Hernia

33
BAB I LAPORAN KASUS A. Identifikasi Nama : Jhoni N. Umur : 51 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jln. Kolonel H. Burlian, RT 023 Rw 008, Kelurahan Sukarame, Palembang Pekerjaan : Buruh Agama : Islam Bangsa : Indonesia MRS : 26 Maret 2012 B. Anamnesis 1. Keluhan Utama Benjolan di lipat paha kanan 2. Riwayat Perjalanan Penyakit ±4 tahun SMRS, timbul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan yang dapat keluar masuk rongga perut. Benjolan semakin lama semakin membesar, sekarang ukuran benjolan sebesar telur ayam. Benjolan akan keluar saat berdiri, mengangkat benda berat, mengejan dan menghilang ketika istirahat atau berbaring. Benjolan tidak terasa sakit, ada rasa ngilu di tempat keluarnya 1

Transcript of Hernia

Page 1: Hernia

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi

Nama : Jhoni N.

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Kolonel H. Burlian, RT 023 Rw 008, Kelurahan

Sukarame, Palembang

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

MRS : 26 Maret 2012

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Benjolan di lipat paha kanan

2. Riwayat Perjalanan Penyakit

±4 tahun SMRS, timbul benjolan sebesar kelereng di lipat paha kanan

yang dapat keluar masuk rongga perut. Benjolan semakin lama semakin

membesar, sekarang ukuran benjolan sebesar telur ayam. Benjolan akan

keluar saat berdiri, mengangkat benda berat, mengejan dan menghilang

ketika istirahat atau berbaring. Benjolan tidak terasa sakit, ada rasa ngilu di

tempat keluarnya benjolan. BAB biasa, muntah (-), demam (-), makan

biasa (-), flatus biasa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

4. Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

1

Page 2: Hernia

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 36,6 0C

Kulit : Tidak ada kelainan

Kepala : Tidak ada kelainan, bibir kering

Pupil : isokor, refleks cahaya +/+

Leher : Tidak ada kelainan

Dada : Tidak ada kelainan

Paru-paru : SP vesikuler pada kedua hemitoraks

Abdomen : lemas, datar

Genitalia : Tidak terdapat kelainan

Anal : Tidak diperiksa

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan

2. Status Lokalis

Regio Abdomen

Inspeksi : cekung

Palpasi : Lemas

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Bising usus (+)

Regio Inguinal dekstra

Inspeksi : tampak benjolan warna sama dengan kulit sekitarnya

Palpasi : teraba massa dengan batas atas tidak tegas yang dapat keluar

masuk rongga abdomen

2

Page 3: Hernia

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (26 Maret 2012)

Hematologi

Hemoglobin : 13.0 g/dl (14-18 g/dl)

Leukosit : 8000 (5000-10000/mm3)

Hematokrit : 40 vol% (40-48 vol%)

Trombosit : 201000/mm3 (150000-400000/ul)

Waktu pendarahan : 2 menit (1-3 menit)

Waktu pembekuan : 9 menit (9-15 menit)

Glukosa sewaktu : 95

E. Diagnosis kerja

Hernia Inguinalis Dextra Reponibel

F. Penatalaksanaan

Hernioraphy

G. Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

H. Hasil follow up pasien

No Hari/tanggal Subjektif Obyektif Asses

ment

Rencana

terapi

1. 28 Maret 2012 Setelah dilakukan

oprasi os mengeluh

belum BAB dan

bekas operasi terasa

sakit

K: CM

Nadi:78x/m

TD: 130/70

RR: 24 x/m

T: 36,6 C

Hernia

inguina

lis

dextra

reponib

le

Bad rest

selama 24

jam

IVFD

Ketorolac

ciprofloxacin

3

Page 4: Hernia

2. 29 Maret 2012 Belum BAB sejak 2

hari yang lalu

K:CM

Nadi:95x/m

TD: 120/90

T:36,7 C

RR: 20 x/m

Bising usus

meningkat

Nyeri tekan

di regio

iliaca

dekstra

IVFD

Ketorolac

ciprofloxacin

3. 30 Maret 2012 BAK terasa perih K: CM

TD: 110/75

Nadi:88x/m

T: 36,3C

Bising usus

normal

IVFD

Ketorolac

ciprofloxacin

diperbolehkan

pulang dan

kontrol

kembali ke

bagian bedah

pada tanggal

2 April 2012

4

Page 5: Hernia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hernia adalah protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Terdapat beberapa poin penting

dalam hernia, antara lain defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga,

kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia yaitu daerah penyempitan

kantung hernia akibat defek tersebut.

