menurut kelompok umur; 0-5 bulan,6-11 bulan, 12-23 bulan

    • Jumlah ibu menyusui yang sudah tidak menyusuilagi

    • Angka kesakitan dan kematian bayi dan anak dipengungsian

    2) Dukungan Untuk Keberhasilan PMBA

    a) Penyediaan tenaga konselor menyusui dan MP-ASI di

    pengungsian

    b) Tenaga kesehatan, relawan kesehatan dan LembagaSwadaya Masyarakat/Non Government Organization (LSM/ NGO) kesehatan memberikan perlindungan, promosi dandukungan kepada ibu-ibu untuk keberhasilan menyusuitermasuk relaktasi

    c) Memberikan konseling menyusui dan PMBA di

    pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat pelayanankesehatan lainnya yang ada dilokasi bencana

    d) Pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi bayidan baduta

    e) Melakukan pendampingan kepada keluarga yang memilikibayi atau anak yang menderita masalah gizi

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    33/94

    22  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    c. Kriteria Bayi 0-5 bulan dan Baduta (6-23 Bulan) YangMendapat Susu Formula atau PASI 3

    3. PASI = Penganti Air Susu Ibu seperti : susu formula, makanan/minuman untuk bayi < 6 bulan, botol susu

    dot/empeng.

    1) Bayi dan baduta yang benar-benar membutuhkan sesuaipertimbangan profesional tenaga kesehatan yangberkompeten (indikasi medis).

    2) Bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formulasebelum situasi bencana

    3) Bayi dan baduta yang terpisah dari Ibunya (tidak ada donorASI)

    4) Bayi dan baduta yang ibunya meninggal, ibu sakit keras,ibu sedang menjalani relaktasi, ibu menderita HIV+ danmemilih tidak menyusui bayinya serta ibu korban perkosaanyang tidak mau menyusui bayinya.

    d. Cara Penyiapan dan Pemberian Susu Formula

    1) Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih denganmenggunakan sabun

    2) Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan,mencuci alat dengan menggunakan sabun

    3) Gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu danmenyimpannya dengan benar

    4) Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (janganmenakar menggunakan botol susu)

    5) Sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan

    air bersih, jika memungkinkan gunakan air minum dalamkemasan.

    6) Lakukan pendampingan untuk memberikan konselingmenyusui.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    34/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 23

      Penanganan Gizi Bayi 0-5 Bulan

    •  Bayi tetap diberi ASI

    •  Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapatmemberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibususu/donor, dengan persyaratan:  Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang

    bersangkutan  Identitas agama dan alamat pendonor ASI diketahui

    dengan jelas oleh keluarga bayi  Persetujuan pendonor setelah mengetahui identitas bayi

    yang di beri ASI  Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak

    mempunyai indikasi medis  ASI donor tidak diperjualbelikan

    •  Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayidiberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingioleh petugas kesehatan

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    35/94

    24  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Penanganan Gizi Anak Usia 6-23 Bulan

    •  Baduta tetap diberi ASI

    •  Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi makro, pabrikanatau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan•  Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum umum

    yang mempunyai nilai gizi tinggi.

    • Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang berusia 6-11bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-59

    bulan

    “ Bila bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberiankapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak

    dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A”.

    •  Dapur umum sebaiknya menyediakan makanan untuk anak usia 6-23bulan (contoh menu pada lampiran 2)

    •  Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia di tempatpengungsian

    e. Pengelolaan Bantuan Susu Formula atau Pengganti Air SusuIbu (PASI)

    1) Memberikan informasi kepada pendonor dan media massabahwa bantuan berupa susu formula/PASI, botol dan dotpada korban bencana tidak diperlukan.

    2) Bantuan berupa susu formula atau PASI harus mendapat

    izin dari Kepala Dinas Kesehatan setempat.3) Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula atau

    PASI harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan,Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat

    4) Selalu perhatikan batas kadaluarsa kemasan susu formulauntuk menghindari keracunan dan kontaminasi

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    36/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 25

    2. Penanganan Gizi Anak Balita 24-59 Bulan

    a. Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang penyiapannyamenggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis, karenaberisiko terjadinya diare, infeksi dan keracunan.

    b. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian makanandisesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar menuharian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksanapengolahan makanan. (contoh menu pada Lampiran 2)

    c. Pemberian kapsul vitamin A.

    d. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan

    keluarga yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makananpokok yang dapat diberikan seperti nasi, ubi, singkong,jagung, lauk pauk, sayur dan buah. Bantuan pangan yangdapat diberikan berupa makanan pokok, kacang-kacangan danminyak sayur.

