Hernia Femoralis Referat
description
Transcript of Hernia Femoralis Referat
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan salah satu kasus bedah yang pada umumnya sering
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi.
Hernia adalah pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Hernia
merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeuretik dinding perut. Hal ini lebih terlihat
ketika otot-otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut.
Setiap kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk
penyakit hernia misalnya kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan berusaha
untuk buang air besar.1
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi
kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut disebut hernia
irreponibel. Biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia disebut hernia akreta, yang tidak memberikan keluahan rasa nyeri dan
tanda sumbatan usus. Apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang
menyebabkan isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut dan
dapat menyebabkan gangguan passase usus atau vaskularisasi maka disebut hernia
inkarserata atau strangulata. Hernia inkarserata lebih dikhususkan pada hernia
irreponibel yang disertai gangguan passase usus sedangkan hernia strangulata
merupakan hernia irreponibel yang disertai dengan gangguan vaskularisasi.2
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya hernia
diafragma, hernia inguinal, hernia umbilikal, hernia femoral. Hernia Femoralis,
meskipun hanya meliputi 10 persen seluruh hernia daerah lipat paha (groin hernia),
merupakan suatu keadaan patologis yang sangat penting karena sekitar 40% penderita
penyakit ini datang ke rumah sakit dalam keadaan emergensi dengan strangulasi atau
inkarserasi. Penderita – penderita semacam ini memiliki angka mortalitas yang besar
sekitar 20%, bahkan bisa mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami
nekrosis.3
1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi 4,7
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Hernia adalah tonjolan (protusion) dari organ intra peritoneal keluar dari
rongga perut melalui lubang (defek) dan masih diliputi peritoneum.
Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal,
umbilikal, femoral. Hernia femoralis adalah suatu protrusi atau penonjolan lemak
preperitoneal atau organ intraperitoeal melalui fascia transversa yang lemah masuk ke
dalam annulus femoralis dan canalis femoralis.
Anatomi 5,7,9
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v.
femoralis dengan panjang kira-kira 1,5 cm dengan basis di anulus femoralis setinggi
ligamentum Cooper. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam.
Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os
pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh
(sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati.
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
Ligamentum Ingunale merupakan bagian bawah dari aponeurosis musculus
obliquus externus yang mengalami penebalan, mulai dari SIAS sampai tuberculum
pubicum. Sepertiga medial memiliki tepi bebas, sedangkan 2/3 lateral melekat kuat
pada fascia iliopsoas di bawahnya. Ligamentum lacunare merupakan bagian paling
bawah dari ligamentum inguinale dan terbentuk oleh serabut tendon musculus
obliquus externus, melekat pada ligamentum pectineale. Ligamentum pectineale
merupakan suatu pita tendinous yang kuat dan tebal, terfiksasi pada periosteum ramus
superior ossis pubis dan periosteum osiis ilii.
2
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.7
Gambar 1. Kanalis femoralis
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek
pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau
dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak
keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali
membentuk massa yang dapat dipalpasi.7
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,
melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis
dan merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita,
diameter pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara
proporsional memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi
dari hernia femoralis.7
3
Kelainan fundamental yang memungkinkan protrusi atan penonjolan kantong
peritoneal melalui dinding abdomen adalah adanya defek pada fascia transversa.
Protrusi kantong peritoneal melewati posterior dari iliopubic tract dan ligamentum
inguinale, anterior dari ligamentum Cooper, medial dari vena femoralis dan tepat di
lateral dari pelekat dinding inguinal posterior (aponeurosis tranversus) dan fascia
transvers) pada ligamentum Cooper. Setelah melalui annulus femoralis penonjolan
turun sampai muncul pada fossa ovalis.5
Epidemiologi1,2,6
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
di daerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.1
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Pada
keadaan ini, penderita memiliki angka mortalitas sekitar 20%, bahkan bisa mencapai
60% bila terdapat segmen usus yang mengalami nekrosis. Hernia femoralis lebih
sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.
meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan wanita adalah sama, insiden hernia
femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria, karena
secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.2
Hernia femoralis jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun dengan umur
rata-rata adalah 50 tahun namun tidak sesering hernia ingunalis. Hernia sisi kanan
lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia
femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia
abdomen lainya.6
Etiologi2,3,8
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia antara lain3,8:
1. Kelemahan otot dinding perut karena usia
2. Akibat pembedahan sebelumnya
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karna adanya defek pada tempat tertentu.
4
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek
pada tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intraabdominal (batuk, menangis).
4. Aquisial
Hernia yang disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain: hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok,
penuaan atau penyakit sistemik, tekanan intra abdomen yang meninggi secara
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, defisiensi otot.
5. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis
6. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat.
Etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya perlekatan dinding
posterior inguinal pada ligamentum iliopectineale (ligamentum Cooper) dengan akibat
melebarnya anulus femoralis. Sedangkan etiologi sekundernya adalah peningkatan
tekanan intraabdominal yang mendorong lemak preperitoneal masuk kedalam anulus
femoralis yang melebar secara congenital.2
Patofisiologi
Secara patofisiologi, peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong
lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan
degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi
sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inquinalis, terutama yang memakai teknik
Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inquinale
lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi dengan segala
akibatnya. Hernia femoralis keluar di sebelah bawah ligamentum inquinale pada fossa
ovalis. Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila
merupakan hernia Richter.7
Gambaran Klinis 5,8
Hernia femoralis dapat memberikan gambaran klinis yang bervariasi. Bila
tidak mengalami komplikasi, biasanya muncul sebagai benjolan yang dapat direduksi
5
pada lipat paha medial di kaudal dari ligamentum inguinale. Bila benjolan cukup
besar, sering meluas ke kranial ligamentum ingunale, sehingga kadang didiagnosis
dengan hernia ingunalis. sebaliknya bila ukurannya cukup kecil, terutama pada
penderita gemuk, benjolan bisa jadi tidak terdeteksi.5
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial
v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah
tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena
kecilnya, atau karena penderita gemuk. Hernia femoralis hampir selalu terlihat
sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya mungkin kosong, karena lemak
dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari kantung. Kelenjar limfe tunggal yang
membesar dapat meniru hernia femoralis dengan sangat tepat.8
Diagnosis 8
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
2. Palpasi : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Perkusi : Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi : hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
5. Colok dubur : tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship -
romberg (hernia obtutaratoria).
6. Tanda-tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
7. Pemeriksaan Ziemen Test:
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita disuruh batuk bila
rangsangan pada:
- Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- Jari ke 3 : Hernia Inguinalis Medialis.
6
- Jari ke 4 : Hernia Femoralis
Gambar 2. pemeriksaan Ziemen Test
Pemeriksaan Penunjang8
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT scan,
maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang “terperangkap” dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium
dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
Pemeriksaan USG pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine
dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna
untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu
tindakan konservatif dan operatif
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasilata
kecuali pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia lebih elastis
7
pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia.
Jika berhasil dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil
dalam waktu enam jam dilakukan operasi segera.5
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Cara ini pada anak-anak dapat menimbulkan atrofi testis karena
tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Pemberian
sabuk hernia merupakan kontaindikasi bagi hernia femoralis.7
2. Operatif
Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi kecuali kalau ada
kelainan lokal atau umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Prinsip
operasi hernia femoralis adalah sebagai berikut: 1) herniotomi dengan eksisi
komplit dari kantong hernia, 2) menggunakan benang yang tidak diserap, 3)
hernioplasti dengan reparasi defek fasia transversalis dengan ligamentum
Cooper atau mesh, dengan tujuan mempersempit anulus femoralis.
Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi
keduanya. Pendekatan krural dilakukan tanpa membuka kanalis inguinalis;
tindakan ini dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal dilakukan dengan
membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya;
tindakan ini biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki
lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat
dipilih pada hernia femoralis inkarserata, hernia residif atau kombinasi dengan
hernia inguinalis.
Pada pendekatan krural, hernioplasti dapat dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale ke ligamentum Cooper. Pada teknik
Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke
ligamentum lakunare Gimbernati.7
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
femoral yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan
kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan kontraindikasi
operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul hernioplasty dengan tujuan
menjepit anulus femoralis.6
8
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.7
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.7
Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dapat
dikelompokan dalam tiga tipe ; (1) low approach (pendekatan bawah)
melalui irisan dibawah ligamentum inguinale, meliputi teknik Bassini
dan Kirschner; (2) high approach (pendekatan atas) melalui irisan di atas
ligamentum inguinale, meliputi teknik oschowitz dan Lotheissen-
McVay; dan (3) preperitoneal approach (pendekatan preperitoneal)
yang meliputi teknik MvEvedy dan Henry.5
Pada teknik Bassini, hernioplasti dilakukan dengan menjahitkan
ligamentum inguinale pada fascia pectinia yang menutup musculus
pectineus. Sedangkan pada teknik Kirschner ligamentum inguinale
dijahitkan pada ligamentum Cooper dengan menggunakan teknik
Bassini. Teknik ini tidak dianjurkan bila dicurigai adanya strangulasi dan
hernia inguinalis yang menyertai.5
Pada teknik Moschowitz, hernioplati dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale pada ligamentum Cooper
(ligamentum iliopectiniale). Teknik ini biasa digunakan jika sudut yang
terbentuk ligamnetum inguinale dan ligamentum iliopectineale cukup
besar dan jarak kedua struktur tersebut terlalu jauh. Pada Teknik
McVay-Lotheissen dilakukan penjahitan tendon dan arcus aponeurosis
transverses pada ligamentum Cooper. Dengan teknik ini adanya hernia
inguinalis yang menyertai hernia femoralis dapat di operasi pada saat
yang sama.5
Teknik McEvedy merupakan varisasi dari pendekatan
preperitoneal, yang pertama kali dideskripsikan oleh Henry dan Chetale.
