Hipertensi Porta
-
Upload
muhammad-ikhsan -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
description
Transcript of Hipertensi Porta
HIPERTENSI PORTAL
Definisi
Hipertensi portal didefinisikan sebagai peningkatan tekanan vena porta yang menetap
di atas nilai normal, yaitu 6 sampai 12 cm H2O. Tanpa memandang penyakit dasarnya,
mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran
darah melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteria splangnikus.
Kombinasi kedua faktor, yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena hepatika dan
meningkatnya aliran masuk, bersama-sama mengasilkan beban berlebihan pada sistem portal.
Pembebanan berlebihan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral guna
menghindari obstruksi hepatik (varises). Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan
splenomegali dan sebagian bertanggung jawab atas tertimbunnya asites.
Etiologi
Peningkatan resistensi terhadap aliran darah porta dapat timbul pada berbagai keadaan
yang dapat dibagi menjadi penyebab prahati, intrahati, dan pascahati. Penyakit prahati yang
utama adalah thrombosis oklusif dan penyempitan vena porta sebelum pembuluh ini
bercabang-cabang di dalam hati. Splenomegali masif juga dapat mengalihkan darah dalam
jumlah besar ke dalam vena lienalis. Penyebab pascahati yang utama adalah gagal jantung
kanan yang parah, perikarditis konstriktiva, dan obstruksi aliran keluar vena hepatika.
Penyebab intrahati yang dominan adalah sirosis yang merupakan penyebab sebagian besar
kasus hipertensi porta. Penyebab yang jauh lebih jarang adalah skistosomiasis, perlemakan
masif, penyakit granulomatosa difus seperti sarkoidosis dan tuberkulosis miliaris, dan
penyakit yang mengenai mikrosirkulasi porta, misalnya hiperplasia regeneratif nodular.
Prahepatik : thrombosis vena porta
Pascahepatik : gagal jantung kanan, perikarditis konstriktif, dll.
Intrahepatik :
- Prasinusoid : hepatitis kronis, sirosis bilier primer, granuloma pada sistosomiasis,
tuberkulosis, leukemia, dll.
- Sinusoid : hepatitis akut, kerusakan akibat alkohol (perlemakan hati, sirosis), toksin,
amiloidosis, dll.
- Pascasinusoid : penyakit oklusi vena pada vena kecil dan venula, sindrom Budd-Chiari
(obstruksi vena hepatika besar)
Fisiologi Sistem Porta
Darah vena dari lambung, usus, limpa, pankreas, dan kandung empedu berjalan
melalui vena porta menuju hati. Di dalam sinusoid, darah tersebut akan bercampur dengan
darah kaya oksigen dari arteri hepatika untuk selanjutnya berhubungan erat dengan hepatosit.
Sekitar 15% curah jantung akan mengalir ke hati, tetapi resistensi alirannya sangat rendah
sehingga tekanan vena porta normalnya hanya sekitar 4-8 mmHg.
Manifestasi Klinis
Di mana pun tempat obstruksinya, peningkatan tekanan vena portal akan
menyebabkan gangguan di organ sebelumnya (malabsorpsi, splenomegali dengan anemia dan
trombositopenia) serta aliran darah dari organ abdomen melalui saluran pembuluh darah yang
melewati hati. Sirkuit yang melewati portal ini menggunakan pembuluh darah kolateral yang
normalnya berdinding tipis, namun kemudian menjadi sangat membesar (pembentukan
varises : hemoroid pleksus vena rektum, caput medusa di vena paraumbilikalis). Pembesaran
vena esofagus terutama menimbulkan bahaya ruptur. Kenyataan ini, khususnya bersama
dengan trombositopenia dan defisiensi faktor pembekuan (penurunan sintesis pada hati yang
rusak) dapat menyebabkan pendarahan masif yang secara akut mengancam nyawa.