    3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

      Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi sebanyak 300 kkal

    dan 17 g protein, sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi500 kkal dan 17 g protein. Pembagian porsi menu makanan sehari dancontoh menu makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui dapat dilihatpada tabel berikut:

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    37/94

    26  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 3

    Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Hamil dan IbuMenyusui (2200 kkal)

    Bahan MakananJumlah

    Porsi (p)Pagi

    SelinganPagi

    SiangSelingan

    SoreMalam

    Nasi atau bahanmakanan penukar

    6 p + 1 p 1 p + 1/2 p 1 p 2 p ½ p 1,5 p + ½ p

    Lauk Hewani ataubahan makananPenukar

    3 p 1 p - 1 p - 1 p

    Lauk Nabati ataubahan makananPenukar

    3 p 1 p - 1 p - 1 p

    Sayur atau bahanmakanan Penukar

    3 p 1 p - 1 p - 1 p

    Buah atau bahanmakanan Penukar

    4 p - 1 p 1 p 1 p 1 p

    Gula 2 p 1 p - - 1 p -

    Minyak 5 p 1,5 p 1 p 1 p - 1,5 p

    Susu 1 p - - - - 1 p

    Keterangan:1 porsi (p) nasi/penukar ditambahkan pada makanan ibu menyusui dengan rincian tambahan ½ p pada makan

    pagi dan ½ p pada makan malam

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    38/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 27

    Tabel 4

    Contoh Menu Hari I – Hari V Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui(2200 kkal)

    WaktuMakan

    Menu Hari

    I II III IV V

    Pagi Nasi kuningAbon

    Nasi Ikankalengbumbutomat

    Mie kuah Tumisdaging kaleng

    Nasi gorengPerkedel kornet

    Nasi udukBakwan ikankaleng

    Selingan Bola bolamie dagingTehmanis

    Buah kaleng Biskuit Tehmanis

    Buah kaleng Biskuit Tehmanis

    Siang Nasi Ikanasin pedas(cabekering)

    Nasi Miegoreng Opordaging kaleng

    Nasi Ikanbumbu kari NasiSup Boladaging kaleng

    Nasi TumisDendeng manis

    Selingan Buah kaleng Biskuit Tehmanis

    Buah kaleng Martabak mieTeh manis

    Buah kaleng

    Sore Nasi Tim ikankaleng

    Nasi gurihDendengbalado

    Nasi Mie kuahsiram dagingkaleng

    Nasi Sambalgoreng ikanteri

    Nasi Fuyunghaimie ikan sardensaos tomat

    Catatan:

    • Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,sayuran dan buah belum dapat diperoleh

    • Tablet Fe (folat) terus diberikan dan dikonsumsi

    • Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar

    • Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makansiang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar

    • Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada

    • Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supayasegera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan, sayuran dapat

    dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya

     

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    39/94

    28  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Selain itu ibu hamil dan ibu menyusui perlu diberikan nasehat atauanjuran gizi dan kesehatan melalui kegiatan konseling menyusui dankonseling MP-ASI serta pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD)bagi ibu hamil.

    4. Penanganan Gizi Lanjut Usia

      Usia lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi danmudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harusmemperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yangdisajikan dapat dihabiskan. Dalam kondisi tertentu, kelompok usialanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.

    B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa

    1. Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahanmakanan

    2. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikandengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar Menu Harian ditempeldi tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan

    3. Pemberian makanan/minuman suplemen harus didasarkan pada

    anjuran petugas kesehatan yang berwewenang

    4. Perhitungan kebutuhan gizi korban bencana disusun denganmengacu pada rata-rata Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan,sebagai mana terdapat pada Lampiran 3

    5. Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup untuksemua pengungsi dengan standar minimal 2.100 kkal, 50 g proteindan 40 g lemak per orang per hari. Menu makanan disesuaikan

    dengan kebiasaan makan setempat, mudah diangkut, disimpan dandidistribusikan serta memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    40/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 29

    BAB IV

    PEMANTAUAN DAN EVALUASI

    Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencanamerupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggapdarurat dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaankegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkaitpenanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses danoutput.

    Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatangizi bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatandengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

    1. Pra Bencana

    a. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasibencana

    b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana (rencana

    kontinjensi)

    c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas

    d. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana

    e. Tersedianya data awal daerah bencana

    2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut

    a. Tersedianya data sasaran hasil RHA

    b. Tersedianya standar ransum di daerah bencana

    c. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana

    d. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U,BB/TB dan TB/U)

    e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibumenyusui (LiLA)

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    41/94

    30  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    f. Terlaksananya konseling menyusui

    g. Terlaksananya konseling MP-ASI

    h. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah bencana

    i. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana

    j. Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula

    3. Pasca Bencana

    a. Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana

    b. Terlaksananya pengumpulan data perkembangan status gizi korban

    bencana.c. Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi

    pasca bencana

    Contoh instrumen pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat dilihat padaLampiran 9.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    42/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 31

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat BencanaEdisi Revisi. Jakarta. PPKK-Kemenkes RI. 2011

    2. The Management of Nutrition in Major Emergencies. Geneva. WHO.2000

    3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 TentangPenanggulangan Bencana. Jakarta. Badan Koordinasi NasionalPenanganan Bencana. 2007

    4. Himpunan Peraturan Perundangan Tentang Penanggulangan Bencana.Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008

    5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan PemenuhanKebutuhan Dasar. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.2008

    6. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor6.A Tahun 2011 Tentang Pedoman Penanggulangan Dana Siap PakaiPada Status Keadaan Darurat Bencana. Jakarta. Badan NasionalPenanggulangan Bencana. 2008

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    43/94

    32  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Lampiran 1

    CONTOH RANSUM FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL DAN

    CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN UNTUKPENGUNGSI

    Tabel 1

    Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal

    Bahan MakananJumlah/Orang/Hari (g)

    Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5

    Sereal (beras, terigu,jagung, bulgur)

    400 420 350 420 450

    Kacang-kacangan 60 50 100 60 50

    Minyak goreng 25 25 25 30 25

    Ikan/daging kaleng - 20 - 30 -

    Gula 15 - 20 20 20

    Garam beriodium 5 5 5 5 5

    Buah dan Sayur - - - - 100Blended Food (MP-ASI)