Dilakukan insisi vertical sepanjang tepi lateral musculus rectus sampai
9
ruang preperitoneal. variasi irisan yang lainadalah insisi transversal dan
oblik. Anulus femoralis ditutup dengan menjahitkan conjoint tendon
pada ligamentum Cooper. Pada teknik Henry dilakukan insisi median
dari umbilicus sampai symphisis pubis diperdalam sampai ruang
preperitoneal. Hernioplasti dilakukan dengan menjahit iliopubic tract
pada ligamentum Cooper. Bila defek terlalu luas dapat dipasang mesh.
Teknik ini memungkinkan reparasi hernia femoralis kontralateral pada
saat yang sama.5
Hernia femoralis dengan orifisium yang kecil pada wanita, hanya
diperbaiki dari bawah ligamentum inguinalis dengan sedikit jahitan atau
disumbat dengan sumbat silindris dari Marlex, karena hernia ini jarang
berkaitan dengan hernia di atas ligamentum inguinalis. Hernia femoralis
yang besar pada wanita dan semua hernia femoralis pada pria,
bagaimanapun juga, diperbaiki dengan perbaikan ligamentum Cooper
McVay-Lotheissen. Hernia femoralis strangulata lebih baik didekati
secara properitoneal, karena ini memberikan jalur langsung ke orifisium
hernia femoralis yang berkonstriksi, usus yang terjebak mudah
dilepaskan dengan insisi traktus iliopubik dan ligamentum lakunaris, dan
tersedia ruang yang luas untuk reseksi usus.9
Komplikasi3,6,9
Komplikasi dari hernia jika tidak segera dilakukan penanganan adalah:
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
hernia ireponibilis. pada keadaan ini belum ada ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat
menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering
menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.6
2. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering tejadi jepitan parsial. Jarang
terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam
kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
10
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit,
dan asam basa.3
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi
terjadi gangguan toksik akibat gangren, gambaran klinik menjadi kompleks
dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia,
nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal
yang ditemukan benjolan yang yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai
nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia dapat dijumpai tanda
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat
darurat karena perlu mendapat pertolongan segera.3
Komplikasi lainnya dapat timbul setelah dilakukan operasi yakni 9:
1. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N.
ilioinguinalis, N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk
pada hernia geser.9
2. Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa
hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi
hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.9
3. Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau
bendungan pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting
adalah hernia residif.9
11
BAB III
PENUTUP
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia diberi nama menurut
letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada usia dewasa/tua dan insedensi pada wanita lebih
tinggi daripada pria.
Etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya perlekatan dinding
posterior inguinal pada ligamentum iliopectineale (ligamentum Cooper) dengan akibat
melebarnya anulus femoralis. Sedangkan etiologi sekundernya adalah peningkatan
tekanan intraabdominal yang mendorong lemak preperitoneal masuk ke dalam anulus
femoralis yang melebar secara.
Pemeriksaan fisik dan penunjang dilaksanakan untuk menyingkirkan hernia
femoralis dari diagnosis banding lainnya
Penatalaksanaan terhadap hernia femoralis adalah dengan operatif dengan
teknik herniotomi dan dilanjutkan dengan hernioplasty.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita selekta
kedokteran. Edisi III, jilid II. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003.h.313-317
2. Hachisuca T. Femoral hernia repair. Surg Clin N Am 83 (2003) 1189–1205.
Diunduh dari: http://medicina.iztacala.unam.mx/medicina/Femoral %20hernia
%20repair.pdf
3. Henry, MM, Thompson JN. Principle of surgery. 2nd edition. Elsevier Sounders;
2005.p. 431 – 445
4. Lesmana, Tommy. Buku bedah. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga; 2008
5. Mansyah. Hernia femoralis. Diunduh dari: http://ml.scribd.com/doc/23700291/
Hernia-Femoralis//; 2010
6. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta:
EGC; 2000.h. 509 – 517
7. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC;
2011.h. 523-537
8. Syarifuddin. Hernia femoralis lateralis. Diunduh dari: http://ml.scribd.com/pdf/
145473198/Hernia-Femoralis-lateralis//; 2013
9. Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian 2. Jakarta: EGC; 2013.h. 238-9.
13