HIPOGLIKEMIA - rsudbataraguru.co.id 05-09-22-PPK Anak.p… · GIR ( glucose infusion rate ) 6-8...
Transcript of HIPOGLIKEMIA - rsudbataraguru.co.id 05-09-22-PPK Anak.p… · GIR ( glucose infusion rate ) 6-8...
HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian (Definisi)
Pada anak kadar glukosa plasma < 55 mg/dl dikategorikan sebagai
hipoglikemia
2. Anamnesis - Apakah didapatkan gejala takikardi, berkeringat, lemas, lapar, mual,
muntah ?
- Apakah didapatkan gejala pusing, gangguan penglihatan?
- Apakah didapatkan penurunan kesadaran, gangguan psikologis,
perubahan tingkah laku? 3. Pemeriksaan Fisik
Adrenergik: takikardi, berkeringat, lemas, lapar, mual, muntah
Neuropenik (penurunan penggunaan glukosa oleh otak): pusing,
gangguan visual, somnolens. Gangguan psikologis, perubahan tingkah
laku
Kombinasi gejala di atas memerlukan pemeriksaan kadar glukosa darah.
4 Pemeriksaan
Penunjang - Darah : kadar gula,
- Urine : ketone, reducing substances, organic acids
5. Kriteria Diagnosis
kadar glukosa plasma < 55 mg/dl
6. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan tambahan lain
7. Penyulit 1. Penurunan kesadaran
2. Kematian 8. Terapi
Jika penderita sadar:
1. Berikan glukosa oral , misal jus jeruk, minum manis. Untuk berat 30
kg diperlukan 10 gram glukosa, dan >30 kg diperlukan 15 gram
glukosa.
2. Cek kadar glukosa 10-15menit dan ulang jika diperlukan.
Pastikan kadar gula darah normal. Jika penderita tidak sadar:
1. Pasang infuse dextrose (n0,5g/kg selama 5 menit) atau 2-3 ml/kg
D10% atau 1ml/kg D25%)
2. Maintenans infuse dextrose
3. Recek kadar gula 10menit kemudian ( D12,5 kadar dextrose paling
tinggi yang diberikan melalui infuse perifer)
4. Berikan bolus dextrose jika perlu
Apabila akses iv sulit, maka glukosa dapat diberikan melalui nasogastric
tube. Maintenans infuse pada hipoglikemia bayi dapat dilakukan dengan
GIR ( glucose infusion rate ) 6-8 mg/kg/menit.
Glukagon membantu dalam pemecahan glikogen. Pada kondisi cadangan
glikogen masih cukup (mis.insulin overdose) 1 mg glucagon im atau sc
(0,5mg untuk neonates) dapat meningkatkan kadar gula darah. Glucagon
tidak akan meningkatkan kadar glukosa
9. Edukasi 1. Potensi kematian oleh karena hipoglikemia
2. Informed consent dari keluarga 10. Prognosis
Baik bila tidak muncul penyulit
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis a. dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes
b. dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis 80% Pasien Hipoglikemia tanpa komplikasi akan sembuh dalam waktu 3 hari
15. Kepustakaan 1. Zimmerman D, habiby RL, Brickman WJ. Diabetes Mellitus and
Hypoglycemia. In: Green T, Franklin W, Tanz RR. Paediatrics. 2005.Mc
Graw Hill.Singapore.hal.263-78.
2. Oberfield SE, Hale DE. Endocrinology. Dalam: Polin RA, Ditmar MF.
Pediatric secrets. Edisi 4. Elsevier Mosby. Phiadelphia.hal 191-21.
3. Clarke W, Jones T, Rewers A, Dunger D, Klingensmith GJ. Assessment
and Management of Hypoglycemia In Children and Adolescent With
Diabetes. Pediatric Diabetes 2009:10 (Suppl,12)134- 45.
PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS
1. Pengertian
(Definisi)
Refluks gastroesofagus (RGE) adalah aliran balik isi lambung (berupa air liur,
makanan/minumam, cairan lambung, cairan pankreas, cairan empedu) ke
dalam esofagus tanpa adanya usaha. - Fisiologis : regurgitasi setelah minum/makan dengan waktu yang
singkat, tidak ada keluhan lainnya. - Patologis : regurgitasi berulang dengan waktu yang lebih lama,
terjadi siang/malam, tidak bergantung minum/makan, dapat
disertai keluhan radang esofagus.