    50 40 50 - -

    Bumbu - - - - 5

    Energi (kkal) 2113 2106 2087 2092 2116

    Protein (g; % kkal) 58 g; 11% 60 g; 11% 72 g; 14% 45 g; 9% 51 g; 10%

    Lemak (g; % kkal) 43 g; 18% 47 g; 20% 43 g; 18% 38 g; 16% 41 g; 17%

    Sumber: UNHCR, Handbook for Emergencies

    Catatan :

    Contoh ransum tipe 1, 2, 3, 4, dan 5 merupakan alternatif sesuai dengan faktor-faktor kebiasaan serta ketersediaan

    pangan setempat

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    44/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 33

    Tabel 2

    Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal Tipe 1

    Bahan Makanan

    Kebutuhan/Orang/Hari

    (g)

    Ukuran RumahTangga

    (URT)

    Sereal (beras, terigu, jagung) 400 2 gls

    Kacang-kacangan 60 6-9 sdm

    Minyak goreng 25 2-3 sdm

    Ikan/daging kaleng -

    Gula 15 1-2 sdm

    Garam beriodium 5 1 sdm

    Buah dan Sayur -

    Blended Food (MP-ASI) 50 10 sdm

    Energi (kkal) 2.113

    Protein (g; % kkal) 58 g; 11%

    Lemak (g; % kkal) 43g; 18%

    Catatan:

    Ukuran Rumah Tangga (URT): gls = gelas; sdm = sendok makan

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    45/94

    34  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 3

    Contoh Perhitungan Bahan Makanan Mentah Fase II Tahap TanggapDarurat Awal

    Jika jumlah pengungsi sebanyak 1500 orang, maka perhitungan kebutuhanbahan makanan pada Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal untuk selama 10hari adalah sebagai berikut:

    Bahan Makanan

    Kebutuhan/ 

    Orang/Hari(g)

    Kebutuhan BahanMakanan

    Untuk 1500 Pengungsi

    Penambahan

    KebutuhanBahan Makanan10% (kg)Per Hari

    (kg)Per 10 Hari

    (kg)

    Sereal (beras, terigu,jagung)

    400 600 6.000 6600

    Kacang-kacangan 60 90 900 990

    Minyak goreng 25 37,5 375 412,5

    Ikan/daging kaleng -Gula 15 22,5 225 247,5

    Garam beriodium 5 7,5 75 82,5

    Buah dan Sayur -

    Blended Food (MP-ASI)

    50 75 750 825

    Energi (kkal) 2.113

    Protein (g; % kkal) 58 g; 11%

    Lemak (g; % kkal) 43g; 18%

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    46/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 35

    Tabel 4

    Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dibawa Pulang (DryRation) g/orang/hari

    Bahan Makanan Ransum 1 Ransum 2

    Blended Food Fortified/MP-ASI 250 200

    Sereal

    Biskuit tinggi energi

    Minyak yang sudah difortifikasi dengan vitamin A 25 20

    Biji-bijian

    Gula 20 15Garam beriodium

    Energi (kkal) 1.250 1.000

    Protein (g) 45 36

    Lemak (g) 30 30

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    47/94

    36  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 5

    Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dimakan Ditempat/ Dapur Umum (Wet Ration) g/orang/hari

    Bahan Makanan R1 R2 R3 R4 R5

    Blended Food Fortified/MP-ASI bubuk 100 125 100

    Sereal 125

    Biskuit Tinggi energi 125

    Minyak yang sudah difortifikasi denganvitamin A

    15 20 10 10

    Biji-bijian 30 30Gula 10 10

    Garam beriodium 5

    Energi (kkal) 620 560 700 605 510

    Protein(g) 25 15 20 23 18

    Lemak % (kkal) 30 30 28 26 29

    Catatan :

    R = Rusum

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    48/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 37

    Lampiran 2

    PENYUSUNAN MENU PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK

    (PMBA) USIA 6– 59 BULAN  Kebutuhan gizi:

      Bayi 6-11 bulan, 100-120 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dariAir Susu Ibu (ASI) + Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

      Anak 12-23 bulan, 80-90 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dariASI + MP-ASI/makanan keluarga

      Anak 24-59 Bulan, 80-100 Kal/kg berat badan, makanan terdiri darimakanan keluarga

      Menu MP-ASI dan makanan keluarga dibawah ini terdiri dari 2 bagian.Bagian satu adalah menu 5 hari pertama setelah keadaan darurat terjadi,dimana bantuan bahan makanan masih terbatas. Lima (5) hari berikutnyadiharapkan keadaan sudah mulai teratasi dan bantuan bahan makanansegar sudah ada, sehingga menu dapat ditambah bahan makanan segarberupa lauk, sayur dan buah sesuai kebutuhannya

      Bila dari awal keadaan darurat sudah tersedia bahan makanan segarseperti daging/ikan/telur, sayur dan buah, maka harus diutamakanuntuk diberikan pada bayi dan balita

      Perlu diperhatikan jenis bantuan yang diberikan hendaknya juga meliputibumbu dapur, baik yang segar maupun yang sudah diproses atau siappakai (dalam kemasan)

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    49/94

    38  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 6

    Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)

    Bahan Makanan JumlahPorsi (p)

