HIV AIDS

26
Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome Pendahuluan Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa jumlah penderita AIDS dan kematian akibat AIDS seluruh dunia akan meningkat 10 persen dalam waktu 8 tahun mendatang, yaitu dari satu setengah juta saat ini menjadi 12-18 juta pada tahun 2000. 1 Penyakit ini memang mempunyai angka kematian yang tinggi dimana hampir semua penderita AIDS meninggal dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS. 1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS ( Acquired Immuno Deficiency Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat infeksi virus HIV sehingga system kekebalan tubuh manusia lemah atau hilang sama sekali, maka akan memudahkan perkembangan beberapa penyakit infeksi dan kanker yang mematikan. Dalam waktu sepuluh tahun, setidaknya 54% persen pasien dengan HIV diperkirakan akan mengalami infeksi lebih lanjut yaitu AIDS tersebut. 2 Demikian pula dengan penurunan berat badan yang sering terjadi pada orang terinfeksi HIV, khususnya ketika penyakit 1

description

makalah

Transcript of HIV AIDS

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

Pendahuluan

Dewasa ini, Acquired Immune Deficiency (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa jumlah penderita AIDS dan kematian akibat AIDS seluruh dunia akan meningkat 10 persen dalam waktu 8 tahun mendatang, yaitu dari satu setengah juta saat ini menjadi 12-18 juta pada tahun 2000.1 Penyakit ini memang mempunyai angka kematian yang tinggi dimana hampir semua penderita AIDS meninggal dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS.1Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS ( Acquired Immuno Deficiency Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat infeksi virus HIV sehingga system kekebalan tubuh manusia lemah atau hilang sama sekali, maka akan memudahkan perkembangan beberapa penyakit infeksi dan kanker yang mematikan. Dalam waktu sepuluh tahun, setidaknya 54% persen pasien dengan HIV diperkirakan akan mengalami infeksi lebih lanjut yaitu AIDS tersebut.2Demikian pula dengan penurunan berat badan yang sering terjadi pada orang terinfeksi HIV, khususnya ketika penyakit tersebut berjalan terus dari infeksi asimtomatik hingga menjadi infeksi simtomatik dan munculnya penyakit AIDS tersebut.3 Manisfestasi klinis infeksi HIV bervariasi dari keadaan laten atau asimtomatik sampai AIDS dengan gejala klinis lanjut. Manifestasi dari penyakit ini dapat berupa munculnya berbagai infeksi oportunistik oleh karena bakteri, virus, dan jamur serta keganasan seperti Kaposi Sarcoma.4 Masa inkubasi HIV bervariasi dari beberapa bulan sampai 17 tahun dengan median 10 tahun.5 Penyebab kematian pada penderita AIDS adalah infeksi oportunistik.

Anamnesa Kondisi yang penting untuk diketahui praktisi klinis yang dapat diperoleh dari anamnesa, yaitu:1. Identitas pasien yang meliputi nama, usia, tempat lahir, perkejaan, alamat beserta riwayat perpindahan tempat tinggal.2. Riwayat perilaku seksual3. Riwayat infeksi menular seksual4. Riwayat pekerjaan5. Penggunaan NAZA (narkotika dan zat adiktif)6. Keluhan yang mendasari pasien dating berobat7. Menanyakan kepada pasien beberapa gejala yang berhubungan dengan gejala klinik infeksi HIV/AIDS.

Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik harus dperhatikan penuh terhadap gambaran klinis yang mengindiksasikan gejala infeksi HIV, yaitu limfadenopati, demam, berkeringat malam, penurunan berat badan tanpa sebab, diare dan ruam kulit atau gejala penyakit lanjut yaitu kesulitan bernapas, nyeri pada pembengkakan dan gangguan visual.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium sangat besar perananya dalam menetapkan diagnosis dan gambaran perjalanan penyakit serta dalam menentukan tindakan pengobatan, karenadalam banyak hal tidak dapat memberi petunjuk terhadap perkembangan penyakit khususnya pada masa asintomatik laten.Pemeriksaan laboratorium menunjukkan antigen atau antibody terhadap HIV didalam darah. Untuk itu digunakan pemeriksaan dengan tes Elisa (Enzim linked immunosorbent assay) sebagai pemeriksaan penyaring, yang apabila positif lebih lanjut dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Westren Immunoblot (WB). Baru-baru ini diperkenalkan dengan satu cara pemeriksaan yang lebih akurat yaitu tes PCR atau Polymerase Chain Reactions.5Metode untuk mendiagnosa HIV terdapat beberapa cara :

Test HIV antibody Menggunakan EIA (Enzyme Immuno Assay) disebut juga ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). EIA mendeteksi antibody yang diproduksi sebagai respond terhadap infeksi HIV. Dalam tes EIA ketika darah ditambahkan, antibodi HIV melekat pada antigen HIV. Kompleks antigen-antibodi kemudian dideteksi menggunakan anti human IgG antibodi yang di konjugasikan ke sebuah enzim seperti alkaline fosfatase. Kemudian ditambahkan substrat yang nantina akan memberi warna sebagai hasil produksi enzim. Test positif bila terdapat warna dan negative bila tidak terdapat warna. Test ini mempunyai kemungkinan false positif yang besar. False positif dapat terjadi pada keadaan misalnya : imunisasi, DNA virus infeksi ( misalnya Epstein Barr virus) Bila ini terjadi harus dikonfirmasi dengan western blot.

