Hidrokarbon
-
Upload
yhenni-octaviana -
Category
Documents
-
view
199 -
download
30
Transcript of Hidrokarbon
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ORGANIK DASAR
SENYAWA HIDROKARBON
NAMA : ANNISA NUR KHAERUNI
NIM : H311 12 284
GOLONGAN / KELOMPOK : H5B / XIV
HARI / TANGGAL : SELASA / 23 APRIL 2013
ASISTEN : ASBULLAH AHMAD
LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki
rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah
tersebut digunakan juga sebagai pengertian darihidrokarbon alifatik.
Klasifikasi hidrokarbon yang dikelompokkan oleh tatanama organik adalah:
1. Hidrokarbon jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling sederhana.
Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat dengan
hidrogen. Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah CnH2n+2.
2. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah hidrokarbon yang memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua maupun rangkap tiga. Hidrokarbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua disebut dengan alkena, dengan rumus umum
CnH2n. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna, dengan
rumus umum CnH2n-2.
3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin karbon.
Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah CnH2n.
4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah hidrokarbon yang paling
tidak mempunyai satu cincin aromatik.
Kemampuan hidrokarbon untuk berikatan dengan dirinya sendiri disebut
dengan katenasi, dan menyebabkan hidrokarbon bisa membentuk senyawa-senyawa
yang lebih kompleks, sepertisikloheksana atau arena seperti benzena. Kemampuan
ini didapat karena karakteristik ikatan di antara atom karbon bersifat non-polar.
Hidrokarbon adalah salah satu sumber energi paling penting di bumi.
Penggunaan yang utama adalah sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat,
hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara antara
hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tidak jenuh dan senyawa aromatik.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui larutan senyawa hidrokarbon dalam air dan dietileter.
2. Untuk mengetahui kereaktifan senyawa hidrokarbon.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah kelarutan beberapa senyawa hidrokarbon
yang bersifat nonpolar dengan pelarut polar (air) dan pelarut nonpolar (dietileter)
yang ditandai dengan bercampurnya kedua larutan. Serta reaktifitas senyawa
hidrokarbon dengan beberapa pereaksi KMnO4 dan Br2 / CCl4 yang ditandai dengan
perubahan warna pada larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa organik yang hanya mengandung atom karbon dan hidrogen
disebut hidrokarbon. Hidrokarbon terdapat di alam terutama sebagai gas alam dan
minyak mentah (Crude oil). Gas alam yang mengandung 60-90 % gas metana adalah
bahan bakar yang biasanya dipakai dala rumah tangga (Fessenden, 2010).
Hanya ad satu hidrokarbon yang mempunyai satu atomkarbon yaitu
metana. Hidrokarbon yang lain mengandung dua atau lebih atom karbo yang saling
diikat oleh satu, dua, atau tiga ikatan. Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut
jenis-jeis ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon
yang mempunyai satu ikatan yang dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon
dengan dua atau lebih atom yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga
dinamakan hidrokarbon tak jenuh (Fessenden, 2010).
Karbon-karbon dari suatu hidrokarbondapat brsatu sebagai suatu rantai
atau cincin. Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai
lurus atau yang bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus berarti:
bahwa tiap atom karbon dari alkana akan terikat pada tidak lebih dari dua atom
karbon lain. Suatu rantai cabang alkana mengandung paling sedikit sebuah atom
karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain (Fessenden, 2010).
Hidrokarbon jenuh dengan atom-atom karbon yang membentuk sebuah
cincin disebut sikloalkana. Sikloalkana seringkali disebut sebagai suatu subkelas
dari alkana. Semua rantai terbuka dari alkana yang nonsiklik mempunyai rumus
umum CnH2n+2 dengan n adalah jumlah atom karbonnya (Fessenden, 2010).
Sebuah sikloalkana mengandung dua atom hidrogen lebih sedikit daripada
hidrokarbon rantai terbuka. Sehingga sikloalkana mempunyai rumus umum CnH2n
(Fessenden, 2010).
