HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN -...

60
HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI 2002

Transcript of HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN -...

Page 1: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2002

Page 2: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

DAFTAR ISI NO PERATURAN KETERANGAN HAL

1 29/MPP/KEP/1/1997 KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION”

2 136/KMK.05/1997

PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS IMPOR PERALATAN DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

3 297/KMK.01/1997 PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/ INDUSTRI JASA

4 298/KMK.01/1997 KETENTUAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PMA/PMDN DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN

5 380/KMK.01/1997

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPORTASI BARANG DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE THE ADEAN INDUSTRIAL COOPERATION”

6 394/KMK.05/1999

PERUBAHAN KMK NOMOR : 298/KMK.01/1997 TENTANG KETENTUAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PMA/PMDN DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN

7 97/KMK.05/2000 KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU UNTUK KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR

8 98/KMK.05/2000 KERINGANAN BEA MASUK ATAS

Page 3: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/ BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

9 99/KMK.05/2000 KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU DAN BAGIAN TERTENTU UNTUK PEMBUATAN BAGIAN ALAT-ALAT BESAR SERTA BAGIAN TERTENTU UNTUK PERAKITAN ALAT-ALAT BERAT.

10 100/KMK.05/2000 KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS.

11 135/KMK.05/2000 KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN INDUSTRI/ INDUSTRI JASA.

12 420/KMK.01/2000 PERUBAHAN ATAS KMK 98/KMK.05/2000 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/ BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA.

13 13/KMK.01/2001 PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU / KOMPONEN UNTUK PEMBUATAN ALAT-ALAT BERAT.

14 28/KMK.05/2001 PERUBAHAN ATAS KMK NOMOR 135/KMK.05/2000 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN INDUSTRI/ INDUSTRI JASA.

15 190/KMK.01/2001 KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU/ BAHAN PENOLONG DAN BAGIAN/ KOMPONEN UNTUK PERAKITAN MESIN DAN MOTOR BERPUTAR.

Page 4: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

16 172/MPP/KEP/5/ 2001

IMPOR MESIN DAN PERALATAN MESIN BUKAN BARU

17 569/KMK.01/2001 PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU/ KOMPONEN, DAN PERALATAN UNTUK PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG.

18 611/KMK.01/2001 PEMBERIAN PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU/ KOMPONEN UNTUK PEMBUATAN PERALATAN DAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI OLEH INDUSTRI TELEKOMUNIKASI

19 34/KMK.04/2002 PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS KOMPONEN/ SUKU CADANG UNTUK INDUSTRI PERKAPALAN DAN JASA PELAYARAN

20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PMA/PMDN DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN

21 KEP-37/BC/2000 TATACARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN OLEH INDUSTRI/ MINDUSTRI JASA YANG MELAKUKAN PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN BERDASARKAN KMK NOMOR 135/KMK.05/2000 TANGGAL 1 MEI 2000.

22 KEP-44/BC/2000 TATACARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN / BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA BERDASARKAN KMK NOMOR 98/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000.

23 KEP-45/BC/2000 TATACARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU UNTUK KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN KMK NOMOR 97/KMK.05/2000 TANGGAL 31

Page 5: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

MARET 2000. 24 KEP-46/BC/2000 TATACARA PEMBERIAN

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS BERDASARKAN KMK NOMOR 100/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000.

25 KEP-47/BC/2000 TATACARA PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU DAN BAGIAN TERTENTU UNTUK PEMBUATAN BAGIAN ALAT-ALAT BESAR SERTA BAGIAN TERTENTU UNTUK PERAKITAN ALAT-ALAT BERAT BERDASARKAN KMK NOMOR 99/KMK.05/2000 TANGGAL 31 MARET 2000.

26 SE-05/BC/1998 PELAKSANAAN KMK NOMOR 298/KMK.01/1997 TANGGAL 4 JULI 1997 TENTANG KETENTUAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PMA/PMDN DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN.

27 SE-25/BC/1999 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN FASILITAS KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPORTASI BARANG DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION”

28 SE-35/BC/2000 PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI/ INDUSTRI JASA BERDASARKAN KMK NOMOR 135/KMK.05/2000 TANGGAL 1 MEI 2000.

Page 6: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/MPP/Kep/1/1997

TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON

THE ASEAN INDUSTRIAL CORPORATION”

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat pertumbuhan

ekonomi, industri dan investasi untuk menghadapi perdagangan bebas dikawasan ASEAN, maka pada tanggal 27 April 1996, Pemerintah Republik Indonesia dan para Menteri Ekonomi di ASEAN telah menandatangani Basic Agreement on the ASEAN Industrial Cooperation Scheme yang selanjutnya disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 1996;

: b.bahwa untuk kelancaran pelaksanaan Basic Agreement tersebut perlu ditetapkan prosedur pelaksanaannya;

: c. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Surat Keputusan.

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan Lalu lintas Devisa (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor I, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3210) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1985 (Lembaran Negara Tahun1985 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3291);

2. Keputusan Presiden RI Nomor 96/M Tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 388/M Tahun 1995;

3. Keputusan Presiden RI Nomor 2 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organnisasi Departemen sebagaimana telah Dua Puluh Lima Kali diubah, terakhir dengan Keputusan RI Nomor 61 Tahun 1995;

Page 7: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

4. Keputusan Presiden RI Nomor 51 Tahun 1996 tentang Pengesahan Basic Agreement on The ASEAN Industrial Corporation Scheme;

5. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 29/MPP/SK/2/1996 jo. Nomor 92/MPP/Kep/4/1996 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan

6. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 30/MPP/Kep/6/1996 tentang Penetapan Jenis-jenis Industri Dalam Pembinaan Masing-masing Direktorat Jenderal dan Kewenangan Pemberian Ijin Usaha Industri dan Ijin Usaha Kawasan Industri di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Memperhatikan : 1. Kesepakatan hasil Sidang Tingkat Menteri Ekonomi

ke 28, tanggal 12 September 1996, tentang pelaksanaan Basic Agreement on the ASEAN Industrial Cooperation oleh negara-negara ASEAN akan dimulai bulan Nopember 1996;

2. Surat Menteri Koordinasi Bidang Produksi dan Distribusi Nomor 410/MK. PRODIS/9/1996 tentang Pelaksanaan Basic Agreement on the ASEAN Industrial Cooperation Scheme.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATACARA PERMOHONAN FASILITAS DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION SCHEME”.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. “Skema AICO” (=AICO Scheme) adalah Skema Kerjasama

Industri di lingkungan ASEAN sebagaimana yang dimaksud

Page 8: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

dalam Basic Agreement on the ASEAN Industrial Cooperation Scheme (AICO) yang telah disahkan melalui Keputusan Presiden R.I. No. 51 Tahun 1996.

2. “Kerjasama AICO (=AICO Agreement) adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekurang-kurangya dua Negara Peserta anggota ASEAN dengan masing-masing satu atau lebih Perusahaan Peserta di Negara Peserta;

3. “Negara Peserta” (=Participating Countries) adalah negara anggota ASEAN yang setuju berpatisipasi dalam kerjasama AICO dengan memberikan hak istimewa kepada Perusahaan Peserta;

4. “Perusahaan Peserta” (=Participating Companies) adalah perusahaan industri yang didirikan dan beroperasi di negara anggota ASEAN yang memenuhi ketentuan Article 2 (1) dan Article 3 dari Basic Agreement;

5. Certificate of Eligibility yang selanjutnya disebut COE adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Sekretariat ASEAN untuk mendapatkan fasilitas tariff dalam rangka kerjasama AICO:

6. “Produk AICO” (= AICO Products) adalah produk yang tercantum dalam COE yang diberikan kepada Perusahaan Peserta. Produk tersebut dapat berupa :

a. “Produk akhir AICO” adalah produk yang merupakan hasil akhir yang tidak memerlukan proses lebih lanjut;

b. “Produk setengah jadi AICO” adalah produk yang digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk akhir AICO;

c. “Bahan baku AICO” adalah bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk seetengahjadi dan atau produk akhir AICO.

7. “Tingkat Tarif Preferensi” adalah tingkat tariff yang diberikan terhadap pengimporan Produk AICO yang besarnya berkisar antara 0 – 5%.

8. “Direktur Jenderal Pembina Industri” adalah Direktur Jenderal yang tugas dan fungsinya sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 29/MPP/SK/2/1996 jo. Nomor 92/MPP/Kep/4/1996, dan Direktur Jenderal Pembina Industri Departemen Teknis lainnya yang mendapatkan pelimpahan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1986.

