Hipertensi Sekunder (1)
Click here to load reader
-
Upload
angelo-doniho -
Category
Documents
-
view
34 -
download
4
Transcript of Hipertensi Sekunder (1)
Hipertensi Sekunder
Penyempitan Aorta
Merupakan masalah kongenital yaitu penyempitan aorta, biasanya muncul di
antara arkus aorta dan aorta abdominal. Meskipun coarctation of the aorta
merupakan penyebab keempat dari penyakit jantung kongenital, namun
merupakan penyebab yang jarang dari hipertensi pada masa anak. Diagnosis
harus dipikirkan, karena perbaikan penyempitan aorta ini dapat mengkoreksi
hipertensi dan meningkatkan angka hidup pasien.
Terdapat tiga tanda dari penyempitan aorta, yang dapat dilihat dari radiografi
dada, yakni dilatasi aorta proksimal, penyempitan aorta itu sendiri, dan dilatasi
poststenosis.
Patogenesis
Hipertensi
Hipertensi yang terjadi proksimal terhadap segmen penyempitan aorta dapat
berakibat dari tingginya resistensi akan aliran ventrikel kiri. Baroreseptor pada
arkus aorta dapat berubah untuk memastikan bahwa tekanan darah distal dari
segmen penyempitan cukup untuk perfusi ke organ-organ distal. Aliran darah
distal dari penyempitan yang relative rendah dapat berakibat hipoperfusi renal
dan mengakibatkan stimulasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron. Pada
beberapa pasien dapat berkembang menjadi hipertensi persisten yang tidak
dapat dikoreksi sepenuhnya sekalipun jika penyempitannya diperbaiki. Namun
tidak ada bukti adanya aktifitas abnormal dari baroreseptor dan reaktivitas
vaskuler di ekstremitas atas, sehingga dapat berespon baik dengan obat-obat
antihipertensi.
Tatalaksana
Tatalaksana meliputi pembedahan, yakni meliputi :
- flap angioplasty
- reseksi dengan end-to-end anastomosis
- menggantikan posisi aorta yang sempit dengan graft sintetis
atau juga bisa dilakukan balloon angioplasty.
Prognosis
Pasien yang tidak ditatalaksana mempunyai prognosis yang buruk, 20% akan
meninggal dalam kurun waktu 2 tahun, dan 80% meninggal sebelum usia 50.
Angka hidup pasien disebutkan untuk 30 tahun ke depan sebesar 93% dari
keseluruhan pasien yang penyempitannya diperbaiki sebelum usia 5 tahun.
namun berkurang seiring bertambahnya usia. Setelah diperbaiki, life ekspektansi
pasien terkadang berkurang karena sudah adanya hipertensi yang menetap, atau
adnaya penyakit jantung iskemik, ataupun penyakit serebrovaskuler.
Tiroid
Gangguan tiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi meliputi
hipertiroid, hipotiroid, dan juga kanker medulla tiroid. Pada hipertiroid
(thyrotoxicosis) terjadi peningkatan kardiak output dan hipertensi sistolik. Beta-
blocker efektif diberikan pada pasien dengan hipertiroid, namun tatalaksana
definitive termasuk dalam mengobati penyebab dari produksi hormone yang
berlebihan tersebut. Pada hipotiroid terjadi peningkatan 3 kali untuk resiko
terjadinya hipertensi, namun mekanisme patofisiologinya masih belum
diketahui. Tekanan darah dapat menurun pada kebanyakan pasien setelah
dilakukan terapi hormone yang adekuat. Pada kanker medulla tiroid tidak
menyebabkan hipertensi secara langsung, namun berhubungan dengan
pheochromocutoma pada pasien dengan sindrom keganasan endokrin tipe IA
dan IIB.
Patofisiologi
Hipertensi yang terjadi seringkali akibat efek vasokonstriksi akibat terjadinya
hiperkalsemia. Hipertiroid mengakibatkan vasokonstriksi sistemik,
meningkatkan volume darah dan meningkatkan aktifitas jantung, yang semuanya
mengakibatkan hipertensi. Pada hipotiroid mekanisme masih belum jelas,
namun mungkin berhubungan dengan penurunan metabolism jaringan
mengurangi pelepasan metabolit vasodilator, sehingga dapat terjadi
vasokonstriksi dan peningkatan resistensi vaskuler sistemik. Namun hanya 10%
hingga 60% pasien dengan hiperparatiroid primer menunjukkan hipertensi, dan
berkurangnya tekanan darah setelah dilakukan parathhyroidectomy dapat
bervariasi.