2. Anamnesis - Keluhan regurgitasi, dapat disertai darah
- Nyeri dada atau rasa terbakar - Batuk, sesak - Suara serak - Anemia (pucat) - Muntah darah/BAB darah - Kesulitan menelan
- Gelisah - Penurunan berat badan, kenaikan berat badan yang tidak optimal - Pada bayi : rewel saat minum, menolak minum, aspirasi berulang
3. Pemeriksaan Fisik - Pengukuran berat badan
- Kesadaran
- Tanda vital
- Anemia - Sesak (stridor, wheezing)
4. Pemeriksaan
Penunjang
1. Darah lengkap
2. Pemantauan pH esofagus 3. Endoskopi 4. Biopsi jaringan esofagus
5. Barium meal : mendeteksi kelainan anatomi saluran cerna atas
5. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa
2. Gejala Klinis 3. Biopsi
6. Diagnosis Penyakit refluks gastroesofageal
7. Diagnosis Banding Esophagitis/gastroenteritis eosinofilik Alergi makanan
Gastroparesis
Gastroenteritis
Ulkus peptik
Esophangitis/gastroenteritis eosinofilik
Alergi makanan
Pankreatitis
appendisitis
8. Terapi 1. RGE fisiologis : - Yakinkan orangtua bahwa regurgitasi adalah fisiologis
- ASI diteruskan
- Jika frekuensi berlebih (>4 kali sehari) dan bayi sudah mendapat
susu formula, dapat diberikan
thickening milk modifikasi
- Posisi bayi setelah minum, terlentang dengan sudut 45-60 derajat
antara pinggang dengan tempat tidur
- Prokinetik (cisaprid) 0,2 mg/kg/kali, 3 kali sehari, bila tatalaksana di
atas tidak memberikan respon
2. RGE patologis (terbukti penyakit RGE) :
- H2 antagonis (ranitidin) 2 mg/kg/BB/hari, 2 kali sehari, atau
- Proton pump inhibitor (PPI), omeprazole 1-2 mg/kgBB/hari, sekali
sehari
- Diberikan selama 1-2 bulan bergantungh respon klinis
- Bedah dilakukan bila tidak respon terapi atau RGE yang
mengancam jiwa
9. Edukasi 1. Tanda-tanda kegawatan
2. Gangguan susunan saraf pusat
3. Tetap memberikan ASI
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad
bonam/malam Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat
Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis Tatalaksana dengan H2 antagonis atau PPI membaik dalam 2 minggu
15. Kepustakaan 1. IDAI. Pedoman pelayanan medis. 2011
2. GRAMIK FK UNAIR. Sindroma gangguan motilitas saluran cerna. 2004
3. Sulaiman B. Gastroesophageal reflux disease (GERD) in children : from
infancy to adolescence. Journal of Medical sciences, 2011
4. Yvan Vandenplas, Colin D. Rudolph, at all. Pediatric Gastroesophageal
Reflux Clinical Practice Guidelines: Joint Recommendations of the
North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology,
and Nutrition (NASPGHAN) and the European Society for Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (ESPGHAN). Journal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 2009
INFEKSI SALURAN KEMIH
1. Pengertian (Definisi)
- Infeksi saluran kemih adalah ditemukan mikroba bermakna pada
saluran air kemih dari sampel urin suprapubik berapapun
jumlah kuman
kateterisasi uretra ≥5x104
porsi tengah ≥105
2. Anamnesis - Gejala klinis tidak spesifik
- Infeksi saluran kemih atas gejala panas tinggi, disertai gejala sistemik
- Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur
penderita adalah sebagai berikut : 0-1bulan :
Panas/hipotermi, gejala sistemik,ikterus (sepsis).
1 bln-2 thn : panas/hipotermia, gejala sistemik, nyeri perut/ pinggang.
2-6 thn : Panas, gejala sistemik, tidak dapat menahan kencing,
polakisuria, disuria, ngompol.