9. Sekteris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

10. “Formulir Permohonan AICO “ adalah suatu daftar isian sesuai ketentuan yang telah ditetapkan bersama oleh negara-negara

Page 9: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

ASEANdan Formulir permohonan dapat dibuat sendiri oleh calon Perusahaan Peserta dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Pasal 2

(1) Fasilitas dalam rangka Kerjsama AICO dapat diberikan

kepada Perusahaan Peserta di Indonesia yang memenuhi semua syarat berikut : a. Perusahaan Peserta berbentuk Badan Hukum; b. Didirikan dan melakukan kegiatannya di Indonesia; c. Sekurang-kurangnya 30 % dari saham-sahamnya dimiliki

oleh : i) satu atau lebih warga negara Indonesia dan atau

badan hukum Indonesia yang keseluruhan modalnya dimilki oleh warga negara Indonesia; atau

ii) satu atau lebih badan hukum Indonesia yang gabungan kepemilikan modalnya oleh warga negara Indonesia sekurang-kurangya 30 %.

d. Persayaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, b dan c harus disampaikan dalam bentuk dokumen resmi.

(2) Dapat menyimpang lebih rendah dari 30 % sebagaiman yang

ditetapkan pada ayat (1) huruf c Pasal ini, apabila Perusahaan Peserta di Indonesia memenuhi satu atau lebih ketentuan berikut :

a) Perusahaan Peserta melakukan kegiatannya di Kawasan Timur Indonesia.

b) Secara komulatif, 40 % kepemilikan Perusahaan Peserta dikuasai oleh perusahaan-perusahan dalam lingkup ASEAN dan 15 % dari kepemilikan tersebut harus dikuasai oleh perusahaan nasional;

c) Perusahaan Peserta menghasilkan komponen dan/atau barang modal;

d) 50 % dari bahan untuk diproses dipasok dari hasil industri kecil dan menengah.

e) Persyaratan sebagaiaman dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, c dan d harus disampaikan dalam bentuk dokumen resmi.

Page 10: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

(3) Perusahaan Peserta dan perusahaan mitranya di negara ASEAN lain yang berpartisipasi harus saling memanfaatkan sumber daya, komplementasi industri dan saling melengkapi atau melakukan kerjasama industri di bidang alih teknologi, pelatihan, lisensi, pembelian terkonsolidasi, mamajemen, penjualan dan pemasaran dan bentuk kerjasama lainnya.

(4) Menyampaikan dokumen yang merupakan bukti-bukti sah untuk mendukung persyaratan yang tercantum pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan ini.

Pasal 3

(1) Produk AICO mencakup semua produk diluar yang tercantum

dalam General Exception pada Perjanjian Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Article 9, dan harus memenuhi ketentuan Rules of Origin dari Skema CEPT.

(2) Persetujuan Produk AICO diberikan berdasarkan HS 8-digit atau lebih.

Pasal 4

(1) Perusahaan Peserta AICO mengajukan surat permohonan

mengikuti Skema AICO kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan.

(2) Perusahaan Peserta AICO dibawah pembinaan Departemen Teknis lainnya mengajukan surat permohonan mengikuti skema AICO kepada Sekretaris Jenderal dengan tambusan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Teknis yang bersangkutan dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan.

(3) Perusahan Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib mengisi permohonan AICO sebagaimana terlampir pada Keputusan ini dan disertai dengan penjelasan mengenai :

a. Latar belakang dan motivasi perusahaan berpartisipasi dalam skema AICO;

b. Penjelasan yang lebih spesifik tentang manfaat yang diperoleh perusahaan berpartisipasi dalam skema AICO:

c. Investasi yang diperlukan dalam melaksanakan skema AICO;

Page 11: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

d. Copy Tanda Daftar Perusahaan dan Surat Ijin Usaha Industri (IUI) atau Tanda Daftar Industri;

e. Copy pernyataan kondisi keuangan terakhir yang telah diaudit;

f. Dokumen atau bukti-bukti kemitraan untuk melakukan saling memanfaatkan sumber daya, hubungan industri yang saling melengkapi atau kerjasama industri;

g. Surat kuasa sebagai pejabat yang berwenang atas nama perusahaan pemohon (apabila diajukan melalui kuasa);

h. Profil Perusahaan Peserta yang diantara lain mencakup informasi tentang produk, kapasitas, jumlah pegawai, dan lain-lain.

(4) Dalam jangka waktu selambat-lambanya 10 (sepuluh) hari

kerja sejak lengkanya permohonan sesuai pesyaratan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 2 Keputusan ini, Sekretaris Jenderal meneruskan permohonan tersebut kepada Direktur Jeneral Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen Teknis lainnya dengan tembusan kepada Sekretariat ASEAN.

(5) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja, Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen Teknis lainnya harus menyampaikan pendapatnya mengenai permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada Sekretaris Jenderal;

(6) Dirjen Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen Teknis lainnya melakukan penghitungan besarnya tariff preferensi dan menyampaikannya kepada Sekretaris Jenderal;

(7) Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima pendapat dari Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen Teknis lainnya, Sekretaris Jenderal menyampaikan pemberitahuan permohonan kepada Sekretariat ASEAN;

(8) Atas dasar pemberitahuan Sekretaris Jenderal sebagaiaman dimaksud pada ayat (6), Sekretariat ASEAN mengeluarkan COE dan disampaikan ke Sekretaris Jenderal;

(9) Sekretaris Jenderal segera menyampaikan COE kepada Perusahaan Peserta dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen

Page 12: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Teknis lainnya dan Direktur Jenderal Perdagangan Internasional;

(10) Perusahaan Peserta yang telah memperoleh COE dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Keuangan dengan melampirkan COE untuk mendapatkan Tarif Preferensi dalam bentuk Surat Keputusan Pemberian Fasilitas dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan atau Sekretaris Jenderal Departemen Teknis Lainnya;

(11) Besarnya tariff Preferensi yang diberikan akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan usulan Sekretaris Jenderal.

Pasal 5

(1) Perusahaan Peserta dibawah pembinaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang telah menerima fasilitas dalam rangka kerjasama AICO wajib memberi laporan perkembangan kegiatannya secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Pemberian Fasilitas kepada Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan dengan tembusan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Perdagangan Internasional dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Perusahaan Peserta di bawah pembinaan Departemen Teknis lainnya yang telah menerima fasilitas dalam rangka kerjasa AICO wajib memberi laporan perkembangan kegiatannya secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Pemberian Fasilitas kepada Direktur Jenderal Pembina Industri Departemen Teknis lainnya dengan tembusan Sekretaris Jenderal, Sekretaris Jenderal Departemen Teknis lainnya, Direktur Jenderal Perdagangan Internasional dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 6

(1) Perusahaan Peserta yang tidak melaksanakan kewajibannya

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diberi peringatan tertulis;

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri yang bersangkutan atau Direktur Jenderal Pembina Industri

Page 13: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Departemen Teknis lainnya sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan;

(3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diindahkan, atas saran Direktur Jenderal Pembina Industri Departemen Teknis lainnya, maka Sekretaris Jenderal mengusulkan kepada Menteri Keuangan cq Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk membekukan Tarif Preferensi dan mengembalikan bea masuk yang ditangguhkan;

Pasal 7

Pelaksanaan lebih lanjut dari Keputusan ini akan diatur oleh Sekretaris Jenderal.