Tatalaksana
Tatalaksana hipertiroid ditujukan untuk mengurangi sintesis dan pelepasan dari
hormone tiroid dengan pengobatan antitiroid, ablasi dengan iodin radioaktif,
atau pembedahan tiroidektomi. Beta-bloker efektif untuk memblok manifestasi
perifer dari berlebihnya hormone tiroid. Beta bloker non selektif diberikan
untuk mencegah takikardi dan tremor.
Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea muncul lebih sering pada orang dengan hipertensi
daripada yang bukan hipertensi. Periode apneu dapat berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah yang nyata dan transient yang kemudian dapat
berlanjut sepanjang hari. Obstructive sleep apnea berhubungan tidak langgsung
dengan ketidaknormalan kardiovaskuler, termasuk aritmia, cor pulmonale,
hipertrofi ventrikel kiri, dan infark miokard.
Patogenesis
Sleep apnea merupakan gangguan yang mengakibatkan berhentinya napas untuk
beberapa periode waktu (10 hingga 30 detik) selama mereka tertidur; hal ini
dapat muncul berkali-kali per jam. Bernafas seringkali diganggu oleh obstruksi
nafas, dan jarang karena gangguan di sistem saraf pusat. Kondisi ini seringkali
dihubungkan dengan obesitas. Individu yang menderita sleep apnea memiliki
insidensi hipertensi lebih tinggi. Mekanisme hipertensinya berhubungan dengan
aktivasi simpatis dan perubahan hormonal yang berhubungan dengan
berulangnya periode dari hipoksia akibat apnea dan juga hiperkapnia, dan stress
akibat berkurangnya waktu tidur.
Tatalaksana
Terapi efektif dari obstructive sleep apnea (seperti tekanan positif yang kontinu
pada jalur nafas atau uvuloplasty) dapat menurunkan tekanan darah selama
tidur. Efek dari terapi terhadap tekanan darah pada saat terbangun bervariasi,
dan juga dapat diberikan obat-obatan antihipertensi jika selama terbangun,
hipertensi tetap ada.
Hipertensi karena obat
Beberapa bahan kimia atau obat-obatan yang dapat mengakibatkan hipertensi
meliputi :
- yang menyebabkan retensi air dan garam, seperti kortikosteroid,
hormone seks, mineralokortikoid, obat-obat antiinflamasi non steroid
- atau yang dapat menimbulkan efek simpatomimetik, seperti
dekongestan, antidepresan, kokain
Hipertensi dapat juga disebabkan karena beberapa obat yang diberikan pada
kondisi tertentu seperti :
- glucagon saat diiberikan pada pasien dengan pheochromocytoma
- nalokson ketika diberikan sebagai antagonis opiate
- anestesi seperti ketamine dan desfluran
- penggunaan obat-obat simpatomimetik dengan beta bloker yang dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang drastic akibat
vasokonstriksi oleh alpha adrenergic.
Tatalaksana
Secara optimal, pengobatan hipertensi akibat obat adalah dengan memutuskan
penggunaan obat-obat tersebut. Dan jika hal ini tidak memungkinkan, maka
terapi farmakologi lain dapat digunakan.
Berikut beberapa strategi pengobatan yang spesifik :
Obat-obatan / bahan kimia Tatalaksana inisiasi
Steroid (kortikosteroid,
mineralokortikoid, hormone seks)
NSAIDs
Antidepresan (monoamine oxidase
inhibitors, tricyclics, serotonin
antagonist)
Nasal decongestants
Cocaine
Cyclosporine
Diuretik
Diuretik
Alpha-bloker
Alpha,beta bloker
Alpha bloker
Kalsium antagonis / diuretik
Liddle’s syndrome
Sindroma liddle (juga dikenal dengan pseudohiperaldosteronism) merupakan
gangguan yang jarang terjadi akibat dari mutasi genetic yang dapat
meningkatkan reabsorpsi natrium secara pasif melalui sel-sel tubular distal.
Pasien dengan hipertensi akibat berlebihnya volume, hypokalemia, dan alkalosis
metabolic. Dapat dibandingkan pada pasien dengan hiperaldosteron, kadar renin
dan aldosterone tersupresi karena diiringi dengan bertambahnya ekspansi
volume.
Tatalaksana
Penggunaan obat-obatan yang dapat menghambat absorpsi natrium di nefron
distal seperti amilorid atau triamterene dapat menurunkan peningkatan tekanan
darah akibat sindroma liddle. Penggunaan spirinolakton tidak dianjurkan,
karena sindroma ini tidak melibatkan berlebihnya mineralokortikoid.