6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas,tak dapat menahan kencing.
3. Pemeriksaan Fisik Tidak spesifik tergantung usia dan lokasi infeksi saluran kemih :
- Panas/hipotermia
- Nyeri ketok pinggang
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan air kemih:
Urinalisis, Leukosit esterase, nitrit,
2. Biakan air kemih
3. Pemeriksaan darah lengkap, ureum, kreatinin
4. Ultrasonografi ginjal-buli buli (USG) bila diperlukan, skintigrafi ginjal,
CT scan, MRI pada kasus ISK atas, komplek, dan atipik 5. Kriteria Diagnosis 1. Gejala Klinis sesuai usia penderita
2. Biakan air kemih merupakan baku emas
3. Pemeriksaan air kemih ada kuman (gram), piuri,torak, lekosit, , lekosit
esterase,nitrit
4. Kimia darah: ureum,kreatinin
5. Pencitraan :USG ginjal-buli buli, skintigrafi ginjal, CT scan, MRI bila
diperlukan
6. Diagnosis Infeksi saluran kemih
7. Diagnosis Banding Penyakit dengan panas yang tidak diketahui sebabnya - ICD
8. Terapi
ISK bawah
ISK pada Neonatus
Supportif
Pemberian nutrisi adekwat, kebersihan urogenital, mencegah konstipasi
Medikamentosa
Antibiotik peroral
Amoksisilin klavulanat 20 – 40 mg/kg/hari dibagi 3 dosis
Trimethoprim-sulfamethoxasol 6-12 mg/kg trimethoprim & 30-60 mg/kg
sulfamethoxasole dibagi 2 dosis
Antibiotik parentral
1. neonatus : gentamisin 7,5 mg/kg sekali sehari dan ampisilin 100
mg/kg/hari diberikan 3 kali sehari.
1. Seftriakson 75 mg/kg/hari sekali sehari
2 Sefotaksim 150 mg/kg/hari dibagi tiap 6 -8 jam
ISK atas/
ISK
komplek
/ ISK Atipik
3 Seftasidim 100 – 150 mg/kg/hari dibagi tiap 8 jam
4 Gentamisin 7,5 mg/kg/hari dibagi tiap 8 jam
5 Amikasin 15 mg/kg/hari sekali sehari
9. Edukasi 1. Berobat secara teratur
2. Menjaga kebersihan daerah genetalia
3. Pemakaian popok atau pempers harus diganti setiap buang air kemih
atau buang air besar
4. Buang air besar secara teratur
10. Prognosis Infeksi saluran kemih atas Ad vitam : dubia
ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam Ad
Ad vitam : dubia
ad bonam/malam
Ad sanationam :
dubia ad
bonam/malam Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV 12. Tingkat Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis 80% penderita akan sembuh dalam waktu 12 hari Penderita tidak panas Biakan urin steril
15. Kepustakaan 1. Barbara J, Kher K. Urinary tract infection. In Kher K, Schnaper HW,
Makker SP Eds. Clinical Pediatric Nephrology 2nd.Chennai.Replika
Press.2007. 553-74.
2. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinaru tract infection. In Avner ED,
Harmon WE,Niaudet P, Yoshikawa N Eds. Pediatric Nephrology 6th
ed. Berlin Heidelberg.Springer Verlag.2009:1229-310
3. Hoberman A, Charron M, Hickey RW et al, 2003. Imaging studies after
febrile urinary tract infection in young children. N Engl J Med ; 348
:195-202.
4. Nan wong S. Urinary tract infection. In Chiu MC, Yap HK Eds. Practical
Pediatric Nephrology.Hongkong.Medcom Limited.2005:160-70
5. Newman TB. The new American Academy of Pediatrics Urinary tract
infection Guideline. Pediatrics 2011;128:595-610
6. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. In Alatas H, Tambunan
T, Trihono PP, Pardede SO Eds. Buku ajar Nefrologi Anak. 2nd ed.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2009: 142- 163.
7. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP. Konsensus infeksi
saluran kemih pada anak.Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2011:1-34
8. Pecile P, Miorin E, Romanello C, Vidal E, Contrado M, Valent F dkk.
Age related renal parenchymal lesions in children with first febrile
urinary tract infections. Pediatric 2009;124:23-9.