Vasodilator yang dilepaskan pada hipertensi portal (glukagon, VIP, substansi P,
prostasiklin, NO, dll.) juga mengakibatkan turunnya tekanan darah sistemik. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung kompensasi sehingga menyebabkan hiperperfusi di organ
abdomen dan sirkuit kolateral (bypass).
Fungsi hati biasanya tidak terganggu pada obstruksi prahepatik dan prasinusoid
karena suplai darah terjamin dengan kompensasi melalui peningkatan aliran dari arteri
hepatika. Biasanya obstruksi dapat menyebabkan kerusakan hati, tetapi kerusakan hati jyga
dapat menyebabkan obstruksi sinusoid, pascasinusoid, dan pascahepatik. Akibatnya, drainase
limfe hepatik yang kaya protein menjadi terganggu dan tekanan portal meningkat, kadang-
kadang bersama dengan penurunan tekanan osmotik plasma karena kerusakan hati
(hipoalbuminemia) sehingga menekan cairan yang kaya protein ke dalam rongga abdomen,
yakni terjadi asites. Hal ini menyebabkan hiperaldosteronisme sekunder yang mengakibatkan
peningkatan volume ekstrasel.
Karena darah dari usus akan melewati hati, zat toksik (NH3, amin biologik, asam
lemak rantai pendek, dll.) yang normalnya dibuang dari darah portal melalui sel hati di
antaranya akan mencapai sistem saraf pusat sehingga terjadi ensefalopati portal sistemik.
Asites
Asites adalah kumpulan kelebihan (penimbunan) cairan di rongga peritoneum yang
mengandung sedikit protein. Faktor utama patogenesis asites adalah peningkatan tekanan
hidrostatik pada kapiler usus (hipertensi porta) dan penurunan tekanan osmotik koloid akibat
hipoalbuminemia. Faktor lain yang berperan adalah retensi natrium dan air serta peningkatan
sintesis dan aliran limfe hati. Kelainan ini biasanya mulai tampak secara klinis bila telah
terjadi penimbunan paling sedikit 500 ml, tetapi cairan yang tertimbun dapat mencapai
berliter-liter dan menyebabkan distensi masif abdomen. Cairan biasanya berupa cairan serosa
dengan protein 3 gr/dl (terutama albumin) serta zat terlarut dengan konsentrasi serupa,
misalnya glukosa, natrium, dan kalium seperti dalam darah. Cairan ini mungkin mengandung
sedikit sel mesotel dan leukosit mononukleus. Influks neutrofil mengisyaratkan infeksi
sekunder, sedangkan sel darah merah menunjukkan kemungkinan kanker intraabdomen yang
mungkin telah luas. Pada asites kronis, merembesnya cairan peritoneum melalui pembuluh
limfe transdiafragma dapat menyebabkan hidrotoraks, terutama di sisi kanan.
Patogenesis asites tidak sederhana, melibatkan satu atau lebih mekanisme berikut :
Hipertensi sinusoid, yang mengubah daya Starling dan mendorong cairan ke dalam
ruang Disse, yang kemudian dikeluarkan oleh pembuluh limfe hati, perpindahan
cairan ini juga ditingkatkan oleh hipoalbuminemia.
Perembesar limfe hati ke dalam rongga peritoneum, limfe duktus torasikus secara
normal mengalir dalam jumlah sekitar 800-1000 ml/hari. Pada sirosis, aliran limfe
hati dapat mendekati 20 L/hari, melebihi kapasitas duktus torasikus. Limfe hati kaya
akan protein dan rendah trigliserida, yang tercermin dalam cairan asites kaya protein.
Retensi natrium dan air oleh ginjal karena hiperaldosteronisme sekunder, walaupun
kadar natrium tubuh total lebih besar daripada normal.