    Pagi SelinganPagi

    Siang SelinganSore

    Sore

    ASI Sekehendak

    Nasi/penukar ¾ p ¼ p - ¼ p - ¼ p

    Lauk/Penukar 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 p

    Buah 1 p - - ½ p - ½ p

    Susu 2/5 p - - 1/5 p - 1/5 p

    Minyak - - - - - -

    MP-ASI (blendedfood)

    1-2 sachet(@ 25 g)

    Multi vitamin danmineral (Taburia)

    1 sachet(1 g)

    Tabel 7

    Contoh Menu Hari I sampai VUntuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)

    WaktuMakan

    Menu Hari

    I II III IV V

    SetiapWaktu

    ASI ASI ASI ASI ASI

    PagiBubur siap sajirasa pisang

    Bubur siap sajirasa apel

    Bubur siap sajirasa jeruk

    Bubur siap sajirasa pisang

    Bubur siap sajirasa jeruk

    Siang Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

    SoreBubur siap sajirasa ikan

    Bubur siap sajirasa ayam

    Bubur siap sajirasa kacang hijau

    Bubur siap sajirasa daging sapi

    Bubur siap sajirasa kacangmerah

    Catatan:• ASI diteruskan sekehendak bayi

    • Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,sayuran dan buah belum dapat diperoleh

    • Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar, sehingga menu lebih bervariasidengan diberikan makanan selingan berupa buah+biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan lauk paukdan sayuran segar

    • Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada• Lauk hewani dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti

    ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g) setiap dua hari sekali dalam salah satu makanan pagi

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    50/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 39

    Tabel 8

    Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Bayi 9-11 Bulan (900 kkal)

    Bahan MakananJumlah

    Porsi (p)Pagi

    SelinganPagi

    SiangSelingan

    SoreSore

    ASI Sekehendak

    Nasi/penukar 2 p 1/2 p ½ p ¼ p ½ p ¼ p

    Lauk/Penukar 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 p

    Buah 1 p - ½ p - ½ p -

    Susu 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 p

    Minyak ½ p - - ¼ p - ¼ p

    Multi vitamin danmineral (Taburia)

    1 sachet(1 g)

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    51/94

    40  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 9

    Contoh Menu Hari I – Hari VUntuk Bayi 9-11 Bulan (900 kkal)

    Waktu MakanMenu Hari

    I II III IV

    Setiap Waktu ASI ASI ASI ASI

    Pagi Bubur siap saji rasapisang

    Bubur siap saji rasaapel

    Bubur siap saji rasajeruk

    Bubur siap saji rapisang

    Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

    Siang Bubur Sumsum Bubur Sumsum Bubur Sumsum Bubur Sumsum

    Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

    Sore Bubur siap saji rasaikan

    Bubur siap saji rasaayam

    Bubur siap saji rasakacang hijau

    Bubur siap saji radaging sapi

    Catatan:• ASI diteruskan sekehendak bayi• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh• Bubur sumsum dapat dibuat bila tersedia tepung beras, santan/ susu dan gulamerah/ putih• Setelah hari ke 5-diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar• Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/ sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada• Lauk hewani untuk tim saring dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan, daging, ataupun te• Sayuran untuk tim saring dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g) setiap dua hari sekali pada salah satu makanan pagi

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    52/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 41

    Tabel 10

    Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Anak 12-23 Bulan (1250 kkal)

    Bahan MakananJumlah

    Porsi (p)Pagi

    SelinganPagi

    SiangSelingan

    SoreSore

    ASI Sekehendak

    Nasi/penukar 2,5 p 3/4 p 1/4 p ½ p ¼ p ¾ p

    Lauk/Penukar 3 p 1 p - 1 p - 1 p

    Buah 2 p - 1 p - 1 p -

    Susu 1,5 p 1/2 p - ½ p - ½ pMinyak 1 p p - - ½ p - ½ p

    Gula 1,5 p - ¾ p - - -

    Multi vitamin danmineral (Taburia)

    - 1 sachet(1 g)

    - - - -

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    53/94

    42  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 11

    Contoh Menu Hari I – Hari V

    Untuk Anak 12-23 Bulan (1250 kkal)

    Waktu MakanMenu Hari

    I II III IV

    Setiap Waktu ASI ASI ASI ASI

    Pagi Bubur berasAbon

    NasiIkan kaleng saos tomat

    Mie goreng campurdaging kaleng

    Nasi goringAbon

    Selingan Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng

    Siang NasiSup jamur kaleng danteri

    NasiTumis dendeng manis

    NasiSup daging kaleng

    NasiIkan Sarden samgoreng

    Catatan:• ASI diteruskan sekehendak bayi• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh• Tambahkan Taburia dalam makanan anak 1 sachet per hari• Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar• Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk pauk dan • Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperi ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan seg• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/hari dalam salah satu makanan anak

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    54/94

    43  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 12

    Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Anak 24-47 Bulan (1300 kkal)

    Bahan MakananJumlah Porsi

    (p)Pagi

    SelinganPagi

    SiangSelingan

    Sore

    Nasi/penukar 3,25 p ¾ p ½ p ¾ p ½ p ¾

    Lauk/Penukar 3 p 1 p - 1 p - 1

    Buah 2 p - 1 p - 1 p -

    Susu 2 p 1 p - - - -

    Minyak 1,5 p ½ p - ½ p - ½Gula 2 p ½ p ½ p - ½ p -

    Multi vitamin danmineral (Taburia)