9. Yap HK, Resontoc LPR. Management of childhood urinary tract
infection. In Yap HK, Liu ID, Tay W Eds. Pediatric nephrology.
Singapore. 391-402.
10. Yilmaz A, Sevketoglu E, Gedikbasi A, Karyagar S, Kiyak A, Mulazimoglu
M dkk. Prediction urinary tract infection with urinary neuthrophil
gelatinase associated lipocalsin. Pediatr Nephrol 2009;124:2387-92.
SEPSIS NEONATORUM
1. Pengertian
(Definisi)
Suatu sindroma respon inflamasi janin / FIRS disertai gejala klinis infeksi
yang diakibatkan adanya kuman di dalam darah pada neonatus.
FIRS (Fetal inflammatory response syndrome/ Sindroma respon
inflamasi janin)
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau
<30 x/menit atau apnea dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi
oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C atau > 37,5
0C), waktu
pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau >
34.000 x 109/L
TERDUGA/ SUSPEK SEPSIS
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi
TERBUKTI/ PROVEN SEPSIS
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia / kultur darah
positif
Laboratorium :
o Leukositosis (> 34.000 x 109/L)
o Leukopenia (< 4.000 x 109/L)
o Netrofil muda >10%
o Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total
(stab+segmen) atau I/T ratio > 0,2
o Trombositopenia < 100.000 x 109/L)
o CRP > 10 mg/dl atau 2 SD dari normal
Klasifikasi :
1. Early Onset (dini): terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan
manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala
sistemik yang berat, terutama mengenai sistem saluran
pernafasan, progresif dan akhirnya syok
2. Late Onset (lambat): timbul setelah umur 5 hari dengan
manifestasi klinis sering disertai adanya kelainan sistem susunan
saraf pusat
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa
resiko infeksi yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah
sakit
2.Anamnesis Antenatal: paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (Infeksi
ascending melalui cairan amnion, adanya paparan terhadap
mikroorganisme dari traktur urogenitalis ibu atau melalui penularan
transplasental)
Selama persalinan: trauma kulit dan pembuluh darah selama
persalinan, atau tindakan obstetri yang invasif
Postnatal: adanya paparan yang meningkat postnatal (mikroorganisme
dari satu bayi ke bayi yang lain, ruangan yang terlalu penuh dan jumlah
perawat yang kurang), adanya portal kolonisasi dan invasi kuman
melalui umbilikus, permukaan mukosa, mata, kulit
3. Pemeriksaan
Fisik
Suhu tubuh tidak stabil (<36 ⁰C atau >37,5 ⁰C)
Laju nadi >180 x/menit atau <100 x/menit
Laju nafas >60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea
atau laju nafas <30 x/menit
Letargi
Intoleransi glukosa: hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau
>170 mg/dl) atau hipoglikemia ( <2,5 mmol/L atau < 45 mg/dL)
Intoleransi minum
Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi
Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (usia 1 hari)
Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (usia < 1 bulan)
Pengisian kembali kapiler/ capillary refill time > 3 detik
4. Kriteria
Diagnosis
Anamnesis
Gejala klinis
Kultur darah positif
5. Diagnosis Sepsis awitan dini
Sepsis awitan lambat
6.Diagnosis
Banding
Kelainan bawaan jantung, paru, dan organ-organ lain.
7.Pemeriksaan
Penunjang
Darah rutin
Hapusan darah tepi
Foto polos dada
8.Terapi 1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 50 mg/kg
BB/dosis i.v (tiap 12 jam untuk neonatus umur ≤7 hari, dan tiap 8 jam untuk neonatus umur >7 hari), dan gentamisin 4-5 mg/kg/dosis tiap 24
jam. Dosis Ampisilin untuk meningitis adalah 100 mg/kgBB/dosis i.v
(tiap 12 jam untuk neonatus umur
≤7hari, dan tiap 8 jam untuk neonatus umur >7 hari). 2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan : darah
lengkap, urine lengkap, feses lengkap, kultur darah, kultur cairan
serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa
cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos
dada, pemeriksaan CRP kuantitatif.