Oleh karena molekul-molekul alkana hanya mengandung ikatan C-C dan
C-H yang nonpolar, maka gaya tarik-menarik antara molekulnya sangat kecil. Karena
tidak polar, molekul alkana tidak tertarik oleh molekul air. Oleh sebab itu, alkana
tidak larut dalam air. Alkana cair berat jenisnya lebih kecil dari air (B.J. air 1,0
g/mL), sehingga ia akan terapung dalam air. Api yang disebabkan oleh minyak atau
lemak tak dapat dimatikan oleh air karena minyak atau lemak (umumnya empunyai
struktur alkana) akan mengapung di atas air. Air justru akan menyembarkan apinya
(Fessenden, 2010).
Istilah senyawa aromatik sebelumnya dipakai untuk menggambarkan
senyawa dengan aroma tertentu. Dalam kimia organik, istilah tersebut sekarang
mempunyai artin tersendiri, yaitu aromatik dipakai untuk menunjukkan jenis ikatan
untuk senyawa tertentu. Umumnya, walaupun ada kekecualian, senyawa aromatik
adalah senyawa siklik yang digambarkan dengan rumus yang mengandung ikatan
tunggal dan rangkap. Istilah aromatik adalah kebalikan dari alifatik yang
menunjukkan senyawa bukan aromatik seperi alkana (Fessenden, 2010).
Struktur benzena yang sebenarnya adalah suaty hibrida resonansi yang
digambarkkan oleh kekule. Benzena tidak mengandung ikatan tunggal ataupun
rangkap dari karbon-karbon, tetapi keenam elektron π terbagi rata pada enam
karbonnya sehingga panjang ikatan karbon-karbonya sama (Fessenden, 2010).
Oleh karena delokalisasi dari muatan elektron akan menstabilkan struktur,
cincin benzena lebih stabil (energi rendah) daripada hipotesis suatu trienasiklik.
Energi stabilitasi untuk senyawa aromatik disebut energi resonansi, untuk benzena
besarnya 36 kkal/mol (Fessenden, 2010).
Senyawa alkena juga dikenal sebagai parafin, yang berasal dari kata latin
parum afinis yang berarti afinitasnya kecil. Jadi parafin berarti suatu senyawa yang
afinitasnya kecil. Jadi, parafin berarti suatu senyawa yang sukar bereaksi, atau suatu
senyawa yang stabil. Hidrokarbon selain terdapat luas di alam juga dapat dibuat
(disintesis) di laboratorium (Tim Penyusun Kimia Dasar, 2013).
Berdasarkan letak ikatan rangkapdari senyawa hidrokarbon, maka senyawa
diena, digolongkan dalam 3 kelompok yaitu (Tim Penyusun Kimia Dasar, 2013):
1. Ikatan rangkap komulatif atau rangkap terakumulasi, adalah alkadiena yang
mempunyai ikatan rangkap dua yang berurutan/berdampingan dan terletak
pada atom karbon C yang sama.
2. Ikatan rangkap terkonjugasi adalah alkadiena dimana ikatan rangkapnya
terletak bersebelahan dan diselingi satu ikatan tunggal.
3. Ikatan rangkap terisolasi, adalah alkadiena dimana ikatan rangkapnya
berselang dan diantara lebih dari satu ikatan tunggal.
Ikatan terkonjugasi paling banyak dijumpai terutama komponen kimia
bahan alam seperti isopren dan karet alam, akorten (provit A) yang terdapat dalam
buah-buahan yang berwarna kuning, diena yang bersubtitusiyang paling penting
adalah klopen yang berfungsi untuk pembuatan karet sintesis. Dominasi diena
terkonjugasi jika dibandingkan dengan yang lainnya dapat dimengerti dengan ikatan
rangkap yang terkonjugasi itu lebih stabil. Secara umum semakin banyak konjuasi
ikatan rangkap suatu alkena semakin stabil alkena tersebut (Tim Penyusun Kimia
Dasar, 2013).
Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi,
maupun biologis, banyak menghasilkan bagi biota laut dan manusia. Salah satu
pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran dari
beberapa hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa lampau
sebagai dekomposisi bahan-bahan organic dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan.