    - 1 sachet (1 g) - - - -

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    55/94

    44  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 13

    Contoh Menu Hari I – Hari VUntuk Anak 24-47 Bulan (1300 kkal)

    Waktu Makan Menu HariI II III IV

    Pagi Bubur berasAbonSusu

    NasiIkan kaleng saus tomatSusu

    Mie goreng Campur dagingkalengSusu

    Nasi gorengAbonSusu

    Selingan BiskuitMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    Buah kalengMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    Buah kalengMinuman manis (teh, sjus dll)

    Siang NasiIkan tuna kaleng tumisbawang

    NasiDaging kaleng bumbusantan

    Nasi udukAbon ikan

    NasiSup jamurkaleng dante

    Selingan Buah kalengMinuman manis (teh,sirup,jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh,sirup,jus dll)

    Buah kalengMinuman manis (teh,sirup,jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh,sjus dll)

    Sore NasiSup jamur kaleng dan teriSusu

    NasiTumis Dendeng manisSusu

    NasiSup daging kalengSusu

    NasiIkan sarden bumbu sagorengSusu

    Catatan:• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh• Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih• Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar• Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar•

    Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tah• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    56/94

    45  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 14

    Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Anak 48-59 Bulan (1750 kkal)

    Bahan MakananJumlah

    Porsi (p)Pagi

    SelinganPagi

    SiangSelingan

    Sore

    Nasi/penukar 4 p 1 p ½ p 1 p ½ p

    Lauk/Penukar 4,5 p 1 p ½ p 1,25 p ½ p

    Buah 3 p - 1 p 1 p -

    Susu 3 p 1 p ½ p - ½ p

    Minyak 1,5 p ½ p - ½ p -Gula 2 p ½ p ½ p - ½ p

    Multi vitamin dan mineral(Taburia)

    - 1 sachet (1 g) - - -

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    57/94

    46  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Tabel 15

    Contoh Menu Hari I – Hari VUntuk Anak 48-59 Bulan (1750 kkal)

    WaktuMakan

    Menu HariI II III IV

    Pagi Bubur berasAbonSusu

    NasiIkan kalengsaus tomatSusu

    Mie gorengCampur daging kalengSusu

    Nasi gorengAbonSusu

    Selingan BiskuitMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    Buah kalengMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    Buah kaleng-Minuman ma(teh, sirup, jus dll)

    Siang NasiIkan tuna kaleng tumis bawang

    NasiDaging kaleng bumbu santan

    Nasi udukAbon ikan

    NasiSup jamurkaleng danteri

    Selingan Buah kaleng-Minuman manis(teh, sirup, jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    Buah kalengMinuman manis (teh, sirup,jus dll)

    BiskuitMinuman manis (teh, sirjus dll)

    Sore NasiSup jamur kaleng dan teriSusu

    NasiTumis dendeng manisSusu

    NasiSup daging kalengSusu

    NasiIkan sarden bumbu sambgorengSusu

    Catatan:• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh• Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih• Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar• Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar•

    Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak• Perbedaan dengan anak usia 2-3 tahun terdapat pada jumlah bahan makanan yang diberikan

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    58/94

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    59/94

    48  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Lampiran 4FORMULIR I. REGISTRASI KELUARGA DAN IBU HAMIL

    Tanggal : Kecamatan Nama Posko : Kabupaten/Ko

    Desa/Kelurahan : Provinsi

    No

    Nama

    Kepala

    Keluarga

    Jumlah Balita0-59 Bulan

    Jumlah Balita Menurut Kelompok Usia

    dan Jenis KelaminJumlah Jiwa ≥ 5 Tahun 

    0-5

    Bulan

    6-11

    Bulan12-23 Bulan

    24-59

    Bulan Laki-

    laki

    Perempuan

    Jumlah

    L P L+P L P L P L P L P HamilTidakHamil

    (1) (2) (3) (4) (5=3+4) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17=14+15+16) (18

    1  

    2  3  

    4  

    5  

    6  

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    Jumlah

    Catatan: L=Laki-laki; P=Perempuan

    Penanggung Jawab, Petugas

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    60/94

    49  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    Lampiran 5

    FORMULIR II. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN FAKTOR PENYULIT PADA ANAK BAL

    Tanggal : Kecamatan Nama Posko : Kabupaten/KDesa/Kelurahan : Provinsi

    NoNamaKepala

    Keluarga

    NamaBalita

    JenisKelamin

    Tanggal Lahir(Tgl-Bln-Thn)

    Umur(Bulan)

    AntropometriKlinisGizi

    BurukL PLiLA(cm)

    KategoriLiLA

    BB (kg)PB atau TB

    (cm)

    BB/PBatau

    BB/TBDiare

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

    1

    2: :

    :

    2Keterangan:

    L: Laki-laki; P: Perempuan; LiLA: Lingkar Lengan AtasKategori LiLA:

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    61/94

    50  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    FORMULIR III. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA IBU HAMIL3 

    Tanggal : KecamatNama Posko : KabupateDesa/Kelurahan : Provinsi

    No Nama Kepala Keluarga Nama Ibu hamil Tanggal LahirUmur

    (Tahun)Umur Kehamilan (Trimester)

    I II III LiL

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8

    1  

    2  

    3

    4

    5

    6

     

    3Keterangan:

    Kategori Lingkar Lengan Atas (LiLA) Ibu Hamil :

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    62/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 51

    Lampiran 7

    Pernyataan Bersama United Nations Children,s Fund (Unicef), WorldHealth Organization (WHO)

    dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

    Jakarta, 7 Januari 2005

    Rekomendasi Tentang Pemberian Makanan Bayi Pada SituasiDarurat 

    A. Kebijakan Tentang Pemberian Makanan Bayi

    1. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu 1jam pertama.