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin,
gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Bila kultur positif antibiotika disesuaikan dengan hasil kultur.
6. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium
menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Meropenem
i.v. dengan dosis 20 mg/kg BB/dosis tiap 12 jam i.v .Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika
minimal 21 hari.
7. Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
asidosis metabolik, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah,
plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar, imunoglobulin.
9. Edukasi Pada sepsis yang didiagnosis secara klinis, jangka waktu terapi 10-14
hari
Pada meningitis, jangka waktu terapi 14-21 hari
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens
IV
12. Tingkat Rekomendasi
Level C
13. Penelaah Kritis
dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes
dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis
Gejala klinis sepsis tidak ada
Kultur darah negatif
80% Pasien sembuh dalam waktu 2 minggu
15. Kepustakaan 1. Haque KN. Definitions of bloodstream infection in the newborn. Pediatr
crit Care Med 2005; 6(3): 45-9.
2. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-6. New York:
Lange Books/Mc Graw-Hill, 2009; 665-72.
3. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan
pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Jakarta: Depkes RI,
2006; 92-7.
4. Puopolo KM. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Stark
AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-7. Boston: Lippincott
Williams & Wilkins, 2012; 624-55.
5. Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen
masalah bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah
sakit. Jakarta: IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.
6. Indrasanto E, Dharmasetiawani N, Rohsiswatmo R, Kaban RK. Buku
acuan pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif. Jakarta: Depkes RI, 2008; 213-20.
KEJANG DEMAM
1. Pengertian
(Definisi)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (di atas 38°C), yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Dibagi menjadi 2 yakni kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks
2. Anamnesis - Didapatkan riwayat panas disertai kejang
- Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga yang
lain
3. Pemeriksaan
Fisik
Tidak spesifik
Pemeriksaan neurologi dalam batas normal
4. Kriteria
Diagnosis
Kejang Demam Sederhana (KDS) :
- Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam 24 jam Kejang Demam kompleks (KDK) :
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
5. Diagnosis Kejang Demam
6. Diagnosis
Banding
Diagnosis banding untuk kejang demam pertama kali:
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
7. Pemeriksaan
Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi,
elektrolit dan gula darah).
8. Terapi 1. Penanganan Pada Saat Kejang
• Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan) atau 0,4- 0,6mg/KgBB/dosis rektal suppositoria. Bila
kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20
menit kemudian.
•Turunkan demam : Antipiretik : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen
5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan sehari 3-4 kali
Kompres : suhu >39°C : air hangat; suhu > 38°C : air biasa
• Pengobatan penyebab : antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan
penyakit dasarnya.
2. Pencegahan Kejang
• Pencegahan berkala (intermiten) untuk KDS dengan Diazepam 0,1 m
g/KgBB/dosis PO dan antipiretik pada saat anak menderita penyakit
yang disertai demam.
9. Edukasi 1. Meyakinkan penderita bahwa kejang demam mempunyai prognosis
yang baik
2. Memberikan cara penanganan kejang yang benar
3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian vaksinasi pada penderita kejang
demam
5. Pemberian obat untuk mencegah frekuensi memang efektif tetapi
harus diingat adanya efek samping obat
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat
Rekomendasi
C
13. Penelaah Kritis dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes
dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis - Hampir semua anak mempunyai prognosis yang baik
- Anak usia dibawah 12 bulan yang mengalami kejang demam mempunyai
kemungkinan sebesar 50% terjadi rekurensi .
- 80% Pasien akan sembuh dalam waktu 2 hari
15. Kepustakaan 1. American academy of pediatrics subcommittee on febrile seizures.
Febrile seizure: Guideline for the neurodiagnostic evaluation of the
child with a simple febrile seizure. Pediatrics 2011;127:389-94.
2. Kundu GK, Rabin F, Nandi ER, Sheikh N, Akhter S. Etiology and risk
factors of febrile seizure – an update. Bangladesh J Child Helath
2010;34:103-12.
3. American academy of pediatrics subcommittee on febrile seizures.
Febrile seizures: clinical practice guidelines for the long-term
management of the child with simple febrile seizures. Pediatrics
2008;121:1281-6.