Pasal 8

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Januari 1997

MENTERI PERINDUTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

T. ARIWIBOWO

Salian Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Ekku & Wasbang 2. Menteri koordinator Bidang Produksi dan Distribusi 3. Menteri Luar Negeri 4. Menteri Keuangan 5. Menteri Kehutanan 6. Menteri Kesehatan 7. Menteri Pertanian 8. Menteri Pertambangan dan Energi 9. Dirjen Bea dan Cukai Departemen Keuangan 10. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur

Jenderal dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan

11. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan

12. Pertinggal

Page 14: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 29/MPP/Kep/1/1997 Tanggal : 30 Januari 1997

CONTOH

SPECIMEN AICO ARRANGEMENT APPLICATION FORM

FORMULIR PERMOHONAN AICO I. PERUSAHAAN PEMOHON PROPOSING COMPANIES

A. Nama Perusahaan : Name of Company B. Negara : Country C. Alamat Kantor & Nomor Telepon/ Faximili : Official Address & Phone and Fax. No. D. Nama Penghubung & Kuasa : Contact Person & Designation

E. Tanggal Pengesahan Sebagai Badan Hukum : Date of Incorporation F. Kegiatan Usaha Business Activities G. Struktur Modal Capital Structure

Lokal Anggota ASEAN Diluar Anggota ASEAN Local Other ASEAN Non- ASEAN Amount % Amount % Amount % Besarnya Besarnya Besarnya

Authorized Subscribed Paid up

H. Pertimbangan untuk dikecualikan dari keharusan bahwa 30 % Saham harus dimiliki nasional Justification of Waiver of 30% National Equity (where applicable)

Page 15: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 29/MPP/Kep/1/1997 Tanggal : 30 Januari 1997

I. Produk Yang Diajukan (Akhir/Setengah Jadi/Bahan Baku) Nominated Product (Final/Intermediate/Raw Material)

1.1 Uraian Barang Description of Goods :

1.2 Nomor Kode HS

HS Code No. :

1.3 Kandungan ASEAN (%) ASEAN Content (%) :

s 1.4 Besar & Nilai per unit

Volume & Value per unit : II. Uraian mengenai Pemanfaatan Sumber Daya Komplementasi Industri Atau Kegiatan-kegiatan Kerjasama Industri Description of resource Sharing, Industrial Complementation Or Industrial Cooperation Activities III. Diagram Skema Perjanjian AICO/ Arus Produk

Schematic Diagram Of The AICO Arrangement/-Product Flow IV. Penyelesaian Justification of The AICO Arrangement

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I.

T. Ariwibowo

Page 16: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 136/KMK.05/1997

TENTANG

PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS IMPOR PERALATAN

DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dipandang perlu untuk mengatur ketentuan tentang pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai atas impor barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau penyusutan volume atau berat dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3567);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3568);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994

Page 17: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612);

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613);

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 243/KMK.05/1996 tentang Limbah;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 25/KMK.05/1997 tentang Tatalaksana Kepabeanan Di Bidang Impor;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEBASAN ATAU KERINGANAN BEA MASUK DAN CUKAI ATAS PERALATAN DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan adalah peralatan pengolah limbah yang digunakan untuk pengendalian pencemaran lingkungan, dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan

Pasal 2

Impor peralatan dan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 yang dilaksanakan oleh pengusaha industri atau pengusaha pengolah limbah dapat diberikan pembebasan bea masuk dan cukai.

Page 18: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Pasal 3

(1) Untuk mendapatkan pembebasan atau keringanan atas imporperalatan dan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,mengajukan kepada Menteti Keuangan melalui Direktur Jenderal BeadanCukai.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib dilampiri : a. Akta Pendirian Perusahaan dan Surat Izin Industri dari

Departemen Perindustrian dan Perdagangan;

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);

c. rekomendasi dari Menteri Negara urusan Lingkungan Hidup/Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

d. rincian jumlah dan jenis peralatan dan bahan yang diimpor serta nilai pabeannya.

Pasal 4 Dalam hal permohonan pembebasan atau keringanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disetujui, Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai dengan dilampiri daftar rincian jumlah, jenis dan nilai pabean peralatan dan bahan yang diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai, serta penunjukkan pelabuhan tempat pembongkarannya.

Pasal 5 Pengusaha industri atau pengusaha pengolah limbah yang mendapatkan pembebasan atau keringanan bea masuk dan cukai atas impor peralatan dan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 wajib :

a. menyelenggarakan pembukuan sesuai Standar Akuntansi Indonesia;

b. menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanaya semua dokumen, catatan, dan pembukuan yang berkaitan dengan dengan

Page 19: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor peralatan dan bahan bersangkutan;

c. membuat laporan dan mengirimkan kepada Kepala Kantor Pabean tempat pengeluaran barang, mengenai realisasi impor peralatan atau bahan, pemasangan peralatan, dan pemakaian bahan setiap akhir tahun selama 2 (dua) tahun berturut-turut.

Pasal 6

Perubahan lokasi perusahaan industri atau perusahaan pengolah limbah yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masik dan cukai wajib diberitahukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 7

(1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinyaketentuan-ketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, DirektoratJenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan,dan dokumen Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dansediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah bertanggungjawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda.

Pasal 8

Ketentuan teknis lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan ketentuan dalam keputusan ini diatur oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 9

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1997. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Page 20: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Maret1997 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum

Menteri Keuangan

ub. ttd Kepala Bagian T.U. Departemen

ttd. Ny. Hertati Mulatsih NIP. 110016245

Mar’ie Muhammad

Page 21: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 297 /KMK.01/1997 TANGGAL 4 JULI 1997 JO. 545/KMK.01/1997 TANGGAL 3 NOVEMBER 1997

TENTANG

PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/INDUSTRI

JASA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa dalam upaya memacu Pembangunan industri/industri jasa, dipandang perlu untuk mengatur pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan dalam rangka Pembangunan industri/industri jasa dengan suatu Keputusan Menteri Keuangan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1967 nomor 1, Tambahan Lembaran Negara nomor 2818) jo. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara tahun 1970 nomor 46, Tambahan Lembaran Negara nomor 2943);

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1968 nomor 33, Tambahan Lembaran Negara nomor 2853) jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara tahun 1970 nomor 47, Tambahan Lembaran Negara nomor 2944);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Perindustrian (Lembaran Negara tahun 1964 nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor 3274);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara tahun 1995 nomor 75, Tambahan Lembaran Negara nomor 3612).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330);

Page 22: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR MESIN, BARANG DAN BAHAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/INDUSTRI JASA.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : a. Pembangunan adalah pendirian baru industri

yang menghasilkan barang dan/atau jasa. b. Mesin adalah setiap mesin, permesinan alat

perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang digunakan untuk pembangunan industri/industri jasa.

c. Barang dan bahan adalah semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi.

d. Industri adalah perusahaan yang telah memiliki izin usaha untuk mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri

e. Industri jasa adalah perusahaan yang telah memiliki izin usaha yang kegiatannya dibidang jasa sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini

Pasal 2

Pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka pembangunan, meliputi: a. mesin terkait langsung dengan keiatan

industri/industri jasa, dan;

Page 23: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

b. suku cadang dan komponen dari mesin sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam jumlah yang tidak melebihi 5% (lima persen) dari harga mesin.

Pasal 3 (1) Terhadap industri sebagaimana dimaksud

dalam pasal 1 huruf d yang telah mendapat pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan dalam rangka Pembangunan

(2) Barang dan bahan yang dapat diberikan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah barang dan bahan untuk keperluan 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal keputusan pembebasan bea masuk. .

Pasal 4

(1) Kebutuhan mesin,suku cadang dan komponen

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, serta barang dan bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 diverifikasi oleh departemen/instansi terkait, yaitu : a. Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) bagi perusahan Penanaman Modal Asing (PMA)/Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN);

b. Departemen Perindustrian dan Perdagangan bagi perusahaan Non PMA/PMDN.

(2) Dalam melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) departemen /instansi terkait menggunakan surveyor yang ditunjuk pemerintah..

Pasal 5

Terhadap industri yang melakukan pembangunan dengan menggunakan mesin produksi dalam negeri

Page 24: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

dapat diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan sesuai ketentuan Pasal 3.

Pasal 6 Terhadap impor mesin dalam rangka Pembangunan industri/industri jasa dalam keadaan bukan baru harus disertai dengan sertifikat dari surveyor yang menyatakan bahwa mesin tersebut masih baik dan bukan scrap atau besi tua.

Pasal 7 Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 tidak berlaku untuk industri otomotif , kecuali industri komponen kendararan bermotor.

Pasal 8 Permohonan untuk memperoleh pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam dalam keputusan ini disampaikan kepada : a. Ketua BKPM terhadap mesin, barang dan

bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan PMA/PMDN;

b. Direktur Bea dan Cukai terhadap mesin, barang dan bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan Non PMA/PMDN.

Pasal 9

(1) Permohonan untuk memperoleh pembebasan

bea masuk atas impor mesin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilampiri dokumen sebagai berikut : a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); b. Surat Izin Usaha dari Instansi teknis; c. Hasil verifikasi dari instansi terkait

terhadap kebutuhan mesin, antara lain jumlah, jenis, spesifikasi dan harga;

d. Uraian proses produksi bagi industri yang menghasilkan barangl

e. Uraian kegiatan usaha bagi industri jasa.