    2. Memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak bayi lahirsampai umur 6 bulan.

    3. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulaiumur 6 bulan.

    4. Tetap memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun atau lebih.

    B. Pemberian ASI (Menyusui) 1 

    1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayiyang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain jugabermanfaat bagi ibu.

    1

    1 Rekomendasi didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu Formula, World Health Assembly(WHA) tahun 1994 dan 1996, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang PemasaranPengganti ASI, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 tentang PemberianASI Eksklusif pada bayi di Indonesia. WHA ke 47 menyatakan: Pada operasi penanggulangan bencana,pemberian ASI pada bayi harus dilindungi, dipromosikan dan didukung. Semua sumbangan susuformula atau produk lain dalam lingkup Kode, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas.

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    63/94

    52  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    2. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untukmemenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.

    3. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makananutama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah denganMakanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    4. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30%dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkankarena masih memberikan manfaat.

    DALAM SITUASI DARURAT:

    a. Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya saranauntuk penyiapan susu formula, seperti air bersih bahan bakar dankesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yangmemadai.

    b. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare,kekurangan gizi dan kematian bayi.

    c. Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun

    penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga yang terlatih, sesuaidengan beberapa prinsip di bawah ini:

    Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas,yaitu:

    1) Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, danrelaktasi tidak memungkinkan. Diberikan hanya kepada anak yang tidakdapat menyusu, misalnya: anak piatu, dll.

    2) Bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi bisa menyusui, persediaansusu formula harus dijamin selama bayi membutuhkannya.

    3) Diusahakan agar pemberian susu formula dibawah supervisi danmonitoring yang ketat oleh tenaga kesehatan terlatih.

    4) Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi yang memadai dan

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    64/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 53

    konseling tentang cara penyajian susu formula yang aman dan praktekpemberian makan bayi yang tepat.

    5) Hanya susu formula yang memenuhi standar Codex Alimentarius yangbisa diterima.

    6) Sedapat mungkin susu formula yang diproduksi oleh pabrik yangmelanggar Kode Internasional Pemasaran Susu Formula jangan/tidakditerima.

    7) Jika ada pengecualian untuk butir di atas, pabrik tersebut sama sekalitidak diperbolehkan mempromosikan susu formulanya.

    8) Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi

    berumur kurang dari 12 bulan.9) Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang cara

    penyajian, masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam bahasa yangdimengerti oleh ibu, pengasuh atau keluarga.

    10) Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak dianjurkan untukdigunakan. Pemberian susu formula hendaknya menggunakan cangkiratau gelas.

    11) Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas tunggalatau sebagai bagian dari distribusi makanan secara umum, karenadikhawatirkan akan digunakan sebagai pengganti ASI.

    12) Untuk mengurangi bahaya pemberian susu formula, beberapa hal dibawah ini sebisa mungkin dipenuhi:

    a) Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan,diberikan sabun untuk mencuci.

    b) Alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya.c) Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan gunakan

    botol susu).

    d) Bahan bakar dan air bersih yang cukup (bilamemungkinkan gunakan air dalam kemasan).

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    65/94

    54  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    e) Kunjungan ulang untuk perawatan tambahan dan konseling.

    f) Lanjutkan promosi menyusui untuk menghindari penggunaansusu formula bagi bayi yang ibunya masih bisa menyusui.

    C. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

    1. MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.

    2. MP-ASI sebaiknya disediakan berdasarkan bahan lokal (bilamemungkinkan).

    3. MP-ASI harus yang mudah dicerna.

    4. Pemberian MP-ASI disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizibayi.

    5. MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup.

    D. Perawatan dan Dukungan Bagi Ibu Menyusui

    1. Ibu menyusui membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra.

    2. Kondisi yang mendukung pemberian ASI eksklusif mencakup:

    a. Perawatan ibu nifas.

    b. Rangsum makanan tambahan.

    c. Air minum untuk ibu menyusui.

    d. Tenaga yang terampil dalam konseling menyusui.

    E. Menepis Mitos

      Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupundukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering adalah:

    i. Stres menyebabkan ASI kering

      Walaupun stres berat atau rasa takut dapat menyebabkan terhentinya

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    66/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 55

    aliran ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya hanya sementara,sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwamenyusui dapat menghasilkan hormon yang dapat meredakanketegangan kepada ibu dan bayi dan menimbulkan ikatan yang erat

    antara ibu dan anak.

    ii. Ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui

      Ibu menyusui harus mendapat makanan tambahan agar dapatmenyusui dengan baik dan mempunyai kekuatan untuk jugamerawat anaknya yang lebih besar. Jika kondisi gizi ibu sangatburuk, pemberian susu formula disertai alat bantu menyusui

    diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI.