Pirau portosistemik
Dengan meningkatnya tekanan sitem porta, terbentuk pembuluh pintas di tempat yang
sirkulasi sistemik dan sirkulasi porta memiliki jaringan kapiler yang sama. Tempat utama
adalah vena di sekitar dan di dalam rektum (bermanifestasi sebagai hemoroid), taut
kardioesofagus (menimbulkan varises esofagogastrik), retroperitoneum, dan ligamentum
falsiparum hati (mengenai kolateral dinding abdomen dan periumbilikus). Walaupun dapat
terjadi, perdarahan heoroid jarang masif atau mengancam nyawa. Yang lebih penting adalah
varises esofagogastrik yang terjadi pada sekitar 65% pasien dengan sirosis hati tahap lanjut
dan mengakibatkan hematenesis masif dan kematian pada sekitar separuh dari mereka.
Kolateral dinding abdomen tampak sebagai vena subkutis yang melebar dan berjalan dari
umbilikus ke arah tepi iga (kaput medusa) dan merupakan tanda klinis utama hipertensi porta.
Saluran kolateral penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi portal terdapat
pada esofagus bagian bawah. Pirau darah melalui saluran ini ke vena kava menyebabkan
dilatasi vena-vena tersebut (varises esofagus). Varises ini terjadi pada sekitar 70% penderita
sirosis lanjut. Pendarahan dari varises ini sering menyebabkan kematian.
Sirkulasi kolateral juga melibatkan vena superfisial dinding abdomen dan timbulnya
sirkulasi ini mengakibatkan dilatasi vena-vena sekitar umbilikus (kaput medusa). Sistem vena
rektal membantu dekompensasi tekanan portal sehingga vena-vena berdilatasi dan dapat
menyebabkan berkembangnya hemoroid interna. Pendarahan dari hemoroid yang pecah
biasanya tidak hebat, karena tekanan di daerah ini tidak setinggi tekanan pada esofagus
karena jarak yang lebih jauh dari vena porta.
Splenomegali
Kongesti kronis dapat menyebabkan splenomegali kongestif. Derajat pembesaran
sangat bervariasi (sampai 1000 gr) dan tidak selalu berkaitan dengan gambaran lain
hipertensi porta. Splenomegali masif dapat secara sekunder memicu beragam kelainan
hematologi yang berkaitan dengan hipersplenisme.
Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat
aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena lienalis.
Ny. Yoyoh / 51 tahun/ Perempuan
Kiara payung – sukajadi soreang
Masuk RS: 24 Mei 2011
Anamnesa: sejak kurang lebih 1 bulan SMRS os mengeluh nyeri ulu hati (+), mual
(+), nyeri perut kiri (+)
PE: KU : CM TD: 110/70 N: 84 R: 20 S: afebris
Konjugtiva anemia (+), ikterik (-)
Thorax:
Abd: BU (+)
Diagnosis :
Dr. Ummie: abdominal adenopati
Nonspecific splenomgali
Dr. Krisna: splenomegali dan hipertensi portal pansitopenia
Dr. Tatang Eko: - susp. Portal hypertension + splenomegali dengan tanda-tanda
hipersplenisme?
KU: mengeluh nyeri di daerah abdomen kuadran kiri atas, nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri bertambah bila ditekan, berkurang setelah minum obat. Nyeri hilang timbul.
TD 110/70 S: 37,1o
R: 20 N: 80
USG :
27/5/11
- spleen membesar dengan dilatasi portal system. Tidak tampak SOL, tidak tampak
asites.
- Di porta hepatis dan peri pancreas ada beberapa nodule hypoechoic
- Gallbladder dindingnya tebal
- Hepar dan pancreas tidak ada kelainan
- Conclusion: abdominal adenopathy, nonspesifik splenomegalia dengan tanda-tanda
hipertensi portal
25/5/11 (thorax foto)
Cor: membesar, H/L > ½, ada elongation aorta
Pulmo: kedua hili dan paratraceal tidak melebar, tidak ada chepalisasi
corakan garis kabur tidak ada kelainan tidak tampak bercak.
Diafragma dan sinus normal
Conclusion:
Cardiomegalia/HHD
Tidak tampak bendungan paru
Tidak tampak tanda-tanda KP aktif atau kelainan pulmo lainnya.