Minyak bumi berupa cairan kental berwarna hitam yang terdapat dalam cekungan-
cekungan kerak bumi dan merupkan campuran sangat kompleks dari senyawa-
senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon. Dewasa ini terdapat 500 senyawa yang
pernah dideteksi dari suatu cuplikan minyak bumi yang terdiri dari minyak bumi
fraksi berat dan fraksi ringan. Miyak bumi fraksi ringan, komponen utamanya dalah
n-alkana dengan atom C15-17. Sedangkan minyak bumi fraksi berat, komponen
utamanya adalah fraksi hidrokarbon dengan titik didih tinggi. Keberadaan senyawa
hidrokarbon minyak bumi di perairan laut dapat berasal dari berbagai sumber.
Molekul-molekul hidrokarbon dapat merusak membran sel yang berakibat pada
keluarnya cairan sel dan penetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang
hidup di daerah tercemar oleh minyak bumi dan senyawa hidrokarbon akan
mengalami gangguan struktur dan fungsi tubuh. Secara langsung minyak dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen,
keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang
terdapat dalam minyak (Marsaoli, 2004).
Alkana, hidrokarbon sederhana, ditemukan dalam segala bentuk dan
ukuran dan terjadi secara luas di alam. Mereka adalah konstituen utama dari minyak
bumi, campuran kompleks dari senyawa yang meliputi hidrokarbon seperti heksana
dan dekana. Minyak mentah tumpah ke laut dari kapal tanker minyak pecah
menciptakan minyak larut licin di permukaan. Minyak bumi disempurnakan untuk
memproduksi bensin, solar, minyak pemanas rumah, dan segudang senyawa lain
yang berguna (Smith, 1999).
Sikloalkana memiliki rumus molekul CnH2n dan mengandung atom
karbon diatur dalam cincin. Pikirkan sikloalkana sebagai yang dibentuk dengan
menghapus dua atom H dari karbon ujung rantai, dan kemudian ikatan dua karbon
bersama-sama. Sikloalkana sederhana diberi nama dengan menambahkan awalan
cyclo-ke nama alkana asiklik memiliki jumlah yang sama carbons.Cycloalkanes
memiliki 3-6 atom karbon (Smith, 1999).
Alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna yang paling sederhana ialah asetilena
(C2H2), yang merupakan gas penting. Alkuna sering disebut asetilena, bukan nama
IUPAC. Jika ikatan rangkap dua maupun ikatan rangkap tiga terdapat pada rantai
induk, maka akhirnya menjadi enuna, Penomoran dilakukan sedemikian sehingga
pasa ikatan-ikatan rangkap dua dan tiga diberikan angka terendah yang mungkin,
Apa bila masing-masing golongan itu dapat diberi angka yang sama, maka –ena yang
didahulukan untuk mendapat angka yang lebih rendah (James B, 2013).
Gas alam yang 60-90 % ialah metana (persentase bergantung sumbernya),
terbentuk oleh peluruhan anerobik (peluruhan tanpa adanya udara) tumbuhan.
Minyak bumi (petroleum) terbentuk dari peluruhan tumbuhan dan hewan, yang
agaknya berasal dari laut. Minyak bumi mentah, atau minyak mentah, adalah
campuran rumit senyawa alifatik dan aromatik, termasuk pula senyawa sulfur dan
nitrogen (1-6%). Memang lebih dari 500 senyawa pernah terdeteksi dalam suatu
cuplikan minyak bumi. Komposisi sebenarnya berbeda-beda dari sumur ke sumur
(James B, 2013).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah n-Heksana,
Sikloheksana, Etil Asetoasetat, Dietil Eter, Parafin, Toluen, Benzena, KMnO4 0,1 M,
Br2 / CCl4 5 %, aquades, tisue, dan sabun.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percbaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,
pipet tetes, gelas piala, kaki tiga, kasa dan lampu spiritus.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Kelarutan Hidrokarbon
Disiapkan dua buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 0,5 mL
air dan 0,5 mL dietil eter. kemudian ditetesi setetes demi setetes larutan n-heksana (
± 10 tetes). Lalu dikocok dan perhatikan kelarutannya. Kemudian diulangi percobaan
dengan menggunakan sikloheksana, benzena, toluen, dan parafin.