4. Berg AT, Shinnar S, Hausser WA, Leventhal JM. Predictors of
recurrent febrile seizure: a metaanalytic review. J Pediatr
1990;116:329-37
5. Shloma Shinnar. Dalam Swaiman KF. Ashwal S, Ferriero DM, Schor NF
ed. Pediatric neurology principles and practice. Edisi kelima.
Philadelphia: Elsevier; 2012. Hal 790-7.
PNEUMONIA
1. Pengertian
(Definisi)
Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh berbagai macam etiologi. Terbanyak adalah virus
ataubakteri. Etiologi lain parasit dan aspirasi zat tertentu
2. Anamnesis Gejala yang timbul biasanya mendadak.
Dapat didahului denganinfeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejala
umum: batuk, demam tinggi, nafas cepat dan sesak nafas. Pada keadaan
yang berat bisa didapatkan cyanosis
Pada anak yang besar bisa didapatkan nyeri dada.
Pada bayi muda sering menunjukkan gejala yang tidak khas seperti
hipotermi, penurunan kesadaran, kejang, sulit minum, dan perut
kembung
3. Pemeriksaan
Fisik
-12
bulan -
Inspiratory effort ditandai dengan retraksi dinding dada, nafas cuping
hidung
Gerakan dinding toraks dapat tertinggal pada daerah yang terkena
infeksi, perkusi normal atau redup, auskultasi paru dapat terdengar
terdengar suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan
paru yang terkena.
Tanda lainnya adalah demam tinggi, sianosis, dan dapat ditemukan tanda
dehidrasi.
Pada infeksi oleh kuman atipik (mycoplasma, chlamydia) gejalanya
tidak jelas maupun memberikan onset akut seperti diatas. Panas
seringkali tidak tinggi, batuk tidak produktif, tidak sesak, dan seringkali
disertai sakit kepala
dan malaise.
4. Pemeriksaan
penunjang
1. Foto polos dada
2. Hitung Leukosit dan differerential count
5. Kriteria
Diagnosis
1. Gejala Fisik sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas
2. Pada foto polos dada terlihat infiltrat alveolar maupun interstitial
yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Kelainan
gambaran radiologis biasa sebanding dengan derajat klinis penyakit,
kecuali pada infeksi oleh kuman atipikal yang gambaran radiologis
lebih berat daripada keadaan klinis. Gambaran lain yang dapat
dijumpai berupa konsolidasi pada satu atau beberapa segmen
atau lobus paru, penebalan pleura pada pleuritis, atau adanya
komplikasi pneumonia berupa atelektasis, efusi pleura, abses
paru, pneumothorak, pneumomediastinum dan pneumatokel
3. Analisa Gas Darah menunjukkan keadaan asidosis respiratorik,
hipoksemia, sedang PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat
tergantung kompensasi yang terjadi. Dalam keadaan lanjut bisa
terjadi asidosis metabolik, dan gagal nafas.
4. Peningkatan hitung leukosit dengan hitung jenis bergeser ke kiri
pada infeksi bakterial
5. LED, CRP, dan procalcitonin meningkat pada infeksi bakterial
6. Pemeriksaan kultur darah dapat menunjang menentukan etiologi
terutama pada kasus nasokomial. Sedang kultur sputum dan
swab oropharyngeal sering terkontaminasi flora normal
6. Diagnosis Pneumonia
7. Diagnosis
Banding
1. Infeksi saluran pernafasan bawah lainnya (Bronkiolitis,
laringotrakeobronkitis)
2. Kelainan bawaan pada paru (cystic lung disease, bullae, hypoplasia,
dan lain sebagainya)
3. Payah jantung
4. Sepsis
5. Pada bayi karena gejalanya yang tidak khas dapat menyerupai sepsis,
meningitis dan ileus
8. Terapi 1. Untuk pneumonia ringan dapat diterapi secara rawat jalan dapat
diberikan antibiotik peroral dengan amoksisilin 50-80 mg/kg/hari
dibagi dalam 3 dosis atau amoksisilin-asam klavulanat 50 mg/kg/hari
dibagi dalam 3 dosis, serta diberikan edukasi kepada orang tua
2. Untuk pneumonia berat dan sangat berat dianjurkan rawat inap dan
diberikan terapi:
Ampisilin 100 mg/kg/hari iv dibagi dalam 4 dosis atau ampisilin-
sulbaktam 100 mg/kg/hari iv dalam 4 dosis untuk
Community acquired pneumonia
Ceftriaxone 100 mg/kg/hari iv dibagi dalam 2 dosis atau
antibiotik sesuai kultur untuk Hospital acquired pneumonia
Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis
penderita, hasil pemeriksaan laboratoris, foto thorak dan jenis
kuman penyebab. Sebagian besar membutuhkan waktu 10-14 hari
Oksigenasi, dapat diberikan secara nasal atau masker sesuai
keadaan klinis. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan
ventilasi mekanik.