Page 25: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

(2) Permohonan untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dan Pasal 5 dilampiri dengan dokumen sebagai berikut : a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); b. Surat Izin Usaha dari departemen/instansi

terkait; c. Hasil verifikasi dari departemen/instansi

terkait terhadap kebutuhan barang dan bahan;

d. Copy dokumen impor atau pembelian mesin.

Pasal 10 (1) Pemberian pembebasan bea masuk dilakukan

oleh : a. Ketua (BKPM) untuk fasilitas

pembangunan bagi perusahaan (PMA)/ (PMDN);

b. Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk fasilitas pembangunan bagi perusahaan Non PMA/PMDN.

(2) Keputusan pembebasan Bea Masuk dilampiri daftar mesinatau barang dan bahan yang diberikan pembebasan bea masuk, serta menunjuk pelabuhan bongkar..

Pasal 11

Industri/industri jasa yang mendapatkan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, wajib : 1. Menyelenggarakan pembukuan pengimporan

mesin, barang dan bahan unutk keperluan audit dibidang Kepabeanan;

2. Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terhitung sejak realisasi impor, pada tempat usahanya, dokumen, catatan-catatan dan pembukuan sehubungan dengan pemberian pembebasan bea masuk;

Page 26: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

3. Menyerahkan laporan realisasi impor.

Pasal 12 Dengan berlakunya Keputusan ini :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 156/Menkeu/1967 Jis. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 246/M/IV/9/1968 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 202/mt.k/IV/3/1969;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 289/MK/IV/4/1971 Jis. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : KEP-706/MK/IV/9/1971, Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 855/KMK.01/1987 dan , Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 294/KMK.01/1994;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 290/KMK.01/1977;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 470/KMK.01/1981;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 471/KMK.01/1981;

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 632/KMK.01/1986;

7. Surat Menteri Keuangan Nomor : 685/MK.05/1990;

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 12 a

(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, perusahaan

yang telah memperoleh fasilitas pabean atas impor bahan baku/penolong dalam rangka PMA/PMDN dan belum merealisir impor seluruh bahan baku/penolong, dapat memilih : a. tetap menikmati fasilitas pabean

berdasarkan ketentuan lama, atau; b. menyesuaikan fasilitas pabeannya dengan

ketentuan baru;

Page 27: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

(2) Dalam hal perusahaan memilih fasilitas pabean berdasarkan ketentuan lama, seluruh sisa bahan baku;/penolong harus direalisir impornya dalam jangka waktu 4 tahun sejak tanggal keputusan pembebasan bea masuk.

(3) Dalam hal perusahan memilih fasilitas pabean sesuai ketentuan baru, seluruh sisa bahan baku/penolong harus direalisir impornya paling lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal Keputusan Pembebasan Bea Masuk..

Pasal 13

Ketentuan teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanan Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Ketua BKPM dan/atau Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 14 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 4 Juli 1997

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Umum u.b. Menteri Keuangan Kepala Bagian Tata Usaha Departemen ttd ttd Ny. Hertati Mulatsih Mar’ie Muhammad NIP 110016245

Page 28: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

DAFTAR INDUSTRI JASA YANG DAPAT MEMPEROLEH FASILITAS

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Pariwisata 2. Agribisnis. 3. Transportasi 4. Pelayanan kesehatan 5. Telekomunikasi 6. Pusat pertokoan, supermarket, department store, terbatas untuk

perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Non PMA/PMDN

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum

u.b. Menteri Keuangan Kepala Bagian Tata Usaha Departemen ttd ttd

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TANGGAL : 4 JULI 1997 NOMOR : 297/KMK.01/1997

Page 29: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Ny. Hertati Mulatsih Mar’ie Muhammad NIP 110016245

KEUANGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 298 /KMK.01/1997

TENTANG

KETENTUAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA/PENANAMAN

MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN

MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa dalam rangka mendorong peningkatan investasi di dalam negeri serta adanya kepastian hukum pemindahtanganan barang-barang modal bagi perusahaan PMA/PMDN maupun Non PMA/PMDN, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai pemindahtanganan barang-barang modal;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1967 nomor 1, Tambahan Lembaran Negara nomor 2818) jo. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara tahun 1970 nomor 46, Tambahan Lembaran Negara nomor 2943);

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara tahun 1968 nomor 33, Tambahan Lembaran Negara nomor 2853) jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran Negara tahun 1970 nomor 47, Tambahan Lembaran Negara nomor 2944);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Perindustrian (Lembaran Negara tahun 1964 nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor 3274);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara tahun 1995 nomor 75, Tambahan Lembaran Negara nomor 3612).

Page 30: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA)/PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PERUSAHAAN NON PMA/PMDN.

Pasal 1 Atas barang modal berupa mesin asal impor milik perusahaan PMA/PMDN dan Non PMA/PMDN dalam rangka pembangunan atau restrukturisasi dengan mendapat fasilitas berupa :

a. pembebasan bea masuk; b. pembebasan bea masuk atas impor barang (bahan baku) dan

bahan (bahan Penolong) untuk kebutuhan produksi/tambahan produksi selama 2 (dua) tahun;

apabila telah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pengimporannya, dapat dipindahtangankan, dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk atas fasilitas yang diterimanya.

Pasal 2

Atas barang modal berupa mesin asal pembelian dari dalam negeri milik perusahaan PMA/PMDN dan Non PMA/PMDN dalam rangka pembangunan atau restrukturisasi dengan mendapat fasilitas pembebasan bea masuk atas impor barang (bahan baku) dan bahan (bahan penolong) untuk kebutuhan produksi/tambahan produksi selama 2 (dua) tahun, apabila telah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pembeliannya dapat dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk atas impor barang (bahan baku) dan bahan (bahan penolong).

Pasal 3

Pemindahtanganan barang modal sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dan pasal 2, berakibat batalnya fasilitas yang diberikan, dan perusahaan yang bersangkutan wajib membayar secara penuh bea masuk yang terhutang atas fasilitas yang telah diterimanya.

Page 31: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 4 Juli 1997

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Umum u.b. Menteri Keuangan Kepala Bagian Tata Usaha Departemen ttd ttd Ny. Hertati Mulatsih Mar’ie Muhammad NIP 110016245

Page 32: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 380 /KMK.01/1997

TENTANG

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPORTASI BARANG DALAM

RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION”

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa Basic Agreement on the ASEAN Industrial

Cooperation telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 51 tahun 1996;

b. Bahwa penerbitan “Certificate of Eligibility under The Basic agreement on the ASEAN Industrial Cooperation” perlu ditindak lanjuti dengan penetapan pemberian keringanan bea masuk atas importasi barang sebagaimana dimaksud dalam Certificate of Eligibility tersebut.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang

Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3512);

2. Keputusan Presiden Nomor 51 tahun 1996 tentang Pengesahan “Basic Agreement on the industrial Cooperation”

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 440/KMK.05/1996 tanggal 21 Juni 1996 Tentang Penetapan Sistem Klasisfikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk atas Barang impor sebagaimana telah diubah atau ditambah ;

MEMUTUSKAN :

Page 33: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPORTASI BARANG DALAM RANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN “BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION”

Pasal 1

Terhadap barang yang diimpor dalam rangka pelaksanaan perjanjian “Basic Agreement on the ASEAN Industrial Cooperation” sebagaimana tercantum dalam Certificate of Eligibility diberikan keringanan Bea Masuk, sehingga besarnya tariff Bea Masuk menjadi seting-tingginya 5 % (lima perseratus).

Pasal 2 Keringanan bea masuk sebagaimana dalam Pasal 1 diberikan kepada Perusahaan yang telah mendapat Cerificate of Eligibility dari Sekretariat ASEAN.

Pasal 3 Untuk mendapatkan keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan melampirkan Certificate of Eligibility.

Pasal 4

Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Direktur Jenderal Bea dan Cukai menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Keringanan Bea Masuk Atas Importasi Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Perjanjian “Basic Agreement on The ASEAN Industrial Cooperation”.