3.3.2 Kereaktifan Senyawa Hidrokarbon
Disiapkan lima buah tabung reaksi masing-masing diisi masing-masing 1,0
mL (n-heksana, sikloheksana, benzena, toluena, parafin, dan etilasetoasetat), lalu
ditambahkan satu tetes larutan KMnO4 0,1 M. Kemudian dikocok lalu dipanaskan
dan diamati perubahan yang terjadi. Kemudian diulangi percobaan dengan mengganti
KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes larutan Br2 / CCl4 5 %.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamaan
a. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon
Senyawa
Hidrokarbon
Kelarutan
(air)
Kelarutan
(dietil eter)keterangan
n-Heksana 2 fase 1 fase Tidak larut Larut
Sikloheksana 2 fase 1 fase Tidak larut Larut
benzena 2 fase 1 fase Tidak larut Larut
Toluena 2 fase 1 fase Tidak larut Larut
Parafin 2 fase 1 fase Tidak larut Larut
b. Reaksi Senyawa Hidrokarbon
Senyawa
Hidrokarbon
Perubahan yang terjadi Keterangan
KMnO4 0,1 M Br2 / CCl4 5 % KMnO4
0,1 M
Br2 / CCl4
5 %Sebelum
dipanaskan
Setelah
dipanaskan
Sebelum
dipanaskan
Setelah
dipanaskan
n-HeksanaTidak
berwarna
Tidak
berwarnaMerah Bening
Tidak
bereaksiBereaksi
SikloheksanaTidak
berwarna
Tidak
berwarnaMerah
Kuning
keruh
Tidak
bereaksiBereaksi
benzenaTidak
berwarna
Tidak
berwarnaMerah Merah
Tidak
bereaksi
Tidak
bereaksi
ToluenaTidak
berwarna
Tidak
berwarnaMerah
Kuning
keruh
Tidak
bereaksiBereaksi
ParafinTidak
berwarna
Tidak
berwarnaMerah
Kuning
bening
Tidak
bereaksiBereaksi
Etil asetoasetat Hijau kecoklatan Hijau Bereaksi Bereaksi
+ KMnO4
+ KMnO4
CH3
+ KMnO4
4.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 - CH2 – CH3 + KMnO4
O O O O׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀
CH3 – C – CH2 – C – OC2H5 + KMnO4 CH3 – C – CH2 – C –CH2-C2H5 +
MnO2
CH3 – CH2 – CH2 - CH2 – CH3 + Br2 CH3 – CH2 – CH2 - CH2 – CH2Br +
HBr
O O O O׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀ ׀ CH3 –C –CH2–C–OC2H5 + Br2 CH3 – C – CH2 – C – OBr + C2H5Br
4.3 Pembahasan
Pada prosedur uji kelarutan senyawa hidrokarbon, beberapa sampel
senyawa hidrokarbon yang dgunakan yaitu n-Heksana, Sikloheksana, Parafin,
Toluena, dan Benzen akan dilarutkan ke dalam 2 jenis pelarut yaitu air dan Dietil
Eter.
Saat n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena dilarutkan
dalam air, larutan yang terbentuk membentuk 2 fase dan tidak saling melarutkan. Hal
ini disebabkan karena n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena
adalah senyawa yang bersifat nonpolar sedangkan air adalah pelarut polar sehingga
membuktikan bahwa air tidak dapat melarutkan n-Heksana, Sikloheksana, Parafin,
Toluena, dan Benzena. Pada saat terjadi dua fase, air berada pada bagian bawah dan
n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena berada pada bagian atas.
Perbedaan kedudukan ini disebabkan karena air memiliki berat jenis molekul yang
lebih besar daripada senyawa hidrokarbon.
Kemudian saat n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena
dilarutkan dalam Dietil eter, larutan yang terbentuk membentuk 1 fase dan saling
melalrutkan. Hal ini dikarenakan Dietil eter adalah pelarut nonpolar sehingga dapat
melrutkan senyawa nonpolar yaitu n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan
Benzena. Hal ini membuktikan bahwa n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena,
dan Benzena dapat larut dalam Dietil eter.