    iii. Bayi dengan diare membutuhkan air atau teh

      Berhubung ASI mengandung 90% air, maka pemberian ASIeksklusif pada bayi dengan diare biasanya tidak membutuhkancairan tambahan seperti air gula atau teh. Apalagi, dalam situasibencana seringkali air telah terkontaminasi. Pada kasus diare berat,

    cairan oralit (yang diberikan dengan cangkir) mungkin dibutuhkandisamping ASI.

    iv. Sekali menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui

      Jika bayi mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembalisetelah terhenti sementara, dengan memberikan teknik relaktasidan dukungan yang tepat. Keadaan ini kadang-kadang sangat vital

    dalam kondisi ini.1

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    67/94

    56  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    68/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 57

    Lampiran 8

    REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI)

    MENGENAI AIR SUSU IBU (ASI) DAN MENYUSUI

    Air Susu Ibu (ASI) dan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, melainkanjuga bagi ibu, keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan lingkungan. Menyusuijuga memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan emosional baikibu maupun bayi. ASI bukan hanya sumber nutrisi optimal, melainkan juga

    mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap berbagai penyakit.Oleh karena manfaatnya yang sedemikian besar, baik jangka pendek maupunjangka panjang, sudah sepantasnya setiap tenaga kesehatan maupunanggota masyarakat turut mendukung dan menggalakkan pemakaian ASI.

    Manfaat ASI dan menyusui 

    Air susu ibu tidak hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu,

    keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

    Manfaat bagi ibu 

    1. Proteksi kesehatan ibu . Oksitosin yang dilepaskan sewaktu menyusuimenolong uterus untuk kembali ke ukuran semula dan mengurangiperdarahan pasca-persalinan.

    1

    2. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium padaibu. Analisis data dari 47 studi epidemiologi di 30 negara menunjukkanbahwa risiko relatif kanker payudara menurun sebanyak 4,3% untuksetiap tahun menyusui.2

    3. Menjarangkan kehamilan.  Selama enam bulan pertama setelahmelahirkan, jika seorang wanita belum mendapat kembali haidnya dan

    1 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 21 November 2010

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    69/94

    58  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    menyusui secara eksklusif maka proteksi terhadap terjadinya kehamilanadalah 98%. Semakin lama menyusui, makin lama periode amenoredan makin lama dapat menunda kehamilan. 3

    Manfaat bagi bayi 

    1. Nutrisi optimal. ASI mengandung nutrien terbaik yang mudah dicernadan diserap secara efisien. Bayi yang mendapat ASI tidak perlu lagidiberikan air putih maupun cairan lain, karena sebagian besar komponenpenyusun ASI adalah air (70%) dan kandungan air dalam ASI cukupuntuk memenuhi kebutuhan cairan bayi.

    2. Meningkatkan imunitas. Sistem imun bayi belum berkembang sempurna

    pada tahun pertama kehidupan, sehingga bayi bergantung pada ASIuntuk melawan infeksi.

    3. Menurunkan risiko diare 

    a. Bayi yang mendapat ASI non-eksklusif lebih sering mengalami diaredibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif, namun risiko inilebih kecil dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI. 4

    b. Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa pada usia 0-13minggu, bayi yang mendapat ASI lebih jarang mengalami diaredibandingkan mereka yang mendapat susu formula sejak lahir (IK95% untuk reduksi insidens 6,6%-16,8%). 5

    c. Studi di Amerika Serikat terhadap 1743 pasangan ibu-anakmenunjukkan bayi yang sama sekali tidak mendapat ASI lebihsering mengalami diare dibandingkan kelompok yang mendapatASI eksklusif (OR 1,8). Efek profektif ASI sebanding dengan jumlah

    ASI yang didapat.6

    d. Studi PROBIT (Promotion of Breastfeeding Intervention Trial)dilakukan di rumah sakit yang dipilih secara acak untuk menerimaintervensi berupa peningkatan cakupan dan durasi menyusuiberdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) yangdisusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 16491 pasangan ibu-

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    70/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 59

    anak diikuti selama 12 bulan. Kelompok ibu yang melahirkan dirumah sakit intervensi lebih banyak yang memberikan ASI eksklusifpada usia tiga dan enam bulan. Anak pada kelompok intervensijuga lebih jarang mengalami infeksi gastrointestinal (OR 0,60; IK

    95% 0,40–0,91). 7

    4. Mengurangi risiko infeksi respiratorik 

    a. Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASIlebih jarang mengalami infeksi saluran napas. Pada usia 0-13minggu, hanya 23% bayi ASI yang mengalami infeksi saluran napasdibandingkan dengan 39% bayi yang mendapat susu formula. (IK

    95% untuk perbedaan insidens 3,9%-20,3%). 5

    b. Studi di Brazil menunjukkan bahwa risiko dirawat karena pneumonialebih tinggi 17 kali lipat pada bayi yang tidak mendapat ASI (OR16,7; IK 95% 7,7–36,0) dibandingkan bayi yang mendapat ASI. 8

    c. Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun1988-1994 menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusifselama 4 sampai

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    71/94

    60  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    c. Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun1988-1994 menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusifselama 4 sampai

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    72/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 61

    menggarisbawahi risiko kematian pada anak yang tidak mendapatASI, dan risiko ini jauh lebih rendah pada anak yang mendapat ASIpredominan maupun ASI eksklusif. 1

