Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

22
Hifema et causa Trauma Tumpul Venia 102013415 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061 E-mail : [email protected] Pendahuluan Mata mempunyai sistem pelindung yang baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip. Namun, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma mata yang disebabkan oleh benda tumpul merupakan peritiwa yang sering terjadi. Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat, yang terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan. Trauma dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi penglihatan. Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata yang merobek iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Oleh karena itu 1

description

Hifema et causa Trauma Tumpul

Transcript of Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Page 1: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Hifema et causa Trauma TumpulVenia

102013415Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510No. Telp (021) 5694-2061

E-mail : [email protected]

Pendahuluan

Mata mempunyai sistem pelindung yang baik seperti rongga orbita, kelopak, dan

jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip. Namun, mata

masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma mata yang disebabkan oleh benda

tumpul merupakan peritiwa yang sering terjadi. Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan

perlu diadakan pemeriksaan yang cermat, yang terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.

Trauma dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata yang dapat mengakibatkan

terganggunya fungsi penglihatan.

Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat

terjadi akibat trauma tumpul pada mata yang merobek iris atau badan siliar. Darah yang

terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah

yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. Bila pasien

duduk hifema akan terlihat terkumpul di bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi

seluruh ruang bilik mata depan. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Pasien akan

mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Oleh karena itu memerlukan

perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan

mengakibatkan kebutaan

1

Page 2: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat

dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap

orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai

aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang

merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya

sendiri. Oleh karena sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan secara lengkap

dan jelas, maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis menduduki tempat yang jauh

lebih penting dari pada autanamnesis.1

Dalam keadaan tertentu anamnesis merupakan cara yang tercepat dan satu-satunya

kunci menuju diagnosis, baik dari kasus-kasus dengan latarbelakang faktor biomedis,

psikososial, maupun keduanya. 1

Yang perlu dilakukan pada anamnesis: 1

Identitas Pasien

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit

Penanganan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat Penyakit Keluarga

Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi

trauma dan benda yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya benda yang

mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah atau dari arah lain dan

bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu,

besi atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman

penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra

okuler akibat perdarahan sekunder.2

Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah , dan apakah pernah

mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata

sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah

pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut, ambliopia,

2

Page 3: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan antikoagulan

sistemik seperti aspirin atau warfarin.2

Pemeriksaan

Pemeriksaan Tanda Vital

Nadi

Tekanan darah

Pernafasan

Suhu

Keadaan Umum

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi khusus. Pada inspeksi

umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh

kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan-perubahan lokal sampai

yang sekecil-kecilnya. Untuk bahan pembanding perlu dilihat pada keadaan sisi lainnya. 1

Pada pemeriksaan inspeksi kasus trauma mata, yang perlu dilihat adalah adanya

pembengkakkan pada kelopak mata akibat dari terkena trauma ataupun perdarahan.1

Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan

mata luar, hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan

kelainan berupa trauma tembus seperti ekmosis, laserasi kelopak mata, proptosis, enoftalmus,

fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata.1

Kadang-kadang kita menemukan kelainan berupa defek epitel, edema kornea dan imbibisi

kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah didalam bilik mata

depan.1,3

Palpasi

Yaitu pemeriksaan dengan meraba, menggunakan telapak tangan dan memanfaatkan

alat peraba yang terdapat pada telapak dan jari tangan. Dengan palpasi dapat ditentukan

bentuk, besar, tepi, permukaan serta konsistensi organ. Pada kasus Hifema akibat trauma

tumpul, perlu ditanyakan apakah pasien merasakan nyeri local di tempat-tempat tertentu.

3

Page 4: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Pada pemeriksaan untuk pengukuran tekanan intraokuler cara palpasi, sering digunakan cara

termometer digital.1,3

Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dalam penilaian terhadap tekanan

bola mata oleh karena bersifat subjektif. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan

reaksi kelenturan bola mata (balotement) pada saat melakukan penekanan bergantian dengan

kedua jari tangan, lalu membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari.

Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan nilai N+1, N+2, N+3, dan

sebaliknya N-1 sampai seterusnya.1,3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus

dapat menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.3

Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,

glaukoma.3

Pemulasan Fluorescen : Hanya epitel kornea yg rusak yang bersifat menyerap

fluorescen. Caranya tetes irigasi pada mata, penilaian : + warna hijau (kerusakan

epitel kornea) Indikasi tes fluorescen :3

a. Adanya gejala trias (fotofobi, lakrimasi, dan blefarospasme).

b. Riwayat trauma mata

c. Mata merah

d. Ada kekeruhan kornea

Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.

SlitLamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal

contact, aqueous flare, dan synechia posterior.

Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.

Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal

atau meningkat ringan.3

Ultrasonografi (USG): dilakukan untuk mengetahui adanya ablasio retina,

gangguan badan kaca, bengkak bola mata

Diagnosis

Working Diagnosa

Hifema OD

4

Page 5: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu

daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek

pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata)

yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata

telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan

penglihatan.3

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat

terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata

depan.3

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terihat iridoplegia dan iridodialisis.

Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.3,4

Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:3,4

Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan

pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior

bola mata.

Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh

darah pecah

Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:3,4

Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

Hifema dibagi menjadi beberapa grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan klinisnya:3,4

Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)

Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)

Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)

Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

5

Page 6: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Differential Diagnosis

Endoftalmitis OD

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah

trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga

mata dan struktur didalamnya. Peradangan supuratif didalam bola mata akan memberikan

abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang

masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).5

Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, atau parasit dari

fokus infeksi didalam tubuh. Bakteri yang sering stafilokok, streptokok, pneumokok,

pseudomonas, bacilus species. Jamur yang sering aktinomises, aspergillus, phitomikosis

sporothrix dan kokidioides. Biasanya masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari

setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. Sedangkan endoftalmitis eksogen dapat

terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekumder pada tindakan pembedahan yang

membuka bola mata.5

Gejala klinis berupa rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak

sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang

kadang-kadang disertai hipopion.5

Uveitis anterior OD

Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar

(iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut. Penyebab uveitis anterior akut dibedakan

dalam bentuk nongranulomatosa dan granulomatosa akut-kronis. Nongranulomatosa akut

disertai rasa nyeri, fotofovia, penglihatan buram keratik presisipitat kecil, pupil mengecil,

sering terjadi kekambuhan. Penyebabnya dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit Reiter,

herpes simpleks, sindrom Bechet, sindrom Posner Schlosman, pascabedah, infeksi

adenovirus, parotitis, influenza, dan klamidia. Non-granulomatosa kronis dapat disebabkan

artritis reumatoid dan heterokromik iridosiklitis. Granulomatosa akut tidak nyeri, fotofobia

ringan, buram, keratik presipitat besar (mutton fat) benjolan Koeppe (penimbunan sel pada

tepi pupil atau benjolan Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris), terjadi akibat

sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit (toksoplasmosis).5

6

Page 7: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Gejala klinis dengan uveitis akut anterior akut mata sakit, merah, fotofobia,

penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah. Keluhan sukar melihat dekat

pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.5

Pada yang akut dapat terbentuk hipopion dibilik mata depan, sedangkan yang kronis

terlihat edema makula dan kadang katarak.5

Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hifema terbagi menjadi tiga yakni:6

1. Hifema traumatik

2. Hifema iatrogenik

3. Hifema spontan

Hifema traumatik merupakan jenis yang tersering, yang merupakan hifema akibat

terjadinya trauma pada bola mata. Trauma yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh

benda tumpul, misalnya bola, batu, projektil, mainan anak-anak, pelor mainan, paint ball,

maupun tinju.6 Trauma tumpul yang menghantam bagian depan mata misalnya,

mengakibatkan terjadinya perubahan bola mata berupa kompresi diameter anteroposterior

serta ekspansi bidang ekuatorial. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan

tekanan intraokular secara transien yang mengakibatkan terjadinaya penekanan pada struktur