Pemberian cairan dan kalori yang cukup
Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
3. Untuk dugaan pneumonia atipik dapat diberikan eritromisin 50
mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis, atau spiramisin 50 mg/kg/hari dibagi
3-4 dosis, atau klaritromisin 15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis selama
10-14 hari.
4. Untuk dugaan Pneumonia Pneumocystic carinii dapat diberikan
kotrimoksasol 20 mg/kg/hari dibagi 4 dosis.
5. Untuk keadaan khusus lainnya dapat diberikan Anti viral (Acyclovir,
Gancyclovir) pada pneumonia karena Cyto
Megalous Virus (CMV), Anti jamur (Amphotericin B, Ketoconazole,
Fluconazole) pada pneumonia karena jamur, Imunoglobulin pada
keadaan imunodefisiensi terutama imunitas humoral
9. Edukasi 1. Pemberian imunisasi untuk mencegah pneumonia
2. Pengobatan secara dini bila didapatkan gejala infeksi saluran
pernafasan
3. Pemberian ASI pada saat bayi dan pemberian nutrisi yang cukup saat
anak-anak
4. Lingkungan rumah yang cukup ventilasi dan sinar matahari
5. Untuk pneumonia ringan yang dirawat jalan harus dipastikan
antibiotik dikonsumsi secara lengkap dan kontrol secara teratur
6. Untuk pneumonia berat sebaiknya di rawat inap dan memerlukan
jangka waktu tertentu sampai pneumonianya dapat membaik
10. Prognosis Pneumonia ringan
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Pneumonia berat dan sangat berat
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat
Evidens IV
12. Tingkat
Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis 1. Perbaikan gejala klinis 2. Perbaikan radiologis 3. Perbaikan parameter laboratorium
15. Kepustakaan 1. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia. Emerg Med
Clin N Am 2003; 21 : 437-51.
2. Sectish TC, Prober CG. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM,
Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17.
Philadelphia : WB Saunders, 2003 : 1432-5.
3. Gaston B. Pneumonia. Pediatr Rev 2002 : 23 : 132-40
4. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia. Emerg Med
Clin N Am 2003; 21: 437-51
5. Sandora TJ, Harper MB. Pneumonia in hospitalized children. Pediatr
Clin N Am 2005; 52: 1059-81
6. Mc Intosh K. Community-acquired pneumonia in children. N Eng J Med
2002; 346: 429-36
7. Stein RT, Marostica PJC. Community-acquired bacterial pneumonia.
Dalam: Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig’s
disorders of the respiratory tract in children, Edisi ke-7. Philadelphia:
Saunders Elsevier, 2006; 441-52.
8. Apisamthanarak A, Mundy LM. Etiology of community-acquired
pneumonia. Clin Chest Med 2005; 26: 47-55
9. Crawford SE, Dawn RS. Bacterial pneumonia, lung abscess and
empyema. Dalam: Taussig LM, Landau LI, penyunting. Pediatric
respiratory medicine, Edisi ke-2. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008;
501-54
DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT
1. Pengertian (Definisi) Diare adalah keluarnya tinja cair lebih dari tiga kali/24 jam.
Diare akut: Diare yang berlangsung paling lama 14 hari. Diare berdarah
adalah episode diare akut dengan darah dalam tinja
Dehidrasi berat: dehidrasi >10% untuk bayi dan >9% untuk anak dan
menunjukkan tanda gangguan alat vital tubuh (somnolen, koma,
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi) dan memerlukan pemberian
cairan-elektrolit parenteral.