B. Klasifikasi

Hernia diklasifikasikan menurut berbagai dasar:

1. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya:

a. Hernia kongenital, merupakan hernia bawaan yang terjadi pada saat

bayi berada dalam kandungan dan menetap sampai bayi lahir.

b. Hernia akuisita, merupakan hernia dapatan, yang umumnya terjadi

akibat faktor peningkatan tekanan intra abdomen.

2. Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya:

a. Hernia diafragma

b. Hernia inguinalis

c. Hernia umbilikalis

d. Hernia femoralis

5

Page 6: Hernia

3. Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya:

a. Hernia reponibel, bila isi kantong hernia dapat keluar masuk ke dalam

rongga.

b. Hernia irreponibel, bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan

lagi ke dalam rongga.

c. Hernia akreta, bila terjadi perlekatan antara isi kantong pada

peritoneum kantong hernia dan tidak disertai nyeri ataupun tanda

sumbatan usus.

d. Hernia inkarserata, bila isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia,

sehingga tidak dapat dikembalikan lagi, akibatnya terjadi gangguan

pasase dan tanda-tanda sumbatan usus.

e. Hernia strangulata, bila terjadi gangguan vaskularisasi dari mulai

bendungan sampai nekrosis, pada saat isi hernia terjepit oleh

cincinnya.

C. Anatomi Regio Inguinalis

6

Page 7: Hernia

Anatomi pintu canalis inguinalis

Hernia inguinalis dapat dibedakan menjadi direk dan indirek. Hernia

inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, isi hernia menonjol

langsung melalui trigonum Hesselbach (daerah yang dibatasi oleh, inferior:

ligamentum inguinale, lateral: vasa epigastrika inferior, medial: tepi m.rectus

abdominis). Dasar trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fasia tranversa yang

diperkuat oleh aponeurosis m.tranversus abdominis yang terkadang tidak

sempurna, sehingga daerah ini potensial menjadi lemah. Hernia jenis ini

jarang mengalami strangulasi, karena cincin hernia longgar.

Nervus ilioinguinalis dan n. Iliofemoralis mempersarafi otot di regio

inguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit

regio inguinalis, skrotum, dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian

proksimomedial.

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang

terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini

banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka.

Dalam bukunya Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal

terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).

7

Page 8: Hernia

2. Jaringan sub kutis (camper’s dan scarpa’s) yang berisikan lemak.

3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial

atau lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan

jarang ditemui.

4. Apponcurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale

(Poupart), Lakunare (Gimbernat) dan Colle’s.

5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.

6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus

internus, falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum

pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9. Peritoneum

10. Superfisial dan deep inguinal ring.

Bila dilihat dari lapisan-lapisan pada anatomi bedah inguinal di atas,

maka lokasi hernia itu sendiri seperti Gambar di bawah ini.

8

Page 9: Hernia

Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan

panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding

yang membatasi kanalis inguinalis adalah:

- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan

1/3 lateralnya muskulus obliqus internus.

- Posterior: Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis

yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding

posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia

transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari

aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.

- Superior: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus

dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring.

Ini merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf

“U” dan “V” dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin

interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis,

iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligamentdan pembuluh

darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah

daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,

berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial.

Isi kanalis inguinalis pria :

a. Duktus deferens

b. 3 arteri yaitu :

1. Arteri spermatika interna

2. Arteri diferential

3.Arteri spermatika eksterna

c. Plexus vena pampiniformis

d. 3 nervus:

1. Cabang genital dari nervus genitofemoral

9

Page 10: Hernia

2. Nervus ilioinguinalis

3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

e. 3 lapisan fasia:

1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.