pembuluh darah di uvea (iris dan badan silier). Pembuluh darah yang mengalami gaya regang

dan tekan ini akan mengalami ruptur dan melepaskan isinya ke bilik mata depan (camera

oculi anterior).7

Hifema iatrogenik adalah hifema yang timbul dan merupakan komplikasi dari proses

medis, seperti proses pembedahan. Hifema jenis ini dapat terjadi intraoperatif maupun

postoperatif. Pada umumnya manipulasi yang melibatkan struktur kaya pembuluh darah

dapat mengakibatkan hifema iatrogenik.7

Hifema spontan sering dikacaukan dengan hifema trauma. Perlunya anamnesis

tentang adanya riwayat trauma pada mata dapat membedakan kedua jenis hifema. Hifema

spontan adalah perdarahan bilik mata depan akibat adanya proses neovaskularisasi,

neoplasma, maupun adanya gangguan hematologi.7

1. Neovaskularisasi, seperti pada diabetes melitus, iskemi, maupun sikatriks. Pada

kondisi ini, adanya kelainan pada segmen posterior mata (seperti retina yang

7

Page 8: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

mengalami iskemi, maupun diabetik retinopati) akan mengeluarkan faktor tumbuh

vaskular yang oleh lapisan kaya pembuluh darah (seperti iris dan badan silier) dapat

mengakibatkan pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi). Pembuluh

darah yang baru pada umumnya bersifat rapuh dan tidak kokoh, mudah mengalami

ruptur maupun kebocoran. Kondis ini meningkatkan kerentanan terjadinya perdarahan

bilik mata depan.7

2. Neoplasma, seperti retinoblastoma dan melanoma maligna pada umumnya juga

melibatkan neovaskularisasi3 seperti yang telah dijelaskan pada poin pertama.

3. Hematologi, seperti leukemia, hemofilia, penyakit Von Willebrand yang mana

terjadinya ketidakseimbangan antara faktor pembekuan dan faktor anti-pembekuan.

Dengan demikian terjadi proses kecenderungan berdarah.

4. Penggunaan obat-obatan yang mengganggu sistem hematologi, seperti aspirin dan

warfarin.7

Epidemiologi

Sebagian besar hifema yang terjadi di masyarakat merupakan hifema grade I,

predisposisi pada laki-laki (sekitar 75%), serta insidens tertinggi pada usia sekolah. 40%

hifema yang terjadi terjadi perlekatan dengan stroma iris, sedangkan 10% mengalami

perlekatan dengan endotel kornea.8

Patogenesis

Trauma merupakan penyebab tersering dari hifema. Oleh karena itu hifema sering

terutama pada pasien yang berusia muda. Benda asing dengan kecepatan tinggi akan

menembus seluruh lapisan sclera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai

ke segmen posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.

Dalam hal ini akan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps (lepasnya) iris,

lensa, ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai

jaringan uvea, berupa hifema.4

Trauma tumpul pada kornea atau limbus dapat menimbulkan tekanan yang sangat

tinggi, dan dalam waktu yang singkat di dalam bola mata terjadi penyebaran tekanan ke

cairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis sehingga terjadi perenggangan-

perenggangan dan robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea, badan siliar yang dapat

menimbulkan perdarahan. Perdarahan sekunder dapat terjadi oleh karena resorbsi dari

8

Page 9: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup

untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi.4

Perdarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan primer atau

perdarahan terjadi 5-7 hari setelah trauma yang disebut perdarahan sekunder. Hifema

sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka

sehingga mempunyai prognosis yang lebih buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi

pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada iris, retinoblastoma dan kelainan darah yang

mungkin diakibatkan karena terjadi suatu kelemahan dinding-dinding pembuluh darah . Pada

proses penyembuhan, hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah

merah melalui sudut bilik mata depan atau kanal scelemn dan permukaan depan iris.

