Histologi Respiratory System

19
I S R E S P I R A MARISSA AJEKRUN () ATIN MURDIANINGSIH ()

Transcript of Histologi Respiratory System

Page 1: Histologi Respiratory System

IISSRREESSPP I

IRRAA

MARISSA AJEKRUN ()ATIN

MURDIANINGSIH ()LINA MUFIDATUN ()

Page 2: Histologi Respiratory System

Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi.

Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx, trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk (1) menyediakan saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara udara yang diinspirasi (dibersihkan, dibasahi dan dihangatkan). Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang rawan, serabut elastin dan otot polos. Tulang rawan berperan sebagai penyokong dinding bagian konduksi. Serabut-serabut elastin dapat menjamin fleksibilitas struktur dan memungkinkan kembali ke bentuk semula setelah meregang. Berkas otot polos terdapat pada lamina propria dan berperan untuk mengurangi diameter saluran berarti mengatur aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi.

Page 3: Histologi Respiratory System

Pada pemeliharaan udara, pembersihan dilakukan oleh epitel bersilia yang berfungsi membuang partikel-partikel debu dan zat-zat lain. Sedangkan untuk membasahi saluran respirasi diperlukan peranan dari kelenjar-kelenjar mukus (sel-selnya terdiri sel mukosa dengan granul sekresi yang besar dan jernih) dan seromukus (gabungan sel serosa dan mukosa, dimana sel serosa mempunyai granul sekresi yang mudah diwarnai). Dan untuk menghangatkan diperlukan peranan dari pembuluh darah.

Page 4: Histologi Respiratory System

Epitel respiratorik

Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain :1. Sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk

antara lain :epitel silindris berlapis semu dan bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus dan epitel gepeng

2. sel goblet3. sel brush dengan banyak mikrovilli (reseptor

sensoris).4. sel basal (merupakan sel-sel generatif)5. sel granula 6. sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan

seromukus

Page 5: Histologi Respiratory System

Rongga Hidung

Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda : di luar adalah vestibulum dan di dalam fossa nasalis. Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling

anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.

Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior.

Page 6: Histologi Respiratory System

Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet, dan juga terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies.

Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung reseptor olfaktori yang merespon bahan yang menghasilkan bau. Pada laminar proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan salurannya dilapisi oleh sel epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang berwarna kekuningan.

Page 7: Histologi Respiratory System

PHARYNX

Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx dan oropharynx.

Nasopharynx adalah bagian pertama faring, yang berlanjut sebagai orofaring yang berarah kaudal,yaitu bagian pisterior rongga mulut. Nasopharynx sendiri memiliki tonsila pharyngealis yang terletak di media dan muara bilateral auditorius untuk setiap telinga tengah. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedangkan oropharynx dilapisi oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.

Page 8: Histologi Respiratory System

LARYNXLarynx ialah saluran kaku yang pendek ( 4cm

X 4cm ) untuk udara antara faring dengan trakea. Larynx mempunyai 4 komponen yaitu lapisan

mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher.

Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.

Page 9: Histologi Respiratory System
Page 10: Histologi Respiratory System

TRAKEATrakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya)

dengan diameter sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.

Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar muko-serous yang mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.

Page 11: Histologi Respiratory System
Page 12: Histologi Respiratory System

Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi otot polos menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur.

Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua yaitu dua bronkus utama (bronkus dan bronkiolus)

Page 13: Histologi Respiratory System

Bronkus dan BronkiolusBronkus primer kiri dan bronkus primer kanan

bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.

Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.

Page 14: Histologi Respiratory System

Histologi bronkiolus meliputi lapisan mukosa, submukosa dan adventitia. Lapisan mukosa seperti pada bronkus, dengan sedikit sel goblet. Pada bronkiolus terminalis, epitelnya kubus bersila dan mempunyai sel-sel Clara (dengan permukaan apical berbentuk kubah yang menonjol ke dalam lumen). Pada lamina propria terdapat jaringan ikat (terutama serabut elastin) dan otot polos. Pada bronkiolus tidak ada tulang rawan dan kelenjar. Lapisan adventitia juga terdiri dari jaringan ikat elastin. Lapisan otot pada bronkiolus lebih berkembang dibandingkan pada bronkus. Pada orang asma diduga resistensi jalan udara karena kontraksi otot bronkiolus.

Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kubus bersilia, dan pada tepinya terdapat lubang-lubang yang berhubungan dengan alveoli. Pada bagian distal dari brionkiolus respiratorius, pada lapisan epitel kubus tidak ada silianya. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastin.

Page 15: Histologi Respiratory System

Saluran Alveolaris dan AlveolarisSaluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel

gepeng yang sangat tipis. Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris).

Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.

Page 16: Histologi Respiratory System

Pleura

Permukaan luar paru-paru dan dinding internal rongga toraks dilapisi oleh suatu membran serosa.Pleura di bagi menjadi 3 yaitu : 1. Pleura viseralis : membran yang melekat pada

jaringan paru - paru. 2. Pleura parietalis : membran yang melapisi

dinding toraks. 3. Rongga pleura : yang berada diantara lapisan

pariental dan viseral.

Page 17: Histologi Respiratory System
Page 18: Histologi Respiratory System

Gerakan Pernafasan

Kontraksi otot interkostal menaikan iga,dan kontraksi diafragma menurunkan dasar rongga toraks, yang menambahkan diameter tersebut dan menimbulkan pengembangan paru -paru. Lalu diameter dan panjang bronkus dan bronkeolus bertambah selama onspirasi.

Page 19: Histologi Respiratory System

Thank You 4 Your

AttentionSEE YOU NEXT TIMEEE