Hidraulic System
-
Upload
mrdknowledge -
Category
Documents
-
view
2.423 -
download
0
Transcript of Hidraulic System
BAB IV
HYDRAULIC SYSTEM PADA WHEEL LOADER
4.1 Pengertian Wheel Loader.
Wheel loader merupakan jenis alat berat pemuat material hasil dari galian atau
stockpile yang tidak dapat langsung dipindahkan kealat angkut ataupun alat lainnya.
wheel loader juga dapat difungsikan sebagai alat pengerjaan pada umumnya mulai dari
clearing ringan, menggusur, ataupun menggali dangkal.
Jenis wheel loader pun dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan alat kendali,
operasional dan kegunaannya yaitu :
a. Berdasarkan sistem kendali dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a.1. Cable Controlled.
Sistem penggerak attachment menggunakan kabel.
a.2. Hydraulic Controlled
Sistem penggerak attachment menggunakan hidrolis.
b. Berdasarkan roda penggeraknya loader juga dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
b.1. Crawler Loader.
Roda penggerak utama menggunakan set rantai.
b.2. Wheel Loader.
Roda penggerak utama menggunakan ban karet
c. Berdasarkan sistem kemudi wheel loader juga dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
c.1. Sistem Rear Steer.
Menggunakan alat kemudi yang penggeraknya berada pada ban belakang.
c.2. Articulated Wheel Loader.
Menggunakan alat kemudi dengan bagian penggeraknya ada pada bagian
depan atau bucket dapat dibelokkan hingga membuat sudut 40º derajat
dari sumbu tengah alat secara keseluruhan.
Stabilitas posisi alat, pada saat loader bekerja pun dihitung berdasarkan keadaan :
a. Loader bekerja pada permukaan tanah yang keras dan statis.
b. Unit alat bekerja pada standar operasinya.
c. Bucket dalam posisi miring kebelakang.
d. Bucket pada posisi memuat maksimal kedepan.
Stabilitas loader pun dihitung berdasarkan SAE Standart ( Society Automotive
Engineer ) yang menyatakan bahwa :
a. “Dari Static Tipping Load yang tersedia pada alat, maka kemampuan angkat
operasinya ( operating load ) dapat diambil sebesar 50% dari static tipping load
untuk wheel loader”.
b. Sedang untuk crawler loader diambil 35% dari static tipping load alatnya.
Perhitungan stabilitas alat ini amatlah penting untuk mengikuti standar
keselamatan kerja yang ada, mencegah dari tergulingnya loader pada saat dioperasikan
juga mencegah faktor - faktor lain yang kemungkinan besar dapat terjadi.
4.2 Cara Kerja Hydraulic System Pada Wheel Loader.
Sebelum mengulas kedalam proses cara kerja dari sistem hidrolis yang terdapat
pada attachment system maka ada beberapa pengertian urutan proses kerja yang biasanya
dilakukan oleh wheel loader dalam melaksanakan pekerjaannya dan urutan ini berkaitan
dengan cara kerja sistem hidrolis, seperti dalam hal memindahkan material antar stockpile
yaitu :
a. Menurunkan bucket stockpile mendorong kedepan untuk memuat atau menggusur
lalu mengangkat bucket, untuk membawa muatan lalu membuang muatan.
b. Mengangkat bucket lalu kembali pada posisi stockpile lalu mengulangi point 1.
Ada beberapa teknik proses kerja dalam memindahkan material kealat angkut :
a. “V” Loading .
Cara pemuatan material yang dilakukan dengan cara membentuk lintasan seperti
bentuk huruf V.
b. Back Loading
Posisi truk berada dibelakang loader, kemudian dibuat seperti membuat garis
tegak lurus.
c. Cross Loading.
Cara pemuatan dengan truk juga ikut aktif, overhead loading dengan loader
khusus karena bucket dapat digerakkan melintasi diatas kabin operator.
Maka dapat diketahui tidak hanya dari urutannya akan tetapi berpengaruh juga terhadap
sistem hidrolis yang terdapat pada wheel loader tersebut, adapun urutan kerja yang
terdapat pada dalam sistem hidrolis yang ada pada wheel loader yaitu :
a. Dari putaran Main Engine kemudian dirubah putarannya oleh alat Torque
Converter untuk menggerakkan Hydraulic Pump/ Oil Pump seperti tampak pada
gambar 4.2.1
4.2.1.
b. kemudian menghisap minyak yang ada pada Oil Tank dan mendorong untuk
menekan laju fluida melalui pipa yang terinstalasi seperti tampak pada gambar
4.2.2.