Pasal 5

Pemberian keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, hanya dapat diberlakukan terhadap importasi barang yang dilengkapi dengan Surat Keteranganasal (Form D) yang telah ditandatangani oleh Pejabar berwenang di negara ASEAN yang bersangkutan

Page 34: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Juli 1997

Salinan sesuai dengan aslinya Menteri Keuangan Kepala Biro Umum

Ttd. Drs. Djoko Widodo Mar’ie Muhammad NIP. 060015174

Page 35: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 394/KMK.05/1999

TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 298/KMK.01/1997 TENTANG KETENTUAN PEMINDAH TANGANANBARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN

PENANAMAN MODAL ASING (PMA) /PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PERUSAHAAN NON PMA/ PMDN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : Bahwa dalam rangka mendorong peningkatan investasi didalam negeri danuntuk kepastian hukum pemindahtanganan barang-barang modal bagiperusahaan PMA/PMDN serta Non PMA/PMDN, termasuk barang modal yang berada di Kawasan Berikat, dipandang perlu mengubah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 298/KMK.01/1997 tentang Ketentuan Pemindahtanganan Barang Modal Bagi Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)/ Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943);

2. Undang-undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Page 36: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Undang-undang No. 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944);

3. Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

4. Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612);

5. Keputusan Presiden Nomor 122/M Th.1998; 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

291/KMK.01/1997 tentang Kawasan Berikat, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 349/KMK.01/1999;

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 297/KMK.01/1997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan Industri /Industri Jasa , sebagaimana telah disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.01/1997;

8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 546/KMK.01/1997 tentang Penetapan Pembebasan Bea Masuk Atas Impaor Mesin, Barang dan Bahan Dalam Rangka Pengembangan Industri /Industri Jasa;

9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 298/KMK.01/1997 tentang Ketentuan Pemindahtanganan Barang Modal Bagi Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) /Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Perusahaan Non PMA/PMDN;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 298/KMK.01/1997

Page 37: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

TENTANG KETENTUAN PEMINDAH TANGANAN BARANG MODAL BAGI PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA) / PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PERUSAHAAN NON PMA/ PMDN

Pasal I

Mengubah beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 298/KMK.01/1997 sebagai berikut : 1. Mengubah Pasal 1 sehingga menjadi berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 1 Atas barang modal berupa mesin asal impor milik perusahaan PMA/PMDN dan Non PMA/PMDN dalam rangka pembangunan atau pengembangan dengan mendapat fasilitas bea masuk atas mesin, barang dan bahan, apabila telah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pengimporannya, atau sejak menjadi asset perusahaannya, dapat dipindahtangankan, dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk atas fasilitas yang diterimanya”.

2. Mengubah Pasal 3 sehingga menjadi berbunyi sebagai berikut : “ Pasal 3 Pemindahtanganan barang modal sebelum jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dan pasal 2, berakibat batalnya fasilitas yang diberikan, dan perusahaan yang bersangkutan wajib membayar secara penuh bea masuk yang terhutang atas fasilitas yang telah diterimanya atas : a. Mesin asal impor ; dan/atau . b. Barang dan bahan (bahan penolong) yang besarnya sebanding

dengan besar kapasitas mesin yang dipindahtanganankan”. 3. Menambah ketentuan baru diantara Pasal 3 dan Pasal 4 yang dijadikan

Pasal 3A, Pasal 3B, Pasal 3C, Pasal 3D, dan Pasal 3E, yang berbunyi sebagai berikut :

“ Pasal 3A

(1) Barang modal yang akan dipindahtangankan atau dialihkan/dihapuskan dari asset perusahaan sebelun jangka waktu 2 (dua) tahun dapat dibebaskan dari kewajiban membayar bea masuk yang terhutang dan denda atas fasilitas yang diterimanya

Page 38: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

dalam dal force majeur, sehingga barang modal mengalami rusak berat dan tidak dapat dipakai lagi;

(2) Izin pemindahtanganan atasu alih asset barang modal sebelum jangka waktu 2 (dua) tahun dari perusahaan penerima fasilitas bea masuk ke perusahaan penerima fasilitas bea masuk yang terhutang dan denda atas fasilitas yang diterimanya, dapat diberikan berdasarkan rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

(3) Pemindahtanganan barang modal atau alih asset barang modal dengan cara reekspor sebelum jangka waktu 2 (dua) tahun, tanpa kewajiban membayar bea masuk yang terhutang dan denda atas fasilitas yang diterimanya, dapat diberikan berdasarkan rekomendasi dari BKPM.

Pasal 3B

Ketentuan pemindahtanganan barang modal sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini berlaku juga terhadap barang modal di Kawasan Berikat.

Pasal 3C

(1) Permohonan izin pemindahtanganan atau alih asset barang modal diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan izin atas alih asset barang modal.

(3) Pemindahtanganan barang modal tanpa izin Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan bea masuk yang terhutang dan denda sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3D

Tidak termasuk pengertian pemindahtanganan barang modal adalah pemindahtanganan barang modal dalam transaksi “sale and lease back” dengan syarat barang modal tersebut masih berada dan digunakan oleh penerima fasilitas dalam kegiatan usahanya.

Pasal 3E

Page 39: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Pelaksanaan teknis Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai”.

Pasal II

Keputusan ini mulaiberlaku pada tanggal ditetapkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 1999

Salinan sesuai dengan aslinya Menteri Keuangan Kepala Biro Umum Menteri Keuangan u.b. Kepala Bagian T.U Departemen ttd ttd Ali Kadir BAMBANG SUDIBYO Bambang Subianto NIP 060034761

Page 40: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI No. 97/KMK.05/2000 TENTANG

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri komponen kendaraan bermotor di dalam negeri, maka perlu memberikan keringanan bea masuk atas impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraan bermotor;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas pemberian fasilitas bea masuk dengan tetap memperhatikan kepentingan penerimaan negara, dipandang perlu mengganti Keputusan Menteri Keuangan No. 345/KMK.01/1999 (BN No. 6328 hal. 12B-13B) dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 (BN No. 5806

hal 5B-19B) tentang Kepabeanan (LN RI Tahun 1995 No. 75, TLN No. 3612);

2. Keputusan Presiden No. 355/M Tahun 1999; 3. Keputusan Menteri Keuangan RI No.

440/KMK.05/1996 (BN No. 5880 hal. 15B) tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.01/1999 (BN No. 6413 hal. 12B);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG

Page 41: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR.

Pasal 1

Atas impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraan bermotor sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan ini, oleh industri komponen kendaraan bermotor diberikan keringanan bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Atas impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraan

bermotor diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 5% (lima persen).

2. Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5% (lima persen) atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk dalam BTBMI.

Pasal 2

Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilampiri dokumen sebagai berikut :

1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 2. Surat Izin Usaha dari Departemen/Instansi terkait; 3. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi dan harga barang.

Pasal 3

(1) Permohonan untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 diajukan oleh industri komponen kendaraan bermotor kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya, atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan Keringanan Bea Masuk, dengan dilampiri daftar barang yang diberikan pembebasan bea masuk serta penunjukan pelabuhan bongkar.

(3) Industri komponen kendaraan bermotor yang mendapatkan keringanan bea masuk wajib :

Page 42: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

a. Menyelenggarakan pembukuan pengimporan bahan baku komponen kendaraan bermotor untuk keperluan audit di bidang Kepabeanan.

b. Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak realisasi impor pada tempat usahanya, dokumen, catatan-catatan, dan pembukuan sehubungan dengan pemberian fasilitas keringanan bea masuk.

c. Menyampaikan laporan tentang realisasi impor.

Pasal 4

Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), apabila pada saat pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis, spesifikasi barang yang tercantum dalam daftar barang dipungut bea masuk dan pungutan impor lainnya.

Pasal 5

(1) Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri ybs.

(2) Penyalahgunaan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan batalnya fasilitas bea masuk yang diberikan atas barang tersebut sehingga bea masuk yang terhutang harus dibayar beserta denda 100% (seratus persen) dari kekurangan bea masuk.

Pasal 6

(1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin

dipenuhinya ketentuan-ketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan, dandokumen Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan sediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pengusaha Industri dan Pengusaha PengolahLimbah bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda.

Pasal 7

Perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-

Page 43: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar berdasarkan ketentuan lama dan belum merealisir seluruh impornya dapat tetap menggunakan keputusan pemberian fasilitas pabean berdasarkan ketentuan lama hingga berakhirnya masa berlaku keputusan ybs, dengan ketentuan tidak dapat diperpanjang dan atau diubah.

Pasal 8

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan No. 345/KMK.01/1999 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 10 Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 2000. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 31 Maret 2000

Salinan sesuai dengan aslinya Menteri Keuangan Kepala Biro Umum Menteri Keuangan u.b. Kepala Bagian T.U Departemen ttd ttd Mustafa Husein Bambang Sudibyo NIP 060051103

Page 44: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Lampiran Keputusan Menteri Keuangan RI

Nomor : 97/KMK.05/2000 Tanggal : 31 Maret 2000

DAFTAR BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN

KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR

No. Uraian Barang Pos Tarif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

21. 22. 23.

Potasium titanate Natural Graphite in Powder or flakes Barium sulfat alam (barit) Mica Powder Natural Steatite powder dan talc powder Vermiculate Bijih chromium dan pekatannya Bijih titanium dan pekatannya Bijih zirconium dan pekatannya Silicon dioxide dan fuse silica Hidroksida dan peroksida dari magnesium Chrome trioxide Chrome oxide Iron oxide and iron hydroxide Copper oxcide Oksida antimony Calsium fluoride Barium sulphate Molibdat Ester asam tiofosfat (fosforotioat) dan garamnya, turunan halogenasi, sulfonasi, nitrasi atau nitrosasinya Dielthanolamine dan garamnya Trietanolamina dan garamnya Dimetil etalomine dan garamnya

2841.90 2504.10 2511.10 2525.20 2526.20 2530.10 2610.00 2614.00 2615.00 2811.22 2816.10 2819.10 2819.90 2821.10 2825.50 2825.80 2826.19 2833.27 2841.70 2920.10 2922.12

2922.13 2922.19 2929.10

Page 45: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

24. 25. 26. 28. 29. 30. 31. 32.

33. 34. 35.

36. 37.

38. 39.

40.

41.

42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59.

Isocyanates Glass powder Artificial graphite Prepared rubber accelerator Polyacetal Polycarbonate Silicones in primary forms Karet kertas (misalnya, ebonite) dalam segala bentuk, termasuk sisa dan bekas; barang dari karet keras Filter paper and paper board Felt paper and paper board Kertas dan kertas karton diberi ter, bitumen atau aspal Aramid short fiber Rayon sewing thread of man-made staple fiber, whether or not put up for retail sale Felt of Wool Slag woll, rock wool and similar mineral wool (including intermixtures thereof), in bulk, sheets, or rolls Serat asbes buatan pabrik; campuran dengan dasar dari asbes dan magnesium karbonat Compressed asbestos fibre jointing, in sheets or rollsTube of fused quartz or other fused silica/quartz glass tube Silicon tube Hot rolled steel coil (t> 4,75 mm, w> 600mm) Hot rolled steel coil (3<t<4,75 mm, w > 600mm) Hot rolled steel coil (t< 3mm, w> 600mm) Hot rolled steel coil (t>10mm, w > 600mm) Hot rolled steel coil (4,75< t< 10mm, w> 600mm) Hot rolled steel coil (3<t< 4,75mm, w>600mm) Hot rolled steel coil (t > 3 mm, w ≥ 600 mm) Hot rolled steel sheet (t ≥ 10 mm, w ≥ 600 mm) Hot rolled steel sheet (t = 4,75 -10 mm, w ≥ 600 mm) Hot rolled steel sheet (t > 3 – 4,75 mm, w ≥ 600 mm) Hot rolled steel sheet (t < 3 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (t ≥ 3 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (1< t < 3 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (0,5 ≤ t ≤ 1 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (t < 0,5 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (t ≤ 3 mm, w ≥ 600 mm)

3207.40 3801.10 3812.10 3812.30 3907.10 3907.40 3910.00 4017.00

4805.40 4805.50 4811.10

5503.10 5508.20

5602.21 6806.10

6812.10

6812.70

7002.70 7011.90 7208.25 7208.26 7208.27 7208.36 7208.37 7208.38 7208.39 7208.51 7208.52 7208.53 7208.54 7209.15 7209.16 7209.17 7209.18 7209.25

Page 46: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

60. 61. 62. 63.

64.

65.

66.

67.

68.

69. 70. 71.

72.

73. 74.

75.

76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85.

86. 87. 88. 89.

Cold rolled steel coil (1 < t < 3 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (0,5 ≤ t < 1 mm, w ≥ 600 mm) Cold rolled steel coil (0,5 mm ≤ t, w ≥ 600 mm) Tin plated or coated steel sheet/coil (t ≥ 0,5 mm, w ≥ 600 mm) Tin platedor coated steel sheet/coil (t ≤ 0,5 mm, w ≥ 600 mm) Lead plated or coated (including terne plated) Steel Sheet/Coil (w 600 mm) Electrolytically Zinc Plated or Coated steel sheet/coil (w > 600 mm) Chromium Plated or Coated steel sheet/Coil (w > 600 mm) Alumunium-Zinc Alloy Plated or Coasted Steel Sheet / Coil (w> 600 mm) Hot Rolled Steel Strip (t ≥ 4 mm, 150 <w < 600 mm) Hot Rolled Steel Strip (t ≥ 4,75 mm, w < 600 mm) Cold Rolled Steel Strip Containing by Weight 0.25 % or more of Carbon (w < 600 mm) Cold Rolled Steel Strip Containing by Weight less then 0.25 % or more of Carbon (w < 600 mm) Tin Plated or Coated Steel Strip (w < 600 mm) Electrolytically Zinc Plated or Coated Steel Strip (w < 600 mm) Otherwise Zinc Plated or Coated steel Strip (w < 600 mm) Otherwise Plated or Coated steel Strip (w < 600 mm) Claded Steel Strip (w < 600 mm) Carbon Steel Rod Hexagonal Steel Bar Batang Poros dengan carbon < 0,6 % H Beam Steel Profile Steel Bar for Rim Bar dan Side Ring Kawat Jari-jari Kawat Baja dilapisi atau disepuh dengan seng Stainless Steel lembaran dengan lebar kurang dari 600 mm Stainless Steel wire Steel Alloy Flat Bar Hot Rolled (w ≤ 600 mm) Steel Alloy Flat Bar Cold Rolled (w ≤ 600 mm) Batang dan batang kecil lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas atau diekstrusi

7209.26 7209.27 7209.28 7210.11

7210.12

7210.20

7210.30

7210.50

7210.61

7211.13 7211.14 7211.23

7211.29

7212.10 7212.20

7212.30

7212.50 7212.50 7213.99 7214.20 7215.90 7216.33 7216.99 7217.10 7217.20 7220.90

7223.00 7226.91 7226.92 7228.30

Page 47: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

90. 91.

92. 93.

94.

95. 96. 97. 98. 99.

100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124.

125. 126.

Cast Iron Tube/ Pipe Seamless Cold-Draw/ Cold-Reduce Steel Tube/ Pipe (Circular cross section) Hollow Bar Seamless Cold-Draw/ Cold-Reduce Stainless Steel Tube/ Pipe (Circular cross section) Seamless Cold-Draw/ Cold-Reduce Alloy-Steel Tube/ Pipe (Circular cross section) Pipa dari baja paduan lainnya Seam or Welded Steel Tube/ Pipe Seam or Welded Stainless Steel Tube/ Pipe Carbon Steel tube Buluh, Pipa dilas, dari Penampang yang tidak bundar. Coated Welded Steel Tube/ Pipe Kawat, Tali dan Kabel dipilin, dari besi atau baja Mate tembaga Coper Powder Brass Rod Copper Refined Wire Copper Alloy Wire Copper Sheet Copper/ Brass Alloy Coil Brass Sheet Copper Alloy Sheet Copper Strip/ Foil Foil dari paduan tembaga Copper/ Brass Alloy Strip Copper Tube/ Pipe Copper Alloy/ Brass Tube/ Pipe Nickel Alloy Nickel Powder Bar and rod of Nickel Bar and rod of Nickel Alloy Wire of Nickel Wire of Nickel Alloy Nickel Plate Aluminium Alloy bar/ Wire Rod Aluminium Sheet bukan paduan, tebal lebih dari 0,2 mm Aluminium Sheet Paduan, tebal lebih dari 0,2 mm Aluminium Foil tebal tidak lebih dari 0,2 mm, permukaannya tidak dikerjakan

7303.00 7304.31

7304.39 7304.41

7304.51

7304.59 7306.30 7306.40 7306.50 7306.60

7306.90 7312.10 7401.10 7406.10 7407.21 7408.19 7408.21 7409.11 7409.21 7409.29 7409.29 7410.11 7410.12 7410.21 7411.10 7411.21 7502.20 7504.00 7505.11 7505.12 7505.21 7505.22 7506.00 7604.29 7606.11

7606.19 7607.11

Page 48: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

127.

128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140.

141. 142. 143. 144. 145. 146. 147.

Aluminium Foil tebal tidak lebih dari 0,2 mm, permukaannya dikerjakan Aluminium Tube/ Pipe not Alloyed Aluminium Tube/ Pipe Alloy Pure Lead/ Soft Lead (Pb = 97 – 99.99 %) Solder Foil tebal tidak lebih dari 0.2 mm, dari timbal Solder Tape tebal lebih dari 0.2 mm, dari timbal Zinc Dust Zinc Powder and Flakes Electroplating Anode, dari Zinc Tin Alloy Zinc Adac Tin Bar, Rods, Wire Tungsten Powder Kawat dari Wolfram Magnesium bukan hasil tempaan, mengandung magnesium kurang dari 99,8 % Zinconium, Waste and scrap, Powder Zinconium Alloy Antimony Khromium Flexible Pipe, dari Logam tidak mulia Winding Wirw of Cooper Perangkat kabel pencetus api

7607.19

7608.10 7608.20 7801.10 7804.11 7804.19 7903.10 7903.90 7907.00 8001.20 8003.00 8101.10 8101.93 8104.19

8109.10 8109.90 8110.00 8112.20 8307.10 8544.11 8544.30

Page 49: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI No. 98/KMK.05/2000 TENTANG

KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/BAHAN PENOLONG

UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing industri komponen elektronika dan industri pendukungnya di dalam negeri, dipandang perlu memberikan keringanan bea masuk atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen elektronika;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas pemberian fasilitas bea masuk dengan tetap memperhatikan kepentingan penerimaan negara, dipandang perlu untuk mengganti Keputusan Menteri Keuangan No. 659/KMK.01/1997 dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 (BN No. 5806

hal 5B-19B) tentang Kepabeanan (LN RI Tahun 1995 No. 75, TLN No. 3612);

2. Keputusan Presiden No. 355/M Tahun 1999; 4. Keputusan Menteri Keuangan RI No.

440/KMK.05/1996 (BN No. 5880 hal. 15B) tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.01/1999 (BN No. 6413 hal. 12B);

Page 50: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU/SUB KOMPONEN/BAHAN PENOLONG UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN ELEKTRONIKA.

Pasal 1

Atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen elektronika oleh produsen komponen elektronika yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan diberikan keringanan bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen elektronika diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 5% (lima persen).

2. Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5% (lima persen) atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk dalam BTBMI.

Pasal 2

Jenis dan spesifikasi serta jumlah bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang mendapat fasilitas keringanan bea masuk didasarkan pada daftar bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk kebutuhan barang produksi tahunan yang ditetapkan oleh Mentri Perindustrian dan Perdagangan.

Pasal 3 Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilampiri dokumen sebagai berikut :

1. Nomor Pokok Wajib Pajak 2. Surat Ijin Usaha dari Departemen/Instansi terkait 3. Hasil verifikasi dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan

terhadap kebutuhan bahan baku/sub komponen/bahan penolong selama 1 (satu) tahun produksi

4. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi dan harga barang

Pasal 4

Page 51: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

(1) Permohonan untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 diajukan oleh produsen kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memenuhi persyaratan, Direktur JenderalBea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya, atas nama Menteri Keuangan memberikan KeputusanKeringanan Bea Masuk, dengan dilampiri daftar barang yang diberikan keringanan bea masuk sertapenunjukan pelabuhan bongkar.

(3) Industri komponen elektronika yang mendapatkan keringanan bea masuk wajib :

a. Menyelenggarakan pembukuan pengimporan bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk keperluan audit di bidang kepabeanan

b. Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak realisasi impor pada tempat usahanya, dokumen, catatan-catatan, dan pembukuan sehubungan dengan pemberian fasilitas keringanan bea masuk

c. Menyampaikan laporan tentang realisasi impor.

Pasal 5

Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), apabila pada saat pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis, spesifikasi barang yang tercantum dalam daftar barang dipungut bea masuk dan pungutan impor lainnya.

Pasal 6 (1) Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk

hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri yang bersangkutan.

(2) Penyalahgunaan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan batalnya fasilitas bea masuk yang diberikan atas barang tersebut sehingga bea masuk yang terutang harus dibayar dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari kekurangan bea masuk.

Pasal 7

(1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya

ketentuan-ketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat

Page 52: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan, dan dokumen yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan sediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pengusaha Industri bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda.

Pasal 8

Perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk atas impor bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk pembuatan komponen elektronika berdasarkan ketentuan lama dan belum merealisir seluruh impornya dapat tetap menggunakan keputusan pemberian fasilitas pabean berdasarkan ketentuan lama hingga berakhirnya masa berlaku keputusan yang bersangkutan, dengan ketentuan tidak dapat diperpanjang dan atau diubah.

Pasal 9

Pada saat keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan No. 659/KMK.01/1997 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10

Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 11

Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 2000 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2000 Menteri Keuangan

Page 53: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

ttd. Bambang Sudibyo

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI No. 99/KMK.05/2000 TENTANG

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAHAN BAKU DAN BAGIAN TERTENTU UNTUK PEMBUATAN BAGIAN ALAT-ALAT

BESAR SERTA BAGIAN TERTENTU UNTUK PERAKITAN ALAT-ALAT BESAR

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri alat-

alat besar di dalam negeri, dipandang perlu memberikan keringanan bea masuk atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas pemberian fasilitas bea masuk dengan tetap memperhatikan kepentingan penerimaan negara, dipandang perlu untuk mengganti Keputusan Menteri Keuangan No. 352/KMK.01/1999 dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 (BN No. 5806

hal 5B-19B) tentang Kepabeanan (LN RI Tahun 1995 No. 75, TLN No. 3612);

2. Keputusan Presiden No. 355/M Tahun 1999; 3. Keputusan Menteri Keuangan RI No.

440/KMK.05/1996 (BN No. 5880 hal. 15B) tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.01/1999 (BN No. 6413 hal. 12B);

Page 54: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS BAHAN BAKU DAN BAGIAN TERTENTU UNTUK PEMBUATAN BAGIAN ALAT-ALAT BESAR SERTA BAGIAN TERTENTU UNTUK PERAKITAN ALAT-ALAT BESAR.

Pasal 1

Atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini diberikan keringanan bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian

alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 5% (lima persen).

2. Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5% (lima persen) atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk dalam BTBMI.

Pasal 2

Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilampiri dokumen sebagai berikut :

1. Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP); 2. Surat Izin Usaha dari Departemen/Instansi terkait; 3. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi dan harga barang.

Pasal 3

(1) Permohonan untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diajukan oleh produsen kepada Dirjen Bea dan Cukai.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memenuhi persyaratan, Dirjen Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya, atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan Keringanan Bea Masuk, dengan dilampiri daftar barang yang

Page 55: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

diberikan pembebasan bea masuk serta penunjukan pelabuhan bongkar.

(3) Industri pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar yang mendapatkan keringanan bea masuk wajib :

a. Menyelenggarakan pembukuan pengimporan bahan baku dan

bagian tertentu untuk keperluan audit di bidang Kepabeanan b. Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) tahun terhitung sejak realisasiimpor pada tempat usahanya, dokumen, catatan-catatan, dan pembukuan sehubungan dengan pemberian fasilitas keringanan bea masuk.

c. Menyampaikan laporan tentang realisasi impor.

Pasal 4

Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), apabila pada saat pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis, spesifikasi barang yang tercantum dalam daftar barang dipungut bea masuk dan pungutan impor lainnya.

Pasal 5

(1) Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri ybs.

(2) Penyalahgunaan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan batalnya fasilitas bea masukyang diberikan atas barang tersebut sehingga bea masuk yang terhutang harus dibayar beserta denda 100%(seratus persen) dari kekurangan bea masuk.

Pasal 6 (1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya

ketentuan-ketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuab, catatan, dan dokumen Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan sediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pengusaha Industri dan Pengusaha PengolahLimbah bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang terutang dan sanksi administrasiberupa denda.

Page 56: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Pasal 7

Perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar berdasarkan ketentuan lama dan belum merealisir seluruh impornya dapat tetap menggunakan keputusan pemberian fasilitas pabean berdasarkan ketentuan lama hingga berakhirnya masa berlaku keputusan ybs, dengan ketentuan tidak dapat diperpanjang dan atau diubah.

Pasal 8

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan No. 352/KMK.01/1999 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan ini, diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 10

Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 2000. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2000 MENTERI KEUANGAN, ttd. BAMBANG SUDIBYO

Page 57: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

Lampiran Keputusan Menteri Keuangan

Nomor : 99/KMK.05/2000 Tanggal : 31 Maret 2000

Daftar Bahan Baku dan bagian Tertentu Untuk Pembuatan

Bagian Alat-Alat Besar dan Bagian Tertentu Untuk Perakitan Alat-alat Besar

No. Uraian Barang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

I. Untuk Perakitan Bulldozer Bearing/Race/Cone/Cap/Bushing/Boss/Collar/Holder/Bush/Cage/Plug, Button Bit, End/Edge, Side/Side Cutter/Edge, Cutting/teeth/Tooth Bolt/Stud/U-Bolt/Screw Breaker, Circuit Clamp/Band/Clip/Seat/Strap Clutch Assy, Steering/Final Drive/Main Clutch Control Box assy/Dash (Can) Assy/ Floor Cover/Baffle/Sheet/hood/Guard/Cover Assy Engine Assy Fastener/Yoke/Lock/Hing/Catcher/Handle/Pedal/Stopper/Rivet/Latch/Lever Flange/Adaptor/Adapter/Fitting/Stem Fuse/Wire/ Wiring-Harness/Cable Hose Assy/Hose (Pressure > 100 Kg/Cm2 Indicator/Dust-Indicator Muffler /Pipe, Exhaust/Extention/Ejector/Body As-Precleaner Nut/Lock Nut/Nut Weld Pin/Pin Assy/Key-Woodruff/Dowel-Pin/Cotter-Pin Pivot Assy/Support/trunnion/Equalizer Bar/Brace, Bracket/Bracket-Assy Plate, Radiator, Guard/Head/Head-Radiator

Page 58: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

20. 21. 22. 23. 24. 25.

26.

27. 28. 29.

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Pump Assy/ Hydraulic Pump/ Grease Pump Radiator Assy/ Core Radiator/ Cooling Unti/ Oil Cooler Seal/seal Oil/seal Dust/Seal-O-Ring/Floating-Seal/Seal-Ring Assy Spring , Rod/Recoil Spring/Spring-Assy/Adjuster/End, Rod/Rod-Assy Tank, Hydraulic Assy Tool Group/ Tool Box/Hammer/Wrench/Spare-Part Box/ Spare-Part Table/ Ratchet Transmission Case/Universal Joint/ Dumper/Case/Frame Case/Dumper/ Bumper Tube/Pipe/Steel Pipe (Diameter > 10 mm) Washer/Lock washer/Spring Washer/Spacer Welding Wire (Diameter > 0.6 mm) II. Untuk Perakitan Hydraulic Excavator Adapter/Tooth/Edge/Side Cutter Bearing/Race/Cone/Cap/Bushing/Boss/Collar/Holeder/Bush/Bushing Assy Blade/Plate, Cabin/Plate As/ Wiper Motor/Doop/Wire/Harness/Wiring Harness Cable/Heater/ panel/Dust Indicator Bolt/Stud/U-Bolt/U- Stud/Screw Clamp/Band/Clip/seat/Strap Cover/Baffle/Sheet/Hood/Guard Hose Cushion/Accumulator/damper/Dumper/Bumper/ Cushion Assy Engine Assy Fastener/Yoke/Lock/Hinge/Catcher/Handle/Stopper/Rivet/Bracket/KNOB Floor Mat/Rubber/sheet-rubber/rubber-mounting/mounting/V-Belt Gear Assy/Final Drive Assy/Sprocket/Final Drive Hose Assy/Hose (Pressure > 100 Kg/Cm2) Lamp Assy, Work/Flood Muffler/Pipe, Exhaust/Extention/Ejector Nut/Lock Nut/Nut Weld Pin Assy/Key-Woodruff/Dowel/Dowel-Pin/Pin-Spring/Pin Pump Assy/Hydraulic Pum/Pump/Grease Pump Radiator Assy/Core Radiator/Cooling unit/Oil cooler Relay Assy, Device Spring/Adjuster/End-Rod Square bar/Angle Bar/channel/Roung Bar/Bar (Dia > 10 mm) Tool Group/Kit/Tool Box Tube/Pipe/Steel Pipe (Diameter >1 0mm)] Valve Assy/Control Val/Main Valve/Valve Washer/Lock Washer/Spring Washer/Spacer Welding Wire (Diameter > 0.6 mm)

Page 59: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

III. Untuk Perakitan Forklift Bolt/Plug/Screw/Stud Brake Assy/Boost Master/Booster Assy/Vacumm Assy Chain Assy Clamp/Clip/Grommet Cooler/Radiator/Reservoar Cotter Pin/Pin/King Pin/roll Pin/Spring Pin/Clevis Pedal Assy Engine Assy Sheet/Headlinning Sheet Circuit Box/ Fusible Link/Harness Assy/Terminal Hand Brake/Parking Brake Horn Assy/Button Horn Hose/Hose Assy/Plug Hose Hub/Nut Hub/Support/Bracket Panel Assy Nut/U-Nut Pipe/Tube Assy (Round, Square) Profil I/Rail Steel Profil U/Channel Steel Rod Assy /Rod End/Tie Rod Shim/Mark/Liner Spring/Striker/Hook Link/Wire/Lock Assy/Hinge/Holder Steering Column/Steering gear box/Steering wheel/Handle Shroud/Shield/Cap Tire Assy 9Tire, tube, Flap)/ Wxtension Tuire Valve Tool Kit/ tool set/Bag tool Washer/Washer Spring/washer plate Wheel Rim/Rim Assy/Wheel Assy Welding Wire Diameter >= 6 mm IV. Untuk Perakitan Motor Grader

Bolt/Stud/Ball Stud/Screw Break Assy/Chamber/reservoir/Parking-Brake Clamp/Band/Clip/Strap/Flange/yoke/yoke Assy Clutch Assy/Tandem Case/Coupler Disk/Disk Dumper Elbow/ joint/Manifold/Connector/Nozzle/Sleeve/Plug/Button Plug Engine Assy Fitting/lock/Adapter/Coupling/stem/fastener/Latch/Retainer/Adaptor

Page 60: HIMPUNAN PERATURAN FASILITAS KEPABEANAN - …birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/03/himpunan... · PELAYARAN 20 KEP-55/BC/1999 TATACARA PEMINDAHTANGANAN ... Profil Perusahaan

9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

28.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Gauge Assy, Oil Level/Meter/Gage/ Indicator/Filler/Plunger/Switch/Sender/ Service-Meter/Cable/Wire/Wiring Harness/Harness Hose Assy/Hose (Pressure > 100 Kg/Cm2) Housing Assy/Case/Cover Muffler Assy/ Pipe, Exhaust/Pipe Assy/ Extention/ Ejector Nut/Lock Nut/Nut weld/Nut Slotted Pivot Assy/Pivot Arm/Rod Head/wedge/Trunnion/Arm Bracket Pump Assy/Hydraulic Pump/Tandem Pump Assy Radiator Assy/Core radiator/Cooling Unit/oil cooler Rim Assy/wheel Rim assy/Ring lock-Rim/Ring/Ring Assy/Ring Lock Tool Group/Kit/Tool Box/Hammer/wrench/Spare-Part box/Spare-Part Table/ Ratchet Shaft/Rod/Propeller Shaft/Rod/Rod-End Sprocket Stud Ball/Ball-Joint Support/Guide/Protector/Bracket/Channel Tank, Hydraulic Assy Tooth/Scarifier/Shank/Block Drawbar/Drawbar-Assy/Frame Tube/Pipe/Steel Pipe (Diameter > 10 mm) Washer/Lock Washer/Spring washer/Spacer Wheel Assy,Steering/Coloumn Steering/Steering Post Assy/Mirror Operator Compartment Welding wire (Diameter > 0.6 mm) V. Untuk Perakitan Wheel Loader Axle, Support Assy/Cock Assy/Bracket Assy Arm Assy/Arm Speed Control/Arm Steering/Arm PTO Drive Band Assy Bare Engine/Engine Assy/Fly Wheel Assy Beam/ Bumper Block Sway / Block Bolt/Fastener/Banjo/Anchor Bonnet/Fender/Boot/Wrapper/Hood Bracket/Mounting/Boss/Rocker Bulkhead Button/Knob Starter/Knop PTO Control