Tugas Geokimia Hidrokarbon

download Tugas Geokimia Hidrokarbon

of 13

description

Geokimia hidrokarbon

Transcript of Tugas Geokimia Hidrokarbon

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    TUGAS

    GEOKIMIA HIDROKARBON

    Disusun Oleh :

    Muhammad Frasetio Pambudi

    21100112130042

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    MEI 2015

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    ANALISIS BATUAN INDUK SUMUR DIPA -1 DAN DIPA -5 DI

    CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

    1. Geologi Regional

    Cekungan Sumatera Selatan terbentuk dalam wilayah Indonesia bagian

    barat dan merupakan salah satu cekungan sedimen belakang busur Tersier yang

    berada pada zona antara Paparan Sunda dan busur dalam volkanik. Secara

    umum daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan, Sub-

    Cekungan Jambi, yang berada di sayap utara Depresi Jambi (de Coster, 1974).

    Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan Tersier berarah

    baratlaut-tenggara yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah

    baratdaya, timur laut oleh Paparan Sunda, Tinggian Lampung di sebelah

    tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan cekungan Sunda, serta

    Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah baratlaut yang

    memisahkan Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

    Pola perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Selatan sangat

    dipengaruhi oleh sesar mendatar dekstral Sumatera yang terjadi akibat

    subduksi Lempeng Hindia terhadap Lempeng Mikro Sunda. Cekungan ini

    sendiri terbentuk oleh pola-pola tektonik mendatar konvergen selama

    orogenesa Kapur Akhir-Tersier Awal yang menghasilkan pull-apart basins (de

    Coster, 1974).

    Daerah Jabung dan seluruh Sub-Cekungan Jambi merupakan target

    besar dalam eksplorasi sejak tahun 1990. Daerah ini merupakan bagian dari

    cekungan sedimentasi Tersier Sumatera Selatan yang merupakan salah satu

    fokus eksplorasi gas disamping aktivitas eksplorasi minyak bumi yang sudah

    dalam kategori sebagai lahan matang. Penemuan hidrokarbon hampir

    seluruhnya diperoleh dari perangkap struktural (konvensional). Pencarian

    prospek konvensional saat ini menjadi semakin sulit, terutama prospek-

    prospek berskala besar. Bertindak sebagai batuan reservoir utama adalah

    batupasir Formasi Talang Akar, batupasir Formasi Gumai, batupasir Formasi

    Air Benakat, obyek pra-Formasi talang Akar, dan batuan dasar yang saat ini

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    merupakan obyek baru untuk eksplorasi gas. Batuan metasedimen pra-Talang

    Akar disetarakan dengan Formasi Lahat sedangkan batuan dasar umunya

    berupa reservoir rekah, batuan beku, dan metamorfik. Secara konvensional

    pemahaman batuan induk di Sub-Cekungan Jambi berasal dari serpih/lempung

    Formasi Talang Akar. Mekanisme pemerangkapan dan migrasi dikontrol oleh

    aktivitas tektonik yang menghasilkan perlipatan, patahan, dan konfigurasi

    batuan dasar terutama pada Plio-Peistosen.

    Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974)

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    Gambar 2. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974)

    2. Karakteristik Formasi

    Pemboran yang dilakukan meliputi 3 formasi yaitu Formasi Gumai ,

    Formasi Baturaja dan Formasi Talang Akar,berikut penjelasan dari masing

    masing formasi:

    a. Formasi Talang Akar

    Formasi Talang Akar terdiri dari batulanau, batupasir dan sisipan

    batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi.

    Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur Oligosen Akhir

    hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat.

    Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan

    batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir

    dan serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m 850 m.

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    b. Formasi Baturaja

    Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Fm. Talang Akar

    dengan ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari

    batugamping, batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping

    serpihan, serpih gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska dan

    koral. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral-neritik dan berumur

    Miosen Awal.

    c. Formasi Gumai

    Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja

    dimana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan

    Sumatera Selatan. Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan

    dengan sisipan batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian

    atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih.Ketebalan formasi

    ini secara umum bervariasi antara 150 m - 2200 m dan diendapkan pada

    lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur Miosen Awal-Miosen

    Tengah.

    3. Kualitas dan Kuantitas

    Kualitas dari batuan induk dapat dilihat dari nilai TOC (Total Organic

    Carbon), semakin besar nilainya maka semakin bagus kualitasnya, nilai

    minimum TOC suatu batuan untuk membentuk hidrokarbon adalah 0,5 %.

    Berdasarkan hasil dari cross section pada hasil analisis geokimia di dua sumur

    tersebut Formasi yang memiliki potensi hidrokarbon yang baik yaitu terdapat

    pada formasi Lower Talang Akar Formation yang terlihat pada sumur Dipa

    5 dengan produk yang dihasilkan berupa gas dan kekayaan dari material

    organiknya fair - good dan juga Lower Gumai Formation pada sumur Dipa -5

    dengan produk yang dihasilkan berupa oil & gas dan kekayaan dari material

    organiknya fair.

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    (a) (b)

    Gambar 3.(a) diagram TOC vs PY yang menunjukan kekayaan serta potensi

    hidrokarbon (b) diagram TOC vs HI yang menunjukan produk yang dihasilkan dan

    kekayaan hidrokarbon

    Kuantitas dari hidrokarbon yang dihasilkan dilihat dari nilai Hidrogen

    Indexnya, semakin banyak komposisi Hidrogennya maka produk yang

    dihasilkan semakin banyak, menurut Waples (1985) nilai Hydrogen index

    dibawah 150 mg HC/TOC dapat menghasilkan gas dalam jumlah kecil

    sedangakan nilai Hidrogen index dibawah 191 mg HC/TOC dapat

    menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah kecil, berdasarkan diagram pada

    gambar 3. Menunjukan bahwa formasi yang memiliki kuantitas terbesar dan

    terbaik untuk mengasilkan hidrokarbon berupa minyak yaitu Lower Gumai

    Formation dengan nilai Hydrogen Index 300 600 mg HC/TOC. Sedangkan

    pada Lower Talang Akar Formation produk yang dihasilkan berupa gas

    (dominan) karena nilai Hydrogen Index nya rendah berkisar 130 250 mg

    HC/TOC.