4.2.2.
b.1. Pada oil tank ass’y juga terdapat oil filter ass’y yang berfungsi sebagai
filter dari cairan yang digunakan, bypass valve sebagai katup aliran
langsung dari oil filter, dan oil level gauge yang berfungsi sebagai alat
pengukur ketinggian permukaan fluida yang dalam hal ini Hydraulic Oil.
c. Laju tekanan aliran fluida yang terjadi diteruskan pada instalasi pipa hidrolis
menuju ke control valve seperti tampak pada gambar 4.2.3
4.2.3.
d. Pada control valve unit ass’y terdapat inlet section dimana tekanan
laju tekanan
fluida masuk dan untuk diteruskan menuju ke plunger section seperti tampak
pada gambar 4.2.4.
4.2.4.
e. Tekanan Fluida yang ada pada inlet section akan diteruskan ke plunger section
seperti tampak pada gambar 4.2.5.
4.2.5.
f. setelah melalui inlet section ( gambar 4.2.5 ) tekanan fluida yang terjadi
diteruskan pada plunger section ( gambar 4.2.6 ) dan akan tertahan sebelum tuas
pengatur yang ada pada shovel control ( gambar 4.2.7 ) dioperasikan.
4.2.6.
Tempatkan gambar shovel control
g. Sebelum aliran fluida diteruskan pada hidraulic lift ataupun tilt cylinder saat
shovel control ( gambar 4.2.7. ) dioperasikan, maka laju tekanan fluida akan
melalui relieve valve dan anti void valve yang berguna sebagai pengimbang
tekanan yang terjadi apabila beban pada attachment system tersebut berlebih atau
dapat dikatakan saat terjadinya proses pengangkatan beban, dan perubahan jumlah
beban pada saat terjadinya proses kerja .
4.2.8.
h. Relief valve pada gambar 4.2.8. berfungsi sebagai katup pelepas tekanan aliran
laju fluida yang terjadi, katup ini akan berfungsi apabila tekanan yang terjadi
melebihi batas yang ditentukan ( over pressure ), kemudian aliran tersebut
diarahkan kembali pada oil tank.
i. Anti void valve pada gambar 4.2.9. berfungsi sebagai katup yang mencegah
terjadinya arus balik tekanan aliran fluida agar tidak terjadinya loss pressure pada
saat terjadinya proses pembebanan.
4.2.9.
j. pada proses terakhir laju aliran tekanan fluida akan masuk pada bagian hydraulic
lift ataupun tilt cylinder ( seperti gambar 4.2.10. dan 4.2.11. ) melalui instalasi
pipa hidrolis untuk menggerakkan attachment system yang terdapat pada loader
untuk proses pengangkatan dan penahan beban yang terjadi pada saat proses
kerja.
k. Selain sistem utama pada hidraulic system terdapat juga sistem
pendukung lainnya yang memakai pneumatic system, yaitu :
k.1. Kick Out System
Alat pada gambar 4.2.12. ini berfungsi sebagai sistem pendukung pada
saat Attachment System bekerja yaitu dengan memberikan momen kejut
awal saat proses pengangkatan beban.
k.2. Auto Leveller System
Alat ini ( gambar 4.2.13. ) berfungsi sebagai batang pengatur level tinggi
rendahnya sudut yang dibuat oleh attachment system saat digerakkan oleh
batang hidrolis, alat ini bekerja berdasarkan azas switch yang membatasi
tinggi redahnya sudut yang terjadi pada attachment system secara
otomatis.
Dapat dilihat pada proses kerja diatas semua proses ini saling bertautan sesuai
dengan proses kerja yang dilakukan. Maka dapat dikatakan semua assembling parts yang
ada pada hydraulic system dapat dijabarkan melalui proses kerja yang dibutuhkan,
adapun urutannya terdiri dari :
a. Hydraulic Pump Ass’y.
b. Oil Tank.
c. Hydraulic Hose dan Piping Set.
d. Shovel Control.
e. Control Valve Ass’y.
e.1. Inlet Section.
e.2. Plunger Section.
e.3. Relieve Valve.
e.4. Anti Void Valve.
f. Hydraulic Lift Cylinder.
g. Hydraulic Tilt Cylinder.
h. Kickout Ass’y.
i. Auto leveller System.
j. Attachment System dan Shovel.
4.3. Diagram Alir
Dari urutan part yang ada diatas dapat dilihat melalui diagram alir sederhana dari
langkah kerja yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.3.1 Diagram alir hydraulic
system.
Gambar 4.3.1. Diagram Alir Furukawa Loader
Atau dapat digambarkan secara sederhana yaitu :
Gambar 4.3.2. Diagram Alir Sederhana
4.4. Hydraulic Parts Maintenance dan Troubleshooting.
Untuk maintenance dan Troubleshooting dari daftar parts yang telah dituliskan
diatas biasanya dilakukan dengan menggunakan Part Manual book ataupun maintenance
Guide book yang biasanya disertakan pada unit alat tersebut.