Penyerapan melalui dataran depan iris dipercepat oleh enzim proteolitik yang dapat

berlebihan di dataran depan iris.4

Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin

berlebihan di dalam bilik mata depan, dapat terjadi penimbunan pigmen ini ke dalam lapis

kornea. Penimbunan ini menimbulkan kekeruhan kornea terutama di bagian sentral sehingga

terjadi perubahan warna kornea menjadi coklat yang disebut imbibisi kornea.4

Sementara itu darah dalam bilik mata depan tidak sepenuhnya berbahaya, namun bila

jumlahnya memadai maka dapat menghambat aliran humor aquos ke dalam trabekula,

sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder.2,3,4

Gejala Klinis

Pandangan mata kabur

Penglihatan sangat menurun

Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis

Pasien mengeluh sakit atau nyeri

Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme

Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra

Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen

Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan

Pupil tetap dilatasi (midriasis)

Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.

Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea

9

Page 10: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Kenaikan TIO (glukoma sekunder )

Sukar melihat dekat

Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil

Anisokor pupil

Penglihatan ganda (iridodialisis).4

Penatalaksanaan

Walaupun perawatan penderita Traumatic Hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun

pada dasarnya adalah :9

1. Menghentikan perdarahan.

2. Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

3. Mengeliminasi darah dari bilik depan boIa mata dengan mempercepat absorbsi:

4. Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.

5. Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.9

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic

hyphaema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu :9

(A) Perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan

(B) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi

Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi

1. Tirah baring sempurna ( bed rest total):

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepaIa di-angkat

(diberi aIas bantal) kurang dari 60°, Hal ini akan mengurangi tekanan darah

pada pembuluh darah iris serta memudahkan pemeriksa mengevaluasi jumlah

perdarahannya.10,11

2. Bebat mata.

Mengenai pemakian bebat mata, menggunakan bebat mata pada mata yang

terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Akan

tetapi dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebabkan

penderita gelisah, cemas dan merasa tak enak, dengan akibat penderita.

(matanya) tidak istirahat.11

3. Pemakaian obat-obatan:

10

Page 11: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hifema tidaklah

mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat

absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas

digunakan obat-obatan seperti :9,11

(a) Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun

parenteraI, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan,

Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, vit K dan vit

C.10,12

(b) Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan

midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai

keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri: Miotika memang akan

mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika

akan mengistirahatkan perdarahan.

(c) Ocular Hypotensive Drug

Semua sarjana menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox)

secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan

tekanan intraokuler: Bahkan ada yg menganjurkan juga pemakaian

intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan

intraokuler, walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin.

(d) Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi

komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan

antibiotika. pemberian prednison 40mg/hari secara oral segera setelah

terjadinya traumatic hyphaema guna mengurangi perdarahan sekunder.

(e) Obat-obat lain

Sedativa diberikan bilamana penderita gelisah. Diberikan analgetika

bilamana timbul rasa nyeri. . Aspirin dan antiinflamasi nonsteroid

harus dihindari.2,4,9

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan :

11

Page 12: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Glaukoma sekunder yang tidak berkurang/menghilang dengan pengobatan

konservatif

Kemungkinan timbulnya hemosiderosis cornea dan tidak ada pengurangan

dari tingginya hyphaema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari

Tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan hyphaema, dengan tinggi perdarahannya

3/4 bilik depan bola mata. Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau

nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm

dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila

dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar.

Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam

fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentensis tidak perlu dijahit.6,3

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatic hifema adalah perdarahan

sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis, selain komplikasi dari traumanya sendiri

berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina, katarak dan iridodialysis. Besarnya komplikasi juga

sangat tergantung pada tingginya hyphaema.6

1. Perdarahan sekunder.

Komplikasi ini sering terjadi pada hari ketiga sampai keenam. Sedangkan

insidensinya sangat bervariasi, antara 10-40 persen. Perdarahan sekunder ini timbul

karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan

primernya.