2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus

obliqus internus dan fasia otot.

3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

Struktur anatomi keseluruhan di daerah Inguinal

1. Fasia Superfisialis

Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus

(Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan

turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang

profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).

2. Ligamantum Inguinale (Poupart)

Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus

obliqus eksternus. Terletak mulai dari Sias sampai ke ramus superior

tulang publis.

3. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus

Di bawah linea arkuata (Douglas), bergabung dengan aponeurosis

muskulus obliqus internus dan transversus abdominis yang membentuk

lapisan anterior rektus. Aponeurosis ini membentuk tiga struktur

anatomi di dalam kanalis inguinalis berupa ligamentum inguinale,

lakunare dan refleksi ligamentum inguinale (Colles).

4. Ligamentum lakunare (Gimbernat)

Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk

dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.

Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum

melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk

pinggir medial kanalis femoralis.

5. Ligamentum pektinea (Cooper)

10

Page 11: Hernia

Ligamentum ini tebal dan kuat yang terbentuk dari ligamentum

lakunare dan aponeurosis muskulus obliqus internus, transversus

abdominis dan muskulus pektineus. Ligamentum ini terfiksir ke

periosteum dari ramus superior pubis dan ke bagian lateral periosteum

tulang ilium.

6. Konjoin tendon

Merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah aponeurosis

obliqus internus dengan aponeurosis transversus abdominis yang

berinsersi pada tuberkulum pubikum dan ramus superior tulang pubis.

7. Falx inguinalis (Ligamentum Henle)

Terletak di bagian lateral, vertikal dari sarung rektus, berinsersi

pada tulang pubis, bergabung dengan aponeurosis transversus

abdominis dan fasia transversalis.

8. Ligamentum interfoveolaris (Hasselbach)

Sebenarnya bukan merupakan ligamentum, tapi penebalan dari

fasia transversalis pada sisi medial cincin interna. Letaknya inferior.

9. Refleksi ligamentum inguinale (Colles’)

Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal

dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea alba.

10. Traktus iliopubika

Perluasan dari arkus iliopektinea ke ramus superior pubis,

membentuk bagian dalam lapisan muskulo aponeurotik bersama

muskulus transversus abdominis dan fasia transversalis. Traktus ini

berjalan di bagian medial, ke arah pinggir inferior cincin dalam dan

menyilang pembuluh darah femoral dan membentuk pinggir anterior

selubung femoralis.

11. Fasia transversalis

Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus

abdominis.

12. Segitiga Hasselbach

11

Page 12: Hernia

Hasselbach tahun 1814 mengemukakan dasar dari segi tiga yang

dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini

dibatasi oleh :

Supero-lateral : Pembuluh darah epigastrika inferior

Medial : Bagian lateral rektus abdominis.

Inferior : Ligamentum ingunale.

(Gambar struktur anatomi inguinal dikutip dari Swartz Principle of

Surgery 6 th ed 1994)

12

Page 13: Hernia

D. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia, terutama lebih

banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Berbagai faktor penyebab

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang

cukup lebar dehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur m.obliquus internus abdominis yang menutup anulus

inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fascia transversa yang

kuat yang menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia.

Faktor yang dipandang sangat berpengaruh pada hernia adalah adanya

prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga

perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Dibawah ini adalah

penjelasan dari masing-masing faktor yang menyebabkan hernia antara

lain:

Penurunan testis dimulai oleh gubernakulum. Sampai di daerah

inguinal akan menembus dinding depan perut untuk menuju

scrotum. Di daerah penembusan, peritoneum akan membuat

tonjolan sampai didaerah scrotum. disebut procesus vaginalis.

Setelah descensus testiculorum selesai, prosesus vaginalis akan

mengalami obliterasi menjadi tunica vaginalis. Sewaktu menerobos

ke scrotum akan membentuk cikal bakal canalis inguinalis. Dari

daerah inguinal sampai ke scrotum dapat terjadi gangguan

obliterasi yang dapat berkaitan dengan proses descensus yang

terganggu, sehingga processus vaginalis dapat berubah menjadi

kantong hernia

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk

kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, asites dapat sering disertai

oleh hernia inguinalis.