2. Anamnesis Onset, frekuensi, kuantitas dan karakter diare (cair, adanya lendir dan
atau darah) dan muntah (adanya darah, bilious).
Panas
Kembung
Adanya dehidrasi : mata cowong, air mata kering, buang air kecil
berkurang, sesak, kejang, dan gangguan kesadaran
Adanya penyakit penyerta lain
Riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya
Intake
Adanya intoleransi laktosa yang ditandai dengan diare cair, kembung,
iritasi pada pantat
3. Pemeriksaan Fisik Pengukuran berat badan
Kesadaran
Tanda vital
Mata cowong
Adanya air mata
Turgor kulit
Bising usus
Extremitias (perfusi, capillary refill time)
Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria WHO :
Dehidrasi berat : Minimal dua gejala: Letargi/ penurunan
kesadaran, mata cowong, malas minum ataupun turgor kulit
sangat menurun (≥2 detik)
Dehidrasi ringan-sedang : Minimal dua gejala, atau satu gejala
dehidrasi berat dan satu gejala: Anak gelisah / iritabel, Mata cowong,
Anak tampak haus / ingin minum banyak ataupun Turgor kulit menurun
Tidak dehidrasi apabila tidak cukup gejala untuk klasifikasi dehidrasi
berat atau ringan-sedang
4. Pemeriksaan
Penunjang
Analisa feses, urine, Darah lengkap, serum elektrolit, fungsi ginjal,
5. Kriteria Diagnosis Gejala klinis
Derajat dehidrasi
Komplikasi (apabila terjadi)
6. Diagnosis Diare akut dehidrasi berat
7. Diagnosis Banding Apendisitis akut
Intususepsi
Infeksi saluran kemih
8. Terapi Rehidrasi : beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat / Ringer Asetat (atau
bila tidak tersedia, dapat diberikan NaCl 0.9%) yang dibagi sebagai
berikut
Usia <12 bulan : 30 ml/kg dalam 1 jam dilanjutkan 70 ml/kg dalam 5
jam berikutnya
Usia ≥12 bulan : 30 ml/kg dalam 30 menit dilanjutkan 70 ml/kg dalam 2 ½ jam berikutnya Dapat diulang jika
denyut nadi masih sangat lemah / tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum
membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (5
ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum ; biasanya setelah 3-4jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak).
Makanan tetap diberikan, ASI maupun formula diteruskan.
Zinc selama 10-14 hari dengan dosis
10mg/hari (untuk anak di bawah 6
bulan) dan 20mg/hari (untuk anak di
atas 6 bulan).
Antibiotika diberikan pada kasus tertentu
Vitamin A 100.000 IU IM (untuk anak di atas 1 tahun); 50.000 IU
(untuk anak di bawah 1 Tahun). Probiotik : 1 kapsul/1 bungkus
per hari.
Pengobatan problem penyerta (gangguan
elektrolit, keseimbangan asam basa) Obat-
obat antidiare tidak dianjurkan.
9. Edukasi Menjaga higiene dan sanitasi Tanda-tanda dehidrasi
Tetap memberikan ASI
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Mahirina Marjeni, Sp.A, M.Kes
dr. Nurhudayah Jamaluddin, Sp.A, M.Kes
14. Indikator Medis 80% penderita akan sembuh dalam waktu 7 hari Tidak dehidrasi
Diare berkurang
15. Kepustakaan WHO. Pocket book of Hospital care for children. 2005 UKK
Gastrohepatologi IDAI. Modul Diare. 2010
UKK Gastrohepatologi. Buku Ajar Gastrohepatologi 2010
Suparto, P. Studi mengenai Gastroenteritis Akuta Dengan Dehidrasi
Pada Anak Melalui Pendekatan Epidemiologi Klinik Desertasi, 1987.
Larry K.Pickering and John D.Snyder. Gastroenteritis. In: Nelson.
Texbook of Pediatrics. Saunders, Philadelphia, Edisi 17 2004; p.1272-
1276.