Pada prosedur uji kereaktifan senyawa hidrokarbon, beberapa sampel
senyawa hidrokarbon yang dgunakan yaitu n-Heksana, Sikloheksana, Parafin,
Toluena, dan Benzena serta Etil Asetoasetat sebagai pembanding, akan direaksikan
dengan 2 jenis pereaksi yaitu KMnO4 0,1 M dan Br2 /CCl4 5 %.
Saat direaksikan n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, Benzena, dan
Etil Asetoasetat dengan KMnO4, tidak terjadi perubahan pada larutan n-Heksana,
Sikloheksana, Parafin, Toluena, Benzena yang telah ditambahkan dengan KMnO4
dan dipanaskan selama beberapa menit, baik itu perubahan warna maupun
terbentuknya endapan. Hal ini membuktikan bahwa n-Heksana, Sikloheksana,
Parafin, Toluena, dan Benzena tidak mengalami reaksi terhadap KMnO4. Sedangkan
pada Etil asetoasetat yang direaksikan denga KMnO4 terjadi perubahan warna
menjadi larutan berwarna hijau kecoklatan dan terdapat sebuk-serbuk yang
menempel pada dinding tabung reaksi. Ini membuktikan Etil asetoasetat sebagai
larutan pembanding dapat dioksidasi oleh KMnO4.
Kemudian n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, Benzena, dan Etil
Asetoasetat direaksikan dengan Br2 / CCl4 5 %. Etil asetoasetat langsung bereaksi
dengan Br2 / CCl4 5 % membentuk larutan yang berwarna hijau. Untuk n-Heksana,
Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena, sebelum dipanaskan n-Heksana,
Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena menjadi warna merah tapi ini bukan
berarti n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena bereaksi tetapi
warna merah ini berasal dari warna merah larutan Br2. Kemudian n-Heksana,
Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena yang telah dicampurkan dengan Br2 /
CCl4 5 % dipanaskan selama 10 menit untuk memicu kecepatan reaksi yang terjadi
pada ke lima lruta tersebut. Dan setelah dipanaskan, barulah terjadi reaksi. Pada n-
Heksana berubah menjadi warna bening, Sikloheksana menjadi warna kuning keruh,
Parafin menjadi warna kuning bening, dan pada Toluena berubah menjadi warna
kuning keruh. Tetapi pada Benzena tetap tidak terjadi perubahan yang menandakan
bahwa benzene juga bereaksi. Warna pada benena tetap merah. Hal ini disebabkan
karena benzena memiliki kestabilan molekul yang lebih besar dibanding n-Heksana,
Sikloheksana, Parafin, dan Toluena walaupun benzena memiliki 3 buah ikatan
rangkap 2. Ikatan rangkap 2 yang terkonjugasi pada benzena mengalami delokalisasi.
Sehingga benzena membutuhkan sebuah katalis agar dapat bereaksi sperti FeCl3.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa air tidak
dapat melarutkan senyawa non polar seperti n-Heksana, Sikloheksana, Parafin,
Toluena, dan Benzena. Senyawa nonpolar hanya bisa dilarutkan dalam pelarut
nonpolar juga seperti Dietil Eter.
n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, Toluena, dan Benzena tidak dapat
bereaksi dengan KMnO4. n-Heksana, Sikloheksana, Parafin, dan Toluena dapat
bereaksi dengan Br2 kecuali benzena.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya sirkulasi udara dalam ruang laboratorium diperhatikan dengan
baik karena untuk senyawa yang berbau tajam seperti pada percobaan senyawa
halogen organik harus ada saluran udara yang lancar agar bau dari larutan tidak
memenuhi ruangan dan dapat menyebabkan resiko yang fatal.
5.2.2 Saran untuk Percobaan
Sebaiknya waktu yang digunakan selama praktikum diefisiensikan.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, Selasa 23 April 2013
Asisten Praktikan
Asbullah Ahmad Annisa Nur Khaeruni
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 2010. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara : Jakarta
James B, Pine., 1980, Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Marsaoli, Muhajir, 2004, Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik, dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Makara, Sains, (8): 116-122.
Smith, Janice Gorzynski, 1999, Organic Chemistry, McGraw-Hill, Manoa.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2013, Kimia Organik, Universitas Hasanuddin, Makassar.