2. Glaukoma sekunder.

Timbulnya glaukoma sekunder pada traumatic hyphaema disebabkan oleh

tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah. Residensinya 20

persen. Glaukoma sekunder ini terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu

reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Glaukoma

onset lambat dapat timbul setelah beberapa bulan atau tahun, terutama bila terdapat

penyempitan sudut bilik mata depan lebih dari satu kuadran. Pada sejumlah kasus

yang jarang, bercak darah di kornea menghilang secara perlahan- lahan dalam jangka

waktu hingga satu tahun.

12

Page 13: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

3. Hemosiderosis cornea.

Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai

kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus karena hemosiderosis tidak selalu

permanen, tapi kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (dua

tahun). Insidensinya 1-10 persen.

4. Lain-lain

Hifema pada anak sebaiknya dipikirkan leukemia dan retinoblastoma. Selain itu Zat

Besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan

dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.3

Pencegahan

Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan peralatan

pelindung mata seperti googles. Walaupun trauma mata akibat pembedahan jarang terjadi,

pencegahan dengan asetazolamid intravena dan manitol perlu dilakukan apabila terjadi

peningkatan TIO atau pasien dengan anastesi umum. Hal ini diharapkan bisa mencegah

hifema intra dan post-operatif. Untuk menghindari pendarahan ulang/sekunder, perlu

diberikan pengobatan antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus tertentu.

Prognosis

Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik

mata depan. Bila darah sedikit di dalam bila mata depan, maka darah ini akan hilang dan

jernih dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata

depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang

penuh di dalam bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk di bandingkan

dengan hifema yang hanya sebagian bilik mata.1,6,7

Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan dapat

dipikirkan kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata akibat trauma tersebut,

seperti luksasi lensa, ablasi retina dan edema makula. Hifema sekunder yang terjadi pada hari

ke 5-7 sesudah trauma, biasanya lebih masif dibanding dengan hifema primer dan dapat

memberikan rasa sakit sekali.6

13

Page 14: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

Dapat terjadi keadaan yang disebut emoftalmitis atau peradangan intraocular akibat

adanya darah yang penuh didalam bola mata. Dapat juga terjadi siderosis akibat hemoglobin

atau siderin tersebar dan diikat oleh jaringan mata.3 Prognosa dari hifema sangat bergantung

pada:

Tingginya hifema

Ada/tidaknya komplikasi dari perdarahan/traumanya

Cara perawatan

Keadaan dari penderitanya sendiri

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka

diagnosis kerja dapat ditegakkan bahwa laki-laki berusia 20 tahun menderita hifema OD et

causa trauma tumpul.

Daftar Pustaka

1. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisik pada anak. Edisi II.

Jakarta: CV Sagung Seto. 2003.

2. James B, Chew C, Bron A. Trauma. Dalam: Lecture notes oftamologi. Edisi IX.

Jakarta: Erlangga. 2005. hal. 176-85.

3. Ilyas S. Hifema. Dalam: Ilmu penyakit mata. Edisi III. Jakarta: FKUI. 2010.

4. Ilyas S. Hifema. Dalam: Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata. Cetakan Ke-3.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005.

5. Ilyas S, Yulianti SR. Hifema. Dalam: Ilmu penyakit mata. Edisi V. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI. 2015.

6. Sheppard JD. Hyphema. [Internet]. Updated: 2011 Mar 19, Cited: 2016 Mar 19.

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview.

7. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophtalmology. A systematic approach. Seventh

edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.

8. Crouch JR ER, Crouch ER. Trauma: ruptures and bleeding. In: Tasman W, Jaeger E

Duane’s ophtalmology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

9. Soeroso A. Perdarahan bilik depan bola mata akibat rudapaksa (traumatic hyphaema).

Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSU

Mangkubumen Surakarta. 2014.

14

Page 15: Hifema et causa Trauma Tumpul blok 23

10. Rudolph AM. Buku ajar pediatri Rudolph. 20th Ed. Vol. 3. Jakarta: Penerbit EGC.

2007. hal. 2332.

11. Hyphema (bleeding in eye). Diunduh dari

http://www.emedicinehealth.com/hyphemableedingineye/articleem.htm 19 Maret

2016.

15