Western blot Lebih spesifik dari tes EIA dan apabila terjadi false positif EIA tes, tes ini dapat memastikan apakah orang tersebut terinfeksi atau tidak. Tes ini dilakukan dengan memisahkan HIV antitgen dengan elektroforesis, lalu di transfer ke kertas nitroselulosa dan disusun, protein yang lebih besar ada di atas dan protein yang lebih kecil ada di dasar. Lalu serum sampel ditambahkan. Jika terdapat HIV antibody, maka akan berikatan dengan spesifik antigen virus yang ada di kertas. Sebuah enzim dan substrat lalu ditambahkan untuk menghasilkan warna seperti pada tes EIA. Jika tidak ada warna makan tes ini negative dan jika tes ini positif akan terlihat kombinasi warna. Saat hasil tes dengan EIA menunjukkan hasil yang positif dan western blot positif orang tersebut positif menderita HIV sedangkan apabila hasil EIA positif sedangkan western blot negative orang tersebut tidak menderita HIV.

PCRMerupakan tekhnik untuk mendeteksi HIV DNA. PCR mendeteksi kehadiran dari virus bukan antibodi terhadap virus seperti yang dites oleh EIA dan western blot tes. ORA sure test, home HIV testing kit ORA sure test menggunakan sebuah kapas swab, yang di masukkan ke dalam mulut selama 2 menit, kemudian kapas itu ditempatkan dalam sebuah media transport dan dikirim ke lab untuk dilakuakn EIA dan western blot tes.

Kriteria Diagnosis Seorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfesi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh.5

Working DiagnosisBerdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien pada skenario, dapat dibuat dugaan sementara pasien menderita AIDS. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium lainnya seperti Western Blot dan PCR.

Differential DiagnosisManifestasi klinis yang disebabkan oleh AIDS dapat bermacammacam. Hal ini berkaitan dengan turunnya system imun yang mengakibatkan infeksi oportunistik dapat terjadi. Diagnosis Banding dibuat berdasarkan gejala klinis yang muncul. Oleh karena pada skenario pasien memiliki riwayat hubungan seksual dengan beberapa pasangan yang berbeda, gejala klinis yang muncul bisa dikaitkan dengan Sexually Transmitted Diseases (STD). Adapun diagnosis banding yang mungkin berdasarkan gejala klinis yang tampak pada pasien (gejala deman yang tidak jelas penyebabnya disertai pembesaran kelenjar getah bening regio cervical, axilla, dan inguinal), yaitu:

Sifilis Sekunder Sifilis disebut sebagai The Great Imitator Diseases dapat juga menyebabkan pembesaran kelanjar getah bening superfisial disertai dengan gejala konstitusi demam yang tidak terlalu tinggi.6 Sifilis juga merupakan STD sama halnya dengan infeksi HIV. Pada infeksi HIV juga dapat ditemukan Rash pada seluruh tubuh, sehingga untuk membedakannya dapat dilakukan uji spesifik dan non spesifik terhadap sifilis.

Limfogranuloma Venerum (LGV)LGV merupakan STD yang disebabkan oleh Clamydia trachomatis. Pada penyakit ini juga terdapat pembesaran kelenjar getah bening disertai demam.6 Untuk membedakannya dengan HIV, perlu diketahui bahwa pada LGV tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada cervical dan axilla. Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan Uji Frei, yaitu uji untuk diagnosis LGV.