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    4. Tipe Kerogen dan Lingkungan Pengendapan

    Lingkungan pengendapan dan asal material organik terutama dapat

    dilihat dari tipe kerogennya, pembagiaanya menjadi tipe I, tipe II dan tipe

    III.

    Secara keseluruhan tipe kerogennya berkisar pada tipe II dan tipe

    III. Tipe II itu material organiknya berasal dari alga, kutikula, resin, spora

    dan polen sedangkan tipe III asal material organiknya berasal dari tumbuhan

    darat yang dicirikan dengan hydrogen contents yang rendah. Berdasarkan

    prospeksi formasi sebelumnya yang sudah lebih fokus pada 2 formasi utama

    yaitu Lower Talang Akar Formation (LTAF) dan Lower Gumai Formation

    (LGUF). Bila dilihat dari tipe kerogennya maka pada LGUF termasuk

    kedalam tipe II sampai tipe III sedangkan pada LTAF dominan termasuk

    kedalam tipe III. Bila dikaitkan dengan jenis litologinya memang pada

    LTAF litologinya berupa batupasir kasar, serpih dan batubara dan pada

    LGUF litologinya berupa serpih gampingan. Untuk lingkungan

    pengendapannya sendiri pada formasi LTAF diendapkan di daerah

    terrestrial sampai deltaic sedangakn pada LGUF lebih menjorok lagi ke

    arah shelf hal ini didukung terutama oleh nilai dari Hydrogen Index yang

    tinggi.

    Gambar 4. Asal material organik berdasarkan tipe kerogen

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    Gambar 5. Diagram Indeks Hidrogen Vs Indeks Oksigen

    Selain itu, penentuan lingkungan pengendapan dapat dikorelasikan

    dengan model dari (Brooks,1985) seperti pada gambar 6, dimana bila

    dihubungkan dengan data yang dimiliki maka lingkungan pengendapan

    untuk LTAF yaitu berada di daerah lagoonal, deltaic dan coastal swamp.

    Untuk LGUF lingkungan pengendapannya yaitu berada di daerah shelf.

    Gambar 6. Lingkungan Pengendapan (Brooks,1985)

    LTAF LGUF

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    5. Kematangan batuan induk

    Kematangan batuan induk terutama dapat dilihat dari nilai

    temperatur (Tmax), kisaran suhu suatu hidrokarbon dikatakan matang yaitu

    sekitar 435 465 derajat celcius lebih dari itu atau kurang dari itu maka

    hidrokarbon dinyatakan terlalu matang dan belum matang.

    Secara umum hidrokarbon pada setiap formasi belum matang

    berdasarkan diagram vitrinite reflectance vs kedalaman kecuali pada

    diagram Tmax vs HI hanya formasi LTUF saja yang sudah matang,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa antara formasi LTUF dan LGUF untuk

    parameter kematangan lebih baik LTUF karena sudah matang meskipun itu

    hanya dilihat dari diagram Tmax vs HI tapi diagram inilah yang paling

    representatif dalam penentuan kematangan suatu batuan.

    (a) (b)

    Gambar 7. Diagram yang menunjukan kematangan batuan induk (a)Diagram Ro Vs Depth (b)

    diagram Tmax vs HI

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    6. Migrasi

    Kembali pada penciri awal yang menunjukan terjadinya migrasi yaitu ada

    beberapa seperti :

    1. Nilai S1 tinggi

    2. Tmax Rendah

    3. Nilai S1/%TOC tinggi

    4. Nilai S1/ (S1+S2) tinggi

    Berdasarkan parameter tersebut dapat dicocokan dengan gambar 8, dapat

    disimpulkan bahwa belum terjadi migrasi baik itu migrasi masuk masuk maupun

    migrasi keluar, hal ini dikarenakan parameter parameter untuk terjadinya suatu

    migrasi belum tercapai.

    Gambar 8. Diagram HI Vs OPI

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    Gambar 9. Diagram Dipa -1

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    Gambar 10. Diagram Dipa -5

  • MUHAMMAD FRASETIO PAMBUDI (21100112130042) 2015

    7. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dari perbandingan antara beberapa diagram dapat

    disimpulkan menjadi 2 kesimpulan utama :

    1. Lower Gumai Formation memiliki kekayaan organic fair, produk yang

    dihasilkan berupa oil & gas, Hydrogen Index 300 600 mg HC/TOC,

    tipe kerogen dari LGUF termasuk kedalam tipe II sampai tipe III,

    lingkungan pengendapan LGUF yaitu berada di daerah shelf.

    Hidrokarbonnya belum matang.

    2. Lower Talang Akar Formation memiliki kekayaan organic fair good,

    produk yang dihasilkan berupa gas, Hydrogen Index 130 250 mg

    HC/TOC, tipe kerogen dari LTAF termasuk kedalam tipe III,

    lingkungan pengendapan LTAG berada di daerah deltaic.

    Hidrokarbonnya sudah matang

    Sehingga untuk yang paling prospek pengembangannya untuk saat ini yaitu

    Lower Talang Akar Formation, meskipun produk yang dihasilkannya hanya berupa

    gas namun hidrokarbonnya sudah matang (berdasarkan Tmax).