    8. Mengurangi risiko alergi 

    a. Studi di Swedia yang mengikutsertakan 4089 bayi yang diikuti sejaklahir sampai usia 2 tahun menunjukkan bahwa anak yang mendapatASI eksklusif selama ≥4 bulan lebih jarang mengalami asma (OR0,7; IK 95% 0,5-0,9). 14

    b. Studi PROBIT dilakukan di rumah sakit yang dipilih secara acakuntuk menerima intervensi berupa peningkatan cakupan dan durasimenyusui berdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative

    (BFHI) yang disusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 16491pasangan ibu-anak diikuti selama 12 bulan. Kelompok ibu yangmelahirkan di rumah sakit intervensi lebih banyak yang memberikanASI eksklusif. Anak pada kelompok intervensi juga memiliki risikodermatitis atopi lebih rendah (OR 0,54; IK 95% 0,31–0,95). 7

    9. Mengurangi risiko obesitas 

    a. Studi di Jerman menunjukkan bahwa prevalens obesitas pada anak

    usia 5-6 tahun yang tidak pernah mendapat ASI adalah 5 kali lipatdibandingkan mereka yang mendapat ASI selama >1 tahun. Makinlama durasi pemberian ASI, makin kecil prevelens obesitas. Analisisstatistik menunjukkan ASI merupakan faktor protektif terhadapobesitas (OR 0,75; IK 95% 0,57-0,98). 15

    b. Studi di Amerika terhadap lebih dari 15000 anak menunjukkanbahwa prevalens gizi lebih (overweight) pada anak usia 9-14 tahunyang mendapat ASI atau ASI predominan selama sedikitnya 7 bulan

    lebih rendah dibandingkan kelompok yang mendapat ASI selama≤3 bulan (adjusted OR 0,8; IK 95% 0,67-0,96). 16

    10. Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan psikososial danperkembangan 

    a. ASI menguatkan (bonding ) antara ibu dan bayi. Kontak erat setelahmelahirkan akan menciptakan hubungan saling mencintai antara ibu

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    73/94

    62  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    dan bayi. Bayi lebih jarang menangis jarang mengalami asma (OR0,7; IK 95% 0,5-0,8). Anak yang mendapat ASI sebagian selama≥6 bulan juga lebih dan ibu dapat memahami serta meresponskebutuhan bayinya lebih baik.

    b. Studi PROBIT di Belarus yang melibatkan 17046 bayi melaporkanbahwa ASI eksklusif meningkatkan perkembangan kognitif anak.Hasil studi ini menunjukkan perbedaan rerata skor WechslerAbbreviated Scaled of Intelligence (WASI) antara anak yangmendapat ASI dengan yang tidak adalah 7,5 (IK 95% 0,8-14,3)untuk IQ verbal, 2,9 (IK 95% -3,3-9,1) untuk IQ performance, dan5,9 (-1,0-12,8) untuk IQ secara keseluruhan. 17

    c. Studi di Kopenhagen menunjukkan bahwa pemberian ASI berkorelasisecara bermakna terhadap skor IQ pada usia 27,2 tahun. Makin lamadurasi ASI, makin tinggi skor IQ. 18

    Manfaat bagi keluarga 19

    1. Kesehatan dan status nutrisi yang lebih baik.

    2. Manfaat ekonomi. ASI sama sekali tidak membutuhkan biaya

    dibandingkan susu formula. Uang yang dibelanjakan untuk susu formuladapat digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi ibu dan anggotakeluarga lainnya.

    3. Mengurangi biaya kesehatan, karena bayi ASI lebih jarang menderitasakit dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

    Manfaat bagi rumah sakit 19

    1. Menyusui menciptakan atmosfir yang lebih tenang dan hangat, karenabayi lebih jarang menangis dan ibu lebih cepat merespon tangisanbayinya.

    2. Bila kebijakan (rooming-in ) berjalan dengan baik, maka tidak dibutuhkanruang perawatan bayi sehingga sumber daya manusia, waktu, maupunbiaya rumah sakit yang terserap untuk ruang perawatan bayi dapat

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    74/94

    Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana   I 63

    dikurangi. Special care nursery masih dibutuhkan untuk bayi yang sakit.

    3. Rooming-in   dan dukungan terhadap ASI akan meningkatkan citrarumah sakit dan menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut memberikanpelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi.

    Manfaat bagi komunitas 20

    1. Menurunkan biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh negara.

    2. Menurunkan angka absensi orangtua sehingga meningkatkanproduktivitas dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan negara.

    3. Mengurangi beban lingkungan untuk mengolah limbah kaleng

    susu fomula dan botol, serta mengurangi konsumsi energi untukmemproduksi susu formula.

    Rekomendasi IDAI

    1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagisemua bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikanedukasi mengenai manfaat ASI dan menyusui.

    a. Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada PanduanWHO 2009, termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasiini. Bila terdapat kontraindikasi, maka harus ditelaah lebih lanjut,apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau permanen.Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkanmemerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI.Bila menyusui langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkanmemberikan ASI yang diperah.

    b. Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusuisebelum waktunya didasarkan pada pertim- bangan bahwa risikomenyusui akan lebih membahayakan dibanding manfaat yang akandidapatkan.

    2. ASI-eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasimakanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu

  • 8/20/2019 Gizi Pada Keadaan Bencana

    75/94

    64  I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana  

    selain ASI. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkanselama pemberian ASI-eksk