13

Page 14: Hernia

Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen

dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Dalam keadaan

relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus

internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen ini

tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan tidak vertikal.

Sebaliknya bila otot dinding otot berkontraksi, kanalis inguinalis

berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga

dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis inguinalis.

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

n.ilioinguinalis dan n.illiofemoralis setelah appendektomi.

E. Gambaran klinis

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha

yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat

dan menghilang waktu istirahat atau baring. Pada bayi dan anak-anak

adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh

orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering menangis,

gelisah dan kadang perut kembung harus dipikirkan kemungkinan

terjadinya hernia strangulata.

Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,

skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta

untuk mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan

asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan pada saat kelihatan ada benjolan

hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan

dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari

kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa

anulus inguinalis yang melebar.

Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari

di dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-

anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis,

14

Page 15: Hernia

mengedan dan batuk. Palpasi tali sperma perlu dilakukan dengan

membandingkan yang kiri dengan yang kanan. Kadang didapatkan tanda

sarung tangan sutera.

F. Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan

dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin dan mengedan

dan menghilang ketika berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau

ada biasanya dirasakan disekitar daerah epigastrium atau para umbilikal

berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu

segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai

mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi akibat nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada

inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis

muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral

atas ke medial bawah. kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba

pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutra. Tanda ini disebut

sebagai tanda sarung tangan sutera. Kalau kantung hernia beris organ,

tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau

ovarium. Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak-anak dapat

dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui

anulus eksternus sehingga dapat ditentukan isi hernia dapat direposisi atau

tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada

dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari

menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi

jari yang menyentuhnya maka berarti hernia inguinalis medialis.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika

dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas disebelah

15

Page 16: Hernia

kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Hernia

ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. testis yang

teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

G. Diagnosis banding

Pembesaran irreponibilis di daerah inguinal dapat disebabkan oleh:

Pembesaran KGB oleh karena proses radang di daerah anorectal

dan genital, Ca rectum

Abses dingin yaitu abses yang terjadi tanpa proses peradangan di

tempat sebelumnya. Dapat terjadi oleh karena spondylitis TBC,

mengikuti m.psoas dan membentuk kantung yang berisi abses.

criptochismus

Pembesaran ireponibilis di daerah scrotum dapat disebabkan oleh:

Hernia scrotalis inkarserata

Hidrokel testis yaitu suatu keadaan dimana bagian dari tunica

vaginalis berubah menjadi suatu kantong yang mengandung cairan

serous.

Orchitis

G. Tata laksana

Pengobatan konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia

yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis

strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara

bimanual, tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan

tangan kanannya mendorong ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan

perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Reposisi pada anak-anak

dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan

kompres es di atas hernia. Bila usaha ini berhasil, anak disiapkan untuk

16

Page 17: Hernia

operasi pada hari berikutnya. Apabila gagal,maka dalam waktu 6 jam

harus segera dilakukan operasi. Pemakaian bantal penyangga hanya

bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus dipakai

seumur hidup. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi

antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut yang tertekan

sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat

menyebabkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang

mengandung pembuluh darah testis.

Indikasi operasi hernia pada bayi yaitu:

Bila terjadi hernia inkarserata dilakukan operasi langsung.

Bila tidak terjadi inkarserata tunggu sampai 6 bulan.

bila hidrokel tunggu sampai lebih dari satu tahun.

Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia

inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip

dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioraphy

Herniotomi

Ligasi dan perapatan pintu hernia

Prinsipnya adalah pengikatan pintu hernia, lalu memotongnya. Sedapat

mungkin kantong hernia dipotong sampai melewati pintu hernia, lalu pintu

dirapatkan dengan jahitan sehingga pada tempat ini membentuk jaringan

fibrostik.

Meskipun telah dijahit daerah ini masih rawan sehingga tidak menutup

kemungkinan adanya hernia lagi karena jahitan terlepas.

Untuk mencegah berulangnya hernia maka diusahakan dengan teknik

operasi yang baik, menghindari faktor yang dapat menyebabkan

meningkatnya tekanan intra abdominal.

Hernioraphy

Herniotomi + plasty (menutup pintu)

17

Page 18: Hernia

pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena anulus externus dan

internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan

lokus minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat.

Pada hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dikenal

berbagai macam teknik hernioplasty antara lain memperkecil anulus

inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat

fascia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. transversus internus

abdominis dan m.obliquus internus abdominis yang dikenal dengan nama

conjoint tendon ke ligamen inguinal poupart menurut metode Bassini.

Menjahitkan fascia transversa m.transversus abdominis, m.obliquus

internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay.

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik

herniotomi adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang

sudah dijahit. untuk mengatasi hal ini dipasang plastik dengan bahan

protesis mesh.

Terjadinya residif lebih disebabkan oleh teknik reparasi dibandingkan

dengan faktor konstitusi. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif

yang paling sering adalah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak

memadai, diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna,

adanya lipoma peritoneal atau kantung hernia yang tidak ditemukan. Pada

hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan

yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik.

Perawatan post operasi

a.       Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat mengajarkan

nafas dalam.

b.      Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk mencegah

pembengkakan dan nyeri.

c.       Ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi untuk meningkatkan

kenyamanan dan menurunkan resiko komplikasi post operasi.

d.      Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung kemih.

18

Page 19: Hernia

e.      Monitoring intake dan output.

f.        Palpasi abdomen dengan hati-hati.

g.       Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk

mencegah dehidrasi dan mempertahankan fungsi perkemihan.

h.      Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena

kandung kemih yang distensi dapat menekan insisi dan menyebabkan

tidak nyaman.

i.         Pemakaian celana suppensoar.

Discharge Planning

a.       Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat.

b.      Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut

steril setiap hari dan kalau perlu.

c.       Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi

diet tinggi serat dan masukan cairan adekuat.

 

H. Komplikasi

Komplikasi hernia tergantung dari keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Isi hernia dapat tertahan dalam kantung hernia pada hernia irreponibilis,

ini dapat terjadi kalau isis hernia terlalu besar. Disini tidak muncul gejala

klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh

karena cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang

menyebabkan obstruksi.

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem

organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong

hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan cincin makin bertambah

sehingga peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis

dan kantong hernia akan berisi transudat. Kalau isi hernia berupa usus

dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal,

fistel, peritonitis jika terjadihubungan dengan rongga perut.

19

Page 20: Hernia

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai

dengan gambaran obstruksi usus dengan keseimbangan cairan, elektrolit

dan asam basa. Bila terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi,

terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi lebih

komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat

hernia, nyeri akan menetap karena rangsang peritoneal.

20

Page 21: Hernia

BAB III

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki, berusia 51 tahun, Jln. Kolonel H. Burlian, RT 023 Rw 008,

Kelurahan Sukarame, Palembang, berkebangsaan Indonesia, agama Islam,

menjalani rawat inap di Departemen Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Bari,

Palembang sejak 26 Maret 2012.

Penderita datang berobat ke RSUD BARI dengan keluhan timbul benjolan

pada lipat paha kanan. + 4 tahun sebelum masuk rumah sakit, timbul benjolan di

lipat paha kanan yang dapat keluar masuk rongga perut dan tidak terasa nyeri.

Benjolan timbul bila penderita mengedan dan berdiri.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status

lokalis di regio inguinalis dextra pada inspeksi tampak benjolan, pada palpasi

teraba massa dengan batas atas tidak tegas yang dapat keluar masuk rongga

abdomen. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

pasien ini didiagnosa dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibel.

Penatalaksanaan pada penderita yaitu dengan hernioraphy. Prognosis pasien ini

quo ad vitam dan quo ad functionam adalah bonam.

21

Page 22: Hernia

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Wim & R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta:

Media Aesculapius.

Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa

Aksara

Snell, 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. EGC, Jakarta, Indonesia.

22