Etiologi Berdasarkan penelitian di Perancis dan AS penyebab defisiensi imunitas selular ialah retrovirus Lymphadenopaty Associated Virus (LAV) dan kemudian di AS disebut Humat T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III). HTLV III juga disebut Humat T-Cell Lymphotropic Virus (suatu retrovirus). LAV ditemukan oleh Montaigner dkk, pada tahun 1983 di Perancis, sedangkan HTLV- III ditemukan oleh Gallo di AS pada tahun berikutnya.7Epidemiologi

Saat ini diperkirakan ada 5 10 juta orang pengidap HIV (Human Immuno Deficeincy Virus) yang belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai sumber penularan. Disamping itu telah dilaporkan adanya lebih kurang 100.000 orang penderita AIDS dan 300.000 500.000 orang penderita ARC (AIDS Related Complex) sampai 1 Maret 1989 telah dilaporkan141.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. AIDS adalah suatu penyakit yang sangatberbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pada populasinormal Adult Mortality Rate adalah 50/10.000 bila seroprevalensi infeksi HIV adalah 10 % maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kali menjadi 100/10.000.8Berdasarkan data yang dikumpulkan sampai 3 Maret 1998, infeksi HIV/AIDS telah menyebar di 22 propinsi yaitu Daerah Istimewa Aceh 1 penderita, Sumatera Utara 25 penderita, Sumatera Barat 1 penderita, Riau 70 penderita, Sumatera Selatan 26 penderita, DKI Jakarta 181 penderita, Jawa Barat 19 penderita, Jawa Tengah 14 penderita, DI Yogyakarta 5 penderita, JawaTimur 43 penderita, Kalimantan Barat 4 penderita, Kalimantan Tengah 4 penderita, Kalimantan Selatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita, Sulawesi Utara 3 penderita, Sulawesi Selatan4 pnederita, Bali 43 penderita, NTB 2 penderita, NTT 1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-Timor 1 penderita.Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30 39 tahun, dan menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas, maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20 30 tahun.Rasio jenis kelamin pria, wanita di negara pola I adalah 10 15 : 1 karena sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di negara-negara pola II, rasio ini adalah 1 : 1. Perbandingan antara penderita dari daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di daerah urban, karena di kota lebih banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak mitra seksual), maka kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk kelompok biseksual, heteroseksual, dan penyalahguna narkotik suntik, serta penerima transfuse darah termasuk penderita hemofili dan penyakit-penyakit darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV.8

Cara PenularanAIDS adalah merupakan penyakit yang fatal dan menular. Jalan utama untuk tranmisi HIV adalah kontak seksual (homoseksual atau heteroseksual) tranmisi jarum suntik dan alat kesehatan lain, tranmisi perinatal (dari ibu ke anak dalam persalinan), tranmisi darah dan produk darah serta tranmisi dalam pelayanan kesehatan yaitu pada pekerja rumah sakit yang berkontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dengan infeksi HIV.Sekalipun penyelidikan secara epidemologi menunjukkan bahwa darah dan semen merupakan jalur penularan utama virus AIDS, telah dilaporkan bahwa HIV juga ditemukan dalam saliva, air mata, air susu ibu dan urin8. Penularan melalui saliva sampai saat ini memang diragukan karena jumlah virus dalam saliva amat kecil sehingga tidak potensial untuk penularan. Hasil beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa sebenarnya saliva dapat menghambat virus HIV agar tidak menginfeksi limfosit manusia disamping fungsi saliva sendiri sebagai pelindung karena mengandung sejumlah protein saliva. Resiko penularan dalam tindakan kedokteran diperkirakan melalui saliva yang tercampur darah karena luka yang timbul dalam perawatan.9Patofisiologi HIV mempunyai target sel utama yaitu sel Lymfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4, beberapa sel alin yang juga mempunyai reseptor CD4 adalah : sel monosit, sel makrofag, sel folikulan dendritik, sel retina, sel leher rahim, dan sel langerhans. Protein selubung HIV gp 120 akan bersentuhan dan terikat pada sreseptor CD4 pejamu (antara lain sel Lymfosit T4), lalu selubung HIV akan mengalami fusi dengan membrane sel pejamu dan mendorong inti HIV masuk kedalam sitoplasma sel pejamu, RNA virus akan di konversi menjadi DNA oleh enzim Reversi Transkriptase, dan DNA ini yang disebut DNA provirus. DNA porvirus akan masuk kedalam inti sel pejamu dan dengan enzim integrase (endonuklease) akan di integrasikan secara acak pada DNA sel pejamu. Integrasi materi genetic virus ini biasanya akan terjadi dalam 2-10 jam setelah infeksi. Selanjutnya replikasi virus dimulai dengan adanya produksi RNA provirus yang sama sehingga akan terbentuk virion baru, suatu virus HIV baru yang siap untuk menginfeksi sel target yang lain, setelah keluar dari sel pejamu melalui suatu proses budding.4Manifestasi KlinikTerdapat berbagai klasifiksi klinis HIV/AIDS, dua di antaranya menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan WHO, yaitu: Tabel 1. Klasifikasi klinis infeksi HIV dan AIDS menurut CDC tahun 1993.CD4Kategori Klinis

Total%A(Asimptomatis, Infeksi Akut)B(Simptomais)C(AIDS)

(1) >500/l>29%A1B1C1

(2) 200-499/l14-28%A2B2C2

(3)