Pada part maintenance ataupun troubleshooting yang di hadapi, maka ada
beberapa tindakan preventif yang biasanya dilakukan oleh beberapa perusahaan hal ini
dilakukan agar perusahaan dapat mengefisiensikan budget ataupun waktu dan tenaga
yang di butuhkan yaitu dengan mengatur produktivitas kerja dari alat tersebut diatas
adapun ketetapan pengaturan produktivitas kerja alat tersebut diatas yaitu mengenai:
1. Mengukur faktor keamanan kerja.
2. Faktor kapasitas ukuran, berat dan jenis bucket yang digunakan yaitu:
a. Heavy duty bucket untuk pekerjaan berat misalnya menggali batu
ataupun hasil tambang.
b. Medium duty bucket untuk pekerjaan sedang misalnya menggali
kerikil, atau lempung.
c. Light duty bucket untuk pekerjaan ringan seprti tanah lempung,
pasir ataupun Lumpur.
3. Faktor kondisi kerja / efisiensi alat mulai dari jenis tanah., jarak,
kecepatan operator, lingkunan kerja, kondisi awal dari alat yang
digunakan.
4. Faktor cycle time (siklus waktu) pengoperasian alat baik itu fixed time
ataupun variable time.
a. Raise Time
Yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket dari
posisi dasar keatas permukaan tanah (dalam detik)
b. Lower Time
Yaitu waktu yang diperlukan untuk menurunkan bucket kosong
dari posisi tertinggi hingga posisi yang ditentukan (dalam detik)
c. Dump Time
Yaitu waktu yang di perlukan untuk menggerakkan bucket dari
posisi muat maksinal untuk membuang muatan / dump (dalam
detik)
Apabila telah di tentukan faktor – faktor tersebut diatas maka dapat dikatakan
bahwa perawatan telah dilakukan, karena tindakan preventif dari terjadinya
troubleshooting sepeti halnya: patah pada attachmentnya system, kerusakan – kerusakan
fisik pada part utama, bagian – bagian pendukung ataupun kerusakan keseluruhan sisten
hidrolis dapat di elemir atau paling tidak dapat di minimalisir sehingga cost maupun
waktu menjadi lebih efisien (terkecuali terjadinya force majeur atau karena faktor alam),
begitupun faktor keselamatan kerja yang lebih tinggi di bandingkan sebaiknya.
Adapun cara maintenance yang secara umumnya digunakan terbagi 2 yaitu :
1. Maintenance by replacement.
Perawatan dengan menggunakan cara mengganti suku cadang yang telah rusak
2. Maintenance by repairing.
Perawatan dengan menggunakan cara memperbaiki suku cadang yang masih
dapat diperbaiki atau masih dapat masuk dalam kategori kerusakan temporer.
Berikut merupakan tabel Maintenance dan Trobleshooting yang biasa digunakan
pada seri Furukawa Loader FL230 :
Berikut merupakan contoh laporan kerja yang telah selesai dilakukan oleh PT.
Allbest untuk penggantian dua part yang menyebabkan adanya gejala kebocoran pada
instalasi sistem pemipaan dan mengambil langkah penggantian part dikarenakan kondisi
part tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan.
BAB V.
KESIMPULAN.
Maka dapat disimpulkan bahwa
a. pengetahuan dasar akan sistem hidrolis merupakan mutlak
apabila aplikasi tersebut digunakan pada lingkungan dimana kita
hidup ataupun bekerja, mulai dari penjenisan alat berat ataupun
teknologi yang menggunakan system tersebut.
b. Pada hal perawatan dan perbaikan kerusakan dapat dikatakan
bahwa hal tersebut bukan hanya tindakan yang dilakukan atas
dasar terjadinya kasus akan tetapi merupakan hal yang harus
dilakukan terus menerus agar kontinuitas dalam menggunakan
alat tersebut dapat berlangsung lama sehingga dapat mengurangi
biaya dalam hal perbaikan.
c. Safety work procedure amatlah penting demi menjaga
keselamatan jiwa pengguna ataupun mahluk hidup
disekelilingnya sehingga bukan hanya perawatan ataupun
perbaikan yang dilakukan akan tetapi banyak hal yang harus
diperhitungkan secara matang sebelum kita mengoperasikan alat
terxsebut demi tujuan kepentingan penggunanya.
d. Dalam hal perbaikan dan perawatan yang mengacu pada dua cara
yaitu : penggantian part yang telah rusak dan perbaikan part yang
masih dalam batas toleransi maksimum untuk hal kerusakan,
semua hal ini bergantung pada ketetapan ketetapan yang telah
dibuat oleh pemanufactur alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA